Rina

7
PERBEDAAN PENERAPAN STRATEGI PENGAJARAN ADVOKASI DAN MODULER TERHADAP PRESTASI BELAJAR PADA MATERI KEBIJAKAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP MATA KULIAH ILMU LINGKUNGAN DI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FKIP UNIVERSITAS KUNINGAN Oleh : Rina Agustina ABSTRAK Penelitian dilakukan untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar mahasiswa antara yang menggunakan strategi pengajaran advokasi dengan yang menggunakan strategi pengajaran moduler. Penelitian dilaksanakan di Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kuningan. Adapun populasi yang digunakan adalah seluruh mahasiswa tingkat III Program Studi Pendidikan Biologi dengan sampel tingkat III. A dengan jumlah 31 mahasiswa dan tingkat III.B dengan jumlah 29 mahasiswa. Sampel diambil dengan teknik classter random sampling. Metode yang digunakan adalah deskriptif komparatif. Hasil penelitian diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar mahasiswa dengan strategi pengajaran advokasi sebesar 78,3 dengan nilai standar deviasi sebesar 11,74. Sedangkan nilai rata-rata prestasi belajar mahasiswa dengan strategi pengajaran moduler sebesar 65,2 dengan nilai standar deviasi sebesar 18,66. Pengolahan dilakukan dengan tiga tahap yaitu uji instrument, uji normalitas dan uji Mann-Whitney U-test. Hasil analisis data menunjukkan bahwa kedua data berdistribusi tidak normal sehingga uji hipotesis dilakukan dengan uji nonparametrik yaitu uji Mann-Whitney U-test. Hasil uji Mann-Whitney U-test diperoleh nilai p < 0,0003 dan nilai α = 0,01, maka H 1 diterima. Artinya terdapat perbedaan prestasi belajar antara yang menggunakan strategi pengajaran advokasi dengan moduler. Berdasarkan nilai rata-rata prestasi belajar mahasiswa dari kedua perlakuan yang berbeda maka strategi pengajaran advokasi lebih baik dari pada strategi

Transcript of Rina

Page 1: Rina

PERBEDAAN PENERAPAN STRATEGI PENGAJARAN ADVOKASI DAN MODULER TERHADAP PRESTASI BELAJAR PADA MATERI

KEBIJAKAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP MATA KULIAH ILMU LINGKUNGAN DI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FKIP UNIVERSITAS KUNINGAN

Oleh : Rina Agustina

ABSTRAKPenelitian dilakukan untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar

mahasiswa antara yang menggunakan strategi pengajaran advokasi dengan yang menggunakan strategi pengajaran moduler. Penelitian dilaksanakan di Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kuningan. Adapun populasi yang digunakan adalah seluruh mahasiswa tingkat III Program Studi Pendidikan Biologi dengan sampel tingkat III. A dengan jumlah 31 mahasiswa dan tingkat III.B dengan jumlah 29 mahasiswa. Sampel diambil dengan teknik classter random sampling. Metode yang digunakan adalah deskriptif komparatif. Hasil penelitian diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar mahasiswa dengan strategi pengajaran advokasi sebesar 78,3 dengan nilai standar deviasi sebesar 11,74. Sedangkan nilai rata-rata prestasi belajar mahasiswa dengan strategi pengajaran moduler sebesar 65,2 dengan nilai standar deviasi sebesar 18,66. Pengolahan dilakukan dengan tiga tahap yaitu uji instrument, uji normalitas dan uji Mann-Whitney U-test. Hasil analisis data menunjukkan bahwa kedua data berdistribusi tidak normal sehingga uji hipotesis dilakukan dengan uji nonparametrik yaitu uji Mann-Whitney U-test. Hasil uji Mann-Whitney U-test diperoleh nilai p < 0,0003 dan nilai α = 0,01, maka H1 diterima. Artinya terdapat perbedaan prestasi belajar antara yang menggunakan strategi pengajaran advokasi dengan moduler. Berdasarkan nilai rata-rata prestasi belajar mahasiswa dari kedua perlakuan yang berbeda maka strategi pengajaran advokasi lebih baik dari pada strategi pengajaran moduler. Perbedaan tersebut disebabkan karena efektifitas strategi pengajaran terhadap keaktifan mahasiswa selam proses pembelajaran berlangung.

PENDAHULUAN

Strategi pengajaran advokasi berpusat pada siswa (student centered advocacy learning) sering diidentikan dengan proses debat. Advocacy learning dipandang sebagai suatu pendekatan alternatif terhadap pengajaran didaktis di dalam kelas yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempelajari isu-isu sosial dan personal yang berarti melalui keterlibatan langsung dan partisifasi pribadi. Model belajar ini menuntut para siswa terfokus pada topik yang telah ditentukan sebelumnya dan mengajukan yang bertalian dengan topik tersebut (Oemar Hamalik, 2009 : 228).

Pembelajaran advokasi menunjukkan suatu strategi pembelajaran yang menuntut pemahaman yang tinggi dalam diri siswa sehingga siswa dapat

Page 2: Rina

menanggapi berbagai permasalahan atau isu-isu yang ada dalam lingkungan siswa. Tanggapan siswa dalam pembelajaran advokasi harus berdasarkan teoritis maupun praktis. Sehingga hasil pengalaman siswa dalam belajar tercipta dalam bentuk pemahaman yang tinggi dan dapat mengaplikasikan suatu materi dalam kehidupan nyata.

Strategi pengajaran moduler lebih menekankan pada interaksi siswa dengan bahan pengajaran dan mengevaluasi tentang belajar tersebut. Dalam hal ini peserta didik memperoleh sarana pembelajaran berupa modul yang disiapkan oleh pendidik dengan harapan siswa mampu menguasai suatu bahan materi dengan mudah (Oemar Hamalik, 2009:203).

Pembelajaran moduler lebih menuntut pada siswa tentang penguasaan materi melalui sumber-sumber yang telah disiapkan oleh guru. Sehingga siswa mampu mempelajari dan berusaha memahami tentang isi dari sebuah materi pelajaran. Hal ini tentu menghasilkan pengalaman belajar yang berbeda dengan pembelajaran advokasi yang lebih menekankan pada pemahaman terhadap isu-isu sosial maupun personal pada diri siswa.

Perbedaan pengalaman belajar pada diri siswa melalui strategi pengajaran yang berbeda tentu akan mempengaruhi hasil belajar. Pengalaman belajar pada pengajaran advokasi lebih menekankan pada pemahaman sedangkan pada pengajaran moduler lebih menekankan pada hafalan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode ekperimen dengan pendekatan komparatif. Penelitian dilaksanakan di FKIP Universitas Kuningan Jurusan Biologi. Populasi yang diguanakan adalah mahasiswa tingkat III dan sampelnya diambil tingkat III.A sebanyak 29 mahasiswa dan III.B sebanyak 31 mahasiswa.

Instrumen yang digunakan adalah modul dan soal pilihan ganda. Untuk menguji kemampuan soal maka dilakukan uji validitas, reliabilitas, daya beda dan tingkat kesukaran. Sedangkan analisis data dilakukan dengan menggunakan uji normalitas dan uji Mann-Whitney U-test.

PEMBAHASANInstrument setelah melalui uji instrument menunjukkan bahwa terdapat

soal yang termasuk dalam ketegori mudah dan sedang. Soal termasuk dalam kategori mudah disebabkan karena pada uji coba instrument diperoleh bahwa sebagian besar mahasiswa menjawab dengan benar terhadap pertanyaan tersebut dengan indeks p < 0,20. Sedangkan soal yang termasuk dalam kategori sedang disebabkan karena mahasiswa yang menjawab benar dan salah tersebar merata dengan nilai indeks p berada diantara 0,20 sampai dengan 0,80.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan prestasi belajar mahasiswa antara mahasiswa yang menggunakaan strategi pengajaran advokasi dengan mahasiswa yang menggunakan strategi pengajaran moduler. Jika dilihat dari nilai rata-rata prestasi belajar mahasiswa dimana nilai rata-rata prestasi belajar mahasiswa yang menggunakan strategi pengajaran advokasi sebesar 78,3 dan nilai rata-rata prestasi belajar mahasiswa yang menggunakan strategi pembelajaran moduler sebesar 65,2 maka strategi pengajaran advokasi lebih baik dari pada strategi pengajaran moduler.

Page 3: Rina

Pada hasil evaluasi dengan menggunakan pembelajaran moduler nilai terendah yang diperoleh mahasiswa sebesar 27 dan nilai tertinggi sebesar 93. Sedangkan pada hasil evaluasi dengan menggunakan pembelajaran advokasi nilai terendah yang diperoleh mahasiswa sebesar 57 dan tertinggi sebesar 93. Jika dibandingkan nilai terendah dan tertinggi yang diperoleh mahasiswa antara menggunakan pembelajaran advokasi dengan moduler maka pengetahuan atau informasi yang diterima oleh mahasiswa tentang materi yang dipelajari pada pembelajaran advokasi relative lebih merata dibanding dengan pembelajaran moduler.

Perbedaan prestasi belajar mahasiswa pada kedua strategi pembelajaran tersebut disebabkan kerena perbedaan keefektifan kedua strategi pengajaran dalam mendorong mahasiswa untuk bergairan dan aktif dalam belajar.

Hal tersebut searah dengan pendapat Wina Sanjaya (2006:127) bahwa pembelajaran pada dasarnya adalah proses penambahan informasi dan kemampuan baru. Ketika kita berpikir informasi dan kemampuan apa yang harus dimiliki oleh siswa, maka pada saat itu juga kita semestinya berpikir strategi apa yang harus dilakukan agar semua itu dapat tercapai secara efektif dan efesien. Ini sangat penting untuk dipahami, sebab apa yang harus dicapai akan menetukan bagaimana cara mencapainya.

Pada pembelajaran advokasi, seluruh mahasiswa termotivasi untuk lebih aktif dalam kelompoknya. Hal ini karena seluruh mahasiswa terlibat langsung dapat kegiatan transper informasi. Selain itu, tuntutan kepada setiap individu untuk bertanggung jawab terhadap kelompok masing-masing. Pada tim penyaji, setiap anggota kelompok bertanggung jawab untuk mempersiapkan materi yang hendak dipresentasikan. Pada kelompok penyanggah setiap anggota kelompok harus mampu mempelajari apa yang disampaikan tim penyaji sehingga kelompok tersebut dapat memberikan komentar terhadap apa yang disampaikan oleh tim penyaji. Sedangkan tim pendukung harus mampu mengkaji dan mempersiapkan materi yang dapat mendukung terhadap materi yang disampaikan penyaji. Dan tim oposisi harus siap terhadap materi-materi yang dapat direalisasikan dengan fakta-fakta yang nyata.

Keterlibatan mahasiswa dalam pembelajaran serta tanggung jawab yang dibebankan terhadap setiap kelompok memberikan dorongan dan motivasi kepada setiap individu untuk dapat mempersiapkan kelompoknya sehingga kelompoknya menjadi aktif sesuai dengan fungsinya. Dengan keterlibatan mahasiswa secara langsung akan memberikan dampak terhadap pencapaian tujuan pendidikan.

Pada pembelajaran moduler, mahasiswa hanya didorong oleh tuntutan pribadi terhadap penguasaan materi. Mahasiswa tidak merasa dibebani oleh tanggung jawab terhadap kelompok, sehingga mahasiswa kurang terdorong untuk lebih aktif dalam belajar. Kurang aktifnya mahasiswa dalam belajar terlihat selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Sebagian mahasiswa aktif mempelajari materi sedangkan sebagiannya lagi hanya santai saja. Sehingga hal ini menyebabkan kurang meratanya kemampuan mahasiswa dalam menguasai materi.

Menurut Wina Sanjaya (2006:133) bahwa dalam standar proses pendidikan, pembelajaran didesain untuk membelajarkan siswa. Artinya, sistem

Page 4: Rina

pembelajaran menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dengan kata lain, pembelajaran ditekankan atau berorientasi pada aktivitas siswa. Pendidikan merupakan usaha sadar mengembangkan manusia menuju kedewasaan, baik kedewasaan intelektual, social, maupun kedewasaan moral. Oleh karena itu, proses pendidikan bukan hanya mengembangkan intelektual saja, tetapi mencakup seluruh potensi yang dimiliki anak didik.

Uraian tentang pelaksanaan pembelajaran dengan strategi pengajaran advokasi dan moduler tersebut menunjukkan bahwa seorang pendidik sangat memegang peranan penting dalam merencanakan kegiatan pembelajaran dalam hal ini memilih strategi pembelajaran yang efektif sehingga dapat memotivasi pembelajar untuk lebih aktif dalam kegiatan belajar.

KESIMPULANDari hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai

berikut :1) Nilai rata-rata prestasi belajar mahasiswa dengan strategi pengajaran advokasi

sebesar 78,3 dengan nilai standar deviasi sebesar 11,74. Sedangkan nilai rata-rata prestasi belajar mahasiswa dengan strategi pengajaran moduler sebesar 65,2 dengan nilai standar deviasi sebesar 18,66.

2) Hasil uji Mann-Whitney U-test diperoleh nilai p < 0,00003 dan nilai α = 0,01 sehingga p < α, maka H1 diterima. Artinya terdapat perbedaan prestasi belajar mahasiswa antara yang menggunakan strategi pengajaran advokasi dengan yang menggunakan strategi pengajaran moduler.

3) Berdasarkan nilai rata-rata prestasi belajar mahasiswa maka strategi pengajaran advokasi lebih baik dari pada strategi pengajaran moduler.

DAFTAR PUSTAKA

Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya, 2005. Strategi Belajar Mengajar. Pustaka Setia. Bandung.

Dimyati dan Mujiono, 2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.E. Dewanto, 2007. Prinsip Dasar Ilmu Lingkungan. Program Pasca Sarjana

UNSOED. Purwokerto.Endi Nurgana 1986. Statistik Untuk penelitian. CV Permadi. BandungHamzah B. Uno, 2009. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar

Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Bumi8 Aksara. JakartaNana Sudjana, 2009. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Sinar Baru

Algesindo. Bandung.Ngalim Purwanto, 1998. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis Edisi Kedua.

Remaja Rosda Karya. Bandung.Nuryani Y. Rustaman, Soendjojo Dirdjosoemarto, Yusnani Ahmad, Suroso A.

Yudianto, Diana Rochintaniawati, Mimin Nurjhani K., Ruchji Subekti, ...... . Strategi Belajar Mengajar. Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia.

Page 5: Rina

Oemar Hamalik, 2008. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Proses. Bumi Aksara. Jakarta.

Oemar Hamalik, 2009. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.Otto Soemarwoto, 2004. Atur Diri Sendiri Paradigma Baru Pengelolaan

Lingkungan Hidup. Gadjah Mada University Press. Jogjakarta.Sidney Siegel, 1992. Statistik Non Parametrik untuk Ilmu-Ilmu Sosial.

Gramedia. Jakarta.Slamet Rosyadi, 2008. Kebijakan & Hukum Lingkungan – 1. Update 12 Juli

2010.Suharsimi Arikunto, 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Rineka Cipta. Jakarta.Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, 2206. Strategi Belajar Mengajar.

Rineka Cipta. Jakarta. Umar Tirtarahardja dan S. L. La Sulo, 2205. Pengantar Pendidikan. Rineka Cipta

Jakarta.Zaenal Arifin, 2009. Evaluasi Pembelajaran. Remaja Rosda Karya. Bandung