Makalah Otonomi Daerah Perbatasan

27
MAKALAH OTONOMI DAERAH PERBATASAN MALINDO (malesiya indonesia) Kalimantan barat O L E H KARMILA JURUSAN : R P L 1

Transcript of Makalah Otonomi Daerah Perbatasan

Page 1: Makalah Otonomi Daerah Perbatasan

MAKALAH

OTONOMI DAERAH

PERBATASAN MALINDO (malesiya indonesia)

Kalimantan barat

O

L

E

H

KARMILA

JURUSAN : R P L

SMK Negri 1 Sajingan besar

2013

1

Page 2: Makalah Otonomi Daerah Perbatasan

Negara Republik Indonesia sebagai negara kesatuan menganut asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan dengan memberikan kesempatan dan keleluasaan kepada daerah untuk menyelengarakan otonomi daerah. Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pasal 18 UUD 1945 dan perubahannya menyatakan pembagian daerah Indonesia atas daerah besar dan daerah kecil, dengan bentuk dan susunan pemerintahannya ditetapkan dengan undang-undang.

Secara anatomis, urusan pemerintah dibagi dua yakni absolut yang merupakan urusan mutlak pemerintah pusat (hankam, moneter, yustisi, politik luar negeri, dan agama), serta Concurrent (urusan bersama pusat, provinsi dan kabupaten/kota). Urusan pemerintah yang bersifat concurrent artinya urusan pemerintahan yang penanganannya dapat dilaksanakan bersama antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Dengan demikian setiap urusan yang bersifat concurrent senantiasa ada bagian urusan yang menjadi kewenangan pemerintah pusat, ada bagian urusan yang diserahkan kepada provinsi, dan ada bagian urusan yang diserahkan kepada kabupaten/kota. Pemerintah pusat berwenang membuat norma-norma, standar, prosedur, monitoring dan evaluasi, supervisi, fasilitasi dan urusan-urusan pemerintahan dengan eksternalitas nasional. Pemerintah provinsi berwenang mengatur dan mengurus urusan-urusan pemerintahan dengan eksternal regional, dan kabupaten/kota berwenang mengatur dan mengurus urusan-urusan pemerintahan dengan eksternalitas lokal. Urusan yang menjadi kewenangan daerah, meliputi urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan pemerintahan wajib adalah suatu urusan pemerintahan yang berkaitan dengan pelayanan dasar seperti pendidikan dasar, kesehatan, pemenuhan kebutuhan hidup minimal, prasarana lingkungan dasar; sedangkan urusan pemerintahan yang bersifat pilihan terkait erat dengan potensi unggulan dan kekhasan daerah.

Penyelenggaraan pemerintahan daerah disesuaikan dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yaitu pemerintahan daerah, yang mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan, diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan, pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan suatu daerah dalam sistem Negara Republik Indonesia.

Namun, ditengah pelaksanaan Otonomi Daerah yang telah dilaksanakan tersebut terdapat pertanyaan apakah pelaksanaanya akan lancar hingga akan membawa dampak positif bagi daerah tersebut atau malah pelaksanaan Ontonomi Daerah tersebut akan berjalan dengan kacau sehingga malah akan membuat daerah tersebut semakin terpuruk. Oleh karena itu, perlu ditelaah dengan lebih lanjut bagaimana pelaksanaan Otonomi Daerah di Indonesia, karena pelaksanaan Otonomi Daerah merupakan sesuatu yang vital bagi jalannya roda pemerintahan.

2

Page 3: Makalah Otonomi Daerah Perbatasan

Kabupaten Sambas adalah salah satu kabupaten di provinsi Kalimantan Barat. Kabupaten Sambas memiliki luas wilayah 6.395,70 km² atau 639.570 ha (4,36% dari luas wilayah Propinsi Kalimantan Barat), merupakan wilayah Kabupaten yang terletak pada bagian pantai barat paling utara dari wilayah propinsi Kalimantan Barat. Panjang pantai ± 128,5 km dan panjang perbatasan negara ± 97 km,

Batas wilayah Kabupaten Sambas terletak di antara 1’23” LU dan 108’39” BT dengan batas-batas wilayah administratif sebagai berikut:

Utara : Sarawak, Malaysia TimurSelatan : Kota SingkawangBarat : Selat Karimata, Laut Cina SelatanTimur : Kabupaten Bengkayang

Sambas di masa Hindia Belanda Kabupaten Sambas yang terbentuk sekarang ini adalah hasil pemekaran kabupaten pada tahun 2000. Sebelumnya wilayah Kabupaten Sambas sejak tahun 1960 adalah meliputi juga Kota Singkawang dan Kabupaten Bengkayang sekarang dimana pembentukan Kabupaten Sambas pada tahun 1960 itu adalah berdasarkan bekas wilayah kekuasaan Kesultanan Sambas.

Daftar Kecamatan Wilayah administratif Kabupaten Sambas meliputi 19 (sembilan belas) kecamatan, yaitu:Sambas, Selakau, Pemangkat, Tebas, Jawai, Teluk Keramat, Sejangkung,Paloh, Subah, Sajingan Besar , Galing,Tekarang, Semparuk,Jawai Selatan,Sebawi, Sajad,Tangaran, Selakau Timur, Salatiga. Keseluruhan wilayah kecamatan tersebut dibagi lagi menjadi 183 desa.

Sensus penduduk Penduduk Kabupaten Sambas berdasarkan hasil Sensus Penduduk Indonesia 2010 berjumlah 496.116 jiwa terdiri dari penduduk laki-laki 244.569 jiwa dan penduduk perempuan 251.547 jiwa dengan kepadatan rata-rata 77,32 jiwa/km². Terdiri dari Suku Dayak, Melayu Sambas, China Hakka dan lain-lain. Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Sambas berdasarkan data Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana Kabupaten Sambas Tahun 2004 adalah 18.005 Kepala Keluarga miskin dengan jumlah 74.968 jiwa, Sejarah sambas Sejarah Kerajaan Sambas berkaitan dengan Kerajaan Majapahit dan Kesultanan Banjar. Kerajaan Sambas kemudian dilanjutkan oleh Kesultanan Sambas yang asal-usulnya tidak bisa terlepas dari kerajaan di Brunei Darussalam. Antara kedua kerajaan ini mempunyai kaitan persaudaraan yang sangat erat.

Pada zaman dahulu, di Negeri Brunei Darussalam bertahta seorang raja yang bergelar Sri Paduka Sultan Muhammad. Setelah beliau wafat, tahta kerajaan diserahkan kepada anak cucunya secara turun temurun. Sampailah pada keturunan yang kesembilan, yaitu Sultan Abdul Djalil Akbar.

Menurut Staatsblad van Nederlandisch Indië tahun 1849, wilayah ini termasuk dalam zuid-ooster-afdeeling berdasarkan Bêsluit van den Minister van Staat, Gouverneur-Generaal van Nederlandsch-Indie, pada 27 Agustus 1849, No. 8

Perekonomian Tingkat pendapatan suatu daerah dapat diukur antara lain dari pendapatan per kapita, penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Pendapatan Asli Daerah (PAD) serta gambaraan kualitatif tentang keadaan sandang, pangan dan perumahan masyarakat. Berdasarkan data tahun 2003 dapat dilihat Keadaan perekonomian Kabupaten Sambas, yaitu:

3

Page 4: Makalah Otonomi Daerah Perbatasan

PAD sebesar Rp. 16.350.041.018,- Pendapatan per kapita sebesar Rp. 3.419.922,- Pajak bumi dan Bangunan (PBB) sebesar Rp. 8.560.013.046,- Upah minimum regional (UMR) sebesar Rp .400.000,-

Sedangkan tingkat pendapatan mata pencaharian menurut sektor, yaitu: Pertanian berjumlah 207.350 orang Industri Pengolahan berjumlah 152.028 orang Listrik, gas, dan air berjumlah 9.053 orang Bangunan berjumlah 28.308 orang Perdagangan berjumlah 34.695 orang Perhubungan berjumlah 2.874 orang Keuangan berjumlah 9.723 orang Jasa kemasyarakatan lainnya berjumlah 34.678 orang

Iklim Kabupaten Sambas termasuk daerah beriklim tropis dengan curah hujan bulanan rata-rata 187.348 mm dan jumlah hari hujan rata-rata 11 hari/bulan. Curah hujan yang tertinggi terjadi pada bulan Septembersampai dengan Januari dan curah hujan terendah antara bulan Juni sampai dengan Agustus.

Temperatur udara rata-rata berkisar antara 22,9°C. Sampai 31,05 °C. Suhu udara terendah 21,2 °C terjadi pada bulan Agustus dan yang tertinggi 33,0 °C pada bulan Juli. Kelembaban udara relatif 81-90%, tekanan udara 1,001-1,01/Hm Bar, kecepatan angin 155 – 173 km/hari, elipasi sinar matahari 50.73%, penguapan (evaporasi ) harian antara 4,2-5,9 Hm dan evapotranspirasi bulanan 134,7 – 171,4 mm.

Jenis Tanah Jenis tanah di daerah datar meliputi jenis Organosol, Aluvial dan Podsolik Merah Kuning (PMK) sedangkan di daerah berbukit dan bergunung meliputi jenis tanah Latosol dan Podsolik Merah Kuning (PMK). Secara terperinci luas masing-masing jenis tanah tersebut adalah sebagai berikut:

Organosol: 136.230 ha Podsolik Merah Kuning (PMK): 157.320 ha Aluvial: 230.630 ha Podsol: 44.600 ha Latosol: 70.790 ha

Tekstur Tanah

Halus: 300.798 ha Sedang: 157.320 ha Kasar: 76.112 ha Gambut: 69.510 ha Lainnya: 72.990 ha

Ketinggian Kondisi wilayah Kabupaten Sambas bedasarkan ketinggian di atas permukaan laut dapat dikelompokkan sebagai berikut:

Ketinggian 0-7 m di atas permukaan laut terdapat di kecamatan:

4

Page 5: Makalah Otonomi Daerah Perbatasan

o Sejangkungo Sambaso Tebaso Selakauo Jawaio Paloho Teluk Keramat

Ketinggian 8-25 m di atas permukaan laut terdapat di kecamatan:o Sejangkungo Sambaso Tebaso Selakauo Pemangkato Teluk Keramat

Ketinggian 26-100 m di atas permukaan laut terdapat di kecamatan:o Sejangkungo Sambaso Tebaso Selakauo Pemangkato Teluk Keramato Paloh

Daerah Aliran Sungai Secara umum Kabupaten Sambas memiliki 3 (tiga) Daerah Aliran Sungai (DAS) dengan total hamparan 516.200 ha, meliputi:

DAS Paloh: 64.375 ha. DAS Sambas: 258.700 ha DAS Sebangkau: 193.125 ha

.

A. Pemekaran Daerah Sambas

Umum 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 memberikan peluang yang besar bagi daerah yang memiliki potensi sumber daya alam dan manusia serta luas wilayah untuk dimekarkan menjadi beberapa daerah otonom. Hal ini dimaksudkan agar mobilisasi dan percepatan proses pertumbuhan dan pembangunan dapat menyentuh serta menjangkau segenap aspek kehidupan masyarakat hingga ke daerah-daerah terpencil. 2. Kabupaten Sambas yang terdiri dari 17 kecamatan disadari mutlak saat ini untuk dimekarkan mengingat besarnya daerah-daerah jangkauan serta kendala geografis wilayah yang banyak dilalui aliran sungai. Masih banyak daerah-daerah terpencil yang belum terjangkau pembangunan secara maksimal. 3. Secara geografis, wilayah yang akan dimekarkan dibelah oleh sungai Sambas besar hingga keujung Kecamatan Sajingan berbatasan dengan Malaysia. Sehingga jarak antara Kabupaten induk dengan wilayah pemekaran memakan waktu berjam-jam. Dampaknya proses pelayanan

5

Page 6: Makalah Otonomi Daerah Perbatasan

terhadap masyarakat terganggu. 4. Selaras dengan era keterbukaan serta dilandasi semangat otonomi daerah, dan dimulai dengan pernyataan kebulatan tekad seluruh tokoh masyarakat perwakilan dari gabungan 8 Kecamatan (Jawai, Jawai Selatan, Tekarang, Teluk Keramat, Paloh, Tangaran dan desa Segarau), menyatakan serta mendeklarasikan agar delapan kecamatan tersebut dapat menjadi sebuah Kabupaten Baru.

Dasar Pertimbangan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 dan Peraturan Pemerintah RI Nomor 129 Tahun 2000 memberikan beberapa dasar pertimbangan dalam rangka pemekaran wilayah dengan kriteria sebagai berikut : 1. Kemampuan ekonomi; 2. Potensi Daerah; 3. Sosial budaya; 4. Sosial Politik; 5. Jumlah Penduduk; dan 6. Pertimbangan lain yang memungkinkan terselenggaranya otonomi daerah.

Kabupaten Sambas Kabupaten Sambas adalah daerah otonom baru dikabupaten sambas provinsi kalimantan barat.Walaupun sampai dengan saat ini kabupaten sambas masih merupakan suatu wacana dari masyarakat didaerah kecamatan jawai,kecamatan jawai selatan,kecamatan teluk keramat,kecamatan tangaran dan kecamatan paloh.kelima kecamatan ini merupakan kecamatan yang berada dalam satu pulau yang terpisah dari kabupaten sambas induk, dimana akses untuk menuju ke kecamatan-kecamatan tersebut hanya bisa dilakukan dengan menggunakan jasa penyebrangan sungai. Sungguh ironi memang,dimana kelima kecamatan tersebut merupakan penyumbang hasil bumi dan PAD terbesar bagi kabupaten induk (kabupaten sambas) akan tetapi terkucilkan karena tidak adanya kepedulian dari pemerintah kabupaten sambas untuk membangun akses jembatan....untuk itu sudah suatu kebulatan tekad bagi masyarakat dilima kecamatan tersebut untuk menuntut dibentuknya suatu daerah otonom baru.

Maksud Dan Tujuan Pembentukan Kabupaten Sambas Pembentukan, pemekaran, penghapusan dan penggabungan daerah bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dengan melalui:

1. Peningkatan pelayanan kepada masyarakat;

2. Percepatan pertumbuhan kehidupan ekonomi;

3. Percepatan pelaksanaan pembangunan perekonomian daerah;

4. Percepatan pengelolaan potensi daerah;

5. Peningkatan keamanan dan ketertiban; dan

6. Peningkatan hubungan yang serasi antara Pusat dan Daerah.

Adapun maksud pemekaran kabupaten sambas sebagai berikut:

1. Meningkatkan kualitas pembangunan dan mempercepat sasaran pembangunan daerah Calon Kabupaten Sambas sekaligus pengendalian usaha agar dapat berkembang lebih pesat.

6

Page 7: Makalah Otonomi Daerah Perbatasan

2. Meningkatkan pengawasan dan pengendalian sumber-sumber daya pembangunan sehingga dapat terkelola secara optimal, sesuai kemampuan dan kebutuhan.

3. Mengefektifkan penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan.

4. Meningkatkan pemberdayaan sumber daya manusia seirama dengan laju pertumbuhan pembangunan yang semakin meningkat.

5. Mengantisipasi perkembangan pembangunan pada masa-masa mendatang, isu globalisasi dan perdagangan bebas, adalah bagian dari kawasan Indonesia yang mesti mendapat prioritas perhatian pemerintah.

Analisis Pembentukan Kabupaten Sambas Perubahan status wilayah membawa implikasi, desentralisasi, sehingga tertantang untuk melakukan inovasi dan kompetisi secara sehat, menyesuaikan dengan struktur pemerintahan yang ada dan sekaligus dapat menunjang percepatan pembangunan di kawasan sambas. Rencana pemekaran Kabupaten Sambas kini memperoleh momentum yang menguntungkan seiring dengan perkembangan pemikiran di masyarakat yang memandang bahwa pemerintah merupakan institusi penting dalam modernisasi kehidupan masyarakat.

Dalam rangka mempercepat proses peningkatan kesejahteraan rakyat serta mengantisipasi perkembangan peradaban, ilmu pengetahuan dan teknologi, maka konsekuensi logis dari status wilayah sebuah daerah menjadi salah satu tolok ukur dalam membangun daerah secara utuh, integral dan komprehensif. Keberadaan kabupaten baru dianggap sangat strategis mengingat derasnya arus transformasi masyarakat dan meningkatnya partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan. Akan tetapi lebih dari itu pemekaran suatu wilayah harus mampu mensejahterakan rakyatnya. Pemikiran tersebut muncul sebagai konsekuensi dari sebuah perubahan status wilayah.

1. Daya Dukung Geografis dan Wilayah Dari sisi geografis, wilayah Kabupaten Sambas berbatasan dengan Sarawak Malaysia Timur, bagian timur dan selatan berbatasan dengan wilayah kabupaten Sambas, dan bagian barat berbatasan dengan Laut Natuna. Hal tersebut menempatkan kedudukan Kabupaten Sambas cukup strategis untuk memacu akselerasi pembangunan sumber daya manusia di bagian kawasan utara Indonesia.

2. Sambas, sungai yang terbesar di Indonesia. Dengan demikian Kabupaten Sambas Utara dapat dikatakan sebagai kota air. Sungai Sambas yang bermuara di kota Pemangkat seolah membelah kepulauan Sambas. Sungai Sambas merupakan sungai kebanggaan masyarakat Kabupaten Sambas Utara dan Kalimantan Barat karena ia berfungsi sebagai sarana transportasi yang menghubungkan satu daerah ke daerah lain. Dahulu sebelum transportasi darat belum semodern sekarang, sungai Sambas adalah satu-satunya jalur yang menghubungkan kota Pemangkat dengan daerah lain yang paling ujung dari sungai Sambas. Ciri-ciri spesifik lainnya adalah bahwa Kabupaten Sambas merupakan pintu gerbang Indonesia yang berbatasan langsung dengan Sarawak-Malaysia, dan Berunai Darussalam.

3. Administrasi Pemerintahan Secara administratif, Kabupaten Sambas terdiri dari 6 (enam) wilayah Kecamatan yakni Kecamatan Jawai, Jawai Selatan, Teluk Keramat, Paloh, Tangaran, Tekarang dan desa Segarau. Kecamatan Jawai terdiri

7

Page 8: Makalah Otonomi Daerah Perbatasan

dari 11 Desa, Kecamatan Jawai Selatan 9 desa, Kecamatan Teluk Keramat terdiri dari 25 desa, Kecamatan Paloh meliputi 8 desa, Kecamatan Tekarang ada 7 desa, Kecamatan Tangaran 6 desa dan Segarau satu desa. Atas dasar perbandingan wilayah dengan jumlah penduduk, maka kepadatan penduduk rata-rata 76 jiwa per Km2 atau 2.650 jiwa/desa.

4. Luas Wilayah dan Penduduk Luas wilayah Kabupaten Sambas adalah 2.278,34 Km2 yang terdiri dari 6 Kecamatan, 67 desa. Wilayah Kabupaten Sambas bagian utara berbatasan dengan Sarawak Malaysia Timur, bagian timur dan selatan berbatasan dengan wilayah Kabupaten Sambas, dan bagian barat berbatasan dengan laut Natuna. Kabupaten Sambas merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian tanah optimal adalah 100 meter. Curah hujan tergolong tinggi yaitu 230 hari pertahun atau rata-rata 19 hari perbulan. Masyarakat yang tinggal di Kabupaten Sambas adalah terdiri dari suku Melayu, suku Dayak dan suku Cina. Di samping suku asli tersebut, suku yang mendiami wilayah Kabupaten Sambas juga ada suku pendatang, baik yang berasal dari sekitar Kabupaten Sambas maupun yang datang dari seluruh penjuru Kalimantan Barat.

5. Daya Dukung Masyarakat Dari segi Demografi, Kabupaten Sambas yang merupakan gabungan enam Kecamatan dihuni oleh kurang lebih 185.075 jiwa. Rincian sebagai berikut: a. Kecamatan Jawai = 41.507 jiwa b. Kecamatan Jawai Selatan = 20.271 jiwa c. Kecamatan Teluk Keramat = 60.315 jiwa d. Kecamatan Tekarang = 13.017 jiwa e. Kecamatan Paloh = 23.165 jiwa f. Kecamatan Tangaran = 21.836 jiwa g. Segarau = 4.964 jiwa.

6. Sumber Daya Alam Dari sisi Sumber Daya Alam, Kabupaten Sambas memiliki tanah yang luas dan subur, untuk pertanian dan perkebunan. Demikian pula hasil perikanan dan hasil hutan, batubara, pasir, laut, pantai, tambang gas, uranium dan kayu serta kawasan wisata yang dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat. Tiap wilayah kecamatan yang ada di Kabupaten Sambas memiliki potensi alam yang beraneka ragam.

Kecamatan Teluk Keramat terkenal dengan hasil salak Sekura dan penghasil gula tebu. Kecamatan Paloh dikenal sebagai penghasil kayu Belian, pasir yang mengandung uranium, laut, Pantai Selimpai nan indah, ikan dan lada. Di samping itu, Paloh memiliki lapangan pesawat udara. Jika ini difungsikan kembali menjadi lapangan internasional, maka jarak antara Paloh dengan Singapura lebih dekat daripada ke Jakarta. Kecamatan Jawai dan Jawai Selatan dikenal akan hasil kopra, kacang kedelai dan pengahasil laut, terutama ikan bawal dan penghasil udang yang telah menembus ke luar negeri. Kecamatan Jawai dan Jawai Selatan juga memiliki sumber gas dan pasir uranium, pantai yang sangat panjang dan pasirnya yang putih dan ditambah penghasil ikan sehingga dapat dijadikan kawasan wisata laut. Kecamatan Tekarang dan desa Segarau dikenal sebagai lumbung padi dan daerah perkebunan jeruk dan pertanian. Kecamatan Tangaran dikenal sebagai penghasil padi, kedelai dan kebun karet serta memiliki pantai dan laut yang sangat luas.

Potensi Yang Dimiliki Beberapa potensi yang mendukung pembentukan Kab. Sambas adalah :

1. Potensi Sumber Daya Alam

8

Page 9: Makalah Otonomi Daerah Perbatasan

2. Sumber Daya Manusia

3. Letak Geografis

4. Tanar, air, laut dan hutan

5. Sarana dan Prasarana

6. Iklim, Cuaca

7. Pendanaan

8. Dukungan/Rekomendasi

Alasan dan Pertimbangan Pembentukan Kabupaten Sambas

1. Dari sisi geografis, Kabupaten Sambas dibelah oleh sungai Sambas besar dan berada pada posisi segi tiga emas. Sebelah Utara berbatasan dengan Sarawak Malaysia. Sebelah Barat berbatasan dengan Laut Natuna dan Singapura. Dari sisi pelayanan terhadap masyarakat, mengalami kendala karena rentang kendali pemerintahan dari Sambas memakan waktu yang cukup jauh. Sementara dari sisi peluang ekonomi, kedekatan hubungan dengan negara tetangga dapat memacu pertumbuhan ekonomi dan perdagangan yang hasilnya dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi kemajuan daerah.

2. Dari sisi historis, sejak dahulu Kabupaten Sambas terkenal sebagai salah satu daerah yang mempunyai masyarakat yang kental dengan nilai-nilai kekeluargaan dan semangat gotong royong. Untuk mempertahankan citra tersebut, maka Kabupaten Sambas sangat strategis untuk dijadikan sebagai daerah spesifik yang bisa memberikan nuansa satu dalam kebersamaan.

3. Dari segi Demografi, Kabupaten Sambas yang merupakan gabungan enam Kecamatan dan desa Segarau dihuni oleh kurang lebih 184.532 jiwa.

4. Dari segi Politik dan Hankam, daerah Kabupaten Sambas karena berbatasan langsung dengan laut natuna dan Malaysia, maka sangat rawan terhadap illegal loging, illegal fishing dan trifiking serta gangguan atau ancaman keamanan lainnya.

5. Kabupaten Sambas baru saja dilanda konflik sosial yang bernuansa etnik, sehingga meninggalkan beragam problema sosial. Kondisi psikologi masyarakat Kabupaten Sambas masih diliputi traumatis dan rasa luka yang mendalam. Mental dan psikologi penduduk masih labil dan cepat emosional. Untuk mencegah terjadinya konflik, dan menjawab semua masalah pasca kerusuhan tersebut, perlu suatu pemerintahan yang kondusif dan konsisten.

6. Kabupaten Sambas sebagai daerah tropis memiliki ragam budaya dan sumber daya alam cukup potensial untuk dikembangkan dan dikaji lebih jauh. Dengan adanya Kabupaten Sambas ini, maka nilai-nilai budaya dan religius ini dapat dijadikan suatu benteng pertahanan moral dengan keunikan yang berbasis kepada sumber daya alam dapat dilakukan dan dikembangkan.

7. Panitia Persiapan Pembentukan Sambas telah mendapat dukungan politik dari Pemerintah Pusat melalui Dirjen Otonomi Daerah Dep. Dalama Negeri dan

9

Page 10: Makalah Otonomi Daerah Perbatasan

Pemerintah Propinsi, Kabupaten/Kota dan pernyataan tertulis dari berbagai elemen masyarakat.

8. Panitia Pembentukan Kabupaten Sambas telah melaksanakan penelitian/studi kelayakan dan sosialisasi keseluruh kecamatan di Kabupaten Sambas tentang pembentukan Kabupaten Sambas. Hasil penelitian merekomendasikan perlunya Kabupaten Sambas dimekarkan.

9. Panitia Pembentukan Kabupaten Sambas telah melaksanakan beberapa pertemuan dan rapat-rapat pembentukan Kabupaten Sambas yang puncaknya akan dilaksanakan deklarasi.

10. Tersedianya dana awal dari donator dan Pemda Kabupaten Sambas melalui APBD.

11. Telah dijalani kerjasama dengan berbagai instansi baik pemerintah maupun swasta bahkan di luar Negeri.

Tahap-Tahap yang Dilakukan Adapun tahap-tahap pembentukan Kabupaten Sambas yang akan dilakukan, sebagai berikut:

1. Konsolidasi Internal dan Eksternal Pada tahap ini perhatian diarahkan pada upaya pembangunan persepsi, cita-cita, dan tekad bersama oleh semua pihak untuk menjadikan rencana ini secara bertahap mengalami kemajuan dengan langkah-langkah berikut:

a. Merumuskan Visi, Misi dan Program Kerja.

b. Merumuskan rencana strategi pengembangan 25 tahun kedepan.

c. Mengembangkan dan memfungsikan seluruh potensi yang dimiliki, baik yang berupa kelembagaan, Sumber Daya Manusia dan stakeholder lainnya.

d. Pengembangan jalinan kerjasama dengan berbagai instansi, baik pemerintah maupun swasta, dalam dan luar Negeri.

e. Mensosialisasikan bentuk dan nama Kabupaten Baru baru di tengah-tengah masyarakat.

2. Membangun Kekuatan dan Penggerak Inovasi.

3. Pembuatan Profil dan Proposal Pembentukan KSU.

4. Rapat Panitia dan Sosialisasi kepada Masyarakat tentang Rencana Pembentukan KSU.

5. Penggalangan Tanda Tangan Masyarakat dan Pembentukan Forum Desa sebagai Wujud Dukungan terhadap Rencana Pembentukan KSU.

6. Deklarasi Pembentukan KSU.

7. Seminar, dan Studi Banding.

10

Page 11: Makalah Otonomi Daerah Perbatasan

8. Penelitian dan Studi Kelayakan;

9. Audiensi dengan Bupati, Gubernur, dan DPRD Kabupaten Sambas/Provinsi Kalimantan Barat.

10. Lobi dan Presentasi Pembentukan KSU ke Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah Departemen Dalam Negeri dan DPR RI.

11. Kunjungan Tim Depdagri dan DPR RI ke Lokasi KSU.

12. Pembahasan dan Persetujuan RUU KSU.

13. Pelantikan Pj Bupati dan Wkl Bupati KSU.

D. Informasi tentang sajingan besar

Kecamatan Sajingan Besar merupakan kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Sambas dan terletak di wilayah perbatasan dengan Negara Malaysia Timur (Serawak) dengan luas wilayah ± 1.391,20 Ha, dengan batas-batas sebagai berikut :

Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Paloh & Serawak Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Sejangkung & Kab.

Bengkayang Sebelah Timur berbatasan dengan Serawak Sebelah Barat berbatasan dengan Paloh dan Galing

Kecamatan Sajingan Besar terbentuk secara resmi pada tanggal 17 Juni 1996 yang dilaksanakan secara terpusat di Sanggau Kabupaten Sanggau berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1996 tentang Pembentukan 16 (Enam Belas) Kecamatan di Wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Pontianak, Sanggau, Sambas, Sintang, Ketapang dan Kapuas Hulu Dalam Wilayah Propinsi Daerah Tingkat I Kalimantan Barat.

Kecamatan Sajingan  Besar  pada awalnya merupakan Perwakilan Kecamatan Sejangkung yang terletak di Desa Kaliau’.

Desa-desa yang tergabung dalam wilayah Kecamatan Sajingan Besar adalah merupakan desa-desa yang berasal dari Kecamatan Sejangkung (Desa Kaliau’ dan Sebunga), Kecamatan Teluk Keramat (Desa Santaban dan Senatab) dan Kecamatan Paloh (Desa Sungai Bening).

Jadi Kecamatan Sajingan Besar membawahi 5 Desa yang terdiri dari :

1. Desa Kaliau’

11

Page 12: Makalah Otonomi Daerah Perbatasan

2. Desa Sebunga3. Desa Santaban4. Desa Senatab5. Desa Sungai Bening

Jumlah Penduduk Kecamatan Sajingan Besar pada Tahun 1996 berjumlah 7.427 jiwa terdiri dari Laki-laki : 3.824 Jiwa dan Perempuan : 3.603 Jiwa. Sedangkan Jumlah Penduduk Kecamatan Sajingan Besar sampai dengan bulan Juni 2008 berjumlah 8.685 jiwa terdiri dari Laki-laki ; 4.458 Jiwa dan    Perempuan ; 4.227 Jiwa. Sejak dibentuk pada tahun 1996 s/d sekarang pejabat-pejabat yang pernah duduk sebagai Camat yakni sebagai berikut:

1. Chifni Burhanuddin, S.Sos2. Kasim, S.Sos3. Usman, S.Sos, MM4. Drs. Uray Willy Mulyadi5. Suhut Firmansyah, S.Sos.

B. Pokok Permasalahan

Adapun ruang lingkup pokok permasalahan yang akan dibahas, terdiri atas:

1. Bagaimana pelaksanaan Otonomi Daerah di perbatasan Indonesiamalesiya?2. Apa yang menyebabkan pelaksanaan Otonomi Daerah di perbatasan

menjaditidakoptimal?3. Apa yang harus ditempuh oleh pemerintah untuk mengoptimalkan pelaksanaan

Otonomi Daerah di perbatasan Kalimantan barat? 

12

Page 13: Makalah Otonomi Daerah Perbatasan

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Otonomi Daerah di perbatasan Indonesia - malesiya

Sejak diberlakukannya UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, banyak aspek positif yang diharapkan dalam pemberlakuan Undang-Undang tersebut. Otonomi Daerah memang dapat membawa perubahan positif di daerah dalam hal kewenangan daerah untuk mengatur diri sendiri. Kewenangan ini menjadi sebuah impian karena sistem pemerintahan yang sentralistik cenderung menempatkan daerah sebagai pelaku pembangunan yang tidak begitu penting atau sebagai pelaku pinggiran. Tujuan pemberian otonomi kepada daerah sangat baik, yaitu untuk memberdayakan daerah, termasuk masyarakatnya, mendorong prakarsa dan peran serta masyarakat dalam proses pemerintahan dan pembangunan.Pada masa lalu, pengerukan potensi di daerah ke pusat terus dilakukan dengan dalih pemerataan pembangunan. Ahli-ahli setempat mendapatkan manfaat dari pembangunan, daerah justru mengalami proses pemiskinan yang luar biasa. Dengan kewenangan yang didapat daerah dari pelaksanaan Otonomi Daerah, banyak Daerah yang optimis bakal bisa mengubah keadaan yang tidak menguntungkan tersebut. Beberapa contoh keberhasilan dalam pelaksanaan otonomi daerah di perbatasan yaitu:

Aliran listrik PLN yang dari malesiya Jalan raya antar Negara Sumber air bersih Dan bangunan-bangunan seperti: gedung posiyandu, SD, SMP, SMK, dan

BORDER ARUK, TRANMIGRASI, PUKESMAS SAJINGAN,dan JALAN REBAT BETON.

13

Page 14: Makalah Otonomi Daerah Perbatasan

Dari contoh di atas menggambarkan bahwa pelaksanaan Otonomi Daerah di perbatasan dapat membawa dampak positif bagi kemajuan suatu daerah. Dari contoh diatas dapat terjadi berkat adanya Otonomi Daerah di daerah terebut. Selain membawa dampak positif bagi suatu daerah otonom, ternyata pelaksanaan Otonomi Daerah juga dapat membawa dampak negatif. Pada tahap awal pelaksanaan Otonomi Daerah, telah banyak mengundang suara pro dan kontra. Suara pro umumnya datang dari daerah yang kaya akan sumber daya, daerah-daerah tersebut tidak sabar ingin agar Otonomi Daerah tersebut segera diberlakukan. Sebaliknya, bagi daerah-daerah yang tidak kaya akan sumber daya, mereka pesimis menghadapi era otonomi daerah tersebut. Masalahnya, otonomi daerah menuntut kesiapan daerah di segala bidang termasuk peraturan perundang-undangan dan sumber keuangan daerah. Oleh karena itu, bagi daerah-daerah yang tidak kaya akan sumber daya pada umumnya belum siap ketika Otonomi Daerah pertama kali diberlakukan. 

Selain karena kurangnya kesiapan daerah-daerah yang tidak kaya akan sumber daya dengan berlakunya otonomi daerah, dampak negatif dari otonomi daerah juga dapat timbul karena adanya berbagai penyelewengan dalam pelaksanaan Otonomi Daerah tersebut. Berbagai penyelewengan dalam pelaksanan otonomi daerah:

1. Adanya kecenderungan pemerintah daerah untuk mengeksploitasi rakyat melalui pengumpulan pendapatan daerah.Keterbatasan sumberdaya dihadapkan dengan tuntutan kebutuhan dana (pembangunan dan rutin operasional pemerintahan) yang besar. Hal tersebut memaksa Pemerintah Daerah menempuh pilihan yang membebani rakyat, misalnya memperluas dan atau meningkatkan objek pajak dan retribusi. Padahal banyaknya pungutan hanya akan menambah biaya ekonomi yang akan merugikan perkembangan ekonomi daerah. Pemerintah daerah yang terlalu intensif memungut pajak dan retribusi dari rakyatnya hanya akam menambah beratnya beban yang harus ditanggung warga masyarakat.

2. Penggunaan dana anggaran yang tidak terkontrolHal ini dapat dilihat dari pemberian fasilitas yang berlebihan kepada pejabat daerah. Pemberian fasilitas yang berlebihan ini merupakan bukti ketidakarifan pemerintah daerah dalam mengelola keuangan daerah.

3. Rusaknya sumber daya alam ini disebabkan karena adanya keinginan dari Pemerintah Daerah untuk menghimpun pendapatan asli daerah (PAD), di mana Pemerintah Daerah menguras sumber daya alam potensial yang ada, tanpa mempertimbangkan dampak negatif/kerusakan lingkungan dan prinsip pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Selain itu, adanya kegiatan dari beberapa orang Bupati yang menetapkan peningkatan ekstraksi besar-besaran sumber daya alam di daerah mereka, di mana ekstraksi ini merupakan suatu proses yang semakin mempercepat perusakan dan punahnya hutan serta sengketa terhadap tanah. Akibatnya terjadi percepatan kerusakan hutan dan lingkungan yang berdampak pada percepatan sumber daya air hampir di seluruh wilayah tanah air. Eksploitasi hutan dan lahan yang tak terkendali juga telah menyebabkan hancurnya habitat dan ekosistem satwa liar yang berdampak terhadap punahnya sebagian varietas vegetasi dan satwa langka serta mikro organisme yang sangat bermanfaat untuk menjaga kelestarian alam.

14

Page 15: Makalah Otonomi Daerah Perbatasan

4. Bergesernya praktik korupsi dari pusat ke daerah Praktik korupsi di daerah tersebut terjadi pada proses pengadaan barang-barang dan jasa daerah (procurement). Seringkali terjadi harga sebuah barang dianggarkan jauh lebih besar dari harga barang tersebut sebenarnya di pasar. 

5. Pemerintahan kabupaten juga tergoda untuk menjadikan sumbangan yang diperoleh dari hutan milik negara dan perusahaan perkebunaan bagi budget mereka.

B. Hal-Hal Yang Menyebabkan Pelaksanaan Otonomi Daerah di perbatasan Menjadi Tidak OptimalPenyebab tidak optimalnya pelaksanaan Otonomi Daerah di perbatasan:

1. Lemahnya pengawasan maupun check and balances.Kondisi inilah kemudian menimbulkan penyimpangan-penyimpangan dan ketidakseimbangan kekuasaan dalam pelaksanaan otonomi Daerah.

2. Pemahaman terhadap Otonomi Daerah yang keliru, baik oleh aparat maupun oleh warga masyarakat menyebabkan pelaksanaan Otonomi Daerah menyimpang dari tujuan mewujudkan masyarakat yang aman, damai dan sejahtera.

3. Keterbatasan sumberdaya dihadapkan dengan tuntutan kebutuhan dana (pembangunan dan rutin operasional pemerintahan) yang besar, memaksa Pemda menempuh pilihan yang membebani rakyat, misalnya memperluas dan atau meningkatkan objek pajak dan retribusi, dan juga menguras sumberdaya alam yang tersedia.

4. Kesempatan seluas-luasnya yang diberikan kepada masyarakat untuk berpartisipasi dan mengambil peran, juga sering disalah artikan, seolah-olah merasa diberi kesempatan untuk mengekspolitasi sumber daya alam dengan cara masing-masing semaunya sendiri.

5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), yang seharusnya berperan mengontrol dan meluruskan segala kekeliruan implementasi Otonomi Daerah tidak menggunakan peran dan fungsi yang semestinya, bahkan seringkali mereka ikut terhanyut dan berlomba mengambil untung dari perilaku aparat dan masyarakat yang salah . Semua itu terjadi karena Otonomi Daerah lebih banyak menampilkan nuansa kepentingan pembangunan fisik dan ekonomi.

6. Kurangnya pembangunan sumber daya manusia / Sumber Daya Manusia (moral, spiritual intelektual dan keterampilan) yang seharusnya diprioritaskan. Sumber Daya Manusia berkualitas ini merupakan kunci penentu dalam keberhasilan pelaksanaan Otonomi Daerah. Sumber Daya Manusia yang tidak/belum berkualitas inilah yang menyebabkan penyelenggaraan Otonomi Daerah tidak berjalan sebagaimana mestinya, penuh dengan intrik, konflik dan penyelewengan serta diwarnai oleh menonjolnya kepentingan pribadi dan kelompok.

C. Cara Mengoptimalkan Pelaksanaan Otonomi DaerahPelaksanaan Otonomi Daerah yang seharusnya membawa perubahan positif bagi

daerah otonom ternyata juga dapat membuat daerah otonom tersebut menjadi lebih terpuruk akibat adanya berbagai penyelewengan yang dilakukan oleh aparat pelaksana Otonomi Daerah tersebut.

15

Page 16: Makalah Otonomi Daerah Perbatasan

Penerapan Otonomi Daerah yang efektif memiliki beberapa syarat yang sekaligus merupakan faktor yang sangat berpengaruh bagi keberhasilan Otonomi Daerah, yaitu:

1. Manusia selaku pelaksana dari Otonomi Daerah harus merupakan manusia yang berkualitas.

2. Keuangan sebagai sumber biaya dalam pelaksanaan Otonomi Daerah harus tersedia dengan cukup.

3. Prasarana, sarana dan peralatan harus tersedia dengan cukup dan memadai.4. Organisasi dan manajemen harus baik.5. Dari semua faktor tersebut di atas, “faktor manusia yang baik” adalah faktor

yang paling penting karena berfungsi sebagai subjek dimana faktor yang lain bergantung pada faktor manusia ini. Oleh karena itu, sangat penting sekali untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia karena inilah kunci penentu dari berhasil tidaknya pelaksanaan Otonomi Daerah.Selain itu, untuk mengoptimalkan pelaksanaan Otonomi Daerah harus ditempuh

berbagai cara, seperti:Memperketat mekanisme pengawasan kepada Kepala Daerah.Hal ini dilakukan agar Kepala Daerah yang mengepalai suatu daerah otonom akan terkontrol tindakannya sehingga Kepala Daerah tersebut tidak akan bertindak sewenang-wenang dalam melaksanakan tugasnya tersebut. Berbagai penyelewengan yang dapat dilakukan oleh Kepala Daerah tersebut juga dapat dihindari dengan diperketatnya mekanisme pengawasan ini.2. Memperketat pengawasan terhadap Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.Pengawasan terhadap Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dapat dilakukan oleh Badan Kehormatan yang siap mengamati dan mengevaluasi sepak terjang anggota Dewan. 3. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah wajib menyusun kode etik untuk menjaga martabat dan kehormatan dalam menjalankan tugasnyaDengan berbekal ketentuan yang baru tersebut, anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang telah jelas-jelas terbukti melanggar larangan atau kode etik dapat diganti. 

16

Page 17: Makalah Otonomi Daerah Perbatasan

BAB IIIPENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian diatas, dapat kita ambil kesimpulan bahwa pelaksanaan Otonomi Daerah diperbatasan masih belum optimal. Walaupun di daerah-daerah terdapat contoh nyata keberhasilan pelaksanaan Otonomi Daerah, tetapi kedua daerah tersebut hanya merupakan contoh keberhasilan kecil dari pelaksanaan Otonomi Daerah di Indonesia. Secara keseluruhan, pelaksanaan Otonomi Daerah di tempat-tempat lain di seluruh pelosok Indonesia masih belum dapat berjalan dengan optimal. 

Belum optimalnya pelaksanaan Otonomi Daerah antara lain disebabkan karena adanya berbagai macam penyelewengan yang dilakukan oleh berbagai pihak yang terlibat dalam pelaksanaan Otonomi Daerah di daera-daerah otonom.Banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan pelaksanaan Otonomi Daerah, tetapi hal yang paling penting yang harus dilakukan untuk meningkatkan pelaksanaan Otonomi Daerah itu adalah dengan meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia sebagai pelaksana dari Otonomi Daerah tersebut. Sumber Daya Manusia yang berkualitas merupakan subjek dimana faktor-faktor lain yang ikut menentukan keberhasilan dalam pelaksanaan Otonomi Daerah ini bergantung. Oleh karena itu, sangat penting sekali untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia karena inilah kunci penentu dari berhasil tidaknya pelaksanaan Otonomi Daerah di Indonesia. 

B. Saran 

Dari kesimpulan yang dijabarkan diatas, maka dapat diberikan saran antara lain:1. Pemerintahan daerah dalam rangka meningkatkan efisiensi dan

efektivitas penyelenggaraan otonomi daerah, perlu memperhatikan hubungan antarsusunan pemerintahan dan antarpemerintah daerah, potensi dan keanekaragaman daerah. 

17

Page 18: Makalah Otonomi Daerah Perbatasan

2. Konsep otonomi luas, nyata, dan bertanggungjawab tetap dijadikan acuan dengan meletakkan pelaksanaan otonomi pada tingkat daerah yang paling dekat dengan masyarakat.

3. Keterlibatan masyarakat dalam pengawasan terhadap pemerintah daerah juga perlu diupayakan. Kesempatan yang seluas-luasnya perlu diberikan kepada masyarakat untuk berpartisipasi dan mengambil peran. Masyarakat dapat memberikan kritik dan koreksi membangun atas kebijakan dan tindakan aparat pemerintah yang merugikan masyarakat dalam pelaksanaan Otonomi Daerah. Karena pada dasarnya Otonomi Daerah ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, masyarakat juga perlu bertindak aktif dan berperan serta dalam rangka menyukseskan pelaksanaan Otonomi Daerah.

4. Pihak-pihak yang berkepentingan dalam pelaksanaan Otonomi Daerah sebaiknya membuang jauh-jauh egonya untuk kepentingan pribadi ataupun kepentingan kelompoknya dan lebih mengedepankan kepentingan masyarakat. Pihak-pihak tersebut seharusnya tidak bertindak egois dan melaksanakan fungsi serta kewajibannya dengan baik. 

C. HARAPANAgar otonomi daerah di perbatasan Indonesia malesiya ke depannya menjadi

lebih baik lagi dan berkualitas, sehingga diharapkan kepada seluruh lapisan masyarakat agar mendapat otonomi daerah yang lebih sesuai dan di harapkan oleh masarakat setempat.

Dan juga semoga otonomi daerah di perbatasan MALINDO (malesiya Indonesia) semakin di pandang oleh pemerintah setempat untuk mengembangkan dan menjaga otonomi daerah di perbatasan dan juga semoga kekurangan-kekurangan di daerah tersebut dapt di lengkapi semaksimal mungkin.

18

Page 19: Makalah Otonomi Daerah Perbatasan

DAFTAR PUSTAKA

Wikipedia Bahasa Indonesia, 2013,

http://id.wikipedia.org/wiki/Sajingan_Besar,_Sambas, Sajingan Besar Sambas, tanggal

akses 20 Februari 2013

19