Revisi Tugas Mandiri Mega Cakupan Tb

103
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di dunia ini. Pada tahun 1992 World Health Organization (WHO) telah mencanangkan tuberkulosis sebagai Global Emergency. Ini disebabkan banyaknya penderita yang tidak berhasil disembuhkan. Laporan WHO tahun 2004 menyatakan bahwa terdapat 8,8 juta kasus baru tuberkulosis pada tahun 2002, dimana 3,9 juta adalah kasus BTA (Basil Tahan Asam) positif. Pada tahun 2009 diperkirakan kasus meninggal tuberkulosis HIV negatif mencapai 1,3 juta kasus, dan kasus meninggal dengan HIV positif mencapai 380.000 kasus. (1) Gambar 1. Angka Insidens TB di Dunia (WHO, 2009) 1

Transcript of Revisi Tugas Mandiri Mega Cakupan Tb

Page 1: Revisi Tugas Mandiri Mega Cakupan Tb

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di dunia ini.

Pada tahun 1992 World Health Organization (WHO) telah mencanangkan tuberkulosis

sebagai Global Emergency. Ini disebabkan banyaknya penderita yang tidak berhasil

disembuhkan. Laporan WHO tahun 2004 menyatakan bahwa terdapat 8,8 juta kasus baru

tuberkulosis pada tahun 2002, dimana 3,9 juta adalah kasus BTA (Basil Tahan Asam) positif.

Pada tahun 2009 diperkirakan kasus meninggal tuberkulosis HIV negatif mencapai 1,3 juta

kasus, dan kasus meninggal dengan HIV positif mencapai 380.000 kasus. (1)

Gambar 1. Angka Insidens TB di Dunia (WHO, 2009)

Di Indonesia, penyakit TB merupakan masalah utama kesehatan masyarakat. Di

Indonesia pada tahun 2009 telah terjadi 61.000 kematian akibat TB atau 27 per 100.000

penduduk. Sedangkan kasus baru dengan BTA positif sebanyak 169.213 orang. Sedangkan

kasus TB relaps sebanyak 3.710 orang. Dari golongan penyakit infeksi, TB merupakan

penyebab kematian nomor 1. Diperkirakan setiap tahun terjadi 528,063 kasus baru TB dengan

kematian karena TB sekitar 140.000 secara kasar. Menurut WHO tahun 2009 diperkirakan

setiap 100.000 penduduk Indonesia terdapat 130 penderita baru TB paru BTA positif.(2)

1

Page 2: Revisi Tugas Mandiri Mega Cakupan Tb

Dalam melaksanakan Pembangunan Kesehatan, Dinas Kesehatan Kabupaten

mempunyai Unit Pelaksana Teknis (UPT) di tingkat kecamatan yang dinamakan Pusat

Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Dalam rangka mencapai kecamatan sehat menuju

terwujudnya Indonesia sehat 2010 pemerintah telah menyelenggarakan berbagai upaya

kesehatan secara menyeluruh, berjenjang dan terpadu, salah satunya memanfaatkan Pusat

Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) di berbagai daerah sebagai pusat pelayanan kesehatan

terdepan dan sebagai sarana pelayanan kesehatan strata pertama yang bertanggung jawab

menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat diwilayah

kerjanya.(2)

Target Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang memiliki target 80% untuk pencapaian

cakupan penemuan suspek TB, sedangkan pencapaian cakupan suspek TB di puskesmas

mungkid masih 8,18%, masih jauh dari target.

Jumlah pasien dengan BTA (+) yang terdata di Puskesmas Mungkid selama tahun

2012 berjumlah 4 orang. Desa-desa yang terdapat pasien dengan BTA (+) adalah desa

Rambeanak, Ambartawang dan Pabelan. Dua dari empat pasien dengan BTA (+) terdapat di

Rambeanak.

Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk mencari tahu faktor – faktor

yang melatarbelakangi cakupan suspek TB di Puskesmas Mungkid periode Januari –

Desember 2012.Maka dari itu penulis memilih judul laporan “Rencana Peningkatan Cakupan

Suspek TB Paru Puskesmas Mungkid Periode Januari-Desember 2012”.

I.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apa sajakah faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya cakupan suspek TB

paru pada Puskesmas Mungkidperiode Januari – Desember 2012?

2. Apa saja alternatif pemecahan masalah yang sesuai dengan penyebab masalah

yang ditemukan?

3. Bagaimana prioritas pemecahan masalah sesuai dengan penyebab masalah

yang ada?

4. Apa saja kegiatan yang dapat dilakukan untuk memecahkan masalah tersebut?

\

2

Page 3: Revisi Tugas Mandiri Mega Cakupan Tb

1.3 Batasan Judul

Penulis memilih judul “Rencana Peningkatan Cakupan Suspek TB Paru

PuskesmasMungkid Kabupaten Magelang Periode Januari -Desember 2012”. Penulisan tugas

mandiri ini dilakukan untuk menganalisis faktor – faktor yang menyebabkan rendahnya

cakupan suspek TB paru, menentukan alternatif pemecahan masalah dan merencanakan

kegiatan yang akan dilakukan. Cakupan penemuan suspek TB paru yang dianalisis selama

satu tahun, yaitu bulan Januari-Desember 2012, dimana pencapaian cakupan suspek TB paru

yang diraih Puskesmas Mungkid masih di bawah target pencapaian yang ditetapkan Dinas

Kesehatan Kabupaten Magelang.

1.4 Tujuan

1.4.1 Tujuan Umum

Mengetahui, mengidentifikasi, menganalisis faktor – faktor yangmenyebabkan

rendahnya cakupan suspek TB paru, menentukan dan merumuskan alternatif

pemecahan masalah dan prioritas pemecahan masalah yang sesuai dengan penyebab

masalah, bagaimana prioritas pemecahan masalah serta kegiatan yang dapat dilakukan

untuk pemecahan masalah tersebut di Puskesmas Mungkid.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Mampu menganalisis faktor – faktor yang menyebabkan rendahnya cakupan

suspek TB paru dari faktor input,proses maupun lingkungan di Puskesmas

Mungkid, Kecamatan Mungkid Kabupaten Magelang.

2. Mampu memberikan alternatif pemecahan masalah yang menyebabkan

rendahnya cakupan suspek TB paru di Puskesmas Mungkid Kabupaten

Magelang.

3. Mampu menentukan prioritas pemecahan masalah yang menyebabkan

rendahnya cakupan suspek TB paru di Puskesmas Mungkid Kabupaten

Magelang.

4. Mampu menyusun rencana kegiatan (POA) pemecahan masalah terpilih.

1.5 Manfaat Kegiatan

1.5.1 Manfaat bagi Penulis

1. Melatih kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi dengan masyarakat.

3

Page 4: Revisi Tugas Mandiri Mega Cakupan Tb

2. Melatih kemampuan analisis dan pemecahan masalah terhadap penyebab

masalah

1.5.2 Manfaat bagi Puskesmas

1. Membantu puskesmas Mungkid dalammengidentifikasi penyebab rendahnya

penemuan cakupan suspek TB paru.

2. Membantu puskesmas dalam memberikan alternatif penyelesaian terhadap

masalah rendahnya cakupan suspek TB paru.

1.5.3 Manfaat bagi Masyarakat

1. Pengetahuan tentang TB paru bagi masyarakat bertambah.

2. Masyarakat bisa berobat sedini mungkin apabila mengalami gejala penyakit

TB paru.

4

Page 5: Revisi Tugas Mandiri Mega Cakupan Tb

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Definisi

Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis

complex.(1)

II.2. Tuberkulosis di Indonesia

Pengendalian Tuberkulosis (TB) di Indonesia telah mendekati target

MilleniumDevelopment Goals (MDGs). Pada tahun 2008 prevalensi TB di Indonesia

mencapai 253 per 100.000 penduduk, sedangkan target MDGs pada tahun 2015 adalah 222

per 100.000 penduduk.(3)

Sementara itu, angka kematian TB pada tahun 2008 telah menurun tajam menjadi 38

per 100.000 penduduk dibandingkan tahun 1990 sebesar 92 per 100.000 penduduk. Hal itu

disebabkan implementasi strategi DOTS di Indonesia telah dilakukan secara meluas dengan

hasil cukup baik.Pada tahun 2009 angka cakupan penemuan kasus mencapai 71 % dan angka

keberhasilan pengobatan mencapai 90 %. Keberhasilan ini perlu ditingkatkan agar dapat

menurunkan prevalensi, insiden dan kematian akibat TB.(3)

Walaupun telah banyak kemajuan yang dicapai dalam Penanggulangan TB di

Indonesia, tapi tantangan masalah TB ke depan masih besar. Terutama dengan adanya

tantangan baru berupa perkembangan HIV dan MDR (Multi Drugs Resistancy) TB. Menkes

menyadari TB tidak bisa diberantas oleh Pemerintah atau jajaran kesehatan saja, tetapi harus

melibatkan dan bermitra dengan banyak sektor.(2)

Tahun 1995 Indonesia menerapkan strategi Directly Observed Treatment Shortcourse

(DOTS) sebagai strategi penanggulangan TB yang direkomenasikan WHO. Strategi ini

diterapkan sebagai Program TB Nasional di berbagai negara termasuk Indonesia.(3)

Meskipun memiliki beban penyakit TB yang tinggi, Indonesia merupakan negara

pertama diantara High Burden Country (HBC) di wilayah WHO South-East Asian yang

mampu mencapai target global TB untuk deteksi kasus dan keberhasilan pengobatan pada

tahun 2006. Pada tahun 2009, tercatat sejumlah sejumlah 294.732 kasus TB telah ditemukan

dan diobati (data awal Mei 2010) dan lebih dari 169.213 diantaranya terdeteksi BTA+.

Dengan demikian, Case Notification Rate untuk TB BTA+ adalah 73 per 100.000 (Case

5

Page 6: Revisi Tugas Mandiri Mega Cakupan Tb

Detection Rate 73%). Rerata pencapaian angka keberhasilan pengobatan selama 4 tahun

terakhir adalah sekitar 90% dan pada kohort tahun 2008 mencapai 91%. Pencapaian target

global tersebut merupakan tonggak pencapaian program pengendalian TB nasional yang

utama.

Gambar 2. Pencapaian Program Pengendalian TB Nasional 1995 - 2009

Meskipun secara nasional menunjukkan perkembangan yang meningkat dalam

penemuan kasus dan tingkat kesembuhan, pencapaian di tingkat provinsi masih menunjukkan

disparitas antar wilayah. Sebanyak 28 provinsi di Indonesia belum dapat mencapai angka

penemuan kasus (CDR) 70% dan hanya 5 provinsi menunjukkan pencapaian 70% CDR dan

85% kesembuhan.Tabel 1. Pencapaian target pengendalian TB per provinsi 2009

II.3. Penularan TB

Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB

(Mycobacterium tuberculosis).Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga

mengenai organ tubuh lainnya.

Cara penularan :

6

Page 7: Revisi Tugas Mandiri Mega Cakupan Tb

Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif.

Pada waktu batuk atau bersin,pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk

percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000

percikandahak.

Umumnya penularan terjadi dalam ruangan di mana percikan dahak berada dalam

waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan, sementara sinar

matahari langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat bertahan selama

beberapa jamdalam keadaan yang gelap dan lembab.

Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan

dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak, makin

menular pasien tersebut.

Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB ditentukan oleh

konsentrasi percikan dalamu dara dan lamanya menghirup udara tersebut.

Risiko penularan :

Risiko tertular tergantung dari tingkat pajanan dengan percikan dahak. Pasien TB

paru dengan BTA positif memberikan kemungkinan risiko penularan lebih besar dari

pasien. TBparu dengan BTA negatif.

Risiko penularan setiap tahunnyaditunjukkan dengan Annual Risk of Tuberculosis

Infection ( ARTI) yaitu proporsi penduduk yang berisiko terinfeksi TB selama

satu tahun. ARTI sebesar 1%, berarti 10 (sepuluh) orang diantara 1000 penduduk

terinfeksi setiap tahun.

ARTI di Indonesia bervariasi antara 1-3%.

Infeksi TB dibuktikan dengan perubahan reaksi tuberculin negative menjadi

positif.

Risiko menjadi sakit TB

Hanya sekitar 10% yang terinfeksi TB akan menjadi sakit TB.

Dengan ARTI 1%, diperkirakan diantara 100.000 penduduk rata-rata terjadi

1000 terinfeksi TB dan 10% diantaranya (100orang) akan menjadi sakit TB setiap

tahun.

Sekitar 50 diantaranya adalah pasien TB BTA positif.

Faktor yang mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi pasien TB adalah daya

tahan tubuh yang rendah, diantaranya infeksi HIV/AIDS dan malnutrisi (gizi

7

Page 8: Revisi Tugas Mandiri Mega Cakupan Tb

buruk).

HIV merupakan factor risiko yang paling kuat bagi yang terinfeksi TB menjadi sakit

Orang dengan BTA (+) dapat menginfeksi hingga 10-15 orang lain melalui kontak

dekat selama setahun. Tanpa pengobatan yang tepat, i dua pertiga orang dengan sakit TB akan

meninggal dunia.(6)

II.4. Strategi Nasional Program Pengendalian TB

Strategi nasional program pengendalian TB nasional terdiri dari 7 strategi, terdiri

dari 4 strategi umum dan didukung oleh 3 strategi fungsional. Ketujuh strategi ini

berkesinambungan dengan strategi nasional sebelumnya, dengan rumusan strategi yang

mempertajam respons terhadap tantangan pada saat ini. Strategi nasional program

pengendalian TB nasional sebagai berikut(5):

1. Memperluas dan meningkatkan pelayanan DOTS yang bermutu.

2. Menghadapi tantangan TB/HIV, MDR-TB, TB anak dan kebutuhan

masyarakat miskin serta rentan lainnya.

3. Melibatkan seluruh penyedia pelayanan pemerintah, masyarakat (sukarela),

perusahaan dan swasta melalui pendekatan Public-Private Mix dan menjamin

kepatuhan terhadap International Standards for TB Care.

4. Memberdayakan masyarakat dan pasien TB.

5. Memberikan kontribusi dalam penguatan sistem kesehatan dan manajemen

program pengendalian TB.

6. Mendorong komitmen pemerintah pusat dan daerah terhadap program TB.

7. Mendorong penelitian, pengembangan dan pemanfaatan informasi strategis.

Strategi 1 sampai dengan strategi 4 merupakan strategi umum, dimana strategi ini

harus didukung oleh strategi fungsional yang terdapat pada strategi 5 sampai dengan strategi 7

untuk memperkuat fungsi-fungsi manajerial dalam program pengendalian TB.(5)

Salah satu program yang akan dikembangkan untuk memperluas dan meningkatkan

pelayanan DOTS yang bermutu, yaitu:Menjamin Deteksi Dini dan Diagnosis Melalui

Pemeriksaan Bakteriologis yang Terjamin Mutunya. (5)

Meskipun ilmu pengetahuan dan teknologi pemeriksaan laboratorium untuk TB

berkembang dengan pesat, deteksi dini dan diagnosis melalui pemeriksaan sputum

mikroskopis tetap merupakan kunci utama dalam penemuan kasus TB. Validasi berbagai

metode diagnosis baru juga akan dilaksanakan seiring dengan perkembangan pengetahuan

dan teknologi laboratorium untuk TB serta perluasan kegiatan DST di tingkat provinsi.(5)

8

Page 9: Revisi Tugas Mandiri Mega Cakupan Tb

Selain strategi untuk meningkatkan ketersediaan, akses dan akurasi dalam

pemeriksaan laboratorium untuk menegakkan diagnosis TB secara tepat, diperlukan pula

strategi untuk mengurangi keterlambatan diagnosis, baik yang disebabkan oleh faktor

pelayanan kesehatan maupun faktor pasien. Intervensi yang dilakukan mencakup(5):

1. Meningkatkan intensitas penemuan aktif dengan cara skrining pada

kelompok rentan tertentu (a.l. HIV, anak kurang gizi, rutan/lapas,

daerah kumuh, diabetes dan perokok)

2. Memprioritaskan pemeriksaan kontak

3. Meningkatkan kepekaan dan kewaspadaan penyedia pelayanan

terhadap simtom TB dan pelaksanaan ISTC

4. Meningkatkan kepatuhan terhadap alur standar diagnosis

5. Melaksanakan upaya meningkatkan kesehatan paru secara

komprehensif.

II.5. Pelaksana Pengendalian TB di Indonesia

Pada saat ini, pelaksanaan upaya pengendalian TB di Indonesia secara administrative

berada di bawah dua Direktorat Jenderal Kementerian Kesehatan, yaitu Bina Upaya

Kesehatan, dan P2PL (Subdit Tuberkulosis yang bernaung di bawah Ditjen P2PL).

Pembinaan Puskesmas berada di bawah Ditjen Bina Upaya Kesehatan dan merupakan tulang

punggung layanan TB dengan arahan dari subdit Tuberkulosis, sedangkan pembinaan rumah

sakit berada di bawah Ditjen Bina Upaya Kesehatan. Pelayanan TB juga diselenggarakan di

praktik swasta, rutan/lapas, militer dan perusahaan, yang seperti halnya rumah sakit, tidak

berada di dalam koordinasi Subdit Tuberkulosis. Dengan demikian kerja sama antar Ditjen

dan koordinasi yang efektif oleh subdit TB sangat diperlukan dalam menerapkan program

pengendalian TB yang terpadu.(5)

Pelayanan kesehatan di tingkat kabupaten/kota merupakan tulang punggung dalam

program pengendalian TB. Setiap kabupaten/kota memiliki sejumlah FPK primer berbentuk

Puskesmas, terdiri dari Puskesmas Rujukan Mikroskopis (PRM), Puskesmas Satelit (PS) dan

Puskesmas Pelaksana Mandiri (PPM). Pada saat ini Indonesia memiliki 1.649 PRM, 4.140 PS

dan 1.632 PPM. Selain Puskesmas, terdapat pula fasilitas pelayanan rumah sakit, rutan/lapas,

balai pengobatan dan fasilitas lainnya yang telah menerapkan strategi DOTS. Tenaga yang

telah dilatih strategi DOTS berjumlah 5.735 dokter Puskesmas, 7.019 petugas TB dan 4.065

petugas laboratorium. Pada tingkat Kabupaten/kota, Kepala Dinas Kesehatan bertanggung

jawab terhadap pelaksanaan program kesehatan, termasuk perencanaan, pembiayaan dan

9

Page 10: Revisi Tugas Mandiri Mega Cakupan Tb

pemantauan pelayanannya. Di seksi P2M Wakil supervisor (wasor) TB bertanggung jawab

atas pemantauan program, register dan ketersediaan obat.(5)

Di tingkat Provinsi, telah dibentuk tim inti DOTS yang terdiri dari Provincial Project

Officer (PPO) serta staf Dinas Kesehatan, khususnya di provinsi dengan beban TB yang

tinggi. Di beberapa provinsi dengan wilayah geografis yang luas dan jumlah FPK yang besar,

telah mulai dikembangkan sistem klaster kabupaten/kota yang bertujuan utama untuk

meningkatkan mutu implementasi strategi DOTS di rumah sakit. Rutan, lapas serta tempat

kerja telah terlibat pula dalam program pengendalian TB melalui jejaring dengan

Kabupaten/kota dan Puskesmas.Tabel 2. Jumlah Fasilitas Pelayanan Kesehatan (FPK) yang Telah Menerapkan Strategi DOTS

II. 6. Penemuan Kasus Tuberkulosis

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 364/Menkes/Sk/V/2009 Tentang

Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis, kegiatan penemuan pasien terdiri dari

penjaringan suspek, diagnosis, penentuan klasifikasi penyakit dan tipe pasien.Penemuan

pasien merupakan langkah pertama dalam kegiatan program penanggulangan TB. Penemuan

dan penyembuhan pasien TB menular, secara bermakna akan dapat menurunkan kesakitan

dan kematian akibat TB, penularan TB di masyarakat dan sekaligus merupakan

kegiatan pencegahan penularan TB yang paling efektif di masyarakat.(2)

Strategi penemuan pasien TB adalah(2) :

Penemuan pasien TB dilakukan secara pasif dengan promosi aktif.

Penjaringan tersangka pasien dilakukan di unit pelayanan kesehatan; didukung

dengan penyuluhan secara aktif, baik oleh petugas kesehatan maupun

masyarakat, untuk meningkatkan cakupan penemuan tersangka pasien TB.

10

Page 11: Revisi Tugas Mandiri Mega Cakupan Tb

Pemeriksaan terhadap kontak pasien TB, terutama mereka yang BTA positif

dan pada keluarga anak yang menderita TB yang menunjukkan gejala sama,

harus diperiksa dahaknya.

Penemuan secara aktif dari rumah ke rumah, dianggap tidak cost efektif.

Penemuan secara aktif dapat dilakukan terhadap :

a. Kelompok khusus yang rentan atau beresiko tinggi sakit TB seperti pada pasien

dengan HIV (orang dengan HIV AIDS),

b. Kelompok yang rentan tertular TB seperti di rumah tahanan, lembaga

pemasyarakatan (para narapidana), mereka yang hidup pada daerah kumuh,

serta keluarga atau kontak pasien TB, terutama mereka yang dengan TB BTA

positif,

c. Pemeriksaan terhadap anak dibawah lima tahun pada keluarga TB harus dilakukan

untuk menentukan tindak lanjut apakah diperlukan pengobatan TB atau pegobatan

pencegahan.

d. Kontak dengan pasien TB resisten obat,

e. Penerapan manajemen tatalaksana terpadu bagi kasus dengan gejala dan tanda yang

sama dengan gejala TB, seperti pendekatan praktismenuju kesehatan paru (PAL =

practical approach to lung health), manajemen terpadu balita sakit (MTBS),

manajemen terpadu dewasa sakit (MTDS) akan membantu meningkatkan penemuan

kasus TB di layanan kesehatan, mengurangi terjadinya “misopportunity” kasus TB

dan sekaligus dapat meningkatkan mutu layanan.

Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih.

Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak

nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam

hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan. Gejala-gejala tersebut diatas

dapat dijumpai pula pada penyakit paru selain TB, seperti bronkiektasis, bronkitis kronis,

asma, kanker paru, dan lain-lain. Mengingat prevalensi TB di Indonesia saat ini masih tinggi,

maka setiap orang yang datang ke sarana pelayanan kesehatan dengan gejala tersebut diatas,

dianggap sebagai seorang tersangka (suspek) pasien TB, dan perlu dilakukan pemeriksaan

dahak secara mikroskopis langsung.(2)

Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis, menilai keberhasilan

pengobatan dan menentukan potensi penularan. Pemeriksaan dahak untuk penegakan

11

Page 12: Revisi Tugas Mandiri Mega Cakupan Tb

diagnosis dilakukan dengan mengumpulkan 3 spesimen dahak yang dikumpulkan dalam

dua hari kunjungan yang berurutan berupa Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS).(2)

S (sewaktu): dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang berkunjung

pertama kali. Pada saat pulang, suspek membawa sebuah pot dahak untuk

mengumpulkan dahak pagi pada hari kedua.

P (Pagi): dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua, segera setelah

bangun tidur. Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di

sarana pelayanan kesehatan.

S (sewaktu): dahak dikumpulkan di sarana pelayanan kesehatan pada hari

kedua, saat menyerahkan dahak pagi.

Peran biakan dan identifikasi Mycobacterium tuberculosis (Mt) pada penanggulangan TB

khususnya untuk mengetahui apakah pasien yang bersangkutan masih peka terhadap OAT

yang digunakan.(2)

II.7. Alur Diagnosis TB Paru pada Orang Dewasa

Gambar 3. Alur Diagnosis TB Paru pada Orang Dewas

12

Page 13: Revisi Tugas Mandiri Mega Cakupan Tb

II.8. Faktor Budaya, dan lingkungan dalam Penemuan Suspek TB.

Sebagian masyarakat beranggapan bahwa gejala penyakit tuberkulosis karena penyakit

kutukan, termakan racun atau kena guna-guna oleh perbuatan orang lain sehingga penderita

berusaha untuk menyembunyikan penyakitnya karena takut dikucilkan dan disingkirkan dari

pergaulan masyarakat, sehingga penderita tidak mau mencari pengobatan ke pelayanan

kesehatan. Anggapan seperti ini menyebabkan masyarakat berobat ke dukun kampung.

Hasil survei prevalensi TB (2004) mengenai pengetahuan, sikap dan perilaku

menunjukkan bahwa 96% keluarga merawat anggota keluarga yang menderita TB dan hanya

13% yang menyembunyikan keberadaan mereka. Meskipun 76% keluarga pernah mendengar

tentang TB dan 85% mengetahui bahwa TB dapat disembuhkan, akan tetapi hanya 26% yang

dapat menyebutkan dua tanda dan gejala utama TB. Cara penularan TB dipahami oleh 51%

keluarga dan hanya 19% yang mengetahui bahwa tersedia obat TB gratis.

Stigma TB di masyarakat terutama dapat dikurangi dengan meningkatkan pengetahuan

dan persepsi masyarakat mengenai TB, mengurangi mitos-mitos TB melalui kampanye pada

kelompok tertentu dan membuat materi penyuluhan yang sesuai dengan budaya setempat.

Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang penyakit tuberkulosis dapat dilakukan

dengan penyuluhan perorangan dan kelompok. Penyuluhan perorangan kepada penderita

tuberkulosis yang dilakukan dengan baik dan berkesinambungan dapat meningkatkan

pemahaman penderita terhadap penyakit yang dideritanya sehingga dapat menghindari penderita

dari kemungkinan drop out dalam minum obat dan dapat mencegah terjadinya penularan

penyakit kepada keluarga dan masyarakat sekitarnya. Penyuluhan juga dilakukan kepada

keluarga penderita dan pengawas minum obat (PMO) yang berguna untuk meningkatkan

pengetahuan mereka terhadap penyakit tuberkulosis yang menyebabkan keluarga dan PMO dapat

memberikan dorongan kepada penderita untuk melakukan pengobatan sampai selesai.

Penyuluhan kelompok mengenai peyakit tuberkulosis dapat dilakukan puskesmas dengan

cara memadukan dengan kegiatan-kegiatan masyarakat seperti mejelis taklim, wirid-wirid

pengajian, kegiatan PKK dan kegiatan di kecamatan sehingga kesulitan puskesmas dalam

mengumpulkan masyarakat dapat teratasi.

Dalam melakukan penyuluhan mengenai penyakit tuberkulosis, pengelola program TB

puskesmas dapat melakukan kerjasama lintas program dengan petugas Promosi Kesehatan

13

Page 14: Revisi Tugas Mandiri Mega Cakupan Tb

(Promkes) puskesmas sehingga penyuluhan yang dilakukan dapat terintegrasi dengan kegiatan

Promkes yang menyebabkan penyuluhan mengenai penyakit tuberkulosis dapat berjalan secara

terus menerus dan berkesinambungan.

Disamping itu untuk melakukan penyuluhan perorangan kepada penderita tuberkulosis

dan keluarganya, pengelola program TB puskesmas dapat juga melakukan kerjasama lintas

program dengan petugas Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) dimana petugas

Perkesmas sering mengunjungi pasien tuberculosis ke rumahnya sehingga petugas Perkesmas

dapat dimintai untuk memberikan penyuluhan mengenai penyakit tuberkulosis dan pentingnya

penderita memakan OAT sampai selesai dan sembuh.

Survei pada tahun 2004 tersebut juga mengungkapkan pola pencarian pelayanan

kesehatan. Apabila terdapat anggota keluarga yang mempunyai gejala TB, 66% akan memilih

berkunjung ke Puskesmas, 49% ke dokter praktik swasta, 42% ke rumah sakit pemerintah, 14%

ke rumah sakit swasta dan sebesar 11% ke bidan atau perawat praktik swasta. Namun pada

responden yang pernah menjalani pengobatan TB, tiga FPK utama yang digunakan adalah rumah

sakit, Puskesmas dan praktik dokter swasta. Analisis lebih lanjut di tingkat regional

menunjukkan bahwa Puskesmas merupakan FPK utama di KTI, sedangkan untuk wilayah lain

rumah sakit merupakan fasilitas yang utama.

Keterlambatan dalam mengakses fasilitas DOTS untuk diagnosis dan pengobatan TB

merupakan tantangan utama di Indonesia dengan wilayah geografis yang sangat luas. Untuk

meningkatkan penemuan penderita tuberkulosis, dinas kesehatan kabupaten dan puskesmas dapat

melakukan modifikasi metode penemuan suspek tuberkulosis dengan memperhatikan budaya

daerah setempat.

II.9. Pencatatan dan Pelaporan

Salah satu komponen penting dari surveilans yaitu pencatatan dan pelaporan

dengan maksud mendapatkan data untuk diolah, dianalisisdiinterpretasi,disajikan

dandisebarluaskan untuk dimanfaatkan. Data yang dikumpulkan padakegiatan surveilans

harusvalid (akurat, lengkap dan tepat waktu)sehinggamemudahkan dalam pengolahan dan

analisis. Data program Tuberkulosis dapat diperolehdari pencatatan di semua unit pelayanan

kesehatan yang dilaksanakan dengan satu sistemyang baku.(2)

\

14

Page 15: Revisi Tugas Mandiri Mega Cakupan Tb

1. Pencatatan di Unit Pelayanan Kesehatan(2)

UPK (Puskesmas, Rumah Sakit, BP4, klinik dan dokter praktek swasta dll) dalam

melaksanakan pencatatan menggunakan formulir :

Daftar tersangka pasien (suspek) yang diperiksa dahak SPS

Formulir permohonan laboratorium TB untuk pemeriksaan dahak, bagian atas.

Kartu pengobatan TB

Kartu identitas pasien

Register TB UPK

Formulir rujukan/ pindah pasien

Formulir hasil akhir pengobatan dari pasien TB pindahan.

2. Pencatatan di Laboratorium(2)

Laboratorium yang melaksanakan perwarnaan dan pembacaan sediaan dahak di PRM, PPM,

RS, BP-4, BLK dan laboratorium lainnya yang melaksanakan pemeriksaan dahak, menggunakan

formulir pencatatan sebagai berikut:

Register laboratorium TB

Formulir permohonan laboratorium TB untuk pemeriksaan dahak bagian bawah

(mengisi hasil pemeriksaan).

3. Pencatatan dan Pelaporan di Kabupaten/ Kota(2)

Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota menggunakan formulir pencatatan dan pelaporan sebagai

berikut :

Register TB Kabupaten

Laporan Triwulan Penemuan Pasien Baru dan Kambuh

Laporan Triwulan Hasil Pengobatan

Laporan Triwulan Hasil Konversi Dahak Akhir Tahap Intensif

Formulir Pemeriksaan Sediaan untuk Uji silang

Analisis Hasil Uji silang Kabupaten

Laporan Penerimaan dan Permintaan OAT

Laporan Pengembangan Ketenagaan (Staf) Program TB

Laporan Pengembangan Public-Private Mix (PPM) dalam Pelayanan TB

15

Page 16: Revisi Tugas Mandiri Mega Cakupan Tb

4. Pencatatan dan Pelaporan di Propinsi.(2)

Propinsi menggunakan formulir pencatatan dan pelaporan sebagai berikut :

Rekapitulasi Penemuan Pasien Baru dan Kambuh per kabupaten/ kota.

Rekapitulasi Hasil Pengobatan per kabupaten/ kota.

Rekapitulasi Hasil Konversi Dahak per kabupaten/ kota

Rekapitulasi Analisis Hasil Uji silang propinsi) per kabupaten/ kota

Rekapitulasi Penerimaan dan Pemakaian OTA) per kabupaten/ kota

Rekapitulasi Pengembangan Ketenagaan (Staf) Program TB

Rekapitulasi Pengembangan Public-Private Mix (PPM) dalam Pelayanan TB

Jenis formulir yang digunakan :

1. TB 01 = Pengobatan penderita

2. TB 02 =.Identitas penderita

3. TB 04 = Register laboratorium puskesmas

4. TB 05 = Permohonan laboratorium TB untuk pemeriksaan dahak

5. TB 06 = Penderita tersuspek TB

6. TB 09 = Rujukan/Pindahan penderita

7. TB 10 = Hasil akhir pengobata penderita TB pindahan

Disamping formulir tersebut diatas terdapat juga formulir rekapansebagai berikut :

1. Rekapitulasi TB 02 tanggal perjanjian (mengambil obat,konsultasi dokter, periksa

ulangdahak)

2. Rekapitulasi TB 05 puskesmas (tanggal pemeriksaan,specimen dahak, hasil, tingkat

positif).

II.10. Strategi Kemitraan untuk Penjaringan TB Paru

Kemitraan dengan praktisi swasta dalam program penanggulangan tuberkulosis jika

terlaksana dengan baik akan mampu meningkatkan penemuan penderita tuberculosis serta dapat

melaksanakan pengobatan berdasarkan strategi DOTS. Dokter praktik swasta memiliki potensi

untuk dilibatkan dalam penemuan dan pengobatan penderita TB paru berdasarkan strategi

DOTS.

16

Page 17: Revisi Tugas Mandiri Mega Cakupan Tb

Dokter praktik swasta berperan dalam penemuan kasus TB dan mengirim pasien

tersangka TB untuk melakukan pemeriksaan BTA sputum ke puskesmas, melakukan pengobatan

sampai tuntas dengan strategi DOTS, menunjuk PMO, membuat catatan dan pelaporan yang

nantinya akan dijemput oleh petugas puskesmas. Penderita tersangka TB yang telah melakukan

pemeriksaan BTA sputum di puskesmas hasil kiriman dokter praktik swasta, dikembalikan lagi

ke dokter praktik swasta. Supaya dokter praktik swasta tertarik dengan program ini, maka pihak

puskesmas dapat memberikan OAT secara cuma-cuma kepada dokter praktik swasta dan

mempersilahkan dokter praktik swasta mengambil biaya konsultasinya.

Bidan dan perawat praktik swasta dalam kemitraan program penanggulangan TB

berperan dalam menemukan penderita tersangka tuberkulosis dan mengirimnya ke puskesmas

untuk melakukan pemeriksaan BTA sputum. Peran dari Dinkes dan Puskesmas adalah dengan

menyediakan sarana yang dibutuhkan praktisi swasta dalam program penanggulangan

tuberkulosis seperti pot sputum, OAT dan formulir pencatatan dan pelaporan.

Kemitraan yang terjalin perlu dilakukan pemantauan secara berkala, apakah masing-

masing pihak telah menjalankan kesepakatan yang telah dibuat. Dalam melakukan pemantauan,

sebaiknya dilakukan oleh dinas kesehatan kabupaten dan organisasi profesi kesehatan seperti

IDI, IBI dan PPNI. Dinas kesehatan kabupaten juga membuat kesepakatan dengan masing-

masing organisasi profesi kesehatan tersebut.

II. 10. Urutan Siklus Pemecahan Masalah

Masalah adalah kesenjangan antara keadaan spesifik yang diharapkan, yang ingin

dicapai, yang menimbulkan rasa tidak puas, dan keinginan untuk memecahkannya.Dengan

demikian didapatkan ciri-ciri masalah(7) :

Menyatakan hubungan dua atau lebih variable

Dapat diukur

Dapat diatasi (Hartoyo,2007)

Urutan dalam siklus pemecahan masalah antara lain:

1. Identifikasi / inventarisasi masalah

Menetapkan keadaan spesifik yang diharapkan, yang ingin dicapai, menetapkan indikator

tertentu sebagai dasar pengukuran kinerja, misalnya SPM.Kemudian mempelajari

keadaan yang terjadi dengan menghitung atau mengukur hasil pencapaian.Yang terakhir

17

Page 18: Revisi Tugas Mandiri Mega Cakupan Tb

membandingkan antara keadaan nyata yang terjadi, dengan keadaan tertentu yang

diinginkan atau indikator tertentu yang sudah ditetapkan.

2. Penentuan prioritas masalah

Penyusunan peringkat masalah lebih baik dilakukan oleh banyak orang daripada satu

orang saja. Beberapa metode yang dapat digunakan antara lain: Hanlon, Delbeq, CARL,

Pareto, dll.

3. Penentuan penyebab masalah

Penentuan penyebab masalah digali berdasarkan data atau kepustakaan dengan curah

pendapat.Penentuan penyebab masalah hendaknya jangan menyimpang dari masalah

tersebut.

4. Memilih penyebab yang paling mungkin

Penyebab masalah yang paling mungkin harus dipilih dari sebab-sebab yang didukung

oleh data atau konfirmasi.

5. Menentukan alternatif pemecahan masalah

Seringkali pemecahan masalah dapat dilakukan dengan mudah dari penyebab yang

sudah diidentifikasi. Jika penyebab sudah jelas maka dapat langsung pada alternatif

pemecahan masalah.

6. Penetapan pemecahan masalah terpilih

Setelah alternatif pemecahan masalah ditentukan, maka dilakukan pemilihan pemecahan

terpilih.Apabila diketemukan beberapa alternatif maka digunakan Hanlon kualitatif untuk

menentukan/memilih pemecahan terbaik.

7. Penyusunan rencana penerapan

Rencana penerapan pemecahan masalah dibuat dalam bentuk POA (Plan of Action atau

Rencana Kegiatan)

8. Monitoring dan evaluasi

Ada dua segi pemantauan yaitu apakah kegiatan penerapan pemecahan masalah yang

sedang dilaksanakan sudah diterapkan dengan baik dan menyangkut masalah itu sendiri,

apakah permasalahan sudah dapat dipecahkan.

18

Page 19: Revisi Tugas Mandiri Mega Cakupan Tb

Gambar 4. Diagram Analisis Masalah

II.11. Analisis Penyebab Masalah

Dalam menganalisis masalah digunakan metode pendekatan sistem untuk mencari

kemungkinan penyebab dan menyusun pendekatan-pendekatan masalah, dari pendekatan

sistern ini dapat ditelusuri hal-hal yang mungkin menyebabkan munculnya permasalahan

rendahnya Cakupan Suspek TB paru di wilayah Puskesmas Mungkid. Kecamatan Mungkid,

Kabupaten Magelang. Adapun sistern yang diutarakan disini adalah sistern terbuka pelayanan

kesehatan yang dijabarkan sebagai berikut(7) :

Gambar 5. Analisis Pemecahan Masalah Dengan Pendekatan Sistem

19

Page 20: Revisi Tugas Mandiri Mega Cakupan Tb

Masalah yang timbul terdapat pada output dimana hasil kegiatan tidak sesuai

standar minimal. Hal yang penting pada upaya pemecahan masalah adalah kegiatan dalam

rangka pemecahan masalah harus sesuai dengan penyebab masalah tersebut, berdasarkan

pendekatan sistern masalah dapat terjadi pada input, lingkungan maupun proses.(7)

II.12. Penentuan Prioritas Pemecahan Masalah dengan Kriteria Matriks MIVC

Setelah prioritas masalah didapatkan, langkah selnjutnya adalah penentuan prioritas

pemecahan masalah dengan kriteria matriks dengan umus seperti di bawah ini (7):

Keterangan:

Magnitude (m)

Artinya besarnya penyebab masalah yang dapat diselesaikan, semakin besar atau banyak

penyebab masalah dapat diselesaikan maka akan semakin efektif.

Importancy (i)

Artinya pentingnya penyelesaian masalah, semakin penting cara penyelesaian dalam

mengatasi penyebab masalah maka akan semakin efektif.

Vunerability (v)

Artinya sensitifitas cara penyelesaian masalah, semakin sensitive maka akan semakin

efektif.

Skor untuk (magnitude, importancy dan vunerability):

1. Sangat kurang efektif

2. Kurang efektif

3. Cukup efektif

4. Efektif

5. Sangat efektif

Cost (c)

Artinya biaya.

Skor untuk (cost):

1. Bila biaya atau sumber daya yang digunakan semakin kecil.

2. Bila biaya atau sumber daya yang digunakan kurang besar

3. Bila biaya atau sumber daya yang digunakan cukup besar

20

M x I x V

C

Page 21: Revisi Tugas Mandiri Mega Cakupan Tb

4. Bila biaya atau sumber daya yang digunakan besar

Bila biaya atau sumber daya yang digunakan semakin atau sangat besar.

II.14. Pembuatan Plan of Action dan Gantt Chart

Setelah melakukan penentuan pemecahan masalah maka selanjutnya dilakukan

pembuatan plan of action serta Gantt Chart, hal ini bertujuan untuk menentukan

perncanaan kegiatan.(7)

II.15. Pengetahuan

II.15.1. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari “Tahu” dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui

panca indra manusia, yaitu: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui pendidikan, pengalaman orang

lain, media massa maupun lingkungan.

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan

seseorang. Pengetahuan diperlukan sebagai dukungan dalam menumbuhkan rasa percaya

diri maupun sikap dan perilaku setiap hari, sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan

merupakan fakta yang mendukung tindakan seseorang.

Pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil dari pekerjaan tahu. Pekerjaan

tahu tersebut adalah hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti dan pandai (Drs. Sidi

Gazalba).

Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa Inggris yaitu

knowledge. Dalam encyclopedia of philosophy dijelaskan bahwa definisi pengetahuan

adalah kepercayaan yang benar (knowledgement is justified true beliefed). 

Pengetahuan itu adalah semua milik atau isi pikiran. Dengan demikian, pengetahuan

merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk tahu. 

Dalam kamus filsafat, dijelaskan bahwa pengetahuan (knowledge) adalah proses

kehidupan yang diketahui manusia secara langsung dari kesadarannya sendiri. Dalam

peristiwa ini yang mengetahui (subjek) memilliki yang diketahui (objek) di dalam dirinya

21

Page 22: Revisi Tugas Mandiri Mega Cakupan Tb

sendiri sedemikian aktif sehingga yang mengetahui itu menyusun yang diketehui pada

dirinya sendiri dalam kesatuan aktif. 

Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru dalam

diri orang tersebut menjadi proses berurutan :

1. Awarenes, dimana orang tersebut menyadari pengetahuan terlebih dahulu

terhadap stimulus (objek).

2. Interest, dimana orang mulai tertarik pada stimulus.

3. Evaluation, merupakan suatu keadaan mempertimbangkan terhadap baik

buruknya stimulus tersebut bagi dirinya.

4. Trial, dimana orang telah mulai mecoba perilaku baru.

5. Adaptation, dimana orang telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan

kesadaran dan sikap.

II.15.2. Tingkat Pengetahuan

Notoatmodjo mengemukakan yang dicakup dalam domain kognitif yang mempunyai

enam tingkatan, pengetahuan mempunyai tingkatan sebagai berikut (Notoatmodjo, 2003):

1. Tahu (Know)

Kemampuan untuk mengingat suatu materi yang telah dipelajari, dari seluruh

bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima. Cara kerja untuk mengukur

bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain : menyebutkan,

menguraikan, mengidentifikasikan dan mengatakan.

2. Memahami (Comprehension)

Kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan

dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

3. Aplikasi (Aplication)

Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau

kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai pengguna hukum-

hukum, rumus, metode, prinsip-prinsip dan sebagainya.

4. Analisis (Analysis)

22

Page 23: Revisi Tugas Mandiri Mega Cakupan Tb

Kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek dalam suatu

komponenkomponen, tetapi masih dalam struktur organisasi dan masih ada kaitannya

satu sama lain. Kemampuan analisis dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti

kata kerja mengelompokkan, menggambarkan, memisahkan.

5. Sintesis (Sinthesis)

Kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian dalam bentuk keseluruhan

yang baru, dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun

formulasi baru dari formulasi yang ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Kemampuan untuk melakukan penelitian terhadap suatu materi atau objek

tersebut berdasarkan suatu cerita yang sudah ditentukan sendiri atau menggunakan

kriteria yang sudah ada (Notoatmodjo, 2003).

II.15.3. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang

tentang isi materi yang akan diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalamam

pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-

tingkatan diatas (Notoadmojo, 2003)

a. Tingkat pengetahuan baik bila skor > 75%-100%

b. Tingkat pengetahuan cukup bila skor 60%-75%

c. Tingkat pengetahuan kurang bila skor < 60%

II.16. Perilaku

II.16.1. Definisi Perilaku

Menurut Notoatmodjo (2003) perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas

manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak

luar. Menurut Robert kwick (1974) perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu

organisme yang dapat diamati bahkan dapat dipelajari.

Menurut Ensiklopedia Amerika perilaku diartikan sebagai suatu aksi dan reaksi

organisme terhadap lingkungannya. Skiner (1938) seorang ahli psikologi merumuskan

23

Page 24: Revisi Tugas Mandiri Mega Cakupan Tb

bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan

dari luar).

Namun dalam memberikan respons sangat tergantung pada karakteristik atau

faktorfaktor lain dari orang yang bersangkutan. Faktor-faktor yang membedakan respons

terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku. Determinan perilaku

dibedakan menjadi dua yaitu :

1. Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan

yang bersifat given atau bawaan, misalnya tingkat kecerdasan, tingkat emosional,

jenis kelamin, dan sebagainya.

2. Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial,

budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini merupakan

faktor dominan yang mewarnai perilaku seseorang.

II.16.1. Determinan Perilaku

Green (1980), mencoba menganalisis perilaku manusia berangkat dari tingkat kesehatan.

Bahwa kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yakni faktor

perilaku (behavior causes) dan faktor di luar perilaku (non behavior causes) (Notoatmodjo,

1993: 102-103). Perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari tiga faktor, yakni :

1. Faktor-faktor Predisposisi (predisposing factors)

Faktor-faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan,

tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem

nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya. Ikhwal

ini dapat dijelaskan sebagai berikut: untuk berperilaku kesehatan, misalnya pemeriksaan

kehamilan bagi ibu hamil diperlukan pengetahuan dan kesadaran ibu tersebut tentang manfaat

periksa hamil, baik bagi kesehatan ibu sendiri dan janinnya. Di samping itu, kadang-kadang

kepercayaan, tradisi, sistem nilai masyarakat juga dapat mendorong atau menghambat ibu untuk

periksa hamil, misalnya orang hamil tidak boleh disuntik (periksa hamil termasuk memperoleh

suntikan anti tetanus), karena suntik bisa menyebabkan anak cacat. Karena faktor ini terutama

yang positif mempermudah terwujudnya perilaku, maka sering disebut faktor pemudah.

2. Faktor-faktor sarana dan prasarana (enabling factors)

24

Page 25: Revisi Tugas Mandiri Mega Cakupan Tb

Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan

bagi masyarakat, misalnya: air bersih, tempat pembuangan sampah, tempat pembuangan tinja,

ketersediaan makanan yang bergizi, dan sebagainya. Termasuk juga fasilitas pelayanan

kesehatan seperti Puskesmas, Rumah Sakit, Poliklinik, Posyandu, Polindes, Pos Obat Desa,

Dokter atau Bidan Praktek Swasta, dan sebagainya. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

untuk berperilaku sehat, masyarakat memerlukan sarana dan prasarana pendukung, misalnya

perilaku pemeriksaan kehamilan tersebut di atas, ibu hamil yang mau periksa hamil tidak hanya

karena ia tahu dan sadar manfaat periksa hamil saja, melainkan ibu tersebut dengan mudah harus

dapat memperoleh fasilitas atau tempat periksa hamil; misalnya Puskesmas, Polindes, Bidan

Praktek, ataupun Rumah Sakit. Fasilitas ini pada hakekatnya mendukung terwujudnya perilaku

kesehatan, maka faktor-faktor ini disebut faktor pendukung

3. Faktor-faktor sikap (reinforcing factors)

Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat (toma), tokoh

agama (toga), sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan. Termasuk juga di sini

Undang-Undang, peraturan-peraturan bayik dari Pusat maupun Pemerintah Daerah yang terkait

dengan kesehatan.Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut: untuk berperilaku sehat, masyarakat

kadang-kadang bukan hanya perlu pengetahuan dan sikap positif dan dukungan fasilitas saja,

malainkan diperlukan perilaku contoh (acuan) dari para tokoh masyarakat, tokoh agama, para

petugas, lebih-lebih para petugas kesehatan. Di samping itu Undang-Undang, peraturan-

peraturan, dan sebagainya diperlukan untuk memperkuat perilaku masyarakat tersebut. Seperti

contoh perilaku periksa hamil tersebut di atas; di samping pengetahuan dan kesadaran

pentingnya periksa hamil, serta kemudahan memperoleh fasilitas periksa hamil, juga diperlukan

perilaku contoh dari tokoh masyarakat setempat. Demikian juga diperlukan peraturan atau

perundanganundangan yang mengharuskan ibu hamil melakukan periksa hamil. Disimpulkan

bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan,

sikap, kepercayaan, tradisi, dan sebagainya dari orang atau masyarakat yang bersangkutan. Di

samping itu, ketersediaan fasilitas, dan sikap dan perilaku para petugas kesehatan terhadap

kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku. (7)

11.17 Rumah Sehat

Kriteria rumah sehat pada masingmasing parameternya adalah sebagai berikut.

25

Page 26: Revisi Tugas Mandiri Mega Cakupan Tb

1.Komponen rumah meliputi:

a.Langitlangit

b.Dinding

c. Jendela kamar tidur

d.Jendela ruang keluarga

e. Ventilasi

f. Sarana pembuangan asap dapur

g. Pencahayaan

2.Sarana sanitasi meliputi:

a.Sarana air bersih

b.Sarana pembuangan kotoran

c. Sarana pembuangan limbah

d. Sarana pembuangan sampah

3.Kolompok perilaku meliputi;

a.Membuka jendela kamar tidur

b.Membuka jendelaruang keluarga

c.Membersihkan rumah dan halaman

d. Membuang tinja ke WC

e.Membuang sampah pada tempat sampah

b. Kondisi rumah yang berhubungan dengan kejadian pneumonia

1.Kelembaban

Kelembaban adalah banyaknya uap air yang terkandung dalam udara yang

biasanya dinyatakan dalam persen.

Faktorfaktor kelembaban udara meliputi:

a. Keadaan bangunan

1. Dinding

Air hujan masuk dan meresap melalui poripori dinding sehingga akan

mengakibatkan kelembaban udara dalam ruangan.

2. Iklim dan Cuaca

Kelembaban udara secara menyeluruh dipengaruhi oleh iklim dan cuaca.

26

Page 27: Revisi Tugas Mandiri Mega Cakupan Tb

Syaratsyarat kelembaban yang memenuhi standar kesehatan adalah sebagai berikut:

a. Lantai dan dinding harus kering

b. Kelembaban udara berkisar antara 40% sampai 70%

Alat yang digunakan untuk mengukur kelembaban adalah Higrometer,

digantung pada papan yang terbuat dari kayu kemudian dapat dilihat berapa

angka kelembaban yang tertera pada alat tersebut kemudian melakukan

pencataan hasil. Keterkaitan antara kelembaban dan penyakit pneumoni adalah

saling berpengaruh terhadap kejadian pneumonia. Kelembaban ini sangat erat

kaitannya dengan pertumbuhan etiologi pneumonia yang berupa virus, bakteri

dan jamur. Faktor etiologi tersebut dapat tumbuh dengan baik jika kondisi

optimal. Penghuni ruangan biasanya akan mudah menderita sakit infeksi

saluran nafas karena situasi tersebut.

2.Pencahayaan

Pencahayaan adalah proses masuknya cahaya kedalam ruangan

untuk keperluan aktifitas.

Pencahayaan dibagi menjadi dua kelompok:

a. Pencahayaan alami

Cahaya alami diperoleh dengan masuknya sinar matahari kedalam

ruangan melalui jendela, celahcelah dan bagianbagian bangunan yang terbuka.

Cahaya matahari berguna selain untuk penerangan dapat juga untuk mengurangi

kelembaban ruangan,mengusir nyamuk dan membunuh kuman penyebab

penyakit.

Pencahayaan alam maupun buatan baik langsung maupun tidak langsung

dapat menerangi seluruh ruangan minimal intensitasnya 60lux dan sebaiknya

tidak menyilaukan.

Menurut WHO standa rminimal cahaya alam yang memenuhi syarat

kesehatan untuk berbagai keperluan salah satunya adalah kamar keluarga dan

kamar tidur adalah 60lux .Untuk memperoleh jumlah cahaya matahari pada pagi

hari secara optimal sebaiknya jendela kamar tidur menghadap ke timur, luas

jendela minimal 1020% dari luas lantai.Jarak masuk cahaya juga diusahakan

27

Page 28: Revisi Tugas Mandiri Mega Cakupan Tb

dengan memakai genteng kaca.

b.Pencahayaan buatan.

Pencahayaan buatan yang baik dan memenuhi standar dapat

Dipengaruhi oleh:

1.Cara memasang sumber cahaya pada dinding atau langitlangit

2.Kontruksi sumber cahaya dengan ornament yang dipergunakan

3.Luas dan bentuk ruangan

4.Penyebaran sinar dari sumber cahaya

Alat yang dipakai untuk mengukur pencahayaan adalah lux meter.Cara

penggunaannya adalah alat langsung diletakkan pada ruangan yang akan

diperiksa, lihat dan dicatat hasilnya. Sehubungan dengan hal tersebut pemerintah

Indonesia melalui Departemen Pekerjaan Umum (DPU) telah menetapkan bahwa

untuk kesehatan ruangan, sinar matahari pagi harus masuk kedalam ruangan

minimal 1 jam sehari atau bila penerangan matahari tidak langsung minimal 8

jam.

3. Ventilasi

Ventilasi adalah proses penyediaan udara segar dan pengeluaran udara kotor

secara alamiah atau mekanis harus cukup. Berdasarkan keputusan menteri Kesehatan

No.829/Menkes/SK/VII/1999 tentang persyaratan kesehatan

perumahan,luaspenghawaan atau ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% dari

luas lantai.

Berdasarkan peraturan bangunan nasional, lubang hawa suatu bangunan harus

memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. Luas jendela / lubang hawa sekurang -kurangnya 10% dari luas lantai ruangan.

b. Jendela atau lubang hawa harus meluas kearah atas sampai setinggi minimal

1,95 m dari permukaan lantai.

c.Adanya lubang hawa yang berlokasi dibawah langit-langit sekurang-kurangnya

0,35% luas lantai yang bersangkutan.

Ventilasi rumah berfungsi :

a. Untuk menjaga aliran udara di dalam rumah tetap segar. Hal ini berarti

keseimbangan oksigen yang diperlukan oleh penghuni rumah tetap terjaga.

28

Page 29: Revisi Tugas Mandiri Mega Cakupan Tb

Kurangnya ventilasi akan menyebabkan kurangnya oksigen di dalam rumah yang

berarti kadar karbondioksida yang bersifat racun akan meningkat. Tidak

cukupnya ventilasi juga akan menyebabkan kelembaban udara di dalam rumah

akan naik karena terjadinya penguapan cairan.

b. Kelembaban ini merupakan media paling baik untuk tumbuhnya bakteri patogen.

c. Membersihkan udara ruangan dari bakteri bakteri patogen, karena terjadi aliran

udara yang terus menerus.

4. Kepadatan hunian

Kepadatan hunian adalah banyaknya penghuni yang tinggal didalam rumah

dibandingkan dengan luas ruangan. Berdasarkan keputusan menteriKesehatan RI

No.829/Menkes/SK/VII/1999 tentang persyaratan kesehatan perumahan, luas ruang

tidur minimal 8 meter, dan tidak dianjurkan digunakan lebih dari 2 orang tidur dalam

satu ruangan tidur kecuali anak umur dibawah 5tahun.

Salah satu cara mencegah penularan penyakit infeksi saluran pernafasan

terutama pneumonia maka jarak tempat tidur satu dengan tempat tidur lain minimal 90

cm. Dalam hubungan dengan penyakit pneumonia Balita maka kepadatan hunian akan

menyebabkan infeksi silang dengan penderita pneumonia di suatu ruangan dan

penularan penyakit melalui udara atau droplet akan cepat terjadi.Pada saat batuk, agent

penyebab penyakit keluar dalam bentuk droplet. Dan akan dibawa udara yang

selanjutnya masuk ke host barumelalui saluran pernafasan.

Kepadatan hunian rumah perlu diperhatikan karena:

a. Semua orang memerlukan tempat untuk melakukan aktiftasnya didalam rumah.

b. Keadaan rumah yang penuh sesak oleh penghuni akan mengurangi kenyamanan

dalam melakukan aktifitas.

c. Rumah yang padat penghuni akan lebih memungkinkan cepat terjadinya

penularan oleh virus dan kontak perorangan.

d. Rumah padat penghuni akan mempengaruhi psikologis penghuninya sehingga

produktifitas kerja akan menurun.

Tingkat kepadatan memiliki hubungan dengan kejadian pneumonia khususnya Balita. Hal ini

terjadi karena tingkat kepadatan hunian rumah dapat mempengaruhi kualitas udara dalam

29

Page 30: Revisi Tugas Mandiri Mega Cakupan Tb

ruangan dan dapat mempermudah penularan penyakit untuk tingkat hunian rumah yang padat,

berarti banyak penghuninya sehingga menghasilkan banyak karbondioksida sebagai hasil

proses pernafasan.Karbondioksida tersebut mempengaruhi kualitas udara dalam ruangan

karena semakin banyak jumlah orang yang menghuni ruangan, maka semakin banyak jumlah

udara segar yang dibutuhkan untuk pernafasan, sedangkan jumlah karbondioksida yang

dihasilkan jauh lebih besar.

30

Page 31: Revisi Tugas Mandiri Mega Cakupan Tb

BAB III

ANALISIS MASALAH

III. 1. Analisis Masalah

Cakupan suspek TB paru di Puskesmas Mungkid memiliki skor pencapaian 8,18%, jauh

dibawah target yang ditetapkan Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang yaitu sebesar 80%.

Kegiatan

PokokIndikator Kerja

Target

DinKes

Kab.

Magelang

2012

Cakupan Pencapaian

Hasil

kegiata

n

% <100% >100%

P2 TB

Paru

Cakupan suspek TB

paru80% 44 6,55% 8,18%

Tabel 3. Pencapaian cakupan suspek TB paru Puskesmas Mungkid tahun 2012

Hasil Cakupan Penemuan suspek TB paru di Puskesmas Mungkid Kabupaten Magelang

Besar sasaran = 10.7 x jumlah penduduk Kecamatan Mungkid

Suspek TB paru 1000

= 10.7 x 63.193

1000

= 672

31

Page 32: Revisi Tugas Mandiri Mega Cakupan Tb

Dalam perhitungan hasil pencapaian cakupan suspek TB paru, maka perlu ditentukan

terlebih dahulu persentase cakupannya dengan rumus:

Cakupan% = Hasil Kegiatan x 100 %

Sasaran Berjalan

= Hasil Kegiatan ( Januari – Desember 2012 ) x 100 %

Sasaran

= 44 x 100 %

672

= 6,55%

Hasil kegiatan : Jumlah suspek TB paru

Sasaran : Jumlah perkiraan suspek TB paru (10,7/1000 x jumlah penduduk)

Kemudian setelah didapatkan cakupan (%) dihitung persentase pencapaian indikator kinerja

tersebut dengan menggunakan rumus:

Pencapaian = Cakupan (%) x 100%

Target

= 6,55 x 100%

80%

= 8,18%

Dari hasil perhitungan pencapaian program P2 TB Paru cakupan suspek TB paru periode

Januari – Desember 2012 didapatkan hasil sebesar 8,18 %. Hasil tersebut belum memenuhi

target Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang sebesar 80%. Kurangnya pencapaian tersebut

merupakan suatu masalah yang harus dicari penyebab dan upaya penyelesaiannya.

32

Page 33: Revisi Tugas Mandiri Mega Cakupan Tb

Jumlah BTA (+) di setiap Desa di wilayah kerja Puskesmas Mungkid Periode Januari-

Desember 2012 :

Tabel 4. Jumlah BTA (+) di Desa Wilayah Kerja Puskesmas Mungkid

No. Desa Jumlah pasien dengan BTA (+)

Cakupan Pencapaian

1. Mungkid 0 0% 0%2. Pagersari 0 0% 0%

3. Bojong 0 0% 0%

4. Gondang 0 0% 0%

5. Senden 0 0% 0%

6. Treko 0 0% 0%

7. Blondo 0 0% 0%

8. Bumirejo 0 0% 0%

9. Ambartawang 1 25% 36%

10. Paremono 0 0% 0%

11. Pabelan 1 13% 18%

12. Ngrajek 0 0% 0%

13. Rambeanak 2 29% 41%

14. Progowati 0 0% 0%

Jumlah 4 6,55% 8,18%

Dari data diatas terlihat bahwa pasien dengan BTA (+) terdapat di tiga desa, yaitu

Rambeanak, Pabelan dan Ambartawang. Pasien dengan BTA (+) terbanyak terdapat di

Rambeanak yaitu sebanyak 2 pasien.

33

Page 34: Revisi Tugas Mandiri Mega Cakupan Tb

Jumlah suspek TB di setiap Desa di wilayah kerja Puskesmas Mungkid Periode Januari-

Desember 2012 :

Tabel 5. Jumlah Suspek TB di Desa Wilayah Kerja Puskesmas Mungkid

No. Desa Jumlah Suspek TB

1. Mungkid 42. Pagersari 5

3. Bojong 6

4. Gondang 0

5. Senden 0

6. Treko 0

7. Blondo 2

8. Bumirejo 1

9. Ambartawang 3

10. Paremono 5

11. Pabelan 3

12. Ngrajek 1

13. Rambeanak 11

14. Progowati 3

Jumlah 44

Dari tabel jumlah suspek TB didapatkan 44 suspek TB yang terdapat di Kecamatan

Mungkid. Jumlah suspek terbanyak terdapat di Desa Rambeanak yaitu sebanyak 11 suspek.

III. 2. Kerangka Pemecahan Masalah

Urutan dalam siklus pemecahan masalah antara lain :

a. Identifikasi/ inventarisasi masalah

Menetapkan keadaan spesifik yang diharapkan, yang ingin dicapai, menetapkan indikator

tertentu sebagai dasar pengukuran kinerja, misalnya SPM.Kemudian mempelajari

34

Page 35: Revisi Tugas Mandiri Mega Cakupan Tb

keadaan yang terjadi dengan menghitung atau mengukur hasil pencapaian.Kemudian

membandingkan antara keadaan nyata yang terjadi, dengan keadaan tertentu yang

diinginkan atau indikator tertentu yang sudah ditetapkan.

c. Penentuan penyebab masalah

Penentuan penyebab masalah dilihat berdasarkan data atau kepustakaan dengan curah

pendapat.Penentuan penyebab masalah hendaknya jangan menyimpang dari masalah

tersebut.

d. Memilih penyebab yang paling mungkin

Penyebab masalah yang paling mungkin harus dipilih berdasarkan sebab-sebab yang

didukung oleh data atau konfirmasi.

e. Menentukan alternatif pemecahan masalah

Seringkali pemecahan masalah dapat dilakukan dengan mudah dari penyebab yang sudah

diidentifikasi.Jika penyebab sudah jelas maka dapat langsung pada alternatif pemecahan

masalah.

f. Penetapan pemecahan masalah terpilih

Setelah alternatif pemecahan masalah ditentukan, maka dilakukan pemilihan pemecahan

masalah terpilih.Apabila ditemukan beberapa alternatif maka digunakan Hanlon kualitatif

untuk menentukan atau memilih pemecahan terbaik.

g. Penyusunan rencana penerapan

Rencana penerapan pemecahan masalah dibuat dalam bentuk POA (Plan of Action atau

rencana kegiatan)

h. Monitoring dan evaluasi

Ada dua segi pemantauan yaitu apakah kegiatan penerapan masalah yang sedang

dilaksanakan sudah diterapkan dengan baik dan menyangkut masalah itu sendiri, apakah

permasalahan sudah dapat dipecahkan.

35

Page 36: Revisi Tugas Mandiri Mega Cakupan Tb

BAB IV

KERANGKA TEORI DAN PENELITIAN

IV.1. Kerangka Teori

Gambar 6. Kerangka Teori

36

INPUT

Man : dokter, perawat, petugas

laborat, koordinatorn

P2M TB

Money:Dana Puskesmas

Method:Penemuan kasus TB dengan cara pasif dengan

promosi aktif, dan pemeriksaan

kontak pasien BTA(+)

Material : puskesmas, pustu, PKD,

posyandu lansia

Machine:Laboratorium

SOP

PROSES

P1 : Perencanaan pemeriksaan

kontak, penyuluhanP2: kunjungan

kontakP3: Pengawasan,

pengendalian, penilaian

OUTPUT

Hasil Kegiatan

LINGKUNGAN

Pasien TB dengan BTA positif

Pengetahuan masyarakat tentang gejala TB

Penularan Penyakit TB

Lingkungan tempat tinggal

OUTCOME

Cakupan Suspek TB

Paru

Page 37: Revisi Tugas Mandiri Mega Cakupan Tb

IV.2. Kerangka Penelitian

Gambar 7. Kerangka Penelitian

37

Koordinasi lintas program di

puskesmas.

Pengetahuan masyarakat tentang

penyakit TB Paru.

Kerjasama antara puskesmas dengan

unit pelayanan kesehatan swasta

serta mengenai pendataan suspek TB

paru.

Kepatuhan penggunaan SOP TB

Paru.

Cakupan Suspek TB Paru

Page 38: Revisi Tugas Mandiri Mega Cakupan Tb

BAB V

METODE PENELITIAN

V.1. Jenis data yang diambil

Dalam melakukan penelitian tugas mandiri mengenai cakupan suspek TB, jenis data yang

diambil adalah data primer yang didapatkan dengan cara pengamatan langsung, wawancara dan

pengisian kuisioner dan data sekunder diperoleh dari laporan koordinator P2M TB Paru

Puskesmas Mungkid.

Wawancara dilakukan dengan koordinator P2M TB Paru Puskesmas Mungkid,

koordinator laboratorium, dan Bidan Desa Rambeanak. Pengisian kuisioner dilakukan di Desa

Rambeanak, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, sebanyak 20 responden yang terdiri

dari pasien BTA (+) dan orang-orang serumah yang kemungkinan kontak lama dengan pasien

BTA (+).

Pengumpulan data – data tersebut dilakukan tanggal 24-26 Maret 2013. Data yang

diperoleh dianalisis melalui pendekatan sistem, baik input, proses, dengan tujuan mengetahui

permasalahan secara menyeluruh. Data kemudian diolah untuk mengidentifikasi permasalahan.

Lalu dilakukan analisis masalah dengan mencari kemungkinan penyebab melalui pendekatan

sistem dengan diagram fishbone. Kemudian dilakukan konfirmasi penyebab yang paling

mungkin ke koordinator P2M TB Paru. Kemudian menentukan prioritas alternatif pemecahan

masalah secara sistematis yang paling mungkin dilaksanakan dengan menggunakan kriteria

matriks. Setelah itu, dibuat plan of action berdasarkan prioritas pemecahan masalah.

V. 2 .Ruang Lingkup

Ruang lingkup pengkajian yang dilakukan meliputi :

a. Lingkup lokasi : Wilayah kerja Puskesmas Mungkid, Kabupaten Magelang

b. Lingkup waktu : Januari 2012 sampai Desember 2012

c. Lingkup sasaran : Cakupan suspek TB (10,7/1000 x jumlah penduduk)

d. Lingkup metode : Pengamatan, wawancara, kuesioner.

38

Page 39: Revisi Tugas Mandiri Mega Cakupan Tb

V. 3. Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif, dimana

penelitian dilakukan dengan tujuan utama untuk memberikan gambaran menegenai suatu

keadaan secara objektif.

Rancangan penelitian yang digunakan berupa survey dengan tujuan untuk membuat

penlaian terhadap suatu kondisi dan penyelenggaraan suatu program dan hasilnya digunakan

untuk menyusun perencanaan perbaikan program tersebut.

V. 4. Definisi Operasional

a. TB paru: penyakit paru yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis.

b. Suspek TB paru adalah ditemukan gejala klinis TB, berupa batuk terus menerus dan

berdahak selama 3 minggu atau lebih dengan gejala tambahan berupa dahak yang

bercampur darah, batuk darah, sesak nafas dan nyeri dada, badan lemah, nafsu makan

menurun berat badan menurun, malaise, keringat malam walaupun tanpa kegiatan dan

dilanjutkan pemeriksaan BTA sputum SPS dengan hasil negatif.

c. SOP adalah standar operasional prosedur adalah prosedur yang telah ditetapkan dan

harus dijalankan oleh petugas kesehatan

d. Sasaran adalah perkiraan suspek TB paru yaitu 10,7/1000x jumlah penduduk.

e. Cakupan adala jumlah suspek TB paru dibandingkan dengan sasaran bulan berjalan

dikalikan 100 persen.

f. Pencapaian adalah cakupan dibandingkan dengan target dinkes dikalikan 100 persen.

g. Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini terjadi

melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman,

rasa dan raba. Menurut Notoadmojo (2003) kedalaman pengetahuan yang ingin kita

ketahui atau kita ukur dapat dikategorikan sebagai berikut

- Tingkat pengetahuan baik bila skor 75-100 %

- Tingkat pengetahuan cukup bila skor 60-75 %

- Tingkat pengetahuan kurang bila skor <60 %

39

Page 40: Revisi Tugas Mandiri Mega Cakupan Tb

h. Kepatuhan petugas kesehatan terhadap SOP: merupakan kepatuhan terhadap daftar

yang berisikan prosedur yang harus dilakukan dalam penanganan TB, dinilai dengan

checklist. Cara penilaian:

Tingkat Kepatuhan = Ʃ Ya x100%

Ʃ Ya + Ʃ Tidak

Tingkat kepatuhan yang baik adalah >80%.

V.4. Faktor – faktor Inklusi dan Eksklusi

Kriteria inklusi dalam laporan ini adalah petugas BP, petugas laboratorium,

pasien yang didiagnosa BTA (+), warga yang tinggal di sekitar dan kemungkinan kontak

dengan pasien BTA (+), namun belum dilakukan pemeriksaan sputum, tersangka yang

namanya tercatat sesuai data di P2M TB, di Desa Rambeanak Kecamatan Mungkid,

Kabupaten Magelang.

Kriteria eksklusi dalam laporan ini adalah warga yang sudah didiagnosis TB paru

kemudian sembuh, warga yang sudah mendapatkan pengobatan TB dan BTA (-),

penduduk yang tidak bisa baca tulis, penduduk yang tidak bersedia di wawancara dan ada

di tempat saat dikunjungi.

40

Page 41: Revisi Tugas Mandiri Mega Cakupan Tb

BAB VI

HASIL PENELITIAN

VI.1. Data geografi

Puskesmas Mungkid terletak di Kecamatan Mungkid, kabupaten Magelang.

1. Letak Geografis

Puskesmas Mungkid terletak pada 110⁰15’9” BT dan 7⁰33’13” LS

2. Batas Wilayah

Wilayah kerja unit pelayanan terpadu Puskesmas Mungkid kecamatan Mungkid

kabupaten Magelang memiliki batas wilayah sebagai berikut :

a. Utara : Kecamatan Mertoyudan

b. Timur : Kecamatan Sawangan

c. Selatan: Kecamatan Muntilan

d. Barat : Kecamatan Borobudur

3. Luas Wilayah

Puskesmas Mungkid memiliki luas wilayah kerja yaitu sebesar 34,86 km2.

4. Jumlah desa

Jumlah desa yang masuk dalam wilayah kerja Puskesmas Mungkid berjumlah 14 desa

dengan nama - nama desa sebagai berikut :

- Desa Mungkid

- Desa Pagersari

- Desa Bojong

- Desa Gondang

- Desa Senden

- Desa Treko

- Desa Blondo

- Desa Bumirejo

- Desa Ambartawang

- Desa Paremono

41

Page 42: Revisi Tugas Mandiri Mega Cakupan Tb

- Desa Pabelan

- Desa Ngrajek

- Desa Rambeanak

- Desa Progowati

5. Peta Wilayah

Gambar 8. Peta wilayah kerja Puskesmas Mungkid

VI.2. Data demografi

1. Luas wilayah : 34,86 Km2

2. Jumlah keluarga sebanyak 17.027 kepala keluarga

3. Jumlah penduduk per jenis kelamin

a. Jumlah penduduk laki – laki : 34.185 jiwa

b. Jumlah penduduk perempuan : 34.497 jiwa

42

Page 43: Revisi Tugas Mandiri Mega Cakupan Tb

Total : 68.662 jiwa

4. Kepadatan penduduk :1970 jiwa/ Km2

5. Tingkat pendidikan penduduk

Tabel 4.Tingkat Pendidikan Penduduk Mungkid (usia 10 tahun ke atas) (2011)

NO TINGKAT

PENDIDIKAN

JUMLAH PERSENTASE

(%)

1 Tamat Universitas 3066 5,79%

2 Tamat D3/akademi 1277 2,41%

3 Tamat SMA 9138 17,27%

4 Tamat SMP 12611 23,84%

5 Tamat SD 24553 46,42%

6 Belum Tamat SD 1500 2,83%

7 Belum pernah sekolah 745 1,40%

JUMLAH 52890 100%

6. Banyaknya pemeluk agama di wilayah kerja Puskesmas MungkidTabel 5. Jumlah pemeluk Agama di Kecamatan Mungkid

AGAMA JUMLAHPERSENTASE

(%)

ISLAM 61246 96,83%

KRISTEN 463 0,73%

KATOLIK 1537 2,43%

HINDU 3 0,004%

BUDHA 0 0%

JUMLAH 63249 100%

43

Page 44: Revisi Tugas Mandiri Mega Cakupan Tb

7. Mata Pencaharian

NO MATA PENCAHARIAN JUMLAHPERSENTASE

(%)

1 BURUH TANI 10.136 16,41%

2 TANI 38.487 62,34%

3 BURUH 7.536 12,20%

4 PNS/ABRI 2.868 4,64%

5 PENSIUNAN 645 1,04%

6 PEDAGANG 2.064 3,34%

JUMLAH 61736 100%

VI.3. Hasil Wawancara dengan Koordinator Program P2M TB Paru

Berikut di bawah ini adalah hasil wawancara dengan koordinator P2M TB paru di

Puskesmas Mungkid.

Tabel 6. Wawancara dengan koordinator P2M TB Paru di Puskesmas Mungkid

No. Pertanyaan Jawaban

1. Bagaimana target penemuan

pasien suspek TB di

Puskesmas Mungkid?

Target penemuan

suspek TB tergantung jumlah penduduk, sama

dengan target tahunan dinkes yaitu 10,7/1000

dikali jumlah penduduk, yaitu 672. Maka target

perbulan di Puskesmas Mungkid adalah 56

pasien.

2. Bagaimana penjaringan

suspek TB paru dilakukan?

Pasien yang datang dengan gejala-gejala TB

paru dianamnesis di BP umum, kemudian

diberikan pot dahak kemudian diperiksa

dahaknya. Untuk yang di Pustu/PKD atau

datang ke bidan pasien dirujuk ke puskesmas

dan diberi pot dahak untuk diperiksa di

puskesmas.

44

Page 45: Revisi Tugas Mandiri Mega Cakupan Tb

Kami juga melakukan pelatihan/refreshing

kader dengan harapan kader dengan aktif

menyarankan warga di wilayahnya yang

memiliki gejala-gejala TB untuk diperiksa di

puskesmas.

3. Bagaimana pendataan pasien

suspek TB dilakukan?

Pasien suspek TB yang datang ke puskesmas di

data di buku TB 06.

5. Bagaimana dengan pendataan

suspek yang berobat ke

tempat lain seperti rumah

sakit, dokter swasta, atau

BKPM?

Rumah sakit biasanya melaporkan apabila ada

suspek atau pasien yang sudah terdiagnosis TB,

namun untuk dokter swasta, dan BKPM kami

sendiri yang harus aktif mencari data. Sebelum

2012 BKPM masih melaporkan namun

sekarang kami yang harus aktif mendatangi

BKPM.

7. Adakah dana khusus untuk

penyuluhan atau khusus untuk

program peningkatan cakupan

penemuan suspek TB?

Ada.

8. Adakah kendala dalam

penjaringan pasien dengan

suspek TB?

Kendalanya adalah pengetahuan warga yang

kurang sehingga pasien dengan gejala TB tidak

berobat ke puskesmas. Untuk kendala dari

ekonomi relatif tidak ada karena sekarang

sudah banyak pasien dengan jamkesmas dan

berobat serta pemeriksaan TB gratis. Namun

seringkali pasien apabila berobat ke puskesmas

daerah tempat tinggal mereka, mereka merasa

malu dan takut karena menganggap TB adalah

penyakit yang memalukan. Karena alasan itu

kebanyakan pasien yang memiliki gejala TB

berobat ke BKPM.

Dari sisi masyarakat, pengetahuan tentang TB

45

Page 46: Revisi Tugas Mandiri Mega Cakupan Tb

dan keinginan berobatnya masih rendah,

terutama pada pasien suspek TB paru yang di

anjurkan ke puskesmas dari PKD, bidan atau

pustu seringkali mereka tidak ke puskesmas.

9. Adakah kunjungan rumah

untuk pasien yang menderita

TB?

Ada, bisa oleh kami, atau memberdayakan

petugas kesehatan lain. Yang dilakukan di sana

adalah penyuluhan pribadi dan pada keluarga,

tentang penyakit TB, cara meminum obat,

bahayanya dan lain sebagainya.

10. Bagaimana cara pelaporan

data cakupan suspek TB

paru?

Laporan P2M TB ke dinkes 3 bulan sekali

kemudian untuk evaluasi 3 bulan-1 tahun

sekali, bisa dengan pengumpulan seluruh P2M

TB atau kunjungan dari dinkes ke puskesmas.

11. Jika pasien tidak datang ke

puskesmas setela diberi pot

dahak, adakah yang

menjemput?

Pot dahak bisa dijemput oleh saya sendiri, atau

minta tolong kepada bidan desa atau kader di

wilayah pasien tersebut.

12 Adakah kader khusus TB? Tidak ada.

13 Adakah jadwal penyuluhan

TB untuk warga?

Penyuluhan TB ada, tapi tidak terjadwal teratur.

14 Adakah pelatihan untuk kader

tentang penyakit TB paru?

Ada, tapi jadwalnya tidak tentu, bisa beberapa

bulan atau beberapa tahun sekali. Terakhir

bulan Februari kemarin.

15 Apakah formulir-formulir

sesuai pedoman

penanggulangan TB nasional

sudah diisi dengan baik?

Ya, sudah.

46

Page 47: Revisi Tugas Mandiri Mega Cakupan Tb

VI.4. Hasil Wawancara dengan Koordinator Laboratorium

Tabel 7. Hasil Wawancara dengan Koordinator Laboratorium

No. Pertanyaan Jawaban

1. Apa yang dilakukan terhadap

pasien suspek TB yang

dikirim dari BP puskesmas?

Pasien diperiksa dahak SPS. Pasien yang

dikirim langsung diminta mengeluarkan dahak

ke pot dahak kemudian diperiksa. Pasien yang

pulang kemudian diberi pot dahak untuk

mengeluarkan dahak pada pagi hari lalu dibawa

ke laboratorium.

2. Adakah perlengkapan di

laboratorium untuk

melakukan pemeriksaan

BTA?

Ya, ada.

3. Apakah bahan-bahan untuk

pemeriksaan BTA selalu

tersedia dari dinas kesehatan

kabupaten?

Iya, selalu tersedia, setiap kali bahan – bahan

tinggal sedikit, kami minta ke kabupaten dan

dengan segera disediakan.

5. Apakah semua alat untuk

pemeriksaan BTA dalam

kondisi baik?

Ya.

8. Bagaimana jika pasien sulit

mengeluarkan dahak?

Pasien diajarkan terlebih dahulu cara – cara

mengeluarkan dahak yang efektif, atau

biasanya pasien sudah diberikan obat

ekspekstoran (GG) oleh dr di BP umum.

9. Apakah ada form

laboratorium khusus seperti

yang ditetapkan depkes untuk

pemeriksaan BTA?

Iya tersedia.

10. Apakah penulisan identitas

pada preparat sudah sesuai

seperti yang ditetapkan oleh

Iya sudah sesuai.

47

Page 48: Revisi Tugas Mandiri Mega Cakupan Tb

depkes?

11. Dalam bentuk apa

pengawasan dari dinkes

terhadap pemeriksaan BTA

yang ibu lakukan?

Setiap 3 bulan sekali, semua preparat yang

telah diperiksa di puskesmas Mungkid,

dikumpulkan lalu dibawa ke dinkes Kabupaten

Magelang, untuk crosscheck.

12. Tindak lanjut dari

pemeriksaan itu apa?

Jika pemeriksaan yang keliru atau salah, maka

kami mengontak pasien yang berkaitan,

sehingga segera mendapatkan pengobatan. Jika

ternyata BTA pasien + maka yang bertanggung

jawab dengan program TB di puskesmas

Mungkid melakukan kunjungan rumah

13. Apakah dilakukan pendataan

identitas pasien suspek TB

dengan lengkap?

Iya, dilakukan dengan lengkap. Ditulis dalam

buku register lab TB.

VI.5. Hasil Pengamatan Kepatuhan Petugas

Dari hasil pengamatan kepatuhan petugas tanggal 26 Maret 2013 di Balai Pengobatan

Umum Puskesmas Mungkid terhadap petugas yang melakukan pemeriksaan terhadap 1 pasien

suspek TB:

No Check Point Ya Tidak

1 Apakah petugas menanyakan:a. Identitasb. Keluhan Utama:

- Batuk >3 mingguc. Keluhan Lain :

- Keringat malam- Sesak nafas- Nyeri dada- Sering merasa lelah- Berat badan menurun- Batuk berdarah

Riwayat penyakit dahuluRiwayat pengobatan

√√

√√√√

√√

48

Page 49: Revisi Tugas Mandiri Mega Cakupan Tb

2 Apakah petugas mengukur :- Suhu tubuh- Berat badan √

3 Apakah petugas meminta pasien memeriksakan dahak ke laboratorium

4 Apakah petugas memberi pot dahak dan menjelaskan cara mengeluarkan dahak yang benar

5 Apakah petugas mengisi formulir TB 05 untuk permohonan pasien periksa dahak ke laboratorium

7 Apakah petugas memasukkan data ke status masing-masing pasien

Tabel 8. Checklist hasil pengamatan

Tingkat Kepatuhan = Ʃ Ya x 100% = 12 x 100% = 80%

Ʃ Ya + Ʃ Tidak 12 + 3

Tingkat kepatuhan petugas kesehatan dalam pelaksanaan SOP TB sebesar 80%,

menandakan bahwa kepatuhan petugas baik.

VI.6. Hasil Pengisian Kuesioner

Berikut di bawah ini merupakan kuisioner yang dibagikan kepada 20 responden warga

yang dicurigai dengan suspek TB paru dan warga dengan BTA (+) di Desa Rambeanak

Kecamatan Mungkid Kabupaten Magelang.

a. Pertanyaan tentang pengetahuanTabel 9. Rekapitulasi Hasil Kuesioner Pengetahuan Penyakit TB

No Pertanyaan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 201 Apakah anda

mengetahui tentang penyakit flek paru/TBC?

Y Y Y Y Y Y Y T T Y Y Y T T T Y Y T T T

2 Apakah anda mengetahui gejala – gejala

Y T Y Y T Y T Y Y Y Y T T T T Y T Y T T

49

Page 50: Revisi Tugas Mandiri Mega Cakupan Tb

flek paru/TBC?

3 Apakah flek paru dapat disembuhkan?

Y Y Y T Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y T Y Y

4 Apakah flek paru/TBC menular?

Y T Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y T Y Y Y T

5 Apa yang menyebabkan flek paru/TBC?Virus BakteriJamur

6 Bagaimana cara penularannya?Makanan Dahak, udara Kulit

7 Berapa lama pengobatan flek paru/TBC hingga sembuh?2 bulan 4 bulan 6 bulan

8 Apakah anda tahu obat-obatan flek paru/TBC gratis dari pemerintah?

T T T T T T Y T T T T T Y Y Y T T T Y Y

9 Apakah anda pernah mendapat penyuluhan tentang TB paru dari tenaga kesehatan?

T T Y T T T Y T T T Y T T T T T T Y T T

Skoring 6 4 4 3 5 4 7 4 5 6 6 4 4 5 5 4 6 5 4 4Kriteria S K K K S K B K S S S K K S S K S S K K

Keterangan :

50

Page 51: Revisi Tugas Mandiri Mega Cakupan Tb

Benar : 1 Y: Ya : Pilihan jawaban responden

Salah : 0 T: Tidak

Skoring :

7-9 : Baik

5-6 : Sedang

<5 : Kurang

Kriteria Jml Responden Persen (%)

Baik 1 5%

Cukup 9 45%

Kurang 10 50%

Dari sembilan soal yang diberikan dapat disimpulkan bahwa pengetahuan mengenai

penyakit TBC cukup rendah, karena hasilnya didapatkan dari 20 responden bahwa hanya satu

responden berpengetahuan baik, dan 50% responden berpengetahuan kurang. Kebanyakan

responden tidak bisa menjawab dengan benar apa yang menyebabkan tuberkulosis dan banyak

yang tidak mengetahui bahwa pengobatan tuberkulosis gratis dari pemerintah.

b. Pertanyaan tentang perilaku

Tabel 10. Rekapitulasi Hasil Kuesioner Perilaku Responden1 2 3 4 5 6 7 8 9 1

011

12

13

14

15

16

17

18

19

20

%

1 Jika anda sakit

kemanakah anda

biasa berobat?

Nakes 100%

Dukun

Tidakberobat

2 Apakah anda

pernah/sedang

mengalami

gejala seperti

batuk berdahak

lebih dari dua

minggu, batuk

berdarah, badan

Y Y T Y Y Y Y Y Y T Y Y Y Y T T Y T Y Y 75%

51

Page 52: Revisi Tugas Mandiri Mega Cakupan Tb

lemah, berat

badan menurun,

nafsu makan

menurun,

berkeringat di

malam hari?

3 Jika mengalami

gejala seperti

diatas apa yang

akan anda

lakukan?

Berobat ke

nakes

95%

Beli obat di

warung

5%

Biarkan saja

4 Apakah orang

yang dekat

dengan anda

(keluarga) atau

tetangga pernah

mengalamigejel

a seperti diatas?

Y Y Y Y Y Y Y Y Y T Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y 5%

5 Apakah terdapat

kendala berobat

ke bidan desa/

puskesmas?

Y Y Y Y Y Y T Y Y T Y Y Y Y Y Y Y T Y Y 90%

6 Apakah anda

biasa makan

dengan gizi

seimbang?

Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y Y 100%

Skor 6 6 5 6 6 6 5 6 6 3 6 6 6 6 4 5 6 3 6 6

B B B B B B B B B K B B B B B B B K B B

Keterangan :

Benar : 1 Y: Ya

Salah : 0 T: Tidak

52

Page 53: Revisi Tugas Mandiri Mega Cakupan Tb

Skoring :

4-6 : Baik

<4 : Kurang

Kriteria Jml Responden Persen (%)

Baik 18 90

Kurang 2 10

Dari enam soal yang diberikan dapat disimpulkan bahwa perilaku respondenbaik. Soal -

soal tersebut diberikan pemilihan mengenai pemahaman apabila responden sakit/mengetahui

tentang TB apa yang akan dilakukan. Dari 20 responden yang ikut menjawab hanya dua

responden yang berperilaku kurang baik. Lima diantara 20 responden pernah mengalami

gejalaTB paru, satu diantaranya langsung memeriksakan diri ke BKPM, sisanya tidak

mengetahui bahwa yang dialaminya adalah gejala TB paru.

c. Pertanyaan tentang lingkunganTabel 11. Rekapitulasi Hasil Kuesioner Lingkungan Responden

1 2 3 4 5 61 Apakah

rumah anda

mempunyai

langit-

langit?

T T Y Y Y T

2 Apakah rumah anda mempunyai pencahayaan yang cukup?

Y Y Y Y Y Y

3 Apakah lantai di rumah anda kedap air?

T T Y Y Y Y

4 Apakah rumah anda mempunyai jendela kamar tidur?

T Y Y Y Y Y

5 Apakah Y Y Y Y Y Y

53

Page 54: Revisi Tugas Mandiri Mega Cakupan Tb

rumah anda mempunyai ventilasi?

6 Apakah di rumah anda terdapat sarana pembuangan sampah?

Y Y Y Y Y Y

7 Bagaimana kebersihan lingkungan sekitar anda?

Y Y Y Y Y Y

8 Apakah di sekeliling anda ada yang batuk-batuk lama?

T Y T Y T T

Skor 5 6 5 8 7 6Kriteria K K K B K K

Keterangan :

Benar : 1 Y: Ya

Salah : 0 T: Tidak

Skoring :

7-8 : Baik

<7 : Kurang

Kriteria Jml Rumah Persen (%)

Baik 1 16,3%

Kurang 5 83,7%

Dari hasil kuesioner mengenai lingkungan didapatkan hanya 16% yang cukup

memenuhi kriteria rumah sehat.

54

Page 55: Revisi Tugas Mandiri Mega Cakupan Tb

BAB VII

PEMBAHASAN

VII. 1. Analisis Penyebab Masalah

Berdasarkan pendekatan sistem, dapat ditelaah penyebab-penyebab dari kurangnya balita

dengan pneumonia yang ditemukan atau ditangani sesuai standar. Masalah tersebut dapat

disebabkan oleh input, lingkungan dan proses. Input terdiri dari 5 komponen, yaitu: Man,

Money, Method, Material, dan Machine. Sedangkan pada proses terdiri dari P1 (perencanaan),

P2 (pergerakkan dan pelaksanaan), dan P3 (pengawasan, pengendalian, dan penilaian).

Tabel 12.Analisis kemungkinan penyebab masalah

INPUT KELEBIHAN KEKURANGAN

Man Adanya tenaga kesehatan seperti dokter dan

perawat di puskesmas yang bisa mengenali

gejala TB paru di puskesmas.

Adanya petugas laboratorium untuk

memeriksa sediaan dahak.

Adanya P2M TB sebagai koordinator

program.

Adanya bidan di PKD dan kader yang

membantu menjaring pasien di posyandu

lansia

Tingkat kepatuhan terhadap SOP baik.

Kurangnya pemberdayaan

kader dalam menjaring pasien

dengan gejala TB

Money Tersedianya dana dari Dinas Kesehatan

untuk TB Paru, mulai dari penemuan kasus,

pemeriksaan sputum BTA, dan pengobatan..

Tidak ada masalah

Method Adanya penjaringan suspek TB dengan cara Kurangnya jumlah penyuluhan

untuk promosi aktif penjaringan

55

Page 56: Revisi Tugas Mandiri Mega Cakupan Tb

pasif di BP umum setiap hari kerja.

Adanya kunjungan ke rumah bagi pasien

yang menderita TB, termasuk penyuluhan ke

keluarga 1 rumah pasien TB agar

memeriksakan diri ke puskesmas.

Adanya penyuluhan tentang TB paru ke

masyarakat.

suspek TB paru, dan jadwal

penyuluhan tidak teratur dan

merata.

Material Tersedianya balai pengobatan puskesmas

sebagai tempat untuk memeriksa pasien

suspek TB.

Tersedianya Pustu, PKD dan Posyandu lansia

yang dapat merujuk suspek TB ke

puskesmas.

Tersedianya laboratorium sebagai sarana

untuk pemeriksaan dahak pasien suspek TB

paru

Tidak ada masalah

Machine Tersedianya alat untuk melakukan

pemeriksaan fisik (stetoskop)

Adanya SOP penanggulangan TB di

puskesmas.

Tersedianya alat – alat laboratorium untuk

melakukan pemeriksaan sampel dahak

Tersedianya blanko pengisian pelaporan TB

sesuai program penanggulangan TB nasional.

Tersedianya buku register pemeriksaan BTA.

SOP hanya tersedia di BP

puskesmas, du pustu maupun

PKD tidak ada.

Kurangnya media informasi

seperti poster atau leaflet

untuk sosialisasi TB paru di

tempat umum.

Lingkungan Terjangkaunya sarana pelayanan kesehatan

dari wilayah tempat tinggal masyarakat.

Masyarakat jika sakit memilih berobat ke

tenaga kesehatan terdekat.

Pengetahuan masyarakat yang

kurang terhadap TBC.

56

Page 57: Revisi Tugas Mandiri Mega Cakupan Tb

PROSES KELEBIHAN KEKURANGANP1 Terdapatnya target penjaringan jumlah

pasien suspek TB di Puskesmas

Kurangnya koordinasi lintas

program

Kurang penyuluhan yang

terjadwal tentang TB kepada

masyarakat

P2 Petugas kesehatan (bidan, dokter dan

perawat) di BP umum melakukan anamnesis

dan pemeriksaan fisik kepada pasien

tersangka TB dan melakukan rujukan ke

laboratorium untuk melakukan pemeriksaan

dahak.

Petugas kesehatan di pustu maupun PKD

merujuk ke puskesmas untuk diperiksa dahak

apabila pasien memiliki gejala TB.

Jumlah penyuluhan TB paru

masih kurang.

P3 Adanya laporan bulanan dan tahunan P2M

TB.

Laporan program P2M TB paru dilaporkan

ke dinas kesehatan kabupaten tiap 3 bulan

sekali, disertai dengan data pencapaian

program.

Evaluasi program 3 bulan – 1 tahun sekali

Kurangnya koordinasi untuk

pendataan pasien BTA (+) yang

berobat ke poliklinik swasta,

rumah sakit, BKPM.

Dari analisis penyebab masalah di atas maka didapatkan beberapa penyebab

masalah yaitu:

57

Page 58: Revisi Tugas Mandiri Mega Cakupan Tb

1. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang TB paru.

2. Kurangnya pencatatan dan pendataan terhadap pasien suspek TB paru

yangmemeriksakan diri ke pelayanan kesehatan swasta (bidan, dokter praktek swasta,

poliklinik), rumah sakit dan BKPM di area wilayah kerja Puskesmas Mungkid

3. Kurangnya koordinasi lintas program, dengan promkes atau kesling untuk mengadakan

penyuluhan TB

4. SOP hanya terdapat di puskesmas sedangkan di PKD, pustu dan posyandu lansia belum

ada.

58

Page 59: Revisi Tugas Mandiri Mega Cakupan Tb

59

Kurangnya jumlah penyuluhan untuk promosi aktif penjaringan suspek TB paru.

MAN

MACHINE

METHODKurangnya pemberdayaan kader dalam menjaring

pasien dengan gejala-gejala TB

SOP tidak terpasang di pustu, PKD Kurangnya media informasi seperti poster atau leaflet untuk sosialisasi TB paru di tempat umum.

INPUT

MONEY

MATERIAL

LINGKUNGAN

Pengetahuan masyarakat yang

kurang terhadap TBC

PROSES

P2

P1

P3

Kurangnya koordinasi lintas programKurangnya adanya penyuluhan yang terjadwal tentang TB kepada masyarakatKurangnya peran aktif kader untuk membantu petugas kesehatan dalam penemuan aktif suspek TB.

Jumlah penyuluhan TB paru masih kurang.

Kurangnya koordinasi untuk pendataan pasien suspek TB dan BTA (+) yang berobat ke poliklinik swasta, rumah sakit, BKPM.

Cakupan Suspek TB Paru rendah

Gambar 9. Diagram fishbone

Page 60: Revisi Tugas Mandiri Mega Cakupan Tb

VII.3 ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH Tabel 13. Alternatif Pemecahan Masalah

Penyebab Masalah Alternatif Pemecahan Masalah

Kurangnya pengetahuan masyarakat

tentang TB paru.

Penyuluhan terhadap penduduk yang terjadwal

dengan rutin dan merata untuk meningkatkan

pengetahuan penduduk tentang TB paru.

Kurangnya pencatatan dan pendataan

terhadap pasien suspek TB paru

yangmemeriksakan diri ke pelayanan

kesehatan swasta (bidan, dokter praktek

swasta, poliklinik), rumah sakit dan

BKPM di area wilayah kerja Puskesmas

Mungkid.

Koordinasi di tingkat Dinas Kesehatan

Kabupaten Magelang untuk melaporkan

penderita dengan BTA (+) dari unit pelayanan

kesehatan swasta, rumah sakit dan BKPM

Kurangnya koordinasi lintas program,

dengan promkes atau kesling untuk

mengadakan penyuluhan TB

Rapat koordinasi untuk menambah kerjasama

agar penyuluhan dapat terjadwal, inspeksi

lingkungan dan kunjungan ke rumah pasien

dengan BTA (+) dan memeriksa orang yang

terkena kontak lama.

SOP hanya terdapat di puskesmas

sedangkan di PKD, pustu dan posyandu

lansia belum ada.

Pemasangan bagan SOP di posyandu lansia,

PKD, pustu.pembuatan poster& penyebaran

leaflet tentang TB.

60

Page 61: Revisi Tugas Mandiri Mega Cakupan Tb

VII. 4. PENGGABUNGAN ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH

Tabel 14. Penggabungan Alternatif Pemecahan Masalah

Penyebab Masalah Alternatif Pemecahan Masalah

Kurangnya pengetahuan masyarakat

tentang TB paru.

Kurangnya pencatatan dan pendataan

terhadap pasien suspek TB paru

yangmemeriksakan diri ke pelayanan

kesehatan swasta (bidan, dokter praktek

swasta, poliklinik), rumah sakit dan

BKPM di area wilayah kerja Puskesmas

Mungkid

Kurangnya koordinasi lintas program,

dengan promkes atau kesling untuk

mengadakan penyuluhan TB

SOP hanya terdapat di puskesmas

sedangkan di PKD, pustu dan posyandu

lansia belum ada.

Penyuluhan terhadap penduduk yang

terjadwal dengan rutin dan merata untuk

meningkatkan pengetahuan penduduk

tentang TB paru.

Koordinasi di tingkat Dinas Kesehatan

Kabupaten Magelang untuk melaporkan

penderita dengan BTA (+) dari unit

pelayanan kesehatan swasta, rumah sakit

dan BKPM

Rapat koordinasi untuk menambah

kerjasama agar penyuluhan dapat

terjadwal, inspeksi lingkungan dan

kunjungan ke rumah pasien dengan BTA

(+) dan memeriksa orang yang terkena

kontak lama.

Pemasangan bagan SOP di posyandu

lansia, PKD, pustu.pembuatan poster&

penyebaran leaflet tentang TB.

61

Page 62: Revisi Tugas Mandiri Mega Cakupan Tb

VII.5 Penentuan Prioritas Pemecahan Masalah dengan Kriteria Matriks MIVCTabel 15. Matrix MIVC

Alternatif Pemecahan

Masalah

Magnitude

(M)

Importancy

(I)

Vulnerabil

ity (V)

Cost

(C)

Jumlah Priorita

s

Penyuluhan terhadap

penduduk yang terjadwal

dengan rutin dan merata untuk

meningkatkan pengetahuan

penduduk tentang TB paru

5 5 5 2 62,5 II

Koordinasi di tingkat Dinas

Kesehatan Kabupaten

Magelang untuk melaporkan

penderita dengan BTA (+) dari

unit pelayanan kesehatan

swasta, rumah sakit dan

BKPM.

3 3 4 1 36 III

Pemasangan bagan SOP di

posyandu lansia, PKD,

pustu.pembuatan poster&

penyebaran leaflet tentang TB

4 3 4 2 24 IV

Rapat koordinasi untuk

menambah kerjasama agar

penyuluhan dapat terjadwal,

5 4 4 1 80 I

62

Page 63: Revisi Tugas Mandiri Mega Cakupan Tb

inspeksi lingkungan dan

kunjungan ke rumah pasien

dengan BTA (+) dan

memeriksa orang yang terkena

kontak lama.

Berdasarkan matriks MIVC maka didapatkan prioritas alternatif pemecahan masalah sebagai

berikut:

1. Rapat koordinasi untuk menambah kerjasama agar penyuluhan dapat terjadwal,inspeksi

lingkungan dan kunjungan ke rumah pasien dengan BTA (+) dan memeriksa orang yang

terkena kontak lama.

2. Penyuluhan terhadap penduduk yang terjadwal dengan rutin dan merata untuk

meningkatkan pengetahuan penduduk tentang TB paru

3. Koordinasi di tingkat Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang untuk melaporkan suspek

TB dan penderita dengan BTA (+) dari unit pelayanan kesehatan swasta (dokter swasta,

poliklinik), rumah sakit swasta dan negeri dan BKPM.

4. Pemasangan bagan SOP di posyandu lansia, PKD, pustu sertapembuatan poster &

penyebaran leaflet tentang TB.

63

Page 64: Revisi Tugas Mandiri Mega Cakupan Tb

VII.6 Plan Of Action

No Kegiatan Tujuan Sasaran Lokasi Pelaksana Waktu Dana Metode Tolak ukur

1 Rapat Koordinasi

Koordinasi lintas program yang lebih baik

Mengupayakan kerjasama dengan pelayanan kesehatan swasta dalam pencatatan dan pelaporan pasien suspek TB. .Penambahan Jadwal penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang penyakit TB paru

Tenaga kesehatan, (dokter, perawat), petugas lab, bagian kesling, bagian promkes.

Puskesmas Mungkid

P2M TB paru, bagian Promosi Kesehatan dan Kesehatan lingkungan Puskesmas Mungkid

1 tahun 2 kali mulai bulanApril 2013

DanaPuskesmas Mungkid

Rapat Proses:

Terselenggaranya rapat yang membahas program untuk meningkatkan cakupan suspek TB paru

Hasil:

Meningkatnya koordinasi lintas program

Meningkatnya kerjasama antara P2M TB paru

Jadwal kegiatan penyuluhan selesai dibuat.

2 Penyuluhan tentang

Meningkatnya pengetahuan

Masyarakat di area

Balai Bagian 6 bulan Dana Ceramah Proses:

64

Page 65: Revisi Tugas Mandiri Mega Cakupan Tb

TB Paru masyarakat tentang TB Paru

wilayah kerja Puskesmas Mungkid

desa,posyandulansia, rumah warga yang dapat digunakan untukacara.

P2M TB Paru dan Bagian Promkes

sekali dimulai bulan April2013

Operasional Puskesmas Mungkid

dan penyuluhan

Terselenggaranya penyuluhan tentang TB Paru

Hasil: Meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang TB Paru

65

Page 66: Revisi Tugas Mandiri Mega Cakupan Tb

3. Koordinasi di tingkat Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang untuk melaporkan suspek TB dan BTA (+) dari unit pelayanan kesehatan selain puskesmas.

Pendataan pasien dengan BTA (+) yang berobat ke unit pelayanan kesehatan selain puskesmas.

Unit pelayanan kesehatanswasta yang berada di wilayah kerja puskesmas Mungkid.

Puksesmas/unit pelayanan kesehatan swasta.

Bagian P2M TB Paru

6 bulan sekali dimulai bulan Juni 2013

Dana dinkes.

Pencatatan dan pelaporan pasien dengan suspek TB

Proses: Terselenggaranya kerjasama yang baik antara puskesmas dan unitpelayanan kesehatan swasta dalam pencatatan suspekTB paru.

Hasil: Terdatanya seluruh pasiensuspekTB yang berada di wilayah kerja puskesmas Mungkid.

4. Pemasangan

bagan SOP di

posyandu

lansia, PKD,

pustu

sertapembuat

an poster &

penyebaran

Meningkatkan pengetahuan serta kesadaran mengenai SOP TB

Pustu, PKD Pustu, PKD

Bagian P2M TB

1x pemasangan

Dana Operasional Puskesmas Mungkid

Pemasangan bagan SOP

Proses:

Terpasangnya bagan SOP

Hasil:

Peningkatan pemahaman tentang TB

66

Page 67: Revisi Tugas Mandiri Mega Cakupan Tb

leaflet

tentang TB.

Tabel 16. Plan of Action

67

Page 68: Revisi Tugas Mandiri Mega Cakupan Tb

BAB VIII

GANTT CHART

Tabel 17.Gantt Chart

No Kegiatan April Mei Juni Juli Agus Sept Okt Nov Des Jan Feb Maret Apr

1 Rapat Koordinasi

2 Penyuluhan tentang TB Paru

3 Kerjasama dengan institusi swasta

4 Pemasangan SOP

68

Page 69: Revisi Tugas Mandiri Mega Cakupan Tb

BAB IX

KESIMPULAN DAN SARAN

IX.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil evaluasi program Puskesmas Mungkid pada bulan Januari –

Desember 2012, didapatkan skor pencapaian program cakupan suspek TB paru yaitu 8,18%,

jauh di bawah target Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang yaitu 80%. Kemudian

selanjutnya dilakukan analisis kemungkinan penyebab masalah yang melatarbelakangi

rendahnya cakupan suspek TB paru. Setelah dilakukan konfirmasi dengan Koordinator

P2MTB paru, ditemukan tujuh masalah yang paling mungkin, yaitu kurangnya pemberdayaan

kader dalam menjaring pasien dengan gejala-gejala TB, tidak ada kader khusus TB

kurangnya pencatatan dan pendataan terhadap pasien suspek TB paru yangmemeriksakan diri

ke pelayanan kesehatan swasta (bidan, dokter praktek swasta, poliklinik) dan BKPM di area

wilayah kerja Puskesmas Mungkid, kurangnya jumlah penyuluhan untuk promosi aktif

penjaringan suspek TB paru.Pengetahuan masyarakat yang kurang terhadap TBC, kurangnya

koordinasi lintas program dengan promkes atau kesling untuk mengadakan penyuluhan TB

dan tersangka TB ada yang tidak kembali untuk mengumpulkan sampel dahak.

Alternatif pemecahan masalah yang paling bermanfaat adalah Penyuluhan terhadap

penduduk yang terjadwal untuk meningkatkan pengetahuan penduduk tentang TB paru,

refreshing pelatihan kader secara teratur dan sosialisasi tentang perlunya menjaring pasien

suspek TB, kerjasama dengan pelayanan kesehatan swasta dalam pencatatan dan pelaporan

pasien suspek TB, dengan mengisi blanko sesuai pedoman penanggulangan TB nasional rapat

koordinasi untuk menambah kerjasama agar penyuluhan dapat terjadwal, inspeksi lingkungan

dan kunjungan ke rumah pasien dengan BTA (+) dan memeriksa orang yang terkena kontak

lama.

IX.2 Saran

1. Terhadap Puskesmas Mungkid :

a. Penyuluhan terhadap penduduk yang terjadwal untuk meningkatkan pengetahuan

penduduk tentang TB paru.

69

Page 70: Revisi Tugas Mandiri Mega Cakupan Tb

b. Kerjasama dengan pelayanan kesehatan swasta dalam pencatatan dan pelaporan

pasien suspek TB, dengan mengisi blanko sesuai pedoman penanggulangan TB

nasional.

c. Rapat koordinasi untuk menambah kerjasama agar penyuluhan dapat terjadwal,

inspeksi lingkungan dan kunjungan ke rumah pasien dengan BTA (+) dan memeriksa

orang yang terkena kontak lama.

.2. Untuk masyarakat:

a. Masyarakat diharapkan untuk lebih memahami dan mawas diri terhadap gejala –

gejala TB paru dan faktor risikonya

b. Pasien suspek TB paru diharapkan menyadari pentingnya melakukan pemeriksaan

dahak di Puskesmas setempat

c. Pasien dengan TB paru diharapkan untuk kontrol rutin dan berobat secara teratur ke

puskesmas.

70

Page 71: Revisi Tugas Mandiri Mega Cakupan Tb

BAB X

PENUTUP

Demikianlah laporan hasil survey kesehatan dan rencana peningkatan cakupan suspek

TB paru di Puskesmas Mungkid, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah

yang telah terlaksana dengan baik, berkat kerjasama antara warga desa, perangkat desa,

tenaga kesehatan dan instansi yang terkait. Dengan kerjasama yang baik tersebut akan

didapatkan alternatif pemecahan masalah dari faktor-faktor penyebab rendahnya cakupan

suspek TB paru di Puskesmas Mungkid. Besar harapan penulis dengan adanya kegiatan ini

dapat memberikan manfaat bagi seluruh pihak yang terkait dalam meningkatkan cakupan

suspek TB paru.

Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat yang berarti dalam upaya peningkatan

kesehatan warga Dusun Kalangan, Desa Ambartawang, Kecamatan Mungkid, Kabupaten

Magelang.

71

Page 72: Revisi Tugas Mandiri Mega Cakupan Tb

DAFTAR PUSTAKA

1. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan

Tuberkulosis di Indonesia. 2011.

2. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta: Departemen

Kesehatan Republik Indonesia: 2006.

3. Strategi Nasional Pengendalian TB di Indonesia 2010 – 2014. Diperoleh

dari:http://www.pppl.depkes.go.id/_asset/_regulasi/STRANAS_TB.pdfDiundu

h tanggal 26 Maret 2013

4. Pengendalian TB di Indonesia Sudah Mendekati Target MDG’s. Diperoleh

dari : http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/857-

pengendalian-tb-di-indonesia-mendekati-target-mdg.html. Diunduh tanggal 26

Maret 2013

5. Millenium Development Goals. Diperoleh dari:

http://www.unicef.org/mdg/childmortality.html. Diunduh tanggal 25 Maret

2012.

6. World Health Organization. Tuberculosis. Diperoleh dari:

http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs104/en/. Diunduh tanggal 27

Maret 2013.

7. Hartoyo. Handout : Manajemen Pelayanan/Manajemen Program di

Puskesmas. Magelang; 2012.

72

Page 73: Revisi Tugas Mandiri Mega Cakupan Tb

LAMPIRAN

73

Page 74: Revisi Tugas Mandiri Mega Cakupan Tb

74