retensio urin

35
BAB I PENDAHULUAN Retensio urin adalah suatu keadaan di mana air seni tidak dapat keluar dari vesika urinaria sebagian atau seluruhnya sehingga tertimbun di dalamnya. Timbulnya retensio urin dapat disebabkan oleh bebrapa faktor, meliputi faktor mekanik, neurogenik, miogenik, psikogenik dan obat-obatan. Faktor mekanik merupakan penyebab paling banyak yaitu akibat adanya obstruksi distal dari vesika urinaria (infravesical obstruction) misalnya obstruksi karena adanya batu, tumor, atau kelainan anatomi pada traktus urinarius. 1 Retensio urin menyebabkan stasis dari urin dengan akibat dilatasi organ di proksimal sumbatan, infeksi dan timbul batu pada traktus urinarius. Stasis urin merangsang pertumbuhan kuman sehingga terjadi infeksi pada vesika urunaria (sistitis). Akibat infeksi yang naik dan hidroureter karena refluks, maka bisa terjadi pielonefritis dan hidronefrosis yang pada tahap lanjut akan mengakibatkan gagal ginjal kronik. 1 Hidronefrosis adalah pembesaran sistem pelvikokaliks pada ginjal akibat peningkatan tekanan dalam sistem pelvikokaliks. Penyebabnya dapat karena obstruksi maupun

description

retensio urin

Transcript of retensio urin

Page 1: retensio urin

BAB I

PENDAHULUAN

Retensio urin adalah suatu keadaan di mana air seni tidak dapat keluar dari

vesika urinaria sebagian atau seluruhnya sehingga tertimbun di dalamnya. Timbulnya

retensio urin dapat disebabkan oleh bebrapa faktor, meliputi faktor mekanik,

neurogenik, miogenik, psikogenik dan obat-obatan. Faktor mekanik merupakan

penyebab paling banyak yaitu akibat adanya obstruksi distal dari vesika urinaria

(infravesical obstruction) misalnya obstruksi karena adanya batu, tumor, atau

kelainan anatomi pada traktus urinarius.1

Retensio urin menyebabkan stasis dari urin dengan akibat dilatasi organ di

proksimal sumbatan, infeksi dan timbul batu pada traktus urinarius. Stasis urin

merangsang pertumbuhan kuman sehingga terjadi infeksi pada vesika urunaria

(sistitis). Akibat infeksi yang naik dan hidroureter karena refluks, maka bisa terjadi

pielonefritis dan hidronefrosis yang pada tahap lanjut akan mengakibatkan gagal

ginjal kronik.1

Hidronefrosis adalah pembesaran sistem pelvikokaliks pada ginjal akibat

peningkatan tekanan dalam sistem pelvikokaliks. Penyebabnya dapat karena obstruksi

maupun non obstruksi. Penyebab obstruksi dapat berupa batu traktus urinarius,

tumor, striktur ureter atau kehamilan. Sedangkan penyebab non obstruksi dapat

ditemukan pada pyelonefritis berat yang berkaitan dengan endotoksin yang dapat

menghambat peristaltik ureter, atau pada megaureter, refluk vesikoureter yang berat,

penderita diabetes insipidus atau keadaan post obstruksi dimana penyebab dari

obstruksi sudah dihilangkan. Secara radiologis, hidronefrosis dapat dinilai dengan

pemeriksaan USG atau Pielografi intravena (IVP).2,9

Mioma uteri merupakan neoplasma jinak yang berasal dari otot polos uterus.

Etiologi yang pasti belum jelas, tetapi diduga erat hubungannya dengan hormon

estrogen dan progesteron. Mioma uteri dapat memberikan gejala pressure effect, bila

menekan kandung kemih akan menimbulkan kerentanan vesika urinaria (bladder

Page 2: retensio urin

irritability), polakisuria dan disuria. Bila uretra tertekan bisa timbul retensio urin, dan

jika berlarut-larut dapat menyebabkan hidroureteonefrosis.3

Untuk membantu mengetahui kelainan traktus urinarius diperlukan pendekatan

uroradiologi secara terintegrasi yang meliputi Foto polos abdomen (FPA),

ultrasonografi (USG), urografi intravena (UIV), pielografi (RPG/APG), uretro-

sistografi, isotop renografi, CT scan, MRI ataupun angiografi, agar didapatkan

informasi radiologis yang memadai berdasarkan indikasi.(4)

BAB II

Page 3: retensio urin

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi dan Fisiologi Traktus Urinarius

Sistem traktus urinarius meliputi sepasang ginjal, sepasang ureter, vesika

urinaria dan uretra. Sistem traktus urinarius seluruhnya berada di bagian

retroperitoneal sehingga proses patologis seperti obstruksi, radang, dan pertumbuhan

tumor terjadi di luar rongga abdomen.4,5

1. Ginjal

Ginjal adalah sepasang organ traktus urinarius yang terletak di rongga

peritoneal bagian atas. Bentuknya menyerupai kacang dengan sisi cekung menghadap

ke medial. Ukuran ginjal orang dewasa rata – rata 11,5x6x3,5 cm, dengan berat 120 –

170 gram atau kurang lebih 0,4 % dari berat badan. Ginjal dibungkus oleh jaringan

fibrous tipis dan mengkilap yang disebut kapsula fibrosa ginjal dan diluar kapsul ini

terdapat jaringan lemak perirenal. Disebelah kranial terdapat kelenjar anak ginjal atau

supra renal. Kelenjar supra renal, ginjal dan jaringan lemak perirenal dibungkus oleh

fascia gerota. Disebelah posterior ginjal dilindungi oleh otot – otot punggung yang

tebal serta tulang – tulang rusuk ke XI dan XII sedangkan di anterior dilindungi oleh

organ–organ intraperitoneal. Ginjal kanan dikelilingi oleh hepar, kolon, dan

duodenum. Sedangkan ginjal kiri dikelilingi oleh lien , lambung, jejunum dan kolon.

Ginjal kanan letaknya kira – kira 2 cm lebih rendah daripada yang kiri.4

Secara anatomis ginjal terbagi menjadi 2 bagian yaitu korteks dan medula

ginjal. Didalam korteks terdapat berjuta – juta nefron sedangkan di dalam medula

terdapat banyak duktuli ginjal. Nefron adalah unit fungsional terkecil dari ginjal yang

terdiri atas tubulus kontortus proksimalis, tubulus kontortus distalis dan duktus

kolegentes. Darah yang membawa hasil metabolisme akan difiltrasi di glomerulus

kemudian ditubuli ginjal akan mengalami resorbsi dan zat – zat hasil sisa

metabolisme akan disekresi bersama air membentuk urin. Urine yang terbentuk di

nefron akan disalurkan melalui piramida ke sistem pelvikalises renalis kemudian

Page 4: retensio urin

disalurkan ke dalam ureter. Sistem pelvikalises renalis terdiri atas kaliks minor,

infundibulum kaliks mayor dan pelvis renalis.4

Ginjal berfungsi untuk membuang sisa metabolisme, mengontrol sekresi

hormon ADH dan aldosteron, mengatur metabolisme ion kalsium dan vitamin D, dan

menghasilkan beberapa hormon seperti eritropoetin, renin dan prostaglandin.4

2. Ureter

Ureter adalah organ yang berbentuk tabung kecil yang berfungsi mengalirkan

urine dari pielum ginjal ke dalam buli – buli. Pada orang dewasa panjangnya kurang

lebih 20 cm dindingnya terdiri dari mukosa yang dilapisi oleh sel – sel transisional,

otot – otot polos sirkuler dan longitudinal yang dapat melakukan gerakan peristaltik

guna mengeluarkan urine ke buli – buli. Ureter kanan biasanya bersilangan dengan

arteri iliaka eksternal dan ureter kiri bersilangan dengan arteri iliaka komunis, tatapi

tidak selalu demikian. Terdapat 3 daerah pada uretra yang biasanya mengalami

penyempitan yaitu pada ureteropelvical junction, pada persilangan dengan arteri

iliaka eksterna atau iliaka komunis pada pinggir pelvis dan ureterovesical junction.4

Lumen ureter biasanya bervariasi , terus menerus mengalami peristaltik dan

terdapat daerah penyempitan normal tertentu pada tiga lokasi : uretropelvical

junction, ureter bersilangan dengan arteri iliaka eksternal atau arteri iliaka komunis,

dan ureterovesical junction.4

3. Vesika urinaria

Kandung kemih adalah organ berongga yang terdiri dari 3 lapis otot detrusor

yang saling beranyaman. Kandung kemih terletak didalam pelvis minor kecuali

apabila mengalami distensi. Ini berbatasan dengan simfisis pubis disebelah anterior

dan terpisah dari rektum pada pria oleh duktus deferens dan vesika serminalis dan

pada wanita oleh uterus dan vagina. Vesica urinaria merupakan organ

ekstraperitoneal yang terletak didalam pelvis minor dengan batas depan adalah

simfisis pubis, batas belakang adalah rektum, batas lateral ligamntum umbilikus,

M.Obturator internus dan tulang pelvis, sedangkan batas bawah adalah ligamentum

yang menghubungkan dengan diafragma urogenital.(3)

Page 5: retensio urin

4. Uretra

Uretra merupakan saluran dari vesica urinaria sampai orifisium externa.

Uretra pada laki – laki tidak lurus dan jauh lebih panjang daripada uretra pada wanita.

Uretra pada pria dewasa kurang lebih 23-25 cm Secara anatomois uretra dibagi

menjadi 2 bagian yaitu uretra posterior dan anterior. Uretra posterior terdiri atas

uretra pars prostatika dan pars membranasea. Uretra anterior terdiri atas pars bulbosa

dan pars pendularis.4

B. Aliran Urin

Urin mengalir dari duktus koligentes masuk ke kaliks renalis, meregangkan

kalik renalis dan meningkatkan aktivitas pacemakernya, yang kemudian mencetuskan

kontraksi peristaltik yang menyebar ke pelvis renalis dan kemudian turun sepanjang

ureter sehingga mendorong urin dari pelvis renalis ke arah kandung kemih. Ketika

kandung kemih terisi 300-400ml, akan terjadi reflek berkemih yang menyebabkan

kontraksi dari otot detrusor. Hal ini yang menyebebkan terjadi pengeluaran urin dari

kandung kencing ke dunial luar melewati uretra. Proses pengaliran urin ke vesika

urinaria dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu tekanan nefron, peristaltik ureter, dan

gravitasi. Tekanan nefron dipengaruhi oleh jumlah cairan dalam tubulus dari hasil

filtrasi glomerulus serta proses reabsorbsi dan sekresi oleh sel tubulus. Masing-

masing faktor tersebut dapat menyebabkan dilatasi traktus urinarius bagian atas

dengan mempengaruhi tekanan dan volume urin yang terbentuk. Pembentukan urin

yang berlangsung terus pada obstruksi menyebabkan dilatasi ringan pada traktus

urinarius di proksimal sumbatan, perubahan bentuk kaliks yang bervariasi dari

blunting sampai balloning yang menandakan adanya peningkatan tekanan dan

volume.

Peristaltik dimulai dari bagian proksimal sistem pelvikokaliks, kemungkinan

dari otot kaliks khusus yang berperan sebagai pacemaker. Rangsangan untuk

peristaltik diperkirakan berasal dari peregangan pasif dinding kaliks oleh urin.

Kontraksi otot pertama kali terlihat di pelvis renalis dan berlanjut ke distal sebagai

gelombang yang terkoordinasi. Frekuensi kontraksi meningkat apabila jumlah urin

Page 6: retensio urin

meningkat. Pada keadaan dimana jumlah urin sangat banyak, peristaltik berhenti dan

urin mengalir ke vesika urinaria oleh pengaruh tekana nefron dan gravitasi.

Pada posisi tegak, gravitasi ikut mempengaruhi aliran urin. Pada jumlah urin

yang sedikit sampai sedang, peristaltik memegang peranan yang paling besar

sedangkan gaya gravitasi dan tekanan nefron kurang berpengaruh. Sebaliknya pada

jumlah urin yang banyak, peristaltik tidak berpengaruh.(4)

C. Retensi Urin

Retensi urine adalah suatu ketidakmampuan seseorang untuk mengeluarkan

urine yang terkumpul didalam vesika urinaria hinga kapasitas maksimal vesika

urinaria terlampaui.(5) Keadaan ini harus dibedakan dengan keadaan lain yaitu anuria

dan oliguria. Anuria adalah suatu keadaan dimana orang tidak dapat mengeluarkan air

kencing sebab memang produksinya di ginjal tidak ada, sedangkan oliguria

disebabkan karena berkurangnya produksi air kencing. Dalam keadaan normal jumlah

air kencing yangb kita keluarkan adalah 800cc-1200cc/24 jam atau sekitar 35cc-

50cc/jam. Dikatakan oliguria bila jumlahnya sekitar 400cc-500cc/24 jam, sedangkan

anuria bila kurang dari 100cc/24 jam.(6)

1. Gambaran Klinis

a. Anamnesis

Penderita biasanya mengeluh kencing tidak lancar dan harus mengejan, atau

kencing sedikit-sedikit dan sering. Sering penderita itu dianggap inkontinensia, yaitu

keluarnya urin secara menetes tanpa disadari, tetapi kandung kemih yang penuh dapat

diraba dan mungkin fundusnya mendekati pusat pada palpasi perut.(5,6,7)

b. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan suprapubik, teraba vesika urinaria penuh sebagai benjolan lunak

yang biasanya nyeri tekan, benjolan dengan fluktuasi positif terletak di linea mediana.

Dengan perkusi, vesika urinaria yang penuh akan terdengar suara redup dengan

sekitarnya suara timpani. Pada genitalia eksterna mungkin dapat kita periksa danya

infiltrat urin, fistel, striktur uretra, batu uretra, tumor, fimosis, parafimosis, dll.

Page 7: retensio urin

Pemeriksaan colok dubur bisa kita raba pembesaran prostat, batu atau hanya vesika

urinaria yang penuh saja, dan pemeriksaan reflek bulbocavernosus. Pada wanita

selain colok dubur juga perlu dilakukan pemeriksaan dalam vagina.(5,6)

c. Pemeriksaan radiologi

Foto polos abdomen (FPA)

Bisa terlihat bayangan vesika urinaria yang penuh dan mungkin terlihat

adanya gambaran batu di uretra atau di leher vesika urinaria.

Pielografi intravena (IVP)

Penting untuk mendiagnosa sebab-sebab retensi dan pada foto post miksi jelas

sekali urine tidak habis

Kadang-kadang diperlukan pemeriksaan khusus seperti uretrosistografi

retrograde, mungkin terlihat adanya striktura uretra.

USG dapat jelas membedakan apakah vesika urinaria kosong atau penuh atau

tumor vesika urinaria (5,6)

d. Pemeriksaan instrumentasi

Secara pasti retensi urin dapat didiagnosis dengan kateterisasi dan akan keluar

urin cukup banyak.(6)

e. Pemeriksaan urodinamik

Dengan sistometer, normal tekanan intra vesikal pada pengisian 50cc-450cc

adalah 8-15 cm H2O dan diatas 450 cc tekanan akan naik dengan cepat sampai

100 cm H2O dan terjadilah kencing. Pada retensi urine neurogen tekanan intra

vesikal dapat rendah sekali 6-10 cm H2O sehingga vesika urinaria dapat terisi

sampai 1 liter atau lebih.

Pemeriksaan pancaran air kencing normal lebih dari 15 cc / detik (6)

2. Penyebab Retensi Urin

a. Sebab mekanik

Penyebab jenis ini paling banyak yaitu adanya obstruksi distal dari vesika

urinaria. Kausa menurut umur sebagai berikut:

Page 8: retensio urin

1) Bayi dan anak-anak:

- Fimosis dan parafimosis

- Agenesis uretra

- Stenosis uretra kongenital

- Balanopostitis

- Batu uretra

- Tumor uretra

- Sklerosis leher vesika urinaria

2) Orang dewasa:

- Uretritis

- Batu uretra/vesika urinaria

- Fimosis/parafimosis

- Meatal stenosis

- Tumor leher vesika urinaria/uretra

- Striktura uretra

- Sklerotik leher vesika urinaria

- Kehamilan

3) Orang tua:

- Striktur uretra

- Neoplasma prostat

- Sklerotik leher vesika urinaria

- Meatal stenosis

- Pendesakan oleh tumor diluar uretra

- Tumor uretra

- Ureterokel dan vesikokel

- Prolapsus uteri

- Uretritis

b. Sebab neurogenik

1) Kerusakan saraf sensorik dari arcus reflek

Page 9: retensio urin

Penyebabnya antara lain diabetes melitus, tabes dorsalis, multipel

sklerosis. Dalam keadaan ini vesika urinaria bisa besar sekali dan terisi

urine lebih dari 1000cc

2) Kerusakan saraf sensorik dan motorik vesika urinaria (Autonomous

Neurogenic Bladder)

Penyebabnya antara lain trauma yang merusak medula spinalis setinggi

S2-4 yaitu di kolumna vertebra T12-L1. dalam keadaan ini vesika urinaria

akan penuh dan tidak ada keinginan kencing maupun kontraksi detrusor.

c. Sebab miogenik

Yaitu ketidakmampuan dari otot detrusor walaupun tidak ada obstruksi infra

vesikal maupun kelainan saraf. Keadaan inui terdapat misalnya pada

kelemahan umum dari tubuh atau pada retensi urin yang besar sekali dan

kronik yang menyebabkan otot detrusor lama teregang.

d. Sebab psikogenik

Pada keadaan cemas atau takut yang hebat bisa terjadi retensi urine yang

bersifat temporer.

e. Pengaruh obat-obatan

Beberapa obat dapat menyebabkan retensi temporer karena efeknya pada otot

detrusor atau otot sphincter uretra, misalnya: sulfas atropin, hyociamin sulfat,

propanthelin bromide, ephinephrine, ephedrin, phenilephrine Imipramine HCl.

dan propanolol HCl.

3. Komplikasi

Retensi urine menyebabkan stasis dari urine dengan akibat dilatasi dari

organ di proksimal sumbatan, merangsang pertumbuhan kuman, infeksi bisa naik

ke organ yang lebih proksimal dan timbul batu.

a. Sumbatan di uretra

Sumbatan di uretra proksimal menyebabkan inhibisi urine ke jaringan

sekitarnya (urine infiltrat), kemudian bisa timbul divertikel uretra, fistel

uretrokutan atau timbul batu uretra.

Page 10: retensio urin

b. Vesika urinaria

Mula-mula timbul trabekulasi, menjadi selule dan terakhir divertikel. Stasis

urine menimbulkan radang (sistitis) yang berakibat menebalnya dinding

vesika urinaria, bisa menimbulkan batu dan refluk vesikouretral.

c. Ureter

Oleh karena stasis dari urine, ureter bisa mengalami dilatasi (hidroureter) dan

bila lebih lanjut bisa terjadi penebalan dinding dan fibrotik jaringan

sekitarnya.(6)

D. Mioma Uteri

Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasaql dari otot uterus dan

jaringan ikat yang menumpangnya, sehingga dalam kepustakaan disebut juga

leiomioma, fibromioma, atau fibroid. Etiologi yang pasti belum jelas, tetapi diduga

erat hubungannya dengan hormon estrogen dan progesteron. Mioma memiliki

reseptor estrogen yang lebih banyak dibanding miometrium normal. Mioma uteri

lebih sering ditemukan pada nulipara atau yang kurang subur., faktor keturunan juga

berperan. Menurut letaknya, mioma terdiri dari:

1. Mioma submukosum : mioma yang berada dibawah endometrium dan menonjol

kedalam rongga uterus

2. Mioma intramural : mioma terdapat di dinding uterus diantara serabut

miometrium.

3. Mioma subserosum: apabila mioma tumbuh keluar dinding uterus sehingga

menonjol pada permukaan uterus diliputi oleh serosa.

Manifestasi klinik tergantung dari letak mioma, besarnya, perubahan

sekunder, dan komplikasi yang terjadi. Manifestasi klinik tersebut dapat digolongkan

sebagai berikut:

- Benjolan di perut bagian bawah

- Perdarahan abnormal, yaitu hipermenore, menoragia, metroragia.

- Rasa nyeri atau dismenore

Page 11: retensio urin

- Gejala dan tanda penekanan yang tergantung dari besar dan tempat mioma uteri.

Penekanan pada vesika urinaria akan menyebabkan poliuri, pada uretra dapat

menyebabkan retensi urin, pada ureter dapat menyebabkan hidroureter dan

dironefrosis, pada rektum dapat menyebabkan obstipasi dan nyeri defekasi, pada

pembuluh darah dan pembuluh limfe di panggul dapat menyebabkan edema

tungkai dan nyeri panggul.

- Abortus spontan

- Infertilitas

Pada pemeriksaan bimanual akan didapatkan tumor padat uterus yang sering

teraba berbenjol atau bertangkai. Dengan sonde didapatkan kavum uteri lebih luas.

Diagnosi banding yang perlu kita pikirkan adalah kehamilan, inversio uteri,

karsinoma korpus uteri, kista ovarium. USG abdominal dan transvaginal dapat

membantu dan menegakkan dugaan klinis.

E. Hidronefrosis

Pembesaran pelvis renalis belum tentu suatu hidronefrosis, karena yang

disebut dengan suatu hidronefrosis adalah pembesaran sistem pelvikokaliks pada

ginjal karena tekanan dalam sistem pelvikokaliks yang tinggi. Etiologi dari

hidronefrosis secara garis besar dibagi menjadi 2 yaitu obstruksi dan non obstruksi.

Obstruksi dapat berupa batu traktus urinarius, tumor, striktur ureter atau kehamilan.

Penyebab non obstruksi dapat ditemukan pada pyelonefritis berat yang berkaitan

dengan endotoksin yang dapat menghambat peristaltik ureter. Selain itu penyebab

non obstruktif dapat berupa megaureter, refluk vesikoureter yang berat, penderita

diabetes insipidus atau keadaan post obstruksi dimana penyebab dari obstruksi sudah

dihilangkan. (7,8)

Hidronefrosis dapat unilateral atau bilateral, tergantung dari tempat lesi atau

obstruksi itu berada. Hidronefrosis unilateral disebabkan oleh lesi yang berada di atas

sambungan ureter dan vesika urinaria atau traktus urinarius bagian atas, sedangkan

Page 12: retensio urin

obstruksi bilateral biasanya disebabkan oleh lesi pada traktus urinarius tengah dan

bawah. (7,8)

Dengan USG terdapat tiga derajat hidronefrosis :

1. Mild / minimal

Terlihat sebagai suatu pemisahan ringan di bagian sentral dari eko pelvikokalises

(halo sign)

2. Moderate

Kalises dan pyelum tampak melebar, berupa struktur berisi cairan.

3. Severe

Sistem kalises di bagian tengah akan tampak sebagai suatu zona echofree yang

lobulated dan lama kelamaan pelvis akan terlihat sebaai suatu zona besar berisi

cairan, bahkan kadang – kadang pyelum dan kalises sukar diidentifikasi. (7,8)

Dengan pemeriksaan IVP terdapat empat derajat hidronefrosis :

I. Blunting

Tampak kaliks renalis dangkal

II. Flattening

Tampak kaliks renalis mendatar

III. Clubbing

Kaliks renalis mencembung atau seperti tongkat.

IV. Balloning

Kaliks – kaliks membesar sehingga berbentuk seperti balon

Pada derajat I dan II belum terjadi penipisan dari parenkim ginjal. Sedangkan

pada derajat III dan IV terjadi penipisan dari perenkim ginjal tetapi tidak selalu ada

hubungan antara penipisan parenkim dengan pembesaran ginjal.(7,8)

F. Pemeriksaan Radiologis

1. Foto Polos Abdomen (FPA)

Setiap pemeriksaan traktus urinarius sebaiknya dibuat terlebih dahulu foto

polos abdomen. Pemeriksaan foto polos abdomen menilai pre peritoneal fat line,

Page 13: retensio urin

psoas line, kontur, letak, besar ginjal, distribusi udara dan gambaran radioopak.

Pada pemeriksaan FPA dapat pula dilihat kalsifikasi dalam kista dan tumor, batu

radioopak dalam ginjal, ureter dan vesika urinaria serta gambaran perkapuran.(9)

2. Intravenous Pyelography ( IVP )

Pemeriksaan IVP memerlukan persiapan yaitu sebelum pemeriksaan

diberikan laksantia untuk membersihkan feses dalam colon yang menutupi daerah

ginjal serta tidak diberikan minum dari 10 jam sebelum pemeriksaan. Fungsi

pemeriksaan IVP untuk melihat fungsi eksresi ginjal, melihat anatomi dari traktus

urinarius dan mencari batu di saluran kemih yang tidak bisa terlihat pada

pemeriksaan FPA dengan cara menyuntikkan kontras melalui vena.

Pada pemeriksaan IVP terdapat 4 fase yaitu :

a. Fase nefrogram ( 5 menit )

Untuk melihat fungsi ekskresi ginjal, kontur ginjal dan pelvikokaliks sistem

(PCS )

b. Fase Pyelogram ( 15 menit )

Untuk melihat ada batu / tidak, ada penyempitan / tidak. Ureter dapat tidak

terlihat semua oleh karena ada peristaltik.

c. Fase Cystogram ( 30/45 menit )

Untuk melihat vesika urinaria. Dengan memperhatikannya dindingnya

reguler/tidak, ada indentasi/tidak, ada filling defect/tidak dan ada additional

shadow/tidak.

d. Fase Post Mictio

Untuk melihat fungsi pengosongan.

Jika ditunggu 2 jam ginjal belum terlihat disebut Non Visualized Kidney.

Pada pemeriksaan FPA batu radioluscent tidak terlihat, maka jika kita mencurigai

adanya batu radioluscent dapat dilanjutkan pemeriksaan IVP sehingga akan

diketahui lokasi batu, besarnya batu apakah terjadi bendungan atau tidak.(7,9)

3. Ultrasonografi Ginjal

Page 14: retensio urin

Pemeriksaan USG ginjal merupakan pemeriksaan non invasif, tidak

bergantung pada faal ginjal, tidak dijumpai efek samping, tanpa kontras, tidak

sakit, relatif cepat dan mudah dikerjakan. USG dapat memberikan keterangan

tentang ukuran, bentuk, letak dan struktur anatomi dalam ginjal. Ginjal terletak

retroperitoneal.Pada ginjal kanan digunakan hepar sebagai accoustik window,

sedang pada ginjal kiri digunakan lien sebagai accoustik window. Pemeriksaan

USG dilakukan untuk melihat ukuran ginjal, batu ginjal, dan massa ginjal untuk

membedakan massa kistik dengan solid.

Sonogram ginjal normal akan tampak lemak perirenal sebagai lapisan halus

yang berdensitas ekoik tinggi mengelilingi sisi luar ginjal. Parenkim ginjal terdiri

atas korteks dan medula. Eko parenkim ginjal relatif lebih rendah dibandingkan

dengan eko sinus ginjal. Medula dan korteks dapat jelas dibedakan. Pada keadaan

normal, eko korteks lebih tinggi daripada eko medula.Tebal parenkim ginjal

dibandingkan dengan tebal sinus ginjal kira – kira 1 berbanding 2. Piramid

medula berisi lebih banyak cairan daripada korteks sehingga terlihat lebih

hipoekoik, berbentuk segitiga dengan basis di korteks dan apeksnya di sinus. Di

tengah tampak gambaran sinus yang ekhogenik (putih) yang terdiri dari sistem

pelvikokaliks, pembuluh darah, dan lemak). Ureter pada umumnya tidak tampak.(7)

Pedoman pemeriksaan USG pada traktus Urinarius :

1. Persiapan

Sebenarnya tidak diperlukan persiapan khusus. Walaupun demikian pada

penderita dengan obstipasi, sebaiknya semalam sebelumnya diberikan laksansia.

Pasien sebaiknya puasa dan pagi hari dilarang makan dan minum yang dapat

menimbulkan gas dalam perut karena akan mengaburkan gambar organ yang

diperiksa.

2. Pedoman pemeriksaan

Untuk ginjal kanan

Penderita berbaring terlentang, dan penderita diminta untuk menahan

nafas pada inspirasi dalam. Posisi ini dimaksudkan untuk membebaskan

Page 15: retensio urin

hati dan menampakkan ginjal lebih ke bawah.Penderita berbaring miring

ke kiri ( LLD ), posisi ini membantu memperlihatkan lesi yang tidak

tergambar pada posisi lain, juga lesi pada Morrison’s pouch.

Untuk ginjal kiri

Gambaran USG ginjal kiri paling baik terlihat bila dilakukan pada posisi

berbaring ke kanan (RLD). Posisi terlentang tidak dianjurkan untuk

memeriksa ginjal kiri, karena gambaran ginjal terganggu oleh bayangan

udara di dalam lambung dan usus, kecuali bila lambung diisi air (minum). (7)

4. Retrograd Pyelography

Retrograd Pyelography (RPG) adalah pencitraan sistem urinaria bagian atas

(dari ginjal hingga ureter) dengan cara memasukkan bahan kontras radio-opak

langsung melalui kateter ureter yang dimasukkan transuretra. Indikasinya adalah

jika ada kontra indikasi pada foto IVP atau IVP belum bisa menjelaskan keadaan

ginjal maupun ureter, antara lain pada ginjal nonvizualised. (3)

5. Antegrad Pyelography

Antegrad Pyelography (APG) adalah pencitraan sistem urinaria bagian atas

dengan cara memasukkan kontras melalui sistem saluran (kaliks) ginjal. Bahan

kontras dimasukkan melalui kateter nefrostomi yang sebelumnya sudah terpasang,

atau dapat pula dimasukkan melaui pungsi pada kaliks ginjal. (3)

Page 16: retensio urin

BAB III

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. Sutiyem

Umur : 50 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Sendang Agung RT 01 RW 01 Rembang

Agama : Islam

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Masuk RSDK : 16 Februari 2006

Nomor CM : 5240147

Page 17: retensio urin

II. DAFTAR MASALAH

No Masalah Aktif Tanggal No Masalah Pasif Tanggal

1

2

3

Mioma uteri

Retensio uterin

Hidronefrosis dupleks

26-02-06

26-02-06

26-02-06

III.DATA DASAR

A. Anamnesis

Dilakukan dengan penderita pada tanggal 26 Februari 2006 pukul 13.30

Keluhan utama : tidak bisa kencing (rujukan RSU Rembang dengan retensio

urin dan mioma uteri)

1. Riwayat penyakit sekarang

4 tahun yang lalu penderita merasakan ada benjolan di perut bagian

bawah sebesar bola pingpong yang semakin lama semakin membesar

hingga sebesar telur angsa. Benjolan teraba keras tapi tidak nyeri.

Penderita sering mengeluh nyeri saat haid (+), darah haid yang keluar

sangat banyak hingga harus ganti 3-4 kali pembalut setiap harinya, namun

masih dalam siklus haid, riwayat keluar darah diluar siklus haid (-), mual

(-), muntah (-), BAK dan BAB lancar tidak ada keluhan. Penderita sudah

pernah periksa ke dokter, dikatakan ada tumor pada rahimnya dan

disarankan untuk operasi. Namun penderita menolak karena takut

dioperasi.

1 bulan SMRS penderita mengeluh keluar kencing sedikit-sedikit,

terasa panas saat kencing, terasa seperti anyang-anyangan, hingga

kemudian penderita tidak bisa kencing, kencing tidak bisa keluar sama

sekali, riwayat kencing berwarna merah (-), riwayat kencing keluar batu

atau pasir (-). BAB lancar tidak ada keluahan. Kemudian penderita periksa

ke RSU Rembang dirawat selama 4 hari, dipasang selang kencing dan

ditransfusi 3 kolf, kemudian dirujuk ke RSDK.

2. Riwayat Haid

Page 18: retensio urin

HPHT 12 Januari 2006

Menarche 13 tahun, teratur 7 hari

3. Riwayat menikah

Menikah 2 kali, dengan suami sekarang 7 tahun

4. Riwayat Obstetri

P1 A0, anak terkecil berusia 31 tahun

5. Riwayat KB

Tidak pernah memakai alat-alat kontrasepsi (KB)

6. Riwayat penyakit dahulu

seperti Belum pernah sakit ini sebelumnya

Riwayat trauma pada daerah pinggang (+), 2 tahun yang lalu penderita

pernah jatuh terpeleset, bagian pinggang terasa sakit diikuti penderita

sulit kencing, kencing terasa panas selama 5 hari, kemudian dipijit,

kencing lancar kembali.

Riwayat penyakit jantung, hipertensi, diabetes mellitus, ginjal, tumor

disangkal

7. Riwayat penyakit keluarga

Tidak ada anggota keluarga yang sakit seperti ini

8. Riwayat sosial ekonomi

Penderita adalah seorang ibu rumah tangga, suami bekerja sebagai petani,

mempunyai 1 anak yang sudah mandiri dan berkeluarga. Biaya

pengobatan ditanggung Askes Gakin.

Kesan : sosial ekonomi kurang

B. Pemeriksaan Fisik

Dilakukan pada tanggal 26 Februari 2006 pukul 13.30

1. Status Internus

Keadaan umum : baik, kesadaran kompos mentis, gizi cukup

Tanda vital : Tensi : 110/70 mmHg RR : 20x/menit

Nadi : 84x/menit Suhu : 37 oC

Page 19: retensio urin

Kepala : Mesocephal, turgor dahi cukup

Mata : konjungtiva palpebra anemis -/-, sklera ikterik -/-

Telinga : discharge -/-

Hidung : discharge -/-

Mulut : bibir sianosis -/-

Tenggorok : T1-1, faring hiperemis -/-

Leher : simetris, pembesaran nnll -/-

Toraks :

Pulmo : I : simetris statis dinamis

Pa : stem fremitus kanan = kiri

Pe : sonor seluruh lapangan paru

Au : suara dasar vesikuler, suara tambahan -/-

Cor : I : ictus cordis tak tampak, pulsasi parasternal (-)

Pa : ictus cordis teraba di SIC V 2cm medial LMC sinistra

Pe : konfigurasi jantung dalam batas normal

Au : Bunyi jantung I-II murni, bising (-), gallop (-)

Abdomen : I : Datar, venektasi (-)

Au : Bising usus (+) normal

Pe : Timpani, pekak sisi (+) normal, pekak alih (-)

Pa : Hepar dan lien tak teraba, nyeri tekan (-)

Ekstremitas : Superior inferior

Sianosis -/- -/-

Edema -/- -/-

Akral dingin -/- -/-

Cap refill <2” <2”

Suara dasar vesikuler

Page 20: retensio urin

2. Status Ginekologi

Vaginal Toucher : Fluksus (-), fluor (-)

Vulva/uretra/vagina : tidak ada kelainan

Portio : sebesar jempol tangan dewasa

OUE : tertutup

Corpus uteri : sebesar telur angsa

Anteroposterior : tak ada kelainan

Cavum Douglas : tak ada kelainan

Sondase : 10 cm antefleksi

C. Pemeriksaan Penunjang

1. Laboratorium darah

Hb : 9,9 gr/dl Na : 142 mmol/l

Ht : 31,6% K : 4,0 mmol/l

Leukosit : 61.000/mm3 Cl : 111 mmol/l

Trombosit : 451.000/mm3 SGOT : 48

MCH : 21,2 pg SGPT : 38

MCV : 67,7 fl

MCHC : 31,3 g/dl

GDS : 97

Ureum : 26

Creatinin : 6,56

EKG : Normosinus rithm

2. USG traktus urinarius (23 Februari 2006)

Ginjal kanan : bentuk dan ukuran normal, batas kortiko medulare

baik, tak tampak penipisan, ekhogenisitas normal.

Tak tampak batu, pielokaliks tak melebar

Page 21: retensio urin

Ginjal kanan : bentuk dan ukuran normal, batas kortiko medulare

baik, tak tampak penipisan, ekhogenisitas normal.

Tak tampak batu, pielokaliks tak melebar

Ureter kanan : tak melebar

Ureter kiri : tak melebar

Vesika urinaria : dinding tak menebal, permukaan reguler, tak tampak

batu, tampak balon kateter di dalamnya. VU terdesak

oleh massa.

Uterus : Membesar, tampak massa pada uterus

Kesan : Tak tampak kelainan pada sonografi kedua ginjal dan

vesika urinaria

Massa pada uterus

3. Pielografi intravena (IVP)

FPA : Tidak tampak batu opak dan kalsifikasi pada cavum

abdomen dan cavum pelvis

Tampak gambaran udara usus pada cavum abdomen

normal

Tampak gambaran “ground glass appearance” pada

cavum pelvis

Ginjal kanan : bentuk, letak dan ukuran normal

fase nefrogram dan ekskresi kontras sudah tampak

pada menit ke 5

kaliks minor clubbing, kaliks mayor dan pelvis renalis

melebar

Ginjal kiri : Bentuk, letak dan ukuran normal

Fase nefrogram dan ekskresi kontras sudah tampak

pada menit ke-5

Kaliks minor blunting, kaliks mayor dan pelvis renalis

tidak melebar

Page 22: retensio urin

Ureter kanan : bagian proksimal tampak melebar dan kinking

Ureter kiri : tidak melebar, tak tampak bendungan

Vesika urinaria : Tampak indentasi VU dari kranial ke lateral kir,

dinding rata, tak tampak additional shadow dan filling

defect

Post mictio : masih banyak sisa urin

Kesan : Hidronefrosis dupleks (kanan grade III, kiri grade I)

Massa pada cavum pelvis yang mendesak VU ke

lateral kiri.

IV. DIAGNOSIS SEMENTARA

1. Mioma uteri

2. Hidronefrosis dupleks

V. INITIAL PLANS

Assessment : Mioma uteri dengan hidronefrosis dupleks

Dx : S : -

O : - MCU

- Biopsi PA

Rx : Histerektomi total

Mx : Keadaan umum, tanda vital

Ex : Menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang penyakit

yang diderita dan pengelolaannya

Page 23: retensio urin

BAB IV

PEMBAHASAN

Seorang wanita umur 50 tahun datang dengan keluhan tidak bisa kencing

(rujukan RSU Rembang dengan retensio urin dan mioma uteri). 1 tahun yang lalu

penderita mengeluh ada benjolan di perut bagian bawah sebesar bola pingpong, yang

semakin lama semakin membesar hingga sebesar telur angsa. Benjolan teraba keras

dan tidak nyeri. Penderita sering mengeluh nyeri saat haid, darah haid dirasakan lebih

banyak dari biasanya hingga beberapa kali harus ganti pembalut, tidak ada riwayat

keluar darah diluar siklus haid. 1 bulan SMRS penderita mulai mengeluh keluar

kencing sedikit-sedikit, terasa panas saat kencing, sampai akhirnya penderita tidak

bisa kencing, BAB lancar tidak ada keluhan. Kemudian penderita berobat ke RSU

Page 24: retensio urin

Rembang dirawat selama 4 hari, dipasang selang kencing dan transfusi 3 kolf

kemudian dirujuk ke RSDK.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan, status internus dalam batas normal, status

ginekologi pada VT didapatkan uterus membesar sebesar telur angsa, dan pada

sondase didapatkan 10 cm antefleksi. Fluksus (-), fluor (-).