BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Belajar 2.1.1. Definisi...

20
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Belajar 2.1.1. Definisi Belajar Menurut Slameto dalam syaiful (2011: 13) belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sehubungan dengan hal tersebut Biggs dalam Syah (2005: 67) mendefinisikan belajar dalam tiga macam rumusan, yaitu rumusan kuantitatif, rumusan institusional dan rumusan kualitatif. Akan tetapi menurut Suryabrata (2004: 232) dalam mendefinisikan belajar, terdapat beberapa hal pokok, yaitu belajar membawa perubahan (behavioral changes), dalam perubahan tersebut pada dasarnya mendapatkan kecakapan baru, dan perubahan tersebut terjadi karena usaha. 2.1.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Belajar Untuk dapat merealisasikan tujuan proses belajar-mengajar, terdapat beberapa faktor yang harus diperhatikan. Beberapa pakar pendidikan mengkategorikan faktor yang mempengaruhi belajar menjadi dua kategori yaitu dari dalam maupun dari luar diri peserta didik. Menurut Slameto (2003: 5472) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar adalah:

Transcript of BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Belajar 2.1.1. Definisi...

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Belajar 2.1.1. Definisi …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9736/2/T1_162012020_BAB II.pdfanggota keluarga, penyediaan fasilitas belajar dirumah,

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Belajar

2.1.1. Definisi Belajar

Menurut Slameto dalam syaiful (2011: 13) belajar ialah suatu proses usaha

yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang

baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi

dengan lingkungannya. Sehubungan dengan hal tersebut Biggs dalam Syah (2005:

67) mendefinisikan belajar dalam tiga macam rumusan, yaitu rumusan kuantitatif,

rumusan institusional dan rumusan kualitatif. Akan tetapi menurut Suryabrata

(2004: 232) dalam mendefinisikan belajar, terdapat beberapa hal pokok, yaitu

belajar membawa perubahan (behavioral changes), dalam perubahan tersebut pada

dasarnya mendapatkan kecakapan baru, dan perubahan tersebut terjadi karena

usaha.

2.1.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Belajar

Untuk dapat merealisasikan tujuan proses belajar-mengajar, terdapat

beberapa faktor yang harus diperhatikan. Beberapa pakar pendidikan

mengkategorikan faktor yang mempengaruhi belajar menjadi dua kategori yaitu

dari dalam maupun dari luar diri peserta didik.

Menurut Slameto (2003: 54—72) faktor-faktor yang mempengaruhi

belajar adalah:

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Belajar 2.1.1. Definisi …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9736/2/T1_162012020_BAB II.pdfanggota keluarga, penyediaan fasilitas belajar dirumah,

1 Faktor intern

a) Faktor jasmani (faktor kesehatan dan faktor cacat tubuh)

b) Faktor psikologis (inteligensi, perhatian, minat, bakat,

motif, kematangan dan kesiapan).

c) Faktor kelelahan.

2 Faktor ekstern

a) Faktor keluarga (tingkat pendidikan orang tua, relasi antar

anggota keluarga, penyediaan fasilitas belajar dirumah,

dan keadaan ekonomi orang tua)

b) Faktor sekolah.

c) Faktor masyarakat.

d) Penilaian prestasi belajar

Untuk lebih jelasnya faktor-faktor yang dapat mempengaruhi motivasi

belajar diantaranya adalah faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah

faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang terdapat di dalam diri

manusia atau seseorang. Faktor intern dibedakan menjadi dua yaitu faktor

fisiologis (semua yang berhubungan dengan keadaan fisik anak) dan faktor

psikologis (semua keadaan dan fungsi psikologis anak yang dapat mempengaruhi

belajar).

Faktor ekstern merupakan faktor yang berasal dari luar diri siswa yang

terdiri dari faktor lingkungan dan faktor instrumental. Faktor lingkungan siswa

meliputi : lingkungan alami dan Lingkungan sosial. Lingkungan alami adalah

semua faktor yang berasal dari lingkungan sekitar yang dapat mempengaruhi

aktivitas siswa dalam belajar. Sedangkan lingkungan sosial yaitu hubungan antara

siswa dengan orang lain baik secara langsung maupun tidak, pada saat seseorang

belajar yang dapat menganggu konsentrasi belajar orang tersebut. Faktor

instrumental merupakan faktor yang sengaja diadakan dan digunakan serta

dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor instrumental terdiri

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Belajar 2.1.1. Definisi …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9736/2/T1_162012020_BAB II.pdfanggota keluarga, penyediaan fasilitas belajar dirumah,

dari : kurikulum, program, sarana dan fasilitas, dan guru atau tenaga pengajar

yang kesemuannya itu berasal dari kebijakan sekolah tersebut.

2.2.Kemandirian Belajar

2.2.1. Pengertian Kemandirian Belajar

Menurut Haris Mudjiman (2011:9) belajar mandiri adalah kegiatan belajar

aktif, yang di dorong oleh niat atau motif untuk menguasai sesuatu kompetensi

guna mengatasi sesuatu masalah, dan dibangun dengan bekal pengetahuan atau

kompetensi yang telah dimiliki. Beberapa penjelasan yang terkait dengan batasan

belajar mandiri antara lain :

a) Kegiatan belajar aktif merupakan kegiatan belajar yang memiliki

ciri keaktifan pembelajar, persistensi, keterarahan, dan kreativitas

untuk mencapai tujuan.

b) Motif atau niat untuk menguasai sesuatu kompetensi adalah

kekuatan pendorong kegiatan belajar secara intensif, persisten,

terarah dan kreatif.

c) Kompetensi adalah pengetahuan atau keterampilan yang dapat

digunakan untuk memecahkan masalah.

d) Dengan pengetahuan yang telah dimiliki pembelajar mengolah

informasi yang diperoleh dan sumber belajar, sehingga menjadi

pengetahuan ataupun keterampilan baru yang dibutuhkannya.

e) Dalam status pelatihan dalam sistem pendidikan formal

tradisional tujuan belajar, khususnya tujuan-tujuan antara hingga

evaluasi hasil belajar, ditetapkan sendiri oleh pembelajar. Tujuan

akhir dari setiap unit penugasan dapat ditetapkan oleh guru.

Dari batasan tersebut, dapat menjelaskan bahwa seseorang yang sedang

menjalankan kegiatan belajar mandiri lebih ditandai oleh motif yang

mendorongnya untuk belajar, bukan dari kenampakan fisik kegiatan belajarnya.

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Belajar 2.1.1. Definisi …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9736/2/T1_162012020_BAB II.pdfanggota keluarga, penyediaan fasilitas belajar dirumah,

Kegiatan belajar mandiri diawali dengan adanya kesadaran adanya

masalah, kemudian diikuti dengan timbulnya niat untuk melakukan kegiatan

belajar secara sengaja untuk menguasai suatu kompetensi guna memecahkan

suatu permasalahan yang ada. Jadi, dengan kata lain kegiatan belajar mandiri ini

tidak akan tercipta bila terdapat unsur pemaksaan dari pihak lain, melainkan

timbulnya kesadaran dan niat yang timbul dengan sendirinya dalam pribadi

individu itu sendiri. Belajar mandiri bermanfaat di masa depan untuk menghadapi

tantangan kehidupan yang semakin lama semakin keras, serta masalah yang

dihadapi juga semakin banyak.

Kemandirian belajar (dalam scribd.com) adalah kegiatan belajar yang

dilakukan oleh siswa atas kemauannya sendiri dengan tidak tergantung pada orang

lain serta mempunyai rasa percaya diri yang tinggi dalam menyelesaikan

tugasnya.

Jadi, aktivitas belajar adalah kegiatan-kegiatan siswa yang menunjang

keberhasilan belajar. Aktivitas belajar yang dimaksud adalah seluruh aktivitas

siswa dalam proses belajar, mulai dari kegiatan fisik sampai kegiatan psikis

Menurut Paul B. Diedrich (dalam id.shvoong.com) ada 177 macam

aktivitas siswa antara lain:

1) Visual Activities, seperti membaca, memperhatikan gambar,

memperhatikan demonstrasi percobaan pekerjaan orang lain.

2) Oral activities, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya,

memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara,

diskusi, interupsi.

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Belajar 2.1.1. Definisi …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9736/2/T1_162012020_BAB II.pdfanggota keluarga, penyediaan fasilitas belajar dirumah,

3) Listening activities, seperti mendengarkan: uraian, percakapan,

diskusi, musik, pidato.

4) Writing activities seperti menulis: cerita, karangan, laporan,

angket, menyalin.

5) Drawing activities, seperti menggambar, membuat grafik, peta,

diagram.

6) Motor activities, seperti melakukan percobaan, membuat

konstruksi, mereparasimodel, bermain, berkebun, berternak.

7) Mental activities, seperti menanggapi, mengingat, memecahkan

soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan.

8) Emotional activities, seperti menaruh minat, merasa bosan,

gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat diketahui aktivitas siswa terdiri

dari :

1) Bertanggung Jawab Terhadap Tugas

2) Menemukan Penyelesaian Masalah

3) Pemahaman Isi Materi

4) Kemampuan Menjawab Pertanyaan

5) Menghindarkan Perilaku Yang Tidak Sesuai Dengan Proses

Belajar

6) Melakukan Kegatan Yang Berhubungan Dengan Proses Belajar

7) Sistem Pengerjaan Tugas

8) Keberanian Bertanya

9) Keberanian Mengajukan Pendapat

10) Kegiatan Berdiskusi

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Belajar 2.1.1. Definisi …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9736/2/T1_162012020_BAB II.pdfanggota keluarga, penyediaan fasilitas belajar dirumah,

2.2.2. Ciri – ciri Kemandirian

Menurut Chabib Thoha (1996:123-124) dalam (subliyanto.blogspot.com)

mengemukakan ciri-ciri kemandirian antara lain :

a) Mampu berpikir secara kritis

b) Tidak mudah terpegauh oleh pendapat orang lain

c) Tidak lari dan menghindari masalah

d) Memecahkan maslaah dengan berfikir yang mendalam

e) Apabila menjumpai maslaah dipecahkan sendiri tanpa meminta

bantuan orang lain

f) Tidak merasa rendah diri apabila harus berbeda dengan orang

lain

g) Berusaha bekerja dengan penuh ketekunan dan kedisiplinan

h) Bertanggung jawab atas tindakanya sendiri

2.2.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian

Menurut Masrun (1986:4) (dalam tugasavan.blogspot.com) faktor-faktor

yang mempengaruhi kemandirian dibedakan menjadi dua antara lain :

a) Faktor Dari Dalam

Faktor dari dalam yang mempengaruhi kemandirian seseorang

antara lain:

1) Usia

Pengaruh dari orang lain akan berkurang secara perlahan-

lahan pada saat anak menginjak usia lebih tinggi. Pada

usia remaja mereka lebih berorientasi internal, karena

percaya bahwa peristiwa-peristiwa dalam hidupnya

ditentukan oleh tindakannya sendiri. Anak-anak akan lebih

tergantung pada orang tuanya, tetapi ketergantungan itu

lambat laun akan semakin berkurang sesuai dengan

bertambahnya usia seseorang. Anak-anak usia muda

merasa belum mampu untuk melakukan sesuatu secara

sendiri karena kemampuan yang dimiliki masih terbatas.

Sebaliknya, anak dengan usia yang semakin dewasa

merasa sudah mempunyai kemampuan yang cukup, maka

secara pelan-pelan akan dapat melakukan semuanya

secara sendiri. Anak semakin tua usia cenderung semakin

mandiri.

2) Jenis Kelamin

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Belajar 2.1.1. Definisi …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9736/2/T1_162012020_BAB II.pdfanggota keluarga, penyediaan fasilitas belajar dirumah,

Keinginan untuk berdiri sendiri dan mewujudkan dirinya

sendiri merupakan kecenderungan yang ada pada setiap

remaja. Perbedaan sifat-sifat yang dimiliki oleh pria dan

wanita disebabkan oleh perbedaan pribadi individu yang

diberikan pada anak pria dan wanita. Perbedaan jasmani

yang menyolok antara pria dan wanita secara psikis

menyebabkan orang beranggapan bahwa perbedaan

kemandirian antara pria dan wanita. Seorang anak

perempuan memiliki dorongan untuk melepaskan diri dari

ketergantungan pada orang tua, tetapi dengan statusnya

sebagai seorang perempuan, maka dituntut untuk bersikap

pasif, berbeda dengan anak lelaki yang agresif dan

ekspansif, akibatnya anak perempuan berada lebih lama

dalam ketergantungan daripada anak laki-laki.

3) Konsep diri

Konsep diri yang positif mendukung adanya perasaan yang

kompeten pada individu untuk menentukan langkah yang

diambil. Cara individu tersebut memandang dan menilai

keseluruhan dirinya atau menentukan kepibadian

individualnya. Individu yang memandang dan menilai

dirinya mampu, cenderung memiliki kemandirian dan

sebaliknya individu yang memandang dan menilai dirinya

sendiri kurang atau cenderung tidak mampu, maka akan

menggantungkan dirinya pada orang lain. Kemampuan

bertindak dan mengambil keputusan tanpa bantuan orang

lain hanya dapat dimiliki oleh orang yang mampu berpikir

dengan seksama tentang tindakannya.

b) Faktor Dari Luar

Faktor dari luar yang mempengaruhi kemandirian seseorang

antara lain :

1) Pendidikan

Semakin bertambahnya pengetahuan yang dimiliki oleh

seseorang, kemungkinan untuk mencoba sesuatu baru

semakin besar, sehingga orang akan lebih kreatif dan

memiliki kemampuan. Dengan belajar seseorang dapat

mewujudkan dirinya sendiri, sehingga orang memiliki

keinginan sesuatu secara tepat tanpa tergantung dengan

orang lain. Menurut Thoha (1996) sistem pendidikan yang

diterapkan disekolah yang dalam prosesnya tidak dapat

mengembangkan demokrasi pendidikan dan cenderung

menekankan indoktrinasi tanpa argumentasi juga akan

menghambat perkembangan kemandirian remaja sebagai

siswa.

2) Keluarga

Orang tua mempunyai peran yang sangat penting dalam

menciptakan dasar-dasar kepribadian seorang anak.

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Belajar 2.1.1. Definisi …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9736/2/T1_162012020_BAB II.pdfanggota keluarga, penyediaan fasilitas belajar dirumah,

Demikian juga dalam pembentukan kemandirian anak

berupa aktivitas pendidikan dalam keluarga,

kecenderungan dalam mendidika anak, cara memberikan

penilaian terhadap anak bahkan sampai pada cara hidup

orang tua. Keluarga berperan dalam penanaman nilai-nilai

pada diri seorang anak, termasuk niali kemandirian.

Penanaman nilai kemandirian tidak lepas dari peran orang

tua dan cara asuh orang tua ke anak. Apabila sejak kecil

seorang anak sudah dilatih mandiri, maka ketika harus

keluar dari asuhan orang tua untuk dapat mandiri, tidak

akan mengalami kesulitan dalam hidup. Pengaruh keluarga

terhadap kemandirian anak terkait dengan peranan orang

tua. Dalam hal ini, ayah dan ibu mempunyai peran nyata

bahwa dari rasa kasih sayang dan rasa kuatirnya seorang

ibu tidak berani melepaskan anaknya untuk berdiri sendiri

sehingga menjadikan anak tersebut untuk selalu ditolong,

selalau tergantung kepada ibu karena selalu dimanjakan

mengakibatkan tidak dapat menyesuaikan diri dan

perkembangan watak mengarah pada keragu-raguan.

Sikap ayah yang keras menjadikan anak kehilangan rasa

percaya diri sementara kemanjaan yang diberikan ayah

menjadikan anak kurang berani menghadapai masyarakat

luas. Pemanjaan yang berlebihan dan pengabaian sikap

orang tua terhadap anak mengakibatkan terhambatnya

perkembanagan anak.

3) Interaksi sosial

Kemampuan remaja dalam berinteraksi dengan lingkungan

sosial serta mampu melakukan penyesuaian diri dengan

baik akan mendukung perilaku remaja yang bertanggung

jawab, mempunyai perasaan aman dan mampu

menyelesaikan segala permasalahan yang dihadapi dengan

baik, tidak mudah menyerah, maka akan mendukung untuk

dapat berperilaku mandiri. Sistem kehidupan masyarakat

yang terlalu menekankan pentingnya hirarki struktur

sosial, merasa kurang aman atau mencekam serta kurang

menghargai manifestasi potensi remaja dalam kegiatan

produktif dapat menghambat kelancaran perkembangan

kemandirian remaja atau siswa.

2.2.4. Aspek-Aspek Kemandirian

Menurut Steinbergh (1999:289) dalam (adwintaactivity.blogspot.com)

mengemukakan tiga aspek kemandirian antara lain :

a) Kemandirian emosional (emotional autonomy)

Kemandirian emosional adalah seberapa besar individu tidak

tergantung kepada dukungan emosional orang lain, terutama

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Belajar 2.1.1. Definisi …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9736/2/T1_162012020_BAB II.pdfanggota keluarga, penyediaan fasilitas belajar dirumah,

orang tua dalam mengelola dirinya sendiri. Memudarnya

hubungan emosional anak dengan orang tua pada masa remaja

terjadi sangat cepat. Kecepatan memudarnya hubungan itu terjadi

seiring dengan semakin mandirinya remaja dalam mengurus diri

sendiri. Proses ini secara tidak langsung memberikan peluang

bagi remaja untuk mengembangkan kemandirian emosional.

Proses psikososial yang menuntut remaja untuk mengembangkan

kemandirian emosional antara lain:

1 Perubahan pengungkapan kasih sayang

2 Meningkatkan pendistribusian kewenangan dan tanggung

jawab

3 Menurunnya interaksi verbal dan kesempatan bertemu dengan

orang tua

4 Semakin larutnya remaja dalam pola-pola hubungan antar

teman sebaya untuk menyelami hubungan kehidupan yang baru

di luar keluarga. Individu yang mampu memutuskan ikatan

emosionalmya, maka ia akan melakukan pemisahan diri dari

keluarga (sparasi). Keberhasilan dalam melakukan sparasi ini

merupakan dasar bagi pencapaian kemandirian terutama

kemandirian yang bersifat independency, sehingga ini menjadi

awal untuk terbentuknya kemandirian.

b) Kemandirian Perilaku (behavioural autonomy)

Kemandirian perilaku adalah kemampuan individu dalam

menentukan dan mengambil keputusan untuk pengelolaan dirinya.

Ciri-ciri individu yang mempunyai kemandirian dalam perilaku

antara lain:

1. Memiliki kemampuanmengambil keputusan, yang ditandai

oleh:

a. Menyadaru adanya resiko dari tingkah laku

b. Memilih alternatif pemecahan masalah yang didasarkan

atas pertimbangn diri sendiri dan orang lain

c. Bertanggung jawab atas konsekuensi dari keputusan yang

diambil.

2. Memiliki kekuatan terhadap penaruh pihak lain, yang ditandai

oleh:

a. Tidak mudah terpengauh dalam situasi yang menuntut

konformitas

b. Tidak mudah terpengaruh oleh tekanana teman sebaya dan

orang tua dalam mengambil keputusan

c. Memasuiki kelompok sosial tanpa tekanan.

3. Memiliki rasa percaya diri (self reliance), yang ditandai oleh:

a. Dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari

b. Dapat memenuhi tanggung jawab

c. Dapat mengatasi sendiri masalahnya

d. Berani mengemukakan ide atau gagasan

c) Kemandirian nilai (values autonomy)

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Belajar 2.1.1. Definisi …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9736/2/T1_162012020_BAB II.pdfanggota keluarga, penyediaan fasilitas belajar dirumah,

Kemandirian nilai adalah kemampuan individu untuk menolak

tekanan atau tuntutan dari orang lain yang berkaitan dengan

keyakinan dalam bidang nilai. Seorang individu memiliki

seperangkat prinsip tentang benar dan salah serta penting dan

tidak penting dalam memandang sesuatu yang dilihat dari sisi

nilai. Terdapat tiga perubahan kemandirian nilai yang terjadi

pada masa remaja antara lain :

1. Keyakinan akan nilai-nilai semakin abstrak (abstrak belief)

Perilaku yang dapat terlihat dari semakin abstraknya

keyakinan akan nilai-nilai adalah mampu menimbang berbagai

kemungkinan dalam bidang nilai.

2. Keyakinan akan nilai-nilai yang semakin bersifat prinsip

(principle belief). Perilaku yang muncul antara lain:

a. Berpikir sesuai dengan prinsip yang dapat

dipertanggungjawabkan dalam bidang nilai

b. Bertindak sesuai dengan prinsip yang dapat dipertanggung

jawabkan dalam bidang nilai

3. Keyakinan akan nilai-nilai yang terbentuk dalam diri remaja

bukan hanya dalam sistem nilai yang diberikan oleh orang tua

atau orang dewasa lainnya tetapi lebih pada keyakinan yang

dimilikinya sendiri (independent belief). Perilaku yang muncul

antara lain :

a. Individu memulai mengevaluasi kembali keyakinan dan

nilai-nilai yang diterimanya dari orang lain

b. Berfikir sesuai dengan keyakinan dan nilainya sendiri

c. Bertingkah laku sesuai dengan keyakinan dan nilainya

sendiri

2.2.5. Komponen Kemandirian Belajar

Siswa yang mandiri dapat menunjukkan inisiatif dan berusaha untuk

mengejar prestasi, menunjukkan rasa percaya diri yang besar, dan jarang mencari

perlindungan dari orang lain serta mempunyai rasa ingin tahu yang besar.

Menurut Haris Mudjiman (2011:15) dalam Eviana (2009), terdapat empat

komponen dalam belajar mandiri antara lain :

a. Konstruktivisme yaitu paradigma yang meyakini bahwa pembelajaran

adalah penambahan pengetahuan baru hasil olahan pembelajar sendiri,

atas dasar rangsangan yang berupa informasi dari sumber belajar.

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Belajar 2.1.1. Definisi …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9736/2/T1_162012020_BAB II.pdfanggota keluarga, penyediaan fasilitas belajar dirumah,

b. Motivasi belajar adalah kekuatan pendorong kegiatan belajar secara

intensif, persistensi, terarah dan kreatif

c. Kegiatan aktif adalah kegiatan belajar yang ditandai dengan melakukan

tindakan, dan memiliki ciri-ciri efektif, persisiten, terarah dan kreatif.

d. Kompetensi / tujuan belajar mandiri yang mengarah ke penguasaan

kompetensi adalah kemampuan untuk melakukan tindakan secara

profesional

2.3. Interaksi Sosial

2.3.1. Definisi interaksi sosial antar individu manusia

Menurut Gerungan (2000: 57), interaksi sosial adalah suatu hubungan

antara dua atau lebih individu manusia, dimana kelakuan individu yang satu

mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain, atau

sebaliknya.

Sedangkan menurut Dirdjosisworo dalam Syani (2002: 152) interaksi

sosial diartikan sebagai hubungan sosial timbal balik yang dinamis secara

perseorangan, antara kelompok, maupun antara orang dengan kelompok manusia.

Jadi, interaksi sosial adalah suatu hubungan antara daua atau lebih

individu manusia dimana akan mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki

kelakuan individu yang lain.

2.3.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi sosial

Sehubungan dengan definisi interaksi sosial di atas terdapat beberapa

faktor yang mempengaruhi terciptanya suatu interaksi sosial. Menurut Gerungan

(2004: 62-74), faktor-faktor yang mendasari interaksi sosial meliputi faktor

imitasi, sugesti, identifikasi dan simpati.

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Belajar 2.1.1. Definisi …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9736/2/T1_162012020_BAB II.pdfanggota keluarga, penyediaan fasilitas belajar dirumah,

1 Faktor imitasi

Imitasi adalah dorongan untuk meniru orang lain. Baik dari segi

sikap, penampilan, maupun gaya hidup. Imitasi dapat mengarah kepada

hal-hal yang positif atau negatif. Imitasi yang baik akan mendorong

seseorang untuk mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku,

sedangkan imitasi yang negatif mengakibatkan terjadinya penyimpangan-

penyimpangan dan melemahkan pengembangan daya kreasi seseorang.

Proses imitasi seperti ini haruslah ditolak baik dari segi moral maupun

yuridis.

2 Faktor sugesti

Sugesti adalah anjuran tertentu yang menimbulkan suatu reaksi

langsung dan tanpa pikir panjang pada diri individu yang menerima

sugesti itu.

3 Faktor identifikasi

Identifikasi adalah dorongan untuk menjadi identik (sama) dengan

orang lain. Dikemukakan oleh Gerungan (2000: 68), identifikasi

merupakan usaha seseorang untuk menerapkan normanorma, sikap-sikap,

cita-cita atau pedoman-pedoman tingkah laku dalam bermacam-macam

situasi dari orang lain ke dalam kehidupannya. Masa perkembangan

Dimana individu paling banyak melakukan identifikasi kepada orang lain

ialah masa remaja. Pada masa tersebut, seseorang mencari tempat

identifikasi pada orang-orang dalam masyarakat yang dianggapnya ideal

bagi dirinya.

4 Faktor simpati

Simpati ialah perasaan tertarik terhadap orang lain, atas dasar

perasaan atau emosi. Disamping kecenderungan merasa tertarik terhadap

orang lain, individu juga mempunyai kecenderungan untuk menolak orang

lain, yang sering disebut antipati. Jadi faktor simpati tersebut bersifat

positif, sedangkan antipati bersifat negatif.

2.3.3. Syarat-syarat interaksi sosial

Selain faktor-faktor yang mempengaruhi, ada pula syarat yang harus

terpenuhi untuk menciptakan suatu interaksi sosial. Syarat-syarat interaksi sosial

tersebut menurut Syani (2002:154-155), adalah sebagai berikut:

1 Kontak sosial

Kontak sosial adalah hubungan antara satu orang atau lebih, melalui

percakapan dengan saling mengerti tentang maksud dan tujuan masing-

masing. Kontak sosial dibedakan menjadi dua, yaitu kontak secara

langsung dan tidak langsung. Hubungan yang terjadi dapat berupa

hubungan positif maupun negatif. Hubungan positifterjadi oleh karena

hubungan antara kedua belah pihak terdapat saling pengertian dan saling

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Belajar 2.1.1. Definisi …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9736/2/T1_162012020_BAB II.pdfanggota keluarga, penyediaan fasilitas belajar dirumah,

menguntungkan, sehingga hubungan dapat berlangsung lebih lama.

Sedangkan kontak negatif terjadi oleh karena hubungan antara kedua

belah pihak tidak melahirkan saling pengertian, mungkin juga merugikan.

2 Komunikasi sosial

Komunikasi sosial adalah persamaan pandangan antara orang-orang

yang berinteraksi terhadap sesuatu. Menurut Soekamto (2005) komunikasi

diartikan sebagai tafsiran yangdiberikan seseorang terhadap perilaku

orang lain (yang berwujud pembicaraan, gerak-gerik atau sikap), serta

perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang tersebut.

2.3.4. Bentuk-bentuk interaksi sosial

Apabila syarat-syarat telah terpenuhi, interaksi sosial akan berjalan dengan

mudah. Interaksi sosial tersebut memiliki beberapa bentuk. Menurut Syani (2002:

156-159) dalam Diki (2009) ,bentuk-bentuk interaksi sosial, yaitu:

1 Kerjasama

Kerjasama adalah suatu bentuk proses sosial, dimana di dalamnya

terdapat aktivitas tertentu yang ditujukan untuk mencapai tujuan bersama

dengan saling membantu dan saling memahami terhadap aktivitas

masing-masing. Dikemukakan oleh Soekamto (2005: 72) bentuk kerjasama

dapat berkembang apabila orang dapat digerakkan untuk mencapai

tujuan bersama, adanya kesadaran bersama dan iklim yang

menyenangkan dalam pembagian kerja.

2 Persaingan

Persaingan merupakan suatu usaha seseorang untuk mencapai

sesuatu yang lebih daripada yang lainnya. Menurut Dirsjosis dalam Syani

(2002: 157) dinyatakan bahwa persaingan merupakan kegiatan yang

berupa perjuangan sosial untuk mencapai tujuan, dengan saling bersaing

terhadap yang lain, namun secara damai, atau setidak-tidaknya tidak

saling menjatuhkan.

3 Pertikaian atau konflik

Pertikaian merupakan bentuk persaingan yang berkembang secara

negatif. Pertikaian adalah suatu bentuk interaksi sosial dimana pihak

yang satu berusaha menjatuhkan pihak yang lain.

4 Akomodasi

Menurut Soedjono dalam Syani (2002: 159) akomodasi adalah

suatu keadaan dimana suatu pertikaian atau konflik, mendapat

penyelesaian, sehingga terjalin kerjasama yang baik kembali. Sedangkan

menurut Soekamto (2005: 75-79) akomodasi adalah suatu usaha-usaha

untuk mencapai kestabilan. Namun tidak selamanya suatu akomodasi

dapat berhasil sepenuhnya. Disamping terciptanya stabilitas di beberapa

bidang, mungkin di bidang lain masih ada benih pertentangan yang belum

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Belajar 2.1.1. Definisi …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9736/2/T1_162012020_BAB II.pdfanggota keluarga, penyediaan fasilitas belajar dirumah,

diperhitungkan selama proses akomodasi atau selama orang perorangan

atau kelompok kelompok manusia masih mempunyai kepentingan-

kepentingan yang tidak bisa diselaraskan satu dengan yang lainnya, maka

akomodasi belum terjadi.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa interaksi sosial

mengandung pengertian hubungan timbal balik antara dua orang atau

lebih, dan masing-masing orang yang terlibat di dalamnya memainkan

peran secara aktif. Dalam interaksi juga lebih dari sekedar terjadi

hubungan antara pihak-pihak yang terlibat melainkan terjadi saling

mempengaruhi, sehingga interaksi sosial dapat membentuk motivasi

seseorang untuk tampil seragam dengan orang lain yang menjadikan

seseorang berperilaku tertentu.

2.4. Motivasi

2.4.1. Pengertian Motivasi

Motivasi sangat penting dalam mendorong mahasiswa untuk belajar dalam

kaitanya menjadi calon guru professional. Adanya motivasi yang tinggi dari

dalam diri siswa akan membantu siswa dalam kegiatan belajarnya sehingga

mampu memperoleh hasil maksimal. Menurut Vroom dalam Martini Jamaris

(2015: 176), motivasi mengacu kepada suatu proses mempengaruhi pilihan-

pilihan individu terhadap bermacam-macam bentuk kegiatan yang dikehendaki.

Mc.Donald dalam Syaiful (2011: 148) mendefinisikan bahwa “motivasi adalah

suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan

timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan”.

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Belajar 2.1.1. Definisi …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9736/2/T1_162012020_BAB II.pdfanggota keluarga, penyediaan fasilitas belajar dirumah,

Dari berbagai pengertian di atas dapat diambil pengertian bahwa motivasi

adalah suatu dorongan atau daya penggerak dari dalam diri individu yang

memberikan arah dan semangat untuk terus bertindak dan melakukan kegiatan -

kegiatan, sehingga dapat mencapai tujuan yang dikehendaki dengan maksimal.

2.4.2. Fungsi Motivasi

Motivasi memiliki fungsi bagi seseorang, karena motivasi dapat

menjadikan seseorang mengalami perubahan ke arah yang lebih baik. Fungsi

motivasi menurut syaiful (2011: 157) yaitu:

a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor

yang melepaskan energi.

b. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai.

c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan mana yang harus

dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan dengan menyisihkan

perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

Sedangkan Hamzah B. Uno (2008: 17) menjelaskan fungsi motivasi dalam

belajar adalah sebagai berikut:

a. Mendorong manusia untuk melakukan suatu aktivitas yang didasarkan

atas pemenuhan kebutuhan

b. Menentukan arah tujuan yang hendak dicapai

c. Menentukan perbuatan yang harus dilakukan.

Berdasarkan pendapat di atas, fungsi motivasi dalam belajar antara lain adalah

untuk mendorong, menggerakan dan mengarahkan kegiatan mahasiswa dalam

belajar sehingga dapat mencapai sesuatu yang dikerjakanya dengan maksimal.

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Belajar 2.1.1. Definisi …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9736/2/T1_162012020_BAB II.pdfanggota keluarga, penyediaan fasilitas belajar dirumah,

2.4.3. Indikator Motivasi

Untuk peningkatan motivasi belajar menurut Abin Syamsudin M (1996)

yang dapat kita lakukan adalah mengidentifikasi beberapa indikatoryna dalam

tahap-tahap tertentu. Indikator motivasi antara lain: 1) Durasi kegiatan, 2)

Frekuensi kegiatan, 3) Presistensinya pada tujuan kegiatan, 4) Ketabahan,

keuletan dan kemampuannya dalam menghadapi kegiatan dan kesulitan untuk

mencapai tujuan, 5) Pengabdian dan pengorbanan untuk mencapai tujuan, 6)

Tingkatan aspirasi yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan, 7)

Tingkat kualifikasi prestasi, 8) Arah sikapnya terhadap sasaran kegiatan.

2.5. Penelitian Relevan

Penelitian ini dilakasanakan berdasarkan penelitianya yang relevan.

Adapun penelitian yang digunakan :

a. Diki Retno Yuliani, R 1108009. 2009. Hubungan antara Interaksi Sosial

dengan Prestasi belajar Mahasiswa Tingkat I Program Studi Diploma III

Kebidanan Stikes Duta Gama. Karya Tulis Ilmiah: Program Studi Diploma

IV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner yang telah diuji

validitas reliabilitas dan dokumentasi. Pada uji validitas instrumen, dari 49

soal yang diajukan 40 soal valid sedangkan 9 soal yang lain tidak valid

(nilai hitung tabel r á r 0,320) selanjutnya tidak digunakan. Kemudian

untuk uji reliabilitas, instrumen penelitian yang berupa kuesioner

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Belajar 2.1.1. Definisi …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9736/2/T1_162012020_BAB II.pdfanggota keluarga, penyediaan fasilitas belajar dirumah,

dinyatakan reliabel dengan nilai hitung tabel r > r yaitu 0,943 > 0,320.

Sedangkan teknik analisis yang digunakan adalah uji korelasi Pearson

product moment. Dari uji statistik dengan rumus korelasi product moment

diperoleh nilai hitung r = 0,204 > tabel r ,= 0,199 yang menunjukkan

adanya hubungan yang positif antara kedua variabel penelitian. Namun

hubungan antara variabel X dan Y hanya bersifat rendah. Kemudian

diperoleh nilai KP = 4,2 % yang menunjukkan besarnya sumbangan

variabel interaksi sosial terhadap prestasi belajar. Berdasarkan hasil

tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat hubungan antara

interaksi sosial dengan prestasi belajar pada mahasiswa tingkat I Program

Studi Diploma III Kebidanan Stikes Duta Gama.

b. Wicaksari, Eviana. 2012. Hubungan Antara Penggunaan Media

Pembelajaran Dengan Kemandirian Belajar Mahasisiwa FIKP-PE UKSW

Salatiga Angkatan Tahun 2008-2009 Semester II Tahun Ajaran 2011-

2012. Penelitian ini tentang penggunaan media pembelajaran dengan

kemandirian belajar Mahasiswa FKIP-PE UKSW Salatiga angkatan tahun

2008-2009 semester II tahun ajaran 2011-2012. Jenis Penelitian ini adalah

penelitian korelasional, yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara

penggunaan media pembelajaran dengan kemandirian belajar Mahasiswa

FKIP-PE UKSW Salatiga angkatan 2008-2009 Semester II tahun ajaran

2011-2012. Penggunaan media pembelajaran sebagai variabel bebas dan

kemandirian belajar sebagai variabel terikat. Populasi dalam penelitian ini

adalah Mahasiswa FKIP-PE UKSW Salatiga angkatan 2008-2009 yang

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Belajar 2.1.1. Definisi …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9736/2/T1_162012020_BAB II.pdfanggota keluarga, penyediaan fasilitas belajar dirumah,

berjumlah 124 orang. Tekhnik pengambilan sampel penelitian

menggunakan tekhnik random proposional berlapis atau stratified

propotionate random sampling, sehingga diperoleh jumlah sampel sebesar

31 orang. Pengumpulan data dilakukan satu kali dengan menggunakan

angket untuk mengukur tingkat penggunaan media pembelajaran dan studi

dokumentasi untuk memperoleh jumlah Mahasiswa FKIP-PE UKSW

Salatiga angkatan 2008-2009. Hasil uji Korelasi Spearman dengan bantuan

atau terdapat hubungan yang positif dan signifikan

antara penggunaan media pembelajaran dengan kemandirian belajar

Mahasiswa FKIP-PE UKSW Salatiga angkatan tahun 2008-2009 Semester

II tahun ajaran 2011-2012. Arah hubungan positif, semakin tinggi

penggunaan media pembelajaran, semakin tinggi kemandirian, dan

semakin rendah penggunaan media pembelajaran, semakin rendah

kemandirian belajar. Dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima.

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Belajar 2.1.1. Definisi …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9736/2/T1_162012020_BAB II.pdfanggota keluarga, penyediaan fasilitas belajar dirumah,

2.6. Kerangka Berpikir

Keterangan:

= Menyatakan pengaruh

1. Hubungan antara Interaksi Sosial dengan Kemandirian Belajar

Mahasiswa Pendidikan konomi FKIP UKSW Salatiga.

2. Hubungan antara Motivasi dengan Kemandirian Belajar Mahasiswa

pendidikan ekonomi FKIP UKSW Salatiga.

3. Hubungan antara Interaksi Sosial dan Motivasi secara simulatan

dengan Kemandirian Belajar Mahasiswa pendidikan ekonomi FKIP

UKSW Salatiga.

2.7. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, kajian, teorotis, kerangka berpikir dan

penelitian-penelitian yang relevan di atas, dapat dikemukakan hipotesis penelitian

INTERAKSI SOSIAL

Inklusi

Kontrol

Afeksi

MOTIVASI

Instrinsik

Ekstrinsik

KEMANDIRIAN BELAJAR

Motivasi

Bebas dan bertnggung

jawab

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Belajar 2.1.1. Definisi …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9736/2/T1_162012020_BAB II.pdfanggota keluarga, penyediaan fasilitas belajar dirumah,

sebagai jawaban permasalahan yang telah dirumuskan pada bagian pendahuluan,

sebagai berikut:

1 Hipotesis Kerja 1:

Ada hubungan posistif signifikan antara Interaksi Sosial dengan

Kemandirian Belajar Mahasiswa pendidikan ekonomi FKIP UKSW

Salatiga. Artinya semakin baik Interaksi Sosial akan semakin tinggi

Kemandirian Belajar Mahasiswa.

2 Hipotesis Kerja 2:

Ada hubungan posistif signifikan antara Motivasi dengan Kemandirian

Belajar Mahasiswa pendidikan ekonomi FKIP UKSW Salatiga. Artinya

semakin baik Motivasi akan semakin tinggi Kemandirian Belajar

Mahasiswa.

3 Hipotesis Kerja 3

Ada hubungan posistif dan signifikan antara Interaksi Sosial dan Motivasi

dengan Kemandirian Belajar Mahasiswa pendidikan ekonomi FKIP

UKSW Salatiga. Artinya semakin baik Interaksi Sosial dan Motivasi akan

semakin tinggi Kemamdirian Belajar Mahasiswa