RUMAH TRADISIONAL NIAS DAN BATAK - PAPER.pdf
-
Upload
nusantara-knowledge -
Category
Documents
-
view
98 -
download
0
Transcript of RUMAH TRADISIONAL NIAS DAN BATAK - PAPER.pdf
iii
DAFTAR ISI
Halaman Judul .............................................................................................. i
Kata Pengantar .............................................................................................. ii
Daftar Isi........................................................................................................ iii
Daftar Gambar............................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................. 1
1.3 Tujuan ................................................................................ 2
1.4 Manfaat .............................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................... 3
2.1 Arsitektur Tradisional Batak ................................................. 3
2.2 Arsitektur Tradisional Nias ................................................... 11
BAB III KESIMPULAN ............................................................................ 22
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 23
RUMAH TRADISIONAL NIAS & BATAK
nusa
ntar
akno
wle
dge.
blog
spot
.com
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Rumah Tradisional Batak............................................................ 4
Gambar 2. Kolong Rumah Batak .................................................................. 5
Gambar 3. Perkampungan Batak................................................................... 6
Gambar 4. Kontruksi Rumah Adat Batak ..................................................... 8
Gambar 5. Rumah Adat Nias ........................................................................ 12
Gambar 6. Rumah Adat Nias Selatan ........................................................... 13
Gambar 7. Miniatur Rumah Nifolasara......................................................... 14
Gambar 8. Miniatur Rumah Omo Tuho........................................................ 15
Gambar 9. Miniatur Rumah Omo Sala ......................................................... 16
Gambar 10. Miniatur Rumah Omo Laraga ................................................... 16
Gambar 11. Miniatur Rumah Omo Hada...................................................... 17
Gambar 12. Miniatur Rumah Omo Hada...................................................... 17
RUMAH TRADISIONAL NIAS & BATAK
nusa
ntar
akno
wle
dge.
blog
spot
.com
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Negara Indonesia memiliki kekayaan alam yang berlimapah. Beraneka ragam
suku, ras dan budaya pula tersebar dari Sabang sampai Merauke. Dalam pendidikan dunia
arsitektur sangat penting untuk mengetahui warisan budaya nusantara ini. Banyak
kearifan lokal yang dapat digali dan dipahami sebagai bekal dalam mendesain suatu
karya arsitektur nantinya, agar bangsa indonesia tidak kehilangan jati dirinya sebagai
bangsa yang kaya akan budaya, salah satunya yaitu karya arsitektur tradisionalnya yang
beraneka ragam dengan ciri khasnya masing-masing.
Dalam rangka memenuhi kelengkapan tugas dalam kontrak perkuliahan serta
usaha untuk memahami salah satu sub materi dari mata kuliah Arsitektur Nusantara yaitu
Rumah Adat Batak dan Nias, terciptalah susunan materi dalam bentuk paper ini yang
menyajikan dan mengulas lebih jauh tentang rumah adat serta budaya daerah tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka timbul permasalahan sebagai berikut :
1. Seperti apa kebudayaan daerah Batak, khususnya dalam hal Rumah Adat/Rumah
Tradisional Batak?
2. Seperti apa kebudayaan daerah Nias, khususnya dalam hal Rumah Adat/Rumah
Tradisional Nias?
1
RUMAH TRADISIONAL NIAS & BATAK
nusa
ntar
akno
wle
dge.
blog
spot
.com
2
1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan paper ini antara lain :
1. Mengetahui kebudayaan daerah Batak, khususnya dalam hal Rumah Adat/Rumah
Tradisional Batak.
2. Mengetahui kebudayaan daerah Nias, khususnya dalam hal Rumah Adat/Rumah
Tradisional Nias.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari terciptanya karya tulis berupa paper ini yaitu dapat
mengetahui dan memahami kekayaan budaya tanah air Indonesia, yang dalam hal ini
terkait dengan rumah adat/rumah tradisional Batak dan Nias.
RUMAH TRADISIONAL NIAS & BATAK
nusa
ntar
akno
wle
dge.
blog
spot
.com
3
BAB II
PEMBAHASAN
Arsitektur Tradisional Batak
Suku Batak terdiri dari enam kelompok Puak yang sebagian besar menempati
daerah Sumatera Utara, terdiri dari Batak Karo, Simalungun, Pak-Pak, Toba, Angkola
dan Mandailing. Suku Batak Toba adalah masyarakat Batak Toba yang bertempat tinggal
sebagai penduduk asli disekitar Danau Toba di Tapanuli Utara. Pola perkampungan pada
umumnya berkelompok. Kelompok bangunan pada suatu kampung umumnya dua baris,
yaitu barisan Utara dan Selatan. Barisan Utara terdiri dari lumbung tempat menyimpan
padi dan barisan atas terdiri dari rumah adat, dipisahkan oleh ruangan terbuka untuk
semua kegiatan sehari-hari.
Desa-desa di daerah Danau Toba, meskipun saat ini telah kehilangan
dibandingkan dengan bentuk desa masa lampau, tetapi ciri yang umum masih ada bahkan
pada desa-desa yang kecil, yaitu dikelilingi oleh sebuah belukar bambu. Pohon-pohon
bambu sangat tinggi dan seringkali sulit untuk melihat rumah-rumahnya dari luar desa
itu, kecuali didaerah yang berbukit. Di sekitar Balige, poros bangunan yang panjang
mempunyai arah Utara-Selatan sedang di daerah bukit poros bangunan yang panjang
sering diorientasikan secara melintang ke arah sudut-sudut yang tepat ke lereng-lereng
bukit. Di daerah Samosir, poros bangunan yang panjang diarahkan ke Timur-Barat.
3
RUMAH TRADISIONAL NIAS & BATAK
nusa
ntar
akno
wle
dge.
blog
spot
.com
4
Gambar 1. Rumah Tradisional Batak
Sumber : http://www.geocities.com
Rumah adat Batak Toba berdasarkan fungsinya dapat dibedakan ke dalam rumah
yang digunakan untuk tempat tinggal keluarga disebut ruma, dan rumah yang digunakan
sebagai tempat penyimpanan (lumbung) disebut Sopo. Bahan-bahan bangunan terdiri dari
kayu dengan tiang-tiang yang besar dan kokoh. Dinding dari papan atau tepas, lantai juga
dari papan sedangkan atap dari ijuk. Tipe khas rumah adat Batak Toba adalah bentuk
atapnya yang melengkung dan pada ujung atap sebelah depan kadang-kadang dilekatkan
tanduk kerbau, sehingga rumah adat itu menyerupai kerbau.
Punggung kerbau diwujudkan atap yang melengkung, kaki-kaki kerbau
diimplementasikan pada tiang-tiang di kolong rumah. Sebagai ukuran dipakai depa,
jengkal, asta dan langkah seperti ukuran-ukuran yang pada umumnya dipergunakan pada
rumah-rumah tradisional di Jawa, Bali dan daerah-daerah lain. Pada umumnya dinding
rumah merupakan center point, karena adanya ukir-ukiran yang berwarna merah, putih
dan hitam yang merupakan warna tradisional Batak. Ruma Gorga Sarimunggu yaitu ruma
gorga yang memiliki hiasan yang penuh makna dan arti. Dari segi bentuk, arah motif
dapat dicerminkan falsafah maupun pandangan hidup orang Batak yang suka
musyawarah, gotong royong, suka berterus terang, sifat terbuka, dinamis dan kreatif.
RUMAH TRADISIONAL NIAS & BATAK
nusa
ntar
akno
wle
dge.
blog
spot
.com
5
Gambar 2. Kolong Rumah Batak
Sumber : http://www.geocities.com
Ruma Parsantian didirikan oleh sekeluarga dan siapa yang jadi anak bungsu
itulah yang diberi hak untuk menempati dan merawatnya. Di dalam satu rumah dapat
tinggal beberapa keluarga, antara keluarga bapak dan keluarga anak yang sudah menikah.
Biasanya orangtua tidur di bagian salah satu sudut rumah. Seringkali keluarga menantu
tinggal bersama orangtua dalam rumah yang sama.
Rumah melambangkan makrokosmos dan mikrokosmos yang terdiri dari adanya
tritunggal benua, yaitu :
a. Benua Atas yang ditempati Dewa, dilambangkan dengan atap rumah.
b. Benua Tengah yang ditempati manusia, dilambangkan dengan lantai dan
dinding.
c. Benua Bawah sebagai tempat kematian dilambangkan dengan kolong.
Pada jaman dulu, rumah bagian tengah itu tidak mempunyai kamar-kamar
dan naik ke rumah harus melalui tangga dari kolong rumah, terdiri dari
lima sampai tujuh buah anak tangga.
RUMAH TRADISIONAL NIAS & BATAK
nusa
ntar
akno
wle
dge.
blog
spot
.com
6
http://www.geocities.com
Suku Batak terdiri dari enam kelompok Puak yang sebagian besar menempati
daerah Sumatera Utara, terdiri dari Batak Karo, Simalungun, Pak-Pak, Toba, Angkola
dan Mandailing. Sebelum meletakkan pondasi lebih dahulu diadakan sesajen, biasanya
berupa hewan, seperti kerbau atau babi. Caranya yaitu dengan meletakkan kepala
binatang tersebut ke dalam lubang pondasi, juga darahnya di tuang ke dalam lubang,
tujuannya supaya pemilik rumah selamat dan banyak rejeki di tempat yang baru.
Ada tiang yang dekat dengan pintu (basiha pandak) yang berfungsi untuk
memikul bagian atas, khususnya landasan lantai rumah dan bentuknya bulat panjang.
Balok untuk menghubungkan semua tiang-tiang disebut rassang yang lebih tebal dari
papan. Berfungsi untuk mempersatukan tiang-tiang depan, belakang, samping kanan dan
kiri rumah dan dipegang oleh solong-solong (pengganti paku). Pintu kolong rumah
digunakan untuk jalannya kerbau supaya bisa masuk ke dalam kolong.
Tangga rumah terdiri dari dua macam, yaitu pertama, tangga jantan (balatuk
tunggal), terbuat dari potongan sebatang pohon atau tiang yang dibentuk menjadi anak
tangga. Anak tangga adalah lobang pada batang itu sendiri, berjumlah lima atau tujuh
buah. Biasanya terbuat dari sejenis pohon besar yang batangnya kuat dan disebut
sibagure. Kedua, tangga betina (balatuk boru-boru), terbuat dari beberapa potong kayu
yang keras dan jumlah anak tangganya ganjil. Tiang-tiang depan dan belakang rumah
Gambar 3. Perkampungan Batak
RUMAH TRADISIONAL NIAS & BATAK
nusa
ntar
akno
wle
dge.
blog
spot
.com
7
adat satu sama lain dihubungkan oleh papan yang agak tebal (tustus parbarat),
menembus lubang pada tiang depan dan belakang. Pada waktu peletakannya, tepat di
bawah tiang ditanam ijuk yang berisi ramuan obat-obatan dan telur ayam yang telah
dipecah, bertujuan agar penghuni rumah terhindar dari mara bahaya.
Rumah adat Batak Toba pada bagian-bagian lainnya terdapat ornamen-ornamen
yang penuh dengan makna dan simbolisme, yang menggambarkan kewibawaan dan
kharisma. Ornamen-ornamen tersebut berupa orang yang menarik kerbau melambangkan
kehidupan dan semangat kerja, ornamen-ornamen perang dan dan sebagainya. Teknik
ragam hias terdiri dari dua cara, yaitu dengan teknik ukir teknik lukis. Untuk mengukir
digunakan pisau tajam dengan alat pemukulnya (pasak-pasak) dari kayu. Sedangkan
teknik lukis bahannya diolah sendiri dari batu-batuan atau pun tanaga yang keras dan
arang. Atap rumah terbuat dari ijuk yang terdiri dari tiga lapis. Lapisan pertama disebut
tuham-tuham (satu golongan besar dari ijuk, yang disusun mulai dari jabu bona tebalnya
20 cm dan luasnya 1 x 1,5 m2). Antara tuham yang satu dan dengan tuham lainnya diisi
dengan ijuk agar permukaannya menjadi rata. Lapisan kedua, yaitu lalubaknya berupa
ijuk yang langsung diambil dari pohon Enau dan masih padat, diletakkan lapis ketiga.
Setiap lapisan diikat dengan jarum yang terbuat dari bambu dengan jarak 0,5 m.
Sebelum mendirikan bangunan diadakan musyawarah terlebih dahulu. Hasil musyawarah
dikonsultasikan kepada pengetua untuk memohon nasihat atau saran. Setelah diadakan
musyawarah, tindakan berikutnya adalah peninjauan tempat. Apabila tempat tersebut
memenuhi persyaratan, maka ditandai dengan mare-mare yakni daun pohon enau yang
masih muda dan berwarna kuning, yang merupakan pertanda atau pengumuman bagi
penduduk disekitarnya bahwa tempat tersebut akan dijadikan bangunan.
Tahap pertama adalah pencarian pohon-pohon yang cocok kemudian ditebang dan
dikumpulkan disekitar tempat-tempat yang akan didirikan rumah. Kemudian bahan-
bahan tersebut ditumpuk ditempat tertentu agar terhindar dari hujan dan tidak cepat lapuk
atau menjadi busuk.
RUMAH TRADISIONAL NIAS & BATAK
nusa
ntar
akno
wle
dge.
blog
spot
.com
8
Gambar 4. Kontruksi Rumah Adat Batak
Sumber : http://www.geocities.com
Dalam mendirikan suatu rumah adat biasanya memakan waktu sampai lima tahun.
Sudah barang tentu memakan biaya banyak, karena banyaknya hewan yang dikorbankan,
untuk memenuhi syarat-syarat dan upacara-upacara yang diadakan, baik sebelum
mendirikan bangunan (upacara mengusung bunti), pada waktu mendirikan bangunan
(upacara parsik tiang) pada waktu memasang tiang, dan panaik uwur (pada waktu
memasang uwur) maupun pada waktu bangunan telah selesai, yaitu upacara memasuki
rumah baru (mangopoi jambu) dan upacara memestakan rumah (pamestahon jabu).
Daerah yang ditempati oleh suku Batak Simalungun terletak diantara daerah Karo
dan Toba di Sumatera Utara. Pada waktu ini sudah hampir tidak terdapat lagi desa-desa
tradisional dari suku Batak Simalungun, yang dahulunya merupakan sebuah desa yang
besar sekali dikelilingi oleh pohon-pohon beracun. Desa tersebut dibangun di atas sebuah
bukit, dan sulit sekali untuk dimasuki kecuali melewati terowongan-terowongan yang
langsung dapat mencapai tengah-tengah desa. Arsitektur tradisional dari suku Batak
Simalungun masih dapat dipelajari dari empat jenis bangunan yang masih ada, dalam
bentuk Balai Buttu (pintu gerbang rumah), Jambur (gudang), Bolon adat (rumah raja) dan
Balai Bolon Adat (gedung pertemuan dan pengadilan). Balai Buttu dicapai dengan anak
tangga dari kayu, luasnya kira-kira 6 m2 dan tingginya 6 m. Dasarnya adalah balok-balok
horisontal yang dibangun dalam bentuk persegi, di susun di atas empat buah batu kali
RUMAH TRADISIONAL NIAS & BATAK
nusa
ntar
akno
wle
dge.
blog
spot
.com
9
dengan alas ijuk diantara batu dan papan . jambur digunakan untuk menyimpan beras,
tetapi dipakai juga sebagai tempat tinggal tamu laki-laki dan tempat dimana para
bujangan tidur.
Fungsi dari bangunan ini seperti yang ada di Pematang Purba, tampaknya telah
menyimpang dari penggunaan aslinya dan terlihat pada tungku perapiannya. Bagian atas
menunjukkan bahwa kegunaan utamanya telah menjadi tempat tinggal dan bukan
dipergunakan sebagai tempat penyimpanan beras. Bangunan ini kira-kira luasnya 25 m2
dan tingginya 7 m. Strukturnya di atas dua belas batu kali yang tiga menyilang ke depan
dan empat dari depan ke belakang. Lantai yang lebih rendah hanya 75 cm dari tanah dan
ditopang tiga lapis palang balok. Lumbung digantungkan di atas tungku di tingkat atas,
dimana penggunaan utama dari bangunan tersebut tetap sebagai tempat penyimpanan
beras.
Balai Balon Adat semula digunakan untuk tempat pertemuan-pertemuan dan
untuk membahas masalah penting dalam hukum adat. Sistem pembangunannya sama
seperti Balai Buttu, tetapi dalam skala lebih besar. Perbedaan utamanya adalah pada tiang
penyangga struktur atap yang diletakkan di atas balok lantai. Tiang berdiameter 35 cm
dan dibuat dari kayu yang sangat keras. Dasar dari tiang ini sangat penting dan ditutupi
dengan ukiran, lukisan dan tulisan yang berhubungan dengan hukum adat. Bagian depan
(Timur) adalah pintu, lebarnya 80 cm dan tingginya 1,5 m, dikelilingi dengan ukiran,
lukisan dan tulisan dan dengan dua kepala singa pada ambang pintu.
Potongan yang lebih rendah dari dinding yang miring pada setiap sisi pintunya dipenuhi
dengan papan tiang jendela vertikal yang membiarkan masuknya cahaya dan angin.
Rumah Balon Adat (rumah raja) terbagi menjadi dua bagian, yaitu yang besar dibangun
pada tiang-tiang vertikal, sedangkan yang kecil disusun pada tumpukan balok horisontal,
pintu masuk pada sisi sebelah Timur diapit oleh balkon atas dan bawah, menopang pada
sambungan dari bagian atap ke bagian depan bangunan. Ujung atapnya sederhana, dua
puluh tiang yang menopang lantai dibentuk menjadi ortogal dan dicat dengan
motifgeometris hitam putih.
Tidak seperti bangunan lainnya, bangunan ini mempunyai lantai ganda dengan
gang yang menurun ke pusat pada lantai yang lebih rendah. Lantai yang rendah berada
RUMAH TRADISIONAL NIAS & BATAK
nusa
ntar
akno
wle
dge.
blog
spot
.com
10
2,80 m dari tanah dan gang digantungkan dengan rota yang diikat pada dua pusat kayu,
dilengkapi dengan kumpulan papan yang terbentuk dengan indah sebagai dekorasinya.
Tungku perapian dibangun dari sisa pembakaran kayu dan dipenuhi dengan tanah. Di atas
tungku dipasang ayunan dimana peralatan memasak disimpan dan bahan makanan
dikeringkan serta diasapi. Pintu pada ujung sebelah Timur kamar raja berisi ruangan tidur
kecil dan dua tungku api. Konstruksi pada bagian bangunan ini sama dengan rumah
pertemuan (Balai Balon adat) kecuali struktur lantainya sedikit rumit sebagai akibat dari
tungku tersebut. Penutup atap keseluruhan adalah jalinan ijuk pada kaso dan papan kecil
dari bambu. Bumbungan dikat dengan ijuk dengan hiasan kepala kerbau pada puncaknya.
Pada bangunan Simalungun susunan strukturnya terdiri dari tiang-tiang bergaris
tengah 40 sampai 50 cm. Sebagian besar adalah balok-balok dan tiang-tiang yang
dibiarkan dalam potongan bundar yang ditebang dari hutan. Kayu yang digunakan pada
umumnya adalah kayu keras, kayu tongkang dan kadang-kadang keseluruhan bambu
digunakan dalam jalinan ijuk yang diikat dengan rotan atau bambu belah. Struktur
tersebut ditata di atas batu-batu kali yang besar kecuali untuk rumah raja. Tiang-tiangnya
ditanam di dalam tanah. Pusat tiang terpenting dari gedung pertemuan diukir dari kayu
keras yang tebal. Paku tidak digunakan dalam konstruksi, hanya pasak dan tali ijuk baji
(sentung).
Bangunan rumah adat Batak Karo merupakan sebuah bangunan yang sangat
besar, terdiri dari empat sampai enam tungku perapian, satu untuk setiap unit keluarga
besar (jabu) atau untuk dua jabu. Oleh karena itu antara empat sampai dua belas keluarga
dapat tinggal di rumah tersebut dan dengan ukuran rata-rata keluarga besar terdiri dari
lima orang (suami, istri dan tiga orang anak). Rumah adat Batak Karo dapat ditempati
oleh dua puluh sampai enam puluh orang. Anak-anak tidur dengan orangtua sampai
menjelang usia dewasa, pada pria dewasa (bujangan) tidur di bale-bale lumbung dan para
gadis bergabung dengan keluarga lain di rumah lainnya.
Rumah adat Batak Karo berukuran 17 x 12 m2 dan tingginya 12 m. Bangunan ini
simetris pada kedua porosnya, sehingga pintu masuk pada kedua sisinya kelihatan sama.
Hal ini sulit untuk membedakan yang mana pintu masuk utamanya. Rumah adat Batak
Karo dibangun dengan enam belas tiang yang bersandar pada batu-batu besar dari gunung
RUMAH TRADISIONAL NIAS & BATAK
nusa
ntar
akno
wle
dge.
blog
spot
.com
11
atau sungai. Delapan dari tiang-tiang ini menyangga lantai dan atap, sedangkan yang
delapan lagi hanya penyangga lantai saja. Dinding-dindingnya juga merupakan
penunjang atap. Kedua pintu masuk dan kedelapan jendela dipasang di atas dinding yang
miring, di atas lingkaran balok. Tinggi pintu setinggi orang dewasa dan jendela
ukurannya lebih kecil. Pintu mempunyai daun pintu ganda sedangkan jendela mempunyai
daun jendela tunggal.
Bagian luar dari kusen jendela dan pintu umumnya diukir dalam versi yang rumit
dari susunan busur dan anak panah. Atap dijalin dengan ijuk hitam dan diikatkan kepada
sebuah kerangka dari anyaman bambu yang menutupi bagian bawah kerangka dari pohon
aren atau bambu. Bumbungan atap terbuat dari jerami yang tebalnya 15 sampai 20 cm.
Bagian terendah dari atap pertama di bagian pangkalnya ditanami tanaman yang menjalar
pada semua dinding dan berfungsi sebagai penahan hujan deras. Ujung dari atap yang
menonjol ditutup dengan tikar bambu yang sangat indah.
Fungsi utama dari ujung atap yang menonjol ini adalah untuk emmungkinkan
asap keluar dari tungku dalam rumah. Pada bagian depan dan belakang rumah adalah
panggung besar yang disebut ture, konstruksinya sederhana dari potongan bambu
melingkar dengan diameter 6 cm. Panggung ini dugunakan untuk tempat mencuci,
menyiapkan makanan, sebagai tempat pembuangan (kotoran hewan) dan sebagai ruang
masuk utama. Jalan masuk menuju ture adalah tangga bambu atau kayu.
Arsitektur Tradisional Nias
Nias memiliki budaya yang sangat menarik. Lompat batu merupakan salah satu
contoh budaya yang paling terkenal dan unik, dimana seorang pria melompat diatas
sebuah tumpukan batu dengan ketinggian lebih dari 2 meter. Lompatan itu untuk
menunjukkan kedewasaan seorang pria, para pengunjung dapat menyaksikan lompat batu
tersebut di desa Bawomatolua, Hilisimaetano atau di desa sekitarnya. Lompat batu
dilakukan untuk menunjukkan kedewasaan seorang pria, walaupun hal ini sangat
berbahaya tetapi menjadi sebuah olahraga yang menyenangkan. Tarian perang tradisional
RUMAH TRADISIONAL NIAS & BATAK
nusa
ntar
akno
wle
dge.
blog
spot
.com
12
Nias juga sangat menarik tetapi jangan takut karena tarian ini bukan untuk menunjukkan
perang yang sebenarnya. Para penari mengenakan pakaian tradiional, pakaian yang
terbuat dari sabut ijuk dan serat kulit kayu dan kepala mereka dihiasi dengan bulu
burung, dan ditangan mereka membawa tombak dan perisai.
Nias memiliki rumah adat yang sangat menarik. Rumah tradisional yang tertua dan
terluas yang dinamakan Omo Sebua, yang merupakan rumah asli dan suku yang suka
perang terdapat di dea Bawomatulou atau “Sunhill”. Rumah ini tingginya mencapai 22
m dan beberapa tiangnya lebih tebal dari 1 m. Rumah ini masih dimiliki dan ditempati
oleh keluarga kerajaan. Arsitektur dari bangunan ini bagus sekali, mempunyai ukuran
dinding yang menarik untuk menghormati upacara pesta yang terkenal dan hiasan
perabotnya, seperti meja dan kursi beratnya masing-masing mencapai 18 ton.
Nias pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua, yaitu Nias dan Nias Selatan. Secara
umum mirip, tapi tentu ada perbedaannya. Dari segi bahasa pun berbeda, masyarakat
Nias Selatan bisa memahami bahasa Nias, tapi masyarakat Nias lebih sulit memahami
bahasa Nias Selatan. Dan seperti biasa terjadi di Indonesia (dan mungkin di tempat
lainnya), stereotypes berkembang bahkan diantara dua "suku" ini. Dari rumah adat pun
berbeda, walaupun keduanya menggunakan model rumah panggung dengan dasar dari
batu-batu besar yang entah bagaimana mengangkutnya.
Gambar 5. Rumah Adat Nias
Sumber : http://www.geocities.com
RUMAH TRADISIONAL NIAS & BATAK
nusa
ntar
akno
wle
dge.
blog
spot
.com
13
Jaman dahulu, mereka yang memiliki rumah adat
adalah orang-orang yang disegani alias tokoh
masyarakat. Masyarakat lainnya bergotong-royong,
menyumbang batu-batu yang diambil dari gunung. Batu
yang dimaksudkan adalah yang dilingkari merah pada
gambar disamping. Sebagai balas jasa tokoh masyarakat
ini memotong babi (mayoritas masyarakat Nias beragama
Kristen) untuk dimakan bersama-sama dan bahkan boleh
dijadikan oleh-oleh.
Gambar 6. Rumah Adat Nias Selatan
Sumber : http://www.geocities.com
Tapi bisa saja yang dibangun bukan sekedar rumah satu keluarga, tapi satu desa,
karena setiap marga memiliki daerah tertentu. Rumah ada Nias berbentuk oval sementara
Nias Selatan kotak. Yang sama dari keduanya, selain berbentuk rumah panggung adalah
rumah tersebut biasanya dibangun bersebelahan, berjejer, dan nyaris dempet. Yang
membatasi itu hanyalah sebuah tangga, konon pola seperti ini sangat penting dalam
perperangan. Jadi pintu pembatas antar rumah itu dibuka, sehingga musuh tidak tahu
target lari ke mana. Karena ujung yang satu terus sambung-menyambung.
Rumah jenis ini disebut Omo Nifolasara karena tiga buah ukiran kayu seperti
kepala monster (Högö lasara) telah dipasang di bagian depannya.
RUMAH TRADISIONAL NIAS & BATAK
nusa
ntar
akno
wle
dge.
blog
spot
.com
14
Gambar 7. Miniatur Rumah Nifolasara
Sumber : http://www.googleimages.com/rumahadatnias1/
Gambar di atas merupakan miniatur dari rumah Nifolasara yang ada di desa
Bawömataluo. Lebar 1 m, panjang 3 m dan tinggi 3 m. Perbedaannya dari rumah lain
adalah:
a. Pintu masuk berada di bawah kolong rumah. Artinya siapapun yang hendak
memasuki rumah tersebut harus tunduk-hormat kepada pemilik rumah.
b. Ada ruangan khusus (pribadi) bangsawan di dalamnya (Malige). Terletak di
bagian atas antara ruangan bagian depan (Tawolo) dan ruangan bagian belakang
(Föröma). Kegunaan ruangan ini yaitu tempat bangsawan bersemadi dan
sekaligus sebagai tempat untuk mengintip orang-orang yang hadir dalam
musyawarah, sebelum sidang dimulai.
c. Dahulu kala, dalam setiap desa, rumah jenis ini hanya ada satu dan hanya dimiliki
oleh bangsawan (Si’ulu) yang berkuasa. Sekarang ini, rumah besar seperti ini
tinggal empat buah, yaitu: di desa Bawömataluo, Hilinawalö-Fau, Onohondrö dan
Hilinawalö-Mazinö.
Masyarakat Nias dewasa ini tidak sanggup lagi mendirikan Omo Nifolasara,
bahkan pemeliharaan ke empat rumah yang masih ada, membutuhkan subsidi. idak
berlanjutnya pembuatan Omo Nifolasara pada masa kini, karena kesulitan mendapat
RUMAH TRADISIONAL NIAS & BATAK
nusa
ntar
akno
wle
dge.
blog
spot
.com
15
kayu-kayu besar. Atapnya yang dibuat dari daun rumbia (Bulu zaku), juga sangat sulit
diperoleh karena hutan-hutan di Nias telah dirusak dan dirambah. Pendirian rumah ini
juga memerlukan biaya besar, bukan saja karena harga bahannya, tetapi juga karena biaya
proses pembuatannya lebih mahal, di mana pemilik rumah harus melakukan pesta adat
pada setiap tahap pembuatan bagian dari rumah tersebut.
Gambar 8. Miniatur Rumah Omo Tuho
Sumber : http://www.googleimages.com/rumahadatnias2/
Rumah adat seperti ini disebut Omo Tuho. Bentuk dasarnya sama dengan Omo
Nifolasara tetapi tidak diberikan ukiran kepala monster (Lasara) di depannya. Jalan
masuk masih berada di bawah, tetapi tidak ada ruangan khusus (ruangan pribadi).
Biasanya hanya dimiliki oleh penduduk asli (Sowanua).
RUMAH TRADISIONAL NIAS & BATAK
nusa
ntar
akno
wle
dge.
blog
spot
.com
16
Rumah adat seperti ini disebut Omo Sala. Bentuk
dasarnya sama dengan Omo Tuho tetapi tidak diberikan
ukiran kepala monster (Lasara) di depannya. Jalan
masuknya disebelah samping. Ini menggambarkan
bahwa pemilik rumah adalah masyarakat biasa (Si’ila
dan Sato) yang tidak harus dihormati secara istimewa.
Tidak ada ruangan pribadi ‘Malige’ di dalamnya. Rumah
jenis ini masih banyak dijumpai di desa-desa tradisional
di wilayah Telukdalam, Nias Selatan.
Gambar 9. Miniatur Rumah Omo Sala
Sumber : http://www.googleimages.com/rumahadatnias3/
Rumah adat seperti ini disebut Omo Laraga atau
Omo hada niha yöu. Bentuknya oval. Terdiri atas
dua bagian, yaitu ruangan depan dan ruangan
belakang. Rumah seperti ini masih dijumpai di Nias
Utara dan Nias Barat. Rumah ini bisa dimiliki oleh
siapa saja tanpa membedakan kelas masyarakat,
namun mutlak perlu modal besar.
Gambar 10. Miniatur Rumah Omo Laraga
Sumber : http://www.googleimages.com/rumahadatnias4/
RUMAH TRADISIONAL NIAS & BATAK
nusa
ntar
akno
wle
dge.
blog
spot
.com
17
Gambar 11. Miniatur Rumah Omo Hada
Sumber : http://www.googleimages.com/rumahadatnias5/
Rumah adat seperti ini tidak diberi nama khusus, hanya disebut Omo Hada.
Rumah seperti ini, dulu terdapat di desa Tögizita, Nias Tengah. Didirikan oleh seorang
bapak yang memiliki 4 putra sebelum perang dunia kedua. Mereka tinggal bersama di
dalam rumah tersebut semasih ayah mereka hidup, karena itu rumah ini dibuat lebih lebar
dan panjang. Namun, seperti biasa di dunia, kesatuan dan keharmonisan tidak terjamin
kalau banyak orang atau keluarga tinggal dalam satu rumah. Selagi orang tua hidup masih
bisa, tetapi sesudahnya muncul konflik di antara bersaudara. Karena itu rumah tidak
dipelihara lagi dan akhirnya dibongkar sekitar tahun 1965.
Rumah adat seperti ini tidak diberi nama khusus,
hanya disebut Omo Hada atau Omo Sebua. Bentuknya
agak mirip dengan rumah adat di Nias Selatan.
Keistimewaan rumah adat di kecamatan Lahusa dan
kecamatan Gomo, Nias Tengah yaitu: kokoh, rustikal dan
di bagian depan banyak ukiran, misalnya Hulu dan Balö
Hulu
Gambar 12. Miniatur Rumah Omo Hada
Sumber : http://www.googleimages.com/rumahadatnias5/
RUMAH TRADISIONAL NIAS & BATAK
nusa
ntar
akno
wle
dge.
blog
spot
.com
18
Di Nias, pulau seluas Bali yang secara geografis merupakan daerah rawan gempa
sebagaimana wilayah Aceh, jejak-jejak kearifan para arsitek jaman dahulu juga masih
bisa ditemui di Sihireo Siwahili, sebuah desa di Nias Utara. Berbeda dengan kawasan
desa-desa tradisional di Nias Selatan yang memerlukan waktu dan tenaga ekstra untuk
mencapai lokasi mereka dari Gunung Sitoli, desa ini bisa dicapai dengan kendaraan
hanya dalam waktu 30 menit melalui jalan aspal yang relatif
mulus. Rumah-rumah vernakular di Nias, walaupun tidak
bereaksi ketika digoyang-goyang sebagaimana dahulu rumah di
Aceh, secara bijak dirancang dengan prinsip tahan gempa. Di
bagian kaki bangunan, kolom-kolom terbagi menjadi dua jenis
yaitu kolom-kolom struktur utama yang berdiri dalam posisi
tegak dan kolom-kolom penguat yang terletak dalam posisi
silang menyilang membentuk huruf X miring. Balok-balok kayu
ataupun batu-batu besar sengaja diletakkan di sela-sela kolom penguat sebagai pemberat
untuk menahan bangunan dari terpaan angin. Sedangkan ujung atas kolom-kolom tegak
dihubungkan dengan balok-balok penyangga melalui sambungan sistem pasak yang
kemudian ditumpangi oleh balok-balok lantai di atasnya.
Kolom-kolom diagonal, tanpa titik awal maupun akhir saling jalin menjalin untuk
menopang bangunan berdenah oval dengan kantilever mengelilingi seluruh sisi lantai
denah. Bagaikan sabuk, rangkaian balok dipasang membujur sekeliling tubuh bangunan.
Di atas sabuk bangunan, sirip-sirip tiang dinding berjarak 80 centimeter di pasang
berjajar dengan posisi miring ke arah luar. Diantara sirip-sirip dipasang dinding pengisi
dari lembaran-lembaran papan. Penggunaan kolong memang bukan satu-satunya di Nias.
Di beberapa wilayah Nusantara, kolong disamping mengemban fungsi stuktur juga
menciptakan ruang yang cukup efektif untuk menyiasati masalah kelembapan yang
ditimbulkan oleh iklim tropis. Kolong juga dapat menghindari kontak langsung penghuni
dengan tanah yang cenderung becek di saat hujan. Namun berbeda dengan daerah lain, di
Nias kolong tidak menjadi ruang positif yang berfungsi sebagai tempat menenun,
menyimpan barang atau memelihara ternak. Jadi di Nias kolong benar-benar mengemban
fungsi struktural. Kolom-kolom ini berukuran cukup besar sehingga kekokohannya bukan
RUMAH TRADISIONAL NIAS & BATAK
nusa
ntar
akno
wle
dge.
blog
spot
.com
19
saja mampu mempertinggi angka keamanan bangunan terhadap gempa, namun secara
psikologis juga memberi perasaan aman bagi penghuninya. Sebab di atas kolom berdiri
dengan megah bangunan berskala besar dengan atap menjulang. Roxana Waterson,
seorang pakar antropologi arsitektur tradisional dari NUS (National University of
Singapore) menyatakan bahwa di seluruh kawasan Asia Tenggara, rumah Nias Utara
adalah buah karya arsitektur vernakular yang paling ekspresif dalam menampilkan kesan
monumentalitasnya. Di bagian tengah bangunan, kolom-kolom dari kolong yang
menjulang ke atas menembus lantai hingga bubungan atap, bertugas mendukung struktur
atap. Sedangkan di bagian pinggir bangunan, kolom-kolom berhenti di atas ruang hunian
dan membentuk jurai atap. Sebagaimana dinding, atap bangunan juga mengikuti bentuk
lantai yang oval. Daun nipah yang dianyam pada sebilah bambu menghasilkan lembaran-
lembaran yang dirangkai sebagai penutup atap.
Rumah Nias Utara bukan saja menampilkan kesan monumental namun juga
mampu berperan sebagai wadah bertinggal yang leluasa dan nyaman. Denah dengan pola
open lay out memudahkan penghuni untuk mengatur tata ruang sesuai dengan selera.
Pola yang paling umum adalah membagi ruang menjadi 4 bagian, cukup dengan
meletakkan dinding-dinding penyekat bersilangan tegak lurus satu sama lain di tengah-
tengah ruangan. Sistem denah terbuka juga membuat rumah vernakular ini sangat adaptif
dengan kebutuhan masyarakat masa kini. Sebab pemilik rumah dapat leluasa
menggunakan berbagai perabot modern di
dalam rumah.
Kenyamanan ruang cukup terjaga karena
elemen-elemen rumah dirancang secara
cerdik dengan menggunakan prinsip
arsitektur tropis. Di tempat-tempat yang
diinginkan, bilah dinding papan bisa
diganti jerajak untuk menciptakan bukaan.
Di ruang duduk, lantai di sepanjang dinding umumnya sengaja ditinggikan dan
sebuah bangku diletakkan menempel sepanjang dinding. Dari bangku ini penghuni
RUMAH TRADISIONAL NIAS & BATAK
nusa
ntar
akno
wle
dge.
blog
spot
.com
20
memandang bebas ke arah luar. Dinding miring memungkinkan privasi karena seluruh
kegiatan dibalik rumah tidak nampak dari luar, walaupun jerajak dibiarkan terbuka
sepanjang hari. Bukaan dengan posisi miring mampu mengatasi tampias air hujan.
Ukurannya cukup lebar sehingga udara dan cahaya alam bebas menerobos masuk ke
dalam rumah. Di ruang duduk dan dapur, salah satu bagian atap dapat berfungsi sebagai
sky light, cukup dengan cara mendorongnya ke arah luar lalu menopangnya dengan
tongkat dari dalam.
Bentuk oval membuat rumah-rumah berdiri bebas satu sama lain. Di Sihireo Siwahili
beberapa rumah terletak berderet dengan bubungan menghadap ke arah jalan. Di
beberapa tempat sebuah rumah tampak sendirian berdiri anggun di atas bukit dikelilingi
oleh hijau pepohonan. Walaupun secara prinsip bentuknya sama, variasi rumah akan
terlihat dari proporsi keseluruhannya. Misalnya ada rumah yang memiliki atap lebih
tinggi atau lebih curam, sementara yang lain memiliki ukuran rumah yang lebih besar.
Ada juga rumah dengan lengkungan elips yang nyaris sempurna dibanding rumah
lainnya.
Rumah di Nias adalah potret
tradisi nenek moyang suku
Nias yang secara rasional
menyiasati ancaman sekaligus
potensi alam dalam membina
bangunan. Hasilnya adalah
sebuah sikap pengekangan diri
yang melebur dengan
keberanian berekspresi. Titik
berat rancangan adalah untuk memenuhi kebutuhan bertinggal. Namun nilai estetika
justru lahir dari logika bahan, konstruksi dan geometri yang sederhana, jujur dan tidak
rumit.
Walaupun rumah-rumah oval di Nias Utara terbukti tahan gempa, mungkin
mereka tak akan mampu bertahan dari terjangan tsunami. Para arsiteknya tentu sangat
RUMAH TRADISIONAL NIAS & BATAK
nusa
ntar
akno
wle
dge.
blog
spot
.com
21
menyadari kekerdilan mereka sebagai manusia. Besar kemungkinan bahwa inilah yang
menjadi salah satu alasan mengapa mereka memilih daerah perbukitan sebagai lokasi
untuk meletakkan rumah-rumah oval mereka.
RUMAH TRADISIONAL NIAS & BATAK
nusa
ntar
akno
wle
dge.
blog
spot
.com
22
BAB III
KESIMPULAN
Konstruksi bangunan tradisional kayu memang ada di seluruh Nusantara. Hal ini
dapat dimaklumi, karena pada saat pulau-pulau di seluruh Nusantara mulai dihuni, bahan
bangunan kayu paling mudah didapat penduduk. Selain itu, penduduk yang menghuni
pulau-pulau besar dan kecil di seluruh Nusantara ini telah belajar dari alam
lingkungannya bagaimana seharusnya membangun, sehingga rumah yang dibangun bisa
sesuai dengan kondisi alam lingkungan di mana dia berada.
Arsitektur Nusantara sebagai alah satu mata kuliah berusaha merangkum, dan
mendokumentasikan pengetahuan arsitektur tradisional agar lebih mudah dalam
pembelajaran, pengembangan serta pelestarian arsitektur tradisional sebagai aset berharga
budaya bangsa Indonesia.
22
RUMAH TRADISIONAL NIAS & BATAK
nusa
ntar
akno
wle
dge.
blog
spot
.com
23
DAFTAR PUSTAKA
http://www.arsitekturIndonesia.com
http://www.geocities.com
www.arcmedia.com
www.architecture.com
23
RUMAH TRADISIONAL NIAS & BATAK
nusa
ntar
akno
wle
dge.
blog
spot
.com
ii
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan paper ini
tepat pada waktunya. Paper yang berjudul ”Rumah Tradisional Batak dan Nias”
ini berisi tentang keadaan rumah tradisional daerah Batak dan Nias dilihat dari
segi arsitektur.
Paper ini adalah salah satu syarat dalam mengikuti mata kuliah Arsitektur
Nusantara, pada semester ganjil (3). Untuk itu dalam kesempatan yang baik ini,
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen
pembimbing sekaligus sebagai dosen pengasuh mata kuliah Arsitektur Nusantara,
yang telah meluangkan waktunya dalam memberikan bimbingan agar tugas ini
bisa terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa paper ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran sebagai penyempurnaan paper
ini, dan semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Denpasar, 25 September 2008
Penulis
RUMAH TRADISIONAL NIAS & BATAK
nusa
ntar
akno
wle
dge.
blog
spot
.com