Resume Penanganan Pasca Panen
-
Upload
rizky-aditya-f-diyanah -
Category
Documents
-
view
21 -
download
2
description
Transcript of Resume Penanganan Pasca Panen
RESUME PENANGANAN PASCA PANEN
A. Kasus penggunaan formalin yang tidak tepat pada ikan asin
Dewasa ini banyak sekali kasus pengunaan bahan tambahan pangan (BTP) pada
makanan yang pada utamanya sering dikonsumsi oleh para masyarakat umum.
Seperti pada bakso, tahu, ikan segar dan ikan asin. Pada penjelasan singkat kali ini
kami akan membahas mengenai penggunaan formalin pada produk perikanan,
salah satunya pada ikan asin.
Awalnya, penggunaan formalin pada produk perikanan beralasan agar produk
yang dijual awet dan tahan lama untuk dijual. Selain itu, mudahnya formalin
untuk didapat dan harga yang terjangkau oleh pedagang menjadi penyebab utama
mengapa para penjual makanan seperti pedagang ikan asin menggunakan
produknya dengan campuran bahan formalin.
Berdasarkan pusat penyuluhan kelautan dan perikanan tahun 2008 penggunaan
produk formalin pada olahan ikan ditemukan mencapai 30% di beberapa lokasi
seperti Jawa Tengah, Jawa Barat, DKI Dan Banten. Tujuan dari para pedagang
dalam menggunakan formalin adalah tak lain untuk menghindari cepatnya
pembusukan ikan. Dan di Medan Sumatera Utara pada bulan februari tahun 2012
produk impor dari Negara Pakistan ditolak sebanyak 48.000 kg karena positif
mengandung formalin dengan range 0.25 – 5 mg/kg. Hal ini tentu saja sangat
mengkhawatirkan dan membahayakan bagi para konsumen yang
mengkonsumsinya.
Dalam Undang-Undang No. 31 tahun 2004 sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang No. 45 tahun 2009 tentang Perikanan (pasal 23) “Setiap orang
dilarang menggunakan bahanbaku, bahan tambahan makanan, bahan penolong
yang membahayakan kesehatan manusia”. Akan tetapi peraturan tetaplah
peraturan dan perlakuan tetaplah perlakuan yang masih terus dilakukan oleh para
pedagang nakal.
Formalin dalam penggunaan sehari-hari, formaldehid digunakan untuk material
pelapis atau perekat, juga sebagai bahan pencampur resin. Beberapa contoh resin
sintetik adalah phenol-formaldehyde (PF), melamine-formaldehyde (MF), and
ureaformaldehyde (UF) merupakan jenis bahan kimia industri yang banyak
digunakan untuk bahan bangunan, dan peralatan rumah-tangga.
Seperti yang diketahui formalin bila berada di udara pada kadar lebih dari 0,1
ppm, formalin akan menyebabkan mata berair, mual, batuk, sesak dada, bersin-
bersin, ruam kulit, reaksi alergi, dan rasa terbakar pada mata, hidung, dan
tenggorok. Dan jika dikonsumsi melebihi batas akan mengakibatkan keracunan
pada organ fungsional tubuh: sulit menelan, menurunnya nafsu makan, mual,
sakit perut akut, diare, muntah.
Sumber : (http://pusluh.kkp.go.id/mfce/download/al44.pdf)
B. Penggunaan senyawa anti mikroba yang terkandung dalam rempah-
rempah (cabai) yang memiliki efek terhadap pertumbuhan bakteri.
Kualitas produk pangan harus tetap terjaga kualitasnya pada saat penyimpanan
maupun distribusi. Hal ini disebabkan karena sifat dari bahan pangan trutama
yang bersifat organik atau alami mudah busuk, contohnya pada ikan. Selain itu,
karena produk pangan sangatlah rentan terhadap rekotaminasi sehingga
menyebabkan tumbuhnya mikroba pathogen yang berbahaya bagi tubuh manusia
dan juga mikroba yang bersifat merusak makanan.
Salah satu cara untuk menjaga kualitas pangan adalah dengan menambahkan
bahan aditif berupa zat antimikroba dalam bentuk rempah-rempah. Rempah-
rempah merupakan bahan tambahan yang tidak asing lagi bagi masyarakat
Indonesia dan banyak digunakan sebagai bumbu dalam makanan tradisional.
Rempah-rempah adalah tanaman atau bagian tanaman yang dapat dimanfaatkan
dalam bentuk segar maupun dalam bentuk kering.
Salah satu rempah-rempah yang biasa digunakan pada umumnya adalah cabai
merah dan cabai rawit. Cabai merah (Capsicum annuum) merupakan tanaman
yang termasuk dalam keluarga solanaceae dan merupakan tanaman asli Amerika
Tropik. Cabai merah menyebar dari Meksiko sampai bagian utara Amerika
Selatan. Kini tanaman ini dikenal hampir di seluruh negara beriklim tropis.
Cabe merah bersifat panas dan merupakan stimulan untuk meningkatkan nafsu
makan. Di samping itu juga berkhasiat sebagai diaforetik atau perangsang
keringat, peluruh kulit dan sebagai obat gosok. Cabe merah berkhasiat tonik,
stimulan kuat untuk jantung dan aliran darah. Juga antirematik, menghancurkan
bekuan darah atau antikoagulan, stomakik, perangsang kulit, peluruh liur dan
peluruh kencing.
Cabai merah mengandung kapcaisin, hidrokapsaisin, vitamin A, vitamin C, zat
warna kapsantin serta karoten. Cabai merah juga mengandung beberapa jenis
mineral seperti fosfor, zat besi, kalium, kalsium dan niasin.Cabai merah tersusun
atas beberapa senyawa kimia dimana air adalah komponen dengan jumlah
terbesar. Komposisi kimia cabai merah selengkapnya dapat dilihat pada Tabel di
bawah ini Konsentrasi cabai merah sebesar 20% (b/v, bk) dalam bumbu rendang
efektif menghambat pertumbuhan flora mikroba maupun B. Cereus dalam sistem
pangan selama 6 jam.
Cabai rawit rasanya pedas, sifatnya panas, masuk meridian jantung dan pankreas.
Tumbuhan ini berkhasiat tonik, stimulan kuat untuk jantung dan aliran darah,
antirematik, menghancurkan bekuan darah (antikoagulan), meningkatkan nafsu
makan (stomakik), perangsang kulit (kalau digosokkan ke kulit akan
menimbulkan rasa panas, sehingga banyak digunakan sebagai campuran obat
gosok), peluruh kentut (karminatif), peluruh keringat (diaforetik), peluruh liur,
dan peluruh kencing atau diuretik. Dan berikut ini adalah komposisinya:
Komponen Jumlah
AirAbu EnergiKalsium ProteinFosfor Lemak BesiKarbohidrat Vitamin A Serat Vitamin C
90% 0,5 g32 Kal29,0 mg0,5 g45 mg0,3 g 0,5 mg7,8 g470 UI1,6 g 18,0 mg
Sumber : (nuels.files.wordpress.com/2009/10/tanaman-berkhasiat-obat.doc)