RETENSIO PLASENTA

33
PENDAHULUAN Perdarahan postpartum masih merupakan salah satu dari penyebab utama kematian ibu dalam persalinan. Semua wanita yang mengalami kehamilan menjelang 20 minggu masa gestasi atau lebih mengalami resiko perdarahan postpartum. Meskipun tingkat kematian maternal telah menurun drastis di negara-negara berkembang, perdarahan post partum tetap menjadi penyebab utama kematian maternal. 1 Perdarahan post partum adalah kehilangan darah melebihi 500 ml yang terjadi setelah bayi lahir. Perdarahan primer (perdarahan pasca persalinan dini) terjadi dalam 24 jam pertama, sedangkan perdarahan sekunder (perdarahan masa nifas) terjadi setelah itu. Etiologi perdarahan postpartum ialah atonia uteri, retensio plasenta, trauma jalan lahir, inversio uteri, ruptur uteri, dan gangguan sistem pembekuan darah. Faktor predisposisi yang harus dipertimbangkan ialah

description

laporan kasus retensio plasenta

Transcript of RETENSIO PLASENTA

Page 1: RETENSIO PLASENTA

PENDAHULUAN

Perdarahan postpartum masih merupakan salah satu dari penyebab utama

kematian ibu dalam persalinan. Semua wanita yang mengalami kehamilan

menjelang 20 minggu masa gestasi atau lebih mengalami resiko perdarahan

postpartum. Meskipun tingkat kematian maternal telah menurun drastis di negara-

negara berkembang, perdarahan post partum tetap menjadi penyebab utama

kematian maternal.1

Perdarahan post partum adalah kehilangan darah melebihi 500 ml yang

terjadi setelah bayi lahir. Perdarahan primer (perdarahan pasca persalinan dini)

terjadi dalam 24 jam pertama, sedangkan perdarahan sekunder (perdarahan masa

nifas) terjadi setelah itu. Etiologi perdarahan postpartum ialah atonia uteri,

retensio plasenta, trauma jalan lahir, inversio uteri, ruptur uteri, dan gangguan

sistem pembekuan darah. Faktor predisposisi yang harus dipertimbangkan ialah

riwayat perdarahan pasca persalinan sebelumnya, multiparitas, perdarahan

antepartum, dan partus lama.2

Angka terjadinya retensio plasenta 1% dari seluruh persalinan (Estman,

1961). Penelitian yang dilakukan WHO (1992) di daratan Australia dijumpai

sekitar 17% wanita mengalami perdarahan postpartum, sedangkan penelitian BKS

Panfin (1981) di Jawa Tengah didapatkan angka kejadian berkisar 0,22% dan

penelitian Bryma (1986) pada Pusat Rujukan RS Pringadi Medan didapatkan

Page 2: RETENSIO PLASENTA

angka kejadian sebesar 3,06%. Pada tahun yang sama Santoso dkk mendapatkan

2,40% Di RS dr. Soetomo Surabaya.3

Tingginya angka kematian ibu karena banyak penderita yang dikirim dari

luar dengan keadaan umum yang sangat jelek dan anemis, dimana tindakan

apapun kadang tidak menolong. Umumnya retensio plasenta dapat dicegah,

sehingga dapat menurunkan angka kematian ibu.

1

Page 3: RETENSIO PLASENTA

TINJAUAN PUSTAKA

Anatomi Plasenta

Plasenta berbentuk bundar atau oval dengan diameter 15-20 cm dan tebal

2-3 cm serta beratnya 500-600 gram. Umumnya plasenta akan terbentuk pada usia

kehamilan kira-kira 16 minggu dimana ruang amnion telah mengisi seluruh

kavum kotiledon serta 200 foetal kotiledon.1

Pada umumnya plasenta terletak di depan atau di belakang dinding uterus

ke arah fundus uteri. Hal ini adalah fisiologis karena permukaan bagian atas

korpus uteri lebih luas, sehingga lebih banyak tempat untuk berinsersi. Apabila

terdapat hubungan antara tali pusat dengan plasenta yang biasanya di tengah

disebut insersio sentralis, bila agak ke pinggir disebut inserio lateralis dan bila di

pinggir plasenta disebut insersio marginalis. Kadang-kadang tali pusat berada di

luar plasenta, dan berhubungan dengan plasenta melalui selaput janin disebut

insersio velamentosa.1

Umumnya plasenta berbentuk lengkap pada kehamilan ± 16 minggu

dengan ruang amnion telah mengisi seluruh kavum uteri.2

Plasenta terdiri atas 3 bagian : 4

1. Bagian janin (fetal portion), terdiri dari korion frondosum dan vili. Vili

dari plasenta yang matang terdiri atas:

Vili korialis

2

Page 4: RETENSIO PLASENTA

Ruang-ruang interviler. Darah ibu yang berada dalam ruang

interviler berasal dari arteri spiralis yang berada di desidua basalis.

Pada bagian permukaan janin, uri diliputi oleh amnion yang

kelihatan licin.

Bagian maternal (maternal portion), terdiri atas desidua kompakta

yang terbentuk dari beberapa lobus dan kotiledon (15-20 buah).

2. Tali pusat, merentang dari pusat janin ke uri bagian permukaan janin,

panjangnya rata-rata 50-55 cm, sebesar jari (diameter 1-2,5 cm). Terdiri

dari 2 arteri umbilicus dan 1 vena umbilicus.

Fungsi Plasenta

Adalah mengusahakan janin tumbuh dengan baik. Untuk pertumbuhan ini

dibutuhkan adanya penyaluran zat asam, asam amino, vitamin dan mineral dari

ibu ke janin dan perkembangan CO2 serta sampah metabolisme janin ke peredaran

darah ibu. 1, 4

▪ Nutrisasi : Alat pemberi makanan pada janin.

▪ Respirasi : Alat penyalur zat asam dan pembuang CO2.

▪ Ekskresi : Alat pengeluaran sampah metabolisme.

▪ Produksi : Alat menghasilkan hormon-hormon.

▪ Imunisasi : Alat penyalur bermacam-macam antibodi ke janin.

▪ Pertahanan : Alat yang menyaring obat-obatan dan kuman-kuman

yang bisa melewati uri.

▪ Mungkin banyak lagi fungsi lain yang belum, diketahui.

3

Page 5: RETENSIO PLASENTA

Definisi

Retensio plasenta adalah keadaan apabila plasenta belum lahir ½ - 1 jam

setelah janin lahir, dimana seharusnya plasenta lepas dalam 6 – 15 menit setelah

janin lahir spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri.2

Angka Kejadian

Di RSUD Dr. Soetomo selama 2 tahun (1984-1985) didapatkan 439

penderita dengan perdarahan post partum, dari 8484 persalinan atau angka

kejadian 5,2 %. 5

Berdasarkan penyebabnya diperoleh sebaran sebagai berikut :

Kelainan darah 0,5 - 0,8 %

Laserasi jalan lahir 4 - 5 %

Retensio plasenta 16 - 17 %

Sisa plasenta 23 - 24 %

Atonia Uteri 50 - 60 %

Patofisiologi

Pada pelepasan plasenta selalu terjadi perdarahan karena sinus maternalis

di tempat insersinya pada dinding terbuka. Biasanya perdarahan tersebut tidak

banyak sebab kontraksi dan retraksi otot-otot uterus menekan pembuluh-

pembuluh darah yang terbuka, sehingga lumennya tertutup, kemudian pembuluh

darah tersumbat bekuan darah.

4

Page 6: RETENSIO PLASENTA

Secara alamiah pelepasan dan pengeluaran plasenta disebabkan oleh

kekuatan dari kontraksi dan retraksi uterus serta kekuatan mengejan dari ibu,

maka akan terjadi penciutan dari kavum uteri yang akan mengakibatkan plasenta

terlepas dari uterus sampai mencapai bagian proksimal vagina yang akan

menimbulkan refleks mengejan sehingga plasenta akan lahir.6

Pada keadaan dimana kontraksi, retraksi serta pengejanan yang tidak baik,

maka plasenta tidak dapat terlepas dari dinding uterus atau apabila plasenta sudah

lepas dari dinding uterus tetapi tidak dapat dilahirkan, maka akan terjadi retensio

plasenta.6

Pada keadaan dimana endometrium mengalami kemunduran atau

kecacatan maka pada saat hamil untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dari janin

plasenta akan mengadakan implantasi yang luas serta menembus dinding uterus

lebih dari biasanya dan dapat mencapai zona desidua basalis atau lebih lagi

mencapai miometrium bahkan sampai perimetrium. Hal ini dapat menyebabkan

terjadinya plasenta akreta, inkreta atau perkreta yang dapat menyebabkan

terjadinya retensio plasenta.7

Jenis Retensio Plasenta 8

● Plasenta adhesive adalah implantasi yang kuat dari jonjot korion plasenta

sehingga menyebabkan kegagalan mekanisme separasi fisiologis.

● Plasenta akreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga memasuki

sebagian lapisan miometrium.

● Plasenta inkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga

mencapai/memasuki miometrium.

5

Page 7: RETENSIO PLASENTA

● Plasenta perkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta yang menembus

lapisan otot hingga mencapai lapisan serosa dinding uterus.

● Plasenta inkarserata adalah tertahannya plasenta di dalam kavum uteri,

disebabkan oleh konstriksi ostium uteri. Plasenta sudah lepas tetapi belum

keluar karena atonia uteri dan akan menyebabkan perdarahan yang banyak.

Atau karena adanya lingkaran konstriksi pada bagian bawah rahim akibat

kesalahan penanganan kala III yang akan menghalangi plasenta keluar.

Bila plasenta belum lepas sama sekali maka tidak akan terjadi perdarahan,

tapi bila sebagian plasenta sudah lepas maka akan terjadi perdarahan dan ini

merupakan indikasi untuk segera mengeluarkannya. Plasenta mungkin juga tidak

keluar karena kandung kemih atau rektum penuh karena itu keduanya harus

dikosongkan. 4

Tabel 1. Gambaran dan Dugaan Penyebab Retensio Plasenta 9

Gejala Separasi akreta parsial Plasenta inkarserata Plasenta akreta

Konsistensi uterus Kenyal Keras Cukup

Tinggi fundus Sepusat 2 jari dibawah pusat Sepusat

Bentuk uterus Discoid Agak globuler Discoid

Perdarahan Sedang-Banyak Sedang Sedikit/Tidak ada

Tali pusat Terjulur sebagian Terjulur Tidak terjulur

Ostium uteri Terbuka Konstriksi Terbuka

Separasi plasenta Lepas sebagian Sudah lepas Melekat seluruhnya

Syok Sering Jarang Jarang sekali kecuali akibat inversion oleh tarikan kuat

6

Page 8: RETENSIO PLASENTA

pada tali pusat

Faktor Predisposisi

Ada beberapa faktor predisposisi yang dapat mempengaruhi terjadinya

retensio plasenta pada ibu : 3

1. Umur

2. Paritas

3. Jarak antara kehamilan

4. Umur kehamilan

5. Kontraksi uterus yang lemah

6. Riwayat obstetrik

7. Implantasi plasenta

8. Kesalahan pada pengelolaan persalinan kala III

Manifestasi Klinik

Apabila sebagian plasenta lepas akan terjadi perdarahan karena uterus

tidak dapat berkontraksi serta retraksi dengan baik pada batas antara dua bagian

tersebut. Dapat terjadi syok hipovolemik dengan tanda menurunnya kesadaran

ibu, anemia, tekanan darah menurun disertai nadi yang cepat dan kecil bahkan

sulit diraba . 2

`Diagnosis

7

Page 9: RETENSIO PLASENTA

Untuk mendiagnosis suatu retensio plasenta dapat didasarkan atas plasenta

yang belum lepas dalam waktu 30 menit atau lebih setelah berakhirnya kala II

persalinan. Diagnosis retensio plasenta ini dapat ditegakkan dengan 2 cara :

a. Tes separasi untuk mengetahui apakah plasenta sudah lepas dari dinding

uterus atau belum. Test ini dilakukan dengan cara perasat Kustner,

Strassman dan Klein.

b. Pemeriksaan dalam untuk mengetahui penyebab retensio plasenta.

Tes separasi untuk mengetahui plasenta telah lepas dari tempatnya

implantasinya. 5,6

1. Perasat Kustner, tangan kanan penolong menegangkan atau menarik sedikit

tali pusat, sedangkan tangan kiri menekan perut ibu di daerah atas simfisis.

Apabila tali pusat masuk kembali ke dalam vagina berarti plasenta belum

lepas dari implantasinya.

2. Perasat Strassman, tangan kanan penolong menegangkan atau menarik sedikit

tali pusat, sedangkan tangan kiri mengetuk-ngetuk daerah fundus uteri.

Apabila terasa getaran pada tali pusat berarti plasenta belum lepas, tetapi bila

tidak terasa getaran pada tali pusat berarti plasenta telah lepas dari dinding

uterus.

3. Perasat Klein, Penderita disuruh mengejan maka tali pusat akan turun ke

bawah. Apabila pengejanan dihentikan dan tali pusat masuk ke dalam vagina

berarti plasenta belum terlepas dari dinding uterus.

Ketiga perasat ini dilakukan 6-15 menit setelah anak lahir dan setelah

tampak tanda-tanda plasenta telah lepas. 6

8

Page 10: RETENSIO PLASENTA

Penatalaksanaan

Apabila plasenta belum lahir ½ - 1 jam setelah bayi lahir, apalagi bila

terjadi perdarahan, maka plasenta harus segera dikeluarkan. Cara mengeluarkan

plasenta bisa dengan cara tarikan pada tali pusat, manual plasenta dan apabila

tidak berhasil dan terjadi perdarahan yang hebat maka sebaiknya dilakukan

histerektomi. 7

Ada beberapa cara untuk melahirkan plasenta : 7

1. Perasat Pastore, penolong berdiri di sebelah kiri pasien. Fundus diangkat

dengan jari-jari tangan kanan. Jika plasenta lepas, fundus uteri dipijat

secara hati-hati. Bila timbul kontraksi uterus, fundus uteri didorong secara

perlahan-lahan dan hati-hati ke bawah tangan kanan maka plasenta setelah

lepas akan bersamaan dengan tali pusat ditarik secara hati-hati untuk

melahirkan plasenta

2. Perasat Brandt Andrews, penolong menunggu beberapa menit setelah

anak lahir, kandung kencing dikosongkan terlebih dahulu. Dilakukan

palpasi pada dinding uterus tanpa melakukan pijatan untuk menimbulkan

kontraksi uterus. Tali pusat dipegang dekat vulva dengan tangan kiri

penolong, kemudian tangan kanan diletakkan di atas perut ibu yaitu di atas

simfisis sehingga permukaan palmar jari-jari tangan terletak di permukaan

depan rahim, kira-kira pada perbatasan segmen bawah dan badan rahim.

Dengan melakukan tekanan ke arah atas belakang, maka badan rahim akan

terangkat apabila plasenta sudah lepas, maka tali pusat tidak tertarik ke

atas. Kemudian tekanan di atas simfisis diarahkan ke bawah belakang ke

9

Page 11: RETENSIO PLASENTA

arah vulva. Pada saat ini dilakukan tarikan ringan pada tali pusat untuk

membantu mengeluarkan plasenta. Yang selalu tidak dapat dicegah ialah

bahwa plasenta tidak dapat dilahirkan seluruhnya, tapi sebagian masih

ketinggalan yang harus dikeluarkan dengan tangan.

3. Perasat Crede, dilakukan apabila dalam keadaan yang memaksa seperti

bila terjadi perdarahan sedang plasenta belum lahir. Uterus dipijat seperti

memeras air jeruk agar plasenta lepas dari implantasinya pada dinding

uterus. Tapi cara ini sekarang sudah ditinggalkan karena menyebabkan

perdarahan pasca persalinan sebagai akibat kemungkinan plasenta yang

tidak lahir lengkap dan juga bahaya terjadinya inversio uteri. Cara ini

dapat juga menimbulkan rasa nyeri keras dan kemungkinan akan terjadi

syok.

4. Pengeluaran plasenta secara manual, pengeluaran plasenta dengan

tangan kini dianggap cara yang paling baik. Sebelumnya persyaratan

aseptik harus dipenuhi kemudian tangan kanan penolong dimasukkan ke

dalam uterus dengan menelusuri tali pusat secara “obstetric hand” tangan

itu sampai pada plasenta dan mencari tepi plasenta, sedangkan tangan kiri

menahan fundus uteri dari luar agar fundus tidak naik ke atas. Plasenta

dilepaskan dari dinding uterus secara tumpul dengan menggunakan sisi

ulnar tangan kanan secara berangsur-angsur. Setelah dirasakan yakin

bahwa plasenta telah lepas dari dinding uterus, maka plasenta digenggam

dengan tangan yang berada dalam uterus dan setelah timbul kontraksi dari

uterus tangan dikeluarkan dari uterus dengan hati-hati.

10

Page 12: RETENSIO PLASENTA

Bila perdarahan banyak diberikan transfusi darah dan diberikan obat-

obatan uterotonik dan antibiotika.

Biasanya plasenta yang dilahirkan secara manual sering tidak lengkap

sehingga untuk mengeluarkan sisa plasenta perlu dilakukan tindakan kuretase dan

diharapkan sisa plasenta yang ada di dalam miometrium akan diserap. Apabila

tindakan ini gagal misalnya terjadi perdarahan yang hebat sebaiknya usaha untuk

mengeluarkan plasenta secara manual dihentikan lalu dilakukan histerektomi.

Indikasi histerektomi adalah ;

Umur penderita sudah tua dan tidak menginginkan anak lagi.

Perdarahan yang terjadi tidak dapat diatasi lagi.

Terapi konservatif gagal.

Plasenta akreta komplit, plasenta inkreta atau plasenta perkreta.

Prognosis

Tergantung dari :

Pengetahuan/pengalaman penolong penderita sebelum dirujuk biasanya

penderita sudah jatuh dalam keadaan syok.

Keadaan penderita saat masuk RS.

Lama terjadinya retensio plasenta.

Komplikasi yang terjadi.

Komplikasi

1. Syok hipovolemik

2. Inversio uteri

11

Page 13: RETENSIO PLASENTA

Pencegahan

Cara terbaik untuk mencegah terjadinya perdarahan postpartum adalah

memimpin persalinan kala II dan kala III secara lege artis. Beberapa ahli

menganjurkan pemberian uterotonika secara rutin dengan alasan kala III menjadi

lebih pendek, darah yang keluar pada persalinan berkurang dan frekuensi terjadinya

perdarahan postpartum menjadi berkurang.5

LAPORAN KASUS

I. Identitas

Nama : Ny. Q

Umur : 31 tahun

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Pendidikan : SD

12

Page 14: RETENSIO PLASENTA

Agama : Islam

Suku : Banjar

Alamat : Ds. Kahelaan km 23 RT 001 Kec. Sei Pinang

MRS : Tanggal 16 Maret 2015, Jam 15.10 Wita

NO RMK : 30.04.12

II. Anamnesa

Autoanamnesa : 16 maret 2015, Jam 15.10 Wita

Keluhan Utama : Tembuni tidak lepas

Riwayat Penyakit Sekarang :

Os merupakan kiriman Bidan dengan P4A0 + retensio plasenta.

Sekitar jam 10.40 wita pasien melahirkan bayi perempuan dengan berat

4000 gram. Dilakukan penegangan tali pusat terkendali oleh bidan.

Setelah ditunggu 30 menit plasenta tidak juga lepas maka dilakukan

plasenta manual oleh bidan sebanyak 3 kali, tapi tidak berhasil kemudian

pasien dirujuk oleh bidan ke rumah sakit. Terapi yang sudah diberikan

bidan = inj. Oxytosin/IM 2amp, oxytosin 2 Amp/inf RL 500 ml. infuse

yang sudah masuk 3 kolf

Riwayat Penyakit Dahulu :

Pasien mengaku tidak ada hipertensi, asma maupun kencing manis.

Riwayat Penyakit Keluarga :

Pasien mengaku tidak ada keluarga yang menderita darah tinggi,

asma maupun kencing manis.

Riwayat Haid :

13

Page 15: RETENSIO PLASENTA

Menarche usia 12 tahun, siklus haid teratur setiap bulan (± 30 hari) ,

lama haid 1 minggu, tidak ada nyeri yang berlebihan selama haid.

Riwayat Perkawinan :

Penderita menikah 1 kali pada tahun 2002 (kurang lebih 13 tahun), usia

kawin 18 tahun.

Riwayat Obstetri :

P4A0 :

I. 2004/Rumah/Bidan/Aterm/Spontan BK/Perempuan/3300 gr/Hidup

II. 2012/gemelli/25 minggu/spt BK/mati

III. 2015/Rumah/Bidan/Spontan BK/Perempuan/4000gr/hidup

Riwayat KB :

Penderita menggunakan KB suntik

Riwayat Antenatal Care :

Penderita rutin periksa kehamilan ke bidan kampung

HPHT: 05 Juni 2014

Partus : 12 Maret 2015

III. Pemeriksaan Fisik

Status Present :

Keadaan Umum : Tampak kesakitan, kesadaran kompos mentis

Tanda Vital : TD= 110/80 mmHg

Nadi = 80 kali/menit

RR = 18 kali/menit

T = 36,5 C

14

Page 16: RETENSIO PLASENTA

Kepala Leher : Tidak ada edema, konjungtiva anemis, sklera

tidak ikterik, diameter pupil 3 mm/3 mm,

refleks cahaya +/+, isokor

Thoraks :

Jantung : I : Iktus tidak terlihat

P : Thrill tidak teraba

P : Tidak ada pembesaran jantung

A : S1 dan S2 tunggal

Paru : I : Bentuk simetris

P : Fremitus raba simetris

P : Sonor/sonor

A : Suara nafas vesikuler, ronki (-/-), wheezing (-/-)

Abdomen : Sesuai status ginekologi

Ekstremitas : Pitting edema (-/-), parese (-/-), akral hangat

Status Ginekologi

I : Perut tampak menonjol, plasenta di depan vulva

P : Fundus uteri teraba setinggi pusar

IV. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Hematologi 15-07-2014 (14:46:32) :

JenisPemeriksaan HasilPemeriksaan Nilai Normal

Hemoglobin 11,6 12,0-16,0

Leukosit 24,24 4.000-10,500 /ul

15

Page 17: RETENSIO PLASENTA

Eritrosit 3,28 3,90-5,50 juta/ul

Hematokrit 31,6 35-45 vol %

Trombosit 246 150-450 ribu/ul

RDW-CV 12,8 11.5-14,7 g/dl

MCV 96,2 80,0-97,0 fl

MCH 35,4 27,0-32,0 pg

MCHC 36,7 32,0-38,0 %

CT 4,30

BT 2,30

GDS 124 70-105 mg/dl

SGOT 38 0-46 U/l

SGPT 42 0-45 U/l

V. Diagnosis

P4A0, post partum dengan retensio plasenta

Observasi

Sikap :

Pasang infus RL

Manual plasenta

Konsul dr. Konsulen (04.30 Wita).

Advis :

Lakukan plasenta manual

Antibiotik ceftriaxon 2x1 gram/iv

16

Page 18: RETENSIO PLASENTA

Konsul dr. Konsulen (15.00 Wita)

Melaporkan plasenta manual sudah berhasil dilakukan, curiga tidak lengkap.

Advis : Drip Oksitosin, rencana kuretase

Follow up

Tanggal 17/03/2015 . Jam 06.30 Wita :

S : Perdarahan (+)

O : TD=120/80 mmHg

N =89 kali/menit

RR= 20 kali/menit

T= 36,7oC

A : P4A0 post partum spontan BK post manual plasenta

P : Pro kuretase hari ini

Drip oksitosin

Ceftriaxon 2x1 gram (IV)

Infus RL 20 tetes/menit

Tanggal 18/03/2015, Jam 06.30 Wita :

S : Perdarahan pervaginam (<)

O : TD = 110/80

N = 78 kali/menit

RR = 20 kali/menit

T = 36,4o C

A : P4A0 post kuretase a/I retensio plasenta H1

17

Page 19: RETENSIO PLASENTA

P : IVFD RL 20 tetes/menit

Metylergoetrin 3x1 tab

Metronidazol 3x1 tab

Ciprofloxacin 3x1 tab

PEMBAHASAN

Perdarahan postpartum adalah perdarahan yang melebihi 500 cc dalam 24

jam setelah anak lahir. Salah satu penyebab dari perdarahan postpartum adalah

retensio plasenta yaitu tertahannya atau belum lahirnya plasenta hingga atau

melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir.2

Pada kasus ini penderita datang dengan perdarahan pervaginam setelah 1

jam melahirkan oleh karena plasenta belum lepas dan tampak menggantung di

18

Page 20: RETENSIO PLASENTA

depan vulva. Selain itu pada pemeriksaan fisik juga didapatkan perut tampak

menonjol oleh karena plasenta yang belum keluar dan fundus uteri teraba setinggi

pusat menandakan bayi sudah lahir dan fundus uteri tidak ikut tertarik pada saat

perenggangan tali pusat terkendali dan percobaan manual plasenta yang dilakukan

oleh bidan penolong persalinan.

Penderita didiagnois P4A0 dengan retensio plasenta. Salah satu faktor

predisposisi retensio plasenta adalah multiparitas dimana pada pasien ini telah

empat kali melahirkan dan anak kedua meninggal dan terjadi retensio plasenta,

yang apabila penanganan kala III tersebut kurang baik akan mengakibatkan

kerusakan endometrium. Kerusakan endometrium dapat mengakibatkan plasenta

berimplantasi lebih luas sehingga plasenta sulit dilahirkan.7

Penatalaksanaan pada pasien ini adalah dilakukan plasenta manual untuk

mengeluarkan plasenta dan berhasil tetapi plasenta yang keluar belum lengkap

sehingga diberi drip oksitosin untuk memacu kontraksi uterus guna mengeluarkan

sisa plasenta. Karena curiga plasenta yang keluar belum lengkap maka dilakukan

kuretase.

Pada pasien ini diberikan infus RL sebanyak 1 cc/menit. Infus RL berguna

untuk menggantikan elektrolit yang keluar bersama darah. Pasien juga diberikan

antibiotik ceftriaxon 2x1 gr untuk mencegah infeksi yang terjadi oleh karena

retensio plasenta tersebut.

Prognosis dari pasien ini dubia ad bonam karena penatalaksanaan yang

dilakukan sesuai dengan protap yang berlaku dan telah dilakukan kuretase guna

19

Page 21: RETENSIO PLASENTA

mengeluarkan sisa plasenta yang belum keluar. Sehingga komplikasi berupa

infeksi akibat sisa plasenta tidak akan terjadi.

PENUTUP

Telah dilaporkan sebuah kasus atas nama Ny. Q, usia 31 tahun datang

dengan keluhan plasenta belum lahir setelah 1 jam melahirkan. Berdasarkan

anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien didiagnosis P4A0 postpartum Spt bk

dengan retensio plasenta. Penatalaksanaan yang dilakukan adalah plasenta

manual, pemberian infus dan antibiotik ceftriaxon serta drip oksitosin. Pada

pasien ini tidak terjadi komplikasi, sehingga pasien diperbolehkan pulang.

20

Page 22: RETENSIO PLASENTA

DAFTAR PUSTAKA

1. Winjkosastro, Hanifa. Plasenta dan Likuor Amnii. Dalam : Ilmu Kebidanan.

Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta : 1999 ; 66-75

2. Martohoesodo, S dan Nadir Abdullah. Gangguan Dalam Kala III Persalinan.

Dalam : Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Jakarta : 1999 ; 653-660.

21

Page 23: RETENSIO PLASENTA

3. Wicaksono, Bambang. Retensio Plasenta. Lab UPF Obgsgyn FK-UNDIP,

Semarang. 1994

4. Mochtar, Rustam. Sinopsis Obstetri jilid 1 ed 2. EGC. Jakarta : 1998 ; 298-

300.

5. Prabowo, Raden Prayitno. Perdarahan Postpartum. Dalam : Ilmu Bedah

Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta: 2000 ;

188-189.

6. Winjkosastro, Hanifa. Pimpinan Persalinan. Dalam : Ilmu Kebidanan.

Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta: 1999 ; 198-20.

7. Suyono, et all . Abnormalitas Pada Kala III Persalinan. Dalam : Obstetri

Williams Ed 18. EGC, Jakarta: 1995 ; 481-485.

8. Saifuddin, et all. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan

Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta: 2001; 178-

181.

22