Resume Penanganan Pasca Panen

5
RESUME PENANGANAN PASCA PANEN A. Kasus penggunaan formalin yang tidak tepat pada ikan asin Dewasa ini banyak sekali kasus pengunaan bahan tambahan pangan (BTP) pada makanan yang pada utamanya sering dikonsumsi oleh para masyarakat umum. Seperti pada bakso, tahu, ikan segar dan ikan asin. Pada penjelasan singkat kali ini kami akan membahas mengenai penggunaan formalin pada produk perikanan, salah satunya pada ikan asin. Awalnya, penggunaan formalin pada produk perikanan beralasan agar produk yang dijual awet dan tahan lama untuk dijual. Selain itu, mudahnya formalin untuk didapat dan harga yang terjangkau oleh pedagang menjadi penyebab utama mengapa para penjual makanan seperti pedagang ikan asin menggunakan produknya dengan campuran bahan formalin. Berdasarkan pusat penyuluhan kelautan dan perikanan tahun 2008 penggunaan produk formalin pada olahan ikan ditemukan mencapai 30% di beberapa lokasi seperti Jawa Tengah, Jawa Barat, DKI Dan Banten. Tujuan dari para pedagang dalam menggunakan formalin adalah tak lain untuk menghindari cepatnya pembusukan ikan. Dan di Medan Sumatera Utara pada bulan februari tahun 2012 produk impor dari Negara Pakistan ditolak sebanyak

description

jsgipfk;

Transcript of Resume Penanganan Pasca Panen

Page 1: Resume Penanganan Pasca Panen

RESUME PENANGANAN PASCA PANEN

A. Kasus penggunaan formalin yang tidak tepat pada ikan asin

Dewasa ini banyak sekali kasus pengunaan bahan tambahan pangan (BTP) pada

makanan yang pada utamanya sering dikonsumsi oleh para masyarakat umum.

Seperti pada bakso, tahu, ikan segar dan ikan asin. Pada penjelasan singkat kali ini

kami akan membahas mengenai penggunaan formalin pada produk perikanan,

salah satunya pada ikan asin.

Awalnya, penggunaan formalin pada produk perikanan beralasan agar produk

yang dijual awet dan tahan lama untuk dijual. Selain itu, mudahnya formalin

untuk didapat dan harga yang terjangkau oleh pedagang menjadi penyebab utama

mengapa para penjual makanan seperti pedagang ikan asin menggunakan

produknya dengan campuran bahan formalin.

Berdasarkan pusat penyuluhan kelautan dan perikanan tahun 2008 penggunaan

produk formalin pada olahan ikan ditemukan mencapai 30% di beberapa lokasi

seperti Jawa Tengah, Jawa Barat, DKI Dan Banten. Tujuan dari para pedagang

dalam menggunakan formalin adalah tak lain untuk menghindari cepatnya

pembusukan ikan. Dan di Medan Sumatera Utara pada bulan februari tahun 2012

produk impor dari Negara Pakistan ditolak sebanyak 48.000 kg karena positif

mengandung formalin dengan range 0.25 – 5 mg/kg. Hal ini tentu saja sangat

mengkhawatirkan dan membahayakan bagi para konsumen yang

mengkonsumsinya.

Dalam Undang-Undang No. 31 tahun 2004 sebagaimana telah diubah dengan

Undang-Undang No. 45 tahun 2009 tentang Perikanan (pasal 23) “Setiap orang

dilarang menggunakan bahanbaku, bahan tambahan makanan, bahan penolong

yang membahayakan kesehatan manusia”. Akan tetapi peraturan tetaplah

peraturan dan perlakuan tetaplah perlakuan yang masih terus dilakukan oleh para

pedagang nakal.

Formalin dalam penggunaan sehari-hari, formaldehid digunakan untuk material

pelapis atau perekat, juga sebagai bahan pencampur resin. Beberapa contoh resin

sintetik adalah phenol-formaldehyde (PF), melamine-formaldehyde (MF), and

Page 2: Resume Penanganan Pasca Panen

ureaformaldehyde (UF) merupakan jenis bahan kimia industri yang banyak

digunakan untuk bahan bangunan, dan peralatan rumah-tangga.

Seperti yang diketahui formalin bila berada di udara pada kadar lebih dari 0,1

ppm, formalin akan menyebabkan mata berair, mual, batuk, sesak dada, bersin-

bersin, ruam kulit, reaksi alergi, dan rasa terbakar pada mata, hidung, dan

tenggorok. Dan jika dikonsumsi melebihi batas akan mengakibatkan keracunan

pada organ fungsional tubuh: sulit menelan, menurunnya nafsu makan, mual,

sakit perut akut, diare, muntah.

Sumber : (http://pusluh.kkp.go.id/mfce/download/al44.pdf)

B. Penggunaan senyawa anti mikroba yang terkandung dalam rempah-

rempah (cabai) yang memiliki efek terhadap pertumbuhan bakteri.

Kualitas produk pangan harus tetap terjaga kualitasnya pada saat penyimpanan

maupun distribusi. Hal ini disebabkan karena sifat dari bahan pangan trutama

yang bersifat organik atau alami mudah busuk, contohnya pada ikan. Selain itu,

karena produk pangan sangatlah rentan terhadap rekotaminasi sehingga

menyebabkan tumbuhnya mikroba pathogen yang berbahaya bagi tubuh manusia

dan juga mikroba yang bersifat merusak makanan.

Salah satu cara untuk menjaga kualitas pangan adalah dengan menambahkan

bahan aditif berupa zat antimikroba dalam bentuk rempah-rempah. Rempah-

rempah merupakan bahan tambahan yang tidak asing lagi bagi masyarakat

Indonesia dan banyak digunakan sebagai bumbu dalam makanan tradisional.

Rempah-rempah adalah tanaman atau bagian tanaman yang dapat dimanfaatkan

dalam bentuk segar maupun dalam bentuk kering.

Salah satu rempah-rempah yang biasa digunakan pada umumnya adalah cabai

merah dan cabai rawit. Cabai merah (Capsicum annuum) merupakan tanaman

yang termasuk dalam keluarga solanaceae dan merupakan tanaman asli Amerika

Tropik. Cabai merah menyebar dari Meksiko sampai bagian utara Amerika

Selatan. Kini tanaman ini dikenal hampir di seluruh negara beriklim tropis.

Cabe merah bersifat panas dan merupakan stimulan untuk meningkatkan nafsu

makan. Di samping itu juga berkhasiat sebagai diaforetik atau perangsang

Page 3: Resume Penanganan Pasca Panen

keringat, peluruh kulit dan sebagai obat gosok. Cabe merah berkhasiat tonik,

stimulan kuat untuk jantung dan aliran darah. Juga antirematik, menghancurkan

bekuan darah atau antikoagulan, stomakik, perangsang kulit, peluruh liur dan

peluruh kencing.

Cabai merah mengandung kapcaisin, hidrokapsaisin, vitamin A, vitamin C, zat

warna kapsantin serta karoten. Cabai merah juga mengandung beberapa jenis

mineral seperti fosfor, zat besi, kalium, kalsium dan niasin.Cabai merah tersusun

atas beberapa senyawa kimia dimana air adalah komponen dengan jumlah

terbesar. Komposisi kimia cabai merah selengkapnya dapat dilihat pada Tabel di

bawah ini Konsentrasi cabai merah sebesar 20% (b/v, bk) dalam bumbu rendang

efektif menghambat pertumbuhan flora mikroba maupun B. Cereus dalam sistem

pangan selama 6 jam.

Cabai rawit rasanya pedas, sifatnya panas, masuk meridian jantung dan pankreas.

Tumbuhan ini berkhasiat tonik, stimulan kuat untuk jantung dan aliran darah,

antirematik, menghancurkan bekuan darah (antikoagulan), meningkatkan nafsu

makan (stomakik), perangsang kulit (kalau digosokkan ke kulit akan

menimbulkan rasa panas, sehingga banyak digunakan sebagai campuran obat

gosok), peluruh kentut (karminatif), peluruh keringat (diaforetik), peluruh liur,

dan peluruh kencing atau diuretik. Dan berikut ini adalah komposisinya:

Komponen Jumlah

AirAbu EnergiKalsium ProteinFosfor Lemak BesiKarbohidrat Vitamin A Serat Vitamin C

90% 0,5 g32 Kal29,0 mg0,5 g45 mg0,3 g 0,5 mg7,8 g470 UI1,6 g 18,0 mg

Sumber : (nuels.files.wordpress.com/2009/10/tanaman-berkhasiat-obat.doc)