Pasca Panen KARET

download Pasca Panen KARET

of 29

Transcript of Pasca Panen KARET

PENANGANAN PASCA PANEN KARET

Subdit Pasca Panen Perkebunan Direktorat Penanganan Pasca Panen Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian

Disampaikan dalam kegiatan Diklat Penerapan Pasca Panen Karet bagi Petugas BPP Jambi, 25 s/d 31 Maret 2008

POHON INDUSTRI

Alat kesehatan & Lab Alat/perlengkapan Kendaraan Alat olahraga Perlengkapan Pakaian

Karet pipet, selang

Ban, pedal, jok mobil

Bola, pakaian selam

Sepatu, sendal

Pohon Karet

Lateks Bokar

Sheet (blaket RSS)

Crumb Rubber

Perlengkapan Teknik Industri

Air house, oil seal

Perlengkapan Bayi Perlengkapan Rumah tangga

Dot susu, balon karet

Karpet, lem perekat

Kayu

Barang-barang karet LainnyaMeubel Tepung biji karet (protein)

Pelampung, alat KB

Biji

Campuran makanan

PERAN KOMODITI KARET DI INDONESIA Indonesia negara eksportir karet terbesar kedua di dunia setelah Thailand, ketiga Malaysia Dari segi areal, Indonesia terluas didunia produktivitasnya terendah Sebagian besar diusahakan oleh petani 85 %, Thailand 90%, Malaysia 91 % Karet memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia sumber devisa negara, sumber pendapatan petani,sumber lapangan kerja di hulu dan hilir

PROSPEK KARET DI PASAR DUNIA Karet Alam sebagai bahan baku industri barang jadi karet ban,sarung tangan karet, benang karet dll. Kedepan semakin cerah dg tumbuhnya ekonomi beberapa negara a.l China, Jepang, India, Korsel dan Malaysia IRSG meramal Th 2020 konsumsi karet dunia mencapai 10,945 juta ton dan produksi dunia mencapai 10,99 juta ton ada surplus 54 ribu ton. Indonesia diharapkan menjadi pemasok utama, karena Thailand dan Malaysia terbatas dg lahan Ingat !! China sudah dan akan investasi kebun karet di 3 negara Kamboja, Laos dan Vietnam seluas 3 jt ha (?)

BAGAIMANA INDONESIA MENYIKAPI PELUANG PASAR KARET Produk ekspor karet Indonesia didominasi produk primer y.i Crumb-rubber 83 %, RSS 16,8 % dan Lateks pekat 0,2 % Mutu karet yg diekspor masih kalah dg negara pesaing Thailand & Malaysia Mutu yg prima menjadi tuntutan konsumen. Kenyataannya mutu bokar makin merosot cost bagi pabrik harus ditangani secara serius dari pangkal Program peremajaan 250.000 ha dan perluasan 50.000 ha s/d th 2010 harus sukses peningkatan produksi. Memacu industri hilir berbasis karet/ tidak mengandalkan ekspor komoditi primer saja deversifikasi ekspor karet

BERBAGAI PRODUK PRIMER KARET Hasil sadapan: Lateks cair : kwalitas prima, K3 + 30% Cup-lump : bekuan lateks dlm mangkok Lump tanah: tumpahan lateks diatas tanah, kadar kotoran + 75 % Screp : bekuan lateks pada bidang sadap

Hasil olahan petani Sheet angin dan crepe : dibuat dari bahan lateks cair Compo/ brown-crepe : dibuat dari bahan cup-lump bersih Compo bermutu rendah : dibuat dari lump tanah dicampur screp Slab : dibuat dari bahan lateks, cup-lump Cup lump : dibuat dari bahan lateks cair

Hasil olahan pabrik: RSS (Ribbed Smoke Sheet), sama dg proses membuat sheet angin, hanya saja pengeringannya menggunakan asap Crumb-rubber , hasil olahan petani dilanjutkan proses, pemecahan,pencucian, penggilingan,dikering anginkan, diremah, dikeringkan dlm dryer, dikempa dan dikemas

PENGAWASAN MUTU Alat pengawasan: 1.SNI 06-2047-2002 2.SK.Memperindag No.616/1999 3.UU N0.18 Th 2004 Ps 31 dan Ps 50 Penetapan Pengawas 1.Penunjukan Instansi Pengawas daerah 2.Mekanisme pengawasan

SNI 06-2047-2002

Masalah Panen & Pengolahan Umumnya bermutu rendah Kadar air tinggi (>20%) Koagulan bervariasi : asam semut, sulfat, cuka, tawas, pupuk TSP, air perasan gadung / nenas. Terkontaminasi : tanah, lumpur, pasir, tatal, serat kayu / plastik Jenis/ukuran beragam: serpihan / mangkok (1-8 cm) sampai bentuk balok 50x50cm, tebal 20-30 cm

A. Penentuan Matang Sadap 1) Umur Tanaman : 5-6 tahun 2) Lilit Batang Lilit batang 45 cm atau lebih pada ketinggian 100cm dari pertautan okulasi Pengukuran dilakukan mulai tanaman berumur 4 tahun, diulang setiap 6 bulan 3) Matang sadap kebun Jumlah tanaman yang matang sadap pohon sudah mencapai 60% atau lebih B. Persiapan Buka Sadap 1) Penggambaran bidang sadap Pada kebun matang sadap kebun hanya pada tanaman yang matang sadap pohon Tinggi bukaan sadap - 130 cm diatas pertautan okulasi Arah dan sudut kemiringan irisan sadap - Arah irisan sadap dari kiri atas ke kanan bawah memotong pembuluh lateks yang posisinya miring dari kanan atas ke kiri bawah - Sudut kemiringan irisan sadap 30o 40o terhadap bidang datar (untuk bidang sadap bawah) dan 45o (untuk bidang sadap atas). Panjang irisan - S (irisan miring sepanjang spiral) Letak bidang sadap - Pada arah Timur-Barat (pada jarak antar tanaman yang pendek), sama dengan arah pergerakan penyadapan)

PENYADAPAN

2)

Pemasangan talang dan mangkuk sadap Talang terbuat dari seng lebar 2,5cm panjang 8cm Dipasang pada jarak 5-10cm dari ujung irisan sadap bagian bawah Mangkuk dipasang pada jarak 15-20cm dibawah talang sadap.

C.

Pelaksanaan Penyadapan Kedalaman irisan sadap : 1 mm Ketebalan irisan sadap : 1,5 mm Frekuensi penyadapan 3 hari sekali (d/3) untuk 2 tahun pertama 2 hari sekali (d/2) untuk tahun selanjutnya Pukul 05.00 07.30 1,5 mm 2 mm 30 tahun

Penyadapan diharapkan dapat dilakukan selama 25

Waktu

PENENTUAN KADAR KARET KERING Metode Laboratorium Baku Metode Chee Metode Hidrometri Metode Pancing Penggoreng

PENANGANAN LATEKS KEBUN1. 2. Hal penting Hindari Prakoagulasi

Prakoagulasi dipengaruhi oleh : Aktivitas mikroorganisme Aktivitas enzim Iklim (mis : hujan, suhu tinggi) Budidaya/keadaan tanaman (tan. muda, tua/sakit) Jenis klon Pengangkutan (suhu tinggi dan gonangan) Kontaminasi kotoran dari luar (mis : logam atau garam) Cara menghindari prakoagulasi Alat-alat sadap dan alat angkut harus senantiasa bersih dan tahan karat Lateks harus segera diangkut ketempat pengolahan tanpa banyak goncangan Lateks tidak boleh terkena sinar matahari langsung Dapat digunakan anti koagulan : Amonia (NH3) atau Natrium Sulfit (Na2SO3)

3.

LUMP Lump : 1. Mangkok 2. Bambu Lump mangkuk adalah : Lateks kebun yang dibiarkan membeku secara alamiah dalam mangkuk Dalam musim penghujan, untuk mempercepat proses pembekuan lateks ditambahkan asam format/semut atau asap cair kedalam mangkuk Keuntungan : Curahan tenaga kerja relatif lebih sedikit Tidak ada resiko prakoagulasi Penanganan mudah dan praktis Kerugian : Masih ada kemungkinan terjadi manipulasi berat yang dilakukan dengan jalan menambahkan bahan-bahan non karet Teknik pengukuran KKK yang akurat tidak mudah, karena tingkat kebersihan dan pemeraman lump mangkuk yang beraneka ragam Terjadi penurunan mutu terutama nilai PRI dan laju vulkanisasi akibat penyimpanan yang tidak memenuhi syarat Tidak dapat dihasilkan karet remah dengan mutu prima

Lanjutan

Lump Bambu Pembekuan lateks dengan menggunakan tabung bambu dengan penambahan asam format/semut secara simultan Keunggulan : Bermutu tinggi (nilai Po, PRI, VR Tinggi) Resiko terkontaminasi lebih kecil Penanganan lebih praktis dan hemat waktu

SLAB1) SLAB TIPIS Dibuat dari lateks atau campuran lateks dengan lump mangkuk yang dibekukan dengan asam format/semut atau asap cair di dalam bak pembeku yang berukuran 60cmx40cmx6cm tanpa perlakuan penggilingan. Proses pembuatan 1. 2. Masukkan dan susun lump mangkuk secara merata didalam bak pembeku Tambahkan larutan asam format/semut 1% atau asap cair ke dalam lateks kebun dengan dosis 100-110ml per liter lateks, kemudian diaduk Tuangkan campuran lateks dan pembeku tersebut kedalam bak pembeku yang telah diisi lump mangkuk Biarkan sekitar 1-2 jam, lalu bekuan diangkat dan disimpan diatas rak didalam tempat yang teduh. Mutu seragan dengan KKK sekitar 50% Tidak ada resiko prakoagulasi

3. 4.

Keuntungan 1. 2.

2)

SLAB GILING

KKK slab tipis dapat ditingkatkan menjadi sekitar 70% dengan digiling menggunakan hand mangel disebut slab giling Kelebihan : Nilai ketahanan plastisitas (PRI) lebih tinggi.

Blanket Slab tipis dapat diolah menjadi blanket melalui penggilngan dengan mesin mini craper Penggilingan dilakukan 4-6 kali sambil disemprot dengan air bersih untuk menghilangkan kotoran dalam slab Ketebalan blanket 0,6-1cm, KKK : 65-75%

SIT1. SIT ANGIN (Unsmoked Sheet/USS) Sit Angin adalah lembaran karet hasil bekuan lateks yang digiling dan dikeringanginkan, sehingga memiliki KKK 90-95% Keuntungan dengan membuat sit angin : 1) 2) 3) Dapat diolah menjadi RSS 3, RSS 4 atau SIR 5 Memiliki KKK yang tinggi dan mutunya lebih konsisten Biaya pengangkutan dan pengolahan di pabrik lebih efisien

Kendala dalam pembuatan Sit1) Diperlukan investasi untuk pembelian peralatan pengolahan, asam format/semut atau asap cair dan tempat pengeringan 2) 3) 4) Diperlukan disiplin petani yang tinggi Diperlukan curahan tenaga kerja yang relatif lebih tinggi Perlu tersedia air yang cukup untuk pengolahan

PENYARINGAN LATEKS

PENGENCERAN

PEMBEKUAN

PEMERAMAN

PENGGILINGAN

PENCUCIAN

PENIRISAN

PENGERINGAN

PENYARINGAN LATEKS Lateks kebun disaring dengan saringan 40 atau 60 mesh, untuk memisahkan kotoran yang terikat seperti daun dan tatal, Saringan sebaiknya terbuat dari baja anti karat, kemudian dilakukan pengujian kadar karet kering

PENGENCERAN Pengenceran dilakukan dengan cara menambahkan air bersih ke dalam lateks sehingga diperoleh KKK baku 12-15%. Jumlah air yang ditambahkan dapat dihitung dengan rumus :

VA

=

KKKa - KKKb ----------------- X VL KKKb= Volume air yang ditambah = KKK Lateks kebun (%) = KKK Baku (%) = Volume lateks kebun (liter)

Keterangan : VA KKKa KKKb VL

Tujuan Pengenceran 1) Memperoleh mutu yang seragam 2) Mempermudah penggilingan 3) Mempermudah keluarnya gelembung udara dari dalam lateks

PEMBEKUAN aluminium

1. Pembekuan lateks dilakukan didalam bak yang terbuat dari atau plastik dengan ukuran 50cmX25cmX6cm.2.

Latek yang telah diencerkan sebanyak 5-6 liter dituang kedalam bak pembeku, kemudian ditambah 370 ml asam format/semut 1% atau 300 ml larutan asap cair10% untuk setiap liter lateks kemudian diaduk. Busa yang timbul selama pengadukan dibuang, kemudian lateks dibiarkan membeku. Untuk menghindari adanya kotoran maka bak perlu ditutup.

3.

4.

PEMERAMAN Setelah 15-30 menit terjadi pembekuan lateks, ditambahkan air di bagian atas bekuan untuk mencuci sisa asam dan mencegah terjadinya oksidasi enzim yang mengakibatkan timbulnya warna gelap. Lama pemeraman kurang lebih 1 jam.

PENGGILINGAN Bekuan yang dihasilkan digiling lima kali dengan gilingan polos dan sekali gilingan beralur, sambil disemprot dengan air. Tujuannya adalah untuk mencuci sit dan mencegah lengketnya sit pada rol penggiling.

PENCUCIAN Lembaran sit yang diperoleh kemudian dimasukkan ke dalam bak pencuci untuk menghilangkan sisa asam, sisa serum dan kotoran yang menempel selama penggilingan

PENIRISAN Penirisan dilakukan setelah lembaran sit dicuci untuk menghilangkan air dipermukaan lembaran. Lama penirisan kurang lebih 15 menit

PENGERINGAN Pengeringan dilaksanakan didalam gudang pengering. Selama pengeringan dinding gudang dibuka pada siang hari dan ditutup pada malam hari, dimaksudkan untuk mengatur kelembaban dan temperatur ruang pengeringan. Lama pengeringan sit angin optimum 5 hari

2.

SIT ASAP (RIBBED SMOKED SHEET/RSS) Proses pengolahan sama dengan sit angin Bedanya pada proses pengeringan dilakukan pengasapan pada suhu yang bertahap antara 40 60 C selama 4 hari Pengaturan suhu pengasapan Hari pertama suhu 40o 45o C, dan ventilasi ruang asap lebar Hari kedua suhu 45o 50o C, dan ventilasi ruang asap sedang Hari ketiga suhu 50o 55o C, dan ventilasi ruang asap tertutup Hari keempat suhu 55o 60o C Keuntungan dengan membuat RSS RSS dapat langsung diekspor atau sebagai bahan baku industri bahan jadi karet Mutu produk seragam dan konsisten Harga lebih tinggi dibanding dengan jenis bokar yang lain Kendala dalam pengolahan RSS Perlu biaya investasi yang tinggi untuk peralatan pengolahan dan pembuatan kamar asap Biaya pengolahan lebih tinggi yang meliputi tenaga kerja, asam format/semut atau Deorub, air dan kayu bakar. Diperlukan disiplin yang tinggi dari petani

DAFTAR PUSTAKA1. Sutrisno, DR. 2005. Teknik Pasca Panen Tanaman Perkebunan 2. Pelatihan Peningkatan Kemampuan dan Keterampilan Penanganan Pasca Panen Karet. 2007. Pusat Peneltian Karet Balai Penelitian Sembawa 3. Purusowarso, Ir. 2007. Pegenalan Produk Primer Komoditi Karet 4. Direktorat Penanganan Pasca Panen,Ditjen. PPHP Departemen Pertanian. 2007. Pedoman Penanganan Pasca Panen Karet 2.