Museum Wayang Indonesia
-
Upload
irina-natasha -
Category
Documents
-
view
212 -
download
14
description
Transcript of Museum Wayang Indonesia
I. Latar Belakang Masalah
Museum Wayang Indonesia merupakan salah satu museum yang ada di
kompleks kota tua. Museum yang berisi berbagai jenis wayang dan boneka ini
merupakan salah satu museum yang menjadi daya tarik di kota tua selain museum
Fatahillah. Fungsi atau kegunaan museum ini terus mengalami perubahan seiring
perubahan kondisi dan kebutuhan negara. Perombakan atau pemugaran juga
dilakukan untuk memperindah dan memperkuat kondisi bangunan . Koleksi yang ada
tidak hanya sebatas tokoh – tokoh perwayangan tapi juga boneka – boneka dari
berbagai negara dari Asia sampai Eropa dan Amerika.
Dewasa ini, tidak banyak yang mengetahui sejarah museum ini. Mulai dari
tujuan awal pembangunan, umur museum sampai pada diresmikannya museum
menjadi museum wayang Indonesia. Kebanyakan orang hanya berkunjung , melihat
– lihat tanpa ada yang mencari tahu asal mula dari museum ini.
Museum Wayang Indonesia bertujuan menambah pengetahuan masyarakat
terutama pelajar mengenai wayang bukan hanya wayang atau boneka khas
Indonesia tapi juga dari luar Indonesia. Museum Wayang juga bertujuan
mengenalkan wayang pada anak – anak generasi muda agar ke depannya wayang –
wayang ini tidak terlupakan dan akan semakin dikenal ke berbagai negara.
II. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah Museum Wayang Indonesia ?
2. Apa saja koleksi yang ada di Museum Wayang Indonesia ?
3. Apa saja visi dan misi Museum Wayang Indonesia ?
4. Apa fungsi Museum Wayang Indonesia ?
5. Kegiatan apa saja yang diselenggarakan Museum Wayang Indonesia ?
III. Pembahasan
1. Letak
Museum Wayang Indonesia adalah sebuah museum yang berlokasi di Jalan Pintu
Besar Utara Nomor 27, Jakarta Barat.
2. Sejarah
Museum Wayang Indonesia pada mulanya merupakan lokasi gereja tua
yang didirikan VOC pada tahun 1640 dengan nama “ de oude Hollandsche Kerk “.
Sampai pada tahun 1732 bangunan ini berfungsi sebagai tempat untuk
peribadatan penduduk sipil dan tentara bangsa Belanda yang tinggal di Batavia
Pada tahun 1733 gereja tersebut mengalami perbaikan, dan namanya
dirubah menjadi “ de nieuwe Hollandsche Kerk “ dan berdiri terus sampai tahun
1808. Di halaman gereja ini yang sekarang menjadi ruangan taman terbuka
Museum Wayang, terdapat taman kecil dengan prasasti-prasastinya yang
berjumlah 9 ( sembilan ) buah yang menampilkan nama-nama pejabat Belanda
yang pernah dimakamkan di halaman gereja tersebut.
Diantara prasasti tersebut tertulis nama Jan Pieterszoon Coen, seorang
Gubernur Jenderal yang berhasil menguasai kota Jayakarta pada tanggal 30 Mei
1619. Jayakarta lumpuh akibat pertentangan dengan Kraton Banten, Dalam
tahun 1621 Heeren XVII memerintahkan Coen untuk memakai nama Batavia
untuk kota Pelabuhan Jayakarta. Kota Batavia yang dibangun oleh Coen diatas
puing reruntuhan Jayakarta dengan membuat suatu kota tiruan sesuai dengan
kota-kota di negeri Belanda.
Sebagai akibat terjadinya gempa, bangunan Gereja Belanda Baru itu telah
rusak. Selanjutnya lokasi bekas Gereja tersebut dibangunlah gedung yang
nampak sebagaimana sekarang ini dengan fungsinya sebagi gudang milik
perusahaan Geo Wehry & Co. Bagian muka museum ini dibangun pada tahun
1912 dengan gaya Noe Reinaissance, dan pada tahun 1938 seluruh bagian
gedung ini dipugar dan disesuaikan dengan gaya rumah Belanda pada zaman
Kompeni.
Sesuai besluit pemerintah Hindia Belanda tertanggal 14 Agustus 1936 telah
ditetapkan gedung beserta tanahnya menjadi monumen. Selanjutnya dibeli oleh
Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen ( BG ) yaitu lembaga
independent yang didirikan untuk tujuan memajukan penelitian dalam bidang
seni dan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang-bidang ilmu biologi, fisika,
arkeologi, kesusastraan, etnologi dan sejarah, serta menerbitkan hasil penelitian.
Pada tahun 1937 oleh lembaga tersebut gedung diserahkan kepada Stichting
oud Batavia dan kemudian dijadikan museum dengan nama “ de oude
Bataviasche Museum “ atau museum Batavia Lama “ yang pembukaannya
dilakukan oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda terakhir, Jonkheer Meester
Aldius Warmoldu Lambertus Tjarda van Starkenborg Stachouwer (22 Desember
1939).
Sejak pendudukan Jepang dan revolusi kemerdekaan R.I. gedung museum ini
tidak terawat. Pada tahun 1957 diserahkan kepada Lembaga Kebudayaan
Indonesia ( LKI ) dan sejak itu nama museum diganti menjadi Museum Jakarta
Lama. Pada tanggal 1 Agustus 1960 namanya disingkat menjadi Museum Jakarta.
Pada tanggal 17 September 1962 oleh LKI diserahkan kepada pemerintah R.I. cq
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dan pada akhirnya pada tanggal 23 Juni
1968 oleh Dirjen Kebudayaan Dep. Pendidikan dan Kebudayaan gedung museum
diserahkan kepada Pemerintah DKI Jakarta dan di gedung ini pula Dinas Museum
dan Sejarah DKI Jakarta berkantor
Sejak kepindahan Museum Jakarta (sekarang Museum Sejarah Jakarta) ke
gedung bekas KODIM 0503 Jakarta Barat yang dahulunya disebut gedung
Stadhuis / Balaikota, maka bekas gedung Dinas Museum dan Sejarah DKI Jakarta
kemudian dijadikan Museum Wayang. Gagasan didirikannya Museum Wayang
adalah ketika Gubernur DKI Jakarta H. Ali Sadikin ketika menghadiri Pekan
Wayang II tahun 1974. Dengan dukungan panitia acara tersebut, Gubernur DKI
Jakarta dengan para pecinta wayang, Pemerintah DKI Jakarta menunjuk gedung
yang terletak di Jl. Pintu Besar Utara No. 27 sebagai Museum Wayang.
Sebagai pendamping Museum Wayang didirikan Yayasan Nawangi dengan H.
Budiardjo sebagai Ketua Umum. Selanjutnya Yayasan menunjuk Ir. Haryono
Haryo Guritno sebagai pimpinan proyek pendirian Museum Wayang. Sesudah
penataan koleksi wayang selesai maka pada tanggal 13 Agustus 1975 diresmikan
pembukaan Museum Wayang oleh Gubernur DKI Jakarta H. Ali Sadikin. Museum
Wayang merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kebudayaan dan Permuseuman
di bidang pewayangan terakhir berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Propinsi
DKI Jakarta Nomor 134 tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas
Kebudayaan dan Permuseuman Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta (BAB
VIII, Pasal 33, 1).
3. Koleksi
Museum Wayang memamerkan berbagai jenis dan bentuk wayang dari
seluruh Indonesia, baik yang terbuat dari kayu dan kulit maupun bahan-bahan
lain. Wayang-wayang dari luar negeri ada juga di sini, misalnya dari Republik
Rakyat Cina dan Kamboja. Hingga kini Museum Wayang mengkoleksi lebih dari
4.000 buah wayang, terdiri atas wayang kulit, wayang golek, wayang kardus,
wayang rumput, wayang janur, topeng, boneka, wayang beber dan gamelan.
Umumnya boneka yang dikoleksi di museum ini adalah boneka-boneka yang
berasal dari Eropa meskipun ada juga yang berasal dari beberapa negara non-
Eropa seperti Thailand, Suriname, Tiongkok, Vietnam, India dan Kolombia.
Beberapa jenis koleksi museum ini adalah sebagai berikut :
Wayang terdiri dari :
- Wayang kulit ( Banyumas, Bali, Banjar, Betawi, Calon Arang, Cirebon,
Gedog, Kancil, Kaper, Kedu, Kidang Kencana, Kyai Intan, Madya,
Mojokerto, Purwa Ngabean, Revolusi, Sadar, Sasak, Suluh, Sumatera,
Tejokusuman, Ukur, dan Wahyu )
- Wayang Golek ( Bogor, Bandung, Ciawi, Lenong Betawi, Menak
Cirebon, Mini Bandung, Pakuan)
- Wayang Klitik
- Wayang Mainan
Topeng ( Bali, Cirebon, Jogja, Malang, Surakarta )
Perlengkapan berupa seperangkat gamelan
4. Visi dan Misi
Visi : Menjadikan museum wayang sebagai tempat wisata edukatif bertaraf
international untuk semua lapisan masyarakat.
Misi :
Mengkomunikasikan Koleksi wayang sebagai bukti kekayaan sejarah
budaya indonesia.
Memberikan informasi mengenai wayang dari seluruh daerah indonesia
dan luar indonesia.
Menyelenggarakan kegiatan edukatif dan rekreatif.
Memberikan pengalaman yang menyenangkan bagi semua lapisan
masyarakat.
Memberikan pelayanan prima bagi semua lapisan masyarakat.
5. Fungsi
1. Penyusunan program dan rencana kegiatan operasional.
2. Pengusulan pengadaan koleksi serta sarana.
3. Penyelenggaraan usaha-usaha, publikasi, pameran, koleksi dan pemasaran.
4. Pelaksanaan pembuatan deskripsi dan registrasi koleksi.
5. Penyimpanan, penataan dan perawatan koleksi.
6. Penelitian koleksi dan etnografi.
7. Pemberian bimbingan dan pelayanan edukasi cultural kepada masyarakat.
8. Penyelenggaraan pengelolaan perpustakaan museum.
9. Pelayanan informasi tentang sejarah etnografi.
10. Pelaksanaan kegiatan ketatausahaan.
6. Kegiatan
1. Pergelaran Rutin setiap Bulannya : Pergelaran Wayang Golek setiap Minggu II,
Pergelaran Wayang Kulit Betawi Minggu III dan Pergelaran Wayang Kulit
Purwa Minggu Terakhir.
2. Peragaan Pembuatan Wayang Golek, Kulit dan Peragaan Karawitan untuk
masyarakat umum serta pelajar.
3. Pekan Museum Wayang
4. Penyuluhan Museum Wayang ke sekolah-sekolah di wilayah Propinsi DKI
Jakarta.
5. Penelitian Wayang
6. Layanan Pergelaran Singkat Wayang.
7. Lomba mewarnai dan melukis Wayang Bagi pelajar
8. Ceramah, dll
IV. Kesimpulan
Museum Wayang Indonesia yang selalu berkembang dan berubah dari waktu
ke waktu memiliki berbagai fungsi , tujuan dan koleksi yang menarik. Sangat
disayangkan apabila suatu saat nanti koleksi – koleksi ini terlupakan dan hanya
menjadi sebuah kenangan bagi generasi muda.
Apalagi pada tanggal 7 November 2003, PBB memutuskan mengakui wayang
Indonesia sebagai warisan dunia yang patut dilestarikan. Karena itu, generasi
muda harus lebih lagi menjaga, merawat dan melestarikan warisan dunia ini.
Lampiran
Tampak depan Museum Wayang
Foto di depan pintu masuk Museum Wayang
Salah satu koleksi wayang, wayang kulit banjar
Foto di depan prasati taman
Brosur
Tiket Masuk