Revisi 5 - 2018

73
Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 1 DEPUTI BIDANG TEKNOLOGI INFORMASI ENERGI DAN MATERIAL (TIEM) BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI Revisi 5 - 2018

Transcript of Revisi 5 - 2018

Page 1: Revisi 5 - 2018

RenstraDeputiBidangTIEM2015-2019 Page1

DEPUTI BIDANG TEKNOLOGI INFORMASI ENERGI DAN MATERIAL

(TIEM)

BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI

Revisi 5 - 2018

Page 2: Revisi 5 - 2018
Page 3: Revisi 5 - 2018
Page 4: Revisi 5 - 2018
Page 5: Revisi 5 - 2018

Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 1

KATA PENGANTAR

Deputi bidangBidang Teknologi Informasi Energi dan Material (TIEM) – BPPT

dalam melaksanakan tugasnya, yaitu melakukan kegiatan inovasi dan layanan

teknologi serta pemasyarakatan hasil-hasil teknologi dibidang Informasi, Energi dan

Material, selalu didasarkan kepada sistem perencanaan program dan kegiatan yang

baik dengan cascading dan terstruktur.

Untuk itu, dalam rangka menjalankan tugas pokok tersebut,perlu disusun

sebuah rencana strategis (Renstra) yang merujuk pada Rencana Pembangunan

Jangka Menengah (RPJM) Nasional 2015-2019 dan Rencana Pembangunan

Jangka Panjang (RPJP) 2005-2025, khususnya Rencana Pembangunan Bidang

Iptek serta visi dan misi BPPT maupun deputi bidang TIEM yang telah ditetapkan.

Renstra TIEM 2015 – 2019 Revisi 5, merupakan hasil revisi bulan Maret 2017

disusun untuk dijadikan acuan dalam pelaksanaan program kegiatan TIEM dari

tahun 2017 sampai dengan tahun 2019. Renstra TIEM ini juga mencakup strategi

pelaksanaan yang meliputi sumberdaya manusia, perencanaan anggaran maupun

sarana dan prasarana.

Renstra TIEM ini juga menjadi bagian tak terpisahkan dari pelaksanaan

mekanisme pelaksanaan tata kelola deputi bidang yang transparan dan akuntable.

Semoga dokumen renstra ini dapat bermanfaat dan digunakan sebagaimana

maksud tersebut di atas.

Terima kasih.

Jakarta, Agustus2018

Deputi Kepala BPPT Bidang Teknologi Informasi, Energi dan Material

Prof. Dr. Eniya Listiani Dewi, B.Eng., M.Eng.

Page 6: Revisi 5 - 2018

Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 2

DAFTAR ISI Halaman

KATA PENGANTAR 1

DAFTAR ISI 2

BAB I PENDAHULUAN 4

1.1. Kondisi Umum 4 1.1.1 Kondisi Global 5 1.1.2 Kondisi Nasional 6 1.2. Potensi dan Permasalahan 7 1.2.1. Potensi Internal 7 1.2.2. Potensi Eksternal 8 1.2.3. Permasalahan 9 1.3. Capaian Deputi bidang TIEM 2010-2014 10

BAB II TUJUAN DAN SASARAN PROGRAM 22

2.1 Tujuan Deputi bidang TIEM 23

2.2 Kinerja Utama dan indikator 24

2.3. Indikator Kinerja Program Deputi bidang TIEM 24

2.3.1 Indikator Kinerja Program Bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi 24

2.3.2. Indikator Kinerja Program Bidang Teknologi Elektronika 31

2.3.3 Indikator Kinerja Program Bidang Teknologi Kelistrikan 33

2.3.4 Indikator Kinerja Program Bidang Teknologi Bahan Bakar & Industri Kimia 35

2.3.5 Indikator Kinerja Program Bidang Teknologi Material 40

2.4 Pelayanan Teknologi 45

2.4.1 Bidang TIK 45

2.4.2 Bidang Teknologi Elektronika 45

2.4.3 Bidang Teknologi Energi Kelistrikan 46

2.4.4 Bidang Teknologi Enegi Bahan Bakar dan Industri Kimia 46

2.4.5 Bidang teknologi Material 47

BAB III ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN 48

KERANGKA KELEMBAGAAN

3.1 Arah Kebijakan Strategi BPPT 49

Page 7: Revisi 5 - 2018

Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 3

3.2 Arah Kebijakan dan Stategi Deputi bidang TIEM 51

3.3 Keranagka Regulasi 52

3.4 Kerangka Kelembagaan 53

BAB IV TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN 55

4.1 Target Kinerja 55

4.2 Kerangka Pendanaan 59

BAB V PENUTUP 69

Page 8: Revisi 5 - 2018

Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 4

BAB I

PENDAHULUAN

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun (RPJPN) 2005 –

2025 adalah dokumen perencanaan pembangunan nasional periode 20 (dua puluh)

tahun terhitung sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2025, ditetapkan dengan

maksud memberikan arah sekaligus menjadi acuan bagi seluruh komponen bangsa

(pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha) di dalam mewujudkan cita-cita dan

tujuan nasional sesuai dengan visi, misi, dan arah pembangunan yang disepakati

bersama sehingga seluruh upaya yang dilakukan oleh pelaku pembangunan bersifat

sinergis, koordinatif, dan saling melengkapi satu dengan lainnya di dalam satu pola

sikap dan pola tindak.

Dalam RPJPN 2005 – 2025 disebutkan bahwa persaingan yang makin tinggi

pada masa yang akan datang menuntut peningkatan penguasaan dan pemanfaatan

teknologi ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) dalam rangka menghadapi

perkembangan global menuju ekonomi berbasis pengetahuan. Dalam rangka

meningkatkan kemampuan dan penerapan Iptek nasional, tantangan yang dihadapi

adalah perlu adanya peningkatan kontribusi Iptek untuk memenuhi hajat hidup

bangsa; menciptakan rasa aman; memenuhi kebutuhan kesehatan dasar, energi,

dan pangan; memperkuat sinergi kebijakan Iptek dengan kebijakan sektor lain;

mengembangkan budaya Iptek di kalangan masyarakat; meningkatkan komitmen

bangsa terhadap pengembangan Iptek; mengatasi degradasi fungsi lingkungan;

mengantisipasi dan menanggulangi bencana alam; serta meningkatkan ketersediaan

dan kualitas sumber daya Iptek, baik SDM, sarana dan prasarana, maupun

pembiayaan Iptek.

1.1. Kondisi Umum Kondisi saat ini menunjukkan, bahwa penguasaan dan pemanfaatan teknologi

mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.Berbagai hasil penelitian, kerekayasaan

dan pengembangan teknologi telah dimanfaatkan oleh kelompok industri dan

masyarakat.Meskipun demikian, kemampuan teknologi secara nasional dalam

Page 9: Revisi 5 - 2018

Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 5

penguasaan dan penerapan teknologi dinilai masih belum memadai untuk

meningkatkan daya saing bangsa. Hal ini antara lain ditunjukkan oleh masih

rendahnya sumbangan teknologi terhadap sektor produksi nasional, belum

efektifnya mekanisme intermediasi, lemahnya sinergi kebijakan, belum

berkembangnya budaya Iptek di masyarakat, dan terbatasnya sumber daya Iptek.

Dengan adanya perkembangan global, regional dan nasional di bidang

teknologi dan adanya tuntutan reformasi birokrasi tatakelola pemerintahan maka

BPPT telah melakukan reorganisasi/restrukturisasi. Sebagai konsekuensinyamaka

perlu dilakukan penyesuaian perencanaan strategis.

1.1.1 Kondisi Global Kondisi geoekonomi global saat ini dan ke depan akan merupakan tantangan

sekaligus peluang bagi perekonomian Indonesia dalam lima tahun ke depan.

Tantangan dan peluang terkait dengan peningkatan kapasitas inovasi dan teknologi

antara lain adalah:

· Pusat ekonomi dunia ke depan diperkirakan akan bergeser terutama dari

kawasan Eropa-Amerika ke kawasan Asia Pasifik.

· Harga komoditas secara umum diperkirakan menurun, namun harga produk

manufaktur dalam tren meningkat.

· Implementasi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 yang akan dimulai

tanggal 31 Desember 2015.

Kebijakan di bidang ekonomi perlu diarahkan untuk meningkatkan stabilitas

dan pertumbuhan ekonomi dengan titik berat pada transformasi industri yang

berkelanjutan, sehingga perekonomian Indonesia akan berbasis kepada nilai tambah

ekonomi yang lebih tinggi. Perkiraan pelemahan harga komoditas di pasar

internasional menjadi tantangan penting bagi Indonesia untuk segera menggeser

struktur ekspor Indonesia ke arah produk manufaktur. Sementara itu, peningkatan

jaringan rantai suplai global dan regional pun perlu dimanfaatkan oleh Indonesia

melalui kebijakan kondusif, yang dapat membuka peluang yang lebih besar bagi

pengusaha domestik termasuk usaha kecil dan menengah untuk berpartisipasi dan

menjadi bagian dalam rantai suplai internasional.

Page 10: Revisi 5 - 2018

Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 6

Peningkatan daya saing perekonomian Indonesia menjadi hal utama yang

perlu menjadi perhatian. Titik berat peningkatan daya saing perekonomian perlu

diarahkan

pada peningkatan infrastruktur dan ketersediaan energi, peningkatan iklim investasi

dan iklim usaha, serta tata kelola birokrasi yang lebih efiisien. Peningkatan daya

saing perekonomian ini perlu didukung oleh kebijakan pemerintah daerah yang

kondusif, yang tidak menciptakan rente ekonomi maupun ekonomi biaya tinggi.

Peningkataninfrastruktur akan dititikberatkan pada upaya untuk meningkatkan

konektivitas nasional,sehingga integrasi domestik ini akan meningkatkan efisiensi

ekonomi dan kelancaran arus barang dan jasa antar wilayah di Indonesia.

1.1.2 Kondisi Nasional Dalam menghadapi kondisi lingkungan strategis dan berbagai tantangan

tersebut di atas, Indonesia saat ini masih mengadapi berbagai kendala. Posisi daya

saing Indonesia jika diukur dengan indeks daya saing global (Global

Competitiveness Index –GCI) berdasarkan laporan World Economic Forum pada

tahun 2014-2015 meningkat dari peringkat 54 pada tahun 2009-2010 menjadi

peringkat 34 pada tahun 2014-2015. Tetapi peringkat daya saing ini lebih rendah

dibandingkan Malaysia (20), Thailand (31), Brunei Darussalam (26) dan lebih tinggi

dibandingkan Vietnam (68), Filipina (52), Kamboja (95) dan Timor-Leste (136).

Peningkatan daya saing tersebut merupakan resultan dari kinerja berbagai

pilar yang menjadi penopangnya, yang meliputi 12 pilar, yaitu: Institusi,

Infrastruktur,Lingkungan Ekonomi Makro, Kesehatan dan Pendidikan Dasar,

Pendidikan Tinggi dan Pelatihan, Efisiensi Pasar Barang, Efisiensi Pasar Tenaga

Kerja, Pasar Finansial, Kesiapan Teknologis, Ukuran Pasar, Kecanggihan Bisnis,

dan Inovasi.

Diantara pilar-pilar daya saing tersebut, terdapat tiga (3) pilar yang berkaitan

langsung dengan daya dukung teknologi, yaitu:

1). Kesiapan Teknologi dengan indikator: Keberadaan Teknologi Terbaru,

Tingkat Dayaserap Teknologi Perusahaan, PMA dan Transfer Teknologi,

Pengguna Internet, Pita Lebar Internet, Pelanggan Telpon Gerak/100

Penduduk;

2) . Kecanggihan Bisnis dengan indikator: Kuantitas Pemasok Lokal, Kualitas

PemasokLokal, Pengembangan Klaster Negara, Sifat Keunggulan Kompetitif,

Page 11: Revisi 5 - 2018

Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 7

Kepanjangan Rantai Nilai, Pengendalian Distribusi Internasional,

Kecanggihan Proses Produksi, Keluasan Pemasaran, Kesediaan Untuk

Mendelegasikan Wewenang); dan

3) Inovasi dengan indikator: Kapasitas Inovasi, Kualitas Lembaga Penelitian

Ilmiah,Belanja Litbang Perusahaan, Kolaborasi Litbang Universitas-Industri,

PengadaanPemerintah untuk Produk Teknologi Maju, Ketersediaan Ilmuwan

dan Insinyur, Utilitas Paten Per Sejuta Penduduk.

Dari 12 pilar daya saing tersebut, pilar Kesiapan Teknologi, Efisiensi Pasar

TenagaKerja dan pilar Inovasi merupakan pilar dengan nilai terendah (nilai Kesiapan

Teknologi 3,6, Efisiensi Pasar Tenaga Kerja 3,8 sedangkan Inovasi 3,9 dari skala 1-

7) dibandingkandengan sembilan pilar lainnya. Hal inimencerminkan bahwa iptek

belum berperan secara signifikan dalam meningkatkan dayasaing Indonesia.

Kemampuan teknologi secara nasional dalam penguasaan dan penerapan teknologi

dinilai masih belum memadai untuk meningkatkan daya saing bangsa.Hal ini telah

mengakibatkan ongkos untuk menghasilkan suatu produk menjadi mahal, serta

kualitas barang serta inovasi produk yang dihasilkan sangat terbatas sehingga daya

saing usaha tidak seperti yang diharapkan.

1.2. Potensi dan Permasalahan

Analisis potensi dan permasalahan di lingkungan TIEM dilakukan dengan

melakukan identifikasi dan analisis lingkungan berpengaruh baik dari lingkungan

internal maupun eksternal sebagai dasar untuk melakukan perencanaan strategis.

1.2.1. Potensi Internal

Sesuai dengan hasil reorganisasi, Deputi bidangTIEM tetap dipimpin oleh

deputi kepala setingkat eselon I, yang berada dan bertanggung jawab langsung

kepada Kepala BPPT. Struktur organisasi deputi bidang TIEM yang baru terdiri dari

dari 5 unit kerja setingkat eselon II yang terdiri dari Pusat Teknologi Informasi dan

Komunikasi (PTIK), Pusat Teknologi Elektronika (PTE), Pusat Teknologi

Sumberdaya Energi dan Industri Kimia (PTSEIK), Balai Besar Teknologi Konversi

Page 12: Revisi 5 - 2018

Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 8

Energi (B2TKE), dan Pusat Teknologi Material (PTM). Untuk unit kerja setingkat

eselon III terdiri dari Balai Jaringan Informasi dan Komunikasi (BJIK), Balai

Teknologi Bahan Bakar dan Rekayasa Disain (BTBRD), dan Balai Teknologi Polimer

(BTP). Masing-masing pusat dan balai mempunyai tugas, fungsi dan kedudukannya

bersinergi menjalankan misi BPPT yang terkait dengan tugas dan fungsi deputi

bidang TIEM.

1.2.2. Potensi Eksternal Faktor-faktor eksternal yang bisa dianggap menguntungkan dan dapat

menjadikan peluang adalah :

• Sudah dimulainya upaya-upaya penguasaan dan pengembangan teknologi

informasi dan komunikasi, energi kelistrikan, bahan bakar dan teknologi

material untuk peningkatan kemampuan daya saing industri nasional.

• Adanya komitmen pemerintah untuk melakukan pengembangan energi baru

terbarukan, program konservasi energi dan pengembangan material maju.

• Terbukanya pasar bagi pemanfaatan sumber daya alam nabati, sebagai

implementasi peraturan pemerintah 28/2008 tentang kebijakan industri

nasional dengan adanya mandatori pembatasan ekspor bahan mentah, serta

upaya penyerapan sumber nabati mentah sebagai bahan baku industri

terbarukan.

• Komitmen pemerintah dalam penggunaan bahan nabati sebagai bahan bakar

nabati (BBN) dengan diberikannya subsidi untuk pemakaian BBN.

• Adanya mandatori presiden dalam upaya memenuhi kebutuhan energi di

Indonesia dalam jangka panjang, dengan ditetapkann Perpres No. 5 Tahun

2006 tentang Kebijakan Energi Nasional, yang berisi mandat pemenuhan

kebutuhan energi berdasarkan potensi sumberdaya energi di Indonesia,

dengan memberikan target peningkatan penggunaan energi baru (batubara,

gas alam) dan energi terbarukan (panas bumi, biofuel/bahan bakar nabati,

angin, surya dll) dari 45.6 % (2003) menjadi lebih dari 80 % (2025) dan target

penurunan minyak bumi 41,7 % (2003) menjadi kurang dari 20 % (2025).

• Potensi pasar/ pelanggan yang masih terbuka baik di dalam negeri maupun di

luar negeri dalam pemanfaatan bahan polimer untuk high value, tenaga

Page 13: Revisi 5 - 2018

Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 9

konsultan dalam penyusunan regulasi terkait aplikasi polimer di bidang

pangan dan medis.

1.2.3. Permasalahan a. Permasalahan Internal

• Sumberdaya manusia (SDM) yang berstatus sebagai PNS jumlahnya masih

sangat terbatas dimana kompetensi manajerial dan perilaku SDM masih

lemah.

• Masih rendahnya insentif bagi pegawai dibanding beban kerjanya dan

terbatasnya dana pengembangan/ investasi bagi keperluan pengembangan

teknologi baik hardware dan software serta infrastruktur pendukungnya.

• Lokasi deputi bidang TIEM sebagian besar adalah di kawasan PUSPITEK

Serpong yang jauh dari pusat bisnis dan pusat pemerintahan; sehingga

memakan waktu jika mau menjalin kerjasana dengan pihak di pusat Jakarta.

• Peralatan laboratorium sebagian sudah tua dan masih perlu dilengkapi.

b. Permasalahan Eksternal

• Produktivitas intelektual yang sangat rendah, daya saing industri berbasis TIK

yang masih rendah, kesenjangan digital hingga pelanggaran hukum berkaitan

dengan HKI bidang TIK adalah di antara persoalan/tantangan serius bidang

TIK.

• Penggunaan energi terbarukan masih sangat rendah, yakni hanya sekitar 3 %

dari energi final total yang disebabkan antara lain masih diberikannya subsidi

untuk sumber energi fosil seperti BBM. Agar pemanfaatan sumber energi

terbarukan dapat lebih cepat diperlukan keberpihakan dari pemerintah, baik

dalam bentuk dukungan pendanaan maupun kebijakan khusus. Namun

demikian, penguasaan teknologi juga penting dan menjadi syarat utama

dalam rangka peningkatan kemandirian bangsa dan daya saing industri.

Untuk mendorong percepatan penguasaan teknologi energi baik dari segi

Page 14: Revisi 5 - 2018

Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 10

bahan bakar maupun kelistrikan perlu juga didukung oleh kegiatan penelitian

dan perekayasaan.

• Iklim politik yang kurang mendukung kegiatan inovasi teknologi terutama

teknologi di hulu seperti teknologi material juga menjadi permasalahan utama

di bidang pengembangan material bahan baku.

1.3. Capaian Deputi bidang TIEM 2010 dan 2014 Kondisi saat ini menunjukkan, bahwa penguasaan dan pemanfaatan teknologi

mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.Berbagai hasil penelitian, kerekayasaan

dan pengembangan teknologi telah dimanfaatkan oleh kelompok industri dan

masyarakat. Beberapa capaian BPPT selama periode 2010-2014 antara lain :

BIDANG TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI: E-Service (E-KTP; E-voting; E-government)

Penyelenggaraan sistem elektronik untuk E-Services saat ini sangat

dibutuhkan, sebagai salah satu upaya optimalisasi pemanfaatan KTP Elektronik

yang telah menjadi program nasional sejak tahun 2009, dimana NIK (nomor induk

kependudukan) yang unik merupakan basis utama penyaluran layanan pemerintah

dan dunia usaha kepada masyarakat serta pengembangan demokrasi. Selain itu

KTP elektronik digunakan dalam otentikasi pada pemilihan mengunakan peralatan

elektronik.Pada akhirnya produk perangkat pembaca dan perangkat pemilu

elektronik diproduksi oleh industri dalam negeri sehingga meningkatkan produktivitas

industri nasional.

Perisalah

Perisalah adalah sistem pembuat risalah dan resume

pertemuanmenggunakan teknologi pengenal wicara (speech recognition) dan

peringkasdokumen (document summarization) dengan bahasa Indonesia.

Perisalahmerekam suara percakapan manusia dan mengubahnya langsung

menjaditeks secara real time, runut sesuai jam, menit dan detiknya.

Multimedia Digital Network (MDN)

Page 15: Revisi 5 - 2018

Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 11

Kegiatan MDN mewadahi beberapa aktifitas terutama dalam hal

penyelenggaraan siaran TV Digital.Dimulai tahun 2010, BPPT telah melakukan

penelitian dan pengembangan Sistem Peringatan Dini (Early Warning Systems –

EWS) pada siaran TV Digital di Indonesia. Dan atas usulan BPPT, Kementrian

Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia telah menerbitkan Keputusan

Menteri yang mengatur tentang kewajiban industri perangkat penerima siaran TV

digital (Set Top Box - STB maupun pesawat televisi digital) yang akan dijual di

Indonesia, diharuskan mempiliki fitur EWS. Untuk menjamin kualitas dari EWS,

maka BPPT menjadi salah satu institusi yang berhak melakukan pengujian terhadap

fitur ini.

Automatic Dependent Surveillance – Broadcast (ADS-B) Tujuan program adalah menjaga kedaulatan atas ruang udara Indonesia

dengan menyiapkan implementasi teknologi CNS/ATM yang dibutuhkan untuk

peningkatan kualitas layanan bagi penerbangan sipil dengan meningkatkan

keselamatan dan efisiensi penggunaan ruang udara untuk penerbangan domestik

maupun internasional serta peningkatan partisipasi berbagai institusi pemerintah,

BUMN dan industri swasta nasional. Program yang telah dilaksanakan

adalahPenyempurnaan platform pengujian teknologi baru CNS/ATM dengan fokus

pada sub-sistem ADS-B Receiver, ADS-B data processor dan Radar display (HMI).

Pengembangan, pengujian dan pemanfaatan ”Sistem Pemantauan

Penerbangan Berbasis ADS-B” di Bandara Ahmad Yani Semarang dan Bandara

Husein Sastranegara Bandung. Hasil program sampaidengan 2014 adalah berupa

Rekomendasi Pengembangan dan Pengujian Prototipe Sistem Pemantauan

Penerbangan Berbasis ADS-B di Bandara Ahmad Yani Semarang dan Bandara

Husein Sastranegara Bandung. Dan Rekomendasi Pengembangan Prototipe ADS-

B Receiver berstandar RCTA DO-260A yang siap dikembangkan oleh Industri

nasional.Dua (2) rekomendasi BPPT ini disampaikan kepada Dirjen Perhubungan

Udara, Kementerian Perhubungan dan Perum LPPNPI (Lembaga Penyelenggara

Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia).

Page 16: Revisi 5 - 2018

Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 12

BIDANG ENERGI KELISTRIKAN: Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Skala Kecil

Kegiatan ini difokuskan pada pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga

Panas Bumi (PLTP) skala kecil hingga kapasitas 3 MW dengan menerapkan

teknologi condensing turbine and binary cycle melalui kerjasama dengan industri

manufaktur dalam negeri seperti PT. Nusantara Turbin dan Propulsi (manufaktur

turbin), PT. Pindad (generator), PT. Boma Bisma Indra (condenser, demister, jet

ejector), dan lain-lain dengan target meningkatkan tingkat komponen dalam negeri

(TKDN) secara maksimal.

Pilot plant PLTP condensing turbine dengan kapasitas 3 MW telah dibangun

di lapangan panas bumi Kamojang, Jawa Barat, melalui kerjasama dengan PT.

Pertamina Geothermal Energy (suplai uap panas bumi) dan Balai Besar Konservasi

Sumber Daya Alam Jawa Barat (menyediakan lahan), serta PT. PLN (penyaluran

listrik).Pilot plant PLTP binary cycle dengan kapasitas 100 kW dibangun di lapangan

panas bumi Wayang Windu, Jawa Barat, melalui kerjasama dengan Star Energy

Geothermal Ltd. (menyediakan brine dan lahan). Pada Tahun 2012 telah diselesaikan: Prototip Komponen Turbin PLTP 5MW,

Pilot Plant PLTP Binary Cycle 100 KW. Sedangkan dalam Tahun 2013

dilaksanakan: Pengujian Kinerja PLTP 3 MW, Pengujian Pilot Plant PLTP Binary

Cycle 100 KW, dan Pilot Plant PLTP Binary Cycle.

Audit Energi di Industri Pada kegiatan ini terdapat dua sub kegiatan yaitu perekayasaan peralatan

hemat energi dan penerapan manajemen energi. Salah satu output dari kegiatan ini

adalah rekomendasi teknologi salah satunya teknologi kogenerasi. Penerapan

teknologi kogenerasi yang direkomendasikan oleh Balai Besar Teknologi Energi-

BPPT telah diterapkan di PT. Semen Padang dimana salah satunya adalah

penerapan Waste Heat Recovery Boiler yakni pemanfaatan gas panas buang dari

Kiln sebagai pembangkit tenaga listrik. Proyek tersebut pada perkembangannya

dilakukan bekerjasama dengan NEDO - Jepang dan selesai pada tahun 2011 yang

menghasilkan penghematan di bidang energi listrik sebesar ± Rp. 30 Milyar/ Tahun.

Dalam hal penerapan manajemen energi, pada tahun 2014 telah dipasang

prototipe Sistem Informasi Managemen Energi (SIME) yang di terapkan di Gedung

Page 17: Revisi 5 - 2018

Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 13

B2TKE, BPPT gedung 620 Kawasan Puspiptek Serpong. Dengan adanya prototipe

ini, maka kegiatan ini telah membantu pemerintah dalam program penerapan

teknologi efisiensi energi khususnya program konservasi energi.

Pelaksanaan audit energi di Indonesia telah diatur dalam Peraturan

Pemerintah (PP) No.79 tahun 2009 dan Peraturan Menteri (PerMen) ESDM No 14

tahun 2012 yang menyatakan bahwa pengguna energi sebesar 6000 TOE atau lebih

wajib melakukan audit energi secara berkala. Audit energi dilakukan untuk

mendapatkan gambaran secara menyeluruh mengenai pemakaian energi di

organisasi/perusahaan dengan tujuan untuk membantu meningkatkan efisiensi

penggunaan energi melalui identifikasi sumber pemborosan energi dan memberikan

rekomendasi langkah-langkah penghematan energi. Tahapan proses audit energi

adalah meliputi kegiatan;

a) Survey

b) Pengukuran/audit di lapangan

c) Analisis data

d) Identifikasi peluang penghematan energi

e) Penyusunan rekomendasi penghematan energi (No Cost, Low Cost,

Medium/High Cost Investment)

f) Penyusunan laporan

Kegiatan audit energi di industri ini difokuskan pada salah satu industri padat

energi seperti Industri Kimia, Industri Baja, Industri Manufaktur, Industri Pulp dan

Paper, Agro Industri dan industri tekstile.Hasil kegiatan ini berupa rekomendasi

langkah-langkah penghematan energi yang dapat diimplementasikan oleh industri

mitra dan penyusunan benchmarking intensitas konsumsi energi di industri sebagai

referensi nasional.

Smart Micro Grid

Menurut Badan Energi Amerika Serikat, “smart grid” merupakan kelas

teknologi yang digunakan untuk sistem pengantar listrik di abad 21, menggunakan

pengendali berbasis komputer dan mesin. Teknologi ini menghubungkan

pembangkit-pembangkit dari berbagai macam kepada konsumen baik rumah atau

Page 18: Revisi 5 - 2018

Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 14

bisnis. Teknologi berbasis komunikasi dua arah ini sudah dipakai di industri lain,

namun baru menjelang abad 21 ini diterapkan di industri perlistrikan.

Indonesia mulai menerapkan teknologi pembangkit smart grid yang

merupakan teknologi mengoperasikan sistem tenaga listrik dengan

mengombinasikan teknologi komputer, komunikasi dan jaringan. Untuk Indonesia,

teknologi ini pertama kali diterapkan di Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur

Jadi saat ini, smart grid di Indonesia sudah masuk tahap pembuatan

kebijakan. Diharapkan ke depannya, Indonesia sudah menjadi salah satu negera

yang mengimplementasikan smart grid secara keseluruhan. Contoh

penerapan smart grid di Indonesia adalah pembangunan ‘Plant Smart Micro Grid’ di

Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur oleh BPPT (Badan Pengkajian dan

Penerapan Teknologi) (sumber: teknologi.news.viva.co.id). Smart MicroGrid yang

dikembangkan oleh BPPT ini menggabungkan antara dua PLTD dan satu PLTMH

dan dikontrol oleh sebuah server pengatur. Ke depannya, Indonesia akan terus

mengembangkan smart micro grid dan saling terhubung satu dengan lainnya.

Keuntungan teknologi smart grid tidak hanya di sisi pelanggan saja, tetap juga di

pembangkit listrik. Dengan sistem smart grid, kerja pembangkit akan disesuaikan

dengan beban puncak listrik dan apabila melebihi kapasitas, pembangkit listrik akan

dibantu oleh pembangkit listrik yang lain. Contohnya adalah ketika sedang beban

puncak, suatu PLTA yang mengalami kelebihan beban akan dibantu oleh

Pembangkit Listrik Tenaga Angin. Walaupun turbin angin tidak menghasilkan energi

listrik secara terus menerus, tetapi cukup membantu saat kondisi beban puncak..

Teknologi ini membantu mengurangi beban produksi pembangkit dalam pemenuhan

kebutuhan pasokan listrik konsumen. Selain itu, teknologi smart grid juga

menawarkan solusi perawatan yang lebih intensif untuk mesin-mesin turbin

pembangkit listrik tanpa harus terjadinya pemadaman bergilir. Berbicara masalah

pemadaman bergilir, teknologi smart grid mampu mengantisipasi masalah itu

dengan pengaturan transmisi listrik yang efisien. Nantinya masalah-masalah yang

biasanya diakibatkan dari sisi produsen atau penyedia energi listrik menjadi

seminimal mungkin.

Dari sisi pelanggan, teknologi smart grid menawarkan penghematan energi yang

dikonsumsi. Contohnya adalah lampu ‘smart’ yang bisa menyesuaikan kebutuhan

pencahayaan sesuai dengan kondisi ruangan. Ada juga pengkondisi udara pintar

Page 19: Revisi 5 - 2018

Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 15

atau Smart Air Conditionerdimana AC ini memiliki sensor yang akan menyesuaikan

dengan jumlah orang dalam ruangan. Dengan teknologi ini, jumlah pengeluaran

energi di pelanggan dapat ditekan dan tentu saja mengurangi biaya pemaikan

energi listrik. Tidak hanya di sektor pelanggan rumahan saja, sekarang dapat kita

lihat di pusat-pusat perbelanjaan sudah menggunakan eskalator atau tangga

berjalan yang bisa menyesuaikan dengan penggunanya. Ketika tidak ada yang

menggunakan, eskalator akan berjalan lambat cenderung mati dan ketika ada yang

menggunakan akan berjalan seperti biasa. Jadi, smart grid ini menawarkan

penghematan di kedua sisi, yaitu penyedia energi listrik dan pengguna energi listrik.

Mengingat energy yang berasal dari fosil (BBM) akan habis di tahun 2025.

Sudah saatnya Indonesia mengembangkan energi terbarukan seperti menggunakan

tenaga surya / matahari, air dan angin.

Pada tahun 2010-2014, kegiatan Smart Grid difokuskan pada pembangunan

pilot plant smart grid. Pada tahun 2014 telah terbangun pilot plant smart Grid

kapasitas 500 kW di Sumba.Pada tahun 2016 hingga tahun 2019, smart grid akan

difokuskan pada smart gridfor smart city.

Smart Charging Station untuk Mobil Listrik

Mobil listrik telah menjadi program nasional Indonesia di pemerintahan Jokowi

– JK 2015-2019. Pada tahun 2015 telah dilakukan kajian yang focus pada baterai

mobil listrik. Baterai merupakan komponen utama untuk mensukseskan

pengembangan mobil listrik nasional. Di masa lalu mobil listrik menggunakan baterai

jenis lead-acid yang mempunyai densitas rendah (± 30 Wh/kg) sehingga diperlukan

jumlah baterai yang banyak. Hal ini mengakibatkan berat kendaraan menjadi

meningkat yang berimbas pada jangkauan jarak tempuh yang relative dekat.

Kegiatan perekayasaan teknologi baterai pada tahun 2015 ini meliputi kajian tentang

baterai lithium dan sistem pengisian baterai untuk mobil listrik.Metode penelitian

meliputi survey, disain dan pengujian. Survey untuk mendapatkan data teknologi

baterai, mobil listrik, dan battery charging. Disain difokuskan pada kapasitas baterai

mobil listrik dan battery charging. Pengujian baterai lithium mengacu pada standard

SNI 04-6392-2000 dan IEC 62660-1:2010.

Page 20: Revisi 5 - 2018

Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 16

Hasil kajian pada tahun 2015 menunjukkan bahwa sistem pengisian baterai

mobil listrik menggunakan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) hybrid dengan

jaringan listrik PLN sebagai energi cadangan, cocok dengan kondisi geografi

Indonesia dan menunjang program mobil listrik nasional. Sementara itu,

penggunaan dan pengujian baterai lithium secara signifikan dapat meningkatkan

kinerja mobil listrik.

Kawasan Baron Technopark (BTP)

Pada tahap awal pengembangan“Baron Teknopark”, BPPT mendapatkan

dana hibah dari NORAD-Norwegia sebesar USD 1.180.000. Dana tersebut

dipergunakan untuk membangun gedung kontrol kelistrikan dan gedung pabrik

pengolah minyak nabati. Selain itu, dana tersebut juga digunakan untuk pengadaan

peralatan Pembangkit Listrik Tenaga Hybrida (PLTH), yang terdiri atas PLT Surya

36kWp, PLT Bayu (5kW, dan 10 kW) dengan back-up PLT Diesel berbahan bakar

biofuel 25kVA dan pabrik pengolah minyak nabati dengan kapasitas 150kg/ batch.

Selain itu, BPPT juga telah melengkapi kawasan tersebut dengan peralatan

desalinasi air laut kapasitas 10 ton/ hari dan Ice maker serta cold storage.dengan

kapasitas masing-masing864 liter/hari dan Kapasitas cold storage : 24 balok dan

Shelter Cold storage. di latar belakang gedung pabrik Biofuel

Beberapa aktifitas juga telah dilaksanakan, diantaranya adalah sosialisasi

IPTEK untuk anak sekolah dan melakukan kerjasama riset dengan Mitsubishi

Research Institute–Jepang (MRI). Dalam kerjasama riset tersebut, MRI telah

menghibahkan satu unit turbin angin berkecepatan rendah “Tomono Kaze” 4kW.

Baron Technopark juga telah banyak mendapatkan kunjungan diantaranya

Departemen Fisika IPB (Bogor), Jurusan Teknik Elektro UNJ (Jakarta), Jurusan T.

Elektro Universitas Semarang, Universitas Islam Negeri Malang, SMK Negeri 26

Jakarta, SMP Al Azhar Jogja, Kementerian Transmigrasi, ESDM dan beberapa

Pemda, LSM serta Lembaga riset asing.

Page 21: Revisi 5 - 2018

Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 17

BIDANG BAHAN BAKAR: Penerapan Pure Plant Oil (PPO) sebagai Bahan Bakar Subtitusi Solar.

Penerapan PPO untuk pembangkit listrik juga telah menjadi keluaran deputi

bidang TIEM yaitu diterapkannya subtitusi bahan bakar solar menggunakan bahan

bakar PPO untuk pembangkit listrik. Untuk penerapan pada gas turbin juga telah

dilakukan diPLN Sumatra Barat.

Up-grading Batubara Untuk PLTU Untuk bidang energi fosil pengujian coal up-grading dari berbagai

sumberbatubara telah dilakukan dalam rangka pengujian dan teknology clearing

house, sehingga sudah mempunyai modal kuat untuk melakukan implementasi di

masa mendatang. Program ini juga telah bekerjasama dengan mitra industri dalam

degeri dan luar negeri.Demikian juga tentang penerapan teknologi gasifikasi untuk

pembangkit listrik telah dilakukan piloting dan pengujian. Disamping itu juga telah

dilakukan prototiping untuk tar upgrading yaitu pengolah limbah tar (produk

gasifikasi) menjadi minyak setara dengan kerosin.

Biogas Bahan bakar biogas merupakan bahan bakar yang diperoleh dengan

teknologi yang relative sederhana dan telah diterapkan sebagai suatu percontohandi

Propinsi Lampung.

Biodiesel

Biodiesel adalah bahan bakar terbarukan pengganti minyak solar/diesel yang

dibuat dari minyak nabati atau lemak hewani. Biodiesel generasi pertama dibuat

melalui proses transesterifikasi/esterifikasi. Sampai dengan saat ini, BPPT telah

mengembangkan proses produksi biodiesel generasi pertama dan membangun

setidaknya 12 pabrik biodiesel di seluruh Indonesia. Berbagai inovasi produksi

biodiesel terus dilakukan, diantaranya inovasi untuk pemurnian biodiesel melalui

proses pencucian kering dengan menggunakan sistem yang sederhana dan biaya

operasi yang rendah. Pabrik Biodiesel yang dikembangkan BPPT ini, didisain

mampu mengolah minyak dengan kandungan lemak jenuh bebas kurang dari 4%,

dengan kapasitas 3 ton per hari yang. Proses komisioning sudah dilaksanakan untuk

menguji kinerja baik proses maupun peralatan dengan spesifikasi biodiesel yang

Page 22: Revisi 5 - 2018

Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 18

diproduksi sudah memenuhi target SNI 7182:2012.BPPT juga berperan aktif

mendukung program pemerintah untuk mendorong pemakaian campuran biodiesel

ke dalam minyak solar sampai dengan 20% (B-20), melalui uji jalan dan sosialisasi

pemanfaatan B-20 di seluruh Indonesia bekerjasama dengan Kementerian ESDM.

BIDANG TEKNOLOGI MATERIAL: Teknologi Implant untuk Alat Kesehatan.

Implan stainless steel 316L dikembangkan untuk menjawab kebutuhan implan

generik murah dan berkualitas dalam rangka mendukung program BPJS Kesehatan.

Implan stainless steel 316L dibuat melibatkan industri pengecoran lokal

menggunakan bahan baku feronikel produk nasional (PT. Aneka Tambang).

Penguatan teknologi produksi material meliputi pemurnian, pemaduan stainless steel

316L di dapur induksi berbasis bahan baku feronikel lokal serta pembuatan implan

menggunakan teknologi investment casting. Penguatan proses produksi dilakukan

dengan teknologi pengecoran investment casting dalam meningkatkan kapasitas

produksi implan dengan geometri produk yang presisi. Teknologi investment casting

sebagai teknologi produksi masal masih bisa dioptimasikan melalui pemilihan

casting lay-out, disamping peningkatan mutu kualitas produk cor. Hasil inovasi

dalam skala laboratorium ini untuk selanjutnya perlu ditingkatkan dalam skala

produksi untuk mendapatkan outcome dan impak dari kegiatan.

Pengolahan Karet Alam BPPT melalui program “Revitalisasi Sarana Produksi Kompon dan Vulkanisir

Ban” berupaya mendorong peningkatan penggunaan karet sebagai bahan baku

industri hilir dengan melakukan peranmemperbaiki teknologi yang ada melalui

peningkatan efisiensi proses dan tingkat keamanan (safety level) terhadap sarana

produksi. Program ini telah memberikan impact berupa kemampuan mengolah

bahan karet menjadi bahan baku kompon dan vulcanisir bahkan sampai produk hilir

karet sehingga mempunyai nilai tambah yang tinggi.Keluaran dari kegiatan ini

adalah beroperasinya sarana produksi kompon karet yang menggunakan bahan

baku karet alam lokal sebagai bahan baku industri karet. Industri hilir karet yang

akan didukung oleh sarana produksi ini antara lain industri komponen otomotif dan

vulkanisir ban. Dengan adanya pasokan kompon karet yang diproduksi secara lokal,

Page 23: Revisi 5 - 2018

Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 19

diharapkan akan tumbuh industri barang jadi karet lokal. Untuk jangka panjang,

inovasi pengolahan karet mentah sebagai barang baku industri hilir, termasuk

barang jadi karet, perlu dilakukan lebih banyak lagi agar semakin mendorong

terjadinya hilirisasi penyerapan karet alam di industri.

Rumah Komposite /Rumah Polimer Ringan Tanggap Darurat

Rumah tinggal adalah kebutuhan dasar rakyat merupakan salah satu

indikator kesejahteraan yang diperlukan untuk menggerakkan ekonomi. Perhatian

khusus diberikanterutama untuk daerah bencana alam dan daerah yang sebagian

besar penduduknyamemiliki kemampuan ekonomi yang lemah, misalnya daerah

terpencil dan daerah pesisir. Sebagai sebuah inovasi penyediaan sarana tempat

tinggal secara cepat, mudah didistribusikan, dibangun, serta tahan korosi dan

gempa, maka BPPT telah mengembangkan sebuah rancang bangun rumah polimer

tanggap darurat yang memiliki konsep ringan dan knock down menggunakan

perpaduan komponen komposit sintetis dan bahan alam. Inovasi ini diharapkan

dapat mengurangi kendala konektivitas di remote areaakibat keterbatasan dan

mahalnya sistem transportasi apalagi ketika infrastruktur jalan dan jembatan rusak

akibat bencana sehingga menyulitkan pengiriman bahan bangunan. Prototip

rancangan rumah tinggal ini merupakan solusi teknologi. Kedepan, solusi teknologi

ini akan lebih dipacu untuk industrialisasinya sehingga memberikan kontribusi bagi

penyediaan kebutuhan rumah tinggal dan pemukiman.

Logam Tanah Jarang (LTJ) Logam tanah jarang (LTJ) oksida merupakan bahan baku untuk pembuatan

produk berteknologi canggih dan berkekuatan tinggi. Unsur-unsur LTJ oksida

mempunyai ciri istimewa yaitu mampu bereaksi dengan unsur-unsur lain untuk

menghasilkan sesuatu yang baru. LTJ oksida mampu menghasilkan neomagnet

yaitu magnet berkekuatan tinggi mencapai 10-20 kali magnet biasa sehingga

memungkinkan munculnya dinamo kuat yang mampu menggerakkan mobil. LTJ dan

unsur oksidanya juga mampu meningkatkan kemampuan material berupa kekuatan,

kekerasan, dan ketahanan terhadap panas sehingga mineral ini dapat ditambahkan

pada pembuatan baja berkekuatan tinggi. LTJ juga digunakan sebagai bahan

pembuat superkonduktor, laser, optik elektronik, glass dan keramik. Mineral ini juga

Page 24: Revisi 5 - 2018

Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 20

dibutuhkan dalam pembuatan berbagai peralatan vital militer, mulai dari sonar kapal

perang, alat pembidik meriam tank, hingga perangkat pelacak sasaran pada peluru

kendali. Pendek kata, hampir semua produk berteknologi tinggi saat ini, mulai dari

televisi, telepon seluler, sampai mobil hibrida dan perangkat pemandu rudal nuklir

membutuhkan LTJ.

Keperluan LTJ dari tahun ke tahun terus meningkat. Tahun 2009, permintaan

pasar LTJ dunia dan unsur oksidanya mencapai 134.000 ton, sementara kapasitas

produksinya baru 124.000 ton. Tahun 2012, kebutuhan dunia mencapai 180.000 ton.

Sebagai negara yang menguasai 97 persen LTJ dunia, China mampu

mengoptimalkan pemanfaatan LTJ untuk menunjang perkembangan industri

mereka. Dengan produksi LTJ yang besar dan kemampuan menggunakannnya,

China mampu membangun industri elektronik nasional yang kuat. Saat ini China

menguasai hampir semua lini industri dengan harga yang sangat kompetitif, mulai

dari industri elektronik seperti komponen komputer, televisi, monitor dan handycam

hingga industri manufaktur seperti industri baja, otomotif dan lainnya. Sadar akan

pentingnya LTJ dalam menghasilkan produk teknologi tinggi dengan nilai tambah

yang tinggi, sejak tahun 2007 China menurunkan kuota ekspor secara bertahap

sehingga pada 2010 ekspor LTJ China tinggal 50% dibanding tahun 2005.

Kegiatan riset kajian telah dilaksanakan untuk mengidentifikasi tantangan

penguasaan teknologi nanomaterial logam tanah jarang untuk menghasilkan

material yang bernilai tambah tinggi dengan memanfaatkan bahan baku lokal

sehingga dapat memacu pertumbuhan industri hilir secara bertahap seperti aplikasi

untuk Solid Oxide Fuel Cell (SOFC), sensor, phosphor display, baterei, magnet,

hydrogen storage, semikonduktor, superkonduktor, dan lain sebagainya. Logam

Tanah Jarang adalah suatu kelompok yang terdiri dari 17 unsur dalam tabel periodik

yang terdiri dari 15 unsur grup lantanida ditambah Scandium dan Yttrium. Scandium

dan Yttrium dimasukan sebagai rare earth element (REE) karena cenderung hadir

dalam deposit yang sama dengan grup lantanida dan memperlihatkan kesamaan

sifat sifat kimia (IUPAC, International Union of Pure and Applied Chemistry).

Material Energi Peluang bisnis di bidang energi pembangkit listrik tenaga surya demikian

besar. Indonesia memiliki potensi energi surya sebesar 4.8 KWh/m2 setara 112.000

GWp sepuluh kali lipat dari potensi Jerman dan Eropa. Sumber energi yang

Page 25: Revisi 5 - 2018

Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 21

mengandalkan pemanfaatan fosil tidak lama lagi bakal berakhir. Kebutuhan listrik

terus meningkat sesuai dengan kemajuan masyarakat. Apabila pemerintah kurang

berhasil memenuhinya keadaan menjadi masalah besar. Energi listrik yang mampu

dipasok oleh PLN baru 1500-2000 MW. Oleh karena itu, PLN sering melakukan

pemadaman listrik bergilir. Proyek listrik 10.000MW yang sudah selesai dibangun

belum mampu memenuhi permintaan listrik yang terus melonjak tiap tahun.

Diharapkan agar sumber energi alternatif tidak hanya bersifat renewable dan mudah

dikonversi menjadi energi listrik, dan juga ramah lingkungan. Energi yang paling

sesuai adalah energi surya.

Pembangunan industri sel surya nasional sudah harus disiapkan segera,

karena selain merupakan peluang bisnis yang sangat besar, juga untuk memperkuat

kedaulatan energi nasional di sektor pembangkitan energi baru terbarukan.

Demikian pula penyiapan industri bahan baku sel surya, yaitu industry wafer silikon

polikristal yang dimodifikasi menjadi mono-like silikon sudah sangat mendesak.

Pasokan industri wafer tidak hanya untuk dalam negeri namun dapat lebih luas lagi.

Kegiatan riset telah diawali dengan mengidentifikasi pasokan bahan baku bagi

industri sel surya nasional yang dapat disediakan secara mandiri di dalam negeri

dapat meningkatkan daya saing disektor industri. Kedepan, kegiatan prototyping

pembuatan silikon grade photovoltaic perlu didorong untuk memicu terwujudnya

industri baru dibidang energi terbarukan berbasi energi surya.

Page 26: Revisi 5 - 2018

Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 22

BAB II TUJUAN DAN SASARAN PROGRAM

Sesuai dengan “Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 110 Tahun

2OO1 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Lembaga Pemerintah Non

Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan

Presiden Nomor 52 Tahun 2005”, BPPT mempunyai tugas “Melaksanakan tugas

pemerintahan di bidang pengkajian dan penerapan teknologi sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku”. Dalam melaksanakan

tugas tersebut , BPPT mempunyai fungsi sebagai berikut;

a. Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas BPPT;

b. Pemantauan, pembinaan dan pelayanan terhadap kegiatan instansi

pemerintah dan swasta dibidang pengkajian dan penerapan teknologi

dalam rangka inovasi, difusi, dan pengembangan kapasitas, serta

membina alih teknologi;

c. Penyelenggaraan pembinaan & pelayanan administrasi umum di bidang

perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi & tatalaksana,

kepegawaian, keuangan, kearsipan, persandian, perlengkapan & rumah

tangga.

Berdasarkan tugas dan fungsi, kondisi umum, potensi dan permasalahan

yang akan dihadapi ke depan sebagaimana telah dijelaskan pada Bab I sebelumnya,

maka BPPT telah menetapkan visi dan misi BPPT yang akan dicapai melalui

pelaksanaan kegiatan sesuai dengan RPJMN 2015-2019, visi BPPT

adalah:“Menjadi lembaga unggulan Teknologi dalam pengkajian dan penerapan teknologi untuk meningkatkan daya saing menuju kemandirian bangsa”

Page 27: Revisi 5 - 2018

Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 23

Sedangkan Misi BPPT yang terkait dengan deputi bidang TIEM adalah

1. Merumuskan dan merekomendasikan kebijakan nasional di bidang teknologi

informasi, energi dan materialuntuk peningkatan daya saing menuju kemandirian

bangsa.

2. Melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi untuk menghasilkan inovasi

teknologi, audit teknologi, kliring teknologi, alih teknologi, dan layanan teknologi di

bidang teknologi informasi, energi dan material.

Penyusunan Renstra TIEM 2015 – 2019 dilakukan dengan

mempertimbangkan lingkungan strategis dan kondisi terkini serta mengacu pada

prioritas dan strategi pembangunan yang terdapat dalam Rencana Pembangunan

Jangka Menengah (RPJM) 2015 – 2019 dan Rencana Pembangunan Jangka

Panjang Nasional (RPJPN) 2005 -2025 serta TUPOKSI BPPT. Secara khusus di

dalam RPJPN 2005-2025 menyatakan bahwa penguasaan, pengembangan, dan

pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) difokuskan pada 7 (tujuh)

bidang prioritas, yaitu : (i) pembangunan ketahanan pangan, (ii) penciptaan dan pemanfaatan sumber energi baru dan terbarukan (iii) pembangunan teknologi

transportasi, (iv) penciptaan dan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, (v) pengembangan teknologi pertahanan, (vi) pengembangan teknologi

kesehatan dan obat-obatan, dan (vii) pengembangan teknologi material maju.

2.1 Tujuan Deputi bidang TIEM

Berkaitan dalam rangka mewujudkan visi dan melaksanakan misi BPPT ,

maka tujuan deputi bidang TIEM adalah mewujudkan inovasi untuk mendukung

peningkatan daya saing dan kemandirian bangsa serta mewujudkan layanan

teknologi untuk mendukung peningkatan daya saing dan kemandirian bangsa dalam

bidang teknologi informasi, energi, industri kimia dan material.

1. Menghasilkan Rekomendasi Kebijakan nasional dibidang Teknologi

informasi, energi dan material untuk peningkatan daya saing menuju

kemandirian bangsa, dengan indikator jumlah rekomendasi yang

dimanfaatkan untuk mendukung kebijakan nasional.

Page 28: Revisi 5 - 2018

Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 24

2. Menghasilkan inovasi teknologi, audit teknologi, kliring teknologi, alih

teknologi dan layanan teknologi di bidang teknologi informasi, energi dan

materialuntuk peningkatan daya saing menuju kemandirian bangsa, dengan

indikator:

a.) Jumlah Inovasi teknologi, yaitu jumlah inovasi yang dimanfaatkan oleh

industry untuk kegiatanperekonomian nasional dalam rangka

mendukung peningkatan dayasaing menuju kemandirian bangsa

b.) Jumlah NSTP/TP yang terwujud dan berfungsi

c.) Jumlah Audit Teknologi

d.) Jumlah Kliring Teknologi

e.) Jumlah Alih teknologi

f.) Jumlah Layanan Teknologi

2.2. Kinerja Utama dan Indikator Tujuan deputi bidang TIEM adalah meningkatkan Inovasi dan Layanan

teknologi dalam mendukung peningkatan daya saing dan kemandirian bangsadalam

bidang teknologi informasi,energi dan material, yang dapat dicapai dengan beberapa

sasaran; yaitu:

1. Sasaran Program 1-TIEM adalah terwujudnya Rekomendasi kebijakan

Nasional di bidang Teknologi informasi, energi dan material.

2. Sasaran Program 2-TIEM adalah terwujudnya inovasi teknologi di bidang

Teknologi informasi, energi dan material untuk mendukung peningkatan daya

saing menuju kemandirian bangsa

3. Sasaran Program 3-TIEM adalah terwujudnya audit teknologi, kliring

teknologi, alih teknologi dan layanan teknologi di bidang Teknologi informasi,

energi dan material untuk peningkatan daya saing menuju kemandirian

bangsa

2.3 Indikator Kinerja Program Deputi Bidang TIEM

2.3.1. Indikator Kinerja ProgramBidang Teknologi Informasi dan Komunikasi

Dalam Keppres no.4/2015 tentang RPJMN 2015 - 2019, di bidang

peningkatan kapasitas inovasi dan teknologi yang bertujuan untuk mendukung

peningkatan daya saing sektor produksi barang dan jasa, penyelenggaraan litbang

(riset) di bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi difokuskan pada:

Page 29: Revisi 5 - 2018

Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 25

1. Pengembangan infrastruktur TIK, khususnya IT security

2. Pengembangan sistem dan framework/platform perangkat lunak berbasis

Open source khususnya industri TIK pendukung e-Government dan e-

business

Oleh karenanya, sasaran program bidang TIK adalah meningkatnya

penyelenggaraan system elektronik untuk e-government dan e-bussiness berbasis

identifikasi dan/atau sertifikat elektronik.

Sasaran program bidang TIK yang ada di deputi bidang TIEM mengikuti

Cascadinggambar 1 sebagai berikut:

Gambar 1. Cascading impact, outcome dan output Bidang TIK

Indikator Kinerja :

• Jumlah layanan e-Goverment dan e-business berbasis identifikasi dan

sertifikat elektronik, dengan target kinerja 2 layanan baru.

• Jumlah infrastruktur TI berkeamanan yang dapat digunakan bersama, dengan

target kinerja adalah 1 pilot project Data Center berkeamanan.

• Jumlah inovasi teknologi intelligent computing untuk human information

processing dengan target kinerja 2 inovasi teknologi.

Page 30: Revisi 5 - 2018

Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 26

Untuk berpartisipasi dalam meningkatkan daya saing sektor produksi melalui

kemudahan dan efisiensi yang ditawarkan melalui sistem e-Government dan e-

business, maka akan melaksanakan 4 kegiatan selama tahun 2015 - 2019 yakni :

1. Inovasi teknologi infrastruktur Data Center (DC) untuk cloud computing dan

certifite authority(CA), di mana akan dikembangkan sistem layanan storage dan

aplikasi (software-as-a-service/saas) yang dapat digunakan secara bersama-

sama oleh lembaga pemerintah maupun swasta sehingga memudahkan

konsolidasi data dan membuat lebih efisien pengelolaan perangkat keras

maupun lunak. Dalam kegiatan ini juga akan dikembangkan layanan sertifikat

keamanan digital bagi lembaga pemerintah maupun UKM yang memastikan

keamanan tukar-menukar data antara lembaga/institusi dengan pelanggannya

2. Inovasi dalam pengembangan layanan e-governement dan e-business

berbasis identifikasi dan / atau sertifikat elektronik.

3. Pengembangan perangkat lunak strategis yakni algoritma dan pendataan untuk

biometrik dan korpus bahasa

4. Layanan ICT Supporting termasuk teknologi infrastruktur data center untuk

cloud computing dan CA, di mana akan diterapkan berbagai layanan yang telah

dikembangkan di atas bagi seluruh unsur masyarakat Indonesia yang

membutuhkan dan termasuk pengujian, inspeksi dan sertifikasi perangkat lunak

/ keras yang digunakan dalam berbagai kegiatan e-government maupun e-

business.

Keempat kegiatan di atas adalah merupakan implementasi dari arah

kebijakan program Bidang TIK 2015 – 2019 sebagaimana pada gambar 2 di bawah.

Page 31: Revisi 5 - 2018

Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 27

Gambar 2. Arah Kebijakan Program Bidang TIK 2015-2019

CLUSTER: IT Security Infrastructure

Cyber Security dan Digital Forensic

1. Kajian Infrastruktur Kritis. Pada masa yang akan datang, diperkirakan bahwa pertahanan siber (Cyber

defence) akan semakin berperan, dengan adanya pergeseran pemikiran

dikalangan militer bahwa cyber world merupakan matra baru pertahanan yang

harus diperhatikan, bukan hanya sebagai bagian dari matra lain. Dalam perang

siber (cyber war), peperangan tidak dilakukan secara fisik yang dapat dengan

mudah diketahui besarnya korban. Peperangan dilakukan dengan merusak

sistem informasi dan komunikasi dari infrastruktur kritis dari suatu negara,

sehingga mengakibatkan dampak yang sangat luas. Untuk itu kegiatan pada

tahun 2015 ini melakukan kajian beberapa infrastruktur kritis.

2. Digital Forensic Security. Kegiatan ‘digital forensic security’ merupakan kegiatan untuk melakukan analisa

keamanan dari suatu sistem informasi dan komunikasi dengan melakukan

kejadian forensik. Sedangkan Digital Forensic merupakan proses investigasi

peranti komputer/piranti sistem untuk mengetahui apakah komputer/piranti

Page 32: Revisi 5 - 2018

Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 28

sistem tersebut dipergunakan untuk keperluan yang ilegal, tidak sah atau tidak

biasa. Kegiatan ini memfokuskan pada peningkatan kapabilitas SDM dalam

melakukan analisa keamanan (Security Analytic) dan juga melakukan forensic

sistem informasi seperti jaringan, komputer dan lainnya yang berhubungan

dengan sistem informasi dan komunikasi

Inovasi Teknologi Infrastruktur Data Center untuk Cloud Computing dan Certificate Authority (CA)

Peningkatan daya saing sektor produksi salah satunya disebabkan oleh

peningkatan kualitas layanan sektor pemerintah seperti perijinan, bantuan teknis

maupun non-teknis. Kualitas layanan tersebut akan tercapai dengan implementasi TI

yang teramankan dan efisien sehingga memungkinkan perbaikan proses bisnis

pemerintahan dalam mendukung sektor produksi.

Indikator untuk kegiatan ini adalah jumlah layanan teknologi infrastruktur data

center untuk cloud computing. Layanan teknologi infrastruktur data center untuk

cloud computing yang dimaksud dalam hal ini adalah layanan-layanan TIK berbasis

komputasi awan, yang secara garis besar terdiri atas Infrastructure as a Service

(IaaS), Platform as a Service (PaaS), dan Software as a Service (SaaS).

Balai Jaringan Informasi dan Komunikasi (BJIK) sebagai salah satu unit kerja

di BPPT yang fokus mendeliver layanan berbasis TIK kepada mitranya berkomitmen

untuk terus mengembangkan layanan-layanan tersebut sesuai dengan

perkembangan teknologi. Setelah 3 (tiga) tahun terakhir menyelesaikan proses

instalasi Data Center berteknologi komputasi awan, mulai dari IaaS dan PaaS, mulai

tahun ini fokus pengembangan akan diarahkan pada implementasi layanan Software

as a Service (SaaS).

Dalam rangka peningkatan efisensi terhadap investasi dan kemudahan

konsolidasi data dari sistem / aplikasi e-government, Data Center BPPT yang akan

dilengkapi dengan Sistim Layanan Bersama dapat digunakan secara kolektif untuk

keperluan tersebut. Untuk menjaga keamanan data BPPT akan membangun

infrastruktur Certificate of Authentication yang merupakan bagian dari IT security

guna menjamin keabsahan laman web layanan pemerintah.

Indikator untuk kegiatan ini adalah jumlah layanan teknologi infrastruktur data

center untuk Certificate Authority (CA). Layanan teknologi infrastruktur data center

Page 33: Revisi 5 - 2018

Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 29

untuk CA yang dimaksud dalam hal ini adalah layanan-layanan TIK berbasis IT

security.

Pengembangan government CA (Gov-CA) diharapkan menjadi cikal bakal

implementasi Public Key Infrastructure (PKI) di Indonesia. Bekerja sama dengan

Kemenkominfo dan instansi terkait lainnya dalam konteks penyediaan solusi,

IPTEKnet akan mulai membuat prototipe country level root CA untuk menjawab tren

kebutuhan sertifikat enkripsi yang terus meningkat akhir-akhir ini.

Layanan Teknologi infrastruktur Data Center untuk Cloud Computing dan Certificate Authority/CA

Kegiatan ini adalah wadah untuk pelayanan teknologi yang diberikan oleh

BJIK kepada seluruh masyarakat meliputi layanan teknologi infrastructure Data

Center (Infrastructure-as-a-Service/IAAS), layanan pengembangan dan

pemanfaatan perangkat lunak (Software-as-a-service/SAAS) maupun layanan

pembuatan Certificate digital untuk pengamanan situs WEB pemerintah maupun

UKM dalam rangka e-government dan e-business. Kegiatan-kegiatan ini akan

dibiayai oleh mitra melalui Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) maupun

aktivitas pendampingan swakelola.

Pengembangan arah bisnis baru ini diharapkan akan mengganti secara

bertahap layanan pengadaan bandwidth sebagai Internet Service Provider (ISP)

yang merupakan layanan balai IPTEKnet sejak awal berdirinya. Keberterimaan

bisnis baru ini akan ditunjang oleh akreditasi ISO 9000:2001, ISO 27001, Tier-3

Certification dari Uptime Institute, atau TIA-942 Data Center, serta sertifikasi

personelnya.

Cluster System & Framework e-Services

Innovative e-Services berbasis identifikasi dan / atau sertifikat elektronik

Dalam kegiatan ini dilaksanakan pengkajian, pengembangan dan

implementasi berbagai layanan pemerintah berbasis elektronik. Dengan tujuan

adalah mendekatkan, mempermudah dan melaksanakan secara efisien berbagai

layanan pemerintah pada masyarakat. Dalam kegiatan ini dikembangkan berbagai

perangkat lunak e-Pemerintahan, e-Pemilu, e-Kesehatan, e-Pendidikan dan

berbagai aplikasi lainnya. BPPT melakukan kajian, pengembangan dan

Page 34: Revisi 5 - 2018

Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 30

implementasi prototipe / pilot project yang pada sistem produksi / implementasi

realnya akan dilaksanakan oleh kementrian / institusi yang berwenang pada

sektornya dengan didampingi oleh industri nasional.

System Intelligent Computing

Kegiatan ini mewadahi berbagai pengkajian dan pengembangan teknologi

yang tidak selalu bersifat komersial akan tetapi strategis bagi negara. Seperti

pengembangan teknologi korpus bahasa yang berguna dalam pengembangan

teknologi speech-to-speech translation, maupun teknologi biometrik yang digunakan

dalam sistim keamanan data maupun pengamanan lokasi. Disamping itu masih juga

terdapat berbagai teknologi maju baru yang penerapannya secara komersial masih

membutuhkan pematangan dan waktu yang cukup lama.

Gambar 3. Kurva Teknologi Maturity CLUSTER: IT Supporting Pengujian, Inspeksi dan Sertifikasi Peralatan TIK

Merupakan kumpulan kegiatan untuk penguatan kelembagaan dan

operasional sebagai lembaga audit / inspeksi dan laboratorium uji, termasuk di

dalamnya adalah kegiatan-kegiatan untuk pengembangan Rencana Standar

Nasional Indonesia dan sertifikasi personil Pusat Teknologi Informasi dan

Komunikasi, Akreditasi laboratorium serta Pusat.

Page 35: Revisi 5 - 2018

Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 31

2.3.2. Indikator Kinerja ProgramBidang Teknologi Elektronika

Sasaran program di bidang Elektronika mengikuti cascading gambar 4 seperti

terlihat di bawah :

Gambar 4. Cascading impact, outcome dan output Bidang TE

Sasaran Program Bidang Elektronika adalah meningkatnya inovasi dan layanan

teknologi elektronika dalam mendukung terlaksananya konektivitas/transportasi

udara dan laut, pengembangan serta implementasi teknologi pemerataan layanan

kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia (telemedicine). Semua itu terlaksana

sebesar mungkin dengan menggunakan peralatan dan jasa dari perusahaan-

perusahaan nasional.

Indikator Kinerja :

• Jumlah layanan teknologi elektronika navigasi yang dimanfaatkan untuk

transportasidengan target kinerja 3 layanan teknologi

• Jumlah paket teknologi konvergensi yang dimanfaatkan untuk telemedicine

dengan target kinerja 5 paket teknologi.

Dilengkapinya 5 Pus-kesmas terpencil dngalkes memadai

24

Terwujudnya teknologi elektronika

navigasi dan telemedicine

Terwujudnya konvergensi

teknologi elektronika

untuk telemedicine

Terwujudnya elektronika

navigasi untuk meningkatkan

keselamatan dan layanan

transportasi

Layanan Konvergensi Teknologi Elektronika dan Telekomunikasi

Sistem Telemedicine

Layanan teknologi elektronika navigasi yang

dimanfaatkan untuk transportasi

Standardisasi Kualitas Mutuproduk dan jasa bidang TIK

Impact

Outcome

Output

Sub output, Komponen dan Sub Komponen

Buku 1 dan Buku 2 RPJMNv

Sasaran Strategis BPPT

Sasaran Program TIEM

Terpantaunya kegiatan transportasi di 2

area

3 Industri nasional menguasai mayoritas pasar pemantauankeselamatan transportasi khusus dan alkes

Peningkatan daya saing industri dan kemandirian bangsa di bidang teknologi informasi, elektronika, energi, industri kimia, dan material

Terwujudnya konvergensi teknologi elektronika untuk telemedicine; Terwujudnya elektronika navigasi untuk meningkatkan keselamatan dan layanan transportasi

Berfungsinya sistem telemedicine dan elektronika navigasi untuk transportasi

Page 36: Revisi 5 - 2018

Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 32

Inovasi dan Layanan Konvergensi Teknologi Telemedicine

Kumpulan kegiatan yang melakukan kajian, pengembangan, ujicoba hingga

sertifikasi dan produksi bersama industri nasional di bidang peralatan-peralatan

kesehatan yang menggunakan komponen elektronika seperti USG, EKG,

Haemodialisa dan sebagainya. Alkes ini masih 100% di import dan dibutuhkan di

seluruh Indonesia sehingga merupakan pasar yang besar untuk industri nasional

tumbuh dan berkontribusi.

Inovasi teknologi elektromedika digabungkan dengan konvergensi teknologi

telekomunikasi menghasilkan inovasi teknologi telemedicine yang memungkinkan

layanan kesehatan spesialis secara jarak jauh. Kegiatan inovasi konvergensi

teknologi telekomunikasi merupakan kumpulan kegiatan yang melakukan kajian

tentang infrastruktur telematika dan telekomunikasi, pengembangan peralatan,

pengujian dan pemberian rekomendasi penggunaan guna tercapainya pemerataan

akses telekomunikasi multimedia di seluruh Indonesia. Akses telekomunikasi ini

menjadi penting mengingat dengan cara ini dapat dilaksanakan berbagai aktivitas

seperti tele-edukasi, tele-medicine, tele-governance dll dimana layanan pemerintah

dapat dilakukan tanpa memerlukan kehadiran seseorang / secara virtual sehingga

dapat dilaksanakan secara merata ke seluruh rakyat Indonesia.

Inovasi dan Layanan Teknologi Navigasi Udara dan Laut Merupakan kumpulan kegiatan pengkajian, pengembangan, ujicoba hingga

sertifikasi dan penggunaan masal bersama industri nasional di bidang pemantauan

posisi geografis suatu peralatan / kegiatan ekonomis. Teknologi ini akan berguna

untuk memenuhi berbagai kebutuhan dari kebutuhan militer (radar), hingga

perikanan di mana dapat dipantau posisi setiap kapal nelayan untuk menjadi dasar

penegakan hukum bila nelayan mengambil ikan di daerah-daerah terlarang.

Termasuk dalam kegiatan ini adalah teknologi Commmunication Navigation

Surveillance / Air Traffic Management (CNS/ATM) yang digunakan untuk

mengelola ruang udara Indonesia. Teknologi yang sama digunakan dengan

Automatic Vessel Information System (AVIS) dengan menerapkan untuk

memantau keberadaan dan status kapal – kapal laut di perairan Indonesia.

Untukmendukung keselamatan transportasi juga dilakukan pengkajian,

pengembangan, inspeksi, ujicoba, verifikasi teknologi yang dibutuhkan untuk

keselamatan transportasi seperti signalling kereta, automatic vehicle avoidance,

Page 37: Revisi 5 - 2018

Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 33

tactical collision avoidance system. Teknologi ini digunakan untuk mencapai yang

utama dalam pengembangan transportasi umum yakni keselamatan penumpangnya.

Standarisasi Kualitas Mutu Produk dan Jasa bidang TIE

Merupakan kumpulan kegiatan untuk penguatan kelembagaan dan

operasional sebagai lembaga audit / inspeksi dan laboratorium uji melalui akreditasi,

termasuk di dalamnya adalah kegiatan-kegiatan untuk pengembangan Rencana

Standar Nasional Indonesia dan sertifikasi personil Pusat Teknologi Elektronika.

2.3.3. Indikar Kinerja Program Bidang Kelistrikan

Di bidang kelistrikan, program pengkajian dan penerapan teknologi, umumnya

didorong untuk mendukung sasaran strategis peningkatan kemandirian bangsa.

Gambar 5. Cascading impact outcome dan output Bidang Kelistrikan.

Dalam gambar di atas, dapat dilihat bahwa sasaran strategis bidang

kelistrikan ada 2, yaitu Sasaran Strategis15 adalah termanfaatkannya penggunaan

energi terbarukan untuk pembangkit listrik, dan sasaran strategis 16 adalah

CASCADING IMPACT, OUTCOME DAN OUTPUT BIDANG KELISTRIKAN

12Sub output, Komponen dan Sub Komponen

Buku 1 dan Buku 2 RPJMN

1 unit PLTP 500 kW Binary Cycle yang beroperasi

3 buah layanan audit energi yang diterapkan di industri dan sektor komersial

Inovasi PLTP Skala kecil Binary Cycle dan Kondensing

Inovasi dan Layanan

Teknologi SMART GRID

Layanan Teknologi Konservasi dan Audit Energi

Terwujudnya Layanan Teknologi untuk

Peningkatan kualitas kelistrikan energi

terbarukan

Termanfaatkannya penggunaan energi terbarukan untuk

pembangkit listrik

Kawasan Baron Technopark

• 1 unit PLTP skala kecil 3 MW dan 1 unit 500 kW Binary Cycle

• 3 buah layanan audit energi yang diterapkan di industri dan sektor komersial

• 230 layanan pengujian energi terbarukan

Terwujudnya pemanfaatan rekomendasi audit energi

Termanfaatkannya penggunaan energi terbarukan untuk pembangkit listrik

Peningkatan daya saing industri dan kemandirian bangsa di bidang teknologi informasi, elektronika, energi, industri kimia, dan material

1.Pemanfaatan EBT untuk pembangkit listrik

2. Pemanfaatan Layanan Teknologi untukPengujian sistem energi baru terbarukan

3. Peningkatan pemanfaatan rekomendasi audit energi

Termanfaatkanya layanan

audit energi di industri dan bangunan komersial

peningkatan efisiensi energi

nasional

Pengujian Komponen Pembangkit Energi Baru

Terbarukan

Dihasilkannya inovasi dan layanan teknologi energi kelistrikan

Page 38: Revisi 5 - 2018

Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 34

termanfaatkannya layanan audit energi di sektor industri untukpeningkatan efisiensi

energi nasional.

Untuk mewujudkanoutcomedeputi bidang TIEM termanfaatkannya energi baru

terbarukan untuk pembangkit listrik, maka bidang kelistrikan melaksanakan

kegiatantechno parkEnergi Terbarukan di daerah pantai Baron, Kab. Gunung Kidul,

Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai sarana wisata edukasi dan

demonstrasi teknologi energi baru dan terbarukan untuk pembangkit listrik. Indikator

kinerja program tersebut adalah jumlah layanan kunjungan edukasi Teknopark EBT

Baron sebanyak 4000 wisatawan sampai 2019.

Selain itu, untuk mendukung sasaran kelistrikan tersebut di atas, dalam jangka

menengah juga akan dihasilkan sebuah inovasi dan layanan teknologi smart grid

ketenaga-listrikan. Adapun indikator kinerjakegiatan tersebut adalah jumlah pilot

plant SCADA smard grid for smart city. Disamping menghasilkan Inovasi teknologi

smart grid kelistrikan, dalam jangka menengah ini deputi bidang TIEM

merencanakan untuk menghasilkan Inovasi Teknologi Konservasi dan Audit Energi

dengan sasaran kegiatan berupa adalah termanfaatkannya rekomendasi audit

energi dan terwujudnya layanan pengujian efisiensi peralatan pengguna energi listrik

dan indicator kinerja kegiatan berupa jumlah rekomendasi audit energi yang

dimanfaatkan mitra dan jumlah sertifikasi pengujian peralatan listrik berbasis

standard nasional.

Guna mencapai masing-masing indikator sasaran strategis sebagaimana

tertulis pada sasaran strategis BPPT, maka ditentukan 2 sasaran Program di bidang

kelistrikan di deputi bidang TIEM, sebagaimana ditunjukkan pada tabel berikut. Di

mana 2 sasaran program merupakan program yang mendukung sasaran strategis

lembaga yang mendukung program nasional, yaitu termanfaatkannya penggunaan

energi terbarukan untuk pembangkit listrik dan terwujudnya pemanfaatan

rekomendasi audit energi.

Page 39: Revisi 5 - 2018

Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 35

Indikator Kinerja :

• Jumlah Alih teknologi PLTP Skala Kecil ke industri dalam negeri/konsorsium

PLTP (Multiplikasi), dengan target kinerja 2 alih teknologi.

• Jumlah alih teknologi charging station untuk mobil listrik, dengan target 1

prototipe.

• Jumlah Kliring Teknologi Smart Grid Uutuk Peningkatan Kualitas Urban

Electrification, dengan target 1 kliring teknologi.

• Jumlah layanan kunjungan edukasi Teknopark EBT Baron, dengan target

4000 kunjungan.

• Jumlah sertifikat pengujian energi terbarukan dengan target 230 sertifikat

pengujian.

• Prosentase peningkatan efisiensi energi di industri yang menerapkan

rekomendasi audit energi, dengan target 10 % sampai dengan 2019

• Jumlah layanan pengujian peralatan pengguna listrik, dengan 20 layanan

sampai dengan 2019

2.3.4. Indikator Kinerja Program Bidang Bahan Bakar dan Industri Kimia

Sasaran program TIEM untuk progam bidang bahan bakar dan industri kimia

pada RPJMN ke–3 terdiri dari empatprogram yang merepresentasikan kompetensi

dari masing-masing bidang dan menghasilkan outcome, yaitu :

Page 40: Revisi 5 - 2018

Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 36

Gambar 6. Cascading impact, outcome dan output Bidang Bahan Bakar dan

Industri Kimia

1. Terwujudnya Hasil inovasi dan Layanan Teknologi Bahan Bakar Nabati Untuk Substitusi BBM

Dalam lima tahun ke depan, hasil inovasi dan layanan teknologi dari TIEM

bidang bahan bakar yang ditargetkan dimanfaatkan oleh industri (sebagai

outcome yang berpotensi menghasilkan dampak/impact) adalah bio-energi untuk

substitusi BBM melalui indikator kegiatan biodiesel,

biomethanol/bioDME/biohythane yang ditargetkan akan tercapai pada tahun

2019.

Permasalahan bahan bakar di sektor transportasi maupun industri juga

selalu menjadi perhatian publik akibat dari pemanfaatan BBMbersubsidi yang

sangat dominan di sektor ini. Krisis BBM diperkirakan akan terus terjadi

mengingat kebutuhan minyak secara nasional tidak bisa diimbangi oleh

penyediaannya melalui produksi dalam negeri. Dengan mempertimbangkan

pentingnya keberlanjutan dalam penyediaan energi nasional dan dalam rangka

meningkatkan kemandirian nasional di bidang bahan bakar, maka dipandang

sangat urgen bahwa Indonesia harus segera memberdayakan dan membangun

industri nasional untuk bahan bakar cair, yakni bio-energi.

Peraturan Pemerintah No. 79 Tahun 2014 mentargetkan kontribusi EBT

sebesar 23 % dari bauran energi nasional pada tahun 2025 mendatang.

Page 41: Revisi 5 - 2018

Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 37

Biomassa menjadi salah satu opsi strategis penyediaan bio-energi untuk

substitusi BBM. Namun, potensi yang ada saat ini belum bisa langsung dan

maksimal dimanfaatkan tanpa melalui rekayasa teknologi.

Program inovasi dan layanan teknologi pemanfaatan BBN diarahkan untuk

menghasilkan teknologi bio-energi yang kompetitif sehingga industri dapat

memanfaatkan hasil inovasi ini. Dalam lima tahun ke depan, program ini

ditargetkan bisa menghasilkan 1 produk inovasi teknologi bio-energi dalam

bentuk demo plant yang dapat dimanfaatkan oleh industri dalam negeri.

Program inovasi dan layanan teknologi bio-energi bertujuan untuk

menghasilkan teknologi produksi bio-energi yang dapat dimanfaatkan oleh

industri. Program ini mendukung program pemerintah dalam percepatan dan

peningkatan mandatori pemanfaatan bio-energi.

Percepatan peningkatan pemanfaatan bio-energi merupakan tindak lanjut

4 paket kebijakan ekonomi yang dikeluarkan Pemerintah yang salah satunya

adalah memperbaiki defisit transaksi berjalan dan mengurangi impor migas

dengan cara meningkatkan pemanfaatan biodiesel.

Mandatori bio-energi bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pada

energi fosil khususnya BBM. Untuk pengembangan industri bio-energi dalam

negeri perlu segera dilakukan dalam rangka memberikan nilai tambah pada

perekonomian, mengurangi emisi GRK akibat pembakaran energi fosil, serta

untuk mengurangi impor BBM yang semakin meningkat (penghematan devisa

akibat pengurangan impor BBM). Meningkatnya porsi biodiesel, maka dapat

melakukan penghematan devisa dengan meningkatkan pemanfaatan biodiesel

untuk kebutuhan dalam negeri.

Dalam lima tahun ke depan, hasil inovasi teknolgi yang ditargetkan

dimanfaatkan oleh industri adalah biodiesel dan biomethanol.Teknologi biodiesel

dari proses non katalitik ditargetkan dapat memberikan outcome pada tahun

2019, demikian juga teknologibio-methanol diharapkan dapat memberikan

outcome pada tahun 2019.

2. Terwujudnya hasil inovasi dan layanan teknologi produksi dan pemanfaatan migas dan batubara

Sebagaimana disadari bahwa saat ini bahan bakar untuk pembangkit

listrik yang dominan adalah batubara, demikian juga kecenderungannya kedepan

Page 42: Revisi 5 - 2018

Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 38

adalah masih batubara. Melihat kenyataan bahwa sumber batubara Indonesia

kebanyakan adalah Low Rank Coal, maka diperlukan upaya yaitu upgrading

batubara sehingga batubara tersebut mempunyai kalor yang relative cukup untuk

Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Untuk mensuport program pemerintah

dibidang bahan bakar cair (BBM), batubara juga bisa berkontribusi memenuhi

kebutuhan BBM transportasi yaitu dengan proses pencairan batubara dengan

teknologi hidrogenasi.Kedua upaya ini meningkatkan peranan secara nasional

bahwa saat ini pemakaian nasional hanyalah 23% sedangkan untuk ekspor

adalah 77%.

Untuk bahan bakar gas dimasa mendatang masih akan besar peranannya

sehingga masih diperlukan upaya upaya untuk teknologi pemanfaatannya untuk

transportasi, rumah tangga, industri kimia dan pembangkit listrik. Disamping itu

juga perlu upaya upaya untuk memproduksi gas-gas sistesis dari bahan bakar

lainnya sehingga dapat dihasilakan bahan bakar yang cukup.

Untuk peningkan ketersediaan pasokan bahan bakar perlu dilakukan

upaya untuk memanfaatkan potensi sumber minyak maka upaya pemanfaatan

kilang mini sangat diperlukan.

3. Terwujudnya hasil layanan teknologi di bidang perencanaan dan optimalisasi sistem energi nasional

Perencanaan energi nasional adalah mutlak diperlukan untuk

menghasilkan perencanaan pembangunan yang optimum.Hal ini disadari karena

energi memegang peranan yang cukup penting di dalamnya.Untuk itu Kajian

outlook energi di BPPT berharap bisa menjadi rujukan utama nasional dan

merupakan outcomedeputi bidang TIEM.

4. Terwujudnya hasil inovasi dan layanan teknologi industri kimia. Permasalahan utama industri petrokimia ada pada 3 komponen yaitu

teknologi, bahan baku dan katalis yang semuanya masih bergantung pada lisensi

asing, ditambah dengan permasalahan penggunaan pupuk nasional yang tidak

efisien menyebabkan beban subsidi pemerintah yang cukup tinggi yaitu

mencapai Rp. 18 trilyun/tahun. Keppres No. 4 tahun 2010 tentang revitalisasi

industri pupuk nasional ditindaklanjuti oleh pemerintahdengan menyediakan dana

Page 43: Revisi 5 - 2018

Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 39

untuk melakukan optimalisasi pabrik pupuk yang ada dan membangun pabrik

pupuk baru untuk meningkatkan kapasitas produksi dari 3 juta ton/tahun menjadi

7 juta ton/tahun.

Dengan melihat potensi tersebut, dan modal invensi pupuk SRF/CRF yang

mampu menghemat penggunaan pupuk 30-50%, Deputi bidang TIEM

melanjutkan kegiatan pengembangan kedepan untuk menghasilkan paten yang

dimanfaatkan oleh mitra/lisensi pupuk SRF/CRF kapasitas 10.000 – 100.000

ton/th dan dilengkapi dengan pupuk mikro nutrient 1.000 – 10.000 ton/th yang

diharapkan dapatmengurangi beban subsidi sekitar Rp.5,4 trilyun per tahun.

Sedangkan faktor hambatan eksternal BPPT antara lain: banyak perusahaan

yang terikat oleh peraturan prinsipal di luar negeri, serta political will pemerintah

lemah (misalnya aturan tentang royalty untuk peneliti dan perekayasa).

Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, maka perlu disusun strategi yang

mencakup apa yang ingin dicapai, langkah-langkah dan tahapan untuk

mencapainya, dan sumberdaya yang dibutuhkan untuk mendukung pencapaian

dimaksud.

Formulasi Strategis

Program Inovasi Teknologi Industri Petrokimia mendukung program

prioritas nasional pembangunan kedaulatan pangan, terutama dalam hal

peningkatan produksi padi dan pangan lainnya. Sebagai outcome dari program

ini adalah dimanfaatkannya teknologi produksi pupuk SRF/CRF oleh mitra

industri dengan kapasitas (10.000 – 100.000 ton per tahun). Beberapa impact

yang dapat dicapai dari implementasi pupuk SRF/CRF diantaranya : menghemat

penggunaan pupuk sekitar 30 – 50%, fleksibelitas formulasi pupuk yang

dihasilkan menyesuaikan dengan spesifikasi lokasi (speklok) dan komoditas,

memulihkan kesuburan lahan karena matriks yang digunakan, mengurangi

beban subsidi sekitar Rp. 5 - 9 (Trilyun) per tahun, meningkatkan panen rata-rata

sekitar 10%. Sesuai dengan target yang diharapkan maka pada tahun 2017/2018

pupuk SRF/CRF sudah diproduksi dan didistribusikan oleh mitra. Mitra pengguna

teknologi ini antara lain Industri Pupuk (BUMN), BUMD/Perusda, swasta.

Page 44: Revisi 5 - 2018

Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 40

Adapun untuk mengatasi shortage gas alam sebagai bahan baku

petrokimia (pupuk), maka diharapkan adanya sumber gas alternative yang

diperoleh melalui inovasi teknologi produksi syngas. Syngas ini dapat diproduksi

dengan menggunakan bahan baku batubara maupun biomassa yang berlimpah

di Indonesia.Program migas diharapkan menghasilkan penguasaan teknologi

kilang mini dalam rangka mendukung program prioritas nasional pembangunan

kedaulatan energy, khsususnya kegiatan pembangunan kilang minyak yang

dicanangkan secara nasional. Kilang Mini ini dipersiapkan untuk daerah, remote

area yang tersebar di beberapa daerah di Indonesia.

Indikator Kinerja :

• Jumlah inovasi teknologi produksi BBN yang dimanfaatkan dengan target

kinerja 1inovasi teknologi.

• Jumlahinovasi teknologi pupuk SRF/CRF yang dimanfaatkan, dengan target

kinerja 1 inovasi teknologi.

2.3.5. Indikator Kinerja Program Bidang Material

Sasaran Program bidang Material, dapat dijabarkan secara cascading

sebagai berikut :

Gambar 7. Cascading impact, outcome dan output Bidang Material

Page 45: Revisi 5 - 2018

Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 41

1. Terwujudnya inovasi Teknologi Material Biocompatible

Urgensi dari kegiatan penerapan teknologi material untuk alat

kesehatan ini adalah untuk memenuhi kebutuhan nasional akan bahan baku

biocompatible material untuk alat kesehatan (alkes) implan yang diperlukan

pada penyelenggaraan jaminan kesehatan, seiring meningkatnya angka

kecelakaan lalu lintas, meningkatnya usia harapan hidupmanusia Indonesia

dan kebutuhan implan karena kerusakan tulang lainnya (karena penyakit).

Selain itu, adalah untuk meningkatkan kemandirian bangsa, khususnya dalam

memenuhi kebutuhan bahan baku (biomaterial atau biocompatible materials)

untuk produksi alkesimplan yang selama ini sangat bergantung pada produk

impor; serta untuk meningkatkan pemanfaatan dan memberi nilai tambah

padabahan baku lokal yang diperlukan dalam pembuatan alkes implan.

2. Terwujudnya Inovasi Teknologi Material Pengolahan Bahan Baku

Salah satu bahan baku strategis untuk industri maju adalah Logam

tanah jarang (LTJ) oksida untuk pembuatan produk berteknologi canggih dan

berkekuatan tinggi. Unsur-unsur LTJ oksida mempunyai ciri istimewa yaitu

mampu bereaksi dengan unsur-unsur lain untuk menghasilkan sesuatu yang

baru. LTJ oksida mampu menghasilkan neomagnet yaitu magnet berkekuatan

tinggi mencapai 10-20 kali magnet biasa sehingga memungkinkan munculnya

dinamo kuat yang mampu menggerakkan mobil. LTJ dan unsur oksidanya

juga mampu meningkatkan kemampuan material berupa kekuatan,

kekerasan, dan ketahanan terhadap panas sehingga mineral ini dapat

ditambahkan pada pembuatan baja berkekuatan tinggi. LTJ juga digunakan

sebagai bahan pembuat superkonduktor, laser, optik elektronik, glass dan

keramik. Mineral ini juga dibutuhkan dalam pembuatan berbagai peralatan

vital militer, mulai dari sonar kapal perang, alat pembidik meriam tank, hingga

perangkat pelacak sasaran pada peluru kendali. Pendek kata, hampir semua

produk berteknologi tinggi saat ini, mulai dari televisi, telepon seluler, sampai

mobil hibrida dan perangkat pemandu rudal nuklir membutuhkan LTJ.

Keperluan LTJ dari tahun ke tahun terus meningkat. Tahun 2009,

permintaan pasar LTJ dunia dan unsur oksidanya mencapai 134.000 ton,

sementara kapasitas produksinya baru 124.000 ton. Tahun 2012, kebutuhan

Page 46: Revisi 5 - 2018

Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 42

dunia mencapai 180.000 ton. Sebagai negara yang menguasai 97 persen LTJ

dunia, China mampu mengoptimalkan pemanfaatan LTJ untuk menunjang

perkembangan industri mereka. Dengan produksi LTJ yang besar dan

kemampuan menggunakannnya, China mampu membangun industri

elektronik nasional yang kuat. Saat ini China menguasai hampir semua lini

industri dengan harga yang sangat kompetitif, mulai dari industri elektronik

seperti komponen komputer, televisi, monitor dan handycam hingga industri

manufaktur seperti industri baja, otomotif dan lainnya. Sadar akan pentingnya

LTJ dalam menghasilkan produk teknologi tinggi dengan nilai tambah yang

tinggi, sejak tahun 2007 China menurunkan kuota ekspor secara bertahap

sehingga pada 2010 ekspor LTJ China tinggal 50% dibanding tahun 2005.

Kegiatan riset ini dilaksanakan untuk menjawab tantangan penguasaan

teknologi nanomaterial logam tanah jarang untuk menghasilkan material yang

bernilai tambah tinggi dengan memanfaatkan bahan baku lokal sehingga

dapat memacu pertumbuhan industri hilir secara bertahap seperti aplikasi

untuk Solid Oxide Fuel Cell (SOFC), sensor, phosphor display, baterei,

magnet, hydrogen storage, semikonduktor, superkonduktor, dan lain

sebagainya. Logam Tanah Jarang adalah suatu kelompok yang terdiri dari 17

unsur dalam tabel periodik yang terdiri dari 15 unsur grup lantanida ditambah

Scandium dan Yttrium. Scandium dan Yttrium dimasukan sebagai rare earth

element (REE) karena cenderung hadir dalam deposit yang sama dengan

grup lantanida dan memperlihatkan kesamaan sifat sifat kimia (IUPAC,

International Union of Pure and Applied Chemistry).

Sementara bahan baku alam yang masih tersedia dalam bentuk

komoditas adalah Karet Alam, merupakan salah satu komoditi hasil

perkebunan yang mempunyai peran cukup strategis dalam kegiatan

perekonomian Indonesia. Karet juga salah satu ekspor Indonesia yang cukup

penting sebagai penghasil devisa negara di luar minyak dan gas. Sekitar 90

persen produksi karet alam Indonesia diekspor ke manca negara dan hanya

sebagian kecil dikonsumsi di dalam negeri. Peranan karet terhadap ekspor

nasional tidak dapat dianggap kecil, mengingat Indonesia merupakan

produsen karet nomor dua terbesar di dunia setelah Thailand dengan

produksi sebesar 2,751 juta ton pada tahun 2008. Namun dari sisi luasan

Page 47: Revisi 5 - 2018

Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 43

Indonesia memiliki luas lahan karet terbesar didunia yaitu 3,42 juta hektar dan

volume ekspor 2,295 juta ton dengan nilai US$ 6,06 Milyar pada tahun 2008.

Walaupun telah banyak dilakukan berbagai upaya untuk menyelaraskan arah

pengembangan perkaretan nasional, namun masih belum terlihat sinergis.

Dengan pengembangan Advanced Rubber Technology Center, diharapkan

akan lebih aktif jaringan antar pemangku kepentingan. Saat ini sudah

diinisiasi dengan informasi harga karet harian per kawasan. Industri hilir yang

akan berkembang banyak, memerlukan pusat perekayasaan yang dapat

membantu inovasi dan standarisasi produk. Pengembangan ban pesawat

menjadi penting karena penggunaan karet alam sangat dominan.

Untuk program pemerintah yang penting terkait perumahan dan

pemukiman diperlukan bahan baku komposit untuk konstruksi bangunan

tempat tinggal, khususnya hunian khusus yang memiliki sifat ringan, mudah

ditransportasi dan cepat dalam proses instalasi. Dari sisi material, tentunya

diperlukan teknologi material ringan sehingga dapat dibawa dan dirakit oleh

manusia. Dari sisi sistem struktur, harus dapat mengakomodasi proses

instalasi yang cepat dan memiliki kapasitas yang besar. Karena itu, melalui

penelitian jembatan sementara, diharapkan dapat memperoleh teknologi

struktur jembatan sementara yang ringan, cepat dalam proses instalasi dan

memiliki kapasitas yang cukup baik.

Bahan Komposit yang ada di pasaran Indonesia memiliki karakteristik

yang getas dengan transisi antar fase leleh sehingga keruntuhan yang sangat

singkat (ductilitas rendah). Hal ini tentunya sangat tidak diharapkan untuk

bangunan sipil apalagi rumah dan tempat tinggal pada umumnya. Di samping

itu, belum cukupnya database penggunaan bahan komposit lengkap dengan

karakterisasinya sehingga diperlukannya kajian untuk mengetahui

karakteristik bahan komposit plastik untuk konstruksi jembatan. Berdasarkan

hal-hal di atas, diharapkan kita dapat mengembangkan teknologi peningkatan

kualitas komposit untuk konstruksi.

Dalam hal pemenuhan kebutuhan energi terbarukan, dibutuhkan

bahan baku material yang sesuai dengan pemanfaatan energi surya. Peluang

bisnis di bidang energi pembangkit listrik tenaga surya demikian besar.

Indonesia memiliki potensi energi surya sebesar 4.8 KWh/m2 setara 112.000

Page 48: Revisi 5 - 2018

Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 44

GWp sepuluh kali lipat dari potensi Jerman dan Eropa. Sumber energi yang

mengandalkan pemanfaatan fosil tidak lama lagi bakal berakhir. Kebutuhan

listrik terus meningkat sesuai dengan kemajuan masyarakat. Apabila

pemerintah kurang berhasil memenuhinya keadaan menjadi masalah besar.

Energi listrik yang mampu dipasok oleh PLN baru 1500-2000 MW. Oleh

karena itu, PLN sering melakukan pemadaman listrik bergilir. Proyek listrik

10.000MW yang sudah selesai dibangun belum mampu memenuhi

permintaan listrik yang terus melonjak tiap tahun. Diharapkan agar sumber

energi alternatif tidak hanya bersifat renewable dan mudah dikonversi menjadi

energi listrik, dan juga ramah lingkungan. Energi yang paling sesuai adalah

energi surya.

Pembangunan industri sel surya nasional sudah harus disiapkan

segera, karena selain merupakan peluang bisnis yang sangat besar, juga

untuk memperkuat kedaulatan energi nasional di sector pembangkitan energi

baru terbarukan. Demikian pula penyiapan industry bahan baku sel surya,

yaitu industry wafer silikon polikristal yang dimodifikasi menjadi mono-like

silikon sudah sangat mendesak. Pasokan industri wafer tidak hanya untuk

dalam negeri namun dapat lebih luas lagi. Pasokan bahan baku bagi industry

sel surya nasional yang dapat disediakan secara mandiri di dalam negeri

dapat meningkatkan daya saing disektor industri.

3. Layanan Teknologi Polimer

Kehidupan manusia tidak bisa dilepaskan dari material ringan berupa

plastik yang telah digunakan dalam seluruh lini kehidupan baik untuk

perangkat rumah tangga, komponen elektronika, komponen transportasi, dll.

Untuk mendukung industri yang memanfaatkan material polimer, diperlukan

akses teknologi oleh masyarakat/industri dalam peningkatan kualitas dan

standarisasi produk. Untuk keperluan itu, disiapkan layanan teknologi polimer

dan material yang memadai sesuai dengan standar internasional untuk

kepentingan perdagangan global.

Page 49: Revisi 5 - 2018

Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 45

Indikator Program:

1. Persentase penggunaan material biocompatible dalam negri di rumah

sakit orthopedhi terpilih dengan target 10% sampai tahun 2019.

2. Jumlah Inovasi teknologi material pengolahan bahan baku yang

dimanfaatkan oleh industri dengan target 1 inovasi teknologi

3. Jumlah layanan sertifikasi material dan/atau produk polimer yang

dimanfaatkan oleh industri dengan target 5 layanan sertifikasi.

4. Jumlah Layanan Pengujian polimer dengan target 1470 pengujian.

2.4. Pelayanan Teknologi

Layanan teknologi merupakan jembatan yang baik untuk implemetasi hasil

inovasi teknologi kepada semua pemangku kepentingan baik pemerintah, BUMN,

swasta dan rakyat. Berikut adalah target layanan teknologi yangada di deputi bidang

TIEM.

2.4.1. Bidang TIK

Dalam melaksanakan tupoksinya yakni melaksanakan tugas pemerintah di

bidang pengkajian dan penerapan teknologi di bidang teknologi informasi dan

komunikasi, Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi (PTIK) juga melaksanakan

layanan teknologi yang diminta oleh masyarakat secara langsung dengan

mekanisme yang sesuai dengan peraturan dan perundangan yang berlaku.

Mekanisme tersebut adalah melalui Pusat Layanan Teknologi BPPT dengan kontrak

kerja untuk instansi pemerintah dan swasta, atau dengan mekanisme swakelola

pihak pertama untuk instansi pemerintah.

2.4.2. Bidang Teknologi Elektronika Layanan di bidang teknologi elektronika terdiri dari beberapa bentuk, antara

lain: konsultansi penerapan teknologi, pendampingan teknis, studi kelayakan

penerapan teknologi, kajian regulasi dan standar terkait, pengujian perangkat

elektronika, sertifikasi produk dan audit teknologi. Semua layanan teknologi

elektronika dilakukan melalui Pusat Layanan Teknologi yang merupakan BLU di

BPPT.

Page 50: Revisi 5 - 2018

Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 46

2.4.3. Bidang Teknologi Energi Kelistrikan Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-

2019 buku II, tertulis tentang pentingnya layanan perekayasaan dan teknologi

didalam sebuah bisnis. Layanan tersebut bisa berupa jasa-jasa pengujian bahan,

jasa perancangan produk dan perekayasaan, problem solving dan juga jasa

pelatihan dan pendidikan.

Salah satu strategi yang diterapkan pemerintah untuk mencapai RPJMN

tersebut adalah meningkatkan kapasitas dan pelayanan. Untuk itu dilaksanakan

peningkatan kapasitas layanan dan revitaslisasi peralatan laboratorium serta

peningkatan kualitas dan jumlah SDM yang akan di biayai dari dana pemerintah.

Berdasarkan buku RPJMN 2015-2019, B2TKE direncanakan berfungsi

sebagai fasilitas untuk pengujian refrigerator, pendingin ruangan (AC), Kuakitas

solar PV sesuai IEC 61215, perancangan sistem pembangkit panas surya dan

laboratorium kalibrasi. Untuk itu, peralatan yang telah berumur lebih dari 20 tahun

perlu direvitalisasi.

Disamping peningkatan fasilitas di bidang teknologi energi kelistrikan

dilakukan pula kegiatan di bidang layanan teknologi konservasi dan audit energi

serta standardisasi efisiensi penyediaan dan penggunaan energy serta Inovasi.

Layanan teknologi juga mencakup layanan uji batere mobil listrik.

2.4.4. Bidang Teknologi Energi Bahan Bakar dan Industri Kimia Bidang teknologi bahan bakar dan industri kimia, secara umum dapat

memberikan pelayanan teknologi jasa konsultansi, rekayasa disain,jasa pengujian

bahan bakar,jasa pelatihan dan alih teknologi, jasa analisa, pendampingan proses

konstrusi (owner consultant).

Jasa Konsultansi mencakup: studi kelayakan (feasibility study), disain dasar

(basic design), disain rinci (detailed design), supervisi pembangunan (construction

supervision) dan uji komisioning (comissioning test). Pekerjaan yang ditangani mulai

dari disain dan pemodelan untuk proses (process), peralatan (equipment), kelistrikan

(electrical), instrumentas (intrumentation), sipil (civil works), pemipaan (piping),

struktur (structurs), sampai dengan manajemen proyek (project management).

Untuk pelaksanaan jasa tersebut didukung software yang sesuai.

Page 51: Revisi 5 - 2018

Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 47

Jasa pengujian bahan bakar saat ini mencakup pengujian dan karakterisasi

bahan bakar nabati (biofuel), pengujian dan karakterisasi batubara dan uji bakar

batubara. Selain itu juga menangani juga pengujian dan karakterisasi bahan bakar

minyak dan gas.

2.4.5. Bidang Teknologi Material Layanan bidang material adalah alih teknologi, pengembangan teknologi,

pengujian mutu kualitas produk, konsultasi dan pendampingan

Page 52: Revisi 5 - 2018

Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 48

BAB III ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI,KERANGKA REGULASI

DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

Dalam rangka mewujudkan Indonesia yang berdaulat secara politik, mandiri

dalam bidang ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan, maka dalam

RPJMN 2015-2019 telah dirumuskan sembilan agenda prioritas dalam pemerintahan

ke depan. Kesembilan agenda prioritas itu disebut NAWA CITA. Agenda Prioritas

tersebut yang secara langsung dapat didukung oleh BPPT khusunya deputi bidang

TIEM yaitu:

Nawa Cita 1 : Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan

memberikan rasaaman kepada seluruh warga negara.

Nawa Cita 2 : Membuat pemerintah selalu hadir dengan membangun tata kelola

pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya

Nawa Cita 5: Meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat Indonesia.

Nawa Cita 6 : Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional

sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa

Asia lainnya.

Nawa Cita 7 : Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan

sektorsektorstrategis ekonomi domestik.

Berdasarkan sasaran pokok Pembangunan Nasional yang sesuai dengan visi

pembangunan “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian

Berlandaskan Gotong Royong”, maka pembangunan nasional 2015-2019 akan

diarahkan untuk mencapai sasaran utama yang mencakup: 1). Sasaran Makro; 2).

Sasaran Pembangunan Manusia dan Masyarakat: 3). Sasaran Pembangunan

Sektor Unggulan; 4). Sasaran Dimensi Pemerataan; 5). Sasaran Pembangunan

Wilayah dan Antarwilayah; 6). Sasaran Politik, Hukum, Pertahanan dan Keamanan.

Page 53: Revisi 5 - 2018

Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 49

Mengacu pada sasaran utama serta analisis yang hendak dicapai serta

mempertimbangkan lingkungan strategis dan tantangan-tantangan yang akan

dihadapi bangsa Indonesia ke depan, maka arah kebijakan umum pembangunan

nasional 2015-2019 adalah:

1. Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi yang Inklusif dan Berkelanjutan.

2. Meningkatkan Pengelolaan dan Nilai Tambah Sumber Daya Alam (SDA) yang

Berkelanjutan.

3. Mempercepat Pembangunan Infrastruktur Untuk Pertumbuhan dan

Pemerataan

4. Meningkatkan Kualitas Lingkungan Hidup, Mitigasi Bencana Alam dan

Penanganan Perubahan Iklim.

5. Penyiapan Landasan Pembangunan yang Kokoh.

6. Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia dan Kesejahteraan Rakyat

Yang Berkeadilan.

7. Mengembangkan dan Memeratakan Pembangunan Daerah

Sasaran pembangunan Iptek adalah meningkatnya kapasitas iptek yangdijabarkan

sebagai berikut:

1. Meningkatnya hasil penyelenggaraan penelitian, pengembangan dan

penerapan iptek yang mendukungdaya saing sektor produksi barang dan

jasa;keberlanjutan dan pemanfaatan sumber daya alam; sertapenyiapan

masyarakat Indonesia menyongsong kehidupan global.

2. Meningkatnya dukungan bagi kegiatan iptek termasuk penyediaan SDM,

sarana prasarana, kelembagaan, jaringan.

3. Terbangunnya 100 Techno Park di kabupaten/kota, dan Science Park di

setiap provinsi.

3.1 Arah Kebijakan dan Strategi BPPT

Dalam upaya mewujudkan visi dan misi serta pencapaian sasaran strategis

BPPT untukmendukung arah kebijakan dan strategi nasional, arah kebijakan BPPT

pada tahun 2015-2019 adalah sebagai berikut:

a. Melakukan pengkajian dan penerapan teknologi melalui inovasi dan

layananteknologi untuk mendukung peningkatan daya saing industri melalui :

Page 54: Revisi 5 - 2018

Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 50

1. Penyelenggaraan litbangyasa teknologi untuk menghasilkan inovasi

dalambidang teknologi: energi, informasi, elektronika, material,

transportasi, maritim, hankam, permesinan, industri kimia, pangan dan

pertanian, sistiminovasi untuk pembangunan taman tekno dan sains,

dan inkubasi teknologi.

2. Melakukan peningkatan dukungan bagi pelaksanaan pengkajian

danpenerapan melalui dukungan infrastruktur labratorium.

3. Berkontribusi dalam pembangunan dan pengembangan Taman Tekno

danTaman Sains.

b. Mendukung kemandirian bangsa melalui:

Penyelenggaraan litbangyasa teknologi untuk menghasilkan inovasi dalam

bidangteknologi: obat dan kesehatan, teknologi sumber daya alam dan

kelautan,lingkungan dan kebencanaan.

c. Meningkatnya tatakelola pemerintahan yang baik untuk mendukung inovasi

danlayanan teknolog

Strategi pelaksanaan dari arah kebijakan tersebut diatas dilakukan melalui:

a. Melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi melalui 3 (tiga)program

utamayaitu:

1. Program Pengkajian dan Penerapan Teknologi (PPT),

2. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis

Lainnya BPPT,

3. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur BPPT.

b. Melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi melalui

pembidanganteknologi yang ada di BPPT

c. Melaksanakan kegiatan dengan pemanfaatan Sistem Inovasi Nasional

d. Melaksanakan kegiatan dengan sistem tata kerja kerekayasaan (STTK)

Page 55: Revisi 5 - 2018

Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 51

3.2. Arah Kebijakan dan Strategi Deputi bidang TIEM

Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya serta arah kebijakan dan strategi

BPPT, maka deputi bidang TIEM merumuskan arah kebijakan dan strategi

pencapaian sasaran program yang akan dilaksanakan dalam kurun waktu 2015-

2019 kedepan, seperti berikut.

No Arah Kebijakan Strategi

1 Peningkatan daya saing industri melalui inovasi dan/atau layanan teknologi TIK

Pemanfaatan dan pelayanan teknologi e-services berbasis identifikasi dan/atau sertifikat elektronik (KTP-el dan sertifikat dijital) pada perusahaan

2 Peningkatan daya saing industri melalui inovasi dan/atau layanan teknologi elektronika

Pemanfaatan layanan teknologi elektronika navigasi untuk keselamatan transportasi

3 Peningkatan kemandirian bangsa melalui inovasi dan/atau layanan teknologi energi

Pemanfaatan energi terbarukan untuk pembangkit listrik

4 Peningkatan kemandirian bangsa melalui inovasi dan/atau layanan teknologi audit energi

Pemanfaatan rekomendasi audit energi

5 Peningkatan kemandirian bangsa melalui inovasi dan/atau layanan teknologi bahan bakar nabati

Pemanfaatan inovasi teknologi produksi Bahan Bakar Nabati

6 Peningkatan kemandirian bangsa melalui inovasi dan/ atau layanan teknologi industri kimia

Pemanfaatan inovasi teknologi industri kimia

7 Peningkatan daya saing industri melalui inovasi dan/atau layanan teknologi material

Pemanfaatan layanan teknologi material biocompatible dalam negri

Page 56: Revisi 5 - 2018

Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 52

3.3. Kerangka Regulasi

• Keputusan Presiden Nomor 103 tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas ,

Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga

Pemerintah Non Departemen.

• Peraturan Presiden Republik Indonesia No 2 Tahun 2015 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015 – 2019.

• Undang Undang republik Indonesia No 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan

Transaksi Elektronik.

• Undang Undang Republik Indonesia No. 1 th 2014 ttg Peraturan Keselamatan

Penerbangan Sipil

Disamping itu terkait dengan Penguasaan dan Pemanfaatan Teknologi ada

beberapa peraturan perundangan yaitu Undang-Undang no 18 tahun 2002

mengamanatkan penguasaan, pemanfaatan, dan pemajuan ilmu pengetahuan dan

teknologi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di Indonesia

sebagai bagian yang tak terpisahkan dari pencapaian tujuan negara.

Teknologi sebagai cara atau metode serta proses atau produk yang

dihasilkan dari penerapan dan pemanfaatan berbagai disiplin ilmu pengetahuan

disiapkan untuk menghasilkan nilai bagi pemenuhan kebutuhan, kelangsungan, dan

peningkatan mutu kehidupan manusia dan dituntut penguasaannya untuk

memudahkan industri memproduksi produk-produk yang dibutuhkan masyarakat.

Penguasaan Teknologi untuk Pembangunan dan Penguatan Struktur

Industri:Sesuai amanat UU no 3 tahun 2014, Industri merupakan sektor usaha yang

terkait erat dengan pertumbuhan ekonomi. Dengan kondisi ekonomi baik, negara

dapat membiayai pembangunan di segala bidang.

Industri manufaktur harus memiliki Sumber daya teknologi, SDM kompeten

dan pasokan bahan baku yang aman. Struktur industri nasional harus diperkuat

untuk penguasaan pasar maupun untuk kedalaman jaringan pemasok bahan baku

dan bahan pendukung, komponen, dan barang setengah jadi bagi industri hilir.

Page 57: Revisi 5 - 2018

Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 53

3.4. Kerangka Kelembagaan Penyesuaian kerangka kelembagaan BPPT (struktur organisasi,

ketatalaksanaan dan pengelolaan SDM) yang digunakan untuk melaksanakan

Rencana Strategis BPPT 2015 – 2019 mengikuti prinsip-prinsip sebagai berikut:

1. Meningkatkan keterkaitan dan koordinasi pelaksanaan bidang-bidang

pembangunan yang terdapat dalam RPJMN 2015-2019, sesuai dengan fungsi

dan visi/misi BPPT;

2. Mempertajam arah kebijakan dan strategi BPPT sesuai dengan kapasitas

organisasi dan dukungan sumber daya BPPT;

3. Membangun struktur organisasi yang tepat fungsi dan tepat ukuran, menghindari

duplikasi fungsi dan meningkatkan efektivitas dan efisiensi BPPT dalam

melaksanakan program-program pembangunan nasional;

4. Memperjelas ketatalaksanaan dan meningkatkan profesionalitas SDM BPPT.

Struktur organisasi BPPT merupakan kerangka dalam pola tetap hubungan

diantara fungsi-fungsi, unit-unit, atau posisi-posisi, maupun orang-orang yang

menunjukkan kedudukan, tugas, wewenang dan tanggung jawab yang berbeda-

beda dalam satu organisasi BPPT. Struktur organisasi BPPT mengandung unsur-

unsur sebagai berikut:

1. Spesialisasi kegiatan, yaitu berkenaan dengan spesifikasi tugas-tugas dalam

organisasi BPPT;

2. Standardisasi kegiatan, yaitu prosedur-prosedur yang digunakan untuk menjamin

terlaksananya kegiatan yang telah direncanakan;

3. Koordinasi kegiatan, yaitu menunjukkan prosedur-prosedur yang

mengintegrasikan fungsi-fungsi satuan kerja dalam organisasi BPPT;

4. Sentralisasi dan desentralisasi pengambilan keputusan yang menunjukkan lokasi

(letak) kekuasaan pembuatan keputusan;

5. Ukuran satuan kerja yang menunjukkan level eselonisasi suatu unit kerja.

Page 58: Revisi 5 - 2018

Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 54

Berdasarkan tujuan reformasi birokrasi untuk membentuk organisasi yang

tepat fungsi maka, struktur organisasi deputi bidang TIEM telah direorganisasi

berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Nomor :

009 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengkajian dan

Penerapan Teknologi digambarkan pada berikut:

Page 59: Revisi 5 - 2018

Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 55

BAB IV

TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN

4.1 Target Kinerja

Dalam rangka menentukan target kinerja dan kerangka pendanaan kegiatan

di Deputi bidang TIEM 2015-2019, ada dokumen utama yang menjadi acuan adalah

Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015–2019 dan Renstra BPPT 2015-2019

termasuk revisinya yang antara lain yang termuat dalam buku 1 dan buku 2.

Berdasarkan acuan diatas, kemudian dilakukan sinkronisasi dengan

kompetensi dan sumber daya di deputi bidang TIEM yang selanjutnya menghasilkan

15 (Lima Belas) inovasi dan 3 (tiga) layanan TIEM 2015-2019 terpilih yaitu:

• Bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi : 1. Inovasi dan layanan teknologi Penyelenggaraan Sistem Elektronik untuk E-

Pemerintahan dan E-Business

2. Inovasi dan layanan teknologi Intelligent Computing

3. Inovasi dan layanan teknologi Infrastruktur dan Keamanan Informasi

• Bidang Teknologi Elektronika : 1. Inovasi dan layanan teknologi Elektronika Navigasi

2. Inovasi Konvergensi teknologi Elektronika dan Telekomunikasi Sistem

Telemedicine

• Bidang Teknologi Sumberdaya Energi dan Industri Kimia: 1. Inovasi Teknologi Produksi Bio Energi

2. Inovasi Teknologi Produksi dan Pemanfaatan Migas dan Batubara

3. Inovasi Teknologi Perencanaan Energi dan Optimalisasi Sistem

EnergiNasional

4. Inovasi Teknologi Industri Petrokimia

5. Layanan Teknologi Bahan Bakar dan Rekayasa Desain

• Bidang Teknologi Konversi Energi: 1. Inovasi Teknologi PLTP Skala Kecil s/d 5 MW

Page 60: Revisi 5 - 2018

Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 56

2. Inovasi Teknologi Smartgrid

3. Inovasi Teknologi Konservasi dan Audit Energi

4. Kawasan Techno Park Energi Terbarukan (Baron Techno Park)

5. Layanan Teknologi pengujian peralatan energi baru terbarukan

• Bidang Teknologi Material: 1. Inovasi Teknologi Material Biocompatible

2. Inovasi Teknologi Material Bahan Baku Industri

3. Layanan sertifikasi material dan/atau produk polimer

Rangkuman sasaran program dan indikator kinerja program serta target kinerja

Deputi Bidang Teknologi Informasi Energi dan Material tahun 2015 – 2019 dapat

dilihat dalam tabel dibawah.

Tabel 1: Sasaran Program dan Target Kinerja Tahun 2015 – 2019

Sasaran Program IKP Satuan 2015 2016 2017 2018 2019 Catatan

SP-1 Terwujudnya rekomendasi kebijakan nasional di bidang Teknologi Informasi, Energi dan Material

Jumlah rekomendasi

kebijakan

Buku 1

SP-2 Terwujudnya inovasi teknologi di bidang Teknologi Informasi, Energi, Material untuk mendukung peningkatan daya saing menuju kemandirian bangsa

Jumlah inovasi

inovasi 2 5 7 7

SP-3 Terwujudnya audit teknologi, kliring teknologi, alih teknologi dan layanan teknologi di bidang Teknologi Informasi, Energi dan Material untuk peningkatan daya saing menuju kemandirian bangsa

Jumlah audit teknologi,

kliring teknologi, alih teknologi dan

layanan teknologi

audit tekno, kliring tekno,

alih tekno. dan

layanan tekno.

1 1 1 3 1

Page 61: Revisi 5 - 2018

Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 57

Tabel 2. Indikator Kinerja Program Jumlah Rekomendasi Kebijakan

Sasaran Program Indikator Kinerja Program

Target Unit

Satuan 2015 2016 2017 2018 2019

SP-1 Terwujudnya rekomendasi kebijakan nasional di bidang Teknologi Informasi, Energi dan Material

Jumlah rekomendasi kebijakan teknologi e-Pemilu

1 PTIK

Tabel 3. Indikator Kinerja Program Jumlah Inovasi

Sasaran Program Indikator Kinerja Program

Target Unit

Satuan 2015 2016 2017 2018 2019

SP-2 Terwujudnya inovasi teknologi di bidang Teknologi Informasi, Energi, Material untuk mendukung peningkatan daya saing menuju kemandirian bangsa

Jumlah inovasi sistem elektronika navigasi untuk meningkatkan keselamatan transportasi udara

produk 1 PTE

Jumlah inovasi sistem elektronika untuk pemantauan transportasi laut

produk 1 1 PTE

Jumlah inovasi konvergensi elektromedika

produk 1 1 PTE

Jumlah inovasi sistem keuangan daerah berbasis cloud

produk 1 1 PTIK

Jumlah inovasi sistem e-Pemilu

produk 1 1 1 PTIK

Jumlah inovasi teknologi PLTP CT 3 MW dng TKDN maksimal - Kamodjang

produk 1 B2TKE

Jumlah inovasi PLTP Binary Cycle 500 KW - Lahendong

produk 1 B2TKE

Jumlah inovasi smartgrid pada iconic Sumba

produk 1 1 B2TKE

Jumlah inovasi Teknologi Pupuk Lepas Lambat (SRF)

produk 1 PTSEIK

Jumlah inovasi teknologi BBN

produk 1 1 PTSEIK

Page 62: Revisi 5 - 2018

Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 58

Jumlah inovasi teknologi Material biocompatible (implant SS316L)

produk 1 PTM

Jumlah inovasi Rubber Air Bag utk industri kemaritiman

produk 1 PTM

Jumlah inovasi teknologi material karet utk Retread Ban Twin Otter

produk 1 1 PTM

Tabel 4. Indikator Kinerja Program Jumlah audit teknologi, kliring teknologi, alih

teknologi dan layanan teknologi

Sasaran Program Indikator Kinerja Program

Target Unit

Satuan 2015 2016 2017 2018 2019

SP-3 Terwujudnya audit teknologi, kliring teknologi, alih teknologi dan layanan teknologi di bidang Teknologi Informasi, Energi dan Material untuk peningkatan daya saing menuju kemandirian bangsa

Jumlah kliring teknologi

Buku 1 PTIK

Jumlah audit teknologi

Laporan 1 PTIK

Layanan teknologi implementasi SIMRAL

Layanan teknologi perencanaan energi dan optimalisasi system energi nasional

Kontrak 1 1 1 1 1 PTSEIK

A. Program Pengkajian dan Penerapan Teknologi Capaian Kinerja (Impact) BPPT merupakan kontribusi secara konvergen dan

berjenjang dari capaian kinerja (outcome) Eselon I dan capaian kinerja

(output) Eselon II Unit/Satuan Kerja sebagai hasil dari pelaksanaan program

dan kegiatan.Alur Arsitektur Dan Informasi Kinerja (ADIK) untuk 15 (Lima

Belas) kegiatan Program Pengkajian dan Penerapan teknologi (PPT

Selanjutnya berdasarkan alur pikir seperti yang diperlihatkan pada gambar

disusun formulasi strategis program Pengkajian dan Penerapan Teknologi

(PPT) Deputi bidang TIEM 2015-2019 yang memuat Sasaran Program untuk

mendukung Sasaran Strategis dapat diuraikan dalam indikator dan target

kinerja.

Page 63: Revisi 5 - 2018

Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 59

B. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya,

dengan 5 sasaran program sebagai berikut :

1. Meningkatnya pelaksanaan Reformasi Birokrasi .

2. Meningkatnya akuntabilitas kinerja.

3. Meningkatnya Kualitas Pelayanan Publik Kepada Masyarakat

4. Tercapainya transparansi, kualitas pengawasan, dan percepatan

penyelesaian tindak lanjut hasil pengawasan dan memenuhi harapan

pemangku kepentingan

5. Tercapainya Penerapan Manajemen Risiko pada pelaksanaan

Program/Kegiatan.

C. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur, dengan sasaran

program terwujudnya pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana

4.2 Kerangka Pendanaan Kerangka pendanaan ditujukan untuk mempertajam alokasi anggaran agar

efektif dan efisien. Melalui mekanisme penyusunan kerangka pendanaan yang

dilaksanakan yaitu dengan mempertimbangkan kegiatan dan anggaran tahun

sebelumnya, yang kemudian direview khususnya pada keberlanjutan program

terhadap agenda pembangunan dengan melakukan perbaikan-perbaikan pada

output/keluaranserta komponen-komponen dibawahnya. Dengan

mempertimbangkan lingkungan strategis dan capaian pada visi dan misi maka

dilakukan review baseline yang meliputi alokasi program, kegiatan dan output serta

komponen yang berlanjut maupun yang baru; volume target pada masing-masing

tingkatan serta evaluasi terhadap output yang sudah tercapai menjadi hasil/outcome.

Perhitungan pada KPJM (Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah) yang

melalui perhitungan khususnya sampai dengan awal 2016 yang sudah dilakukan di

awal tahun baik untuk biaya operasional maupun non operasional dengan dasar

mempertimbangkan hasil kegiatan dan evaluasinya terhadap capaian kinerja yang

sudah ditetapkan. Adapun perhitungannya yaitu dengan mempertimbangkan alokasi

dari masing-masing program, yang merupakan kompilasi alokasi per kegiatan

sebagai implikasi adanya anggaran di masing-masing output, sedangkan untuk

Page 64: Revisi 5 - 2018

Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 60

tingkat komponen merupakan hasil perhitungan volume komponen dikalikan dengan

satuan biaya dan inflasinya.

Lampiran Perpres No. 2 RPJMN 2015-2019 tentang RPJMN Tahun 2015–

2019 menjadi acuan asumsi dasar pendanaan kegiatan-kegiatan inovasi dan

layanan teknologi diatas. Alokasi baseline anggaran program deputi bidang TIEM

berdasarkan lampiran PerpresNo. 2/2015 terbagi kedalam 11 (sebelas) kode/nomor

program

Anggaran diatas merupakan bagian terintegrasi dari pendanaan Program dan

Kegiatan BPPT pada RPJMN 2015-2019 dalam rangka untuk mewujudkan

kemandirian bangsa, peningkatan daya saing dan pelayanan publik.

Selanjutnya berdasarkan uraian Arsitektur Data dan Informasi Kegiatan

(ADIK), maka alokasi baseline anggaran diatas dioptimasi untuk mendapatkan

kerangka Pendanaan Program dan Kegiatan TIEM Tahun 2015-2019 untuk

pencapaian Sasaran Program Deputi bidang TIEM

Sasaran Kegiatan Tahunan PTIK

2015 2016 2017 2018 20191 Terwujudnya rekomendasi

kebijakan nasional di bidang Teknologi Informasi

Jumlah Rekomendasi Kebijakan Nasional Pemanfaatan sertifikat digital dalam Pemilu Nasional

Buku 1

2 Terwujudnya e-service (e-Govt & e-business) berbasis identitas dan/atau elektronik

Jumlah inovasi teknologi di bidang e-Government dan e-business yang dimanfaatkan mitra

Paket Teknologi

1 1 1

2,7 4 4,5 4,5

3 Terwujudnya penggunaan bersama infrastruktur data center untuk cloud computing dan certificate authority

Jumlah pengguna hasil inovasi teknologi infrastruktur TIK khususnya IT security

Bahdan Hukum 4 4 4 4 4

2,8 6 5 3

4 Terwujudnya penggunaan inovasi teknologi intelligent computing untuk human information processing

Jumlah inovasi teknologi intelligent computing yang digunakan oleh instansi pemerintah/ industri/ akademisi

Paket Teknologi

1 1

1,8 7 2,5 2

Anggaran (Milyar Rp)

Anggaran (Milyar Rp)

Anggaran (Milyar Rp)

Target (Kinerja & Anggaran)No. Sasaran Indikator Satuan

Anggaran (Milyar Rp)

Page 65: Revisi 5 - 2018

Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 61

Sasaran Kegiatan Tahunan PTE

Page 66: Revisi 5 - 2018

Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 62

Sasaran Kegiatan Tahunan B2TKE

No Sasaran Kegiatan Indikator Kinerja Target

Satuan 2015 2016 2017 2018 2019

1

SK 1

Dihasilkannya Alih

Teknologi Pembangkit

Listrik tenaga Panas

Bumi (PLTP) Skala kecil

dengan TKDN Maksimal

Jumlah Alih teknologi PLTP Skala Kecil ke industri

dalam negeri/konsorsium PLTP (Multiplikasi)

Pilot plant 1 1 1 1 1

ANGGARAN (JUTA) 17.100 5.667 2.839 8.488 5.000

2

Terwujudnya pilot plant

smart charging station

untuk mobil listrik

Jumlah prototipe charging station untuk mobil listrik Prototipe - - - 1 -

Jumlah pilot plant charging station untuk mobil listrik Pilot plant - - - - 1

Jumlah pilot plant lab uji baterai untuk mobil listrik Pilot plant - - - 1 -

Jumlah akreditasi lab uji baterai untuk mobil listrik Akreditasi - - - - 1

ANGGARAN (JUTA) - - - 5.080 8.000

Page 67: Revisi 5 - 2018

Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 63

No Sasaran Kegiatan Indikator Kinerja Target

Satuan 2015 2016 2017 2018 2019

3

Terwujudnya Kawasan

Techno Park Energi

(Baron Techno Park)

Jumlah Layanan Kunjungan Edukasi Techno Park EBT

Baron Layanan 700 1000 400 4000 4500

Jumlah Pelatihan IPTEK EBT di Baron Layanan 1 1 1 2 2

Jumlah Paket Pembangunan Sarana dan Prasarana

Pendukung Baron Techno Park Prototipe - 1 1 - -

ANGGARAN (JUTA) 7.000 5.481 2.845 983 5.000

4

Terwujudnya Penerapan

Teknologi Konservasi

Energi untuk Industri

Jumlah Rekomendasi Desain Teknologi Kogenerasi

untuk Industri

Rekomend

asi - 1 - - -

Jumlah prototipe boiler dg efisiensi tinggi untuk PLTU

dg batu bara kualitas rendah Prototipe - - - - 1

Jumlah prototipe Teknologi Peningkatan Produktifitas

Pembangkit dengan Optimasi Heat Rate Prototipe - - - - 1

Page 68: Revisi 5 - 2018

Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 64

No Sasaran Kegiatan Indikator Kinerja Target

Satuan 2015 2016 2017 2018 2019

Jumlah Pedoman Teknis Penghematan energi dan

Manajemen Energi untuk Pemda Reff Teknis - - - - 1

Jumlah Pengembangan Lab Pengujian Peralatan

Listrik untuk Mendukung Label Tingkat Hemat Energi Reff Teknis - - - - 1

ANGGARAN (JUTA) - 430 - - 9.000

5

Terwujudnya Pilot Plant

smart grid untuk

peningkatan kualitas

kelistrikan di pedesaan

atau perkotaan

Jumlah desain SCADA Smart Grid di Kawasan

PUSPIPTEK Reff Teknis - 1 - - -

Jumlah prototipe smartgrid di Kawasan PUSPIPTEK Prototipe - - 1 1 -

Jumlah kliring teknologi Smart Grid untuk pedesaan

atau perkotaan

Kliring

teknologi - - - - 1

ANGGARAN (JUTA) 1.500 1.800 2.323 2.730 5.000

6 Terwujudnya Jumlah Pilot Plant Peralatan Laboratorium konversi Pilot plant - - 1 1 1

Page 69: Revisi 5 - 2018

Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 65

No Sasaran Kegiatan Indikator Kinerja Target

Satuan 2015 2016 2017 2018 2019

pengembangan dan

revitalisasi peralatan

laboratorium konversi

energy dan teknologi

kelistrikan

energy dan teknologi kelistrikan

ANGGARAN (JUTA) - - 28.000 50.000 44.000

7

Terlaksananya layanan

jasa teknologi konversi

energi (PNBP)

Jumlah Layanan Pengujian Peralatan EBT Pengujian 35 40 45 50 68

Jumlah Layanan Pengujian Peralatan Listrik Berbasis

Standar Nasional atau Internasional Pengujian 6 7 8 10 12

Jumlah Jasa Konsultansi pengembangan dan

penerapan teknologi energi Konsultansi 2 2 2 3 4

Indeks Kepuasan Masyarakat IKM -- -- B B B

ANGGARAN (JUTA) 5.579 5.161 4.368 5.316 5.327

8 Terlaksananya layanan Jumlah layanan pembayaran belanja pegawai Layanan 12 12 12 12 12

Page 70: Revisi 5 - 2018

Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 66

No Sasaran Kegiatan Indikator Kinerja Target

Satuan 2015 2016 2017 2018 2019

perkantoran untuk

mendukung inovasi dan

layanan teknologi

Jumlah layanan jasa operasional dan pemeliharaan

perkantoran Layanan 12 12 12 12 12

ANGGARAN (JUTA) 11.736 12.125 17.418 21.598 25.012

Page 71: Revisi 5 - 2018

Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 67

Sasaran Kegiatan Tahunan PTSEIK

Page 72: Revisi 5 - 2018

Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 68

Sasaran Kegiatan Tahunan PTM

Page 73: Revisi 5 - 2018

Renstra Deputi Bidang TIEM 2015-2019 Page 69

BAB V

P E N U T U P

Renstra TIEM 2015-2019 merupakan acuan dalam menyusun program, kegiatan,

dan anggaran serta indikator kinerja dan targetnya di lingkungan TIEM. Renstra ini

selanjutnya akan menjadi bahan untuk laporan akuntabilitas deputi bidang kepada

stakeholders dan customers dalam perencanaan program, perencanaan

sumberdaya, perencanaan kelembagaandan pengendalian pelaksanaan program

serta pengawasan agar lebih berhasil dan berdaya guna dalam menjalankan tugas

pokok dan fungsi TIEM.

Rencana strategis deputi bidangTIEM merupakan cerminan dari program, kegiatan,

anggaran, indikator kinerja, dan target yang lebih operasional yang disusun dan

ditindaklanjuti dengan penyusunan Rencana Kegiatan Anggaran

Kementerian/Lembaga (RKA-KL) dan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA).

Pengukuran kinerja akan dilakukan dengan mengacu pada sistem dan prosedur

pengukuran kinerja yang telah ditetapkan oleh pimpinan BPPT dan berdasarkan

peraturan perundangan yang berlaku dari Pemerintah. Pelaksanaan pengukuruan

kinerja dilakukan secara berkala.