Risiko adalah suatu penjabaran terhadap...

14
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perekonomian di Indonesia khususnya di Surabaya secara tidak langsung mempengaruhi pertumbuhan industri konstruksi yang juga mengalami kemajuan sangat pesat. Kemajuan teknologi juga ikut mendorong para pelaku konstruksi untuk membuat bangunan bernilai tinggi. Proyek konstruksi merupakan proyek yang berkaitan dengan upaya pembangunan suatu bangunan sarana (bangunan-bangunan perkantoran, rumah sakit, tempat tinggal dan sekolah) dan infrastruktur (jembatan, transportasi jalan raya, dan lain-lain). Maka industri konstruksi akan terus berjalan dan berkembang untuk memenuhi kebutuhan akan sarana dan infrastuktur tersebut. Salah satu proyek konstruksi adalah pelaksanaan pembangunan proyek gedung. Proyek gedung memiliki ketahanan dan minat yang cukup tinggi, sehingga optomalisasi dari pekerjaan konstruksi gedung akan menjadi harapan besar bagi peningkatan kinerja suatu proyek. Pembangunan proyek gedung merupakan salah satu pembangunan yang juga berisiko tinggi dalam hal kecelakaan kerja. Penggunaan metode pelaksanaan yang tidak akurat serta kurang teliti dapat mengakibatkan risiko kecelakaan kerja, yang salah satunya dapat menyebabkan terganggunya kinerja proyek baik dari waktu dan biaya,bahkan terhentinya aktivitas pekerjaan proyek. Masalah kecelakaan kerja di Indonesia saat ini secara umum masih sering terabaikan. Hal ini di tunjukkan masih tingginya angka kecelakaan kerja, terbukti di Indonesia setiap tujuh detik terjadi satu kasus kecelakaan kerja (Warta Ekonomi, 2 Juni 2008), 11 orang pekerja konstruksi, diantaranya operator gondola dan installer atap baja ringan pada tahun 2008 meninggal saat bekerja (Buletin BPKSDM, edisi 1 2009), bahkan untuk contoh kasus yang pernah terjadi pada dunia konstruksi adalah kecelakaan pada pelaksanaan pembanunan Proyek Apartemen Gading Mediterania, kecelakaan tersebut memakan empat orang pekerja, dua orang meninggal akibat kesetrum dan dua lainnya meninggal akibat tertimpa beton precast (Kompas, 06 Juni 2004). Risiko adalah suatu penjabaran terhadap konsekuensi yang tidak menguntungkan, secara finansial maupun fisik, sebagai hasil dari keputusan yang diambil atau akibat kondisi lingkungan di suatu kegiatan atau proyek. Risiko akan muncul apabila terjadi penyimpangan di luar rencana dari suatu kejadian. Proyek adalah suatu usaha yang dilakukan untuk mengambil peluang, sehingga secara langsung risiko akan menyertainya. Dalam setiap kegiatan proyek dapat muncul suatu risiko yang lebih besar dari yang sudah direncanakan atau perhitungkan apabila tidak dilakukan monitoring. Untuk mengurangi dampak yang merugikan bagi pencapaian tujuan fungsional suatu proyek, maka diperlukan suatu sistem manajemen resiko K3, antara lain meliputi identifikasi,analisa, serta monitoring terhadap risiko yang mungkin dapat terjadi selama proses pelaksanaan pembangunan. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan yang akan diteliti pada penelitian ini adalah : 1. Risiko-risiko apa saja yang dominan mempengaruhi kinerja waktu ? 2. Risiko-risiko apa saja yang dominan mempengaruhi kinerja biaya ? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui risiko-risiko apa saja yang dominan mempengaruhi kinerja waktu. 2. Mengetahui risiko-risiko apa saja yang dominan mempengaruhi kinerja biaya 1.4 Batasan Masalah Batasan permasalahan digunakan untuk lebih memfokuskan pembahasan pada permasalahan pokok dan tidak menyimpang dari topik yang akan dibahas. Adapun batasan- batasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Pelitian dilakukan pada pelaksanaan pembangunan proyek gedung di Surabaya. 2. Risiko yang diidentifikasi adalah risiko - risiko kecelakaan kerja yang berkaitan dengan aktivitas pada proyek gedung.

Transcript of Risiko adalah suatu penjabaran terhadap...

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Perkembangan perekonomian di

Indonesia khususnya di Surabaya secara tidak langsung mempengaruhi pertumbuhan industri konstruksi yang juga mengalami kemajuan sangat pesat. Kemajuan teknologi juga ikut mendorong para pelaku konstruksi untuk membuat bangunan bernilai tinggi. Proyek konstruksi merupakan proyek yang berkaitan dengan upaya pembangunan suatu bangunan sarana (bangunan-bangunan perkantoran, rumah sakit, tempat tinggal dan sekolah) dan infrastruktur (jembatan, transportasi jalan raya, dan lain-lain). Maka industri konstruksi akan terus berjalan dan berkembang untuk memenuhi kebutuhan akan sarana dan infrastuktur tersebut. Salah satu proyek konstruksi adalah pelaksanaan pembangunan proyek gedung. Proyek gedung memiliki ketahanan dan minat yang cukup tinggi, sehingga optomalisasi dari pekerjaan konstruksi gedung akan menjadi harapan besar bagi peningkatan kinerja suatu proyek.

Pembangunan proyek gedung merupakan salah satu pembangunan yang juga berisiko tinggi dalam hal kecelakaan kerja. Penggunaan metode pelaksanaan yang tidak akurat serta kurang teliti dapat mengakibatkan risiko kecelakaan kerja, yang salah satunya dapat menyebabkan terganggunya kinerja proyek baik dari waktu dan biaya,bahkan terhentinya aktivitas pekerjaan proyek. Masalah kecelakaan kerja di Indonesia saat ini secara umum masih sering terabaikan. Hal ini di tunjukkan masih tingginya angka kecelakaan kerja, terbukti di Indonesia setiap tujuh detik terjadi satu kasus kecelakaan kerja (Warta Ekonomi, 2 Juni 2008), 11 orang pekerja konstruksi, diantaranya operator gondola dan installer atap baja ringan pada tahun 2008 meninggal saat bekerja (Buletin BPKSDM, edisi 1 2009), bahkan untuk contoh kasus yang pernah terjadi pada dunia konstruksi adalah kecelakaan pada pelaksanaan pembanunan Proyek Apartemen Gading Mediterania, kecelakaan tersebut memakan empat orang pekerja, dua orang meninggal akibat kesetrum dan dua lainnya meninggal akibat tertimpa beton precast (Kompas, 06 Juni 2004).

Risiko adalah suatu penjabaran terhadap konsekuensi yang tidak menguntungkan, secara finansial maupun fisik, sebagai hasil dari keputusan yang diambil atau akibat kondisi lingkungan di suatu kegiatan atau proyek. Risiko akan muncul apabila terjadi penyimpangan di luar rencana dari suatu kejadian. Proyek adalah suatu usaha yang dilakukan untuk mengambil peluang, sehingga secara langsung risiko akan menyertainya. Dalam setiap kegiatan proyek dapat muncul suatu risiko yang lebih besar dari yang sudah direncanakan atau perhitungkan apabila tidak dilakukan monitoring. Untuk mengurangi dampak yang merugikan bagi pencapaian tujuan fungsional suatu proyek, maka diperlukan suatu sistem manajemen resiko K3, antara lain meliputi identifikasi,analisa, serta monitoring terhadap risiko yang mungkin dapat terjadi selama proses pelaksanaan pembangunan.

1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan yang akan diteliti pada penelitian ini adalah :

1. Risiko-risiko apa saja yang dominan mempengaruhi kinerja waktu ?

2. Risiko-risiko apa saja yang dominan mempengaruhi kinerja biaya ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui risiko-risiko apa saja yang

dominan mempengaruhi kinerja waktu.

2. Mengetahui risiko-risiko apa saja yang dominan mempengaruhi kinerja biaya

1.4 Batasan Masalah Batasan permasalahan digunakan untuk lebih memfokuskan pembahasan pada permasalahan pokok dan tidak menyimpang dari topik yang akan dibahas. Adapun batasan-batasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Pelitian dilakukan pada pelaksanaan pembangunan proyek gedung di Surabaya.

2. Risiko yang diidentifikasi adalah risiko - risiko kecelakaan kerja yang berkaitan dengan aktivitas pada proyek gedung.

2

3. Risiko yang diidentifikasi dilihat dari sudut pandang kontraktor.

4. Risiko yang dominan berarti frekuensi kejadian sering dan berdampak besar.

1.5 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi:

1. Bidang keilmuan, untuk dapat dimanfaatkan sebagai salah satu referensi bagi penelitian sejenis selanjutnya. mengenai penyebab kecelakaan kerja pada proyek pembangunan.

2. Bidang praktisi, dengan adanya informasi ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi risiko kecelakaan kerja yang akan terjadi sedini mungkin sehingga dapat mengetahui cara mengelola risiko tersebut dengan baik.

3. Dapat mengurangi kerugian yang nantinya akan dialami oleh perusahaan/kontraktor jika resiko yang nantinya akan terjadi sudah direspon dengan baik.

4. Pihak perusahaan/Kontraktor dapat menerapkan manajemen risiko K3 (Kesehatan dan keselamatan kerja) untuk mengurangi kecelakaan kerja menuju "zero accident.

1.6 Sistematika Penulisan Dalam penelitian ini penulisan laporan disajikan sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan, bab ini merupakan latar belakang, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan masalah, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan dalam laporan tugas akhir ini.

BAB II Tinjauan Pustaka, bab ini merupakan kumpulan tinjauan pustaka yang dipakai sebagai dasar untuk menulis laporan tugas akhir ini. Tinjauan pustaka meliputi definisi proyek, manajemen risiko, definisi risiko, kecelakaan dan keselamatan kerja, definisi kecelakaan kerja, identifikasi risiko, dan analisa risiko.

BAB III Metodologi, bab ini menjelaskan metode atau tahapan-tahapan yang dipakai untuk menjawab tujuan penelitian ini. Metodologi penelitian meliputi jenis

penelitian, data penelitian, populasi dan sampel penelitian, variable penelitian, tahapan penelitian, dan analisa data.

BAB IV Hasil Analisa, bab ini menjelaskan hasil dari metodologi yang ada. Hasil analisa meliputi, data responden, pengolahan data, dan pembahasan masing-masing faktor.

BAB V Kesimpulan dan Saran, bab ini merupakan kesimpulan yang didapat dari hasil analisa dan saran yang diperoleh setelah dikakukan penelitian ini.

Daftar Pustaka, merupakan kumpulan dari buku, dan peraturan yang dipakai sebagai landasan untuk menulis laporan tugas akhir ini.

Lampiran, merupakan kumpulan hasil analisa yang dipakai penulis yang tidak bisa dilampirkan dalam bab IV. Lampiran meliputi data responden, contoh kuesioner, hasil kuesioner, hasil pengolahan data, hasil spss.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kegiatan Proyek

Kegiatan Proyek adalah suatu kegiatan (sekuen) yang unik, kompleks, dan seluruh aktivitas di dalamnya memiliki satu tujuan, yang harus diselesaikan tepat waktu, tepat sesuai anggaran, dan sesuai dengan spesifikasi (Soeharto, 2001).

Berdasarkan pengertian tersebut dapat didefinisikan karakteristik utama proyek adalah sebagai berikut:

- Memiliki satu sasaran yang jelas dan telah ditentukan yang menghasilkan lingkup (scope) tertentu berupa produk akhir.

- Bersifat sementara dengan titik awal dan akhir yang jelas (sekuen)

- Biasanya terdiri atas aktivitas yang kompleks dan saling terkait.

- Di dalamnya terdapat suatu tim yang memiliki banyak disiplin ilmu serta terdiri atas banyak departemen.

- Mengerjakan sesuatu yang belum pernah dikerjakan sebelumnya (sekali lewat) atau memiliki sifat yang berubah / non-rutin (unik)

3

- Jenis dan intensitas kegiatan sepat berubah dalam kurun waktu yang relatif pendek

- Peserta memiliki multisasaran yang seringkali berbeda

- Terdapat jangka waktu, biaya, dan persyaratan performance atau mutu yang pasti

- Memiliki kadar risiko tinggi. 2.2 Manajemen Proyek

Menurut Project Management Body of Knowledge (PM-BOK), Project Management Institute (PMI) manajemen proyek didefinisikan sebagai ilmu dan seni yang berkaitan dengan memimpin dan mengoordinir sumberdaya yang terdiri atas manusia dan material dengan menggunakan teknik pengelolaan modern untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan, yaitu lingkup, mutu, jadwal, dan biaya, serta memenuhi keinginan para stakeholder."

2.3 Risiko

Risiko adalah bahaya, akibat atau konsekuensi yang dapat terjadi akibat sebuah proses yang sedang berlangsung atau kejadian yang akan datang (Wikipedia).

2.4 Manajemen Risiko

Manajemen resiko adalah proses pengukuran atau penilaian resiko serta pengembangan strategi pengelolaannya. Strategi yang dapat diambil antara lain adalah memindahkan resiko kepada pihak lain, menghindari resiko, mengurangi efek negatif resiko, dan menampung sebagian atau semua konsekuensi resiko tertentu. Manajemen resiko tradisional terfokus pada resiko-resiko yang timbul oleh penyebab fisik atau legal (seperti bencana alam atau kebakaran, kematian serta tuntutan hukum) (Wikipedia).

Manajemen risiko bermakna sebagai semua rangkaian kegiatan yang berhubungan dengan risiko. Tahapan dalam manajemen risiko dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Perencanaan (planning) Proses pengembangan dan

dokumentasi strategi dan metode yang terorganisasi, komprehensif, dan interaktif, untuk keperluan identifikasi dan penelusuran isu-isu risiko, pengembangan rencana penanganan risiko, penilaian risiko yang

kontinyu untuk menentukan perubahan risiko, serta mengalokasikan sumberdaya yang memenuhi.

2. Penilaian (assesment) Terdiri atas proses identifikasi dan

analisa area-area dan proses-proses teknis yang memiliki risiko untuk meningkatkan kemungkinan dalam mencapai sasaran biaya, kinerja / performance, dan waktu penyelesaian kegiatan.

a. Identifikasi (identifying) Merupakan proses peninjauan area-

area dan proses-proses teknis yang memiliki risiko potensial, untuk selanjutnya diidentifikasi dan didokumentasi.

b. Analisa (analyzing) Merupakan proses menggali

informasi / deskripsi lebih dalam terhadap risiko yang telah diidentifikasi, yang terdiri atas:

- kuantifikasi risiko dalam probabilitas dan konsekuensinya terhadap aspek biaya, waktu, dan teknis proyek

- penyebab risiko - keterkaitan antar risiko - saat terjadinya risiko - sensitivitas terhadap waktu 3. Penanganan (handling) Merupakan prases identifikasi, evaluasi, seleksi, dan implementasi penanganan terhadap risiko dengan sasaran dan kendala masing-masing program, yang terdiri atas menahan risiko, menghindari risiko, mencegah risiko, mengontrol risiko, dan mengalihkan risiko. 4. Pemantauan / monitoring risiko Merupakan proses penelusuran dan

evaluasi yang sistematis dari hasil kerja proses penanganan risiko yang telah dilakukan dan digunakan sebagai dasar dalam penyusunan strategi penanganan risiko yang lebih baik di kemudian hari.

2.5 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu sistem program yang dibuat bagi pekerja maupun pengusaha sebagai upaya pencegahan (preventif) timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja dalam lingkungan kerja dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja dan penyakit

4

akibat hubungan kerja, dan tindakan antisipatif akibat hubungan kerja, dan tindakan antisipatif bila terjadi hal demikian (Silalahi dan Silalahi, 1995). 2.5.1 Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Manajemen sebagai satu ilmu perilaku yang mencakup aspek sosial dan eksak tidak terlepas dari tanggungjawab keselamatan dan kesehatan kerja, baik dari segi perencanaan, maupun pengambilan keputusan dan organisasi. Kecelakaan kerja, gangguan kesehatan, maupun pencemaran lingkungan, harus merupakan dari biaya produksi. Sekalipun sifatnya sosial, setiap kecelakaan atau tingkat keparahannya tidak dapat dilepaskan dari faktor ekonomi dalam suatu lingkungan kerja. Dana pencegahan kecelakaan, pemeliharaan hygiene dan kesehatan kerja tidak saja dinilai dari segi biaya pencegahannya, tetapi juga dari segi manusianya. Antara biaya kecelakaan dan biaya pencegahan terdapat beberapa pokok yang barakar pada manajemen. Pokok-pokok ini menentukan kebijakan perusahaan yang mengendalikan operasi. Kebijakan ini melahirkan satu atau dua dari dua kemungkinan, yaitu: hasil yang baik dan atau hasil yang merugikan sebagai akibat kecelakaan.Untuk memperkecil kerugian ini, segala upaya pencegahan perlu diadakan. Tidak semua manajemen mempunyai pandangan yang sama tentang keselamatan dan kesehatan kerja, mungkin hal ini disebabkan karena tidak dapat dijabarkannya pencegahan dan faedahnya secara jelas. Biaya pencegahan kecelakaan dapat dihitung dengan angka, tetapi faedahnya tidak. Manajemen harusnya menyadari :

1. Adanya biaya pencegahan. 2. Kerugian akibat kecelakaan menimpa

karyawan dan peralatan. 3. Antara biaya pencegahan dan kerugian

akibat kecelakaan terdapat selisih yang sukar ditetapkan.

4. Kecelakaan kerja selalu menyangkut manusia, peralatan, dan proses.

5. Manusia merupakan faktor dominan dalam setiap kecelakaan.

Maka dari sebab-sebab di atas, ditentukan satu asas manajemen keselamatan dan kesehatan kerja.

2.5.2 Asas Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Satu asas yang rasional untuk manajemen keselamatan dan kecelakaan kerja harus mencakup kenyataan bahawa baik perencanaan maupun keputusan-keputusan manajerial dan organisasi keseluruhannya tidak terlepas dari manusia dan lingkungan kerjanya.

Manajemen keselamatan dan kesehatan kerja pada dasarnya mencari dan mengungkapkan kelemahan operasional yang memungkinkan terjadinya kecelakaan. Fungsi unti dapat dilaksanakan dengan dua cara:

a. Mengungkapakan sebab terjadinya suatu kecelakaan.

b. Meneliti apakah secara cermat dilaksanakan atau tidak.

Kesalahan operasional yang menimbulakn kecelakaam tidak terlepas dari perencanaan yang kurang lengkap, keputusan-keputusan yang tidak tepat, salah perhitungan dalam organisasi, pertimbangan, dan praktek manajemen yang kurang mantap. 2.5.3 Kebijakan Keselamatan dan

Kesehatan Kerja Kebijakan adalah arah yang ditentukan

untuk dipatuhi dalam proses kerja dan organisasi perusahaan. Kebijakan yang ditetapkan manajemen menuntut partisipasi dan kerja sama semua pihak.

Kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan komponen dasar kebijakan manajemen yang akan memberi arah bagi setiap pertimbangan yang menyangkut aspek operasional dari mutu, volume, hubungan kerja, dan aspek lainnya dari kebijakan manajemen.

Kebijakan K3 menggarisbawahi hubungan kerja manajemen, mandor, direktur K3, dan karyawan dalam mengemban tanggungjawabnya masing-masing demi pelaksanaan progarm K3 yang efektif.

2.6 Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak diduga dan dikehendaki yang mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktifitas dan dapat menimbulkan kerugian bagi korban manusia dan atau harta benda (Depnaker, 1999:4).

5

2.6.1 Macam-Macam Kecelakaan Kerja A. Berdasarkan selang waktu akibat :

1. Kecelakaan langsung. Kecelakaan yang terjadi berakibat langsung/terdeteksi, contohnya korban manusia, mesin yang rusak atau kegagalan produksi.

2. Kecelakaan tak langsung. Kecelakaan yang terdeteksi setelah selang waktu dari kejadian, contohnya mesin cepat rusak, lingkungan tercemar.

B. Berdasarkan korban : 1. Kecelakaan dengan korban

manusia. a. Kecelakaan ringan

Kecelakaan ringan biasanya diobati dengan persediaan PPPK atau paling jauh dibawa ke Poliklinik.

b. Kecelakaan sedang Korban biasanya dibawa ke Poliklinik setelah itu jika perlu diberi waktu untuk istirahat.

c. Kecelakaan berat Korban dibawa ke Rumah Sakit yang telah bekerja sama dan paling dekat dengan perusahaan.

2. Kecelakaan tanpa korban manusia. Kecelakaan tanpa korban manusia diukur dengan berdasarkan besar kecilnya kerugian material, kekacauan organisasi kerja maupun dampakdampak yang diakibatkannya.

2.6.2 Faktor Terjadinya Kecelakaan Kerja

Terjadinya kecelakaan kerja disebabkan oleh 2 faktor utama yakni faktor fisik dan faktor manusia. Kecelakaan kerja ini mencakup 2 permasalahan pokok, yakni:

a. Kecelakaan adalah akibat langsung pekerjaan (PAK)

b. Terjadi pada saat pekerjaan sedang dilakukan (PAHK) Penyebab kecelakaan kerja pada umumnya digolongkan menjadi 2, yakni:

a. Faktor Fisik Kondisi-kondisi lingkungan pekerjaan yang tidak aman atau unsafety condition misalnya lantai

licin, pencahayaan kurang, silau, dan sebagainya.

b. Faktor Manusia Perilaku pekerja itu sendiri yang tidak memenuhi keselamatan, misalnya karena kelengahan, ngantuk, kelelahan, dan sebagainya.

2.6.3 Dampak Kecelakaan Kerja Kecelakaan kerja dapat menimbulkan akibat yang sangat merugikan bagi pekerja dan kontraktor.

• Dampak bagi pekerja antara lain: A. Cedera fatal

� Meninggal B. Cedera (major injury)

� Patah tulang � Amputasi � Kehilangan penglihatan � Cedera lainnya yang orang

tersebut dirawat di RS lebih dari 24 jam.

C. Penyakit � Mata � Kepala � Otak dan sistem saraf � Telinga � Hidung dan tenggorakan � Dada dan paru-paru � Otot dan punggung � Hati � Ginjal dan kantong kemih � Sistem reproduksi � Kulit

Bagi pekerja yang mengalami cedera fatal maupun cedera (major injury), wajib melaporkan hal tersebut kepada atasan mereka. Begitu pula halnya bagi pekerja yang terkena penyakit akibat kerja dan dirawat di rumah sakit lebih dari 24 jam hal ini dapat digolongkan juga sebagai major injury.

Sedangkan bagi kontraktor, kecelakaan yang terjadi dapat menimbulkan kerugian berupa biaya langsung dan biaya tidak langsung. Biaya langsung tersebut terdiri dari premi asuransi kecelakaan, tunjangan karyawan, biaya melatih karyawan baru, biaya perbaikan peralatan yang rusak akibat kecelakaan. 2.6.4 Pencegahan Kecelakaan Kerja

Mencegah kecelakaan kerja, merupakan upaya yang paling baik, bila

6

dibandingkan dengan upaya lainnya. Kecelakaan akibat kerja dapat dicegah:

1. Peraturan perundangan, yaitu ketentuan-ketentuan yang diwajibkan mengenai kondisi kerja umumnya, perencanaan, konstruksi, perawatan dan pemeliharaan, pengawasan dan sebagainya.

2. Standarisasi, yaitu penetapan standar yang memenuhi syarat keselamatan pada berbagai jenis industri atau alat pelindung diri.

3. Pengawasan, yakni tentang di patuhinya ketentuan perundang-undangan.

4. Riset medis, tentang pengaruh fisiologis dan patologis lingkungan, dan keadaan fisik lain mengakibatkan kecelakaan.

5. Penelitian psikologis, penyelidikan tentang pola kejiwaan yang menyebabkan terjadinya kecelakaan.

6. Penelitian secara statistik, untuk menetapkan jenis, frekuensi, sebab kecelakaan, mengenai siapa saja dan lain-lain.

7. Pendidikan, khususnya di bidang keselamatan kerja.

8. Penelitian bersifat teknik, meliputi sifat dan ciri bahan berbahaya, pengujian alat pelindung, penelitian tentang peledakan, desain peralatan dan sebagainya.

9. Pelatihan, untuk meningkatkan keterampilan keselamatan dalam bekerja, antara lain bagi pekerja baru.

10. Penggairahan, yakni penggunaan berbagai cara penyuluhan atau pendekatan lain untuk menumbuhkan sikap selamat.

11. Asuransi, berupa insentif finansial, dalam bentuk pengurangan biaya premi, jika keselamatan kerjanya baik.

12. Upaya lain di tingkat perusahaan, yang merupakan

ukuran utama efektif atau tidaknya penerapan keselamatan kerja.

Upaya pencegahan perlu dilakukan pula dalam mencegah terjadinya penyakit

akibat kerja, antara lain berupa : a. Identifikasi bahaya kesehatan

di tempat kerja, yakni untuk mendeteksi kemungkinan terjadinya gangguan kesehatan atau penyakit.

b. Evaluasi bahaya kesehatan, melalui pemantulan lingkungan kerja dan pengujian biomedis, antara lain melalui pengambilan contoh udara di ruang kerja, pemeriksaan darah dan sebagainya.

c. Pengendalian bahaya kesehatan, baik pada sumber bahaya, media perantara, maupun pada pekerjanya sendiri.

d. Pemeriksaan kesehatan awal, berkala maupun khusus, untuk mengetahui kondisi kesehatan pekerja dan menilai pengaruh pekerjaan pada kesehatannya.

e. Tindakan teknis, berupa perbaikan ventilasi, penerapan isolasi substitusi dan sebagainya.

f. Penggunaan alat pelindung diri, misalnya masker, sarung tangan, tutup telinga, kaca mata dan sebagainya.

g. Penerangan, pendidikan, tentang kesehatan dan keselamatan kerja.

2.7 Identifikasi Risiko Proses ini meliputi identifikasi resiko

yang mungkin terjadi dalam suatu aktivitas usaha. Identifikasi resiko secara akurat dan komplit sangatlah vital dalam manajemen resiko. Salah satu aspek penting dalam identifikasi resiko adalah mendaftar resiko yang mungkin terjadi sebanyak mungkin. Teknik-teknik yang dapat digunakan dalam identifikasi resiko antara lain:

• Brainstorming

7

• Survei • Wawancara • Informasi histori • Kelompok kerja

2.8 Analisa Risiko

Setelah melakukan identifikasi resiko, maka tahap berikutnya adalah pengukuran resiko dengan cara melihat potensial terjadinya seberapa besar severity (kerusakan) dan probabilitas terjadinya risiko tersebut. Penentuan probabilitas terjadinya suatu event sangatlah subyektif dan lebih berdasarkan nalar dan pengalaman. Beberapa risiko memang mudah untuk diukur, namun sangatlah sulit untuk memastikan probabilitas suatu kejadian yang sangat jarang terjadi. Sehingga, pada tahap ini sangtalah penting untuk menentukan dugaan yang terbaik supaya nantinya kita dapat memprioritaskan dengan baik dalam implementasi perencanaan manajemen risiko. Kesulitan dalam pengukuran risiko adalah menentukan kemungkinan terjadi suatu risiko karena informasi statistik tidak selalu tersedia untuk beberapa risiko tertentu. Selain itu, mengevaluasi dampak severity (kerusakan) seringkali cukup sulit untuk asset immateriil. Dampak adalah efek biaya, waktu dan kualitas yang dihasilkan suatu risiko (Soeharto, 2001).

Setelah mengetahui probabilitas dan dampak dari suatu resiko, maka kita dapat mengetahui potensi suatu risiko. Untuk mengukur bobot risiko kita dapat menggunakan skala dari likert 1 – 5 sebagai berikut: Tabel 2.1 Nilai Skor

Nilai Skor

Skala Probabilitas Dampak

1 Sangat Rendah / Sangat Kecil

Hampir tidak mungkin terjadi

Dampak kecil

2 Rendah / Kecil

Kadang terjadi

Dampak kecil pada biaya,waktu

3 Sedang / Cukup Besar

Mungkin tidak terjadi

Dampak sedang pada biaya, waktu dan kualitas

4 Tinggi / Besar

Sangat mungkin terjadi

Dampak subtansial pada pada biaya,waktu dan kualitas

5 Sangat Hampir pasti Mengancam

Tinggi / Sangat Besar

terjadi kesuksesan proyek

Setelah risiko yang dapat

mempengaruhi pengembangan teridentifikasi maka diperlukan cara untuk menentukan tingkat kepentingan dari masing-masing resiko. Beberapa resiko secara relatif tidak terlalu fatal , sedangkan beberapa resiko lainnya berdampak besar, beberapa resiko sering terjadi. Sementara itu resiko lainnya jarang terjadi.

Probabilitas terjadinya resiko sering disebut dengan risk likelihood; sedangkan dampak yang akan terjadi jika resiko tersebut terjadi dikenal dengan risk impact dan tingkat kepentingan resiko disebut dengan risk value atau risk exposure. Risk value dapat dihitung dengan formula :

Risk exposure = risk likelihood (probability)x risk impact (impact

Idealnya risk impact diestimasi dalam

batas moneter dan likelihood dievaluasi sebagai sebuah probabilitas. Dalam hal ini risk exposure akan menyatakan besarnya biaya yang diperlukan berdasarkan perhitungan analisis biaya manfaat. Risk exposure untuk berbagai resiko dapat dibandingkan antara satu dengan lainnya untuk mengetahui tingkat kepentingan masing-masing risiko.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian Jenis peneltian ini adalah penelitian

deskriptif melalui survey untuk mengetahui pengaruh risiko-risiko apa saja yang dominan mempengaruhi kinerja waktu dan biaya pada perusahaan jasa pelaksana konstruksi (kontraktor) berdasarkan persepsi atasan langsung atau yang mewakilinya pada perusahaan kontraktor di Surabaya.

3.2 Data Penelitian Pengertian data adalah fakta dan angka yang secara relatif tidak berarti bagi pemakai. Data dapat berubah menjadi informasi yang berarti apabila diproses.

8

Ada beberapa jenis data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu data primer dan data sekunder. a. Data primer

Data primer adalah data atau informasi sebenarnya yang didapat dari sumber pertama atau dari tempat penelitian. Data primer tersebut diperoleh dengan cara wawancara langsung dan penyebaran kuisioner kepada responden di lapangan. Responden yang dituju dalam penelitian ini adalah Project Manajer,Site Manajer,Site Engineering,Engineering, dan Saffety Officer.

b. Data sekunder Data sekunder yang digunakan adalah data sekunder yang berasal dari proyek yang ditinjau, seperti daftar pekerjaan apa saja yang dilakukan di proyek tersebut.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1 Penentuan Populasi

Populasi adalah sekumpulan individu dengan karakteristik khas yang menjadi perhatian dalam suatu penelitian (pengamatan).

Dalam penelitian ini, yang menjadi populasi adalah jumlah keseluruhan pembangunan proyek gedung di Surabaya yang sedang berjalan. 3.3.2 Penentuan Sampel

Sampel adalah bagian kecil dari anggota populasi yang diambil menurut prosedur tertentu sehingga dapat mewakili populasinya. Cara mengambil sampel pembangunan proyek di Surabaya dilakukan secara acak atau dengan kata lain disebut sampling.

Adapun sampel proyek tersebut antara lain : 1. Pembangunan Gedung STTAL –

KODIKAL Perak Surabaya 2. Pembangunan Ruko Gedung Cowek

Surabaya 3. Pembangunan DR Apartement

Surabaya 4. Pembangunan Gunawangsa

Apartement Surabaya 5. Pembangunan Rumah Sakit Royal

Surabaya

6. Pembangunan Xing Hong School Surabaya.

Sampel penelitian ini meliputi sejumlah elemen (responden) yang lebih besar dari persyaratan minimal sebanyak 30 responden (Singarimbun dan Effendy,1989). Di mana dari setiap sampel mewakili 5 responden.

3.4 Variabel Penelitian Variabel penelitian dalam penelitian

ini adalah faktor-faktor yang dapat dipakai untuk pengukuran risiko-risiko apa saja yang dominan mempengaruhi kinerja waktu dan biaya. Dari literatur yang diperoleh maka dapat ditabelkan sebagai berikut :

Sumber Pertanyaan Variabel

1 Excavation 1 Longsornya galian

2 Pekerja jatuh ke dalam galian Wicaksono

3 Peralatan danexcavation Singgih (2011) menabrakfasilitas/pekerja yang ada di sekitarnya

2 Steel fixing 4 Tangan terkena mesin bar bender Wicaksono

5 Terluka Karena danterkena besi Singgih (2011)

6 Terjatuh dari ketinggian

3 Formwork 7 Terjatuh dari Wicaksono & installation ketinggian

8 Formwork collapse Singgih (2011)

4Hot work

9Pekerja terpercik api las

(welding, cutting) 10 Ganggguan Wicaksono & terkena asap las Singgih (2011)

5 Concreting 11 Tertimpa bucket

12Terjatuh dari ketinggian

Almighty

13 Sling putus (2009)14 Tertimpa sirtu

6 Back filling 15 Pergerakan alat berat menabrak Wicaksono & fasilitas/pekerja Singgih (2011) disekitarnya

7 Install 16 Precast jatuh

Precast facade 17Pekerja terjepit precast

Almighty

18 Chain block (2009)8 Pekerjaan 19 Pekerjaan jauh

Extra Wall 20 Gondola merosok jatuhAlmighty21 Pekerja di bawah

tertimpa (2009)

material

22Tersengat Listrik di Gondola

9 Lifting 23 Crane roboh

material 24 Sling putus Almighty

menggunakan 25 Material terjatuh/sebagian besar (2009)

Tower Crane dari material yg diangkat10 Instalation 26 Terjatuh dari

gypsum 27Tertimpa peralatan dari Wicaksonoketinggian &

28Terluka ketika bekerja

Singgih (2011)

dengan gypsum board

11 Pekerjaan 29 Pekerjaan

Pasang potongan keramik

30 pekerjaan terkena mesin

Darma

potong keramik (2009)

31 tersengat listrik

32Tertimpa material keramik

12 Pekerjaan 33 Tertimpa material hebel

Pasang 34 Gangguan debu akibat Darma

Dinding dan (2009)Plester menghirup debu/semen

13 Pekerjaan 35 Terkena bor

pasang 36

Terjepit kusen/pintu Darma

kusen dan 37 Tersengat listrik (2009)

pintu kayu 38Tertimpa pintu/kusen

14 Pekerjaan 39 Menghirup cat Wicaksono &

pengecatan 40 Kejatuhan Singgih (2011)15 Pekerjaan 41 Tersengat listrik

Finishing 42

Pekerjaan terkena mesin finishing Darma

(griding,chipping, 43 Potongan partikel (2009)

cutting) mata16 Instalation 45 Terjatuh dari

Electrical pipe 46Tertimpa peralatan dari

Darma

ketinggian (2009)

47 Tersengat listrik17 Instalation 48 Terjatuh dari

Plumbing Pipe 49Tertimpa peralatan dari

Wicaksono

ketinggian &50 Terluka ketika Singgih (2011)

pipa

NoEvent Risiko

Referensi

9

3.1 Diagram Alir Pengerjaan Tugas Akhir 3.5.1 Survey Pendahuluan

Survey pendahuluan dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara, tujuannya untuk mendapatkan variabel baru yang lebih relevan di lapangan. Wawancara dilakukan dengan beberapa manajer dan staff dari tiap proyek. 3.5.2 Survey Utama

Survey utama ini dimaksudkan untuk memperkirakan frekuensi terjadinya suatu risiko dan dampak dari risiko kepada responden. Responden memperkirakan frekuensi terjadinya risiko dan dampak dari risiko yang telah diidentifikasi pada survey pendahuluan.

3.6 Analisa Data 3.6.1 Analisa Risiko berdasarkan Impact terhadap Waktu Setelah diketahui risiko-risiko apa saja yang terjadi pada proyek, pengerjaan selanjutnya dengan analisa risiko yang menggunakan tabel probability x impat ( P x I ). Dimana untuk mengukur Probability kejadian item-item risiko di gunakan skala Likert, yaitu : Sangat Rendah ( SR) = 1 Rendah (R) = 2

Sedang (S) = 3 Tinggi (T) = 4

Sangat Tinggi (ST) = 5

Proses pengerjaan tabel Probability x Impact adalah dengan memasukkan nilai kali dengan kejadian ke dalam skala probability yang telah ditentukan. Setelah itu memasukkan nilai impact juga dari skala yang telah di tentukan. Setelah memasukkan nilai tersebut ke dalam skala yang telah ditentukan, lalu dilanjutkan dengan mengalikan skala pada kolom probability dan skala pada kolom impact. Setelah itu didapatkan nilai yang dapat dijadikan acuan untuk mengetahui risiko mana saja yang kemungkinan besar akan menimbulkan dampak yang signifikan terhadap waktu. Keterangan skala pada Probability adalah sebagai berikut : Sangat Rendah (SR)= < 3 kali kejadian Rendah (R) = 3 – 5 kali kejadian Sedang (S) = 6 – 7 kali kejadian Tinggi (T) = 8 – 10 kali kejadian Sangat Tinggi (ST) = > 10 kali kejadian Kriteria penetapan skala probability ini didapat dari analisa dari pihak peneliti. Berikut ini adalah keterangan skala pada impact terhadap waktu: Sangat Kecil (SK) = < 14 hari dari durasi proyek Kecil (K) = 14 – 28 hari dari durasi proyek Cukup Besar (C) = 28 – 42 hari dari durasi proye Besar (B) = 42 – 56 hari dari durasi proyek Sangat Besar (SB) = > 56 hari dari durasi proyek 3.6.2 Analisa Risiko berdasarkan Impact terhadap Biaya Untuk mengukur impact terhadap

Survey Pendahul

Analisa Data

Kesimpulan

Latar Belakang 1. 1. Pembangunan proyek

gedung merupakan salah satu pembangunan yang juga berisiko tinggi dalam

Perumusan Masalah 1. Risiko-risiko apa saja

yang dominan mempengaruhi kinerja waktu ?

Survey

Indentifikasi Variabel

Kompilasi

10

5.004.003.002.001.000.00

0.50

1.00

1.50

2.00

III II

IV I

Rata-rata

(x)

Standart Deviasi

(S)

biaya dari kejadian item-item risiko, cara yang digunakan sama dengan yang digunakan mengukur impact terhadap waktu, yaitu dengan memasukkan nilai kali dengan kejadian ke dalam skala probability yang telah di tentukan. Setelah itu memasukkan nilai impact juga dari skala yang telah di tentukan. Setelah memasukkan nilai tersebut ke dalam skala yang telah ditentukan, lalu dilanjutkan dengan mengalikan skala pada kolom probability dan skala pada kolom impact. Setelah itu didapatkan nilai yang dapat dijadikan acuan untuk mengetahui risiko mana saja yang kemungkinan besar akan menimbulkan dampak yang signifikan terhadap biaya. Keterangan skala pada Probability adalah sebagai berikut : Sangat Rendah (SR) = < 3 kali kejadian Rendah (R) = 3 – 5 kali kejadian

Sedang (S) = 6 – 7 kali kejadian

Tinggi (T) = 8 – 10 kali kejadian

Sangat Tinggi (ST) = > 10 kali kejadian Kriteria penetapan skala probability ini didapat dari analisa dari pihak peneliti. Berikut ini adalah keterangan skala pada impact terhadap biaya: Sangat Kecil (SK) = < 250 juta rupiah Kecil (K) = 250 – 350 juta rupiah Cukup Besar (C) = 350 – 450 juta rupiah Besar (B) = 450 – 600 juta rupiah

Sangat Besar (SB) = > 600 juta rupiah 3.6.3 Statistik Deskriptif

Metode statistik adalah prosedur-prosedur yang digunakan dalam pengumpulan, analisis, dan penafsiran data. Statistik deskriftif adalah metode yang berkaitan dengan pengumpulan dan penyajian suatu gugus data sehingga memberikan informasi yang berguna. Statistik deskiptif memberikan informasi hanya mengenai data yang dipunyai. Penyajian hasil analisis ini dapat berupa tabel, diagram, histrogram, grafik, dan besaran-

besaran lain yang termasuk dalam kategori statistika deskriptif (Walpole, 1995).

Statistik deskriptif adalah statistik yang berfungsi untuk mendiskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku umum. Pada statistik deskriptif ini, akan dikemukakan cara-cara penyajian data, dengan tabel biasa maupun distribusi frekuensi. Statistik deskriptif dalam penelitian ini digunakan untuk menyajikan karateristik rata-rata dapat dihitung dengan rumus :

dimana : n = banyaknya data

3.6.4 Analisa Kuadran Tingkat Dominan

Faktor Risiko Dari risiko-risiko yang didapatkan melalui analisa risiko yang dominan mempengaruhi kinerja terhadap waktu dan biaya, maka dilakukanlah analisa kuadran terhadap risiko tersebut, yaitu dilakukan plotting dengan memasukkan hasil mean dan jenis risiko yang terjadi kedalam diagram kuadran mean untuk mengetahui variabel mana yang paling dominan dan mana yang kurang berpengaruh untuk setiap faktor risiko yang diteliti.

Gambar 3.2 Diagaram Kuadran Mean

Diagram kuadran mean terdapat kuadran-kuadran yang berfungsi sebagai urutan faktor risiko dominan yang mempengaruhi kinerja waktu dan biaya pada proyek konstruksi di Surabaya :

di mana:

n

xn

ii∑

== 1x

11

I nilai mean ( rata-rata ) besar,faktor yang berada di dalam kuadran I diletakkan pada urutan pertama karena nilai mean yang tinggi berarti sebagaian besar responden memberikan skor yang tinggi terhadap faktor risiko tersebut, berarti sebagaian besar responden sepakat terhadap jawaban tersebut.

II nilai mean ( rata-rata ) cukup besar faktor risiko yang berada di dalam kuadran II diletakkan pada urutan kedua karena nilai mean yang cukup tinggi berarti sebagaian besar responden memberikan skor yangcukup tinggi terhadap faktor risiko tersebut.

III nilai mean ( rata-rata ) kecil, faktor risiko yang berada di dalam kuadran III diletakkan pada urutan ketiga karena nilai mean yang rendah berarti sebagaian besar responden memberikan skor yang rendah terhadap faktor risiko tersebut.

IV nilai mean ( rata-rata ) sangat kecil, faktor risiko yang berada di dalam kuadran IV diletakkan pada urutan keempat karena nilai mean yang sangat rendah berarti sebagaian besar responden memberikan skor yang rendah terhadap faktor risiko tersebut.

BAB IV

ANALISA DATA dan PEMBAHASAN

4.1 Data Responden Dari hasil kuesioner yang disebar

kepada beberapa proyek konstruksi gedung di Surabaya, maka didapatkan 30 responden.

1. Data Responden Berdasarkan Jenis

Kelamin Dalam data ini menyajikan jenis kelamin

responden, dalam golongannya jenis kelamin responden dibagi menjadi 2 yaitu laki-laki dan perempuan. Dari 30 data responden didapatkan hasil jumlah dan prosentase jenis kelamin responden beserta penyajiannya dengan diagram lingkaran dibawah ini.

Tabel 4.1 Data Jenis Kelamin Responden

Jenis Kelamin Responden Jumlah %

Laki-laki 30 100

Perempuan 0 0

2. Data Responden Berdasarkan Usia Dalam data ini menyajikan usia

responden, dalam golongannya usia responden dibagi menjadi 3 yaitu 21 - 30 tahun, 31 - 40 tahun, dan >40 tahun. Dari 30 data responden didapatkan hasil jumlah dan prosentase data usia responden beserta penyajiannya dengan diagram lingkaran dibawah ini.

Tabel 4.2 Data Usia Responden

Umur Responden Jumlah %

21- 30 tahun 10 33,3

31 - 40 tahun 15 50

> 40 tahun 5 16,7

3. Data Responden Berdasarkan Lama Bekerja Dalam data ini menyajikan lama

responden menjadi mandor, dalam golongannya lama menjadi mandor dibagi menjadi 3 yaitu 1-5 tahun, 6-10 tahun, dan >40

Gambar 4.2 Diagram Lingkaran Umur Responden

Gambar 4.1 Diagram Jenis Kelamin Responden

12

ahun. Dari 30 data responden maka didapatkan hasil jumlah dan prosentase untuk data lama responden menjadi mandor beserta penyajiannya dengan diagram lingkaran dibawah ini.

Tabel 4.3 Data Lama Bekerja Responden

Lama Responden Bekerja Jumlah %

1 - 5 tahun 8 26,7

6 - 10 tahun 10 33,3

> 10 tahun 12 40

4. Data Responden Berdasarkan

Pendidikan Dalam data ini menyajikan pendidikan

akhir responden, dalam golongannya umur responden dibagi menjadi 3 yaitu D3,S1 dan S2. Dari 30 data responden didapatkan hasil jumlah dan prosentase data pendidikan akhir responden beserta penyajiannya dengan diagram lingkaran dibawah ini.

Tabel 4.4 Tabel Pendidikan Responden

Pendidikan Responden Jumlah %

D3 16 20

S1 12 70

S2 2 10

4.2.3 Statistik Deskriptif Metode statistik adalah prosedur-prosedur yang digunakan dalam pengumpulan, analisis, dan penafsiran data. Statistik deskriftif adalah metode yang berkaitan dengan pengumpulan dan penyajian suatu gugus data sehingga memberikan informasi yang berguna. Statistik deskiptif memberikan informasi hanya mengenai data yang dipunyai. Penyajian hasil analisis ini dapat berupa tabel, diagram, histrogram, grafik, dan besaran-besaran lain yang termasuk dalam kategori statistika deskriptif. (Walpole, 1995).

Gambar 4.5 Jumlah Kejadian Risiko Kecelakaan Terhadap Waktu

Gambar 4.6 Jumlah Kejadian Risiko Kecelakaan Terhadap Biaya

4.2.4 Analisa Kuadran Tingkat Dominan Faktor Risiko Faktor yang dominan atau paling menentukan berdasarkan mean. untuk memudahkan penilaian terhadap urutan dari faktor-faktor tersebut maka dilakukan plottinging dalam diagram mean-standart deviasi dimana untuk mean (rata-rata) ditunjukkan dengan sumbu x dan untuk standart deviasi ditunjukkan dengan sumbu y.

Gambar 4.3 Diagram Lingkaran Lama Responden Bekerja

Gambar 4.4 Diagram Lingkaran Pendidikan Responden

13

Gambar 4.7 Diagram Kuadran Mean Terhadap

Kinerja Waktu

Dari hasil diagram kuadran mean maka diperoleh urutan tiga faktor risiko yang dominan yang mempengaruhi kinerja waktu yaitu gangguan debu akibat menghirup debu atau semen pada pekerjaan pasang dinding dan plester, menghirup cat pada pekerjaan pengecatan, potongan partikel mengenai mata pada pekerjaan finishing (grading,chiping, cutting). Faktor yang paling dominan terletak pada kuadran dua karena nilai mean yang cukup tinggi berarti sebagaian besar responden memberikan skor yangcukup tinggi terhadap faktor risiko tersebut.

Gambar 4.8 Diagram Kuadran Mean Terhadap Kinerja Biaya

Dari hasil diagram kuadran mean maka diperoleh urutan tiga faktor risiko yang dominan yang mempengaruhi kinerja waktu yaitu gangguan debu akibat menghirup debu

atau semen pada pekerjaan pasang dinding dan plester, pekerja menghirup debu potongan keramik pada pekerjaan pemasangan keramik, menghirup cat pada pekerjaan pengecatan. karena nilai mean yang cukup tinggi berarti sebagaian besar responden memberikan skor yangcukup tinggi terhadap faktor risiko tersebut.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan Dari hasil pengolahan data yang

dilakukan, penelitian ini menghasilkan kesimpulan sebagai berikut : 1. Dari hasil penelitian yaitu dari perkalian

probabilitas risiko dan dampak risiko terhadap waktu maka didapatkan 3 faktor tertinggi yang memberikan pengaruh terhadap kinerja waktu yaitu gangguan debu akibat menghirup debu atau semen pada pekerjaan pasang dinding dan plester, menghirup cat pada pekerjaan pengecatan, potongan partikel mengenai mata pada pekerjaan finishing (grading,chiping, cutting). Sedangkan 3 faktor yang paling kecil yang memberikan pengaruh terhadap kinerja waktu yaitu tertimpa peralatan dari ketinggian pada pekerjaan instalasi electrical pipe, terjatuh dari ketinggian pada pekerjaan instalasi plumbing pipe, pekerja jatuh dari ketinggian pada pekerjaan extra wall.

2. Dari perkalian probabilitas risiko dan dampak risiko terhadap waktu maka didapatkan 3 faktor tertinggi yang memberikan pengaruh terhadap kinerja biaya yaitu gangguan debu akibat menghirup debu atau semen pada pekerjaan pasang dinding dan plester, pekerja menghirup debu potongan keramik pada pekerjaan pemasangan keramik, menghirup cat pada pekerjaan pengecatan. Sedangkan 3 faktor yang paling kecil yang memberikan pengaruh terhadap kinerja biaya yaitu tersengat listrik mesin pada pekerjaan finishing (grading,chiping, cutting), pekerja terjepit precast pada pekerjaan install precast, terluka ketika

14

bekerja dengan gypsum board pada pekerjaan instalation gypsum.

5.2 Saran

Perlu dilakukan analisa mengenai respon risiko dan alokasi respon. Dan tidak lupa untuk melakukan monitoring terhadap hasil yang telah didapatkan.

DAFTAR PUSTAKA

Almighty , Ikmal. 2007. Analisa Faktor

Penyebab Keselamatan dan Kecelakaan kerja Pada Pemakaian Crane di Proyek Konstruks (dikutip dari data laporan kecelakaan Kerja). Laporan Tugas Akhir Jurusan Teknik Sipil FTSP - ITS. Surabaya.

Buletin BPKSDM (Jakarta). Edisi I. 2009. Darma, R.E. 2009. Identifikasi Penyebab Kecelakaan Kerja

Menggunakan Fault Tree Analysis Pada Proyek Pembangunan The Adiwangsa Surabaya (dikutip dari data laporan kecelakaan Kerja). Laporan Tugas Akhir Jurusan Teknik Sipil dan Perencanaan FTSP-ITS. Surabaya.

Departemen Tenaga Kerja. 1999. Himpunan Peraturan

Undangan Keselamatan Kerja. Jakarta. http://www.wikipedia.com Kompas (Jakarta). 2004. 4 Januari. Project Manajemen Institut. 2004. A Guide

to the Project Manajement Of Body Knowledge (PMBOK Guiede). USA.

Silalahi, B.N.B. dan Silalahi, Rumendang B. 1995. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : PT Binaan Pustaka Presindo.

Singarimbun, M., dan Effendy, S. (1989). Metode Penelitian

Survei. LP3ES. Jakarta. Soeharto, I. 2001. Manajemen Proyek (Dari Konseptual Sampai Operasional) Jilid II. Jakarta : Erlangga. Warta Ekonomi (Jakarta). 2006. 2 Juni. Walpole. 1995. Pengantar Statistika. Gramedia Pustaka Utama :

Jakarta.

Wicaksono, I.K. dan Singgih M.L. 2011. “Manajemen Risiko K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) Pada Proyek Pembangunan Apartemen Puncak Permai Surabaya”. Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIII, Surabaya, 5 Pebruari.