PROSES-PASCA PANEN

18
PROSES PASCAPANEN RUMPUT LAUT Oleh : Nama : Narita Widiastuti NIM : B1J0112198 Kelompok : 7 Rombongan : III Asisten : Nurdiyanti LAPORAN PRAKTIKUM FIKOLOGI

description

laporan fikologi

Transcript of PROSES-PASCA PANEN

PROSES PASCAPANEN RUMPUT LAUT

Oleh :

Nama

: Narita WidiastutiNIM

: B1J0112198Kelompok : 7Rombongan : IIIAsisten

: NurdiyantiLAPORAN PRAKTIKUM FIKOLOGIKEMENTRIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS BIOLOGI

PURWOKERTO2015

I. PENDAHULUANA. Latar Belakang

Rumput laut merupakan salah satu potensi sumber daya alam perairan laut Indonesia. Rumput laut banyak dimanfaatkan dan dipergunakan sebagai bahan baku karaginan dan agar-agar. Secara ekologi, rumput laut dapat memberikan banyak manfaat terhadap lingkungan sekitarnya. Komunitas ini berperan sebagai tempat pembesaran dan perlindungan bagi jenis-jenis ikan tertentu dan merupakan makanan alami ikan-ikan dan hewan herbivora.Produksi rumput laut di Indonesia kebanyakan diperoleh dari hasil panen alami, terutama dari daerah-daerah penghasil utama seperti Riau, Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi, dan Maluku. Rumput laut yang dijualbelikan dari Indonesia jenisnya masih terbatas dari kelas Rhodophyta, seperti Eucheuma sp., Gelidium sp., Gelidella sp., Hypnea sp., dan Gracilaria sp., sedangkan jenis-jenis rumput laut dari kelas Phaeophyta dan Chlorophyta terbatas hanya untuk konsumsi lokal.

Mengingat pentingnya rumput laut sebagai bahan komoditas ekspor, maka mutu produksi rumput laut perlu ditingkatkan supaya para konsumen rumput laut di pihak luar negeri akan selalu impor bahan rumput laut dari Indonesia. Rumput laut yang bermutu yaitu akan selalu memenuhi persyaratan mutu, sedangkan untuk mencapai persyaratan mutu yang baik maka penanganan pascapanen perlu ditingkatakan. Apabila produksi tinggi tidak dibarengi dengan pascapanen yang baik dan benar, akan mengakibatkan menurunnya mutu dan rendahnya harga pasaran rumput laut Indonesia di luar negeri. Penanganan pascapanen diperlukan untuk memperoleh rumput laut kering yang lebih baik dibandingkan dengan rumput laut basah. Umumnya, rumput laut hanya dikeringkan langsung di bawah sinar matahari setelah panen.B. Tujuan

Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui tahapan proses pascapanen rumput laut serta langkah-langkah pengeringan dan pemutihan.C. Tinjauan PustakaRumput laut atau seaweed adalah tumbuhan sederhana yang tidak memiliki akar, batang, dan daun sejati. Seluruh bagian tubuhnya disebut thallus. Bentuk thallus rumput laut pipih, gepeng, lembaran, filamen, dan bulat seperti rambut. Rumput laut merupakan salah satu komoditas potensial Indonesia yang digunakan sebagai bahan baku berbagai industri. Rumput laut komersial yang bernilai ekonomi tinggi dan dibudidayakan di Indonesia yaitu Gracilaria sp. sebagai penghasil agar (agarofit), Sargassum sp. sebagai penghasil alginat (alginofit), dan Eucheuma sp. sebagai penghasil karagenan (karaginofit) (Anggadiredja et al., 2006).Rumput laut telah banyak dibudidayakan oleh petani rumput laut di perairan laut di kawasan pesisir. Indonesia memiliki 555 jenis rumput laut, dari jumlah tersebut beberapa jenis diantaranya dapat menghasilkan agar-agar. Jenis-jenis ini antara lain Gracilaria sp., Gelidium sp., Gelidellia sp., dan Gelidiopsis sp. Jenis Gracilaria sp. yang sering dijumpai di Indonesia adalah G. lichenoides, G. gigas, dan G.verrucosa. Salah satu dari jenis rumput laut yang banyak dibudidayakan dan dimanfaatkan sebagai bahan baku industri di Indonesia adalah Gracilaria sp. (Atmaja et al., 1996).Rumput laut Gracilaria sp. sangat mudah untuk dibudidayakan dengan kondisi lingkungan yang berbeda dengan kondisi perairan di laut, seperti tambak. Kondisi perairan habitat asli rumput laut memiliki kualitas air yang cukup baik dalam mendukung kehidupannya, sedangkan kondisi tambak memiliki kualitas air yang fluktuatif dan beragam tingkat kesuburannya. Akan tetapi, Gracilaria sp. dapat mentolerir kondisi lingkungan yang tidak sesuai dengan kondisi lingkungan aslinya. Rumput laut dari genus ini dapat mentolerir salinitas terendah 15 g/L dan tertinggi 50 g/L (Aslan, 1991).

Pengembangan usaha budidaya Gracilaria sp. di Indonesia akan memberikan keuntungan yang besar karena permintaan agar-agar pada saat ini semakin meningkat. Produksi rumput laut di Indonesia pada tahun 2010 mencapai 3,9 juta ton sedangkan produksi rumput laut untuk jenis Gracilaria sp. saja telah mencapai 253.619 ton (Sugiyatno et al., 2013). II. MATERI DAN METODE

A. Materi

Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah ember, tampah atau nampan, dan plastik bening. Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah rumput laut Gracilaria verrucosa dan air tawar bersih.B. Metode

Proses pengeringan rumput laut dengan metode penjemuran dengan pencucian air tawar secara skematis adalah :

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

B. Pembahasan

Gracilaria verrucosa merupakan salah satu jenis rumput laut yang sangat popular di masyarakat petani tambak Indonesia. Rumput laut jenis ini sering dibudidayakan di daerah tambak dengan kondisi air payau. Pemanfaatan Gracilaria verrucosa sebagai bahan baku agar telah mengarah ke industri. Usaha budidaya rumput laut Gracilaria verrucosa umumnya dilakukan dengan sistem polikultur. Potensi pengembangan budidaya pola polikultur masih sangat besar karena banyak lahan kosong bekas tambak udang yang terbengkalai dan tidak dimanfaatkan (Sugiyatno et al., 2013).Klasifikasi Gracilaria verrucosa menurut Atmadja et al. (1996) adalah sebagai berikut :Divisi : Rhodophyta

Kelas : Rhodophyceae

Ordo : Gigartinales

Famili : Gracilariceae

Genus : Gracilaria

Spesies : Gracilaria verrucosaRumput laut G. verrucosa mempunyai kandungan nutrisi cukup lengkap. Secara kimia, rumput laut jenis ini terdiri dari air (27,8%), protein (5,4%), karbohidrat (33,3%), lemak (8,6%), serat (3%), dan abu (22,25%). Rumput laut ini juga mengandung enzim, asam nukleat, asam amino, vitamin (A,B,C,D, E dan K), makro mineral, seperti kalsium dan selenium serta mikro mineral, seperti zat besi, magnesium, dan natrium. Kandungan asam amino, vitamin, dan mineral rumput laut ini mencapai 10-20 kali lipat dibandingkan dengan tumbuhan darat (Rukmi, 2012).Ganggang laut tropis, termasuk Gracilaria verrucosa, telah terbukti menjadi sumber yang kaya akan senyawa bioaktif dengan potensi biomedicinal. Ganggang laut ini telah dilaporkan sebagai zat aktif biologis dengan kapasitas imunostimulan, antijamur, dan antivirus, termasuk antiherpes, terakhir digunakan oleh masyarakat di seluruh dunia sebagai obat (Maftuch et al., 2012).

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa 160 spesies dari genus Gracilaria memiliki fungsi antibakterial, antiinflamantori, antiprotozoa, antifungi, antiviral, dan yang mengandung toksik hanya 19 spesies. Gracilaria verrucosa merupakan salah satu spesies yang memiliki kemampuan multifungsi diantara spesies dari genus Gracilaria lainnya. Kandungan metanol dan polisakarida pada G. verrucosa merupakan antioksidan yang berperan dalam tubuh dan biasa digunakan dalam bahan makanan berupa agar-agar. Selain itu, ekstrak kandungan dari beberapa genus Gracilaria mampu meminimalisir efek HIV dengan membunuh retrovirus (Almeida et al., 2011).Habitat rumput laut jenis ini pada umumnya dapat hidup sampai 300-1000 m dari pantai, dengan salinitas air antara 15-30 per mil, suhu air antara 20-28C, kedalaman air 0,5-1 m dengan kondisi air jernih sehingga sinar matahari mampu menembus ke dalam air. Oleh karena itu, jenis rumput laut ini sebaiknya dekat dengan muara sungai. Ciri-ciri khusus dari Gracilaria verrucosa adalah thallus berbentuk silindris dan permukaannya licin. Thallus tersusun oleh jaringan yang kuat, bercabang-cabang dengan panjang kurang lebih 250 mm, garis tengah cabang antara 0,5-2,0 mm. Percabangan alternate yaitu posisi tegak percabangan berbeda tingginya, bersebelahan atau pada jarak tertentu berbeda satu dengan yang lain, kadang-kadang hampir dichotomous dengan pertulangan lateral yang memanjang menyerupai rumput. Bentuk cabang silindris dan meruncing di ujung cabang (Soegiarto, 1978).Manajemen budidaya Gracilaria verrucosa perlu memperhatikan beberapa pertimbangan, diantaranya faktor biotik dan abiotik serta pengelolaan pascapanen. Kualitas rumput laut sangat ditentukan oleh kandungan agar. Parameter lain yang juga penting adalah serat, protein, dan lemak. Rumput laut merupakan sumber pangan yang memiliki kandungan karbohidrat, protein, lemak, vitamin, asam amino, dan mineral tinggi. Kandungan serat dan mineral rumput laut juga lebih tiggi daripada sebagian besar buah dan sayuran (Sugiyatno et al., 2013).Kegiatan pascapanen merupakan rangkaian perlakuan yang dimulai dari awal panen, sortasi, pencucian, penjemuran, dan penyimpanan dari hasil penen rumput laut. Kegiatan pascapanen bertujuan untuk mempertahankan dan meningkatkan mutu rumput laut, menekan tingkat kehilangan susut mutu dan susut bobot, menigkatkan harga jual dan daya saing di pasaran, dan memperpanjang waktu dalam penyimpanan produksi (Kadi, 1990). Proses pengeringan hasil panen rumput laut dapat menggunakan beberapa metode, antara lain penjemuran langsung dikeringkan, penjemuran dengan pencucian air tawar, penjemuran dengan direndam dalam kapur tohor, dan penjemuran dengan difermentasi atau didepigmentasi (Dinas Kelautan dan Perikanan, 2007).

Langkah-langkah yang dilakukan dalam proses pascapanen rumput laut menurut Poncomulyo et al. (2006) yaitu :

1. Pemanenan

Rumput laut yang sudah siap panen yang dibudidayakan dengan metode rumpon (tali), dipanen dengan cara menarik rumpon ke pinggir pantai. Rumput laut dilepas dari ikatannya, dipetik pucuknya untuk ditanam kembali, diikat lagi pada rumpon sebagai tanaman baru. Umur panen yang optimum adalah 40-45 hari, hal ini sangat disarankan karena pada umur tersebut kandungan karagenannya sangat optimum. Pemanenan sebaiknya dilakukan mulai siang hari.2. Pencucian dan Perendaman

Hasil panen dicuci air laut untuk menghilangkan kotoran yang melekat seperti lumpur, garam, dan lain lain, sehingga rumput laut menjadi bersih. Selanjutnya rumput laut langsung direndam larutan alkali KOH 0,1% sampai terendam dan dibiarkan kontak dengan alkali semalaman. Tujuan perendaman dengan menggunakan larutan alkali adalah untuk mendapatkan karagenan yang maksimal. Tahapan selanjutnya, pagi harinya rumput laut diangkat dan dicuci dengan air tawar sampai bersih dan netral.3. Pengeringan dan Sortasi

Rumput laut yang sudah netral dikeringkan dengan penjemuran, dapat dilakukan di sekitar pantai sampai mencapai kekeringan tertentu (optimum) biasanya 20-30%. Alas pengering yang sederhanan adalah dengan bahan plastik, agar cepat kering dan lebih bersih, dapat pula dengan pengeringan solar yang dipadu kompor dan untuk menjaga mutu pengeringan harus dikeringkan di atas para para.4. Pengemasan dan Penyimpanan

Setelah rumput laut kering, dilakukan pengemasan dengan karung atau plastik. Untuk lebih efisien tempat rumput laut kering dapat dipress (cetak) menjadi bentuk kotak-kotak padat per kilogram atau 5 kg sehingga pengemasan selanjutnya menjadi lebih efisien dalam kotak-kotak kayu dan dijaga agar sirkulasi udara baik. Hal ini disebabkan apabila sirkulasi udara dalam ruangan dan kemasan tidak baik, maka akan terjadi proses fermentasi, rumput laut menjadi berbau tidak enak, dan timbul kapang atau jamur yang akibatnya akan menurunkan mutu rumput laut.Berdasarkan hasil praktikum, dapat diketahui bahwa proses pengeringan rumput laut dengan metode penjemuran dengan pencucian air tawar pada Gracilaria verrucosa menghasilkan rumput laut G. verrucosa yang berwarna cokelat kekuningan. Hal ini menunjukkan bahwa proses pengeringan dengan metode ini kurang baik untuk proses pascapanen rumput laut. Hasil yang diharapkan setelah dilakukan proses pengeringan yaitu terjadi perubahan warna rumput laut menjadi putih atau kekuningan, kandungan dari rumput laut tidak banyak yang hilang. Kadar air pada rumput laut yang harus dicapai dalam pengeringan berkisar 14-18% untuk jenis Gracilaria sp., sedangkan 31-35% untuk jenis Eucheuma sp. Selama pengeringan kedua jenis rumput laut tersebut tidak boleh terkena air tawar, baik air hujan maupun air embun (Insan dan Widyartini, 2001).Keberhasilan produksi rumput laut dapat dicapai dengan mengoptimalkan faktor pendukung dalam budidaya laut. Faktor pendukung tersebut antara lain pemilihan lokasi budidaya yang tepat, penggunaan jenis yang bermutu baik, teknik atau metode budidaya yang tepat, serta panen dan pascapanen. Salah satu faktor keberhasilan suatu usaha budidaya adalah pemilihan lokasi. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penentuan lokasi budidaya, antara lain faktor utama dan faktor pendukung. Faktor utama meliputi faktor resiko (lokasi terlindungi, aman dari gangguan pencurian dan sabotase serta konflik kepentingan, dan tidak pada jalur pelayaran), faktor kemudahan (sarana transportasi, sarana budidaya, pemasaran hasil panen, dan tenaga kerja dari daerah sekitar), dan faktor ekologi (aliran arus yang baik, yaitu 20-40 cm/detik, dasar perairan berupa pecahan karang, pasir kasar, kedalaman air antara 30-60 cm pada waktu surut, salinitas 28-35 ppt, kecerahan air ideal 1 m, terhindar dari limbah pencemaran, suhu air 26-30C, pH 7,3-8,2, jauh dari sumber air tawar, bibit mudah didapatkan. Faktor pendukung meliputi musim, manajemen, dan tata letak (Serdiati dan Widiastuti, 2010).

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Langkah-langkah yang dilakukan dalam proses pascapanen rumput laut yaitu pemanenan, pencucian dan perendaman, pengeringan dan sortasi, pengemasan dan penyimpanan.

2. Proses pengeringan hasil panen rumput laut dapat menggunakan beberapa metode, antara lain penjemuran langsung dikeringkan, penjemuran dengan pencucian air tawar, penjemuran dengan direndam dalam kapur tohor, dan penjemuran dengan difermentasi atau didepigmentasi.3. Hasil pengeringan rumput laut Gracilaria verrucosa yang baik yaitu berwarna putih atau kekuningan, kandungan dari rumput laut tidak banyak yang hilang, dan kadar airnya antara 14-18%.B. Saran

Penjelasan materi tentang proses pascapanen rumput laut kali ini kurang lengkap, sehingga informasi yang diperoleh praktikan juga kurang maksimal. Oleh karena itu, diharapkan asisten lebih melengkapi lagi penjelasan tentang materi praktikum.DAFTAR REFERENSI

Almeida, , C.L.F., H.S. Falcao, G.R.M. Lima, C.A. Montenegro, N.S. Lira, P.F.A. Filho, L.C. Rodrigues, M. Fatima, V. De Souza, J.M.B. Filho, and L.M. Batista. 2011. Bioactivities from Marine Algae of the Genus Gracilaria. Int. J. Mol. Sci. 2011, 12, 4550-4573.Anggadiredja, J. T, A. Zatnika, H. Purwoto dan S. Istini. 2006. Rumput Laut. Penebar Swadaya, Jakarta. 148 hlm.Aslan, L. M. 1998. Budidaya Rumput Laut. Kanisius, Yogyakarta. 97 hlm.Atmadja, W.S., Sulistijo, Kadi, A., Sahari, R. 1996. Pengenalan Jenis Rumput Laut di Indonesia. P30 LIPI, Jakarta.

Dawes, C.J., 1981. Marine Botany. University of South Florida, USA.

Dinas Kelautan dan Perikanan. 2007. Budidaya Rumput Laut. DKP, Banten.

Insan, A. L. dan D. S. Widyartini. 2001. Makroalgae. Fakultas Biologi. Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.

Kadi, Achmad. 1990. Pascapanen Rumput Laut. Balai Penelitian Biologi Laut, Puslitbang Oseanologi-LIPI, Jakarta.

Maftuch, M.H. Toban, Yenny R. 2012. Administration of Marine Algae (Gracilaria verrucosa) Immunostimulant Enhances Some Innate Immune Parameters in Black Tiger Shrimp (Penaeus monodon Fabricus) Against Vibrio harveyi Infection. Journal of Applied Sciences Research, 8(2): 1052-1058, 2012.Poncomulyo,T.,Herti M., Lusi K. 2006. Budidaya dan Pengolahan Rumput Laut. Agro Media Pustaka, Surabaya.Rukmi, A.S., Sunaryo, A. Djunaedi. 2012. Sistem Budidaya Rumput Laut Gracilaria verrucosa di Pertambakan dengan Perbedaan Waktu Perendaman di dalam Larutan NPK. Journal of Marine Research. Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 90-94.Serdiati, N., dan I.M. Widiastuti. 2010. Pertumbuhan dan Produksi Rumput Laut Eucheuma cottonii pada Kedalaman Penanaman yang Berbeda. Media Litbang Sulteng III (1) : 21 26, Mei 2010.Soegiarto, A., Sulistijo, Atmadja, W.S., Mubarak, H. 1978. Rumput Laut (Algae) Manfaat, Potensi, dan Usaha Budidayanya. LON-LIPI, Jakarta.

Sugiyatno, M. Izzati, Erma P. 2013. Manajemen Budidaya dan Pengolahan Pascapanen Gracilaria verrucosa (Hudson) Papenfus. Study Kasus : Tambak Desa Mororejo, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kendal. Buletin Anatomi dan Fisiologi Volume XXI, Nomor 2, P. 42 -50, 2013. EMBED Word.Picture.8

Gracilaria verrucosa

dibersihkan dengan air bersih

setelah kering disimpan di gudang

dijemur 1-2 hari sampai putih atau kekuningan

dijemur 1-2 hari sampai putih, jika belum putih dicuci lagi dengan air tawar

dicuci dengan air untuk melarutkan garam yang menempel

dijemur 1-2 hari atau dapat menggunakan oven

Gambar 3.2 Hasil Penjemuran Pertama

Gambar 3.1 SebelumPerlakuan

Gambar 3.3 Pencucian dengan Air Tawar

Gambar 3.4 Hasil Penjemuran Kedua

Gambar 3.5 Penjemuran Kedua

_1489496539.doc