RETENSIO URIN

14
RETENSIO URIN DEFINISI Retensi Urin adalah ketidakmampuan seseorang untuk mengeluarkan urin yang terkumpul di dalam buli-buli hingga kapasitas maksimal buli-buli terlampaui Etiologi Adapun penyebab dari penyakit retensio urine dapat dibagi menurut letaknya yang adalah sebagai berikut: 1. Supra vesikal a. Kerusakan pada pusat miksi di medulla spinalis S2 - S4. b. Kerusakan saraf simpatis dan parasimpatis baik sebagian ataupun seluruhnya. c. Kelainan medulla spinalis, misalnya meningokel, tabes dorsalis, atau spasmus sfinkter yang ditandai dengan rasa sakit yang hebat. 2. Vesikal a. Kelemahan otot detrusor karena lama teregang. b. Atoni pada pasien DM atau penyakit neurologis. c. Divertikel yang besar. 3. Intravesikal a. Pembesaran prostate. b. Kekakuan leher vesika. c. Striktura. d. Batu kecil. e. Tumor pada leher vesika. f. Fimosis. Selain itu penyebab dari penyakit retensi urine juga dapat dibagi menurut organ yang terkenanya. Pembagiannya adalah sebagai berikut: 1. Vesika urinaria a. Neuropati diabetes b. Atoni otot detrusor karena pembesaran kronis yang berlebihan. 2. Uretra a. Pada bayi dan anak-anak i. Katup uretra posterior ii. Stenosis meatal iii. Fimosis dan parafimosis b. Pada pria dewasa i. Batu ii. Striktura c. Pada wanita dewasa i. Obstruksi uretra ( sangat jarang ) d. Pada pria tua i. Beningn Prostat Hiperplasia ii. Batu

Transcript of RETENSIO URIN

Page 1: RETENSIO URIN

RETENSIO URINDEFINISIRetensi Urin adalah ketidakmampuan seseorang untuk mengeluarkan urin yangterkumpul di dalam buli-buli hingga kapasitas maksimal buli-buli terlampauiEtiologi

Adapun penyebab dari penyakit retensio urine dapat dibagi menurut letaknyayang adalah sebagai berikut:1. Supra vesikala. Kerusakan pada pusat miksi di medulla spinalis S2 - S4.b. Kerusakan saraf simpatis dan parasimpatis baik sebagian ataupun seluruhnya.c. Kelainan medulla spinalis, misalnya meningokel, tabes dorsalis, atau spasmussfinkter yang ditandai dengan rasa sakit yang hebat.2. Vesikala. Kelemahan otot detrusor karena lama teregang.b. Atoni pada pasien DM atau penyakit neurologis.c. Divertikel yang besar.3. Intravesikala. Pembesaran prostate.b. Kekakuan leher vesika.c. Striktura.d. Batu kecil.e. Tumor pada leher vesika.f. Fimosis.Selain itu penyebab dari penyakit retensi urine juga dapat dibagi menurut organ yangterkenanya. Pembagiannya adalah sebagai berikut:1. Vesika urinariaa. Neuropati diabetesb. Atoni otot detrusor karena pembesaran kronis yang berlebihan.2. Uretraa. Pada bayi dan anak-anaki. Katup uretra posteriorii. Stenosis meataliii. Fimosis dan parafimosisb. Pada pria dewasai. Batuii. Strikturac. Pada wanita dewasai. Obstruksi uretra ( sangat jarang )d. Pada pria tuai. Beningn Prostat Hiperplasiaii. Batuiii. Kanker prostativ. Strikturae. Pada wanita tuai. Karunkel uretraii. Polip uretra

KLASIFIKASIRetensi urin akut

Page 2: RETENSIO URIN

Retensi urin yang akut adalah ketidakmampuan berkemih yang tiba-tiba dan disertai rasasakit meskipun buli-buli terisi penuh. Berbeda dengan kronis, tidak ada rasa sakit karenasedikit2 nimbunnya. Kondisi yang terkait adalah tidak dapat berkemih sama sekali, kandungkemih penuh, terjadi tiba-tiba, disertai rasa nyeri, dan keadaan ini termasuk kedaruratandalam urologi. Kalau tidak dapat berkemih sama sekali segera dipasang kateter.Retensi urin kronikRetensi urin kronik adalah retensi urin ‘tanpa rasa nyeri’ yang disebabkan olehpeningkatan volume residu urin yang bertahap. Misalnya lama-lama tidak bisa kencing. padapembesaran prostat, pembesaran sedikit-sedikit, bisa kencing sedikit tapi bukan karenakeinginannya sendiri tapi keluar sendiri karena tekanan lebih tinggi daripada tekanansfingternya. Kondisi yang terkait adalah masih dapat berkemih, namun tidak lancar , sulitmemulai berkemih (hesitancy), tidak dapat mengosongkan kandung kemih dengan sempurna(tidak lampias). Retensi urin kronik tidak mengancam nyawa, namun dapat menyebabkanpermasalahan medis yang serius di kemudian hari.EPIDEMIOLOGIInsidens retensi urin di AS:o laki-laki usia 40-83 thn: 4,5 – 6,8/1000 laki-laki/tahuno usia 70-an: 10%o usia 80-an: 30%o Insidens retensi urin ‘akut’: 3/1000 laki-laki/tahuno Insidens pada wanita: 3/100.000 wanita/tahunPerhatikan bahwa pada retensi urin akut, laki-laki lebih banyak daripadawanita dengan perbandingan 3/1000 : 3/100000. Berdasarkan data juga dapatdilihat bahwa dengan bertambahnya umur pada laki-laki, kejadian retensi urinjuga akan semakin meningkat.2.2.3. GAMBARAN KLINISRetensi urine memberikan gejala gangguan berkemih, termasukdiantaranya kesulitan buang air kecil; pancaran kencing lemah, lambat, danterputus-putus; ada rasa tidak puas, dan keinginan untuk mengedan ataumemberikan tekanan pada suprapubik saat berkemih.Suatu penelitian melaporkan bahwa gejala yang paling bermakna dalammemprediksikan adanya gangguan berkemih adalah pancaran kencing yanglemah, pengosongan kandung kemih yang tidak sempurna, mengedan saatberkemih, dan nokturia.2.2.4. PATOFISIOLOGIProses berkemih melibatkan 2 proses yang berbeda yaitu pengisian danpenyimpanan urine dan pengosongan kandung kemih. Hal ini saling berlawanandan bergantian secara normal. Aktivitas otot-otot kandung kemih dalam halpenyimpanan dan pengeluaran urin dikontrol oleh sistem saraf otonom dansomatik.Selama fase pengisian, pengaruh sistem saraf simpatis terhadap kandung

Page 3: RETENSIO URIN

kemih menjadi bertekanan rendah dengan meningkatkan resistensi saluran kemih.Penyimpanan urin dikoordinasikan oleh hambatan sistem simpatis dari aktivitaskontraktil otot detrusor yang dikaitkan dengan peningkatan tekanan otot dari leherkandung kemih dan proksimal uretra.Pengeluaran urine secara normal timbul akibat dari kontraksi yangsimultan otot detrusor dan relaksasi saluran kemih. Hal ini dipengaruhi olehsistem saraf parasimpatis yang mempunyai neurotransmiter utama yaituasetilkholin, suatu agen kolinergik.Selama fase pengisian, impuls afferen ditransmisikan ke saraf sensorispada ujung ganglion dorsal spinal sakral segmen 2-4 dan informasikan ke batangotak. Impuls saraf dari batang otak menghambat aliran parasimpatis dari pusatkemih sakral spinal. Selama fase pengosongan kandung kemih, hambatan padaaliran parasimpatis sakral dihentikan dan timbul kontraksi otot detrusor.Hambatan aliran simpatis pada kandung kemih menimbulkan relaksasi pada ototuretra trigonal dan proksimal. Impuls berjalan sepanjang nervus pudendus untukmerelaksasikan otot halus dan skelet dari sphincter eksterna. Hasilnya keluarnyaurine dengan resistensi saluran yang minimal.Pada retensio urine, penderita tidak dapat miksi, buli-buli penuh disertairasa sakit yang hebat di daerah suprapubik dan hasrat ingin miksi yang hebatdisertai mengejan. Retensio urine dapat terjadi menurut lokasi, factor obat danfactor lainnya seperti ansietas, kelainan patologi urethra, trauma dan lainsebagainya.Berdasarkan lokasi bisa dibagi menjadi supra vesikal berupa kerusakanpusat miksi di medulla spinalis menyebabkan kerusaan simpatis dan parasimpatissebagian atau seluruhnya sehingga tidak terjadi koneksi dengan otot detrusor yangmengakibatkan tidak adanya atau menurunnya relaksasi otot spinkter internal, vesikalberupa kelemahan otot detrusor karena lama teregang, intravesikal berupa hipertrofiprostate, tumor atau kekakuan leher vesika, striktur, batu kecil menyebabkan obstruksiurethra sehingga urine sisa meningkat dan terjadi dilatasi bladder kemudian distensiabdomen.Dari semua factor di atas menyebabkan urine mengalir labat kemudian terjadipoliuria karena pengosongan kandung kemih tidak efisien.Selanjutnya terjadi distensibladder dan distensi abdomen sehingga memerlukan tindakan, salah satunya berupakateterisasi urethra.2.2.5. DIAGNOSISPada pasien dengan keluhan saluran kemih bagian bawah, maka anamnesisdan pemeriksaan fisik yang lengkap, pemeriksaan rongga pelvis, pemeriksaan

Page 4: RETENSIO URIN

neurologik, jumlah urine yang dikeluarkan spontan dalam 24 jam, pemeriksaanurinalisis dan kultur urine, pengukuran volume residu urine, sangat dibutuhkan.Fungsi berkemih juga harus diperiksa, dalam hal ini dapat digunakanuroflowmetry, pemeriksaan tekanan saat berkemih, atau dengan voidingcystourethrography.1. Anamnesis- Tidak bisa kencing atau kencing menetes /sedikit-sedikit- Nyeri dan benjolan/massa pada perut bagian bawah- Riwayat trauma: "straddle", perut bagian bawah/panggul, ruastulang belakang.- Pada kasus kronis, keluhan uremia2. Pemeriksaan Fisik- Inspeksi:Penderita gelisahBenjolan/massa perut bagian bawahTergantung penyebab : batu dimeatus eksternum, pembengkakandengan/tanpa fistulae didaerah penis dan skrotum akibat strikturauretra, perdarahan per uretra pada kerobekan akibat trauma.- Palpasi dan perkusi:Teraba benjolan/massa kistik-kenyal (undulasi) pada perut bagianbawah.Bila ditekan menimbulkan perasaan nyeri pada pangkal penis ataumenimbulkan perasaan ingin kencing yang sangat mengganggu.Terdapat keredupan pada perkusi.Dari palpasi dan perkusi dapat ditetapkan batas atas buli-buli yangpenuh, dikaitkan dengan jarak antara simfisis-umbilikus. Tergantungpenyebab :Teraba batu di uretra anterior sampai dengan meatus eksternum.Teraba dengan keras (indurasi) dari uretra pada striktura yangpanjangTeraba pembesaran kelenjar prostat pada pemeriksaan colok dubur.Teraba kelenjar prostat letaknya tinggi bila terdapat ruptur totaluretra posterior.Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan penunjang yang digunakan dalam menegakkan diagnosis pada retensi urinialah dengan:A. Pemeriksaan urin lengkap.Bila pada pemeriksaan sediment urin ditemukan piuria pada 50% kasus infeksisaluran kemih. Tidak ada korelasi yang pasti antara piuria dan bakteriuria, tetapi padasetiap kasus dengan piuria haruslah dicurigai kemungkinan adanya infeksi saluran kemih.Kelainan urin secara laboratorik yang ditemukan apabila terdapat infeksi padasaluran kemih ialah :1. UrinalisisLeukosituria.Leukosituria atau piuria merupakan salah satu petunjuk penting terhadap dugaanadanya infeksi saluran kemih. Leukosuria dinyatakan positif bilamana terdapat 5leukosit / lapang pandang besar ( LPB ) sedimen air kemih. Adanya leukosit

Page 5: RETENSIO URIN

silinder pada sedimen air kemih menunjukkan adanya keterlibatan ginjal.Hematuria.Hematuria dipakai sebagai petunjuk adanya infeksi saluran kemih bilamanadijumpai 5 – 10 eritrosit / lapang pandang besar ( LPB ) sedimen air kemih.2. Bakteriologis.MikroskopisPada pemeriksaan mikroskopis dapat digunakan air kemih segar tanpa diputaratau tanpa pewarnaan gram. Bakteri dinyatakan positif bilamana ditemukan satubakteri lapang pandang minyak emersi.Biakan bakteriSelain untuk mengetahui adanya infeksi pemeriksaan laboratorium lain yangperlu dilakukan ialah pemeriksaan gula darah sewaktu untuk mengetahui kadarglukosa pasien tersebut karena apabila pasien mempunyai penyakit diabetesmaka diabetes dapat menyebabkan retensi urin.B. Uroflometri.Uroflometri adalah pencatatan tentang pancaran urin selama proses miksi secaraelektronik. Pemeriksaan ini ditujukan untuk mendeteksi gejala obstruksi saluran kemihbagian bawah yang tidak invasif. Dari uroflometri dapat diperoleh informasi mengenaivolume miksi pancaran maksimum, pancaran rata-rata, waktu yang dibutuhkan untukmencapai pancaran maksimum dan lamanya pancaran.C. Foto polos abdomen.Foto polos abdomen merupakan pemeriksaan uroradiologis termudah. Ini merupakanradiographi pendahuluan umum dalam pemeriksaan radiologis yang lebih canggih sepertiurographi intravena dan biasanya dilakukan dengan posisi supine.Pada pasien dengan retensi urin, pada pemeriksaan foto polos abdomen dapatmemperlihatkan bayangan buli – buli penuh dan mungkin terlihat bayangan batu opakpada uretra atau pada buli – buli apabila karena batu pada saluran kemih.D. UretrografiUretrografi adalah pencitraan uretra dengan memakai bahan kontras. Bahankontras dimasukkan langsung melalui klem Broadny yang dijepitkan pada glans penis.Gambaran yang mungkin terjadi adalah :Jika terdapat striktura uretra akan tampak adanya penyempitan atau hambatankontras pada uretra.Trauma uretra tampak sebagai ekstravasasi kontras keluar dinding uretra.Tumor uretra atau batu non opak pada uretra tampak sebagai filling defect padauretra.E. Uretrosistoskopi.Pemeriksaan ini secara visual dapat mengetahui keadaan uretra prostatika danbuli-buli. Terlihat adanya pembesaran, obstruksi uretra dan leher buli-buli, batu buli-buli,

Page 6: RETENSIO URIN

selule dan divertikel buli-buli. Uretrosistoskopi dikerjakan pada saat akan dilakukantindakan pembedahan untuk menentukan perlunya dilakukan TUIP, TURP, atauprostatektomi terbuka. Disamping itu pada kasus yang disertai dengan hematuria ataudugaan adanya karsinoma buli-buli sistoskopi sangat membantudalam mencari lesi padabuli-buli.F. Ultrasonografi.Prinsip pemeriksaan ultrasonografi adalah menangkap gelombang bunyi ultrayang dipantulkan oleh organ-organ ( jaringan ) yang berbeda kepadatannya. Pemeriksaanini tidak invasif dan tidak menimbulkan efek radiasi. USG dapat membedakan antaramassa padat ( hiperekoik ) dengan massa kistus ( hipoekoik ). Pada kelenjar prostat,melalui pendekatan transrektal ( TRUS ) dipakai untuk mencari nodul pada keganasanprostat dan menentukan volume / besarnya prostat. Jika didapatkan adanya dugaankeganasan prostat, TRUS dapat dipakai sebagai penuntun dalam melakukan biopsykelenjar prostat.PENANGANAN RETENSI URINUrin dapat dikeluarkan dengan cara Kateterisasi atau Sistostomi. Penanganan pada retensiurin akut berupa : kateterisasi – bila gagal – dilakukan Sistostomi.KateterisasiKateterisasi Uretra adalah memasukkan kateter ke dalam buli-buli melalui uretra.Tujuan KateterisasiTindakan ini dimaksudkan untuk tujuan diagnosis maupun untuk tujuan terapi.Tindakan diagnosis antara lain adalah :1. Kateterisasi pada wanita dewasa untuk memperoleh contoh urin guna pemeriksaan kultururin.2. Mengukur residu (sisa) urin yang dikerjakan sesaat setelah pasien selesai miksi.3. Memasukkan bahan kontras untuk pemeriksaan radiologi, antara lain : Sistografi ataupemeriksaan adanya refluks vesiko-ureter melalui pemeriksaan voiding cysto-urethrography(VCUG).4. Pemeriksaan urodinamik untuk menentukan tekanan intra vesika.5. Untuk menilai produksi urin pada saat dan setelah operasi besar.Indikasi kateterisasi :1. Mengeluarkan urin dari buli-buli pada keadaan obstruksi infravesikal, baik yang disebabkanoleh hiperplasia prostat maupun oleh benda asing (bekuan darah) yang menyumbat uretra.2. Mengeluarkan urin pada disfungsi buli-buli.3. Diversi urin setelah tindakan operasi sistem urinaria bagian bawah, yaitu pada operasi

Page 7: RETENSIO URIN

prostatektomi, vesikolitektomi.4. Sebagai splint setelah operasi rekonstruksi uretra untuk tujuan stabilisasi uretra.5. Memasukkan obat-obatan intravesika, antara lain sitostatika atau antiseptik untuk buli-buli.Kontraindikasi kateterisasi :Ruptur uretra, ruptur buli-buli, bekuan darah pada buli-buli.Macam-macam KateterKateter dibedakan menurut ukuran, bentuk, bahan, sifat, pemakaian, sistem retaining(pengunci), dan jumlah percabangan. Ukuran Kateter Ukuran kateter dinyatakan dalam skalaCheriere’s (French). Ukuran ini merupakan ukuran diameter luar kateter.1 Cheriere (Ch) atau 1 French (Fr) = 0,33 milimeter atau1 milimeter = 3 FrJadi, kateter yang berukuran 18 Fr artinya diameter luar kateter itu adalah 6 mm. Kateter yangmempunyai ukuran yang sama belum tentu mempunyai diameter lumen yang sama karenaadanya perbedaan bahan dan jumlah lumen pada kateter itu.Bahan kateter dapat berasal dari logam (stainless), karet (lateks), lateks dengan lapisansilikon (siliconized) dan silikon.Bentuk KateterStraight catheter merupakan kateter yang terbuat dari karet (lateks), bentuknya lurus dantanpa ada percabangan. Contoh kateter jenis ini adalah kateter Robinson dan kateter Nelaton.Coude catheter yaitu kateter dengan ujung lengkung dan ramping. Kateter ini dipakai jikausaha kateterisasi dengan memakai kateter berujung lurus mengalami hambatan yaitu pada saatkateter masuk ke uretra pars bulbosa yang berbentuk huruf “S”, adanya hiperplasia prostat yangsangat besar, atau hambatan akibat sklerosis leher buli-buli. Contoh jenis kateter ini adalahkateter Tiemann.Tindakan KateterisasiPada wanitaPemasangan kateter pada wanita jarang menjumpai kesulitan karena uretra wanita lebihpendek. Kesulitan yang sering dijumpai adalah pada saat mencari muara uretra karena terdapatstenosis muara uretra atau tertutupnya muara uretra oleh tumor uretra / tumor vaginalis / serviks.Untuk itu mungkin perlu dilakukan dilatasi dengan busi a boule terlebih dahulu.Pada priaTeknik kateterisasi pada pria adalah sebagai berikut :1. Setelah dilakukan desinfeksi pada penis dan daerah sekitarnya, daerah genitalia dipersempitdengan kain steril.2. Kateter yang telah diolesi dengan pelicin / jelly dimasukkan ke dalam orifisium uretraeksterna.

Page 8: RETENSIO URIN

3. Pelan-pelan kateter didorong masuk dan kira-kira pada daerah daerah sfingter uretra eksternaakan terasa tahanan; pasien diperintahkan untuk mengambil nafas dalam supaya sfingteruretra eksterna menjadi lebih relaks. Kateter terus didorong hingga masuk ke buli-buli yangditandai dengan keluarnya urin dari lubang kateter.4. Kateter terus didorong masuk ke buli-buli hingga percabangan kateter menyentuh meatusuretra eksterna.5. Balon kateter dikembangkan dengan 5-10 ml air steril.6. Jika diperlukan kateter menetap, kateter dihubungkan dengan pipa penampung (urinbag).7. Kateter difiksasi dengan plester di daerah inguinal atau paha bagian proksimal.3.2 Kateterisasi SuprapubikKateterisasi Suprapubik adalah memasukkan kateter dengan membuat lubang pada buli-bulimelalui insisi suprapubik dengan tujuan mengeluarkan urin.Kateterisasi suprapubik ini biasanya dikerjakan pada :1. Kegagalan pada saat melakukan kateterisasi uretra.2. Ada kontraindikasi untuk melakukan tindakan transuretra, misalkan pada ruptur uretra ataudugaan adanya ruptur uretra.3. Untuk mengukur tekanan intravesikal pada studi sistotonometri.4. Mengurangi penyulit timbulnya sindroma intoksikasi air pada saat TUR Prostat.Pemasangan kateter sistostomi dapat dikerjakan dengan cara operasi terbuka atau denganperkutan (trokar) sistostomi.Sistostomi TrokarKontraindikasi Sistostomi Trokar : tumor buli-buli, hematuria yang belum jelaspenyebabnya, riwayat pernah menjalani operasi daerah abdomen / pelvis, buli-buli yangukurannya kecil (contracted bladder), atau pasien yang mempergunakan alat prostesis padaabdomen sebelah bawah.Tindakan ini dikerjakan dengan anestesi lokal dan mempergunakan alat trokar.Alat-alat dan bahan yang digunakan :1. Kain kasa steril.2. Alat dan obat untuk desinfeksi (yodium povidon).3. Kain steril untuk mempersempit lapangan operasi.4. Semprit beserta jarum suntik untuk pembiusan lokal dan jarum yang telah diisi denganaquadest steril untuk fiksasi balon kateter.5. Obat anestesi lokal.6. Alat pembedahan minor, antara lain : pisau, jarum jahit kulit, benang sutra (zeyde).7. Alat trokar dari Campbel atau trokar konvensional.8. Kateter Foley (ukuran tergantung alat trokar yang digunakan). Jika mempergunakan alattrokar konvensional, harus disediakan kateter Naso-gastrik(NG tube) no. 12.9. Kantong penampung urine (urinebag).Langkah-langkah Sistostomi Trokar :

Page 9: RETENSIO URIN

1. Desinfeksi lapangan operasi.2. Mempersempit lapangan operasi dengan kain steril.3. Injeksi (infiltrasi) anestesi lokal dengan Lidokain 2% mulai dari kulit, subkutis hingga kefasia.4. Insisi kulit suprapubik di garis tengah pada tempat yang paling cembung + 1 cm, kemudiandiperdalam sampai ke fasia.5. Dilakukan pungsi percobaan melalui tempat insisi dengan semprit 10 cc untuk memastikantempat kedudukan buli-buli.6. Alat trokar ditusukkan melalui luka operasi hingga terasa hilangnya tahanan dari fasia danotot-otot detrusor.7. Alat obturator dibuka dan jika alat itu sudah masuk ke dalam buli-buli akan keluar urinememancar melalui sheath trokar.8. Selanjutnya bagian alat trokar yang berfungsi sebagai obturator (penusuk) dan sheathdikeluarkan melalui buli-buli sedangkan bagian slot kateter setengah lingkaran tetapditinggalkan.9. Kateter Foley dimasukkan melalui penuntun slot kateter setengah lingkaran, kemudian balondikembangkan dengan memakai aquadest 10 cc. Setelah balon dipastikan berada di buli-buli,slot kateter setengah lingkaran dikeluarkan dari buli-buli dan kateter dihubungkan dengankantong penampung urin (urinbag).10. Kateter difiksasikan pada kulit dengan benang sutra dan luka operasi ditutup dengan kainkasa steril.Menusukkan alat trokar ke dalam buli-buliSetelah yakin trokar masuk ke buli-buli, obturator dilepas dan hanyaslot kateter setengah lingkaran ditinggalkanJika tidak tersedia alat trokar dari Campbell, dapat pula digunakan alat trokarkonvensional, hanya saja pada langkah ke-8, karena alat ini tidak dilengkapi dengan slot katetersetengah lingkaran maka kateter yang digunakan adalah NG tube nomer 12 F. Kateter ini setelahdimasukkan ke dalam buli-buli pangkalnya harus dipotong untuk mengeluarkan alat trokar daribuli-buli.PenyulitBeberapa penyulit yang mungkin terjadi pada saat tindakan maupun setelah pemasangankateter sistotomi adalah :1. Bila tusukan terlalu mengarah ke kaudal dapat mencederai prostat.2. Mencederai rongga / organ peritoneum.3. Menimbulkan perdarahan.4. Pemakaian kateter yang terlalu lama dan perawatan yang kurang baik akan menimbulkaninfeksi, ekskrutasi kateter, timbul batu saluran kemih, degenerasi maligna mukosa buli-buli,dan terjadi refluks vesiko-ureter.Sistostomi Terbuka

Page 10: RETENSIO URIN

Sistostomi terbuka dikerjakan bila terdapat kontraindikasi pada tindakan sistostomi trokaratau bila tidak tersedia alat trokar. Dianjurkan untuk melakukan sistostomi terbuka jika terdapatjaringan sikatriks / bekas operasi di daerah suprasimfisis, sehabis mengalami trauma di daerahpanggul yang mencederai uretra atau buli-buli, dan adanya bekuan darah pada buli-buli yangtidak mungkin dilakukan tindakan per uretram. Tindakan ini sebaiknya dikerjakan denganmemakai anestesi umum.Tindakan1. Desinfeksi seluruh lapangan operasi.2. Mempersempit daerah operasi dengan kain steril.3. Injeksi anestesi lokal, jika tidak mempergunakan anestesi umum.4. Insisi vertikal pada garis tengah + 3-5 cm diantara pertengahan simfisis dan umbilicus.5. Insisi diperdalam sampai lemak subkutan hingga terlihat linea alba yang merupakanpertemuan fasia yang membungkus muskulus rektus kiri dan kanan. Muskulus rektus kiridan kanan dipisahkan sehingga terlihat jaringan lemak, buli-buli dan peritoneum. Bulibulidapat dikenali karena warnanya putih dan banyak terdapat pembuluh darah.6. Jaringan lemak dan peritoneum disisihkan ke kranial untuk memudahkan memegang bulibuli.7. Dilakukan fiksasi pada buli-buli dengan benang pada 2 tempat.8. Dilakukan pungsi percobaan pada buli-buli diantara 2 tempat yang telah difiksasi.9. Dilakukan pungsi dan sekaligus insisi dinding buli-buli dengan pisau tajam hingga keluarurin, yang kemudian (jika perlu) diperlebar dengan klem. Urin yang keluar dihisap denganmesin penghisap.10. Eksplorasi dinding buli-buli untuk melihat adanya : tumor, batu, adanya perdarahan, muaraureter atau penyempitan leher buli-buli.11. Pasang kateter Foley ukuran 20F-24F pada lokasi yang berbeda dengan luka operasi.12. Buli-buli dijahit 2 lapis yaitu muskularis-mukosa dan sero-muskularis.13. Ditinggalkan drain redon kemudian luka operasi dijahit lapis demi lapis. Balon kateterdikembangkan dengan aquadest 10 cc dan difiksasikan ke kulit dengan benang sutra.3.3. PrognosisPrognosis pada penderita dengan retensi urin akut akan bonam jika retensi urin ditanganisecara cepat.

Page 11: RETENSIO URIN

BAB IIIPENUTUPKESIMPULANTraktus urinarius bagian bawah memiliki dua fungsi utama, yaitu: sebagai tempat untukmenampung produksi urine dan sebagai fungsi ekskresi.Retensio Urine Adalah merupkan urine dalam kandung kemih akibat ketidakmampuankandung kemih untuk mengosongkan kandung kemih sehingga menyebabkan distensi vesikaurania atau keadaan ketika seseorang mengalami pengosongan kandung kemih yang tidaklengkap.Retensio Urine dapat dibagi menjadi 3 lokasi yaitu Supravesikal, Vesikal, Infravesikal.Retensi urine memberikan gejala gangguan berkemih, termasuk diantaranya kesulitanbuang air kecil; pancaran kencing lemah, lambat, dan terputus-putus; ada rasa tidak puas, dankeinginan untuk mengedan atau memberikan tekanan pada suprapubik saat berkemih.Untuk mendeteksi retensi urin tidaklah sulit. Diperlukan perhatian dan kewaspadaan daridokter maupun perawat yang bersangkutan. Untuk menangani retensi urin tidak dibutuhkankeahlian maupun ketrampilan khusus. Diperlukan pemahaman akan syarat-syarat dantekniknya serta cara-cara merawatnya.DAFTAR PUSTAKAGanong. Review of medical Phisiologi. USA. McGraw-Hill companies. 2003Guyton & Hall. Textbook of medical Phisiologi. 2003.Price, Sylvia dkk. Patofisiologi konsep klinis proses penyakit volume I1 2006.Sabiston, David C. Hipertrofi Prostat Benigna, Buku Ajar Bedah bagian 2,Jakarta : EGC, 2008.Schwartz, Seymour I. 2009. Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah. Ed 6. EGCJakarta.Suyono S, 2007, Buku Ajar Ilmur Penyakit Dalam, Jilid I, Edisi Ketiga, BalaiPenerbit FKUI, Jakarta.