Review Terkait Masalah Perbatasan Indonesia
-
Upload
elsye-sherly-lipesik -
Category
Documents
-
view
15 -
download
2
description
Transcript of Review Terkait Masalah Perbatasan Indonesia
Indonesia merupakan negara kepulauan dengan 17.508 pulau yang letaknya secara
geografis sangat strategis, karena berada pada posisi antara Benua Asia dan Benua Australia
serta diantara Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Pulau-pulau tersebut dihubungkan dengan
selat yang membentuk kepulauan dengan luas perairan sekitar 5.877.879 km2 dan luas
daratannya adalah 2.001.044 km2. Indonesia berbatasan darat dengan Malaysia, Papua Nugini,
dan Timor Leste, serta berbatasan laut dengan Vietnam, Australia, Singapura, Malaysia, Filipina,
Papua Nugini, Timor Leste, Republik Palau, Thailand serta India. Yang termasuk kawasan
perbatasan di Indonesia mencakup 12 provinsi, 38 kabupaten/kota, dan 187 kecamatan sebagai
lokasi prioritas di kawasan perbatasan.
Kawasan perbatasan merupakan pintu gerbang dengan negara tetangga, sehingga harus
tampak baik dari luar, maka diperlukan pembangunan dan peningkatan pendidikan, kesehatan,
aksesibilitas, informasi, ekonomi, dan ideologi masyarakat perbatasan. Hal tersebut perlu
dilakukan untuk keutuhan Negara Republik Kesatuan Indonesia, karena daerah perbatasan
mempunyai pengaruh penting bagi kedaulatan negara, merupakan faktor pendorong bagi
peningkatan kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat, serta mempunyai keterkaitan yang saling
mempengaruhi dengan negara yang berbatasan. Ancaman di daerah perbatasan adalah
kesenjangan sosial ekonomi antara wilayah perbatasan Indonesia dengan wilayah perbatasan
Malaysia sehingga menimbulkan adanya illegal logging, illegal entry. Kurangnya perhatian
pemerintah dalam mengelola kawasan perbatasan menimbulkan kerugian dalam penyelesaian
sengketa, serta kerusakan lingkungan baik oleh alam maupun sebagai akibat dari ulah manusia
menyebabkan berubahnya atau bergesernya batas antar negara yang mengurangi luas wilayah
Indonesia.
Daerah perbatasan yang seharusnya dapat menjadi pusat perekonomian di negara lain,
tetapi di Indonesia malah menjadi daerah terbelakang dengan kurangnya akses bahkan tidak
adanya akses menuju ke daerah perbatasan sangat mengancam pertahanan dan keamanan negara.
Kebijakan pemerintah dalam menangani persoalan perbatasan Republik Indonesia seakan-akan
hanya sekedar wacana saja, karena hingga saat ini realisasi dari kebijakan dan rencana belum
nampak. Pemerintah dirasa kurang serius dalam melakukan penanganan perbatasan,anggaran
yang diberikan pun tidak cukup untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat perbatasan dari
segi ekonomi serta fisik bangunannya. Kurangnya koordinasi antara pemerintah daerah dengan
pemerintah pusat, sehingga terjadi tumpang tindih kebijakan dan perencanaan. Karena setiap
departemen cenderung menjalankan kepentingan masing-masing tanpa adanya keterpaduan
untuk mencapai satu tujuan.
Lemahnya realisasi kebijakan Indonesia terlihat dari isi UU No.26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang bahwa kawasan perbatasan merupakan kawasan strategis dari sudut pertahanan
dan keamanan yang diprioritaskan penataan ruangnya. Namun, realisasinya semenjak UU
tersebut disahkan pada tanggal 26 April 2007, hingga saat ini, yang berarti sudah sekitar hampir
enam tahun, kawasan strategis di perbatasan tetap merupakan kawasan yang terbelakang
ekonomi serta pendidikan dan pembangunannya. Sulit mengembangkan kawasan perbatasan jika
tidak ada kemauan dari pemerintah pusat, terbukti dengan minimnya dana yang dialokasikan
untuk kawasan perbatasan, contohnya seperti di Kepulauan Riau yang berbatasan laut dengan
Malaysia, Singapura, dan Vietnam, hanya mengalokasikan dana pengembangan perbatasan
sebesar 5 milyar rupiah. Secara keseluruhan, dana untuk pengembangan kawasan perbatasan
Indonesia pada Tahun 2012 sebesar 3,85 triliun rupiah, namun belum tampak perubahan atau
pun kemajuan dari daerah perbatasan. Tidak heran, karena pemerintah Indonesia memang
dikenal dunia sebagai ahli korupsi yang menyebabkan Indonesia masuk ke dalam urutan atas
negara yang memiliki tingkat korupsi yang tinggi.
Badan Nasional Pengelolaan Perbatasan dibentuk pada tanggal 28 Januari 2010. Setelah
55 tahun merdeka, pemerintah pusat baru mulai memperhatikan kawasan perbatasan yang selama
ini seakan-akan “di-anak tiri-kan”. Keseriusan pemerintah timbul karena Pulau Sipadan dan
Ligitan serta Ambalad menjadi sengketa antara Indonesia dan Malaysia. Karena kurangnya
perhatian terhadap daerah perbatasan, menjadikan celah bagi negara tetangga untuk mengambil
alih lahan Indonesia untuk perluasan wilayahnya. Bila pemerintah kita lebih memperhatikan dan
melakukan pembangunan di kawasan perbatasan, maka tidak akan ada celah bagi Malaysia untuk
merebut tanah kita. BNPP sesuai fungsinya telah menghasilkan “Grand Desain Pengelolaan
Batas Wilayah Negara Dan Kawasan Perbatasan Tahun 2010-2025”. Terdapat dua dokumen
lainnya yang mendukung dokumen desain besar tersebut, antara lain: Rencana Induk
Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Tahun 2011-2014 dan Rencana
Aksi Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Tahun 2011. Desain besar
memuat kebijakan dan strategi pengelolaan perbatasan jangka panjang dan diposisikan untuk
menjembatani rencana pembangunan jangka menengah dan pembangunan jangka pendek.
Rencana induk memuat arah kebijakan, strategi, dan program pengelolaan jangka menengah
lintas kementrian/lembaga. Rencana aksi memuat program dan kegiatan jangka pendek lintas
kementrian/lembaga.
Dengan adanya desain besar, diharapkan permasalahan batas wilayah Indonesia menjadi
lebih jelas dan dapat terselesaikan, serta untuk mengelola wilayah perbatasan dengan
menggunakan pendekatan kesejahteraan, keamanan, serta lingkungan, dan manajemen berbasis
wilayah untuk mengembangkan potensi kawasan dan memecahkan problem strategis perbatasan
pada wilayah konsentrasi pengembangan agar dapat menggiring sektor swasta untuk masuk dan
berinvestasi dalam melakukan pembangunan. Ketiga dokumen tersebut sangat bagus secara teori,
namun apabila tidak direalisasikan dan tidak ada perubahan yang signifikan terhadap
permasalahan di perbatasan serta masih mengancam kedaulatan negara kita, maka dapat
dikatakan pemerintah talk only, no action karena tidak didukung dengan anggaran dana yang
layak untuk mengatasi perbatasan.
Sumber:
Anonim. 2012. Disusun Tiga Dokumen Pengelolaan Kawasan Perbatasan. (Online:
http://regional.kompasiana.com/2012/02/06/disusun-tiga-dokumen-pengelolaan-kawasan-
perbatasan-433210.html, diakes tanggal 21 Fbruari 2013).
Anonim. 2009. Kajian Kebijakan Strategis Pengelolaan Terpadu Wilayah Perbatasan.
(Online: http://www.pu.go.id/isustrategis/view/28, diakses tanggal 21 Februari 2013).
Datinlitbang. 2011. Bagaimana Mengatasi Permasalahan di Daerah Perbatasan.
(Online: http://www.balitbang.kemhan.go.id/?q=content/bagaimana-mengatasi-permasalahan-di-
daerah-perbatasan, diakes tanggal 21 Februari 2013).
Desain Besar Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Tahun 2011-
2025.