retensio plasenta

25
RETENSIO PLASENTA Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Obstetri Patologi Disusun Oleh Kelompok 7 Resti Nur Annisa 130103100002 Yoseu Novieliya P. W 130103100015 Fitri Nurmalasari 130103100036 Aliah S. Winarsih 130103100040 Seny Rumintang 130103100043 Nurul hanisa 130103090070 Angkatan : VI A

description

mengenali retensio plasenta di dalam dunia kebidanan

Transcript of retensio plasenta

Page 1: retensio plasenta

RETENSIO PLASENTA

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Obstetri Patologi

Disusun Oleh

Kelompok 7

Resti Nur Annisa 130103100002

Yoseu Novieliya P. W 130103100015

Fitri Nurmalasari 130103100036

Aliah S. Winarsih 130103100040

Seny Rumintang 130103100043

Nurul hanisa 130103090070

Angkatan : VI A

PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KEBIDANAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

Page 2: retensio plasenta

BANDUNG

2011

A. Pengertian

Retensio Plasenta

adalah terlambatnya kelahiran plasenta selama setengah jam setelah

kelahiran bayi. Plasenta harus dikeluarkan karena dapat menimbulkan

bahaya perdarahan, infeksi karena sebagai benda mati, dapat terjadi

plasenta inkarserata dapat terjadi polip plasenta, dan terjadi degenerasi

ganas korio karsinoma (Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan

Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan, hal. 300).

Retensio Plasenta

adalah tertahannya plasenta atau belum lahirnya plasenta hingga atau

melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir (Pelayanan Kesehatan Maternal

dan Neonatal, 2002:178).

Retensio Plasenta

adalah plasenta belum lahir 1/2 jam sesudah anak lahir (Obstetri Patologi,

hal. 234).

B. Fisiologi Pelepasan Plasenta

Pemisahan plasenta ditimbulkan dari kontraksi dan retraksi myometrium

sehingga mempertebal dinding uterus dan mengurangi ukuran area plasenta.

Area plasenta menjadi lebih kecil, sehingga plasenta mulai memisahkan diri

dari dinding uterus dan tidak dapat berkontraksi atu berintraksi pada area

pemisahan bekuan darah retroplasenta terbentuk. Berat bekuan darah ini

menambah pemisahan kontraksi uterus berikutnya akan melepaskan

keseluruhan plasenta dari uterus dan mendorongnya keluar dari vagina disertai

dengan pengeluaran selaput ketuban dan bekuan darah retroplasenta

(WHO,2001).

Proses kala III didahului dengan tahap pelepasan/separasi plasenta akan

ditandai oleh perdarahan pervaginam (cara pelepasan Duncan) atau sudah

Page 3: retensio plasenta

sebagian lepas tetapi tidak keluar pervaginam (cara pelepasan Schultze),

sampai akhirnya tahap ekspulsi, plasenta lahir. Pada retensio plasenta,

sepanjang plasenta belum terlepas, maka tidak akan menimbulkan perdarahan.

Sebagian plasenta yang sudah lepas dapat menimbulkan perdarahan yang

cukup banyak dan harus diantisipasi dengan segera melakukan plasenta

manual, meskipun kala uri belum lewat 30 menit.

C. Etiologi

1. Fungsional

q His kurang kuat

q Plasenta sulit terlepas, karena

tempatnya : insersi di sudut tuba

bentuknya : plasenta membranacea, plasenta anularis

ukurannya : plasenta yang sangat kecil

placenta yang sukar lepas karena sebab-sebab tersebut di atas disebut

placenta adhaesiva.

Plasenta Adhesiva

Implantasi yang kuat dari jonjot korion plasenta

sehingga menyebabkan kegagalan mekanisme separasi

fisiologis.

tempatnya : insersi di sudut tuba

bentuknya : plasenta membranacea, plasenta anularis

ukurannya : plasenta yang sangat kecil

2. Patolog – Anatomis

Plasenta akreta

o Implantasi jonjot korion plasetita hingga memasuki

sebagian lapisan miornetrium.

o Villi chorialis menanamkan diri lebih dalam ke dalam

dinding rahim dari pada biasa ialah sampai ke batas atas

lapisan otot rahim.

Page 4: retensio plasenta

o Placenta accreta ada 2 jenis :

Plasenta akreta komplit ialah kalau seluruh

permukaannya melekat dengan erat pada dinding rahim

dan ada yang parsialis ialah kalau hanya beberapa

bagian dari . ,permukaannya lebih erat berhubungan

dengan dinding rahim dari biasa.

Placenta accreta partialis masih dapat

dilepaskan secara manual tetapi placenta accreta

completa tidak boleh dilepaskan secara manual

karena usaha ini dapat menimbulkan perforasi dinding

rahim. Terapi terbaik dalam hal ini ialah hysterektorni.

o Sebabnya placenta accreta ialah kelainan decidua

misalnya decidua yang terlalu tipis.

o Placenta accreta menyebabkan retentio placentae.

Plasenta inkreta

o Implantasi jonjot korion plasenta hingga mencapai /

memasuki miometrium.

o Kalau villi chorialis sampai masuk ke dalam lapisan otot

rahim

Plasenta perkreta

o Implantasi jonjot korion plasenta yang menembus lapisan

otot hingga mencapai lapisan serosa dinding uterus.

o Villi chorialis menernbus lapisan otot dan mencapai serosa

atau menembusnya

Plaserita Inkarserata

Adalah tertahannya plasenta di dalam kavum uteri disebabkan oleh

kontriksi osteuni uteri.

(Obstetri Patologi, hal 236).

Page 5: retensio plasenta

Gambaran dan dugaan penyebab retensio plasenta

Page 6: retensio plasenta

D. Tindakan Bidan

Upaya preventif retensio plasenta oleh bidan

Upaya pencegahan yang dapat dilakukan oleh bidan adalah dengan

promosi untuk meningkatkan penerimaan keluarga berencana, sehingga

memperkecil terjadi retensio plasenta, meningkatkan penerimaan

pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang tidak diperkenankan

untuk melakukan massase dengan tujuan mempercepat proses persalinan

plasenta. Masase yang tidaktepat waktu dapat mengacaukan kontraksi otot

rahim dan mengganggu pelepasan plasenta.

Penanganan retensio plasenta menurut tingkatan :

Sebelum melakukan penanganan sebaiknya mengetahui beberaoa hal

dari tindakan retensio plasenta yaitu : retensio plasenta dengan perdarahan

langsung melakukan manual plasenta, retensio plasenta tanpa perdarahan :

1. Di tempat bidan : setelah dapat memastikan keadaan umum pasien,

segera memasang infus dan memberikan cairan; merujuk penderita ke

pusat dengan fasilitas cukup untuk mendapatkan penanganan yang lebih

baik; memberikan transfusi proteksi dengan antibiotik; mempersiapkan

plasenta manual.

2. Tingkat polindes : penanganan retensio plasenta dari tingkatan desa

sebelumnya persiapan donor darah yang tersedia dari warga setempat

yang telah di pilih dan dicocokkan dengan donor darah pasien. Diagnosis

yang lakukan, stabilisasi dan kemudian lakukan plasenta manual untuk

kasus adhesiva simpleks berikan uterotonika antibiotika serta rujuk untuk

kasus berat.

3. Tingkat puskesmas : diagnosis lakukan stabilisasi kemudian lakukan

plasenta manual untuk kasus resiko rendah rujuk kasus berat dan berikan

uterotonika antibiotika.

4. Tingkat rumah sakit : diagnosis stablisasi plasenta manual histerektomi

transfusi uterotonika antibiotika kedaruratan komplikasi.

Page 7: retensio plasenta

Asuhan kebidanan pada retensio plasenta

Dalam melakukan penatalaksanaan pada retensio plasenta sebaiknya bidan

harus mengambil beberapa sikap dalam menghadapi kejadian Retensio

plasenta, yaitu :

1. Sikap umum Bidan : melakukan pengkajian data secara subyektif dan

obyektif antara lain: keadaan umum penderita, apakah ibu anemis,

bagaimana jumlah perdarahannya, keadaan umum penderita, keadaan

fundus uteri, mengetahui keadaan plasenta, apakah plasenta inkaserata,

melakukan tes plasenta lepas dengan metode kustner, metode klien,

metode strasman, metode manuaba, memasang infus dan memberikan

cairan pengganti.

2. Sikap khusus Bidan : pada kejadian retensio plasenta atau plasenta tidak

keluar dalam wktu 30 menit bidan dapat melakukan tindakan manual

plasenta secara manual (menggunakan tangan) dari tempat implantasinya

dan kemudian melahirkannya keluar dari kavum uteri (Depkes, 2008).

3. Melakukan prosedur plasenta manual.

Plasenta Manual

Plasenta manual merupakan tindakan operasional kebidanan untuk melahirkan

plasenta.

Kejadian retensio plasenta berkaitan dengan :

1. Grandemultipara dengan implantasi plasenta dalam bentuk plasenta

adhesiva, plasenta akreta, plasenta inkreta, plasenta perkreta.

2. Mengganggu kontraksi otot rahim dan menimbulkan perdarahan.

3. Retensio plasenta tanpa perdarahan diperkirakan :

q Darah penderita terlalu banyak hilang.

q Keseimbangan baru berbentuk bekuan darah, sehingga perdarahan

tidak terjadi.

q Kernungkinan implantasi plasenta terlalu dalam.

4. Plasenta manual dengan segera dilakukan (indikasi) :

Page 8: retensio plasenta

q Terdapat riwayat perdarahan post partum berulang.

q Terjadi perdarahan post partum melebihi 400cc.

q Post operasi :

transvaginal

transabdominal

q Pada pertolongan persalinan dengan narkosa (pasien dalam keadaan

narkosa/anasthesi umum)

q Plasenta belum lahir setelah menunggu 1/2 jam.

Kalau placenta dalam 1/2 jam setelah anak lahir, belum mempelihatkan gejala-

gejala perlepasan, maka dilakukan pelepasan placenta manual. Telah dijelaskan

bahwa kalau ada perdarahan banyak, maka mungkin placenta dilepaskan secara

manual lebih dulu, tetapi dalam hal ini atas indikasi perdarahan, bukan atas

indikasi retentio placenta.

Definisi

Plasenta manual adalah prosedur pelepasan plasenta dari tempat

implantasinya pada dinding uterus dan mengeluarkannya dari kavum uteri

secara manual. Arti dari manual adalah dengan melakukan tindakan invasi

dan manipulasi tangan penolong persalainan yang dimasukkan langsung ke

dalam kavum uteri.

Manual plasenta adalah prosedur pelepasan plasenta dari tempat

implantasinya pada dinding uterus dan mengeluarkannya dari kavum uteri

secara manual yaitu dengan melakukan tindakan invasi dan manipulasi tangan

penolong persalinan yang dimasukkan langsung kedalam kavum uteri. Pada

umumnya ditunggu sampai 30 menit dalam lahirnya plasenta secara spontan

atau dgn tekanan ringan pada fundus uteri yang berkontraksi. Bila setelah 30

mnenit plasenta belum lepas sehingga belum dapat dilahirkan atau jika dalam

waktu menunggu terjadi perdarahan yang banyak, pasenta sebaiknya

dikeluarkan dengan segera.

Page 9: retensio plasenta

Indikasi

Manual plasenta dapat segera dilakukan apabila :

Terdapat riwayat perdarahan postpartum berulang.

Terjadi perdarahan postpartum melebihi 400 cc

Pada pertolongan persalinan dengan narkosa.

Plasenta belum lahir setelah menunggu selama setengah jam (retensio

plasenta)/plasenta adhesiva.

Manual plasenta dalam keadaan darurat dengan indikasi perdarahan di atas

400 cc dan teriadi retensio plasenta (setelah menunggu ½ jam). Seandainya

masih terdapat kesempatan penderita retensio plasenta dapat dikirim ke

puskesmas atau rumah sakit sehingga mendapat pertolongan yang adekuat.

Dalam melakukan rujukan penderita dilakukan persiapan dengan

memasang infuse dan memberikan cairan dan dalam persalinan diikuti

oleh tenaga yang dapat memberikan pertolongan darurat.

Kontraindikasi

a. Plasenta inkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga

mencapai / melewati lapisan miometrium.

Page 10: retensio plasenta

b. Plasenta percreta adalah implantasi jonjot korion plasenta yang

menembus lapisan miometrium hingga mencapai lapisan serosa

dinding uterus.

Tanda Untuk Dilakukan Manual Plasenta 1. Anamnesis, meliputi pertanyaan tentang periode prenatal, meminta

informasi mengenai perdarahan postpartum sebelumnya, paritas, serta

riwayat multipel fetus dan polihidramnion. Serta riwayat pospartum

sekarang dimana plasenta tidak lepas secara spontan atau timbul

perdarahan aktif setelah bayi dilahirkan.

2. Pada pemeriksaan pervaginam, plasenta tidak ditemukan di dalam

kanalis servikalis tetapi secara parsial atau lengkap menempel di dalam

uterus.

3. Perdarahan yang lama > 400 cc setelah bayi lahir.

4. Placenta tidak segera lahir > 30 menit.

Prosedur Manual Plasenta

Persiapan

Pasang set dan cairan infus

Jelaskan pada ibu prosedur dan tujuan tindakan

Lanjutkan anastesi verbal atau analgesia per rektal

Siapkan dan jalankan prosedur pencegahan infeksi.

Tindakan penetrasi ke dalam cavum uteri

1. Pastikan kandung kemih dalam keadaan kosong

2. Jepit tali pusat dengan klem pada jarak 5-10 cm dari vulva,

tegangkan dengan satu tangan sejajar lantai.

Page 11: retensio plasenta

Gambar 1

3. Secara obstetrik masukan tangan lainnya (punggung tangan

menghadap ke bawah) ke dalam vagina dengan menulusuri sisi

bawah tali pusat.

4. Setelah mencapai bukaan serviks, minta seorang asisten/penolong

lain untuk memegangkan klem tali pusat kemudian pindahkan

tangan luar untuk menahan fundus uteri.

5. Sambil menahan fundus uteri, masukkan tangan dalam hingga ke

kavum uteri sehingga mencapai tempat implantasi plasenta.

6. Bentangkan tangan obstetrik menjadi datar seperti memberi salam

(ibu jari merapat ke jari telunjuk dan jari-jari lain saling merapat).

Gambar 2

Melepas plasenta dari dinding uterus

7. Tentukan implantasi plasenta, temukan tepi plasenta paling bawah.

Bila plasenta berimplantasi di korpus belakang, tali pusat tetap

disebelah atas dan sisipkan ujung jari-jari tangan diantara

Page 12: retensio plasenta

plasenta dan dinding uterus dimana punggung tangan

menghadap ke bawah (posterior ibu)

Bila di korpus depan maka pindahkan tangan ke sebelah atas

tali pusat dan sisipkan ujung jari-jari tangan di antara plasenta

dan dinding uterus dimana punggung tangan menghadap ke

atas (anterior ibu).

Gambar 3

8. Setelah ujung-ujung jari masuk diantara plasenta dan dinding uterus

maka perluas pelepasan plasenta dengan jalan menggeser tangan ke

kanan dan kiri sambil digeserkan ke atas (kranial ibu) hingga semua

perlekatan plasenta terlepas dari dinding uterus.

Gambar 4

Catatan :

Bila tepi plasenta tidak teraba atau plasenta berada pada dataran

yang sama tinggi dengan dinding uterus maka hentikan upaya

Page 13: retensio plasenta

plasenta manual karena hall itu menunjukkan plasenta inkreta

(tertanam dalam miometrium).

Bila hanya sebagian dari implantasi plasenta dapat dilepaskan dan

bagian lainnya melekat erat maka hentikan pula plasenta manual

karena hal tersebut adalah plasenta akreta. Untuk keadaan ini

sebaiknya ibu diberi uterotonika tambahan (misoprostol 600 mcg

per rektal) sebelum dirujuk ke fasilitas kesehatan rujukan.

Mengeluarkan plasenta

9. Sementara satu tangan masih dalam kavum uteri, lakukan eksplorasi

untuk menilai tidak ada plasenta yang tertinggal.

10. Pindahkan tangan luar dari fundus ke supra simfisis (tahan segmen

bawah uterus) kemudian instruksikan asisten/penolong untuk

menarik tali pusat sambil tangan dalam membawa plasenta keluar

(hindari terjadinya percikan darah).

11. Lakukan penekanan (dengan tangan yang menahan suprasimfisis)

uterus kearah dorsokranial setelah plasenta dilahirkan dan

tempatkan plasenta did alam wadah yang telah disediakan.

Gambar 5

Pencegahan infeksi pasca tindakan

12. Dekontaminasi sarung tangan (sebelum dilepaskan) dan peralatan

lain yang digunakan

13. Lepaskan dan rendam sarung tangan dan peralatan lainnya di dalm

larutan klorin 0,5% selama 10 menit.

14. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir

Page 14: retensio plasenta

15. Keringkan tangan dengan handuk bersih dan kering

Pemantauan pascatindakan

16. Periksa kembali tanda vital ibu

17. Catat kondisi ibu dan buat laporan tindakan

18. Tuliskan rencana pengobatan, tindakan yang masih diperlukan dan

asuhan lanjutan

19. Beritahukan pada ibu dan keluarganya bahwa tindakan telah selesai

tetapi ibu masih memerlukan pemantauan dan asuhan lanjutan

20. Lanjutkan pemantauan ibu hingga 2 jam pascatindakan sebelum

dipindah ke ruang rawat gabung.

Komplikasi Tindakan Plasenta Manual

Tindakan plasenta manual dapat menimbulkan komplikasi sebagai berikut :

q Perdarahan yang disebabkan oleh :

a. Atonia uteri sehingga pembuluh darah terbuka

b. Sisa-sisa kotiledon yang tertinggal sebagai sumber perdarahan

karena mengganggu kontraksi otot rahim.

c. trauma tindakan

d. plasenta adesiva, akreta, atau inkreta

q Trauma tindakan yang menimbulkan :

a. Robekan uteri

b. Kolporeksis

c. Robekan vagina

d. robekan perineum meluas

q Infeksi yang disebabkan oleh :

a. infeksi bakteri asendens

b. adanya laserasi yang berfungsi sebagai pintu masuk infeksi

c. adanya sisa-sisa kotiledon/membrane

d. keadaan umum yang menurun karena perdarahan.

Page 15: retensio plasenta

Untuk memperkecil komplikasi dapat dilakukan tindakan profilaksis dengan :

q Memberikan uterotonika intramuskular atau intravena.

q Memberikan antibiotika.

q Memasang infus.

q Persiapan transfusi darah.

(Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk

Pendidikan Bidan, hal : 302 - 303).

Penanganan Retensio plasenta Separasi parsial dan Plasenta Akreta

1. Penanganan retensio plasenta dengan separasi parsial

a. tindakan jenis retensio yang terjadi karena berkaitan dengan tindakan

yang diambil.

b. regangkan tali pusat dan minta pasien untuk mengedan. Bila ekspulsi

plasenta tidak terjadi, coba traksi terkontrol tali pusat.

c. pasang infus oksitosin 20 IU dalam 500 mL NS/RL dengan 40 tetes per

menit. Bila perlu, kombinasikan dengan misoprostol 400 mg per rektal

(sebaiknya tidak menggunakan ergometrin karena kontraksi tonik yang

timbul dapat menyebabkan plasenta terperangkap dalam kavum uteri).

d. bila traksi terkontrol gagal untuk melahirkan plasenta, lakukan manual

plasenta secara berhati-hati dan halus untuk menghindari terjadinya

perforasi dan perdarahan.

e. lakukan transfusi darah apabila diperlukan.

f. beri antibiotika profilaksis (ampisilin 2 g IV / oral+metronidazol 1 g

supositoria / oral).

g. segera atasi bila terjadi komplikasi perdarahan hebat, infeksi, syok

neurogenik.

2. Penanganan plasenta akreta :

a. Tanda penting untuk diagnosis pada pemeriksaan luar adalah ikutnya

fundus atau korpus bila tali pusat ditarik. Pada pemeriksaan dalam sulit

ditentukan tepi plasenta karena implantasi yang dalam.

Page 16: retensio plasenta

b. Upaya yang dapat dilakukan pada fasilitas kesehatan dasar adalah

menentukan diagnosis, stabilisasi pasien dan rujuk ke rumah sakit

rujukan karena kasus ini memerlukan tindakan operatif.

Page 17: retensio plasenta

Skema Penatalaksanaa Retensio Plasenta

(Manuaba, Ida. “Ilmu kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan”, Jakarta, EGC. 1998, Hal. 303)

RETENSIO PLASENTABelum lahir setelah ½ jam bayi lahir

Sikap Bidan :q Evaluasi sebabnyaq Konsultasi dengan : puskesmas &

dokterq Merujuk ke : puskesmas atau

rumah sakit

Indikasi Plasenta Manual :q Perdarahan 400 ccq Riwayat retensio plasenta

berulangq Tindakan dengan narkosaq Sejarah habitual HPP

(berulang)

Komplikasi :q Antonia uteriq Perforasiq Perdarahan terusSegera merujuk penderita ke rumah sakit

Retensio Plasenta tanpa Perdarahan :q Perdarahan terlalu banyakq Keseimbangan bekuan darah

di tempat plasenta lepas.Perlekatan eratPersiapan merujuk penderitaq Infus cairan penggantiq Petugas untuk pertolongan

darurat.q Keluarga untuk donor darah.

Tindakan di rumah sakit :q Perbaikan keadaan umum

- Infus – transfusi- Antibiotika

q Tindakan plasenta manualq Atau histerektomi.

Page 18: retensio plasenta
Page 19: retensio plasenta

DAFTAR PUSTAKA

Manuaba, d.r I.B.G. Pengantar Kuliah Obstetri. 2007. Jakarta : EGC

Bagus, d.r Ida. Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Ginekologi. 2004.

Jakrta : EGC

FK UNPAD. Obstetri Patologi Ilmu Kesehatan Reproduksi. 2005. Jakarta : EGC