REVISI PALING AKHIR SKRIPSI LENGKAP BIANGET · 2013. 5. 1. · Pemimpin generasi baru tidak hanya...

42
1 PENDAHULUAN Krisis kepemimpinan nasional merupakan satu masalah utama yang sedang dihadapi oleh bangsa Indonesia sekarang. Tokoh-tokoh yang merupakan panutan dari masyarakat yang diharapkan dapat maksimal dalam pengelolaan negara kenyataannya malah menunjukan sikap yang tidak pantas. Tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh beberapa oknum pejabat negara adalah merupakan satu dari beberapa indikator bahwa memang krisis kepemimpinan sedang terjadi di negara kita saat ini. Indikator lain yang memperkuat opini bahwa sedang terjadi krisis kepemimpinan adalah tawuran yang dilakukan oleh kaum intelektual seperti mahasiswa yang notabene sebagai kaum terpelajar. Muncul pertanyaan dari penjelasan diatas, apakah ada yang salah dengan pengembangan kepemimpinan yang dilakukan perguruan tinggi. Sebuah komponen penting dari pengembangan kepemimpinan harus terjadi dengan pemuda kita melalui program pengembangan kepemimpinan yang dipersiapkan untuk memenuhi tantangan di masa depan (Blackwell et al, 2007; Engbers, T, 2006). Larson, Wilson, dan Mortimer (2002) menjelaskan bahwa masa depan masyarakat sekarang tergantung atas keberhasilan mereka sendiri dalam menyediakan jalur untuk generasi muda untuk berkembang menjadi satu kontribusi dengan anggota masyarakat. Kepemimpinan melibatkan proses nyata yang membutuhkan bekerja dengan orang lain untuk mencapai tujuan atau untuk mempromosikan perubahan yang positif (Brungardt, 2006) Pendidikan kepemimpinan berkonsentrasi pada soft skill. Soft skill yang diajarkan dan dipelajari dalam lingkungan akademik telah menyebabkan perubahan program pendidikan kepemimpinan yang bervariasi. Dalam hal ini khususnya perguruan tinggi (Brungardt et al, 2006; Crawford et al, 2000; Daft, 2002; Funk, 2006). Mengacu pada penelitian yang dilakukan Ricketts, et. al., (2008) pada College of Agricultural Sciences at a land grant institution yang memaparkan bahwa pemimpin generasi baru yang diperlukan tidak hanya untuk membangun kemitraan lokal di komunitas sekarang ini, tetapi untuk menganggap semua posisi kepemimpinan. Mahasiswa S1 dari ilmu pertanian di Universitas menggunakan

Transcript of REVISI PALING AKHIR SKRIPSI LENGKAP BIANGET · 2013. 5. 1. · Pemimpin generasi baru tidak hanya...

  •  

    1

     

    PENDAHULUAN

    Krisis kepemimpinan nasional merupakan satu masalah utama yang

    sedang dihadapi oleh bangsa Indonesia sekarang. Tokoh-tokoh yang merupakan

    panutan dari masyarakat yang diharapkan dapat maksimal dalam pengelolaan

    negara kenyataannya malah menunjukan sikap yang tidak pantas. Tindak pidana

    korupsi yang dilakukan oleh beberapa oknum pejabat negara adalah merupakan

    satu dari beberapa indikator bahwa memang krisis kepemimpinan sedang terjadi

    di negara kita saat ini. Indikator lain yang memperkuat opini bahwa sedang terjadi

    krisis kepemimpinan adalah tawuran yang dilakukan oleh kaum intelektual seperti

    mahasiswa yang notabene sebagai kaum terpelajar. Muncul pertanyaan dari

    penjelasan diatas, apakah ada yang salah dengan pengembangan kepemimpinan

    yang dilakukan perguruan tinggi.

    Sebuah komponen penting dari pengembangan kepemimpinan harus

    terjadi dengan pemuda kita melalui program pengembangan kepemimpinan yang

    dipersiapkan untuk memenuhi tantangan di masa depan (Blackwell et al, 2007;

    Engbers, T, 2006). Larson, Wilson, dan Mortimer (2002) menjelaskan bahwa

    masa depan masyarakat sekarang tergantung atas keberhasilan mereka sendiri

    dalam menyediakan jalur untuk generasi muda untuk berkembang menjadi satu

    kontribusi dengan anggota masyarakat. Kepemimpinan melibatkan proses nyata

    yang membutuhkan bekerja dengan orang lain untuk mencapai tujuan atau untuk

    mempromosikan perubahan yang positif (Brungardt, 2006) Pendidikan

    kepemimpinan berkonsentrasi pada soft skill. Soft skill yang diajarkan dan

    dipelajari dalam lingkungan akademik telah menyebabkan perubahan program

    pendidikan kepemimpinan yang bervariasi. Dalam hal ini khususnya perguruan

    tinggi (Brungardt et al, 2006; Crawford et al, 2000; Daft, 2002; Funk, 2006).

    Mengacu pada penelitian yang dilakukan Ricketts, et. al., (2008) pada

    College of Agricultural Sciences at a land grant institution yang memaparkan

    bahwa pemimpin generasi baru yang diperlukan tidak hanya untuk membangun

    kemitraan lokal di komunitas sekarang ini, tetapi untuk menganggap semua posisi

    kepemimpinan. Mahasiswa S1 dari ilmu pertanian di Universitas menggunakan

  •  

    2

     

    skala kepemimpinan sosial yang bertanggung jawab (SLRS) untuk menentukan

    persepsi mereka kepemimpinan menurut delapan konstruk SLRS: kesadaran diri,

    keserasian, komitmen, kolaborasi, tujuan umum, kontroversi dengan kesopanan,

    kewarganegaraan dan keberanian melalui perubahan. Hasil menunjukkan

    kesejajaran kuat dengan konstruksi seperti keserasian, kesadaran diri dan

    komitmen, dengan sedikit kurang sepakat dalam konstruksi lainnya. Dua isu-isu

    penting yang diilustrasikan. Pertama, sekarang ini sarjana tampak jauh lebih

    nyaman dengan keragaman dan konflik daripada dengan sesuatu yang disebut

    norma. Kedua, membangun kewarganegaraan menyebabkan kurangnya kesadaran

    dan keinginan untuk berkontribusi terhadap tanggung jawab sipil. Implikasi

    termasuk perubahan dalam kepemimpinan kurikulum dan pelaksanaan pelayanan

    pengalaman belajar. Kuesioner yang didapat penulis merupakan replikasi dari

    Adelman (2006) yang semula 168 pertanyaan menjadi 68 pertanyaan. Penulis

    terdorong untuk melakukan penelitian serupa pada mahasiswa Universitas Kristen

    Satya Wacana angkatan 2007 dan 2008 yang diasumsikan telah mendapatkan

    cukup pelatihan kepemimpinan pada level universitas maupun fakultas.

    Universitas sebagai tempat pembentukan para intelektual diharapkan dapat

    menjadi tempat lahirnya pemimpin masa depan yang tidak hanya unggul dari sisi

    kognitif tetapi juga mempunyai kematangan mental (Subair, 2008). Hal ini sangat

    sesuai dengan empat tujuan yang menjadi idealisme pendidikan tinggi. Pertama,

    tujuan menekankan kemampuan untuk memperebutkan kesempatan kerja.

    Pendidikan akan difokuskan pada memperoleh keterampilan dan pengetahuan

    khusus supaya unggul dalam bidangnya. Kedua, tujuan menekankan orientasi

    humanistik. Pendidikan membantu mengembangkan kemampuan penalaran agar

    bisa mempertanggungjawabkan pernyataan, keyakinan, dan tindakannya. Ketiga,

    kebiasaan mempelajari secara sistematis apa yang dilakukan dan mulai

    mengadakan studi terbatas sebagai pendasaran pembentukan pendapat sendiri.

    Tujuan keempat, menjawab tantangan sosial, ekonomi dan keadilan (Haryatmoko,

    2001).

  •  

    3

     

    Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat persepsi mahasiswa

    Universitas Kristen Satya Wacana tentang tingkat kepemimpinan sosial pada

    dirinya sendiri. Bagi penelitian selanjutnya, penelitian ini dapat digunakan sebagai

    acuan dan refrensi untuk melakukan pengembangan penelitian mengenai

    kepemimpinan.

    LANDASAN TEORI

    Kerinduan publik terhadap sosok seorang pemimpin yang ideal muncul

    akibat dari fenomena yang terjadi di negara kita. Lembaga pendidikan berperan

    secara aktif melalui bermacam program pengembangan kepemimpinannya, yang

    pada akhirnya diharapkan mampu menjawab kerinduan publik akan sosok seorang

    pemimpin yang mampu membawa Indonesia ke arah yang lebih baik. Tujuan dari

    program pengembangan tersebut adalah untuk melahirkan sosok seorang

    pemimpin yang ideal untuk Indonesia di masa yang akan datang.

    Pemimpin

    Menurut Modern Dictionary of Sociology, pemimpin adalah seorang yang

    menempati peranan sentral atau posisi dominan dan pengaruh dalam kelompok (a

    person who occupies a central role or position of dominance and influence in a

    group). Menyerupai dengan definisi diatas, Kartini Kartono (1994) memperjelas

    definisi diatas dengan menekankan pada penyebab dari peranan, posisi, dan

    pengaruh dengan merumuskan pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki

    kecakapan dan kelebihan khususnya kelebihan dan kecakapan disatu bidang,

    sehingga dia mampu mempengaruhi orang-orang lain untuk bersama-sama

    melakukan aktivitas-aktivitas tertentu, demi pencapaian satu atau beberapa tujuan.

    Kenry Pratt Fairchild dalam “Dictionary of Sociology and Related

    Sciences”, pemimpin dapat dibedakan dalam 2 arti. Pertama adalah Pemimpin arti

    luas, seorang yang memimpin dengan cara mengambil inisiatif tingkah laku

    masyarakat secara mengarahkan, mengorganisir atau mengawasi usaha-usaha

  •  

    4

     

    orang lain baik atas dasar prestasi, kekuasaan atau kedudukan. Kedua adalah

    Pemimpin arti sempit, seseorang yang memimpin dengan alat-alat yang

    menyakinkan, sehingga para pengikut menerimanya secara suka rela.

    Di dalam situasi seperti ini, tantangan dan tuntutan yang dihadapi

    organisasi menjadi semakin berat dan kompleks. Peran dari pemimpin (leader)

    serta faktor kepemimpinan (leadership) di dalam organisasi dirasakan semakin

    penting. Leadership dan Leader kemudian memperoleh perhatian yang sangat

    besar serta menjadi objek kajian yang terus menerus dikembangkan. Semua pihak

    berlomba-lomba mencari untuk menemukan formula yang tepat dan cara terbaik

    untuk menjadi leader yang baik dan leadership yang andal.

    Kepemimpinan

    Banyak hal yang dituntut dari seorang pemimpin dalam melaksanakan

    tugasnya, namun pada hakekatnya perlu memperoleh gambaran yang jelas tentang

    seorang pemimpin. Seringkali terjadi salah persepsi tentang istilah pemimpin

    karena tidak semua orang dapat dikatakan sebagai pemimpin kelompok, karena

    seorang pemimpin memiliki ciri-ciri yang berbeda dengan yang bukan pemimpin.

    Menurut kartini Kartono (1994:181) pemimpin adalah seorang yang memiliki

    kelebihan sehingga dia memiliki kebebasan dan kewibawaan untuk menggerakan,

    mengarahkan dan membimbing bawahan. Juga mendapatkan pengakuan serta

    dukungan dari bawahannya, sehingga dapat menggerakan bawahan ke arah

    pencapaian tujuan tertentu.

    Teori kepemimpinan merupakan penggeneralisasian suatu seri perilaku

    pemimpin dan konsep-konsep kepemimpinannya, dengan menonjolkan latar

    belakang historis, sebab-sebab timbulnya kepemimpinan, persyaratan pemimpin,

    sifat utama pemimpin, tugas pokok dan fungsinya serta etika profesi

    kepemimpinan (Kartini Kartono, 1994: 27). Teori kepemimpinan pada umumnya

    berusaha untuk memberikan penjelasan dan interpretasi mengenai pemimpin dan

    kepemimpinan dengan mengemukakan beberapa segi antara lain: Latar belakang

  •  

    5

     

    sejarah pemimpin dan kepemimpinan-kepemimpinan muncul sejalan dengan

    peradaban manusia. Pemimpin dan kepemimpinan selalu diperlukan dalam setiap

    masa.

    Pengembangan kepemimpinan di Indonesia, dilakukan melalui kurikulum

    maupun ekstra kurikuler. Untuk kelompok ekstra kurikuler, ada banyak media

    /organisasi yang dimunculkan oleh berbagai perguruan tinggi sebagai sarana

    pengembangan kepemimpinan. Cara ini didasarkan pada pemikiran bahwa

    keberadaan organisasi kemahasiswaan di perguruan tinggi pada dasarnya untuk

    meningkatkan kemampuan kepemimpinan, penalaran, minat dan kegemaran, dan

    kesejahteraan dalam kehidupan bermahasiswa. Melalui keterlibatan dalam

    pengelolaan organisasi kemahasiswaan yang diselenggarakan dari, oleh dan untuk

    mahasiswa, potensi mahasiswa akan diasah karena mereka dihadapkan dengan

    permasalahan yang harus dipecahkan serta kebutuhan mahasiswa. Melalui proses

    ini skill mahasiswa seperti technical skill, humanistic skill, serta conceptual skill

    diasah (Andadari, 2010).

    Meskipun secara teoritis model yang dikembangkan diatas bagus, namun

    kenyataan belum memberikan hasil seperti yang diharapkan. Memang model

    diatas telah berhasil meningkatkan kompetensi teknis dari mahasiswa namun

    miskin dalam pembentukan karakter. Mungkin sinyalemen Tabrina ( dalam

    Mersiviano, 2009) benar karena sistem pendidikan di Indonesia terlalu

    menekankan materi yang bersifat hafalan (tidak member ruang bagi pemikiran

    alternative yang menguji kreativitas dan imajinasi) sehingga pengajaran ini tidak

    berdampak pada kemampuan kepemimpinan.

    Pemimpin generasi baru tidak hanya membutuhkan kemampuan untuk

    membangun kemitraan lokal, tetapi juga harus dapat mendefinisikan semua posisi

    dalam kepemimpinan. Dengan menggunakan Social Change Model (SCM),

    diharapkan mahasiswa menjadi orang-orang yang membantu memberikan

    perubahan positif dalam komunitas mereka. Model ini memandang pemimpin

    sebagai agen perubahan yang terlibat dalam proyek komunitas.

  •  

    6

     

    Perubahan Sosial (Social Change)

    Perubahan sosial merupakan suatu perwujudan dinamika kehidupan sosial.

    Maka, tentunya untuk mencapai dinamika kehidupan sosial itu, masyarakat selalu

    mengalami perubahan (http://www.gudangmateri.com/2011/02/pengertian-dan-

    bentuk-perubahan-sosial.html). Perubahan dilakukan oleh manusia menuju ke

    sebuah keadaan baru yang berbeda dengan keadaan sebelumnya. Perubahan

    dimaksudkan untuk meningkatkan taraf dan derajat kehidupannya, baik secara

    moral maupun materiil. Seperti yang diungkapkan oleh Ahli sosiologi Selo

    Soemardjan (2011), perubahan sosial budaya adalah perubahan yang terjadi pada

    lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang

    mempengaruhi sistem sosialnya.

    Di tengah-tengah masyarakat, kelompok-kelompok sosial yang ada

    bukanlah sesuatu yang statis atau tetap, melainkan selalu mengalami

    perkembangan sesuai dengan perubahan yang diperlukan oleh kelompok tersebut.

    Di antara pengaruh politik negara, pemerintah sekarang memainkan peran yang

    sangat besar dalam sosial hidup dan perubahan dalam masyarakat. Pengaruh

    budaya jelas memainkan peranan penting dalam perubahan sosial. Sebagai

    contoh, fenomena yang terjadi belakangan ini politisi atau kader muda partai

    politik saat ini menghadapi tantangan kultur parpol dan birokrasi yang “busuk”.

    Generasi muda yang diharapkan menjadi pemimpin bangsa terkena virus

    pembusukan moral dan intelektual (Kompas, 21 Mei 2012). Kasus korupsi yang

    melibatkan sejumlah politisi muda telah mengganggu citra politisi secara luas. Ini

    perlu ditegaskan agar tidak terjadi pembusukan generasi muda, dan sebaiknya

    para politisi muda menjadikan ini sebagai cermin untuk evaluasi diri, kalau tidak

    masyarakat tidak akan pernah percaya lagi pada politisi muda untuk

    menggeneralisasi (Ahmad, Kompas 21 Mei 2012). Sedikit pemaparan diatas

    menunjukan sedikit banyaknya kenapa perubahan sosial menjadi penting untuk

    terjadi.

    Social Change Model (SCM) didesain untuk meningkatkan perkembangan

    kualitas kepemimpinan semua peserta/orang-orang yang menduduki/tidak

    menduduki posisi kepemipmpinan formal dan meningkatkan proses yang inklusif

  •  

    7

     

    serta secara aktif melibatkan semua yang ingin berkontribusi. Model perubahan

    sosial kepemimpinan (SCM) menyediakan landasan teoritis untuk pembelajaran

    yang dibutuhkan oleh seorang pemimpin (HERI, 1996).

    Delapan konstruksi inti SCM ditujukan untuk siswa dalam meningkatkan

    'kesadaran sendiri dan kemampuan untuk bekerja dengan orang lain (HERI,

    1996). Tujuh pertama dari konstruksi ini adalah: kesadaran diri, kongruensi,

    komitmen, tujuan bersama, kolaborasi, kontroversi dengan kesopanan, dan

    kewarganegaraan. Konstruksi Kepemimpinan ini berfungsi pada tingkat individu

    (kesadaran diri, keselarasan, dan komitmen), tingkat kelompok (tujuan yang sama,

    kolaborasi, dan kontroversi dengan kesopanan), dan tingkat komunitas

    (kewarganegaraan) (Dugan, 2006).

    Nilai dari model ini adalah perubahan ke arah yang baik, muncul dari

    interaksi antara nilai individu, nilai kelompok, dan nilai tingkat komunitas

    (Dugan, 2006). Model perubahan sosial kepemimpinan dipilih sebagai kerangka

    kerja untuk penelitian ini karena penerapan yang luas dalam pengembangan

    kepemimpinan mahasiswa.

    Karena pendekatan SCM terhadap kepemimpinan terletak pada kerja sama

    dan menekankan perubahan sosial yang positif, model menguji perkembangan

    kepemimpinan dari tiga pespektif dan level yang berbeda.

    • Individu : Kualitas personal apakah yang ingin kita tekankan

    dan kembangkan pada orang-orang yang berpartisipasi dalam program

    pengembangan kepemimpinan? Kualitas personal apakah yang saling

    mendukung fungsi kelompok dan mendorong perubahan kearah yang

    positif?

    • Kelompok : Bagaimana proses perkembangan kepemimpinan

    kolaboratif didesain tidak hanya untuk memfasilitasi perkembangan

    kualitas individu yang diinginkan, namun juga memberikan perubahan

    sosial yang positif?

    • Sosial/Komunitas : Terhadap hasil sosial apakah aktifitas

    perkembangan kepemimpinan diarahkan? Aktifitas layanan apakah yang

  •  

    8

     

    paling efektif untuk memperkuat kelompok dan mengembangkan kualitas

    personal tiap individu?

    Hubungan Model Perubahan Sosial

    • Panah a. kesadaran diri merupakan elemen penting untuk membangun

    tujuan bersama bagi sebuah kelompok. Divisi tenaga kerja harus

    memahami bakat dan keterbatasan masing-masing anggota. Kontroversi

    yang sering mendorong solusi inovatif membutuhkan keserasian

    (keinginan untuk membagi sudut pandang seseorang dengan orang lain

    bahkan ketika mereka memiliki sudut pandang yang berbeda) dan

    komitmen (keinginan untuk tetap pada satu kepercayaan walaupun berada

    dalam kontroversi)

    • Panah b. Masukan dari tiap kelompok akan memperkuat kualitas

    kesadaran, komitmen, dan keserasian individual ketika kelompok bekerja

    sama dengan tujuan bersama dan menerima kontrovresi dengan penuh

    kesopanan.

    • Panah c. Kewarganegaraan dan perubahan positif yang bertanggung

    jawab akan terjadi ketika semua kelompok bekerja untuk mencapai tujuan

    bersama dan sopan ketika mengekspresikan perbedaan.

    • Panah d. Kelompok akan sulit menjadi agen perubahan atau memenuhi

    tanggung jawabnya sebagai warga negara atau komunitas jika para

  •  

    9

     

    anggota berfungsi secara kompetitif, tidak memiliki tujuan besama, atau

    jika mereka terus menunjukan kontroversi tanpa sebuah

    kesopanan/kesantunan.

    • Panah e. Komunitas akan cenderung merespon secara postif usaha

    individu unutk melayani jika usaha ini diakarkan pada pemahaman diri,

    integritas, dan komitmen yang tulus. Kewarganegaraan yang bertanggung

    jawab didasarkan pada pengetahuan diri, keserasian, dan komitmen.

    • Panah f. Individu belajar melalui pelayanan, dan kesadaran dirinya

    diperkuat melalui realisasi tentang apa yang tidak mampu mereka lakukan.

    Komitmen juga diperkuat ketika seseorang percaya bahwa dia dapat

    membuat perubahan. Keserasian diperkuat ketika seseorang menyadari

    bahwa perubahan positif cenderung terjadi ketika tindakan individu

    diakarkan pada nilai dan kepercayaan.

    Perubahan

    Keberanian (melalui perubahan) yang dapat dipahami dari pernyataan

    berikut: "Anda dapat melihat kebutuhan untuk mengubah sesuatu namun butuh

    keberanian untuk melakukannya." (Astin, 1996). Perubahan, dengan kata lain,

    adalah sasaran penting dari proses kepemimpinan kreatif untuk menciptakan

    dunia dan masyarakat yang lebih baik bagi diri pribadi serta orang lain.

    Individual Value

    Nilai-nilai pribadi adalah nilai-nilai bahwa seseorang mengembangkan dan

    menunjukkan pada tingkat kelompok (Astin, 1996). Nilai-nilai pribadi mencakup:

    • Kesadaran diri - pengetahuan tentang diri atau kesadaran diri. Berarti

    menyadari kepercayaan, nilai, sikap, dan emosi yang memotivasi

    seseorang untuk bertindak.

    • Kesesuaian - berpikir, merasa, dan berperilaku dengan konsistensi;

    tindakan

    konsisten sesuai dengan nilai-nilai inti dan keyakinan. Orang yang

    memiliki sikap ini adalah orang-orang yang bertindak secara konsisten

  •  

    10

     

    dengan kepercayaan mereka yang mendalam. Jelasnya, keserasian dan

    kesadaran personal diri mereka saling tergantung.

    • Komitmen - intensitas dan durasi yang berhubungan dengan objek

    komitmen, melainkan membutuhkan keterlibatan yang signifikan dan

    investasi. Komitmen adalah energi fisik yang memotivasi individu untuk

    melayani dan mendorong kerja sama kolektif. Komitmen

    mengimplikasikan keinginan, intensitas, dan durasi. Ini diarahkan pada

    aktivitas kelompok dan hasil yang diinginkan. Tanpa komitmen,

    pengetahuan diri hanya akan memiliki nilai yang kecil. Dan tanpa

    pengetahuan diri yang mencukupi, komitmen akan diarahkan pada hal

    yang salah

    Group Value

    Nilai-nilai kelompok dikembangkan dan dinyatakan dalam tingkat

    kegiatan kepemimpinan kelompok. Nilai-nilai kelompok adalah:

    • Kolaborasi - nilai yang memandang kepemimpinan sebagai proses

    kelompok dan berusaha untuk meningkatkan efektivitas kelompok dengan

    memanfaatkan beberapa bakat individu. Artinya adalah bekerja dengan

    orang lain dengan usaha yang sama. Ini membentuk nilai landasan

    kepemimpinan kelompok karena kerja sama akan memperkuat diri dan

    orang lain melalui kepercayaan. Kerja sama meningkatkan keefektifan

    kelompok dengan menekankan pada bakat dan perspektif tiap anggota

    kelompok serta kekuatan perbedaan untuk mendorong munculnya solusi

    dan tindakan kreatif.

    • Tujuan Bersama - ketika orang bekerja bersama dalam nilai-nilai bersama.

    Ini memfasilitasi kemampuan kelompok untuk terlibat dalam analisis

    kolektif mengenai masalah yang dihadapi dan tugas-tugas pelaksanaan.

    Tujuan bersama akan tercapai dengan baik ketika semua anggota dalam

    kelompok memiliki visi yang sama dan berpartisipasi aktif dalam

    mengartikulasikan tujuan dan sasaran aktivitas perkembangan

    kepemimpinan.

  •  

    11

     

    • Kontroversi dengan kesopanan - mengakui bahwa akan ada dalam

    kelompok apapun perbedaan sudut pandang dan pendapat dan bahwa

    perbedaan itu harus dimunculkan secara terbuka dan dengan kesopanan

    dan sopan santun agar dapat diselesaikan dengan hasil kelompok positif.

    menyadari dua realitas mendasar dari usaha kelompok kreatif: yaitu

    bahwa perbedaan tidak dapat dihindari, dan perbedaan tersebut harus

    ditunjukkan tapi dengan cara yang sopan. Kesopanan mengimplikasikan

    penghargaan terhadap orang lain, keinginan untuk mendengar pendapat

    orang lain, dan membatasi diri untuk mengkritisi sudut pandang dan

    tindakan orang lain. Ini dicapai dalam kerangka kerja sama dan ketika

    tujuan bersma telah teridentifikasi. Kontroversi (konflik, konfrontasi)

    dapat menhasilkan solusi permasalahan baru yang kratif, khususnya

    ketika ini terjadi dalam lingkup kesopanan, kerja sama, dan memiliki

    tujuan yang sama.

    Society/Community Values

    Nilai-nilai sosial atau masyarakat adalah nilai-nilai yang menghubungkan

    individu dan kelompok untuk komunitas mereka. Nilai komunitas adalah:

    • Kewarganegaraan - ketika seorang individu bertanggung jawab terhubung

    ke masyarakat mereka (Komives, Lucas, & McMahon, 1998). Proses

    dimana individu dan kelompok kolaboratif secara bertanggung jawab

    terhubung dengan komunitas dan masyarakat melalui aktivitas

    perkembangan kepemimpinan. Untuk menajdi warga Negara yang baik

    dibutuhkan usaha untuk berubah ke arah positif demi orang lain dan

    komunitas. Kewarganegaraan mengakui kesalingtergantungan semua

    pihak yang terlibat atau dipengaruhi oleh usaha kerja sama ini. Ini

    menyadari bahwa tujuan bersama dalam kelompok harus menggabungkan

    perhatian terhadap hak dan kesejahteraan semua yang mungkin akan

    terpengaruh oleh usaha kelompok. Kewarganegaan yang baik menyadari

    bahwa demokrasi yang efektif meliputi tanggung jawab individu dan hak

    individu.

  •  

    12

     

    Dari beberapa penelitian, pengukuran akan SCM menggunakan Socially

    Responsible Leadership Scale (SLRS) untuk mendefinisikan persepsi diri mereka

    sendiri tentang apa itu kepemimpinan menurut delapan konstruksi SCM. Socially

    Responsible Leadership Scale dibangun berdasarkan penekanan bahwa

    pemahaman melalui klarifikasi nilai-nilai, pengembangan kesadaran diri,

    kemampuan untuk percaya, kapasitas untuk mendengarkan dan melayani orang

    lain, kolaboratif pekerjaan dan perubahan untuk kebaikan bersama (Astin, 1996,

    h.5).

    Penelitian dengan topik sejenis sudah pernah dibahas, menurut Marisa

    dalam Binard & Brungardt, (1997); Daugherty & Williams, (1997), menunjukkan

    bahwa keterlibatan dalam program berbasis komunitas kepemimpinan

    menghasilkan perubahan yang signifikan dalam kepemimpinan siswa dan

    keterampilan pemecahan masalah. Penelitian telah menunjukkan bahwa

    partisipasi dalam pendidikan kepemimpinan positif mempengaruhi perkembangan

    pribadi dan pendidikan para siswa (Cress et al, 2001;. Dugan, 2006). Sebagaimana

    dicatat oleh Cress et al. (2001, hal 21), peserta dalam program pelatihan

    menunjukkan pertumbuhan kepemimpinan yang signifikan dalam memahami

    kepemimpinan dan komitmen, tanggung jawab masyarakat, kepemimpinan

    keterampilan, dan kesadaran multikultural dan orientasi masyarakat.

    Binard dan Brungardt (1997) selanjutnya mengevaluasi dampak dari

    berbagai program kepemimpinan pengembangan kepemimpinan siswa. Mereka

    meneliti dampak dari variabel-variabel berikut pada hasil kepemimpinan: jenis

    kegiatan kepemimpinan, keterlibatan dalam satu atau dua kegiatan kepemimpinan,

    pelatihan kepemimpinan sebelumnya, jenis kelamin, usia, dan etnis. Mereka

    menyimpulkan bahwa keterlibatan dalam kepemimpinan program dan kegiatan

    secara signifikan meningkatkan perilaku kepemimpinan siswa. Mereka juga

    menemukan bahwa mereka yang berpartisipasi dalam kegiatan pelatihan

    kepemimpinan sebelumnya, adalah laki-laki, usia lebih tua dari 24 tahun, dan /

    atau Hispanik mencapai hasil kepemimpinan terbesar.

    Dalam penelitian Marisa (1997) menyatakan bahwa skor mahasiswa pada

    masing-masing konstruksi meningkat antara usia 18 dan 20 dan kemudian

  •  

    13

     

    menurun antara usia 20 dan 22, menunjukkan hubungan lengkung antara usia dan

    hasil kepemimpinan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang

    signifikan antara umur mahasiswa dan nilai mereka pada skala tanggung jawab

    kepemimpinan sosial. Menurut Dugan (2006) bahwa keterlibatan berhubungan

    positif dengan tingkat perkembangan. Namun, terlibat terlalu banyak dalam jenis

    organisasi yang berbeda, disebut di sini sebagai luasnya keterlibatan, adalah

    berhubungan negatif dengan hasil kepemimpinan. Siswa diminta untuk

    menunjukkan jika mereka terlibat dalam 21 kategori yang berbeda dari organisasi

    mahasiswa. Siswa lebih melaporkan keterlibatan dalam intramurals dari daerah

    lainnya 40% diikuti oleh 36% siswa yang melaporkan keterlibatan dalam klub

    akademik dan organisasi.

    Haber (2006) menyatakan bahwa hipotesis satu diidentifikasi bahwa

    wanita memiliki skor yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki pada lima dari

    delapan ukuran hasil termasuk semua nilai sekelompok model. Meskipun efek

    ukuran kecil, perbedaan ini menyiratkan bahwa siswa berbeda dalam

    pengembangan kepemimpinan mereka berdasarkan gender. Program dan layanan

    jenis kelamin mahasiswa mungkin harus berbeda. Mungkin bermanfaat, misalnya,

    memiliki program-program kepemimpinan untuk pria, seperti lembaga

    kepemimpinan seorang laki-laki, yang menekankan kerjasama, mengembangkan

    tujuan bersama dan tujuan, dan konflik manajemen. Ini juga bisa berarti pelatihan

    yang berbeda dan program untuk kelompok jenis kelamin yang sama, seperti

    perkumpulan mahasiswa, dan persaudaraan.

    Komives et al (2005, 2006) menyatakan bahwa secara keseluruhan dari

    kedelapan variabel SCM, keterlibatan dalam organisasi akademik / departemen /

    professional dan / atau kehormatan masyarakat tampaknya memiliki dampak

    terbesar pada pengembangan kepemimpinan siswa di jumlah konstruksi.

    Pengalaman keterlibatan tersebut cenderung berfokus pada integrasi kurikuler dan

    ko-kurikuler pengetahuan, yang dapat membantu untuk memajukan pemikiran

    kritis siswa keterampilan dan makna pembuatan kemampuan sehingga

    memajukan pengembangan kepemimpinan mereka.

  •  

    14

     

    METODOLOGI PENELITIAN

    Populasi dan Sampel

    Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Kristen Satya

    Wacana Salatiga. Jenis non probability sampling yang digunakan dalam penelitian

    ini adalah Purposive sampling dan Stratified sampling, adalah teknik penentuan

    responden untuk tujuan tertentu saja. Dalam teknik, peneliti menentukan kriteria

    mahasiswa yang akan dipilih menjadi sample yaitu Mahasiswa Registrasi /

    Mahasiswa Aktif Semester Genap Tahun Akademik 2011 – 2012 Universitas

    Kristen Satya Wacana Salatiga (angkatan 2007 dan 2008) sebanyak 200

    responden. Menurut Crocker dan Algina (1986, hlm 322) membahas ukuran yang

    dikemukan oleh Nunnally serta menambahkan bahwa demi kestabilan informasi,

    minimal diperlukan 200 responden. Jadi, sekalipun alat ukur mengandung hanya

    20 butir, maka minimal diperlukan juga 200 responden. Dengan kata lain, ukuran

    responden pada uji coba alat ukur adalah 200 atau lebih.

     

    Data dan Sumber Data

    Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer berupa

    kuesioner. Sumber data yaitu mahasiswa aktif angkatan 2007 dan 2008. seperti

    yang terdapat pada tabel berikut ini:

    Data Mahasiswa Registrasi / Mahasiswa Aktif Semester Genap Tahun Akademik

    2011-2012

    FAKULTAS

    Tahun

    Angkatan

    Total

    Presentase

    Jumlah

    Kuesioner Per

    Fakultas 2007 2008

    Fakultas Ekonomika dan

    Bisnis 165 298 463 32% 32

    Fakultas Bahasa dan Sastra 89 137 226 16% 16

    Fakultas Science dan 31 56 87 15% 15

  •  

    15

     

    Matematika, Fakultas Teknik

    Elektro

    Fakultas Pertanian dan Bisnis,

    Fakultas Biologi, Fakultas

    Ilmu Kesehatan

    74 97 171 13% 13

    Fakultas Teologia, Fakultas

    Seni dan Pertunjukan 43 87 130 10% 10

    Fakultas Psikologi 81 108 189 13% 13

    Fakultas Hukum 45 69 114 8% 8

    Fakultas Ilmu Sosial dan

    Komunikasi 69 75 144 10% 10

    Fakultas Teknologi dan

    Informatika 209 384 593 41% 41

    Fakultas Keguruan dan Ilmu

    Pendidikan 66 536 602 42% 42

    TOTAL

    2719

    200

    Sumber : Data Primer yang diolah, 2012

    Ditentukan sampel sebanyak 200 responden dengan total populasi

    penelitian sebesar 2719. Dengan perkataan lain sampel adalah sebagian dari

    jumlah dan karateristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Dengan teknis

    perhitungan sampel telah dijabarkan pada point sebelumnya.

    Metode Pengumpulan Data

    Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer

    didapat dari penelitian survei yaitu melalui penyebaran kuesioner. Pertanyaan-

    pertanyaan di kuesioner tersebut akan terdiri dari 2 bagian, yaitu : data diri para

    responden, pengukuran persepsi mahasiswa terhadap kepemimpinan. Kuisioner

    ini disebarkan kepada mahasiswa aktif tahun angkatan 2007 dan 2008 Universitas

    Kristen Satya Wacana Salatiga. Informasi lain yang mendukung diperoleh dari

    journal-journal dan buku-buku yang relevan terhadap penelitian, serta mencari

    data-data pendukung lain melalui internet.

  •  

    16

     

    Teknik Analisis

    Analisis dalam penelitian ini menggambarkan analisis statistic deskriptif

    atas jawaban yang diberikan untuk kemudian disajikan dalam bentuk table.

    Analisis kualitatif digambarkan untuk menguraikan tentang karakteristik dari

    suatu keadaan dari objek yang diteliti. Karakteristik responden yang dianalisis

    dalam penelitian ini meliputi Jenis kelamin, usia, fakultas, tahun masuk

    Universitas, asal, suku, hasil studi dalam perkuliahan, dam keaktifan dalam

    berorganisasi dikampus maupun diluar kampus. Analisis data kualitatif adalah

    bentuk analisa yang berdasarkan dari data yang dinyatakan dalam bentuk uraian.

    Data kualitatif ini merpakan data yang hanya dapat diukur secara langsung (Hadi,

    2001).

    Untuk menentukan variabel persepsi kepemimpinan, akan diberikan

    pernyataan melalui kuisioner. Dan untuk setiap pernyataan akan diberikan skor

    sesuai tanggapan responden. Jika responden menjawab sangat setuju maka akan

    diberi skor 5, untuk jawaban setuju akan diberi skor 4, 3 untuk jawaban netral , 2

    untuk jawaban tidak setuju, dan 1 untuk jawaban sangat tidak setuju.

    Untuk menentukan variabel karakteristik respoden berdasarkan keaktifan

    dalam organisasi, jika responden menjawab sangat aktif maka akan diberi skor 5,

    untuk jawaban aktif diberikan skor 4, 3 untuk jawaban cukup, 2 untuk jawaban

    tidak aktif, dan 1 untuk jawaban sangat tidak aktif.

    Selanjutnya untuk menentukan variabel karakteristik respoden

    berdasarkan hasil studi, jika responden menjawab sangat memuaskan akan

    diberikan skor 5, 4 untuk jawaban memuaskan, 3 untuk jawaban cukup, 2 untuk

    jawaban kurang memuaskan, dan 1 untuk jawabn sangat kurang memuaskan.

    Setelah hal di atas dilakukan kemudian dilakukan uji validitas dan

    reliabilitas untuk melihat apakah data yang telah didapatkan valid dan handal.

    Dalam melakukan uji reliabilitas menggunakan nilai Croncbach Alpha. Jika nilai

    Croncbach Alpha lebih besar dari 0,6 maka data bisa dikatakan reliable (Ghozali,

    2006). Sedangkan uji validitas dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung

  •  

    17

     

    dengan r table untuk tingkat signifikansi 5 persen dari degree of freedom (df)= n-

    2, dalam hal ini n adalah jumlah sampel. Jika r hitung > r table maka pertanyaan

    atau indicator tersebut dinyatakan valid, begitu juga sebaliknya bila r hitung < r

    table maka pertanyaan atau indikator tersebut dinyatakan tidak valid (Ghozali,

    2006).

    Setelah dilakukan uji validitas dan reliabilitas kemudian dilakukan uji

    krostabulasi dari data untuk mengetahui hubungan antar variabel.

    ANALISIS DATA

    Karakteristik Responden

    Karakterisktik responden yang dianalisis dalam penelitian ini meliputi

    Jenis kelamin, usia, fakultas, hasil studi, keaktifan dalam organisasi, angkatan.

    Karakteristik responden tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

    Tabel 1

    Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

    Sumber : Data Primer yang diolah, 2012

    Dari table diatas dapat dilihat bahwa jumlah responden laki-laki sebanyak

    64,3% dan jumlah responden perempuan sebanyak 35,7%. Responden laki-laki

    lebih mendominasi karena kuesioner rata-rata banyak tersebar pada kalangan

    mahasiswa dari pada mahasiswi. Hal ini kemungkinan disebabkan pada

    penyebaran angket dengan cara membagi angket sesuai dengan metode pusposive

    sampling yang telah ditentukan.

  •  

    18

     

    Tabel 2

    Distribusi Responden Berdasarkan Usia

    Sumber : Data Primer yang diolah, 2012

    Dari tabel dapat dilihat bahwa range usia responden antara 20-24 tahun,

    dan paling banyak didominasi oleh usia 22 tahun dengan jumlah responden

    sebanyak 8,6% dan yang paling sedikit adalah usia 20 tahun dengan jumlah

    responden sebanyak 5,71%.

  •  

    19

     

    Tabel 3

    Distribusi Responden Berdasarkan Fakultas

    Fakultas Frekuensi PersentaseFakultas Ekonomika dan Bisnis 33 15,7Fakultas Bahasa dn sastra 17 8,1Fakultas Psikologi 15 7,1Fakultas Teknik dan Informatika 44 20,9Fakultas Ilmu Sosial dan Komunikasi 10 4,8Faluktas Teknik Elekro 10 4,8Fakultas Science dan Matematika,Fakultas Pertanian dan Bisnis, FakultasBiologi, Fakultas Ilmu Kesehatan,

    21 10

    Fakultas Teologia, Fakultas Seni danPertunjukan 10 4,8

    Fakultas Hukum 8 3,8Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan 42 20Total 210 100

    Sumber : Data Primer yang diolah, 2012

    Dari table dapat dilihat bahwa kelompok Fakultas Tekhnologi dan

    Informatika merupakan sampel terbesar dengan jumlah responden sebanyak 44

    atau 20,9% dari keseluruhan sampel. Ini dikarenakan jumlah rata-rata mahasiswa

    aktif fakultas teknologi dan informatika angkatan 2007 – 2008 jauh lebih

    mendominasi dari pada fakultas yang lain.

    Tabel 4

    Distribusi Responden Berdasarkan Persepsi Hasil Studi

    Frekuensi PersenSangat Kurang Memuaskan 3 1.24Kurang Memuaskan 29 11.93Cukup 83 34.16Memuaskan 82 33.75Sangat Memuaskan 13 5.35Total 210 86.42

    Sumber : Data Primer yang diolah, 2012

  •  

    20

     

    Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa mahasiswa yang memiliki persepsi

    hasil Cukup lebih besar dengan jumlah responden sebanyak 34,16%, dan yang

    mahasiswa dengan persepsi hasil studi yang Sangat Kurang Memuaskan paling

    sedikit dengan jumlah responden sebanyak 1,24%. Sebagian responden merasa

    puas dengan hasil studi mereka (dari kategori cukup sampai kategori sangat puas),

    namun ada sebagian kecil dari mereka yang merasa tidak puas dengan hasil studi

    mereka (dari kategori kurang memuaskan dan sangat kurang memuaskan)

    Tabel 5

    Distribusi Responden Berdasarkan Persepsi Keaktifan dalam

    Organisasi

    Frekuensi PersenTidak Aktif 11 4.53Kurang Aktif 40 16.46Cukup 101 41.56Aktif 51 20.99Sangat Aktif 7 2.88Total 210 86.42

    Sumber : Data Primer yang diolah, 2012

    Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa jumlah mahasiswa yang Keaktifan

    dalam berorganisasi yang masuk dalam kategori cukup lebih banyak dengan

    jumlah responden sebanyak 41,56% dan mahasiswa yang masuk dalam kategori

    sangat aktif mengikuti keorganisasian adalah paling sedikit dengan jumlah

    responden sebanyak 2,88%.

    Tabel 6

    Distribusi Responden Berdasarkan Tahun Angkatan

    Angkatan Frekuensi Persentase2007 88 41,92008 122 58,1Total 210 100

    Sumber : Data Primer yang diolah, 2012

  •  

    21

     

    Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa dari total responden sebanyak 210

    responden, jumlah responden angkatan 2008 dengan jumlah responden sebanyak

    58,1% dan lebih banyak dibandingkan dengan jumlah resonden angkatan 2007

    dengan jumlah sebanyak 41,9%. Perbedaan signifikan dari jumlah responden

    tersebut diduga disebabkan karena banyak dari angkatan 2007 yang sudah lulus

    sarjana.

    Uji Kualitas Data

    Uji validitas bertujuan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu

    kuisioner. Uji validitas dilakukan setelah penyabaran angket dan dilakukan

    scoring. Suatu kuisioner dikatakan valid jika pertanyaan atau pernyataan pada

    kuisioner tersebut mampu untuk mengungkapkan suatu yang akan diukur oleh

    kuisioner tersebut.

    Tabel 7

    Hasil Pengujian Validitas

    Pertanyaan Signifikansi Keterangan

    Persepsi Mahasiswa atas Variabel Komitmen (Commitmen)

    1 0,00 Valid

    2 0,00 Valid

    3 0,00 Valid

    4 0,00 Valid

    5 0,00 Valid

    6 0,00 Valid

    Persepsi Mahasiswa atas Variabel Keserasian (congruence)

    7 0,00 Valid

    8 0,00 Valid

    9 0,00 Valid

    10 0,00 Valid

    11 0,00 Valid

    12 0,00 Valid

  •  

    22

     

    13 0,00 Valid

    Persepsi Mahasiswa atas Variabel Kesadaran Diri (consciousness of Self)

    14 0,00 Valid

    15 0,00 Valid

    16 0,00 Valid

    17 0,00 Valid

    18 0,00 Valid

    19 0,00 Valid

    20 0,00 Valid

    21 0,517 Tidak Valid

    22 0,00 Valid

    Persepsi Mahasiswa atas Variabel Perubahan (Change)

    23 0,00 Valid

    24 0,00 Valid

    25 0,00 Valid

    26 0,00 Valid

    27 0,00 Valid

    28 0,00 Valid

    29 0,00 Valid

    30 0,00 Valid

    31 0,00 Valid

    32 0,00 Valid

    Persepsi Mahasiswa atas Variabel Kolaborasi (collaboration)

    33 0,00 Valid

    34 0,00 Valid

    35 0,00 Valid

    36 0,00 Valid

    37 0,00 Valid

    38 0,00 Valid

    39 0,00 Valid

    40 0,00 Valid

    Persepsi Mahasiswa atas Variabel Tujuan Bersama (common Purpose)

    41 0,00 Valid

    42 0,00 Valid

  •  

    23

     

    43 0,00 Valid

    44 0,00 Valid

    45 0,00 Valid

    46 0,00 Valid

    47 0,00 Valid

    48 0,00 Valid

    49 0,00 Valid Persepsi Mahasiswa atas Variabel Kontroversi dengan Kesopanan (controversy with

    civility)

    50 0,00 Valid

    51 0,00 Valid

    52 0,00 Valid

    53 0,00 Valid

    54 0,00 Valid

    55 0,00 Valid

    56 0,00 Valid

    57 0,00 Valid

    58 0,00 Valid

    59 0,001 Valid

    60 0,00 Valid

    Persepsi Mahasiswa atas Variable Kewarganegaraan (Citizenship)

    61 0,00 Valid

    62 0,00 Valid

    63 0,00 Valid

    64 0,00 Valid

    65 0,00 Valid

    66 0,00 Valid

    67 0,00 Valid

    68 0,00 Valid

    Menurut Ghozali (2006) dengan menggunakan Pearson Correlation, data

    dikatakan Valid dinyatakan valid pada taraf 5% jika mempunyai signifikansi di

    bawah 0,05. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa untuk setiap indicator

    pertanyaan telah lulus dalam pengujian validitas, kecuali indikator pertanyaan ke

  •  

    24

     

    21 karena tingkat signifikansi yang dihasilkan di atas 0,05. Sehingga satu

    indikator tersebut tidak dapat digunakan dalam penelitian ini. Uji Reabilitas

    Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur suatu kuesioner yang

    merupakan indikator dari variabel atau konstruk dan suatu kuisioner dikatakan

    reliabel apabila jawaban seseorang terhadap pertanyaan dalam suatu kuisioner

    adalah konsisten dari waktu ke waktu. Pada penelitian ini pengujian reliabilitas

    akan menggunakan Cronbach’s Alpha.

    Tabel 8

    Hasil Pengujian Reliabilitas

    No Variabel Cronbach's Alpha N of Items Keterangan

    1 Persepsi Mahasiswa atas Variabel Komitmen (Commitmen)

    0,8 7 Reliabel

    2 Persepsi Mahasiswa atas Variabel Keserasian (congruence)

    0,79 8 Reliabel

    3 Persepsi Mahasiswa atas Variabel Kesadaran Diri (consciousness of Self)

    0,75 10 Reliabel

    4 Persepsi Mahasiswa atas Variabel Perubahan (Change)

    0,72 10 Reliabel

    5 Persepsi Mahasiswa atas Variabel Kolaborasi (collaboration)

    0,79 11 Reliabel

    6 Persepsi Mahasiswa atas Variabel Tujuan Bersama (common Purpose)

    0,78 10 Reliabel

    7

    Persepsi Mahasiswa atas Variabel Kontroversi dengan Kesopanan (controversy with civility)

    0,71 12 Reliabel

    8 Persepsi Mahasiswa atas Variable Kewarganegaraan (Citizenship)

    0,78 9 Reliabel

    Sumber : Data Primer yang diolah, 2012

  •  

    25

     

    Menurut Ghozali (2006) nilai Cronbach Alpha > 0,60 maka pertanyaan-

    pertanyaan yang digunakan untuk mengukur variabel tersebut adalah “reliabel”.

    Dari table diatas menunjukan bahwa kedelapan varibel tersebut mempunyai alpha

    yang lebih besar dari 0,6 sehingga dapat dikatakan semua konsep pengukur

    variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah reliabel. Untuk

    selanjutnya item-item pada masing-masing konsep variabel tersebut layak

    digunakan sebagai alat ukur dalam pengujian statistik.

    Persepsi mahasiswa terhadap perubahan

    Tabel 9

    Dorongan Terhadap Perubahan

    Rangking  keseluruhan  persepsi  mahasiswa  tentang  kepemimpinan  oleh  variabel  DORONGAN  TERHADAP  PERUBAHANVariable pertanyaan  ke pertanyaan M SDDORONGAN  TERHADAP  PERUBAHAN  (COURAGE  THROUGH  CHANGE)

    23 Saya terbuka terhadap ide-ide baru4,44 0,69

    24Saya dapat mengidentifikasi perbedaan antara perubahan positif dan negatif.

    4,32 0,71

    25Perubahan akan membawa kehidupan baru ke organisasi.

    4,10 0,88

    26Saya tidak sulit memulai cara-cara baru dalam memandang sesuatu.

    4,05 0,90

    27Ada semangat dalam melakukan sesuatu dengan cara baru.

    4,22 0,73

    28Saya mencari cara baru untuk melakukan sesuatu

    3,92 0,86

    29Saya bekerja dengan baik dalam lingkungan yang selalu berubah-ubah

    3,73 0,88

    30 Perubahan membuat saya tidak nyaman 2,66 0,9531 Masa Peralihan membuat saya tidak nyaman 2,79 1,03

    32Saya merasa frustrasi dalam melakukan sesuatu dengan cara baru.

    2,64 1,00

    3,69RATA-‐RATA Sumber : Data Primer yang diolah, 2012

    Dari variabel Dorongan Terhadap Perubahan diatas dapat kita lihat secara

    keseluruhan, responden baik dalam membuka diri untuk ide-ide baru,

    pengidentifkasian perbedaan antara perubahan positif dan negative (Ricketts,

    Bruce, dan Ewing, 2008). Selain itu responden juga tidak terlalu kesulitan dalam

    memandang sesuatu, ada semangat untuk melakukan sesuatu, dan selalu bekerja

    dengan baik dilingkungan yang selalu berubah-ubah. Akan tetapi, sebagian kecil

    responden kurang nyaman ketika menerapkan perubahan itu sendiri. Seperti

  •  

    26

     

    kurang nyaman dengan adanya perubahan, tidak nyaman dengan masa peralihan,

    dan selalu frustasi dalam melakukan sesuatu dengan cara baru. Itu artinya

    sebagian kecil responden tersebut telalu nyaman dalam zona aman mereka dan

    mereka tidak mau terlalu ambil resiko untuk menghadapi suatu situasi perubahan

    yang nantinya akan membawa dampak kepada kehidupan mereka.

    Individual Value

    Persepsi mahasiswa terhadap kesadaran diri

    Tabel 10

    Kesadaran Diri Rangking  keseluruhan  persepsi  mahasiswa  tentang  kepemimpinan  oleh  variabel  KESADARAN  DIRIVariable pertanyaan  ke pertanyaan M SDKESADARAN  DIRI  (CONSCIOUSNESS  OF  SELF)

    14 Hal-hal yang menggairahkan untuk saya adalah memiliki prioritas dalam hidup saya.

    4,33 0,72

    15 Saya paham diri saya cukup baik 4,11 0,81

    16 Saya bisa menggambarkan kepribadian saya. 4,09 0,83

    17Saya mampu mengidentifikasikan dengan jelas prioritas saya.

    4,14 0,82

    18 Saya leluasa mengekspresikan diri. 4,12 0,95

    19 Saya dapat menggambarkan bagaimana saya sama dengan yang lain.

    3,56 0,92

    20 Saya biasanya percaya diri 3,84 1,0021 Refleksi diri menjadi hal yang sulit bagi saya. 2,79 0,9922 Saya seseorang yang rendah hati 4,17 0,88

    3,91RATA-‐RATA Sumber : Data Primer yang diolah, 2012

    Dari variabel kesadaran diri diatas, menunjukan bahwa secara

    keseluruhan, responden baik dalam semua aspek pernyataan tersebut. Responden

    memiliki prioritas untuk sesuatu yang kira-kira menggairahkan untuk mereka,

    pemahaman yang baik terhadap diri sendiri, memiliki kemampuan

    mengidentifikasi prioritas mereka, leluasanya mereka dalam mengekspresikan

    diri, kerendahan hati, dan mereka dapat menggambarkan bagaimana mereka itu

    adalah sama dengan rekan yang lain. (Ricketts, Bruce, dan Ewing, 2008). Ini

    dapat memotivasi dari masing – masing individu untuk bertindak ke arah yang

    lebih positif. Akan tetapi dalam hal refleksi diri menjadi hal yang sangat susah

    untuk beberapa/sebgaian kecil respoden. Itu menandakan bahwa sebagian kecil

    responden tersebut masih kesulitan dalam hal melakukan penginstropeksian untuk

    diri mereka sendiri.

  •  

    27

     

    Persepsi mahasiswa terhadap keserasian

    Tabel 11

    Keserasian Rangking  keseluruhan  persepsi  mahasiswa  tentang  kepemimpinan  oleh  variabel  KESERASIANVariable pertanyaan  ke pertanyaan M SD

    KESERASIAN  (CONGRUENCE)7 Dilihat sebagai orang yang berintegritas adalah

    penting bagi saya.4,25 0,86

    8 Sangat mudah bagi saya untuk berkata jujur. 4,06 0,829 Saya bukan orang yang suka berpura-pura 4,17 0,77

    10 Tindakan saya sesuai dengan nilai-nilai keyakinan saya.

    4,20 0,78

    11 Perilaku saya mencerminkan keyakinan saya. 4,16 0,7712 Penting bagi saya untuk bertindak sesuai

    keyakinan saya.4,33 0,73

    13 Perilaku saya sejalan dengan kepercayaan saya.

    4,27 0,75

    4,20RATA-‐RATA

    Sumber : Data Primer yang diolah, 2012

    Dari variabel Keserasian diatas menunjukan menunjukan bahwa secara

    keseluruhan pernyataan diatas mencerminkan bagaimana responden seperti dilihat

    sebagai seseorang yang mempunyai integritas adalah sangat penting, mudahnya

    untuk mengatakan sesuatu yang sebenarnya, tidak suka pura-pura, tindakan yang

    dilakukan sesuai dengan keyakinan mereka, pentingnya bertindak sesuai dengan

    keyakinan mereka, dan prilaku mereka selalu sejalan dengan kepercayaan mereka

    (Ricketts, Bruce, dan Ewing, 2008). Ini menandakan bahwa responden memiliki

    sikap dan bertindak secara konsisten dengan kepercayaan mereka yang mendalam.

    Mereka selalu berpegang teguh dengan sesuatu yang mereka yakini.

    Persepsi mahasiswa terhadap komitmen

    Tabel 12

    Komitmen Rangking  keseluruhan  persepsi  mahasiswa  tentang  kepemimpinan  oleh  variabel  KOMITMENVariable pertanyaan  ke pertanyaan M SD

    Komitmen  (Commitmen)1 Saya bersedia mencurahkan waktu dan tenaga

    untuk hal-hal yang penting bagi saya.4,55 0,57

    2 Saya dapat diandalkan untuk melakukan tugas yang diberikan kepada saya.

    4,27 0,74

    3 Saya meyakini sesuatu yang menurut saya benar

    4,45 0,65

    4 Saya selalu menepati janji. 4,16 0,845 Saya tetap bersama dengan rekan-rekan

    kelompok melalui masa-masa sulit.4,26 0,73

    6 Saya fokus pada tanggung jawab saya 4,36 0,684,34RATA-‐RATA

    Sumber : Data Primer yang diolah, 2012

  •  

    28

     

    Dari variabel komitmen diatas menunjukan bahwa secara keseluruhan

    responden menunjukan hasil yang baik dalam setiap pernyataan. Mereka bersedia

    mencurahkan waktu dan tenaga untuk sesuatu yang mereka anggap penting.

    Mereka merasa dapat diandalkan untuk melakukan tugas yang dibebankan kepada

    mereka. Cukup menunjukan kepercayaan diri dengan meyakini sesuatu yang

    mereka anggap benar, selalu menepati janji, fokus terhadap tanggung jawab

    masing-masing, dan loyalitas tinggi terhadapa kelompok dalam melalui masa-

    masa sulit (Ricketts, Bruce, dan Ewing, 2008). Ini dapat diartikan bahwa setiap

    individu mempunyai motivasi untuk melayani dan mendorong kerja sama kolektif

    yang nantinya semua diarahkan pada aktifitas kelompok dan hasil akhir yang

    diinginkan oleh kelompok.

    Secara keseluruhan dari nilai individu dapat dijelaskan bahwa reaksi siswa

    baik keserasian dan komitmen menggambarkan bahwa saat ini mahasiswa

    memiliki sikap yang cukup baik, dan ciri-ciri penting yang diperlukan untuk

    kepemimpinan yang berorientasi pada perubahan adalah seseorang yang

    berintegritas, jujur dan menjadi dirinya sendiri/tidak suka berpura-pura.

    Mahasiswa tampak memahami bakat dan keterbatasan dari diri mereka masing-

    masing. Tetapi terkadang sulit bagi sebagian kecil dari mereka untuk mengkoreksi

    diri sendiri yang nanti lebih akan berguna untuk perkembangan kepribadian

    mereka sendiri. Bahkan lebih jauh, dengan menyatakan komitmen untuk

    melakukan bagian mereka dan menahan diri dalam berbagai situasi, lebih lanjut

    menunjukkan bahwa mahasiswa bertindak di bawah sebuah arah dan tujuan moral

    yang baik, setidaknya ketika itu berlaku untuk situasi kepemimpinan. Hal ini perlu

    di dorong dan harus terus ditambah dengan kursus dan seminar dan melibatkan

    para mahasiswa dalam pendidikan moral dan etika kepemimpinan, dan aktif

    dalam mengejar isu-isu seperti etika pengambilan keputusan dan dengan

    menangani dilema keetisan dalam situasi kehidupan nyata. Dengan tingkat

    kesadaran diri yang tinggi, disadari bahwa kepercayaan diri yang baik, sikap yang

    baik, dan emosi dalam melakukan sesuatu yang mereka anggap penting dan

    menarik bagi mereka adalah sesuatu yang memotivasi diri untuk bertindak dan

    melakukan sesuatu yang tentunya berorientasi ke arah yang lebih positif.

  •  

    29

     

    Group Value

    Persepsi mahasiswa terhadap kolaborasi

    Tabel 13

    Kolaborasi

    Rangking  keseluruhan  persepsi  mahasiswa  tentang  kepemimpinan  oleh  variabel  KOLABORASIVariable pertanyaan  ke pertanyaan M SDKOLABORASI  (COLLABORATION)

    33Saya dilihat sebagai seseorang yang mampu bekerja baik dengan orang lain.

    3,92 0,80

    34Saya selalu mendengarkan apa yang dikatakan orang lain.

    4,13 0,75

    35Saya bisa membuat sesuatu secara berbeda ketika saya mengerjakan tugas dengan orang lain

    3,93 0,83

    36Orang Lain akan menggambarkan saya sebagai anggota kelompok yang kooperatif.

    3,94 0,87

    37Saya menikmati bekerja dengan orang lain untuk mencapai tujuan bersama.

    4,28 0,74

    38 Kolaborasi memberikan hasil yang lebih baik. 4,30 0,76

    39Kontribusi saya dalam perkembangan organisasi diakui oleh orang lain dalam kelompok saya .

    4,07 0,85

    40 Saya bisa mempercayai rekan kerja saya 4,27 0,814,11RATA-‐RATA

    Sumber : Data Primer yang diolah, 2012

    Dari variabel kolaborasi diatas secara keseluruhan menunjukan hasil yang

    baik dengan respoden mampu bekerja dengan baik dengan orang lain,

    mendengarkan apa yang orang lain katakan, dan membuat perbedaan ketika

    bekerjasama. Mahasiswa sangat setuju ketika ditanya tentang dinamika kelompok

    penting jika kolaborasi menghasilkan hasil yang lebih baik, jika kontribusi mereka

    diakui dan akhirnya mereka dapat mempercayai rekan tim sesame (Ricketts,

    Bruce, dan Ewing, 2008). Jelas, ini kolaborasi mahasiswa dianggap penting ketika

    membahas kepemimpinan yang efektif. Dengan ini, mereka tentu setuju bahwa

    kolaborasi meningkatkan keefektifan kelompok dengan menekankan pada bakat

    dan perspektif setiap anggota kelompok serta kekuatan perbedaan untuk

    mendorong munculnya solusi dan tindakan kreatif.

  •  

    30

     

    Persepsi mahasiswa terhadap tujuan bersama

    Tabel 14

    Tujuan Bersama

    Rangking  keseluruhan  persepsi  mahasiswa  tentang  kepemimpinan  oleh  variabel  TUJUAN  BERSAMAVariable pertanyaan  ke pertanyaan M SD

    TUJUAN  BERSAMA  (COMMON  PURPOSE)

    41Menurut saya sangat penting untuk mengembangkan arah bersama di kelompok agar pekerjaan yang ada dapat terselesaikan

    4,39 0,71

    42Saya ikut berperan aktif pada pencapaian tujuan kelompok.

    4,34 0,71

    43Saya mendukung apa yang kelompok ingin capai.

    4,36 0,66

    44 Saya tahu tujuan dari kelompok saya. 4,29 0,72

    45Saya pikir penting untuk mengetahui prioritas orang lain.

    4,01 0,97

    46Saya akan bekerja dengan baik jika saya tahu nilai-nilai bersama dalam kelompok

    4,19 0,81

    47 Saya berkomitmen terhadap tujuan bersama dalam kelompok dengan saya menjadi anggota

    4,37 0,64

    48Nilai kebersamaan akan mengendalikan organisasi

    4,34 0,79

    49Saya telah membantu membentuk misi kelompok.

    4,20 0,83

    4,28RATA-‐RATA Sumber : Data Primer yang diolah, 2012

    Dari variabel tujuan bersama diatas menunjukan hasil yang baik dengan

    mengindikasikan bahwa mahasiswa setuju dengan pentingnya untuk

    mengembangkan visi bersama dalam kelompok agar segala pekerjaan dapat

    terselesaikan, selalu berperan aktif dalam pencapaian tujuan kelompok. Juga

    ditemukan pentingnya pengetahuan mereka sendiri akan tujuan dari kelompok,

    penting untuk mengetahui prioritas orang lain dalam satu kelompok, berkomitmen

    terhadap tujuan bersama (Ricketts, Bruce, dan Ewing, 2008). Selain itu, menurut

    mereka nilai-nilai kebersamaan akan mengendalikan arah dari organisasi tersebut,

    dan mereka sangat yakin mereka telah benar-benar membantu dalam pencapaian

    misi kelompok. Ini artinya mereka sependapat dengan pernyataan bahwa tujuan

    bersama akan tercapai dengan baik ketika semua anggota dalam kelompok

    memiliki visi dan misi yang sama dan berpartisipasi secara aktif dalam

    mengartikulasikan tujuan dan sasaran aktifitas perkembangan kepemimpinan.

  •  

    31

     

    Persepsi mahasiswa terhadap kontroversi dengan kesopanan

    Tabel 15

    Kontroversi Dengan Kesopanan

    Rangking  keseluruhan  persepsi  mahasiswa  tentang  kepemimpinan  oleh  variabel  KONTORVERSI  DENGAN    KESOPANANVariable pertanyaan  ke pertanyaan M SD

    KONTROVERSI  DENGAN  KESOPANAN  (CONTROVERSI  WITH  CIVILITY)

    50 Saya  terbuka  dengan  pendapat  orang  lain 4,37 0,65

    51Saya  menghargai  pendapat  orang  lain  dari  pada  pendapat  saya  sendiri

    3,93 0,82

    52 Saya  menghargai  perbedaan  dengan  orang  lain4,28 0,68

    53Mendengar  perbedaan  pendapat  akan  memperkaya  pemikiran  saya

    4,40 0,67

    54 Saya  biasa  sharing  pendapat  dengan  orang  lain4,22 0,85

    55 Kreatifitas  dapat  datang  dari  sebuah  konflik 3,73 1,00

    56Keharmonisan  dapat  muncul  dari  sebuah  perselisihan

    3,45 1,08

    57 Saya  nyaman  dengan  sebuah  konflik 2,46 1,16

    58Saya  kurang  nyaman  dengan  orang  yang  tidak  sependapat  dengan  saya

    2,64 1,08

    59Ketika  ada  konflik  antara  dua  orang,  salah  satu  akan  menang  dan  yang  lain  akan  kalah

    3,12 1,06

    60Saya  akan  berjuang  ketika  anggota  kelompok  memiliki  pendapat  yang  berbeda  dari  saya

    3,83 0,89

    3,67RATA-‐RATA

    Sumber : Data Primer yang diolah, 2012

    Dari variabel kontroversi dengan kesopanan diatas sebagian besar

    responden menunjukan hasil yang baik seperti terbuka untuk ide orang lain,

    menghormati pendapat yang beragam, dan menghargai perbedaan pendapat

    dengan yang lain menunjukkan bahwa responden relatif nyaman dengan

    perbedaan dan pendapat yang tidak mereka sendiri, karena menurut mereka

    mendengar perbedaan pendapat akan memperkaya pemikiran mereka. Ditemukan

    juga bahwa berbagi pendapat dengan orang lain sering mereka lakukan (Ricketts,

    Bruce, dan Ewing, 2008). Meskipun terllihat adanya penurunan pada pernyataan

    kreatifitas datang dari sebuah konflik, ketika ada konflik, satu sisi bisa dikatakan

    sebagai pemenang dan satu lagi dikatan sebagai yang kalah, dan mereka akan

    mempertahankan pendapat yang mereka anggap benar ketika terjadi perbedaan

    degnan orang lain, akan tetapi pernyataan bahwa mereka nyaman dengan sebuah

    konflik, dan mereka kurang nyaman dengan orang yang tidak sependapat dengan

    mereaka jauh menunjukan perbedaan yang signifikan. Itu mengindikasikan bahwa

  •  

    32

     

    sebagian kecil dari responden tersebut tindak mengindikasikan penghargaan

    terhadap orang lain, ketidakinginan mendengarkan perbedaan pendapat dari orang

    lain dan tidak membatasi diri untuk mengkritisi sudut pandang dan tindakan orang

    lain yang jelas bertentangan dengan pendapat mereka.

    Secara keseluruhan dari nilai kelompok, kolaborasi dipandang sebagai

    sesuatu yang sangat penting dalam proses kepemimpinan dengan mengidentifikasi

    tujuan yang sama dan visi dalam kelompok. Mahasiswa juga mengiyakan bahwa

    keakraban dengan orang lain dalam kelompok serta tujuan kelompok secara

    keseluruhan adalah diperlukan untuk interaksi kepemimpinan yang sukses. Ini

    dianggap sebagai sesuatu hal yang penting ketika berasumsi tujuan bersama akan

    tercapai dengan baik ketika semua anggota dalam kelompok memiliki visi dan

    misi yang sama dan berpartisipasi secara aktif dalam mengartikulasikan tujuan

    dan sasaran aktifitas perkembangan kepemimpinan. Reaksi responden terhadap

    kontroversi dengan kesopanan. Menjadi terbuka untuk ide orang lain,

    mengekspresikan kenyamanan dengan keragaman perbedaan, dan konflik. Akan

    tetapi ada sebagian kecil dari responden tersebut tidak mengindikasikan

    penghargaan terhadap orang lain, ketidakinginan mendengarkan perbedaan

    pendapat dari orang lain dan tidak membatasi diri untuk mengkritisi sudut

    pandang dan tindakan orang lain yang jelas bertentangan dengan pendapat mereka

    Ini sudah menggambarkan perkembangan kea rah yang lebih baik dari banyak

    mahasiswa saat ini. Mengambil sekelompok mahasiswa untuk melakukan

    pelayanan masyarakat dan kemudian merefleksikan pengalaman di daerah yang

    sangat berbeda dari pengaturan universitas adalah salah satu contoh dari kegiatan

    yang dapat mendorong keterbukaan terhadap keragaman dan kenyamanan dengan

    konflik selama pembentukan kelompok.

  •  

    33

     

    Social/Community Value

    Persepsi mahasiswa terhadap kewarganegaraan

    Tabel 16

    Kewarganegaraan

    Rangking  keseluruhan  persepsi  mahasiswa  tentang  kepemimpinan  oleh  variabel  KEWARGANEGARAANVariable pertanyaan  ke pertanyaan M SDKEWARGANEGARAAN  (CITIZENSHIP)

    61Saya memiliki kekuatan untuk membuat perbedaan dalam kelompok saya.

    3,71 0,89

    62Saya bersedia melakukan sesuatu demi orang lain

    4,05 0,70

    63Saya berpartisipasi dalam kegiatan yang berguna untuk kebaikan bersama.

    4,22 0,72

    64Saya percaya saya memiliki tanggung jawab terhadap kelompok saya.

    4,30 0,69

    65Saya berikan waktu untuk membuat orang lain berubah.

    4,17 0,77

    66 Saya menghargai kesempatan yang memungkinkan saya untuk berperan aktif pada kelompok saya.

    4,29 0,69

    67Saya percaya saya memiliki tanggung jawab sebagai warga negara untuk masyarakat yang lebih besar.

    4,22 0,78

    68Saya bekerja dengan orang lain untuk membuat kelompok saya menjadi lebih baik

    4,25 0,74

    4,15RATA-‐RATA Sumber : Data Primer yang diolah, 2012

    Dari variabel Kewarganegaraan diatas. mahasiswa setuju dengan

    pernyataan dalam konstruksi ini. Hanya disini ada penurunan sedikit pada

    pernyataan bahwa mereka kurang sepakat memiliki kekuatan untuk membuat

    perbedaan dalam komunitas mereka, tetapi mereka percaya mereka memiliki

    tanggung jawab yang besar terhadap kelompoknya, dan mereka berpartisipasi

    aktif dalam kegiatan yang bekerja menuju kebaikan bersama (Ricketts, Bruce, dan

    Ewing, 2008). Ini menandakan bahwa sedikit sekali dari mereka kurang percaya

    diri bahwa mereka memiliki kekuatan yang dapat membawa perubahan dalam

    kelompok akan tetapi mereka menyadari bahwa untuk menjadi warga negara yang

    baik dibutuhkan usaha untuk berubah ke arah positif demi orang lain dan

    komunitas mereka. Jadi secara garis besar, responden sependapat bahwa

    kewarganegaraan yang baik menyadari bahwa demokrasi yang efektif meliputi

    tanggung jawab individu dan hak individu.

  •  

    34

     

    Secara keseluruhan dari nilai sosial, dapat ditarik kesimpulan,

    kewarganegaraan dan keberanian melalui perubahan, mahasiswa mengatakan

    mereka cenderung terbuka untuk ide-ide baru dan mampu mengidentifikasi

    perubahan secara positif atau negatif, sayangnya mereka kurang nyaman dengan

    menerapkan suatu perubahan. Ketidaknyamanan dengan masa peralihan, frustasi

    dalam melakukan sesuatu dengan cara baru menunjukan bahwa ada sebagian kecil

    dari mahasiswa belum siap keluar dari zona kenyamanan mereka. Tanggung

    jawab kewarganegaraan didasarkan pada proses dimana individu dan kelompok

    secara kolaboratif bertanggung jawab melalui aktifitas perkembangan

    kepemimpinan. Menjadi negara yang baik dibutuhkan usaha unutk berubah kearah

    positif demi orang lain. Dan mahasiswa menunjukan sesuatu yang baik dari hasil

    pernyataan akan nilai kewarganegaraan. Mahasiswa menyadari bahwa adanya

    saling ketergantungan satu sama lain untuk menunjukan perkembangan

    kepemimpinan ke arah yang lebih baik dari yang sebelumnya.

    Persepsi Kepemimpinan Mahasiswa Terhadap Perubahan

    Tabel 17

    Persepsi Kepemimpinan Mahasiswa terhadap Perubahan

    Sumber : Data Primer yang diolah, 2012

  •  

    35

     

    Dari tabel dapat dilihat mahasiswa UKSW yang setuju bahwa dirinya

    memiliki persepsi kepemimpinan yang baik sebesar 60,5%. Sedangkan mayoritas

    responden ditinjau dari dorongan terjadi perubahan, yaitu netral terhadap adanya

    perubahan sebesar 39%. Ini dapat diartikan bahwa walaupun mahasiswa setuju

    dirinya memiliki persepsi kepemimpinan yang baik, belum tentu dirinya

    melakukan perubaha kearah yang lebih baik.

    Hal ini mungkin disebabkan karena mahasiswa UKSW baik dalam

    membuka diri untuk ide-ide baru, pengidentifkasian perbedaan antara perubahan

    positif dan negative (Ricketts, Bruce, dan Ewing, 2008). Selain itu responden juga

    tidak terlalu kesulitan dalam memandang sesuatu, ada semangat untuk melakukan

    sesuatu, dan selalu bekerja dengan baik dilingkungan yang selalu berubah-ubah.

    Akan tetapi, sebagian kecil mahasiswa UKSW kurang nyaman ketika menerapkan

    perubahan itu sendiri. Seperti kurang nyaman dengan adanya perubahan, tidak

    nyaman dengan masa peralihan, dan selalu frustasi dalam melakukan sesuatu

    dengan cara baru. Itu artinya sebagian kecil mahasiswa UKSW tersebut telalu

    nyaman dalam zona aman mereka dan mereka tidak mau terlalu ambil resiko

    untuk menghadapi suatu situasi perubahan yang nantinya akan membawa dampak

    kepada kehidupan mereka.

    Persepsi mahasiswa tentang kepemimpinan dilihat dari hasil studi

    Tabel 18

    Hasil Studi dan Variabel Kepemimpinan.

  •  

    36

     

    Dari tabel dapat dilihat bahwa mayoritas responden memiliki hasil studi

    yang cukup memuaskan dan memuaskan yaitu sebesar 39% dan 39,5%. Ini

    sejalan dengan penelitian Paige Haber (2006) dalam Williams & Winston (1985)

    yang mana hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa yang terlibat dalam

    terorganisir mahasiswa kegiatan atau organisasi memiliki skor yang tinggi pada

    subtasks dari saling ketergantungan dan mengembangkan rencana gaya hidup

    dewasa dibandingkan dengan siswa yang tidak terlibat dalam kegiatan

    kemahasiswaan yang terorganisir atau organisasi.

    Persepsi mahasiswa tentang kepemimpinan dilihat dari keaktifan

    Tabel 19

    Keaktifan dan Variabel Kepemimpinan

    Note: TA (Tidak Aktif), KA (Kurang Aktif), C (Cukup), A (aktif), SA (Sangat Aktif)

    Dari tabel dapat dilihat bahwa mayoritas responden dalam hal keaktifian

    yang cukup aktif yaitu sebesar 48,1% dan mahasiswa yang setuju terhadap

    persepsi kepemimpinan dalam dirinya sebesar 60.5%

    Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Paige Haber (2006) dalam

    Williams & Winston (1985) yang mana hasil penelitian menunjukkan bahwa

    siswa yang terlibat dalam terorganisir mahasiswa kegiatan atau organisasi

    memiliki skor yang tinggi pada subtasks dari saling ketergantungan dan

    mengembangkan rencana gaya hidup dewasa dibandingkan dengan siswa yang

    tidak terlibat dalam kegiatan kemahasiswaan yang terorganisir atau organisasi.

  •  

    37

     

    Persepsi mahasiswa tentang kepemimpinan dilihat dari jenis kelamin

    Tabel 20

    Jenis Kelamin dan Kepemimpinan

    Sumber : Data Primer yang diolah, 2012

    Dari tabel dapat dilihat bahwa mayoritas responden ditinjau dari jenis

    kelamin adalah laki - laki yaitu sebesar 64,3%

    . Hal ini mengindikasikan bahwa terdapat perbedaan pandangan antara

    laki-laki dan perempuan terhadap kepemimpinan . Ini sejalan dengan penelitian

    Eklund-Leen & Young (1997). Analisis lebih lanjut dalam penelitian ini

    menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antara pria dan perempuan untuk

    kampus dan tindakan keterlibatan masyarakat dan juga diperkuat lagi dengan

    penelitian Paige Haber (2006) bahwa adanya perbedaan wanita dibandingkan laki-

    laki. Meskipun efek ukuran kecil, perbedaan ini menyiratkan bahwa siswa

    berbeda dalam pengembangan kepemimpinan mereka berdasarkan gender.

  •  

    38

     

    Persepsi mahasiswa tentang kepemimpinan dilihat dari fakultas

    Tabel 21

    Fakultas dan Kepemimpinan

    Sumber : Data Primer yang diolah, 2012

    Dari tabel dapat dilihat bahwa mayoritas responden ditinjau dari fakultas

    adalah fakultas teknik informatika yaitu sebesar 21%

    Hal ini diduga disebabkan karena dominasi jumlah mahasiswa fakutas

    tersebut paling tinggi diantara fakultas yang lain, sehingga dalam penentuan

    pendistribusian angket, fakultas Teknik Informatika mendapat porsi yang paling

    tinggi.

    KESIMPULAN DAN SARAN

    Kesimpulan

    Berdasarkan analisis hasil penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan

    bahwa secara keseluruhan dari nilai pada tingkat individu, berdasarkan aspek

    kesadaran diri, keserasian, dan komitmen mahasiswa memiliki kualitas personal

    yang baik pada setiap aspek nilai individu. Pada tingkat kelompok berdasarkan

    aspek kolaborasi, tujuan bersama, dan kontrovresi dengan kesopanan, mahasiswa

    memiliki kualitas kepemimpinan kolaboratif yang baik pada setiap aspek nilai

    kelompok. Sedangkan tingkat sosial pada aspek kewarganegaraan mahasiswa

    memiliki kualitas aktifitas perkembangan sosial yang baik.

  •  

    39

     

    Selain itu mahasiswa UKSW cukup aktif dalam mengikuti kegiatan, puas

    dengan hasil studi dan setuju bahwa dirinya memiliki persepsi kepemimpinan

    yang baik, namun sebagian mahasiswa UKSW belum memiliki keberanian dalam

    dirinya untuk melakukan perubahan.

    Keterbatasan Penelitian

    Keterbatasan penelitian ini adalah kuesioner yang pada data demografis

    responden terlalu subjektif. Dalam penelitian ini menggunakan sampel mahasiswa

    dengan kategori angkatan hanya untuk tahun 2007 dan 2008. Peneliti tidak

    menambahkan variabel penelitian lain seperti variabel usia dan variabel etnis

    seperti variabel yang ditemukan pada penelitian sebelumnya.

    Saran

    Adapun saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini antara lain :

    1. Penelitian mendatang diharapkan data demografis responden dalam kuesioner

    bias lebih objektif. Untuk penelitian selanjutnya, peneliti juga berharap untuk

    menambahkan variabel penelitian lain seperti variabel usia dan variabel etnis

    seperti pada penelitian sebelumnya.

    2. Hendaknya mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana dapat lebih berani

    untuk menuju perubahan terhadap persepsi kepemimpinan akan dirinya

    sendiri. Sehingga hal tersebut dapat membantu mahasiswa Universitas

    Kristen Satya Wacana menjadi seorang pemimpin di masa yang akan datang.

    3. Hendaknya Universitas Kristen Satya Wacana maupun fakultas – fakultas

    didalamnya mengembangkan model kepemimpinan yang dapat memberikan

    kesempatan yang lebih besar bagi mahasiswa untuk melakukan perubahan

    terhadap kepemimpinanya.

  •  

    40

     

    DAFTAR PUSTAKA

    Adelman, Marisa., 2007: "Student Involvement And Leadership Development At A Private, Women's Catholic College". A Thesis Submitted to the Graduate College of Bowling Green State University in partial fulfillment of the requirements for the degree of Master Of Arts May 2007

    Andadari, Kities, Roos (2011). Mencari Model Pengembangan Pemimpin Masa

    Depan Untuk Indonesia Universitas Kristen Satya Wacana Astin, H. (July-August 1996). Leadership for social change. About Campus, 1-7. Brungardt, Christie, Ph.D. 2011. Journal of Leadership "The Intersection Between

    Soft Skill Development and Leadership Education" studies at a Midwestern regional university. Volume 10, Issue 1 – Winter 2011

    Binard, K., & Brungardt, C. (1997). Learning leadership: Assessing students at the

    Community College of Denver. Journal of Leadership Studies, 4(4), 128-140.

    Blackwell, C., Cummins, R., Townsend, C. D., & Cummings, S. (2007).

    Assessing perceived student leadership skill development in an academic leadership development program. Journal of Leadership Education, 6(1), 39-58.

    Crawford,C.B., 2000. Effects of transformational leadership and organizational

    position on knowledge management Engbers, T. A. (2006). Student Leadership Program Model Revisited. Journal of

    Leadership Education Daft, R.L.,2002. Leadership Experience Diana Leat. 2005. Theories of Social Change. Januari 2005 D.Y.P. Leung, T. Ha, L. Yeung, 2007."Factor Structure And Reliability Of The

    Socially Responsible Leadership Scale In A Sample Of Hong Kong First Year Undergraduate Students". Undergraduate Programs At A Research Intensive University In Hong Kong

    Dugan, P, John, Ph.D., 2008. The Research Journal of the Association of

    Fraternity Advisors, "Exploring Relationships Between Fraternity And Sorority Membership And Socially Responsible Leadership. (vol.3)

  •  

    41

     

    Dugan, P, John., 2006. Involvement and Leadership: A Descriptive Analysis of Socially Responsible Leadership, Journal of College Student Development - Volume 47, Number 3, May/June 2006, pp. 335-343

    Hakim, A.R. 2010. Pengaruh Kepribadian, Sikap, Dan Kepemimpinan Terhadap

    Kinerja Kreatif Dalam Organisasi (Studi Pada Organisasi Kreatif Di Kota Semarang). skripsi UNDIP 28 Feb 2011

    Higher Education Research Institute (1996). A Social Change Model of

    Leadership Development: Guidebook Version III. Los Angeles: The Regents of the University of California.

    Higher Education Research Institute. (1996). A social change model of leadership development: Guidebook version III. College Park, MD: National Clearinghouse For Leadership Programs.

    Humphreys, Jeanne, Melanie, 2007. Predictors of socially responsible leadership application of the social change model to an eastern european undergraduate population. azusa Pacific University (desertaion)

    Kaufman, K, Erick., Rudd, D, Rick., 2006. Journal of Leadership Education

    "Rural Leadership Development: A Synthesis of Research". rural leadership development was Cambridge Scientific Abstracts (CSA). Volume 5, Issue 3 - Winter 2006

    Mulyadi, Yadi, M.Pd., 2008. Strategi Belajar Di Perguruan Tinggi, Disampaikan

    pada Kegiatan Latihan Dasar Kepemimpinan Mahasiswa (LDKM) Yang Diselenggarakan oleh Association des Etudiants de la Section Française (AESF-Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Prancis). Journal tanggal 25 oktober 2008

    Paige Haber, Master of Arts. 2006. Cocurricular Involvement, Formal Leadership

    Roles, And Leadership Education: Experiences Predicting College Student Socially Responsible Leadership Outcomes. Thesis submitted to the Faculty of the Graduate School of the University of Maryland, College Park in partial fulfillment of the requirements for the degree of Master of Arts 2006

    Prasetio, Hervin., 2011. "Analisis Pengaruh Kepemimpinan Yang Berorientasi

    Perubahan Terhadap Kepuasan Kerja Dan Kinerja Karyawan: Iklim Kerja Sebagai Variabel Mediating" Skripsi UNDIP 18 Feb 2011.

    Rosch, David., Joseph, L, Dana., Newman, Daniel., 2011. Juornal of leadership

    education, "The Overlap Between Emotional Intelligence and Post-

  •  

    42

     

    Industrial Leadership Capacity: A Construct Validity Analysis", University of Illinois at Urbana-Champaign

    Ricketts, C, John., Rick D. Rudd,. 2004. Leadership Development Factors

    Leading to the Success of Former Florida State FFA Officers" Journal of Southern Agricultural Education Research Volume 54, Number 1, 2004

    Ricketts, G, Kristina, Ph.D., 2009. Journal of Leadership Education, "Studying

    Leadership within Successful Rural Communities in a Southeastern State: A Qualitative Analysis. Volume 7, Issue 3 – Winter 2009

    Ricketts, G, Kristina, Ph.D., Bruce, A, Jacklyn, Ph.D., Ewing, C, John. 2008: Journal of Leadership Education "How Today’s Undergraduate Students See Themselves as Tomorrow’s Socially Responsible Leaders. Thesis in a College of Agricultural Sciences in a large land-grant institution. Volume 7, Issue 1 – Summer 2008

    Seemiller, Corey, Ph.D. 2006. Journal of Leadership Education "Impacting Social

    Change Through Service Learning in an Introductory Leadership Course". At the University of Arizona, Volume 5, Issue 2 - Fall 2006

    Tabb, M., & Montesi, C. R. (2000). A model for long-term leadership

    development among groups of diverse persons: The delta emerging leaders program. Journal of the Community Development Society, 31(2), 331-347.

    Tara L. Edberg. 2010. Undergraduate Student Leadership Strategic Plan Task

    Force. University of IOWA Tyree, T. M. (1998). Designing an instrument to measure socially responsible

    leadership using the social change model of leadership development. Unpublished doctoral dissertation, University of Maryland, College Park, MD.

    Utama, Supartha I Made; Suprapti, Sri, Wayan; Ir. Ni Made Wartini dan I Putu

    Widyatmika. 2008. Konsep Pengembangan Panduan Evaluasi Pengembangan Soft skills Mahasiswa Melalui Proses Pembelajaran di Universitas Udayana.

    Wilson, Ned, Gordon., 2010. Student Leadership Development within Student

    Government at Snow College. A DISSERTATION submitted to Oregon State University, 6 june, 2010

    Zakarija, Achmat., 2006: "Efektifitas Pelatihan Pengembangan Kepribadian Dan

    Kepemimpinan Dalammeningkatkan Kepercayaan Diri Mahasiswa Baru Umm Tahun 2005/2006" Journal of HUMANITY, Volume 1 Nomor 2, Maret 2006: 117 -121