PERANCANGAN BUKU VISUAL KESENIAN WAYANG SUKET...

18
PERANCANGAN BUKU VISUAL KESENIAN WAYANG SUKET SEBAGAI MEDIA DOKUMENTASI KESENIAN WAYANG SUKET DI JAWA TIMUR Aryanto Wibowo Jurusan Desain Produk Industri, FTSP ITS Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111, Telp./Fax (031) 5931147 ABSTRAK Kesenian Wayang Suket merupakan kesenian asli Indonesia. Pada jaman sekarang kesenian Wayang mulai tergeser oleh kebudayaan-kebudayaan modern dan hal ini berimbas juga kepada kesenian Wayang Suket. Hal ini diperkuat dengan hasil mapping kesenian Jawa Timur yang hampir punah oleh Dewan Kesenian Jawa Timur. Perancangan media ini bertujuan untuk meningkatkan animo masyarakat Indonesia pada umumnya dan Surabaya khususnya untuk memahami kesenian Wayang Suket, menciptakan dampak positif bagi kesenian wayang berupa peningkatan antusiasme masyarakat terhadap kesenian wayang, dapat memicu pelestarian kesenian wayang, dan dapat menimbulkan upaya pelestarian kesenian wayang oleh masyarakat secara mandiri. Sedangkan masalah yang dihadapi adalah bagaimana merancang sebuah buku visual kesenian Wayang Suket yang berfungsi sebagai media dokumentasi kesenian Wayang Suket di Jawa Timur. Metode awal yang dilakukan adalah riset pengetahuan masyarakat tentang kesenian Wayang Suket. Dari eksisting, USP, karakteristik dan target segmen maka diperoleh konsep visualisasi. Wujud dari penelitian dan perancangan ini adalah sebuah buku visual yang sesuai dengan keyword “Understanding and Maintain the Cultural Heritage” pada foto dan gaya grafis pada keseluruhannya. ABSTRACT Wayang Suket is an original Indonesian art. Today's Puppet art began shifting by modern cultures, and this also affected the Puppet art. This was confirmed by mapping results of the East Javanese art is almost extinct by the Arts Council of East Java (Dewan Kesenian Jawa Timur). The design of this media aimed at increasing Indonesian public interest in general and Surabaya in particular to understand the art of Wayang Suket, creating a positive impact of increasing public enthusiasm for the art of puppets, can trigger a puppet art conservation, and can lead to the preservation of the puppet arts in independent society. While the problem faced is how to design a book of Wayang Suket visual art that serves as a documentation media of Wayang Suket in East Java. Initial method is to research the public's knowledge about the art of Wayang Suket. From existing, USP, characteristics and target segments of the obtained visualization concept. The realization of this research and design is a visual book in accordance with the keyword "Understanding and Maintain the Cultural Heritage" in an image and graphic style of the whole. KATA KUNCI Pelestarian, memahami, dan karakter suket PENDAHULUAN Latar Belakang

Transcript of PERANCANGAN BUKU VISUAL KESENIAN WAYANG SUKET...

PERANCANGAN BUKU VISUAL KESENIAN WAYANG SUKET SEBAGAI MEDIA DOKUMENTASI KESENIAN WAYANG SUKET DI JAWA TIMUR Aryanto Wibowo Jurusan Desain Produk Industri, FTSP ITS Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111, Telp./Fax (031) 5931147 ABSTRAK

Kesenian Wayang Suket merupakan kesenian asli Indonesia. Pada jaman sekarang kesenian Wayang mulai tergeser oleh kebudayaan-kebudayaan modern dan hal ini berimbas juga kepada kesenian Wayang Suket. Hal ini diperkuat dengan hasil mapping kesenian Jawa Timur yang hampir punah oleh Dewan Kesenian Jawa Timur.

Perancangan media ini bertujuan untuk meningkatkan animo masyarakat Indonesia pada umumnya dan Surabaya khususnya untuk memahami kesenian Wayang Suket, menciptakan dampak positif bagi kesenian wayang berupa peningkatan antusiasme masyarakat terhadap kesenian wayang, dapat memicu pelestarian kesenian wayang, dan dapat menimbulkan upaya pelestarian kesenian wayang oleh masyarakat secara mandiri. Sedangkan masalah yang dihadapi adalah bagaimana merancang sebuah buku visual kesenian Wayang Suket yang berfungsi sebagai media dokumentasi kesenian Wayang Suket di Jawa Timur. Metode awal yang dilakukan adalah riset pengetahuan masyarakat tentang kesenian Wayang Suket. Dari eksisting, USP, karakteristik dan target segmen maka diperoleh konsep visualisasi. Wujud dari penelitian dan perancangan ini adalah sebuah buku visual yang sesuai dengan keyword “Understanding and Maintain the Cultural Heritage” pada foto dan gaya grafis pada keseluruhannya.

ABSTRACT

Wayang Suket is an original Indonesian art. Today's Puppet art began shifting by modern cultures, and this also affected the Puppet art. This was confirmed by mapping results of the East Javanese art is almost extinct by the Arts Council of East Java (Dewan Kesenian Jawa Timur).

The design of this media aimed at increasing Indonesian public interest in general and Surabaya in particular to understand the art of Wayang Suket, creating a positive impact of increasing public enthusiasm for the art of puppets, can trigger a puppet art conservation, and can lead to the preservation of the puppet arts in independent society. While the problem faced is how to design a book of Wayang Suket visual art that serves as a documentation media of Wayang Suket in East Java. Initial method is to research the public's knowledge about the art of Wayang Suket. From existing, USP, characteristics and target segments of the obtained visualization concept. The realization of this research and design is a visual book in accordance with the keyword "Understanding and Maintain the Cultural Heritage" in an image and graphic style of the whole.

KATA KUNCI Pelestarian, memahami, dan karakter suket

PENDAHULUAN Latar Belakang

Wayang kulit merupakan salah satu kebudayaan yang dikagumi oleh masyarakat Indonesia dan masyarakat internasional. Kesenian wayang telah diangkat sebagai karya agung budaya dunia oleh UNESCO tanggal 7 Nopember 2003 atau Masterpiece of Oral And Intangible Heritage of Humanity.1 Di daerah Jawa cerita yang populer yang tersebar di masyarakat adalah cerita epik Ramayana, Mahabharata, dan cerita Arjunasasrabahu. Namun cerita Arjunasasrabahu kalah populer dibanding kedua cerita lainnya. Ketiga cerita tersebut merupakan cerita yang berasal dari tanah India. Cerita yang diangkat dalam pewayangan mengandung nilai-nilai kehidupan yang sangat mendalam.

Wayang kulit pernah mengalami masa kejayaan dimasa lampau, bahkan pada masa penyebaran agama Islam di pulau Jawa, para Wali menggunakan cerita dan pertunjukan wayang kulit yang telah disisipi oleh ajaran-ajaran dan kaidah-kaidah Islam sebagai media penyebaran agama Islam, hal ini dapat terwujud karena cerita-cerita wayang memiliki cerita yang menggambarkan tentang kehidupan manusia yang mengajarkan pada kita untuk menjalani hidup pada jalan yang benar, dimana dalam hal ini agama Islam juga mengajarkan hal yang sama sehingga mudah bagi para wali untuk memasukkan ajaran Islam ke dalam cerita wayang. Metode tersebut terbukti cukup berhasil, karena pada zaman itu, pertunjukan wayang kulit merupakan sarana hiburan bagi rakyat yang dapat merangkul masyarakat luas.2

Seiring dengan perkembangan zaman, wayang mulai tergeser oleh media-media hiburan lain yang lebih modern dan lebih mudah dijangkau oleh masyarakat. Masyarakat modern lebih memilih untuk menonton televisi di ruangan keluarga yang nyaman daripada menghabiskan waktu semalam suntuk untuk menonton pertunjukan wayang yang panjang, cenderung membosankan, dan sulit untuk dimengerti apalagi untuk dinikmati. Kecanggihan teknologi telah melahirkan instrumen-instrumen hiburan baru yang memungkinkan manusia untuk mendapatkan berbagai macam hiburan tanpa perlu keluar rumah. Namun sesuai dengan Rumusan Keputusan Hasil Kongres Pewayangan di Yogyakarta, 18 September 2005 pasal 4, pelestarian, pemberdayaan dan pengembangan perlu dilakukan pada wayang yang bercorak konvensional maupun modern.3

Pada jaman sekarang, terdapat wayang yang biasanya berbahan kulit menjadi wayang yang berbahan rumput dan wayang ini bernama Wayang Suket.

Dewan Kesenian Jawa Timur pada saat ini melakukan mapping kesenian Jawa Timur yang akan punah, dan Wayang Suket adalah termasuk dari salah satu kesenian Jawa Timur hampir punah tersebut. Selama ini Dewan Kesenian Jawa Timur mengaku juga kurang dalam sosialisasi kesenian Wayang Suket.4

Agar kebudayaan wayang suket tetap lestari, maka dibutuhkan media yang mampu memberikan informasi tentang kesenian Wayang Suket itu sendiri. Sehingga kesenian Wayang Suket dapat terangkum sebagai bentuk informasi yang bisa digunakan sebagai ilmu pengetahuan tentang kebudayaan hingga di masa yang akan datang.

Masalah Masyarakat Surabaya menganggap perlu adanya upaya pelestarian kesenian

Wayang Suket (88%), dan 50% dari mereka menganggap bahwa buku merupakan media yang paling sesuai untuk melestarikan kesenian Wayang Suket. Selain itu 78% responden berminat membaca jika kesenian Wayang Suket bisa dikemas dalam sebuah buku.5

1 Winoto, Irfan, 2006, Parodius : Wayang Dalam Dunia “Resolusi Rendah” 2 Winoto, Irfan, 2006, Parodius : Wayang Dalam Dunia “Resolusi Rendah” 3 Winoto, Irfan, 2006, Parodius : Wayang Dalam Dunia “Resolusi Rendah” 4 Wawancara dengan Nonot Sukrasmono komite seni rupa, Dewan Kesenian Jawa Timur 5 Riset kuisioner di kota Surabaya

Buku visual merupakan pilihan media yang cocok untuk merangkum kesenian wayang suket. Buku memiliki berbagai kelebihan dibanding dengan media-media informasi lainnya.

Keberadaan buku dan internet tetap saling melengkapi. Artinya keberadaan dua-duanya saling melengkapi karena masing-masing punya kelebihan dan sisi kekurangannya sendiri . Namun ada beberapa hal yang membuat buku memiliki nilai “lebih” dibandingkan televisi, radio, atau internet.6 Diantaranya adalah :

1. Buku Selalu Up To Date. Buku selalu menyimpan informasi akurat, meskipun sudah berumur ratusan

tahun. Bahkan semakin tua tulisan sebuah buku, buku adalah benda yang semakin dicari untuk mengetahui data peradaban yang ada ketika itu.

2. Buku Selalu Kaya Imajinasi Buku membuat pembaca menjadi orang yang kaya dengan imajinasi dan

otomatis akan merangsang kita untuk mengembangkan ide-ide kreatif. 3. Buku Memiliki Bahasan Yang Lengkap Di dalam buku, kita bisa mendapatkan informasi yang menyeluruh tentang

sebuah topik. Jika menonton televisi atau browsing di internet, topik yang ditampilkan seringkali masih ada di kupasan luar, tidak mendalam, dan diambil hanya dari satu sudut pandang saja. Dari sini maka buku dikatakan sebagai jendela dunia.

4. Buku Mudah Dibawa. Buku dapat dibawa kemana saja, dibaca dimana saja, dan dapat dibaca

berulang-ulang. 5. Membaca Buku Lebih Santai. Duduk di depan monitor untuk membaca sesuatu di website dalam waktu

yang lama seringkali membuat orang merasa tersiksa. Jika melihat televisi, kita harus tetap berada di depan televisi dan tidak bisa ditinggal.

Maka kesimpulannya adalah, meskipun internet dan televisi memiliki keuntungan dan kelebihan yang banyak, internet dan televisi tetap tidak akan dapat menggantikan buku.7

Batasan Masalah 1. Perancangan hanya bersifat pada studi tentang kesenian Wayang Suket 2. Perancangan dan penelitian dilakukan untuk lingkup kota Surabaya saja. 3. Batasan secara teknis dalam perancangan ini adalah a. Perancangan difokuskan pada perencanaan tata layout dan gambar buku

secara visual yang mampu mencirikan karakter Wayang Suket b. Fokus media yang digunakan adalah berupa buku visual dalam bentuk cetak

fullcolor. c. Konten buku, isi (baik gambar maupun tulisan), serta ketentuan penerbit

dalam perancangan buku visual dalam perancangan ini, hanya bersifat sebagai simulasi.

d. Data tulisan terbatas pada wawancara langsung dengan Thalib Prasodjo sebagai tokoh seniman Wayang Suket di Jawa Timur dan sumber-sumber lain sebagai bahan pendukung (sumber dari artikel, buku yang mebahas Wayang Suket, majalah, website, dan testimoni para tokoh terpilih dan masyarakat umum).

Metode Penelitian 1. Data Primer : - Observasi langsung 6 www.tipstrik.com accessed October 2009 7 www.id.shvoong.com accessed October 2009

Observasi merupakan pengamatan langsung pada Padepokan Akar Rumput, dan buku visual lain sebagai acuan dan pembanding.

- Depth Interview Depth interview berupa data hasil wawancara dengan Thalib Prasodjo (seniman Wayang Suket Jawa Timur), Dewan Kesenian Jawa Timur, dan JP Books.

- Kuisioner Kuisioner berupa sejumlah pertanyaan yang disebarkan pada 50 orang responden yang mewakili target audience untuk Buku Visual Wayang Suket.

2. Data Sekunder : - Data dari berbagai perpustakaan - Data dari internet berupa artikel atau berita - Data dari surat kabar - Data dari Dewan Kesenian Jawa Timur

Sumber Data - Literatur dari buku, artikel, maupun internet yang mencakup semua hal

tentang Wayang Suket serta kajian teori yang mendukung judul penelitian ini. - Observasi, wawancara, dan kuisioner adalah sumber data yang bersifat

mencari data dari konsumen baik mengenai persepsi serta respon mereka terhadap dunia seni terutama dalam tentang Wayang Suket.

PEMBAHASAN Wayang kulit merupakan salah satu kebudayaan yang dikagumi oleh

masyarakat Indonesia dan masyarakat internasional. Wayang kulit pernah mengalami masa kejayaan dimasa lampau. Seiring dengan perkembangan zaman, wayang mulai tergeser oleh media-media hiburan lain yang lebih modern dan lebih mudah dijangkau oleh masyarakat.

Pada jaman sekarang, terdapat wayang yang biasanya berbahan kulit menjadi wayang yang berbahan rumput dan wayang ini bernama Wayang Suket. Dewan Kesenian Jawa Timur pada saat ini melakukan mapping kesenian Jawa Timur yang akan punah, dan Wayang Suket adalah termasuk dari salah satu kesenian Jawa Timur hampir punah tersebut. Selama ini Dewan Kesenian Jawa Timur mengaku juga kurang dalam sosialisasi kesenian Wayang Suket.8

Agar kebudayaan wayang suket tetap lestari, maka dibutuhkan media yang mampu memberikan informasi tentang kesenian Wayang Suket itu sendiri. Sehingga kesenian Wayang Suket dapat terangkum sebagai bentuk informasi yang bisa digunakan sebagai ilmu pengetahuan tentang kebudayaan hingga di masa yang akan datang. Masyarakat Surabaya menganggap perlu adanya upaya pelestarian kesenian Wayang Suket (88%), dan 50% dari mereka menganggap bahwa buku merupakan media yang paling sesuai untuk melestarikan kesenian Wayang Suket. Selain itu 78% responden berminat membaca jika kesenian Wayang Suket bisa dikemas dalam sebuah buku.9 Buku visual merupakan pilihan media yang cocok untuk merangkum kesenian wayang suket. Buku memiliki berbagai kelebihan dibanding dengan media-media informasi lainnya. Menurut Dahlan Iskan, CEO Jawa Pos Group, media dalam bentuk tulisan atau deskripsi dapat menghidupkan imajinasi pembaca. Imajinasi pembaca

8 Wawancara dengan Nonot Sukrasmono komite seni rupa, Dewan Kesenian Jawa Timur 9 Riset kuisioner di kota Surabaya

kadang lebih hidup daripada sebuah foto. Inilah salah satu kunci bahwa jurnalistik tulis masih diharapkan bisa bertahan di tengah arus jurnalistik audio visual.10

Hasil Dengan mengangkat konsep ”Understanding and Maintain the Cultural

Heritage” maka turunannya adalah sebagai berikut.

Judul Cover, Pembabagan dan Sub Judul Judul Cover, Pembabagan dan Sub Judul menggunakan font Harpoon.

Gambar1. Font Harpoon

Nomor Halaman Selain Font Harpoon digunakan untuk nomor halaman, font Little Lord Fontleroy juga digunakan untuk huruf awal paragraf.

Gambar 2. Font Little Lord Fontleroy

Narasi Narasi menggunakan font Times New Roman ukuran 10 points.

Gambar 3. Font Times New Roman

Gambar Keterangan gambar menggunakan font Arial ukuran 9 points

10 Iskan, Dahlan, Ganti Hati, 2007, JP Books, Surabaya

Gambar 4. Font Arial

Nomor Halaman Nomor halaman menggunakan warna cokelat untuk menyesuaikan dengan tone warna buku. Terletak di bawah halaman bagian luar. Menggunkan font Little Lord Fontleroy dan terdapat judul buku untuk menunjukkan identitas buku.

Gambar 5. Nonmor Halaman

Judul Bab Menggunakan font Harpoon yang sesuai dengan judul buku. Judul halaman dipilih warna cokelat untuk menyamakan dengan tone warna buku itu sendiri.

Gambar 6. Judul Bab

Grid Menggunakan 2 grid dengan format justify agar tekesan rapi dan mudah dibaca.

Gambar 7. Grid

Caption Caption menggunakan font Arial 9 points dengan format justify. Caption diletakkan di bawah gambar yang dijelaskan.

Gambar 8. Caption

Anatomi Buku

Foto awal bab

Judul

Sub JudulJudul

Fotografi

TextCaption

Ornamen Nomor halaman

Gambar 9. Anatomi Buku

Desain Cover Desain cover menggunakan gambar Gatotkaca. Karena Gatotkaca dianggap mampu mewakili karakter wayang. Selain itu diambil ornamen "gelung" wayang yang digunkan sebagai frame untuk mewakili isi buku ini yaitu tentang wayang. Terdapat juga ornamen batik parang yang dimodifikasi dengan batik pedalaman untuk mempertegas tone kebudayaan Jawa dan makna dari Wayang Suket oleh anak-anak pada jaman dahulu.

Gambar 10. Desain Cover

Pembabagan Terbagi dalam 2 halaman. Di sebelah kiri terdapat satu halaman berisi foto yang mewakili isi bab dan sebelah kanan merupakan judul bab. Image foto dimasukkan dalam frame dengan nuansa Jawa dengan tone warna kebudayaan tradisional Jawa.

Gambar 11. Pembabagan

Introduksi Bagian introduksi berisi tentang kutipan-kutipan diantaranya adalah:

a. Pengantar dari penulis

Gambar 12. Pengantar Penulis b. Kutipan dari Thalib Prasodjo sebagai seniman Wayang Suket. c. Kutipan dari Pak Nonot Sukrasmono, Dewan Kesenian Jawa Timur.

Gambar 13. Pengantar Thalib Prasodjo dan nonot Sukrasmono

Daftar Isi

Gambar 14. Daftar Isi

BAB I Pendahuluan Membahas tentang pengertian Wayang dan sejarah kemunculan Wayang.

Gambar 15. Isi Bab I

BAB II Perjalanan Sang Suket Membahas pengertian Wayang Suket, sejarah kemunculannya, filosofi yang ada dalam Wayang Suket, pagelaran Wayang Suket.

Gambar 16. Isi BabII

BAB III Membuat Wayang Suket Membahas secara teknis pembuatan sebuah Wayang Suket.

Gambar 17. Isi Bab III

BAB IV Tokoh-Tokoh Wayang Suket Membahas karakter-karakter tokoh Wayang Suket dan membandingkan dengan Wayang Kulit.

Gambar 18. Isi Bab IV

BAB V Sang Maestro Membahas tokoh-tokoh seniman wayang Suket diantaranya adalah Slamet Gundono dan Thalib Prasodjo

Gambar 19. Isi Bab V

Pembatas Buku Pembatas buku berukuran 4 x 21 cm. Menggunakan teknik lipatan agar mudah menemukan lokasi pembatas buku itu sendiri.

Lipatan

Gambar 20. Pembatas Buku

Poster Desain Poster berukuran A3 yang digunakan untuk media promosi, untuk memberitahu bahwa telah terbit buku visual Kesenian Wayang Suket.

Gambar 21. Poster

Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Didalam perancangan buku visual kesenian Wayang Suket ini banyak manfaat yang dapat diambil oleh penulis, bukan hanya kesederhanaan di balik "kehidupan" sang suket, semangat para maestro kesenian Wayang Suket, dan karakter-karakter Wayang Suket, tetapi juga makna kesenian untuk Indonesia. Kita sebagai bangsa Indonesia hendaknya bangga karena memiliki beragam kebudayaan asli Indonesia. Filosofi yang terkandung dalam kesenian Wayang Suket patut menjadi pemacu semangat para generasi muda untuk berkarya agar bangsa Indonesia semakin kaya akan kesenian dan kebudayaan. Banyak sekali kebudayaan tradisional asli Indonesia yang hampir punah. Salah satunya adalah Wayang Suket. Maka kita sebagai Warga Negara Indonesia hendaknya melakukan usaha-usaha pelestarian kebudayaan Indonesia sesuai dengan kemampuan kita masing-masing. Selain itu kita hendaknya juga menghargai kebudayaan bangsa kita sendiri dan tidak melupakannya begitu saja. Setelah buku ini selesai dicetak dan didistribusikan semoga buku ini dapat membantu membuka pengetahuan masyarakat tentang kesenian Wayang suket yang pada kenyataannya sudah hampir punah. Buku ini dapat menjadi sebuah alternatif bacaan untuk para penggemar buku budaya khususnya kebudayaan Jawa. Dalam buku ini pembaca disuguhi dengan cerita yang lengkap dengan tampilan visual yang menarik.

Saran Kesenian Wayang Suket merupakan sebuah warisan yang dimiliki oleh

Bangsa Indonesia, sehingga wajib bagi kita sebagai masyarakat Indonesia untuk

membantu melestarikan dan menyelamatkan salah satu aset bangsa ini dengan bidang dan keahlian yang kita punya masing-masing. Kita sebagai masyarakat yang berkecimpung di dunia desain khususnya desain komunikasi visual, maka dapat menggunakan ilmu yang kita miliki tersebut untuk menghasilkan suatu karya yang dapat dinikmati masyarakat awam agar memiliki pemahaman untuk mengenal, memahami dan melestarikan kebudayaan tersebut.

Kesenian Wayang Suket merupakan salah satu dari puluhan bahkan ratusan kebudayaan Bangsa Indonesia yang harus dilestarikan dan dapat menumbuhkan rasa bangga kita sebagai bangsa Indonesia yang unggul pada masa lalu sampai masa sekarang dan masa berikutnya. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk memperkenalkan kebudayaan kepada masyarakat, salah satunya adalah berupa Buku Visual.

Masih banyak media modern lainnya selain buku visual yang dapat digunakan sebagai sarana pelestarian kesenian Wayang Suket. Jadi tidak menutup kemungkinan untuk mengembangkan lebih lagi cara-cara peleastarian kesenian Wayang Suket itu sendiri.

Pada akhirnya, marilah kita sebagai bagian dari Bangsa Indonesia memanfaatkan keahlian bidang Desain Komunikasi Visual untuk hal yang berguna bagi orang banyak dan bagi Bangsa Indonesia, seperti terhadap kebudayaan yang kurang diperhatikan dan tenggelam sebagai wujud apresiasi dan rasa bangga terhadap bangsa kita yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia sendiri.

DAFTAR RUJUKAN ______, Jawa Pos edisi Kamis, 13 Agustus 2009 rubrik Metropolis ______, Jawa Pos edisi Kamis, 30 April 2009 rubrik Metropolis ______, Tabloid Posmo edisi September 2009 rubrik Wejangan ______, 1996, Wayang, PT Intermasa, Tizar Purbaya

WB Iyan, Anatomi Buku George E. Belch & Michael A. Belch, Ibid Iskan, Dahlan, 2007, Ganti Hati, Surabaya, JP Books Jaeni, 2005, Menengok Jagat Tari Sunda, Studio Tari Indra dan Etnoteater. Kotler, Philip, Kevin Lane, 2007, Manajemen Pemasaran Edisi Kedua Belas, PT.

Indeks, Jakarta, Kotler, Philip, 1980, Principles of Marketing, New Jersey, Prentice Hall. Mussolini, Naptharina, "Segitia Emas Makin Diincar", Warta Ekonomi, No.

19/TH/V/4 Oktober 1993 Miller, Karen Lowry, "You Just Talk To These Kids", Business Week, 19 April 1993,

hal 45-46 Rustan, Surianto, S.Sn, 2008, Layout Dasar dan Penerapannya, Jakarta, PT

Gramedia Pustaka Utama

Soelarko, 2003, The Complete Photographer, Semarang, Dahara Prize Semarang Winoto, Irfan, 2006, Parodius : Wayang Dalam Dunia “Resolusi Rendah" www.diptara.blogspot.com www.id.shvoong.com www.tipstrik.com