Waskita Adiguna waskita.adiguna@gmail -...

10
1 Paper Tugas Akhir Waskita Adiguna Pengelolaan Penimbunan Muatan Curah Kering (studi kasus : PLTU Paiton) Waskita Adiguna Jurusan Teknik Perkapalan-FTK, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus Keputih-Sukolilo, Surabaya-60111, Email : [email protected] Abstrak : Dalam pengelolaan batubara di PLTU terdapat dua komponen utama yang perlu diperhatikan yaitu lahan yang digunakan dan juga batubara yang disimpan, dalam pengelolaan lahan perlu diperhatikan penyusunan batubara yang akan mempengaruhi biaya penyimpaan batubara. Kemudian dari aspek pengelolaan batubara terdapat dua komponen, yaitu pengangkutan dan juga persediaan batubara. Dari perhitungan dengan mempercepat waktu kedatangan muatan, setiap 5 jam untuk tongkang 6.000 ton volume bertambah 1.613 ton, untuk penggunaan tongkang 8.000 ton volume bertambah 1.580 ton, untuk penggunaan tongkang 10.000 ton volume bertambah 1.581 ton dan untuk penggunaan tongkang 13.000 ton volume akan bertambah 1.617 ton, dan sistem penumpukan tipe A lebih murah dari sistem penumpukan tipe B. Perhitungan juga dilakukan dengan membatasi persediaan agar dapat mengontrol volume persediaan yang ada dilapangan penumpukan. Dalam penelitian ini tidak menentukan jumlah persediaan, tetapi melakukan kajian tentang pengelolaan penimbunan sehubungan perubahan komponen dari perencanaan persediaan, karena untuk menentukan kebijakan volume persediaan harus dilakukan berdasarkan pengalaman sehubungan dengan penerapan kebijakan pada masing- masing keadaan cuaca, karena volume persediaaan merupakan fungsi dari keadaan cuaca di daerah pelayaran dan cuaca adalah variable yang tidak dapat dikontrol dan keadaan pelayaran tersebut cukup sulit untuk diketahui secara pasti. Kata kunci: Batubara, Pengelolaan persediaan, Penumpukan batubara. 1. Pendahuluan Pengelolaan batubara yang baik harus dapat memenuhi kebutuhan konsumsi pembangkit dalam produksi listrik dan memeperoleh biaya yang murah dalam pengadaan batubara, keadaan yang menjadi kendala dalam mengelola persediaan adalah meminimalkan jumlah persediaan batubara di lapangan penumpukan tanpa berakibat terhentinya proses produksi. Tingginya biaya persediaan yang dikeluarkan berpengaruh terhadap keuntungan yang diperoleh perusahaan, biaya tersebut adalah biaya pembelian, biaya pengadaan, biaya penyimpanan. Oleh karena itu dilakukan penelitian untuk untuk memberi pertimbangan dalam menentukan persediaan batubara. Dalam menentukan kebijakan persediaan yang dilakukan harus mengetahui beberapa komponen yang mempengaruhi besaran persediaan, kemudian mengetahui dampaknya jika komponen tersebut dirubah besarannya, oleh karena itu dalam penelitian ini akan digambarkan dampak dari beberapa perubahan yang dilakukan terhadap komponen-komponen yang dapat dijadikan gambaran dalam menentukan kebijakan sehubungan dengan keadaan pelayaran. 2. Teori Penunjang 2.1. Batubara Batubara merupakan terminologi masyarakat yang dipergunakan untuk menyebut semua sisa tumbuhan yang telah menjadi fosil bersifat padat, berwarna gelap dan dapat dibakar. Apabila batubara tersebut mudah dibakar dan menghasilkan kalori tinggi disebut batubara, tetapi apabila batubara tersebut tidak mudah

Transcript of Waskita Adiguna waskita.adiguna@gmail -...

Page 1: Waskita Adiguna waskita.adiguna@gmail - digilib.its.ac.iddigilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-9736-Paper.pdf · Jurusan Teknik Perkapalan-FTK, ... cuaca di daerah pelayaran

1 Paper Tugas Akhir Waskita Adiguna

Pengelolaan Penimbunan Muatan Curah Kering

(studi kasus : PLTU Paiton)

Waskita Adiguna

Jurusan Teknik Perkapalan-FTK, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Kampus Keputih-Sukolilo, Surabaya-60111, Email : [email protected]

Abstrak : Dalam pengelolaan batubara di PLTU

terdapat dua komponen utama yang perlu

diperhatikan yaitu lahan yang digunakan dan

juga batubara yang disimpan, dalam

pengelolaan lahan perlu diperhatikan

penyusunan batubara yang akan mempengaruhi

biaya penyimpaan batubara. Kemudian dari

aspek pengelolaan batubara terdapat dua

komponen, yaitu pengangkutan dan juga

persediaan batubara.

Dari perhitungan dengan mempercepat

waktu kedatangan muatan, setiap 5 jam untuk

tongkang 6.000 ton volume bertambah 1.613

ton, untuk penggunaan tongkang 8.000 ton

volume bertambah 1.580 ton, untuk penggunaan

tongkang 10.000 ton volume bertambah 1.581

ton dan untuk penggunaan tongkang 13.000 ton

volume akan bertambah 1.617 ton, dan sistem

penumpukan tipe A lebih murah dari sistem

penumpukan tipe B.

Perhitungan juga dilakukan dengan

membatasi persediaan agar dapat mengontrol

volume persediaan yang ada dilapangan

penumpukan. Dalam penelitian ini tidak

menentukan jumlah persediaan, tetapi

melakukan kajian tentang pengelolaan

penimbunan sehubungan perubahan komponen

dari perencanaan persediaan, karena untuk

menentukan kebijakan volume persediaan harus

dilakukan berdasarkan pengalaman sehubungan

dengan penerapan kebijakan pada masing-

masing keadaan cuaca, karena volume

persediaaan merupakan fungsi dari keadaan

cuaca di daerah pelayaran dan cuaca adalah

variable yang tidak dapat dikontrol dan keadaan

pelayaran tersebut cukup sulit untuk diketahui

secara pasti.

Kata kunci: Batubara, Pengelolaan

persediaan, Penumpukan batubara.

1. Pendahuluan

Pengelolaan batubara yang baik harus dapat

memenuhi kebutuhan konsumsi pembangkit

dalam produksi listrik dan memeperoleh biaya

yang murah dalam pengadaan batubara, keadaan

yang menjadi kendala dalam mengelola

persediaan adalah meminimalkan jumlah

persediaan batubara di lapangan penumpukan

tanpa berakibat terhentinya proses produksi.

Tingginya biaya persediaan yang dikeluarkan

berpengaruh terhadap keuntungan yang

diperoleh perusahaan, biaya tersebut adalah

biaya pembelian, biaya pengadaan, biaya

penyimpanan. Oleh karena itu dilakukan

penelitian untuk untuk memberi pertimbangan

dalam menentukan persediaan batubara.

Dalam menentukan kebijakan persediaan

yang dilakukan harus mengetahui beberapa

komponen yang mempengaruhi besaran

persediaan, kemudian mengetahui dampaknya

jika komponen tersebut dirubah besarannya,

oleh karena itu dalam penelitian ini akan

digambarkan dampak dari beberapa perubahan

yang dilakukan terhadap komponen-komponen

yang dapat dijadikan gambaran dalam

menentukan kebijakan sehubungan dengan

keadaan pelayaran.

2. Teori Penunjang

2.1. Batubara

Batubara merupakan terminologi masyarakat

yang dipergunakan untuk menyebut semua sisa

tumbuhan yang telah menjadi fosil bersifat

padat, berwarna gelap dan dapat dibakar.

Apabila batubara tersebut mudah dibakar dan

menghasilkan kalori tinggi disebut batubara,

tetapi apabila batubara tersebut tidak mudah

Page 2: Waskita Adiguna waskita.adiguna@gmail - digilib.its.ac.iddigilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-9736-Paper.pdf · Jurusan Teknik Perkapalan-FTK, ... cuaca di daerah pelayaran

2 Paper Tugas Akhir Waskita Adiguna

dibakar dan menghasilkan kalori rendah disebut

batubara muda.

”Batubara” didasarkan pada penekanan atas

manfaat dikelompokkan menjadi 2 bagian besar,

yaitu :

1. Scientific system of classification

menekankan pada asal mula (origin), san

konstitusi (constitution), serta sifat dasar

(basic / fundamental properties).

2. Commercial system menekankan

padaaspek nilai dagang/pasar

(trade/market value), pemanfaatan

(utilizaion), sifat teknik (technological

properties), kesesuaian untuk

penggunaan tertentu (suitability for

certain end uses) (Krevelen,1993)

2.2. Pembangkit Listrik Tenaga Uap

Lokasi yang ditempati oleh PT.

Pembangkit Jawa Bali Paiton Unit I dan II

berada di:

Berdasar garis lintang dan bujur PLTU

ini terletak pada:

Latitude : 07º42’44.133LS

Longitude :113º35’02.349BT

Desa : Bhinor

Kecamatan : Paiton

Kabupaten : Probolinggo

Propinsi : Jawa Timur

Dermaga yang digunakan mempunyai dimensi

ukuran (untuk PT. PJB) :

Panjang dermaga : 300 meter

Kedalaman : 15 meter

Unloading conveyor: 2000 ton/jam

(maks)

Koordinat letak : 07º 42’20 LS dan

113 º 34’ 36 BT

Dalam opersionalnya kedua pembangkit ini

didukung oleh beberapa fasilitas yang

membantu kelancaran produksinya.komponen

tersebut antara lain :

Dermaga

Fasilitas dermaga yang dimiliki yaitu dengan

ukuran 35 x 25.5 m, memiliki 2 alat bongkar

batubara dan memiliki 2 jalur ban berjalan, dan

alat bongkar batubara dengan menggunakan

grab . Dermaga ini memiliki kedalaman sekitar

15 m.

Lapangan Penumpukan

PJB UP Paiton memilikai luas lapangan

penumpukan sebesar hektar yang dibagi

menjadi 2 area penumpukan, masing masing

area penumpukan digunakan untuk menumpuk

jenis batubara yang berbeda sesuai dengan

kebutuhan pembangkit, dalam operasional di

lapangan penumpukan, terdapat 4 buldozer

untuk mengatur peletakan batubara, lapangan

penumpukan belum dilengkapi reclaimer

hopper sehingga untuk curah batubara ke

lapangan penumpukan menggunakan telescopic

chute dan untuk pengaturan batubara

sepernuhnya dilakukan oleh bulldozer

2.3. Manajemen Penimbunan (stockpile

management)

Stockpile berfungsi sebagai penyangga

antara pengiriman dan proses, sebagai

persediaan yang baik, strategis dan

meminimmalkan gangguan yang bersifat jangka

pendek atau jangka panjang. Selain itu juga

berfungsi tempat pencampuran dan pembagian

menurut jenis batubara agar sesuai dengan

permintaan yang disyaratkan. Disamping tujuan

tersebut, stockpile juga digunakan untuk

mencampur batubara agar homogenasi sesuai

dengan kebutuhan. Homogenasi bertujuan untuk

menyiapkan produk dari satu tipe material

dimana fluktuasi dalam kualitas batubara dan

distribusi ukuran disamakan. Dalam proses

homogenisasi ada dua tipe yaitu blending dan

mixing

Proses penyimpanan dapat dilakukan di

dekat tambang, di dekat pelabuhan and di

tempat pengguna batubara. Untuk proses

penyimpanan diharapkan jangka waktunya tidak

terlalu lama, karena akan berakibat pada

penurunan kualitas batubara, proses penurunan

kualitas tersebut biasanya lebih dipengarugi

oleh oksidasi dan alam. Berikut beberapa hal

yang perlu diperhatikan dalam management

stockpile:

1. Monitoring quantity (inventory) dan

movement batu bara di stockpile.

2. Menghindari batubara terlalu lama di

stockpile.

Page 3: Waskita Adiguna waskita.adiguna@gmail - digilib.its.ac.iddigilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-9736-Paper.pdf · Jurusan Teknik Perkapalan-FTK, ... cuaca di daerah pelayaran

3 Paper Tugas Akhir Waskita Adiguna

3. Mengusahakan pergerakan batu bara sekecil

mungkin di stockpile

4. Monitoring quality batu bara yang masuk

dan yang keluar dari stockpile.

5. Pengawasan yang ketat terhadap

kontaminasi.

6. Perhatian terhadap faktor lingkungan yang

bisa ditimbulkan.

7. Tidak dianjurkan menggunakan area

stockpile untuk parkir dozer.

8. Menanggulangi batubara terbakar

distockpile.

9. Sebaiknya tidak membentuk stockpile

dengan bagian atas yang cekung.

10. Mengusahakan kontur permukaan basement

berbetuk cembung atau minimal datar

2.3.1. Spontaneous Combustion

Pembakaran secara spontan adalah

merupakan fenomena alami dan juga disebut

pembakaran sendiri ( self combustion ). Hal ini

disebabkan terjadinya reaksi zat organic dengan

oxygen dari udara. Kecepatan reaksi oksidasi

sangat bervariasi antara suatu zat dengan zat

lainnya.

Pembakaran spontan ini terjadi karena

adanya 3 (tiga) unsur, yang pertama adanya

bahab bakar, yang kedua adanya oksidan, dan

yang ketiga adanya panas. Ketiga unsur itu

disebut dengan titik api, ketika tiga unsur

terebut saling mempengaruhi.

untuk mencegah terjadinya pembakaran

spontan yang terjadi pada batubara, hal yang

dilakukan adalah minimal menghilangkan atau

mengurangi besar dari salah satu unsure

tersebut, umumnya hal yang mudah dilakukan

yaitu sdengan menghilangkan udara yang ada

dalam tumpukan batubara dengan memadatkan

tumpukan batubara.

2.4. Teori Persediaan

Sistem persediaan adalah seperangkat

kebijakan dan pengendalian terhadap

tingkat/level persediaan dan menetukan pada

tingkat mana persediaan harus ada, serta kapan

perlu ditambah dan berapa order yang harus

dilakukan (Chase,2001)

Tujuan dari pengendalian persediaan adalah

mencari solusi yang baik terhadap masalah

kuantitatif maupun kualitatif yang timbul dalam

sistem persediaan, sehingga sistem persediaaan

dapat berfungsi sebagaimana yang diharapkan.

Untuk mengukur kinerjasistem persediaan

digunakan ukuran yang lebih operasional yaitu

biaya minimal untuk suatu periode tertentu,

biasanya dalam waktu satu tahun. (Chase, 2001)

Biaya yang Timbul dengan Adanya Persediaan:

1. Biaya Penyimpanan (holding cost atau

carrying cost)

2. Biaya pemesanan atau pembelian (ordering

cost)

3. Biaya Penyiapan (set up cost)

4. Biaya Kehabisan atau kekurangan bahan

(shortage cost)

2.5. Teori korelasi

Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk

menganalisa hubungan antar variabel,

penggunaan cara analisa tergantung dari

banyaknya variabel yang saling berhubungan

dan ukuran atau skala variabelnya. Untuk

mengukur hubungan antara dua variabel dimana

variabel tersebut dalam skala atau rasio maka

teknik statistik yang digunakan untuk

menganalisis data untuk mengetahui hubungan

antara variabel tersebut adalah dengan

menggunakan Pearson r.

Menganalisa hubungan antara dua variabel

dengan Pearson r menggunakan rumus berikut ;

n

i

n

i

n

i

ii

yyxx

yyxx

r

1 1

22

1

)()(

)()(

Page 4: Waskita Adiguna waskita.adiguna@gmail - digilib.its.ac.iddigilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-9736-Paper.pdf · Jurusan Teknik Perkapalan-FTK, ... cuaca di daerah pelayaran

4 Paper Tugas Akhir Waskita Adiguna

3. Penumpukan Batubara

3.1 Penumpukan Batubara

Dalam pengelolaan penimbunan batubara,

penyusunan batubara merupakan hal yang

sangat penting di pertimbangkan, karena dalam

penyusunan tersebut dapat mempengaruhi

kinerja dari operasional PLTU, dimana dalam

pemilihan penyusunan batubara memiliki

beberapa hal yang harus di pertimbangkan,

antara lain, kegiatan operasi, volume, keamanan

dan juga biaya operasi. Di dalam tugas akhir ini

akan dibandingkan 2 jenis sistem penumpukan

batubara, yaitu penumpukan batubara yang di

terapkan oleh PT.PJB UP Paiton (dalam

penelitian ini disebut tipe A) dan sistem

penumpukan yang di terapkan oleh PT.Jawa

Power yang mengelola Pembangkit 5 dan 6 di

Paiton (dalam penelitian ini disebut tipe B).

Pembandingan ini dimaksudkan untuk

mengetahui bagaimana jika penumpukan

pembanding diterapkan di PT.PJB UP Paiton.

Berikut adalah gambar dari penumpukan tipe A

dan penumpukan tipe B.

3.2 Kegiatan Operasi

Kegiatan operasi di lapangan penumpukan

berhubungan dengan proses penyusunan

batubara yang disalurkan dari tongkang menuju

ke lapangan penumpukan dan dari lapangan

penumpukan menuju pembangkit.

BatubaraLapangan

penumpukan

Asal batubara

Jenis batubara

Perencanaan

Pemasok

Jenis batubara Asal batubara

Jenis batubara

Penyusunan

Pembangkit

Jenis batubara

Jumlah batubara

Waktu kedatangan

3.3 Volume

Dalam penumpukan batubara diperlukan

lapangan penumpukan, luas lapangan

penumpukan berhubungan dengan jumlah

batubara, jenis batubara dan bagaimana bentuk

penumpukan batubara. Hal ini menjadi sangat

penting pada situasi terbatasnya lapangan

penumpukan dan pada situasi lahan yang

digunakan harus menyewa setiap luasan yang

digunakan untuk menumpuk batubara.

Lapangan

penumpukan

Akurasi perkiraan

batubara

Jumlah batubara

Pemasok

Jenis batubara

Jumlah batubara

Jenis batubara

Perencanaan

Pembangkit

Jenis batubara

Jumlah batubara

3.4 Keamanan

Dalam penumpukan harus

dipertimbangkan dari sisi keamanan dalap

penumpukan tersebut, dalam penumpukan

batubara yang perlu dipertimbangkan adalah

keamanan dari bentuk tumpukan dan sifat dari

batubara yaitu dapat terbakar dengan sedirinya

jika didiamkan, sifat ini disebut spontaneous

combustion yang terjadi karena oksidasi dari

tiga unsur yang disebut segitiga api, antara lain

bahan bakar, oksidan, dan panas.

Penumpukan A

Penumpukan B

Page 5: Waskita Adiguna waskita.adiguna@gmail - digilib.its.ac.iddigilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-9736-Paper.pdf · Jurusan Teknik Perkapalan-FTK, ... cuaca di daerah pelayaran

5 Paper Tugas Akhir Waskita Adiguna

Lapangan

penumpukan

Jenis batubara

Jumlah batubara

Keamanan

tumpukan

batubara

Kualitas batubara

Spontaneous

combustion

Perencanaan

penumpukan

Penanganan

Jumlah batubara

3.5 Biaya Operasi

Dalam pemilihan sistem penumpukan,

biaya yang dikeluarkan merupakan hal yang

harus diperhitungkan dalam pengelolaan

penumpukan batubara, dimana diinginkan biaya

yang murah dimana dengan tidak mengurangi

aturan-aturan yang baik untuk dilakukan dalam

pengelolaan batubara di lapangan penumpukan.

Pengeluaran biaya di lapangan penumpukan

dipengaruhi oleh peralatan yang digunakan dan

jumlah batubara yang ada pada lapangan

penumpukan dan bagaimana sistem penyusunan

batubara yang dilakukan.

4. Persediaan Batubara

4.1 PT.PJB UP Paiton

Unit pembangkit 1 dan unit pembangkit 2

yang dioperasikan oleh PT.PJB UP Paiton menggunakan 2 jenis batubara dalam operasi pembangkitnya, kedua jenis batubara yang dipesan akan di campur dalam pembakarannya di pembangkit. Dalam penelitian ini batubara yang akan diperhitungkan adalah batubara dengan kalori 5100 kkal/kg untuk jenis pertama dan batubara kalori 4300 kkal/kg untuk jenis kedua.

Unit pembangkit 1 dan unit pembangkit 2 memiliki kapasitas produksi maksimum sebesar 400 MW per jam untuk tiap pembangkit, atau 800 MW per jam untuk kedua pembangkit, dalam perencanaan yang mereka lakukan, proporsi campuran dari kedua jenis batubara tesebut adalah 60% untuk batubara jenis 1 dan 40% untuk batubara jenis kedua.

4.1.1 Konsumsi Batubara

Berikut adalah percobaan yang dilakukan oleh

PJB pada jenis batubara,

1. Untuk menghasilkan produksi listrik 400

MW per jam dengan menggunakan batubara

5200 kkal/kg membutuhkan batubara

sebanyak 182,27 ton per jam.

2. Untuk menghasilkan produksi listrik 400

MW per jam dengan menggunakan batubara

4300 kkal/kg membutuhkan batubara

sebanyak 208,9 ton per jam.

4.2 Analisa Penyimpanan Batubara

Dalam penyimpanan batubara yang

dilakukan harus memperhatikan biaya

pengadaaan dan biaya penyimpanan yang

ditimbulkan karena kegiatan penyimpanan,

biaya pengadaan batubara berhubungan dengan

alat angkut yang digunakan dalam pengiriman

batubara yang nantinya akan berpengaruh

terhadap frekuensi kedatangan dari muatan yang

dipesan. Dari kedatangan muatan akan

meimbulkan penumpukan pada lapangan

penumpukan yang pengurangannya tergantung

dari konsumsi batubara oleh pembangkit,

Batubara di lapangan penumpukan ini akan

Page 6: Waskita Adiguna waskita.adiguna@gmail - digilib.its.ac.iddigilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-9736-Paper.pdf · Jurusan Teknik Perkapalan-FTK, ... cuaca di daerah pelayaran

6 Paper Tugas Akhir Waskita Adiguna

menimbulkan biaya penyimpanan,oleh karena

itu perlu dilakukan perencanaan untuk

mendapatkan biaya pengadaan dan biaya

penyimpanan yang minimal dalam kegiatan

penyediaan batubara.

Pemasok

Jumlah batubara

Jenis Batubara

Alat angkut

Jumlah yang

diangkut

Dermaga

Harga batubara

Lapangan

penumpukanPembangkit

BOR

Lama bongkar

Biaya simpan

Jumlah yang

disimpan

Sistem

penumpukan

Produksi Listrik

Konsumsi

batubara

Perencanaan

persediaan

batubara

Perencanaan

pengangkutan

batubara

Pengelolaan

Batubara

Biaya angkut

Frekuensi

pengiriman

Shipment

4.2.1 Penggunaan Alat Angkut

Dalam persediaan batubara, penggunaan

alat angkut berhubungan dengan frekuensi

kedatangan muatan, dimana muatan yang dating

akan menimbulkan penumpukan batubara di

lapangan penumpukan. Berikut akan dilakukan

analisa terhadap penggunaan alat angkut yang

digunakan, alat angkut yang digunakan adalah

tongkang dengan ukuran 6000 ton, 8000 ton,

10000 ton dan 13000 ton.

Dari skenario yang dilakukan akan berdampak

pada biaya penyimpanan yang terjadi, berikut

adalah biaya penyimpanan selama 1 tahun.

Penggunaan sistem penumpukan tipe A

Penggunaan sistem penumpukan tipe B

4.2.2 Frekuensi Kedatangan

Untuk meminimalkan biaya persediaan

dapat juga dilakukan dengan merubah frekuensi

kedatangan, hal ini digunakan jika frekuensi

kedatangan dari muatan berbeda dari tiap

bulannya sehubungan dengan keadaan pelyaran,

perhitungan terhadap perubahan frekuensi

kedatangan dilakukan untuk memperoleh

persediaan cadangan untuk mengantisipasi

Page 7: Waskita Adiguna waskita.adiguna@gmail - digilib.its.ac.iddigilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-9736-Paper.pdf · Jurusan Teknik Perkapalan-FTK, ... cuaca di daerah pelayaran

7 Paper Tugas Akhir Waskita Adiguna

kekurangan persediaan di periode berikutnya

karena penurunan frekuensi pengiriman

Dalam perhitungan dengan merubah

interval kedatangan muatan akan berpengaruh

terhadap jumlah batubara yang ada dilapangan

penumpukan dan juga biaya penyimpanan yang

terjadi akibat bertambahnya volume batubara,

semakin kecil frekuensi kedatangan akan

menambah biaya persediaan, berikut adalah

grafik biaya penyimpanan yang terjadi pada

perubahan frekuensi kedatangan masing-masing

tongkang dan jenis batubara yang diangkut.

Batubara (5100 kkal/kg)

Batubara (4300 kkal/kg)

4.2.3 Membatasi persediaan

Hal yang dapat dilakukan untuk meminimalkan

biaya persediaan adalah dengan membatasi

persediaan di lapangan penumpukan, hal ini

dilakukan agar tidak terjadi kelebihan

persediaan dan juga kekurangan persediaan.

Dalam perhitungan dilakukan perubahan

batasan minimum dan maksimum persediaan

pada data aktual tahun 2007-2008, yang

nantinya diperoleh biaya penyimpanan pada

masing-masing perubahan batasan

persediaan.Hal ini dimaksudkan untuk memberi

gambaran terhadap biaya penyimpanan yang

jika pembatasan persediaan diberlakukan

dengan menggunakan data persediaan aktual.

Berikut adalah salah satu grafik dari

perhitungan dengan membatasi persediaan

selama 1 tahun perencanaan.

Biaya Penyimpanan

Volume Batubara

Luas Lahan Penumpukan

Page 8: Waskita Adiguna waskita.adiguna@gmail - digilib.its.ac.iddigilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-9736-Paper.pdf · Jurusan Teknik Perkapalan-FTK, ... cuaca di daerah pelayaran

8 Paper Tugas Akhir Waskita Adiguna

Dari perhitungan dengan melakukan pembatasan pada minimum persediaan dan maksimum persediaan diatas dapat pula dikembangkan dengan membagi pembatasan persediaan menurut bulan dimana keadaan cuaca normal dan bulan dimana keadaan cuaca buruk. Dalam penelitian ini dalam perhitungan yang dilakukan. Cuaca normal yaitu pada bulan april sampai oktober dan cuaca buruk yaitu pada november sampai maret. Berikut adalah grafik dari pembatasan persediaan untuk masing-masing keadaan cuaca dari daa persediaan aktual tahun.

Dari perhitungan yang dilakukan sesuai dengan alur dari diagram diatas akan didapatkan sejumlah kombinasi yang dilakukan, berikut adlah salah satu perhitungan yang dilakukan.

Garis merah menunjukkan biaya penyimpanan

pada tahun 2007 dan warna biru adalah biaya

penyimpanan dari beberapa kombinasi yang

dilakukan, terlihat babrapa kombinasi memiliki

biaya penyimpanan yang lebih rendah dari biaya

penyimpanan di tahun 2007. Namun dalam

menetukan jumlah dari persediaan harus

mempertimbangkan keadaan cuaca yang terjadi.

4.2.4 Analisa hubungan keadaan cuaca

Untuk menentukan kebijakan persediaan sehubungan dengan keadaan pelayaran selama 1 tahun pelayaran, harus mengetahui pengaruh keadaan pelayaran terhadap pengangkutan batubara, namun untuk melakukan hal tersebut sulit untuk dilakukan karena tinggi gelombang merupakan variabel yang tidak dapat di kontrol dan diperhitungkan secara pasti, dengan perhitungan untuk melihat seberapa besar hubungandengan tinggi gelombang pada suatu area jalur pelayaran.

Page 9: Waskita Adiguna waskita.adiguna@gmail - digilib.its.ac.iddigilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-9736-Paper.pdf · Jurusan Teknik Perkapalan-FTK, ... cuaca di daerah pelayaran

9 Paper Tugas Akhir Waskita Adiguna

Dari gambar 5.30 menunjukkan alasan

mengapa hubungan antara tinggi

gelombangsusah untuk diperkiraan secara pasti

dengan penerimaan maupun persediaan yang

terjadi, dimana data yang didapatkan mengenai

tinggi gelombang tidak selalu berhubungan

dengan jalur pelayaran, karena kemungkinan

jalur pelayaran tidak selalu melewati area yang

diambil data tinggi gelombangnya, dan juga

ketinggian gelombang yang tidak sama antara

kotak no.1 no.2 dan no.3, belum lagi tinggi

gelombang setiap koordinat di laut jawa. Dalam

penentuan volume persediaan di area

penumpukan akan berhubungan dengan

pengiriman batubara yang sangat berpengaruh

oleh keadaan jalur pelayaran tersebut.

5. Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan

Pada sistem penumpukan tipe A memiliki

kelebihan pada aspek volume, keamanan dan pada

biaya operasi, namun masih lemah pada aspek

kegiatan operasi dan akurasi dilapangan

penumpukan yang berhubungan dengan kualitas,

jenis, dan jumlah batubara.

Pada sistem penumpukan tipe B memiliki

kelebihan pada aspek kegiatan operasi, volume dan

akurasi di lapangan penumpukan, namun masih

kurang pada aspek keamanan, dan biaya operasi,

tapi dari aspek keamanan dapat ditangani dengan

melakukan pengecekan secara rutin.

Keadaan pelayaran ini berhubungan

dengan tinggi gelombang yang berpengaruh

terhadap lamanya pengiriman oleh alat angkut,

untuk melakukan kebijakan mengenai volume

batubara yang disediakan merupakan fungsi dari

cuaca, sedangkan cuaca dalam hal ini

berhubungan dengan tinggi gelombang pada

jalur pelayaran, masalah dalam analisa

mengenai tinggi gelombang adalah pada jalur

mana yang dilalui oleh alat angkut, sedangkan

jalur pelayaran yang dilakukan belum tentu

melalui satu area di laut, dalam hal ini di laut

belum tentu memiliki tinggi gelombang yang

sama dalam waktu yang bersamaan, jadi untuk

melakukan kebijakan tentang jumlah volume

persediaan setiap harinya harus melalui

pengalaman dalam melakukan kebijakan dengan

dukungan data yang lengkap dan akurat.Untuk

kesimpulan detail mengenai biaya persediaan

yang terjadi terdapat pada laporan.

5.2 Saran 1. Dari penelitian yang dilakukan mengenai

pembandingan sistem penumpukan hanya dapat membandingkan sistem penumpukan secara umum, sehingga perlu diadakan

Page 10: Waskita Adiguna waskita.adiguna@gmail - digilib.its.ac.iddigilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-9736-Paper.pdf · Jurusan Teknik Perkapalan-FTK, ... cuaca di daerah pelayaran

10 Paper Tugas Akhir Waskita Adiguna

penelitian lebih dalam mengenai dampak penggunaan sistem persediaan terhadap keuntungan dari operasional secara keseluruhan sistem produksi.

2. Untuk penelitian mengenai jumlah persediaan batubara perlu dilakukan analisa terhadap waktu dalam pengiriman batubara, sehingga lead time dari masing-masing keadaan pelayaran tiap bulannya dapat digambarkan, sehingga dapat ditentukan berapa persediaan yang paling tepat disediakan di lapangan penumpukan.

Daftar Pustaka

Anne M Carpenter.october 1999. Management

of coal stockpiles. IEA Coal Reseach .

Prof Ir Sukandarrumidi MSc,Ph.d . Batubara

dan Pemanfaatannya Siswanto 2007 , Operation Research jilid

2.Jakarta:Erlangga.

Sunil Chopra, Peter Meindl. Supply Chain

Management, Pearson International

Edition. Perarson education, inc 2001

EMOMI, 1997, Coal management plan –

Paiton 7&8 , IPMOMI’s role at coal

handling Facility.

Ronny Kountur, 2006, Statistika Praktis,

pengolahan data untuk penyusunan

skripsi,

Methodology of Calculating Inventory

Carrying Cost” REM Management

Consultants , Desember 1994

(www.remassoc.com)

http://www.argusmedia.com/pages/StaticPage.a

spx?tname=Argus+Home&pname=Coa

l

http://www.coaltrans.com/EventDetails/0/876/1

5th-Coaltrans-Asia.html

http://www.ptibt.com

http://www.dkp.go.id

Survei lapangan PT.PJB UP Paiton , Mei 2009

Survei lapangan PT IPMOMI , Juli 2009

BIODATA PENULIS

Penulis dilahirkan di

Rembang,JawaTengah

7 september 1986

,dengan orang tua

Retno Dwi Purwani

SKM, M.Kes dan

Ibnu Supriyono, Bsc.

Riwayat pendidikan

formal penulis dimulai

dari TK Taman Putra

Rembang (1991-

1992), SD Magersari

Rembang (1992-1998), SLTP Negeri 2

Rembang(1998-2001), SMU Negeri 1 Pati

(2001-2004), dan pada tahun 2004 penulis

diterima di Jurusan Teknik Perkapalan Fakultas

Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh

November. Penulis terdaftar dengan NRP.

4104.100.023.

Fokus bidang studi yang diambil oleh Penulis

adalah Bidang Studi Transportasi Laut dan

Logistik. Selama Perkuliahan, penulis aktif

dalam organisasi dan kegiatan yang ada di

kampus, anatara lain menjabat sebagai staf

divisi olah raga HIMATEKPAL periode 2006-

2007.