RETENSIO PLASENTA

25
Case Report RETENSIO PLASENTA BAB I I. PENDAHULUAN Retensio plasenta (placental retention) merupakan plasenta yang belum lahir dalam setengah jam setelah janin lahir. Sedangkan sisa plasenta (rest placenta) merupakan tertinggalnya bagian plasenta dalam rongga rahim yang dapat menimbulkan perdarahan postpartum dini (early postpartum hemorrhage) atau perdarahan post partum lambat (late postpartum hemorrhage) yang biasanya terjadi dalam 6-10 hari pasca persalinan. Sebab-sebabnya plasenta belum lahir bisa oleh karena: a). plasenta belum lepas dari dinding uterus; atau b).plasenta sudah lepas, akan tetapi belum dilahirkan. Apabila plasenta belum lahir sama sekali, tidak terjadi perdarahan; jika lepas sebagian, terjadi perdarahan yang merupakan indikasi untuk mengeluarkannya. Plasenta belum lepas dari dinding uterus karena: a). kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta (plasenta adhesiva); b). plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab vili korialis menembus desidua sampai miometrium- sampai di bawah peritoneum (plasenta akreta-perkreta). 1

Transcript of RETENSIO PLASENTA

CASE REPORT

Case Report

RETENSIO PLASENTABAB I

I. PENDAHULUANRetensio plasenta (placental retention) merupakan plasenta yang belum lahir dalam setengah jam setelah janin lahir. Sedangkan sisa plasenta (rest placenta) merupakan tertinggalnya bagian plasenta dalam rongga rahim yang dapat menimbulkan perdarahan postpartum dini (early postpartum hemorrhage) atau perdarahan post partum lambat (late postpartum hemorrhage) yang biasanya terjadi dalam 6-10 hari pasca persalinan.Sebab-sebabnya plasenta belum lahir bisa oleh karena:a). plasenta belum lepas dari dinding uterus; ataub).plasenta sudah lepas, akan tetapi belum dilahirkan.Apabila plasenta belum lahir sama sekali, tidak terjadi perdarahan; jika lepas sebagian, terjadi perdarahan yang merupakan indikasi untuk mengeluarkannya. Plasenta belum lepas dari dinding uterus karena:a). kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta (plasenta adhesiva);b). plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab vili korialis menembus desidua sampai miometrium- sampai di bawah peritoneum (plasenta akreta-perkreta).Plasenta yang sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum keluar, disebabkan oleh tidak adanya usaha untuk melahirkan atau karena salah penanganan kala III, sehingga terjadi lingkaran konstriksi pada bagian bawah uterus yang menghalangi keluarnya plasenta (inkarserasio plasenta).II. DEFENISIRetensio plasenta adalah plasenta tidak lahir spontan maksimal 30 menit. Retensio plasenta adalah lepas plasenta tidak bersamaan sehingga sebagian masih melekat pada tempat implantasi, menyebabkan terganggunya retraksi dan kontraksi otot uterus, sehingga sebagian pembuluh darah tetapi terbuka serta menimbulkan perdarahan. Retensio plasenta yaitu plasenta dianggap retensi bila belum dilahirkan dalam batas waktutertentu setelah bayi lahir (dalam waktu 30 menit setelah penatalasanaan aktif).Retensio plasenta adalah tertahan atau belum lahirnya palsenta hingga melebihi 30 menit setelah bayi lahir (Sarwanto, 2002).II. JENIS-JENIS1. Plasenta adhesiva adalah implantasi yang kuat dari jonjot korion plasenta sehingga menyebabkan kegagalan mekanisme separasi fisiologis.2. Plasenta akreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga memasuki sebagian lapisan miometrium.3. Plasenta inkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga mencapai/memasuki miometrium.4. Plasenta perkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta yang menembus lapisan otot hingga mencapai lapisan serosa dinding uterus .5. Plasenta inkarserata adalah tertahannya plasenta di dalam kavum uteri, disebabkan oleh konstruksi ostium uteri.

III. ETIOLOGIEtiologi dasar meliputi:1) Faktor maternala) Gravida berusia lanjut atau terlalu mudab) Multiparitas2) Faktor uterusa) Bekas sectio caesaria, sering plasenta tertanam pada jaringan cicatrix uterusb) Bekas pembedahan uterusc) Uterus terlalu regang dan besar ,d) Kelainan pada uterus,e) Atonia uteri,f) Bekas curetage uterus, yang terutama dilakukan setelah abortusg) Bekas pengeluaran plasenta secara manualh) Bekas endometritis3) Faktor plasentaa) Plasenta previab) Implantasi cornualc) Plasenta akretad) Kelainan bentuk plasentaIV. INSIDENPerdarahan merupakan penyebab kematian nomor satu (40%60%) kematian ibu melahirkan di Indonesia. Insidens perdarahan pasca persalinan akibat retensio plasenta dilaporkan berkisar 16%17% Di RSU H. Damanhuri Barabai, selama 3 tahun (19971999) didapatkan 146 kasus rujukan perdarahan pasca persalinan akibat retensio plasenta. Dari sejumlah kasus tersebut, terdapat satu kasus (0,68%) berakhir dengan kematian ibu.V. ANATOMIPlasenta berbentuk bundar atau hampir bundar dengan diameter 15 sampai 20 cm dan tebal lebih kurang 2.5 cm. beratnya rata-rata 500 gram. Tali-pusat berhubungan dengan plasenta biasanya di tengah (insertio sentralis).Umumnya plasenta terbentuk lengkap pada kehamilan lebih kurang 16 minggu dengan ruang amnion telah mengisi seluruh kavum uteri. Bila diteliti benar, maka plasenta sebenarnya berasal dari sebagian besar dari bagian janin, yaitu vili koriales yang berasal dari korion, dan sebagian kecil dari bagian ibu yang berasal dari desidua basalis.Darah ibu yang berada di ruang interviller berasal dari spiral arteries yang berada di desidua basalis. Pada sistole darah disemprotkan dengan tekanan 70-80 mmHg seperti air mancur ke dalam ruang interviller sampai mencapai chorionic plate, pangkal dari kotiledon-kotiledon janin. Darah tersebut membasahi semua vili koriales dan kembali perlahan-lahan dengan tekanan 8 mmHg ke vena-vena di desidua.Plasenta berfungsi: sebagai alat yang memberi makanan pada janin, mengeluarkan sisa metabolisme janin, memberi zat asam dan mengeluarkan CO2, membentuk hormon, serta penyalur berbagai antibodi ke janin.VI. FISIOLOGISSetelah bayi dilahirkan, uterus secara spontan berkontraksi. Kontraksi dan retraksi otot-otot uterus menyelesaikan proses ini pada akhir persalinan. Sesudah berkontraksi, sel miometrium tidak relaksasi, melainkan menjadi lebih pendek dan lebih tebal. Dengan kontraksi yang berlangsung kontinyu, miometrium menebal secara progresif, dan kavum uteri mengecil sehingga ukuran juga mengecil. Pengecilan mendadak uterus ini disertai mengecilnya daerah tempat perlekatan plasenta.Ketika jaringan penyokong plasenta berkontraksi maka plasenta yang tidak dapat berkontraksi mulai terlepas dari dinding uterus. Tegangan yang ditimbulkannya menyebabkan lapis dan desidua spongiosa yang longgar memberi jalan, dan pelepasan plasenta terjadi di tempat itu. Pembuluh darah yang terdapat di uterus berada di antara serat-serat otot miometrium yang saling bersilangan. Kontraksi serat-serat otot ini menekan pembuluh darah dan retaksi otot ini mengakibatkan pembuluh darah terjepit serta perdarahan berhenti.Pengamatan terhadap persalinan kala tiga dengan menggunakan pencitraan ultrasonografi secara dinamis telah membuka perspektif baru tentang mekanisme kala tiga persalinan. Kala tiga yang normal dapat dibagi ke dalam 4 fase, yaitu:1. Fase laten, ditandai oleh menebalnya duding uterus yang bebas tempat plasenta, namun dinding uterus tempat plasenta melekat masih tipis.2. Fase kontraksi, ditandai oleh menebalnya dinding uterus tempat plasenta melekat (dari ketebalan kurang dari 1 cm menjadi > 2 cm).3. Fase pelepasan plasenta, fase dimana plasenta menyempurnakan pemisahannya dari dinding uterus dan lepas. Tidak ada hematom yang terbentuk antara dinding uterus dengan plasenta. Terpisahnya plasenta disebabkan oleh kekuatan antara plasenta yang pasif dengan otot uterus yang aktif pada tempat melekatnya plasenta, yang mengurangi permukaan tempat melekatnya plasenta. Akibatnya sobek di lapisan spongiosa.4. Fase pengeluaran, dimana plasenta bergerak meluncur. Saat plasenta bergerak turun, daerah pemisahan tetap tidak berubah dan sejumlah kecil darah terkumpul di dalam rongga rahim. Ini menunjukkan bahwa perdarahan selama pemisahan plasenta lebih merupakan akibat, bukan sebab. Lama kala tiga pada persalinan normal ditentukan oleh lamanya fase kontraksi. Dengan menggunakan ultrasonografi pada kala tiga, 89% plasenta lepas dalam waktu satu menit dari tempat implantasinya.Tanda-tanda lepasnya plasenta adalah sering ada pancaran darah yang mendadak, uterus menjadi globuler dan konsistensinya semakin padat, uterus meninggi ke arah abdomen karena plasenta yang telah berjalan turun masuk ke vagina, serta tali pusat yang keluar lebih panjang.Sesudah plasenta terpisah dari tempat melekatnya maka tekanan yang diberikan oleh dinding uterus menyebabkan plasenta meluncur ke arah bagian bawah rahim atau atas vagina. Kadang-kadang, plasenta dapat keluar dari lokasi ini oleh adanya tekanan inter-abdominal. Namun, wanita yang berbaring dalam posisi terlentang sering tidak dapat mengeluarkan plasenta secara spontan. Umumnya, dibutuhkan tindakan artifisial untuk menyempurnakan persalinan kala tinggi. Metode yang biasa dikerjakan adalah dengan menekan dan mengklovasi uterus, bersamaan dengan tarikan ringan pada tali pusat.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pelepasan Plasenta :1. Kelainan dari uterus sendiri, yaitu anomali dari uterus atau serviks; kelemahan dan tidak efektifnya kontraksi uterus; kontraksi yang tetanik dari uterus; serta pembentukan constriction ring.2. Kelainan dari plasenta, misalnya plasenta letak rendah atau plasenta previa; implantasi di cornu; dan adanya plasenta akreta.3. Kesalahan manajemen kala tiga persalinan , seperti manipulasi dari uterus yang tidak perlu sebelum terjadinya pelepasan dari plasenta menyebabkan kontraksi yang tidak ritmik; pemberian uterotonik yang tidak tepat waktunya yang juga dapat menyebabkan serviks kontraksi dan menahan plasenta; serta pemberian anestesi terutama yang melemahkan kontraksi uterus.VII. GAMBARAN KLINISa. Waktu hamil1) Kebanyakan pasien memiliki kehamilan yang normal2) Insiden perdarahan antepartum meningkat, tetapi keadaan ini biasanya menyertai plasenta previa3) Terjadi persalinan prematur, tetapi kalau hanya ditimbulkan oleh perdarahan4) Kadang terjadi ruptur uterib. Persalinan kala I dan IIHampir pada semua kasus proses ini berjalan normalc. Persalinan kala III1) Retensio plasenta menjadi ciri utama2) Perdarahan post partum, jumlahnya perdarahan tergantung pada derajat perlekatan plasenta, seringkali perdarahan ditimbulkan oleh Dokter kebidanan ketika ia mencoba untuk mengeluarkan plasenta secara manual3) Komplikasi yang seriun tetapi jsrsng dijumpai yaitu invertio uteri, keadaan ini dapat tejadi spontan, tapi biasanya diakibatkan oleh usaha-usaha untuk mengeluarkan plasenta4) Ruptura uteri, biasanya terjadi saat berusaha mengeluarkan plasentaUntuk mengetahu gejala:a. Anamnesis, meliputi pertanyaan tentang periode prenatal, meminta informasi mengenai episode perdarahan postpartum sebelumnya, paritas, serta riwayat multipel fetus dan polihidramnion. Serta riwayat pospartum sekarang dimana plasenta tidak lepas secara spontan atau timbul perdarahan aktif setelah bayi dilahirkan.b. Pada pemeriksaan pervaginam, plasenta tidak ditemukan di dalam kanalis servikalis tetapi secara parsial atau lengkap menempel di dalam uterus.

VIII. PEMERIKSAAN PENUNJANGa. Hitung darah lengkap: untuk menentukan tingkat hemoglobin (Hb) dan hematokrit (Hct), melihat adanya trombositopenia, serta jumlah leukosit. Pada keadaan yang disertai dengan infeksi, leukosit biasanya meningkat.b. Menentukan adanya gangguan koagulasi dengan hitung protrombin time (PT) dan activated Partial Tromboplastin Time (aPTT) atau yang sederhana dengan Clotting Time (CT) atau Bleeding Time (BT). Ini penting untuk menyingkirkan perdarahan yang disebabkan oleh faktor lain.c. USG melihat adanya sisa jaringan plasenta setelah dilakukan manual plasenta.IX. DIAGNOSA BANDINGMeliputi plasenta akreta, suatu plasenta abnormal yang melekat pada miometrium tanpa garis pembelahan fisiologis melalui garis spons desidua.X. PENATALAKSANAANPenanganan retensio plasenta atau sebagian plasenta adalah:a. Resusitasi. Pemberian oksigen 100%. Pemasangan IV-line dengan kateter yang berdiameter besar serta pemberian cairan kristaloid (sodium klorida isotonik atau larutan ringer laktat yang hangat, apabila memungkinkan). Monitor jantung, nadi, tekanan darah dan saturasi oksigen. Transfusi darah apabila diperlukan yang dikonfirmasi dengan hasil pemeriksaan darah.b. Drips oksitosin (oxytocin drips) 20 IU dalam 500 ml larutan Ringer laktat atau NaCl 0.9% (normal saline) sampai uterus berkontraksi.c. Plasenta coba dilahirkan dengan Brandt Andrews, jika berhasil lanjutkan dengan drips oksitosin untuk mempertahankan uterus.d. Jika plasenta tidak lepas dicoba dengan tindakan manual plasenta. Indikasi manual plasenta adalah: Perdarahan pada kala tiga persalinan kurang lebih 400 cc, retensio plasenta setelah 30 menit anak lahir, setelah persalinan buatan yang sulit seperti forsep tinggi, versi ekstraksi, perforasi, dan dibutuhkan untuk eksplorasi jalan lahir, tali pusat putus.e. Jika tindakan manual plasenta tidak memungkinkan, jaringan dapat dikeluarkan dengan tang (cunam) abortus dilanjutkan kuret sisa plasenta. Pada umumnya pengeluaran sisa plasenta dilakukan dengan kuretase. Kuretase harus dilakukan di rumah sakit dengan hati-hati karena dinding rahim relatif tipis dibandingkan dengan kuretase pada abortus.f. Setelah selesai tindakan pengeluaran sisa plasenta, dilanjutkan dengan pemberian obat uterotonika melalui suntikan atau per oral.g. Pemberian antibiotika apabila ada tanda-tanda infeksi dan untuk pencegahan infeksi sekunder.XI. KOMPLIKASIKomplikasi yang dapat terjadi meliputi:1. Komplikasi yang berhubungan dengan transfusi darah yang dilakukan.2. Multiple organ failure yang berhubungan dengan kolaps sirkulasi dan penurunan perfusi organ.3. Sepsis4. Kebutuhan terhadap histerektomi dan hilangnya potensi untuk memiliki anak selanjutnya.XII. PROGNOSISPrognosis tergantung dari lamanya, jumlah darah yang hilang, keadaan sebelumnya serta efektifitas terapi. Diagnosa dan penatalaksanaan yang tepat sangat penting.

DAFTAR PUSTAKA1. Wibowo B, Rachimhadhi T, Pre-eklampsia dan eklampsia. In: llmu Kehidanan FK-Ul, Winkjosastro H, editor. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Edisi ketiga, Jakarta; 1992 : 281-300.2. Mochtar R. Toksemia Gravidarum. In: Sinopsis Obstetri, Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi, Jilid I, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta; 1998: 198-2033. Manila B. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta:2002, 34-41.4. Panitia Standar Terapi Bagian Obgin FK-USU/RSU Dr. Pirngadi Medan. Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri Ginekologi, Medan, 1991 ; 41 -3 1.5. Bagian Ilmu Kebidanan dan Kandungan FK Univ. Padjajaran Bandung, Ilmu Kebidanan Patologi, Edisi 1981: 89-98.6. Pritchard, MacDonald, Gant. Ilmu Kebidanan Williams, Edisi 17, Universitas Airlangga, Surabaya, 1991 ; 609-27.7. Mansjoer A, Triyanti K, et al, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi ketiga, Media Aesculapius, FKUI, Jakarta, 1999; 270-73.

STATUS PASIENANAMNESIS PASIEN PasienSuamiNama : Mulyana MusliadiUmur : 24 tahun 26 tahunAgama : Islam IslamPendidikan : SMA SMAPekerjaan : IRT PetaniAlamat : Dsn. Tempok Teungoh Gampong Ceumpedak Kec. Cot Girek Kab. Aceh Utara No. MR : 04 84 43Kelas Rawatan: Kelas 3Tanggal Masuk: 3 Juni 2013Tanggal Keluar: 11 Juni 2013

ANAMNESA PENYAKITKeluhan Utama: Plasenta masih tertinggal di dalam rahimTelaah :Os masuk ke RSUD Cut Meutia kiriman bidan pukul 12.30 WIB dengan keluhan baru melahirkan sekitar pukul 10.00 wib, dengan keluhan plasenta masih tertinggal di dalam rahim.HPHT : .....?TTP : ..?-2013Gravida: 1 Partus: 0 Abortus: 0

RIWAYAT PERSALINANG1: hamil ini dengan post date dengan PTM (partus tak maju) dan bayi lahir dengan aspirasi mekonium, bayi meninggal setelah 1 jam kemudian.STATUS PRESENTVital signK/U : LemahSensorium : compos mentis anemia : (+) ringanTD : 130/90 mmHgsianosis : (-)HR : 80 x/iicterus : (-)RR : 24 x/idyspnoe : (-)T : 36 0 Cedema : (-)Kulit: Ektremitas akral dingin (-/-)Abdomen: Status ObstetriMata : Konjungtiva anemis (+/+)Genital : Status ObstetriJantung : Bunyi jantung I dan II normalParu : Vesikuler (+/+), Rh (-/-), Wheezing (-/-)STATUS OBSTETRIMuka: Cloasma Gravidarum (+)Mamma: Hiperpigmentasi areola mamae (+/+)Aksila: Pembesaran KGB (-)Abdomen: membuncit, tinggi fundus uteri setinggi pusat.Vaginal Toucher: ada pembukaan 2 cm, ditemukan tali pusat dan perdarahan dari vagina.

PEMERIKSAAN PENUNJANGLaboratorium Darah rutin :Golongan darah (AB)Hb: 8,9 gr % pada tanggal 3 Juni 2013Hb: 9, 5 gr% pada tanggal 6 Juni 2013

Urine :Warna: kuning jernihRESUMESTATUS PRESENTVital signSensorium : compos mentis anemia : (+) ringanTD : 130/90 mmHgsianosis : (-)HR : 80 x/iicterus : (-)RR : 24 x/idyspnoe : (-)T : 36 0 Cedema : (-)DIAGNOSA SEMENTARARETENSIO PLASENTA pada tanggal 3 Juni 2013DIAGNOSA RETENSIO PLASENTA PLASENTA REST + ANEMIA pada tanggal 5 Juni 2013RENCANA TINDAKAN MANUAL PLASENTA CURETTAGE INFUS RL+NaCl TRANSFUSI PRC 4 BAG USG Tampak sisa jaringan plasenta di corpus uteri pada tanggal 5 Juni 2013 TERAPI:

1. Cefotaxime 1gr/12 jam2. Metronidazol 1gr/8 jam3. Methylogemetrine malleat 2 amp4. Oxytoxin 2 amp drips

KEADAAN PASIEN POST CURETASE : BaikTeraphy post curetase pada tanggal 10-06-2013 :1. Ketorolax 2 gr2. Metronidazol 3x13. Methylogemetrine malleat 1 amp4. Infus RL + 1 ampul Oxytoxin 20 gtt/menit5. Post Transfusi 4 bag PRC

FOLLOW UPFollow up 04 JUNI 2013 KU: lemah TD: 110/80 mmHg HR: 80 x/i RR: 24 x/i T: 36,0 0C Therapy: Infus RL 20 gtt/i +oksitosin Transfusi 1 bag terpasang Cefotaxime 1g/12 jam SF (Sulfas Ferosus) 2x1 Vit C 2x1 Asam Mefenamat 3x1Methylergometrine 3x1

Follow up 05 JUNI 2013 KU: baik TD: 120/80 mmHg HR: 80 x/i RR: 18 x/i T: 36,5 0C Therapy: Post transfusi 2 bag Infus RL 20 gtt/i Methylergometrine 3x1 Asam mefenamat 3x1 SF (Sulfas Ferosus) 2x1 Vit C 2x1

Follow up 06 JUNI 2013 KU: baik TD: 110/70 mmHg HR: 76 x/i RR: 20 x/i T: 36,3 0C Therapy: Asam Mefenamat 3x1 Amoxycilin 3x1Sulfas Ferosus 2x1Vit C 2x1Post transfusi 3 bag + Infus RL 20 gtt/i Methylergometrine 3x1

Follow up 07 JUNI 2013 KU: baik TD: 100/70 mmHg HR: 80 x/i RR: 20 x/i T: 36,5 0C Therapy: Asam Mefenamat 3x1 Amoxycilin 3x1Sulfas Ferosus 2x1Vit C 2x1Post transfusi 3 bag + Infus RL 20 gtt/iMethylergometrine 3x1

Follow up 08 JUNI 2013 KU: baik TD: 110/70 mmHg HR: 90 x/i RR: 16 x/i T: 36,0 0C Therapy: Post transfusi 3 bag stok 1 bag PRC Infus NaCL 20 gtt/i + transfusi PRC Asam Mefenamat 3x1 Amoxycilin 3x1 Sulfas Ferosus 2x1 Vit C 2x1Methylergometrine 3x1

Follow up 09 JUNI 2013 KU: baik TD: 100/90 mmHg HR: 70 x/i RR: 24 x/i T: 36,1 0C Therapy: Amoxicilin 500mg 3x1 SF (Sulfas Ferosus) 2x1 Vit C 2x1 Asam Mefenamat 3x1 Post Transfusi 3 bag, Infus RL 20 gtt/i Methylergometrine 3x1Follow up 10 JUNI 2013 KU: baik TD: 110/70 mmHg HR: 80 x/i RR: 20 x/i T: 36,9 0C Therapy: Post transfusi 4 bag stok 1 bag PRC Ketorolax 2 gr Metronidazol 3x1 SF (Sulfas Ferosus) 2x1 Vit C 2x1 Asam Mefenamat 3x1 Methylogemetrine malleat 1 ampInfus RL + 1 ampul Oxytoxin 20 gtt/menit Follow up 11 JUNI 2013 KU: baik TD: 110/70 mmHg HR: 76 x/i RR: 24 x/i T: 36,8 0C Therapy: Amoxicilin 500mg 3x1 Asam Mefenamat 3x1 Vit Bkompleks 2x1 SF 2x1 Vit C 2x1 Post Transfusi 4 bag, Infus RL Aff

PASIEN PAPS PADA TANGGAL 11-6-2013 PUKUL 10.30 WIB DALAM KEADAAN BAIK

PROGNOSADubia ad Bonam

BAB IIIKESIMPULANRetensio plasenta (placental retention) merupakan plasenta yang belum lahir dalam setengah jam setelah janin lahir. Sedangkan sisa plasenta (rest placenta) merupakan tertinggalnya bagian plasenta dalam rongga rahim yang dapat menimbulkan perdarahan postpartum dini (early postpartum hemorrhage) atau perdarahan post partum lambat (late postpartum hemorrhage) yang biasanya terjadi dalam 6-10 hari pasca persalinan.Penanganan retensio plasenta atau sebagian plasenta adalah:a. Resusitasi.b. Drips oksitosin.c. Plasenta coba dilahirkan dengan Brandt Andrews, d. Jika plasenta tidak lepas dicoba dengan tindakan manual plasenta. e. Jika tindakan manual plasenta tidak memungkinkan dilakukan kuretasef. Pemberian obat uterotonika.g. Pemberian antibiotika Os masuk ke RSUD Cut Meutia kiriman bidan pukul 12.30 WIB dengan keluhan baru melahirkan sekitar pukul 10.00 wib, dengan keluhan plasenta masih tertinggal di dalam rahim. Riwayat kehamilan G1P0A0 dengan post date dengan PTM (partus tak maju) dan bayi lahir dengan aspirasi mekonium, bayi meninggal setelah 1 jam kemudian. Pasien dengan keadaan umum lemah, dilakukan pemeriksaan dalam terdapat pembukaan 2 cm, terlihat tali pusat dan tinggi fundus uteri setinggi pusat dan tidak ditemukan tanda-tanda pelepasan plasenta, cek lab cito dan dilakukan manual plasenta dan terkesan belum bersih, kemudian USG pada tanggal 5 Juni 2013 tampak sisa jaringan plasenta di corpus uteri. Dilakukan kuretase pada tanggal 10 Juni 2013 dengan keadaan umum pasien baik post transfusi 3 bag, post curetase keluar jaringan 250 gram, kesadaran compos mentis, dengan keadaan umum baik dan persiapan 1 bag PRC lagi. Pulang Os pada tanggal 11 Juni 2013 dengan PAPS keadaan umum baik, post transfusi 4 bag. 18