RINGKASAN PERKERASAN

20
TUGAS MATA KULIAH “REKAYASA PERKERASAN JALAN” Di Susun Oleh : OTHIS WATNGARNINY NPM : 12110203090019

description

TUGAS PERKERASAN

Transcript of RINGKASAN PERKERASAN

TUGAS MATA KULIAH

“REKAYASA PERKERASAN JALAN”

Di Susun O leh :

OTHIS WATNGARNINY

N P M : 1 2 1 1 0 2 0 3 0 9 0 0 1 9

U N I V E R S I T A S K R I S T E N I N D O N E S I A

M A L U K U

F A K U L T A S T E K N I K

J U R U S A N T E K N I K S I P I L

A M B O N 2 0 1 2

RINGKASAN

Aspal ialah bahan hidro karbon yang bersifat melekat (adhesive), berwarna hitam

kecoklatan, tahan terhadap air, dan visoelastis. Aspal sering juga disebut bitumen

merupakan bahan pengikat pada campuran beraspal yang dimanfaatkan sebagai lapis

permukaan lapis perkerasan lentur. Aspal berasal dari aspal alam (aspal buton} atau

aspal minyak (aspal yang berasal dari minyak bumi). Berdasarkan konsistensinya, aspal

dapat diklasifikasikan menjadi aspal padat, dan aspal cair.

Aspal atau bitumen adalah suatu cairan kental yang merupakan senyawa

hidrokarbon dengan sedikit mengandung sulfur, oksigen, dan klor. Aspal sebagai bahan

pengikat dalam perkerasan lentur mempunyai sifat viskoelastis. Aspal akan bersifat padat

pada suhu ruang dan bersifat cair bila dipanaskan. Aspal merupakan bahan yang sangat

kompleks dan secara kimia belum dikarakterisasi dengan baik.

AC-WC

Menurut Pedoman Perencanaaan Campuran Beraspal Panas (1999:5), Laston

adalah “lapisan penutup konstruksi perkerasan jalan yang mempunyai nilai struktural.

Campuran ini terdiri atas agregat bergradasi menerus dengan aspal keras, dicampur,

dihamparkan dan dipadatkan dalam keadaan panas pada suhu tertentu”.

Sedangkan menurut Silvia Sukirman (1999:10), Laston adalah” suatu lapisan pada

konstruksi jalan yang terdiri dari campuran aspal keras dan agregat yang mempunyai

gradasi menerus, dicampur, dihampar dan dipadatkan pada suhu tertentu”.

Ada beberapa jenis beton aspal campuran panas yaitu AC-BC dan AC-WC. Laston

sebagai lapisan pengikat (Binder Course) adalah lapisan yang terletak dibawah lapisan

aus. Tidak berhubungan langsung dengan cuaca, tetapi perlu memiliki stabilitas untuk

memikul beban lalu lintas yang dilimpahkan melalui roda kendaraan dengan tebal

nominal minimum 5 cm. Sedangkan laston sebagai lapis aus (Wearing Course) adalah

lapisan perkerasan yang berhubungan langsung dengan ban kendaraan, merupakan

lapisan yang kedap air, tahan terhadap cuaca, dan mempunyai kekesatan yang

disyaratkan dengan tebal nominal minimum 4 cm.

Lapisan-lapisan tersebut berfungsi untuk menerima beban lalu lintas dan

menyebarkannya kelapisan dibawahnya berupa muatan kendaraan (gaya vertikal), gaya

rem (Horizontal) dan pukulan Roda kendaraan (getaran). Karena sifat penyebaran beban,

maka beban yang diterima oleh masing–masing lapisan berbeda dan semakin kebawah

semakin besar. Lapisan yang paling atas disebut lapisan permukaan dimana lapisan

permukaan ini harus mampu menerima seluruh jenis beban yang bekerja.

Oleh karena itu lapisan permukaan (AC-WC) mempunyai fungsi sebagai berikut :

1. Lapis perkerasan penahan beban roda, harus mempunyai stabilitas tinggi

untuk menahan beban roda selama masa pelayanan.

2. Lapis kedap air, sehingga air hujan yang jatuh diatasnya tidak meresap ke

lapisan dibawahnya dan melemahkan lapisan–lapisan tersebut.

3. Lapis aus, lapisan yang langsung menerima gesekan akibat gaya rem dari

kendaraan sehingga mudah menjadi aus.

4. Lapisan yang meyebarkan beban kelapisan bawah, sehingga dapat dipikul oleh

lapisan lain yang ada di bawahnya.

Untuk dapat memenuhi fungsi tersebut diatas, pada umumnya lapisan permukaan

dibuat dengan menggunakan bahan pengikat aspal sehingga menghasilkan lapisan yang

kedap air dengan stabilitas yang tinggi dan daya tahan yang lama.

Aspal beton (AC) terdiri dari tiga macam campuran, Laston Lapis Pengikat (AC-BC),

Laston Lapis Aus (AC-WC) dan Laston Lapis Pondasi (AC-Base) yang ukuran

maksimum masing-masing agregatnya adalah 25.4 mm, 19 mm dan 37,5 mm.

Ketiga lapisan perkerasan lentur tersebut mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut :

1. Lapis permukaan antara (Binder Course) mempunyai fungsi :

a) Mengurangi tegangan/regangan akibat beban lalu-lintas dan meneruskannya

ke lapis di bawahnya, harus mempunyai ketebalan dan kekakuan cukup.

b) Mempunyai kekuatan yang tinggi pada bagian perkerasan untuk menahan

beban paling tinggi akibat beban lalu-lintas.

2. Lapis aus permukaan (Wearing Course) mempunyai fungsi :

a) Menyelimuti perkerasan dari pengaruh air.

b) Menyediakan permukaan yang halus.

c) Menyediakan permukaan yang mempunyai karakteristik yang kesat, rata

sehingga aman dan nyaman untuk dilalui pengguna.

d) Menyebarkan beban ke lapisan di bawahnya.

3. Lapis pondasi (Base Course), dapat berupa granular agregat serta berpengikat

baik aspal maupun semen, mempunyai fungsi :

a. Mendukung beban pada lapis permukaan.

b. Mengurangi tegangan / regangan dan meneruskannya ke lapisan di

bawahnya.

ATBL

ATBL merupakan lapisan pondasi jalan, yang ketebalanya antara 2,5-3 CM. Aspal

ATBL termasuk dalam golongan aspal Beton ( hotmix ), Aspal Beton (Hotmix) adalah

campuran agregat halus dengan agregat kasar, dan bahan pengisi ( Filler ) dengan bahan

pengikat aspal dalam kondisi suhu panas tinggi. Dengan komposisi yang diteliti dan

diatur oleh spesifikasi teknis. Pada umumnya Aspal Beton (Hotmix) secara luas

digunakan sebagai lapisan permukaan konstruksi jalan dengan lalu lintas berat, sedang,

ringan, dan lapangan terbang, dan dalam kondisi segala macam cuaca. Aspal Beton

(Hotmix) mempunyai kelebihan diantaranya :

1. Waktu pekerjaan yang relatif sangat cepat sehingga terciptanya efesiensi waktu.

2. Lapisan konstruksi Aspal beton tidak peka terhadap air, (kedap air ).

3. Dapat dilalui kendaraan setelah pelaksanaan penghamparan.

4. Mempunyai sifat flexible sehingga mempunyai kenyamanan bagi pengendara,

5. Pemeliharaan yang relative mudah dan murah.

6. Stabilitas yang tinggi sehingga dapat menahan beban lalu lintas tanpa terjadinya

deformasi.

HRS ( Hot Roll Sheet )

Lataston (Lapis Tipis Aspal Beton), dikenal dengan nama Hot Roll Sheet (HRS),

adalah lapisan penutup yang terdiri dari campuran antara lain bergradasi timpang, filler

dan aspal keras dengan perbandingan tertentu yang dicampur dan dipadatkan dalam

keadaan panas dengan suhu tertentu. HRS juga merupakan jenis aspal beton (hotmix),

namun aspal HRS ini di gunakan pada konstruksi lapis permukaan dengan beban yang

termasuk dalam kategori sedang. Aspal HRS juga digunakan untuk konstruksi lapisan

permukaan. Aspal Hot Roller Sheet ini memiliki ketebalan diantara 3-4 cm.

SUB GRADE

Lapisan tanah dasar adalah lapisan tanah yang berfungsi sebagai tempat

perletakan lapis perkerasan dan mendukung konstruksi perkerasan jalan diatasnya.

Menurut Spesifikasi, tanah dasar adalah lapisan paling atas dari timbunan badan

jalan setebal 30 cm, yang mempunyai persyaratan tertentu sesuai fungsinya, yaitu

yang berkenaan dengan kepadatan dan daya dukungnya (CBR).

Lapisan tanah dasar dapat berupa tanah asli yang dipadatkan jika tanah aslinya

baik, atau tanah urugan yang didatangkan dari tempat lain atau tanah yang

distabilisasi dan lain lain. Ditinjau dari muka tanah asli, maka lapisan tanah dasar

dibedakan atas :

Lapisan tanah dasar, tanah galian.

Lapisan tanah dasar, tanah urugan.

Lapisan tanah dasar, tanah asli.

Kekuatan dan keawetan konstruksi perkerasan jalan sangat tergantung dari

sifat-sifat dan daya dukung tanah dasar. Umumnya persoalan yang menyangkut

tanah dasar adalah sebagai berikut :

Perubahan bentuk tetap (deformasi permanen) akibat beban lalu lintas.

Sifat mengembang dan menyusutnya tanah akibat perubahan kadar air.

Daya dukung tanah yang tidak merata akibat adanya perbedaan sifat-sifat

tanah pada lokasi yang berdekatan atau akibat kesalahan pelaksanaan misalnya

kepadatan yang kurang baik.

CBR (CALIFORNIA BEARING RATIO)

CBR ialah suatu jenis test untuk mengukur daya dukung / kekuatan geser tanah

atau Bahan pondasi jalan. CBR mula-mula dikembangkan oleh California Division of

Highways sekitar tahun 1930-an. Kemudian dianut oleh banyak badan-badan perencana

jalan, diantaranya US Corps of Engineers, AASHTO, dll.

APA HARGA CBR ITU ?

Contoh tanah (di laboratorium atau di lapangan) di-test dengan menekan sebuah

piston kepermukaan tanah tersebut. Gaya yang diperlukan untuk menekan piston tersebut

sedalam 0,1 inches ( atau juga 0,2 inches) dicatat. Misal : A lbs untuk penetrasi 0,1

inches dan B lbs untuk penetrasi 0,2 inches

Misalnya :

Suatu tanah lempung bila mengering ( Wc mengecil ) maka harga CBR naik.

Sebaliknya kalau membasah ( Wc membesar ) maka harga CBR mengecil. Suatu tanah

pasir yang renggang (tidak padat) maka CBR-nya kecil. Bila kemudian pasir tersebut

dipadatkan, CBR-nya naik.

Jadi :

Makin besar harga CBR tanah/bahan, makin besar kemampuannya untuk

mendukung beban kendaraan tanpa mengalami deformasi yang berarti.

CBR hanya untuk jalan saja dimana beban kendaraan adalah beban sementara

(bukan beban tetap). CBR tidak untuk gedung, rumah, dan lain-lain (beban tetap), karena

beban tetap juga menyebabkan settlement. CBR hanya untuk mengukur daya dukung

tanah saja tetapi tidak untuk penurunannya. Jadi CBR tidak cocok untuk beban tetap.

Jenis CBR.

Berdasarkan cara mendapatkan contoh tanah :

• CBR Lapangan.

• CBR Lapangan Rendaman.

• CBR Rencana Titik.

Fungsi diadakannya pengujian CBR.

Gunanya Untuk :

o Mendapatkan nilai asli lapangan, umumnya dilakukan pada lokasi dimana tanah

dasarnya tidak dipadatkan.

o Untuk mengontrol apakah kepadatan dilapangan sudah sesuai dengan rencana.

o Pemeriksaan dilakukan dengan meletakkan piston pada kedalaman dimana nilai

CBR akan diukur, lalu di‐penetrasi dengan menggunakan beban yang berikan

melalui gandar truk.

CBR Lapangan Rendaman.

Gunanya : Untuk mendapatkan nilai asli lapangan pada kondisi jenuh air dan tanah

mengalami pengembangan ( swell) yang maksimum.

Pemeriksaan dilakukan dengan mengambil contoh tanah dengan mold yang ditekan

masuk ke dalam tanah pada kedalaman yang diinginkan. Mold yang berisi tanah tadi

dikeluarkan dan direndam air selama + 4 hari (dianggap sudah jenuh air) sambil diukur

pengembangannya. Setelah pengembangan tidak lagi terjadi, baru dilaksanakan

pemeriksaan nilai CBR.

CBR Rencana Titik.

Disebut juga sebagai CBR laboratorium atau Desain CBR, dimana nantinya akan

dipakai sebagai dasar dalam perencanaan pembuatan jalan.

Terdapat 2 macam CBR laboratorium :

– CBR laboratorium rendaman (soaked design CBR)

– CBR laboratorium tanpa rendaman (unsoaked design CBR)

UMUR RENCANA

Dalam menentukan tebal perkerasan jalan perlu diperhitungkan umur rencana.

Umur rencana perkerasan jalan ditentukan atas pertimbangan klasifikasi fungsional jalan,

pola lalu-lintas serta ekonomi jalam yang bersangkutan, yang dapat ditentukan antara

lain dengan metode Benefit Cost Ratio, Internal Rate of Return, kombinasi dari metode

tersebut atau cara lain yang tidak terlepas dari pola pengembangan wilaya.

Umumnya perkerasan beton semen dapat direncanakan dengan umur rencanan

(UR) 20 tahun sampai 40 tahun.

LHR (LALU LINTAS HARIAN RATA-RATA)

Lalu lintas harian rat-rata (LHR) sering digunakan sebagai dasar untuk perencanaan

jalan raya dan pengamatan secara umum dan terhadap kecenderungan pola perjalanan.

Volume harian dinyatakan dalam satuan kendaraan perhari atau smp perhari. Proyeksi

volume lalu lintas sering didasarkan pada volume harian terukur. LHR diperoleh dengan

cara pengamatan volume lalu lintas selama 24 jam pada suatu ruas jalan tertentu

pengamatan ini dilakukan dalam beberapa hari kemudian hasilnya dirata-ratakan

sehingga menjadi lalu lintas harian rata-rata oleh karena itu LHR hanya soheh selama

periode pengamatan tersebut.

Namun demikian apabila pengamatan tersebut dilakukan selam satu tahun penuh

( 365 Hari ) maka akan diperoleh lalu lintas harian tahunan rata-rata (LHTR) dengan

menjumlahkan seluruh hasil pengamatan dalam satu tahun dibagi dengan 365 hari.

Satuan dari LHR adalah kendaraan perhari atau smp perhari. Volume harian ini biasanya

tidak ditetapkan perarah atau perlajur namun demikian adalah keseluruhan lajur untuk

kedua arah. Contoh karakteristik arus lalu lintas harian (LHR) dalam satu bulan

sebagaimana ditunjukan pada gambar berikut ini,

PENGUJIAN ASPAL

A. JENIS PENGUJIAN

Pengujian Penetrasi Aspal Pengujian penetrasi aspal adalah suatu pengujian yang di

gunakan untuk menentukan nilai penetrasi pada aspal sehingga dapat diketahui mutunya.

Pengujian penetrasi aspal ini menggunakan alat yang bernama penetration test, alat

inilah yang akan membantu kita untuk menentukan seberapa besar penetrasi aspal yang

di uji. Pengujian ini dilakukan di Laboratorium Bahan Bangunan Jurusan Teknik Sipil

dan Perencanaan Universitas Negeri Yogyakarta.

B. KAJIAN TEORI

Aspal merupakan bahan pengikat agregat yang mutu dan jumlahnya sangat

menentukan keberhasilan suatu campuran beraspal yang merupakan bahan jalan. Salah

satu jenis pengujian dalam menentukan persyaratan mutu aspal adalah penetrasi aspal

yang merupakan sifat rheologi aspal yaitu kekerasan aspal (RSNI 06-2456-1991).

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan penetrasi bitumen keras atau

lembek (solid atau semi solid) dengan memasukkan jarum penetrasi ukuran

tertentu,beban dan waktu tertentu kedalam bitumen pada suhu tertentu ( Buku panduan

praktikum bahan lapis keras, Laboratorium Teknik Transportasi Universitas Gajah

Mada).

Hasil pengujian ini selanjutnya dapat digunakan dalam hal pengendalian mutu aspal

atau tar untuk keperluan pembangunan, peningkatan atau pemeliharaan jalan. Pengujian

penetrasi ini sangat dipengaruhi oleh faktor berat beban total, ukuran sudut dan

kehalusan permukaan jarum, temperatur dan waktu. Oleh karena itu perlu disusun

dengan rinci ukuran, persyaratan dan batasan peralatan, waktu dan beban yang

digunakan dalam penentuan penetrasi aspal (RSNI 06-2456-1991).

Aspal keras/panas ( Aspalt cement, AC ), adalah aspal yang digunakan dalam

keadaan cair dan panas. Aspal ini berbentuk padat pada keadaan penyimpanan

( termperatur ruang). Di Indonesia, aspal semen biasanya dibedakan berdasarkan nilai

penetrasinya yaitu:

1. AC pen 40/50, yaitu AC dengan penetrasi antara 40-50.

2. AC pen 60/70, yaitu Ac dengan penetrasi antara 60-70.

3. AC pen 85/100, yaitu aspal dengan penertrasi antara 85-100.

4. AC pen 120/150, yaitu AC dengan penetrasi antara 120-150.

5. AC pen 200/300, yaitu AC dengan penetrasi antara 200-300.

Aspal semen dengan penetrasi rendah digunakan di daerah bercuaca panas atau lalu

lintas dengan volume tinggi, sedangkan aspal semen dengan penetrasi tinggi digunakan

untuk daerah bercuaca dingin atau lalu lintas volume rendah. Di Indonesia umumnya

dipergunakan aspal semen dengan penetrasi 60/70 dan 85-100 (Sukirman S,1999 ).

Tabel 1. Ketentuan perbedaan nilai penetrasi yang tertinggi dengan yang terendah

Penetrasi

0 -

49

50 -

149

150 -

249

250 -

500

Maksimum

perbedaan nilai

penetrasi antara

yang tertinggi

dengan yang

terendah

2 4 12 20

C. ALAT DAN BAHAN

            Alat dan bahan yang digunakan dalam Pratikum Pengujian Penetrasi Aspal

adalah sebagai berikut:

1. Alat       

       Alat yang digunakan meliputi:

 A. Cawan

Cawan merupakan alat yang digunakan sebagai tempat bahan  pengujian. Cawan

terbuat dari logam atau gelas yang berbentuk silinder dengan dasar yang rata dan

berukuran sebagai berikut :

1)      Untuk pengujian penetrasi di bawah 200:

       a)  Diameter, 55 mm

  b)  Tinggi bagian dalam,  35 mm

2)        Untuk pengujian penetrasi antara 200 dan 350:

  a)  Diameter,  55 – 75 mm

  b)  Tinggi bagian dalam, 45 -70 mm

3)        Untuk pengujian penetrasi antara 350 dan 500:

a) Diameter,  55 mm

b) Tinggi bagian dalam, 70 mm

Gambar 1. Cawan.

            B.  Termometer

Termometer digunakan sebagai alat pengukur suhu. Termometer harus memenuhi

persyaratan sebagai berikut:

1) Termometer harus dikalibrasi dengan maksimum kesalahan skala tidak melebihi

0,1°C atau dapat juga digunakan pembagian skala termometer lain yang sama

ketelitiannya dan kepekaannya.

2) Termometer harus sesuai dengan SNI 19-6421-2000 Spesifikasi Standar

Termometer.

C.  Penetrometer

            Penetrometer berfungsi sebagai pengukur penetrasi aspal.  Penetrometer

harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:

1) Alat penetrometer yang dapat melepas pemegang jarum untuk bergerak secara

vertikal tanpa gesekan dan dapat menunjukkan kedalaman masuknya jarum ke

dalam benda uji sampai 0,1 mm terdekat.

2) Berat pemegang jarum 47,5 gram ± 0,05 gram. Berat total pemegang jarum

beserta jarum 50 gram ± 0,05 gram. Pemegang jarum harus mudah dilepas dari

penetrometer untuk keperluan pengecekan berat.

3) Penetrometer harus dilengkapi dengan waterpass untuk memastikan posisi jarum

dan pemegang jarum tegak (90°) ke permukaan.

4) Berat beban 50 gram ± 0,05 gram dan 100 gram ± 0,05 gram sehingga dapat

digunakan untuk mengukur penetrasi dengan berat total 100 gram atau 200 gram

sesuai dengan kondisi pengujian yang diinginkan.

D. Jarum penetrasi

Jarum penetrasi merupakan bagian dari penetrometer yang berfungsi sebagi alat

untuk menentukan nilai penetrasi pada aspal. Jarum penetrasi  harus memenuhi kriteria

sebagai berikut:

1)        Harus terbuat dari stainless steel dan dari bahan yang kuat, Grade    440-C atau

yang setara, HRC 54 sampai 60.

2)        Jarum standar memiliki panjang sekitar 50 mm sedangkan jarum panjang

memiliki panjangsekitar 60 mm (2,4 in).

3)        Diameter jarum antara 1,00 mm sampai dengan 1,02 mm.

4)        Ujung jarum berupa kerucut terpancung dengan sudut antara 8,7˚ dan 9,7°.

5)        Ujung jarum harus terletak satu garis dengan sumbu badan jarum.

6)        Perbedaan total antara ujung jarum dengan permukaan yang lurus tidak boleh

melebihi0,2 mm.

7)        Diameter ujung kerucut terpancung 0,14 mm sampai 0,16 mm dan terpusat

terhadap sumbu jarum.

8)        Ujung jarum harus runcing, tajam dan halus.

9)        Panjang bagian jarum standar yang tampak harus antara 40 sampai 45 mm

sedangkan untuk jarum panjang antara 50 mm - 55 mm (1,97 – 2,17 in).

10)    Berat jarum harus 2,50 gram ± 0,05 gram.

11)    Jarum penetrasi yang akan digunakan untuk pengujian mutu aspal harus

memenuhi kriteria tersebut di atas disertai dengan hasil pengujian dari pihak yang

berwenang.

E.  Baskom

            Baskom merupakan alat yang berfungsi sebagai tempat merendam  aspal

agar suhu aspal turun.

F.  Stop Watch.

     Stop watch digunakan sebagai alat untuk mengatur waktu.

 2. Bahan       

Bahan yang digunakan dalam Pengujian Penetrasi Aspal adalah sebagai berikut:

a. Aspal

            Aspal adalah bahan hidro karbon yang bersifat melekat (adhesive),

berwarna hitam kecoklatan, tahan terhadap air, dan visoelastis. Aspal sering juga disebut

bitumen merupakan bahan pengikat pada campuran beraspal yang dimanfaatkan sebagai

lapis permukaan lapis perkerasan lentur. Fungsi aspal dibedakan menjadi dua yaitu:

1) Fungsi umum     : 

a)    Bahan pengikat, memberikan ikatan yang kuat antara aspal dan agregat dan

antara aspal itu sendiri.

b)   Bahan pengisi, mengisi rongga antara butir-butir agregat dan pori-pori yang ada

dari agregat itu sendiri.

2) Fungsi Khusus   :  Aspal berfungsi sebagai bahan yang akan diuji.

b. Es Batu

   Es batu hendaknya dipersiapkan terlebih dahulu sebelum pengujian dimulai. Di

dalam pengujian ini es batu berfungsi sebagai bahan untuk mendinginkan aspal.

D.  LANGKAH KERJA

Langkah kerja yang  dilakukan dalam Praktikum Pengujian Aspal adalah sebagai

berikut:

1. Alat dan bahan dipersiapkan.

2. Es batu dihancurkan dan dimasukan kedalam baskom kemudian  ditambah air

secukupnya.

3. Aspal dimasukan kedalam baskom hingga suhunya turun dan sesuai dengan suhu

yang telah  ditetapkan.

4. Suhu aspal diukur dengan menggunakan termometer sebelum dilakukan

pengujian penetrasi.

5. Jarum penetrasi diperiksa dan dibersihkan agar tidak ada kotoran yang

menempel.

6. Pemberat 50 gram diletakkan diatas jarum sehingga diperoleh beban seberat (100

± 0,1) gram.

7. Jarum diturunkan secara perlahan-lahan sehingga jarum menyentuh permukaan

benda uji. Kemudian Angka pada arloji diatur pada posisi 0, sehingga jarum

petuunjuk akan berhimpit.

8. Jarum dilepaskan dan dengaserentak stopwatch di jalankan selama jangka waktu

( 5 ± 0,1 ) detik.

9. Arloji penetrometer diputar dan angka penetrasi dibaca dengan melihat jarum

petunjuk. Bacaan dibulatkan hingga angka 0,1 mm terdekat.

10. Jarum di lepaskan dari pemengang jarum dan alat penetrasi disiapkan untuk

pekerjaan berikutnya.

11. Suhu pada aspal diukur kembali sebelum dilakukan pengujian berikutnya.

12. Pekerjaan 5 sampai dengan 11 diatas diulangi lagi hingga 4 kali dan dengan

benda uji yang sama pemeriksaan setiap titik ditentukan dengan jarak tiap titik

dari tepi diding lebih dari 1 cm.