Resume memahami ilmu politik

38
Page | 1 Resume Buku Memahami Ilmu Politik oleh Ramlan Surbakti, 1992 Judul Buku : Memahami Ilmu Politik Penulis : Ramlan Surbakti Penerbit : PT Grasindo Tempat Terbit : Jakarta Edisi : Cet. 1 Tahun Terbit : 1992 Dosen : Lena Satlita, M.Si. NIP : 19581215 198601 2 001

Transcript of Resume memahami ilmu politik

Page 1: Resume  memahami ilmu politik

Page | 1 Resume Buku Memahami Ilmu Politik oleh Ramlan Surbakti, 1992

Judul Buku : Memahami Ilmu Politik

Penulis : Ramlan Surbakti

Penerbit : PT Grasindo

Tempat Terbit : Jakarta

Edisi : Cet. 1

Tahun Terbit : 1992

Dosen : Lena Satlita, M.Si.

NIP : 19581215 198601 2 001

Page 2: Resume  memahami ilmu politik

Page | 2 Resume Buku Memahami Ilmu Politik oleh Ramlan Surbakti, 1992

KATA PENGANTAR

“Sebuah awal adalah sebuah pengantar”, mungkin ungkapan itu adalah kata-kata yang

tepat untuk menggambarkan tentang tujuan dan maksud dari pembuatan buku kecil ini.

Selayang pandang seputar ilmu dari segala ilmu, yakni ilmu politik. Ilmu politik merupakan

salah satu ilmu yang sudah tidak asing lagi di telinga kita namun anehnya kita sendiri belum

memahami apa arti sebenarnya dan apa saja yang dipelajari dalam ilmu klasik ini. Banyak

orang berpandangan negatif mengenai ilmu politik. Pandangan negatif ini kebanyakan timbul

dari ketidaktahuan tentang arti apa sebenarnya ilmu politik itu. Perlu diketahui bahwa tanpa

kita sadari segala aspek dalam keseharian kita ini berelasi dengan politik. Maka dari itu,

perlulah kita untuk dapat memahami atau memperdalam wawasan kita tentang ilmu

politik.Buku kecil ini sebenarnya hanya merupakan resume atau rangkuman dari buku

“Memahami Ilmu Politik” karya Ramlan Surbakti. Buku ini memuat secara ringkas garis-

garis besar pemahaman tentang ilmu politik. Dengan tersusunnya buku ini, bersamaan

denganya saya ucapan terima kasih saya kepada Allah SWT, saya selaku mahasiswa semester

1 Prodi Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta berharap,

buku ini tidak hanya sebagai perwujudan tugas tetapi juga agar dapat dimanfaatkan oleh

siapapun yang membutuhkan informasi-informasi singkat, padat dan jelas mengenai Ilmu

politik.

Yogyakarta, 17 September 2014

Diah Fitri Soleha NIM 14417144011

Page 3: Resume  memahami ilmu politik

Page | 3 Resume Buku Memahami Ilmu Politik oleh Ramlan Surbakti, 1992

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 PENGANTAR

Politik berada di sekeliling kita tanpa disadari mau tidak mau mempengaruhikehidupan kita. Menurut Aristoteles, politik adalah berarti mengatur apa yang seyogyanya kita lakukan dan apa yang seyogyanya tidak dilakukan. Yang berarti bahwa

dimensi politik memengaruhi dimensi lain dalam kehidupan manusia.

1.2 KONSEP-KONSEP POLITIK Ada beberapa konsep politik dasar yang bersumber dari para ahli, yaitu :

1.2.1 Klasik Pada pandangan klasik (Aristoteles) mengemukakan bahwa politik

digunakanmasyarakat untuk mencapai suatu kebaikan bersama yang dianggap memilkinilai moral yang lebih tinggi daripada kepentingan swasta. Kepentingan umumsering diartikan sebagai tujuan-tujuan moral atau nilai-nilai ideal yang

bersifatabstrak seperti keadilan, kebenaran dan kebahagiaan. Pandangan klasikdianggap kabur seiring banyaknya penafsiran tentang kepentingan umum

itusendiri. kepentingan umum dapat diartikan pula sebagai general will, will of all atau kepentingan mayoritas.

1.2.2. Kelembagaan Menurut Max Weber, politik adalah segala sesuatu yang berkaitan

denganpenyelenggaraan negara. Max Weber melihat negara dari sudut pandangyuridis formal yang statis. Negara dianggap memiliki hak memonopoli kekuasaan fisik yang utama. Namun konsep ini hanya berlaku bagi

negara modern yaitu negara yang sudah ada differensiasi dan spesialisasi peranan,negara yang memiliki batas wilayah yang pasti dan penduduknya

tidaknomaden. 1.2.3. Kekuasaan

Robson mengemukakan politik adalah kegiatan mencari danmempertahankan kekuasaan ataupun menentang pelaksanaan kekuasaan.Kekuasaan sendiri adalah

kemampuan seseorang untuk mempengaruhi oranglain, baik pikiran maupun perbuatan agar orang tersebut berfikir dan bertindaksesuai dengan orang yang mempengaruhi.Kelemahan dari konsep ini adalah tidak dapat dibedakannya konsep

beraspekpolitik dan yang non politik dan juga kekuasaan hanya salah satu konsepdalam ilmu politik, masih ada konsep ideologi, legitimasi dan konflik.

1.2.4. Fungsionalisme

David Easton berpendapat bahwa politik adalah alokasi nilai-nilai

secaraotoritatif berdasarkan kewenangan dan mengikat suatu masyarakat.Sedangkan menurut Harold Lasswell, politik merupakan who gets, what gets,when gets dan how

gets nilai. Dapat diketahui bahwa politik sebagai perumusan dan pelaksanaan kebijakanumum.Kelemahan dari konsep ini adalah ditempatkannya pemerintah sebagaisarana dan wasit terhadap persaingan diantara pelbagai kekuatan politikuntuk

mendapatkan nilai-nilai terbanyak dari kebijakan umum tanpamemperhatikan kepentingan pemerintah itu sendiri.

Page 4: Resume  memahami ilmu politik

Page | 4 Resume Buku Memahami Ilmu Politik oleh Ramlan Surbakti, 1992

1.2.5. Konflik Pandangan konflik mendeskripsikan bahwa politik merupakan kegiatan

untukmemengaruhi perumusan dan kebijaksanaan umum dalam rangka usahauntuk memengaruhi, mendapatkan dan mempertahankan nilai. Oleh karenaitu sering terjadi

perdebatan dan pertentangan antara pihak yangmemperjuangkan dan pihak yang mempertahankan nilai. Kelemahan konsepini adalah tidak semua konflik berdimensi politik.

1.3 ASUMSI-ASUMSI POLITIK

1. Setiap masyarakat menghadapi kelangkaan dan keterbatasan sumber-sumbersehingga

konflik timbul dalam proses penentuan distribusi.

2. Kelompok yang dominan dalam masyarakat ikut dalam proses pendistribusiandan

pengalokasian sumber-sumber melalui keputusan politik sebagai upayamenegakkan pelaksanaan keputusan politik.

3. Pemerintah mengalokasian sumber-sumber yang langka, tetapi mengurangiatau tidak mengalokasikannya kepada kelompok dan individu lain. Olehkarena itu, kebijakan pemerintah yang diambil tidak akan pernahmenguntungkan semua pihak.

4. Ada tekanan secara terus-menerus untuk mengalokasikan sumber-sumberyang langka.

Tekanan-tekanan itu bisa berupa petisi, demonstrasi, protes,huru-hara dan perdebatan dalam proses pemilihan umum yang berasal darikelompok yang tidak puas.

5. Meluasnya tekanan-tekanan maka kelompok atau individu yang mendapatkankeuntungan dari pola distribusi sumber yang ada, berusaha untukmempertahankan struktur yang menguntungkan.

6. Dalam politik tidak ada yang serba gratis. Artinya setiap usul kebijakan untukmemecahkan

masalah selalu mengandung unsur untung-ruginya.

7. Penguasa semakin mampu meyakinkan masyarakat umum bahwa sistempolitik yang ada

sudah sah maka makin mantap kedudukan penguasa dankelompok yang diuntungkan dalam menghadapi kelompok yang menginginkanperubahan.

8. Politik tetap merupakanthe art of possible. Banyak pemecahan masalah yangditempuh pemerintah hanya bersifat semu karena sukar dilaksanakan dalamkenyataan.

9. Tuntutan perluasan demokrasi mungkin akan mengurangi efektivitaspemerintahan, sebaliknya pemerintah yang semakin efektif mungkinmenghendaki pertanggungjawaban

pemerintah yang terbatas padamasyarakat.

1.4 RANGKUMAN

Secara komprehensif, politik dapat didefinisikan sebagai interaksi antaramasyarakat

dan pemerintah, dalam rangka proses pembuatan dan pelaksanaankeputusan yang mengikat tentang kebaikan bersama masyarakat yang tinggaldisuatu wilayah tertentu.

Hubungan interaksi itu bersifat dua arah atau lebih.Pusat perhatian dalam ilmu politik adalah proses pembuatan dan pelaksanaankeputusan politik dalam rangka untuk mencapai tujuan masyarakat atau negara yangdianggap paling baik oleh seluruh anggota

masyarakatnya ( general will bukan will of all ).Keputusan politik yang berupa kebijakan umum menyangkut 3 hal, yaitu :penyerapan sumber-sumber materiil dan manusia dari

Page 5: Resume  memahami ilmu politik

Page | 5 Resume Buku Memahami Ilmu Politik oleh Ramlan Surbakti, 1992

masyarakat (ekstraktif ),Distribusi dan alokasi sumber-sumber kepada masyarakat (distributif ) danpengaturan perilaku anggota masyarakat (regulatif ).

1.5 PERILAKU POLITIK

Perilaku politik adalah perilaku yang berkaitan dengan proses politik. Yaituinteraksi antara pemerintah dan masyarakat dalam rangka proses pembuatan,pelaksanaan dan penegakan keputusan politik. Perilaku politik dibagi dua menjadiperilaku politik lembaga-

lembaga dan para pejabat pemerintah yang bertanggung jawab membuat, melaksanakan dan menegakkan keputusan politik dan perilakupolitik warga negara biasa yang tidak berwenang

tetapi dapat memengaruhi pihakpembuat keputusan politik (partisipasi politik). 1.6 KEPUTUSAN YANG MENGIKAT

Menurut David Easton, anggota masyarakat menaati keputusan politik Karena mereka merasa terikat dengan kewenangan yang ada, yang disebabkan takut akan paksaan fisik atau

sanksi psikologis, takut dikucilkan oleh masyarakat.Sedangkan Gene Sharp mengungkapkan tujuh alasan menaati kewenangan,yaitu : tradisi, takut akan paksaan, kewajiban moral, kepentingan sendiri, identifikasipsikologis dengan penguasa, tak berdampak baginya dan

sikap kurang percaya diridi kalangan warga negara.

1.7 KONFLIK, KONSENSUS, dan PERUBAHAN Sebagaiamana dikemukakan oleh Gaetano Mosca bahwa pemerintahan akan dapat

berjalan dengan baik dan stabil serta berhasil apabila terjadi koalisi atau kerja sama anatara satu atau lebih kekuatan politik. Dengan kata lain, keputusan politik kadang-kadang dapat menyelesaikan konflik dalam masyarakat, tetapi tidak jarang pula melahirkan konflik baru.

Semua itu menimbulkan perubahan-perubahan, baik perubahan yang direncanakan maupun tak terduga.

1.8 MASYARAKAT UMUM

Oleh karena itu, ilmu politik merupakan ilmu yang mengkaji interaksi antara

pemerintah dan masyarakat dalam proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan yang mengikat tentang kebaikan bersama untuk masyarakat umum.

BAB 2

KEBAIKAN BERSAMA

2.1 PENGANTAR

Setiap pihak dalam kehidupan politik selalu menggunakan alasan demi “kebaikan bersama”. alasan-alasan kebaikan bersama itu, apakah digunakan sebagai pembenaran atau sungguh-sungguh digunakan sebagai pedoman penyusunan kebijakan, semua menunjukkan setiap

sistem politik memiliki sejumlah nilai atau ide-ide yang dianggap terbaik sebagai kebaikan bersama.

2.2 REZIM TERBAIK

Rezim terbaik ialah keseluruhan tata masyarakat, politik, ekonomi dan sosial budaya, yang dianggap terbaik bagi negara-negara.

Page 6: Resume  memahami ilmu politik

Page | 6 Resume Buku Memahami Ilmu Politik oleh Ramlan Surbakti, 1992

Ada beberapa penilaian rezim terbaik dari para ahli;

2.2.1 SOCRATES

Menurut Socrates, suatu rezim atau masyarakat dikatakan adil, manakala setiap kelas

melaksanakan fungsi dan pekerjaannya secara maksimal dan bekerja sama secara harmonis dibawah pengarahan filosof-raja yang bijaksana. Berdasarkan asumsi, rezim dibedakan menjadi lima tipe.

Pertama, aristrokasi yaitu rezim yang dijiwai dengan akal budi. Kedua, timokrasi yaitu dijiwai dengan semangat. Ketiga, oligarki yaitu dijiwai dengan keinginan yang perlu

(necessary desire). Keempat, demokrasi, yaitu rezim yang dipimpin banyak orang yang mengandalkan kebebasan yang tak perlu(unnecessary desire). Kelima, tirani yaitu rezim terburuk karena yang memerintah seorang tiran yang bertindak sekehendak

nafsunya(unlawful desire).

2.2.2 THOMAS HOBBES

Bagi Hobbes, warga masyarakat hanya memiliki hak untuk diwakili dalam pemerintahan. Dengan kata lain, Hobbes berpandangan kebebasan individu hanya dapat

dipelihara dengan suatu pemerintahan yang memiliki kewenangan mutlak.

2.2.3 JOHN LOCKE

John Locke berpendapat, kebebasan individu hanya dapat dijamin dengan suatu pemerintah yang memiliki kewenangan yang terbatas.

2.2.4 J.J. ROUSSEAU

Menurut Rousseau, keinginan umum atau kepentingan bersama merupakan landasan setiap

masyarakat.

2.2.5 KARL MARX

Menurut Marx, seorang anggota masyarakat tidak mengembangkan dirinya secara individual dalam situasi yang vakum, melainkan dari dan melalui kelas ia tergolong.

2.2.6 PANCASILA dan UUD 1945

Rezim terbaik ataupun kebaikan bersama menurut UUD 1945 tampak dalam empat tujuan negara, yaitu melindungi seluruh golongan masyarakat bangsa, meningkatkan kesejahteraan

rakyat, dan ikut serta menciptakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, keadilan dan perdamaian abadi; dan Pancasila sebagai sumber dasar filsafat negara yang dioperasionalkan dalam berbagai ketetapan MPR.

2.3 IDEOLOGI-IDEOLOGI DUNIA

Gagasan, budaya, hukum, dan sebagainya sadar atau tidak merupakan pembenaran atas kepentingan materiil pihak yang memiliki gagasan yang dominan. Sistem pembenaran ini disebut ideologi.

Berikut ini beberapa ideologi dunia, yakni;

2.3.1 LIBERALISME

Menurut paham liberal, adalah yang memungkinkan individu mengembangkan kemampuan-kemampuan individu sepenuhnya dalam masyarakat. Paham ini dianut di Inggris dan koloni-koloninya termasuk Amerika Serikat.

Page 7: Resume  memahami ilmu politik

Page | 7 Resume Buku Memahami Ilmu Politik oleh Ramlan Surbakti, 1992

2.3.2 KONSERVATISME

Paham konservatif berpandangan pemerintah yang terbaik ialah yang memerintah sedikit mungkin, ekonomi dan pasar bebas akan dengan sendirinya menguntungkan semua individu.

2.3.3 SOSIALISME dan KOMUNISME

Paham sosialis berkeyakinan perubahan dapa seyogyanya dilakukan dengan cara-cara damai dan demokratis. Pada pihak lain, paham komunis berkeyakinan perubahan atas sistem kapitalisme harus dicapai dengan cara-cara revolusi , dan pememrintahan oleh dikatator

proletariat sangan diperlukan pada masa transisi.

2.3.4 FASISME

Merupakan tipe nasionalisme yang romantis dengan segala kemegahan upacara dan simbol-

simbol yang mendukungnya untuk mencapai kebesaran negara.

BAB 3

BANGSA DAN NEGARA

3.1 PENGANTAR

Pengertian bangsa dalam istilah satu bangsa berbeda dengan pengertian bangsa dalam istilah bangsa-negara (nation-state).Bangsa dalam bangsa-negara mencakup jumlah kelompok

masyarakat (berbagai suku bangsa dan ras) yang lebih luas daripada bangsa dalam suku bangsa.

3.2 PROSES PEMBENTUKAN BANGSA-NEGARA

Ben Anderson,seorang ilmuawan politik mengartikan bahwa bangsa merupakan komunitas politik yang dibayangkan (imagined political community) dalam wilayah yang jelas batasnya dan berdaulat.

Secara umum ada 2 model proses pembentukan bangsa-negara,yaitu :

1. Model ortodoks : Bermula dari adanya suatu bangsa terlebih dahulu untuk kemudian

bangsa itu membentuk satu Negara tersendiri. 2. Model Mutakhir : Berawal dari adanya Negara terlebih dahulu,yang terbentuk melalui

proses tersendiri,sedangkan penduduknya merupakan kumpulan sejumlah kelompok suku bangsa dan ras.

Kedua model ini berbeda dalam 4 hal,yakni :

Ada Tidaknya Perubahan Unsur dalam Pengelompokan Masyarakat

Model ortodoks tidak mengadung perubahan unsur karena karena satu bangsa

membentuk satu Negara.Sedangkan model mutakhir mengandung perubahan unsur dari banyak kelompok suku bangsa menjadi satu bangsa baru.

Page 8: Resume  memahami ilmu politik

Page | 8 Resume Buku Memahami Ilmu Politik oleh Ramlan Surbakti, 1992

Lamanya Waktu yang Diperlukan dalam Proses Pembentukan Bangsa-Negara

Model ortodoks memerlukan waktu yang singkat karena hanya membentuk

struktur kekuasaan saja. Sedangkan model mutakhir memerlukan waktu lebih lama karena harus mencapai kesepakatan tentang identitas kultural(nasionalitas) yang baru.

Kesadaran Politik

Pada model ortodoks,kesadaran politik muncul setelah terbentuknya bangsa-

negara. Sedangkan pada model mutakhir,kesadaran politik muncul mendahului dan menjadi kondisi awal terbentuknya bangsa-negara.

Derajat Pentingnya Partisipasi Politik dan Rezim Politik

Pada model ortodoks, Partisipasi Politik dan Rezim Politik dianggap sebagai hal

yang terpisah dari proses integrasi nasional. Sedangkan pada model mutakhir, Partisipasi Politik dan Rezim Politik merupakan hal-hal yang tak terpisahkan dari proses integrasi

nasional(pembentukan bangsa-negara).

Ketiga model ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya adalah sangat berguna dalam menggambarkan secara sederhana proses pembentukan negara yang sebetulnya rumit.Sedangkan kekurangannya adalah sudut pandang proses pembentukan

negara yang terfokus pada kemajemukan suku bangsa saja,tidak adanya faktor historis yang berkaitan dengan pengalaman penjajah,serta kenyataan yang menunjukkan bahwa terdapat

lebih dari 2 model (kenyataannya 3) proses pembentukan bangsa-negara.

3.3 FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK IDENTITAS BERSAMA

3.3.1 PRIMORDIAL

Yang merupakan faktor-faktor primordial adalah ikatan kekerabatan (darah dan keluarga) dan kesamaan suku bangsa,daerah,bahasa,dan adat-istiadat.Walaupun ikatan

kekerabatan dan kesamaan budaya tidak menjamin terbentuknya suatu bangsa,namun kemajemukan secara budaya mempersukar pembentukan satu nasionalitas baru(bangsa-negara) karena perbedaan ini akan melahirkan konflik nilai,separti yang terjadi pada Malaysia

(sebab: kemajemukan suku bangsa).

3.3.2 SAKRAL

Yang merupakan faktor-faktor sakral adalah kesamaan agama yang dipeluk oleh suatu masyarakat (ikatan ideology doktriner yang kuat dalam suatu masyarakat ).Kesamaan agama

atau ideologi tidak menjamin terbentuknya suatu bangsa-negara,seperti sepuluh negara Arab (untuk Islam) dan puluhan negara Amerika Latin (untuk Katholik).

3.3.3 TOKOH

Salah satu faktor yang menyatukan bangsa adalah kepeminpinan dari seorang tokoh

yang disegani dan dihormati.Contoh: Bung Karno dan Bung Hatta (Indonesia),Joseph Bros Tito (Yugoslavia)

Page 9: Resume  memahami ilmu politik

Page | 9 Resume Buku Memahami Ilmu Politik oleh Ramlan Surbakti, 1992

3.3.4 SEJARAH

Faktor pemersatu bangsa yang tak kalah penting adalah persepsi yang sama tentang asal-usul,pengalaman masa lalu,serta tekad dan tujuan yang sama antar kelompok

masyarakat.

3.3.5 BHINEKA TUNGGAL IKA

Suatu bangsa-negara akan terbentuk ketika memiliki prinsip bersatu dalam perbedaan (unity in diversity).Contoh : Swiss dengan berbagai agama,suku bangsa serta berbagai

daerah, juga Amerika Serikat.

3.3.6 PERKEMBANGAN EKONOMI

Perkembangan ekonomi akan menimbulkan solidaritas dan persatuan masyarakat.Contoh : Eropa Barat dan Amerika Utara.

3.3.7 KELEMBAGAAN

Lembaga-lembaga pemerintahan dan politik ,seperti birokrasi,angkatan bersenjata dan

partai politik berperan dalam menyatukan berbagai kepentingan yang ada di kalangan penduduk sehingga membentuk suatu kepentingan nasional.

3.4 IDEOLOGI NASIONAL

Dua fungsi ideologi dalam masyarakat adalah menjadi tujuan dan cita-cita yang

hendak dicapai bersama,serta sebagai alat pemersatu masyarakat.Ideologi nasional menjadi konsensus berbagai kelompok dan golongan kepentingan atau merupakan hasil konsensus

berbagai subideologi.Maka dari itu masyarakat majemuk (yang terdapat berbagai bangsa,ras,suku dan agama) menjadikan nilai-nilai kemanusiaan,keadilan sosial,demokrasi,nasionalisme,kekeluargaan,ketakwaan terhadap Tuhan sebagai sebuah

ideologi karena sifat nilai tersebut dapat menyatukan berbagai kelompok masyarakat,serta memberi arah dan panduan dalam bertingkah laku.Ideologi bangsa Indonesia adalah

Pancasila.

3.5 NEGARA SISTEM DOMINASI DAN KONSENSUS

Negara merupakan hubungan sosial yang bersifat dominatif,memiliki kewenangan yang sah untuk mempertahankan sistem dominasi sosial.Negara mewakili kepentingan komponen masyarakat yang dominan.

Peran negara sebagai pengelola kosensus adalah lembaga-lembaga negara harus tampil sebagai pengemban kepentingan dan akan diakui oleh masyarakat ketika negara mempunyai ‘mediasi’ (sambungan komunikasi) dengan masyarakat,yaitu bangsa,hak-hak

politik warga negara dan kelompok populis.Hak-hak politik warga negara ialah peranan abstrak yang berwujud dalam tiga hak,yaitu : hak memilih dalam pemilu,hak menyatakan

pendapat dan berasosiasi,dan hak untuk mendapatkan perlindungan hukum dari lembaga-lembaga yang menyimpang dari kewenangannya.Sedangkan kelompok polulis merupakan pejuang keadilan bagi lapisan masyarakat yang tertindas dan tidak berdaya.Institusi-insitusi

negara akan mendapatkan pengakuan sebagai pengemban konsensus mengenai kepentingan

Page 10: Resume  memahami ilmu politik

Page | 10 Resume Buku Memahami Ilmu Politik oleh Ramlan Surbakti, 1992

umum apabila lembaga tersebut mengidentifikasikan diri dengan bangsa,mengakui dan menjamin hak-hak politik warga negara,dan tanggap terhadap tuntutan populis.

3.6 INTEGRASI POLITIK

Menurut Weiner, yang dimaksud dengan integrasi politik adalah penyatuan masyarakat dengan sistem politik.

4 unsur utama pembentuk negara adalah :

a.Wilayah, b.Penduduk, c.Pemerintah,

d. Kedaulatan

Integrasi politik dibagi menjadi 5 jenis,yaitu:

3.6.1 Integrasi Bangsa

Merupakan proses penyatuan berbagai kelompok sosial budaya dalam satu-kesatuan wilayah dan dalam suatu identitas nasional.Weiner mengungkapkan bahwa secara garis besar,ada 2 pola kebijakan yang ditempuh oleh pemerintah untuk mencapai integrasi

bangsa,yaitu : penghapusan sifat kultural utama dari kelompok minoritas dan mengembangkan semacam ‘kebudayaan nasional’ , serta pembentukan kesetiaan nasional

tanpa menghapuskan kebudayaan kelompok kecil.Dan kebijakan ini disebut sebagai kebijakan kesatuan dalam perbedaan.Indonesia dapat secara umum menempuh pola kebijakan kedua untuk menangani masalah integrasi bangsa. Integrasi bangsa berkaitan erat dengan

pembinaan bangsa (nation building).

3.6.2 Integrasi wilayah

Adalah pembentukan kewenangan nasional pusat terhadap wilayah atau daerah politik yang lebih kecil,yang terdiri atas satu atau lebih kelompok budaya.Untuk integrasi wilayah

sekurang-kurangnya diperlukan dua hal,yaitu : yang pertama; konsep wilayah yang jelas,kedua; aparat pemerintah dan sarana kekuasaan untuk menjaga dan mempertahankan

kedaulatan wilayah itu dari penetrasi luar.Integrasi wilayah berkaitan erat dengan pembinaaan negara (state building).

3.6.3 Integrasi Nilai

Merupakan persetujuan bersama mengenai tujuan-tujuan dan prinsip dasar politik dan prosedur-prosedur penyelesaian konflik dan permasalahan bersama lainnya.Bisa dikatakan

integrasi ini adalah penciptaan suatu nilai (ideologi) yang dipandang ideal dan baik serta dirumuskan dalam konstitusi(rezim politik) bangsa tersebut yang termasuk didalamnya

proses pemasyarakatan sistem nilai kepada seluruh WNI.

3.6.4 Integrasi Elit dan Khalayak

Yaitu upaya untuk menghubungkan antara golongan elit yang memerintah dan khalayak atau rakyat yang diperintah.Pola ini bersifat dua arah,yakni : kewenangan

pemerintah harus ditaati oleh rakyat,tapi bentuk-bentuk dan cara-cara pelaksanaan kewenangan harus mendapat persetujuan rakyat yang diperintah.

Page 11: Resume  memahami ilmu politik

Page | 11 Resume Buku Memahami Ilmu Politik oleh Ramlan Surbakti, 1992

3.6.5 Perilaku Integratif

Yaitu kesediaan warga masyarakat untuk bekerja sama dalam suatu organisasi besar dan berperilaku sesuai dengan cara yang dapat membantu mencapai tujuan organisasi.Yang

diperukan berupa kesediann menerima dan melaksanakan secara ikhlas hasil kesepakatan,walaupun mungkin tidak sependapat dengan kesepakatan bersama

tersebut.Kemampuan suatu bangsa-negara mengejar dan mencapai berbagai tujuan bersama,dan kemampuan menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan dan tantangan yang timbul sangat bergantung pada derajat perilaku integratif bangsa tersebut.

BAB 4

KEKUASAAN POLITIK

4.1 PENGANTAR

Kekuasaan merupakan kemampuan mempengaruhi pihak lain untuk berpikir dan

berperilaku sesuai dengan kehendak yang mempengaruhi. kekuasaan dilihat sebagai interaksi antara pihak yang mempengaruhi dengan pihak yang dipengaruhi, atau yang satu

mempengaruhi sementara yang lain mematuhi. kekuasaan politik kekuasaan dipandang sebagai gejala yang selalu muncul dalam proses politik.

konsep-konsep yang terkait erat dengan kekuasaan:

1. pengaruh / influence, yakni kemampuan untuk mempengaruhi orang lain agar mengubah sikap dan perilakunya secara sukarela.

2. persuasi / persuasion, yakni kemampuan meyakinkan orang lain dengan argumentasi untuk melakukan sesuatu

3. manipulasi, yakni kemampuan meyakinkan orang lain untuk melakukan sesuatu tanpa disadari oleh orang yang diyakinkan 4. coercion, peragaan kekuasaan atau ancaman, paksaan yang dilakukan oleh seseorang atau

kelompok pemilik kekuasaan terhadap pihak yang ingin dipengaruhi. 5. force, yakni penggunaan tekanan fisik , seperti pembatasan kebebasan, menimbulkan rasa

sakit, atau membatasi pemenuhan kebutuhan biologi pihak yang ingin dipengaruhi, agar mau melakukan hal yang diinginkan pemilik kekuasaan

kekuasaan merupakan konsep yang berkaitan dengan perilaku, yang berarti ada hubungan timbal balik, dimana suatu pihak dikatakan memiliki kekuasaan hanya apabila ada pihak lain

yang dipengaruhinya untuk melakukan hal yang dikehendaki pemilik kekuasaan, dan hal tersebut bisa jadi bukan hal yang dikehendaki pihak yang dipengaruhi.

dari hal tersebut disimpulkan, bahwa dalam setiap hubungan kekuasaan harus ada unsur: 1. ada tindakan yang dilaksanakan oleh pihak yang mempengaruhi dan yang dipengaruhi

2. ada kontak komunikasi antara kedua pihak (yang mempengaruhi dan yang dipengaruhi), baik langsung maupun tidak langsung.

secara umum kekuasaan dapat diartikan sebagai kemampuan menggunakan sumber - sumber pengaruh yang dimiliki untuk mempengaruhi perilaku pihak lain agar perilaku tersebut

Page 12: Resume  memahami ilmu politik

Page | 12 Resume Buku Memahami Ilmu Politik oleh Ramlan Surbakti, 1992

sejalan dengan keinginan pihak yang mempengaruhi. secara sempit, kekuasaan politik diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan sumber - sumber pengaruh untuk

mempengaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik hingga keputusan itu menguntungkan dirinya, kelompoknya dan masyarakat pada umumnya.

di dalam hubungan kekuasaan,terdapat tiga unsur yang selalu terkandung di dalamnya, antara lain :

1. tujuan 2. cara penggunaan sumber - sumber pengaruh

3. hasil penggunaan sumber - sumber pengaruh ciri - ciri hubungan kekuasaan:

1. kekuasaan merupakan hubungan antarmanusia 2. pemegang kekuasaan mempengaruhi pihak lain

3. pemegang kekuasaan bisa seorang individu, kelompok, organisasi, maupun pemerintah (dalam hubungan antar negara) 4. sasaran kekuasaan (pihak yang dipengaruhi) dapat berupa individu, kelompok, organisasi

maupun pemerintah (negara) 5. suatu pihak yang memiliki sumber kekuasaan belum tentu mempunyai kekuasaan karena

tergantung pada kemampuannya menggunakan sumber - sumber kekuasaan tersebut secara efektif. 6. penggunaan sumber - sumber kekuasaan mungkin melibatkan paksaan, konsensus, atau

kombinasi keduanya 7. kekuasaan tergantung pada perspektif moral yang digunakan, yakni tujuan yang hendak dicapai itu baik atau buruk

8. hasil penggunaan sumber - sumber pengaruh itu dapat menguntungkan seluruh masyarakat atau hanya sekelompok kecil masyarakat saja yang diuntungkannya

9. umumnya kekuasaan politik memiliki makna bahwa sumber - sumber itu digunakan dan dilaksanakan untuk masyarakat umum, sedangkan kekuasaan yang bersifat pribadi cenderung digunakan untuk kepentingan sebagian kecil masyarakat.

10. kekuasaan yang beraspek politik merupakan penggunaan sumber - sumber pengaruh untuk mempengaruhi proses politik

4.2 DIMENSI -DIMENSI KEKUASAAN

4.2.1 Potensial Dan Aktual dikatakan memiliki kekuasaan yang potensial, apabila satu pihak yang memiliki sumber -

sumber kekuasaan, seperti kekayaan, tanah, senjata, pengetahuan dan informasi, popularitas, status sosial yang tinggi, massa yang terorganisasi dan jabatan, namun masih sebatas memiliki dan belum mempergunakannya secara efektif untuk mencapai tujuan yang

diingikannya. Dikatakan memiliki kekuasaan yang aktual, apabila seseorang telah menggunakan sumber - sumber kekuasaan yang dimilikinya ke dalam kegiatan politik secara

efektif (tujuannya tercapai). 4.2.2 Konsensus Dan Paksaan,

kekuasaan konsensus merupakan kekuasaan yang digunakan elit politik untuk mencapai tujuan masyarakat secara keseluruhan, tanpa melakukan tindakan pemaksaan, dan ada

persetujuan secara sadar dari pihak yang dipengaruhi untuk mengikuti dan melaksanakan hal yang dikehendaki pemilik kekuasaan. kekuasaan ini cenderung bertahan lebih lama, walaupun memerlukan upaya keras dan waktu yang lama.

Page 13: Resume  memahami ilmu politik

Page | 13 Resume Buku Memahami Ilmu Politik oleh Ramlan Surbakti, 1992

sebaliknya kekuasaan paksaan, dilakukan dengan memberikan ancaman, sehingga persetujuan dari pihak yang dipengaruhi hanya karena ketakutan. ketika ancaman tidak lagi

dipergunakan untuk menimbulkan ketaatan, muncul tindakan pembangkangan terhadap kekuasaan.

4.2.3 Positif Dan Negatif hal ini dilihat dari tujuan yang ingin dicapai melalui suatu alat kekuasaan,

disebut kekuasaan positif, apabila sumber - sumber kekuasaan digunakan untuk mencapai tujuan yang dipandang penting dan diharuskan

sedangkan kekuasaan disebut negatif, apabila sumber - sumber kekuasaan dipergunakan untuk mencapai tujuan yang kurang dianggap perlu, namun juga merugikan pihak yang memiliki kekuasaan.

4.2.4 Jabatan Dan Pribadi

di dalam masyarakat yang sudah maju, kekuasaan dipandang tertanam di dalam jabatan - jabatan, yang didukung oleh kualitas pribadi yang memegang jabatan tersebut.

4.2.5 Implisit Dan Eksplisit kekuasaan implisit merupakan pengaruh yang tidak dapat dilihat tapi dapat dirasakan,

sedangkan kekuasaan eksplisit merupakan pengaruh yang jelas terlihat dan juga dirasakan. misalnya kekuasaan senat di as, tidak terlihat, tapi ikut mempengaruhi bahkan menentukan penentuan keputusan - keputusan penting seperti disetujui tidaknya pengangkatan calon

hakim agung yang ditunjuk oleh presiden amerika, dsb.

4.2.6 Langsung Dan Tidak Langsung kekuasaan langsung adalah penggunaan sumber - sumber untuk mempengaruhi pembuat dan pelaksana keputusan politik dengan melakukan hubungan secara langsung, tanpa melalui

perantara. kekuasaan tidak langsung adalah penggunaan sumber - sumber untuk mempengaruhi

pembuat dan pelaksana keputusan politik melalui perantaraan pihak lain yang diperkirakan mempunyai pengaruh yang lebih besar terhadap pembuat dan pelaksana keputusan politik.

4.3 PELAKSANAAN KEKUASAAN POLITIK

Bagaimana kekuasaan dilaksanakan, bagaimana kekuasaan didistribusikan, dan mengapa

seseorang atau kelompok tertentu memiliki kekuasaan yang lebih besar daripada orang atau kelompok lain dalam situasi dan kondisi tertentu? Terdapat empat faktor yang perlu dikaji.

4.3.1 Bentuk dan jumlah sumber Kategori sumber kekuasaan ialah sarana paksaan fisik, kekayaan dan harta benda

(ekonomi), normatif, jabatan, keahlian, informasi, status sosial, popularitas pribadi, dan massa yang terorganisasi.

4.3.2 Distribusi sumber dalam masyarakat Sejumlah kelompok masyarakat memandang sumber kekuasaan normatif sebagai

lebih penting daripada kekayaan dan jabatan sehingga sumber kekuasaan normatif akan memiliki pengaruh yang lebih besar daripada kekayaan dan jabatan.

4.3.3 Penggunaan sumber-sumber Ada tiga pilihan bagi setiap orang dalam menggunakan sumber kekayaannya.

Pertama, menggunakan sumber itu dalam kegiatan nonpolitik. Kedua,

Page 14: Resume  memahami ilmu politik

Page | 14 Resume Buku Memahami Ilmu Politik oleh Ramlan Surbakti, 1992

menginvestasikan sumber itu ke bank dan dunia usaha. Ketiga, menggunakan sumber itu untuk mempengaruhi proses politik.

4.3.4 Hasil penggunaan sumber-sumber, berupa ;

4.3.4.1 Jumlah individu yang yang dapat dikendalikan, yakni jumlah anggota masyarakat yang menyesuaikan diri dengan kehendak pemegang kekuasaan.

4.3.4.2 Bidang-bidang kehidupan yang dikendalikan Ialah sektor-sektor kehidupan atau urusan-urusan yang ditangani dan

dikendalikan pemegang kekuasaan (pemerintah pusat). 4.3.4.3 Kedalaman pengaruh kekuasaan

Pengaruh pemegang kekuasaan pada sistem politik demokrasi tidak sampai

mengubah perilaku dalam dan luar individu. walaupun demikian, pemegang kekuasaan pada sistem ini menciptakan suasana yang

memungkinkan individu berperilaku dalam dan luar yang demokratis.

4.4 DISTRIBUSI KEKUASAAN

Menurut Andrain, ilmuwan politik biasanya menggambarkan distribusi kekuasaan dalam bentuk tiga model, yakni :

4.4.1 Model elit yang memerintah

Terdapat dua kelas yang menonjol. Pertama, kelas yang memerintah, yang terdiri dari sedikit orang, melaksanakan fungsi politik, monopoli kekuasaan, dan menikmati keuntungan-keuntungan yang dihasilakn kekuasaan. Kedua, kelas yang diperintah,

yang berjumlah lenih banyak, diarahkan dan dikendalikan oleh penguasa dengan cara-cara yang kurang lebih berdasarkan hukum, semaunya dan paksaan.

4.4.2 Model pluralis

Kekuasaan dalam masyarakat akan terdistribusikan secara relatif merata diantara berbagai organisasi dan kelompok kepentingan.

4.4.3 Model kerakyatan atau populis

Asumsi yang mendasari model kerakyatan ialah demokrasi. Dimana partisipasi

individu warga negara dalam proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik yang jelas akan memengaruhi sendi-sendi kehidupan individual dan sosial dalam masyarakat.

4.5 KEKUASAAN MENURUT BUDAYA JAWA

Menurut budaya jawa, kekuasaan diperoleh dengan cara bertapa dan praktek yoga,

seperti berpuasa, berjalan tanpa tidur, meditasi, dan tak melakukan hubungan kelamin dalam jangka waktu tertentu. Cara lain yang digunakan untuk mempertahankan kekuasaan dengan ungkapan seperti berikut: “Siapa yang kekuasaan tidak akan mendapatkannya, sedangkan

yang tidak mencarinya justru akan mendapatkan kekuasaan”.

Page 15: Resume  memahami ilmu politik

Page | 15 Resume Buku Memahami Ilmu Politik oleh Ramlan Surbakti, 1992

BAB 5

KEWENANGAN DAN LEGITIMASI

5.1 PENGANTAR

Kewenangan merupakan kekuasaan yang memiliki keabsahan (legitimate power),

sedangkan kekuasaan tidak selalu memiliki keabsahan. Apabila kekuasaan politik dirumuskan sebagai kemampuan menggunakan sumber-sumber untuk memengaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik maka kewenangan merupakan hak moral untuk

membuat dan melaksanakan keputusan politik. Orang yang memiliki kewenangan politik berarti memiliki hak moral.

5.2 SUMBER KEWENANGAN

Setiap orang mempunyai hak untuk memerintah. Sumber kewenangan untuk memerintah diuraikan sebagai berikut; pertama, hak memerintah berasal dari tradisi. Kedua, hak memerintah berasal dari Tuhan, Dewa atau Wahyu. Ketiga, hak memerintah berasal dari

kualitas pribadi sang pemimpin. Keempat, hak memerintah masyarakat berasal dari peraturan perundang-undnagan yang mengatur prosedur dan syarat-syarat menjadi pemimpin

pemerintahan. Kelima, hak memerintah berasal dari sumber yang bersifat instrumental seperti keahlian dan kekayaan.

5.3 PERALIHAN KEWENANGAN

Jabatan bersifat tidak tetap, hal ini disebabkan umur manusia, kearifan dan kemampuan yang terbatas. Menurut Paul Conn secara umum terdapat tiga cara peralihan kewenangan, yakni secara turun temurun, pemilihan, dan paksaan.

5.4 SIKAP TERHADAP KEWENANGAN

Pada umumnya sikap atas kewenangan dikelompokkan dalam sikap menerima, mempertanyakan, (skeptis), dan kombinasi keduanya,

5.5 LEGITIMASI

Legitimasi merupakan penerimaan dan pengakuan masyarakat terhadap hak moral pemimpin untuk memerintah, membuat, dan melaksanakan keputusan politik. legitimasi juga merupakan hubungan antara pemimpin dan yang dipimpin.

5.6 OBJEK LEGITIMASI

Sistem politik dapat lestari apabila didalamnya terdapat dukungan, seperti penerimaan dan pengakuan dari masyarakat. Yang menjadi objek legitimasi bukan hanya pemerintah,

tetapi juga unsur-unsur lain dalam sistem politik

5.7 KADAR LEGITIMASI

Dikelompokkan menjadi empat tipe kadar legitimasi, yaitu;

1. Kewenangan disebut sebagai pralegitimasi apabila pihak yang memerintah sangat yakin memiliki hak moral untuk memerintah masyarakatnya.

2. Kewenangan yang Tak berlegitimasi ialah hubungan kewenangan tatkala pihak yang diperintah tidak mengakui hak moral penguasanya dalam memerintah.

Page 16: Resume  memahami ilmu politik

Page | 16 Resume Buku Memahami Ilmu Politik oleh Ramlan Surbakti, 1992

3. kewenangan yang Berlegitimasi ialah yang diperintah mengakui dan mendukung hak moral penguasa untuk memerintah.

4. Kewenangan Pascalegitimasi ialah dasar legitimasi yang lama dianggap tidak sesuai lagi dengan aspirasi masyarakat dan telah muncul dasar legitimasi baru.

5.8 CARA MENDAPATKAN LEGITIMASI

Cara-cara yang digunakan untuk mendapatkan legitimasi dapat dikelompokkan menjadi tiga;

1. Simbolis; memanipulasi kecenderungan-kecenderungan moral dalam bentuk simbol-

simbol. 2. Materiil; dengan cara menjanjikan dan memberikan kesejahteraan materiil kepada

masyarakat. 3. Prosedural; dengan cara menyelenggarakan pemilihan umum untuk menentukan para

wakil rakyat dan pejabat publik penting.

5.9 TIPE-TIPE LEGITIMASI

Berdasarkan prinsip pengakuan dan dukungan masyarakat terhadap pemerintah maka legitimasi dibagi menjadi lima tipe, yaitu;

1. Legitimasi tradisional, dimana pengakuan dan dukungan kepada pemimpin pemerintahan karena pemimpin tersebut merupakan keturunan pemimpin “berdarah

biru” yang dipercaya harus memimpin masyarakat. 2. Legitimasi ideologi, pemimpin tersebut dianggap sebagai penafsir dan pelaksana

ideologi. 3. Legitimasi kualitas pribadi, pemimpin memiliki kualitas pribadi berupa kharisma

maupun penampilan pribadi prestasi cemerlang dalam bidang seni budaya tertentu.

4. Legitimasi prosedural, pemimpin tersebut mendapatkan kewenangan menurut prosedur yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.

5. Legitimasi instrumental, pemimpin tersebut menjanjikan atau menjamin kesejahteraan materiil (instrumental) kepada masyarakat.

5.10 LEGITIMASI ITU PENTING

Pertama, legitimasi akan mendatangkan kestabilan politik dan kemungkinan-

kemungkinan untuk perubahan sosial. Kedua, legitimasi akan membuka kesempatan yang semakin luas bagi pemerintah untuk tidak hanya memperluas bidang-bidang kesejahteraan

yang hendak ditangani, tetapi juga untuk meningkatkan kualitas kesejahteraan.

5.11 KRISIS LEGITIMASI

Biasa terjadi pada masa transisi. Empat sebab krisis legitimasi yaitu prinsip kewenangan beralih pada kewenangan yang lain, persaingan yang sangat tajam dan tak sehat,

pemerintah tak mampu memenuhi janjinya sehingga menyebabkan kekecewaan masyarakat, dan sosialisasi tentang kewenangan mengalami perubahan.

Page 17: Resume  memahami ilmu politik

Page | 17 Resume Buku Memahami Ilmu Politik oleh Ramlan Surbakti, 1992

BAB 6

SISTEM PERWAKILAN KEPENTINGAN

6.1 PENGANTAR

Dari pihak negara (pemerintah) muncul kesadaran akan pentingnya berbagai asosiasi

yang mewakili kepentingan yang berbeda sebagai “penghubung” antara masyarakat dan pemerintah. Kesadaran itu timbul karena berbagai fakto. Secara umum, sistem perwakilan kepentingan dibagi menjadi dua, yaitu pluralisme dan korporatisme.

6.1.1 PLURALISME

Karakteristik dari Sistem ini beranggapan keputusan politik yang penting lebih dapat dipengaruhi secara efektif melalui kelompok yang terorganisir secara baik.

6.1.2 KORPORATISME

Merupakan upaya ganda sebagai sarana menguasai dan memobilisasi masyarakat untuk melaksanakan program pemerintah, sebagai saluran aspirasi berbagai kepentingan

masyarakat yang bersifat terbatas.

6.2 KELOMPOK KEPENTINGAN

Interest group atau kelompok kepentingan ialah sejumlah orang yang memiliki kesamaan sifat, sikap, kepercayaan dan/atau tujuan, yang sepakat mengorganisirkan diri untuk

mencapai tujuan. Menurut jenis kegiatan, dikenal berbagai macam kepentingan, seperti profesi, okupasi, keagamaan, kegemaran, lingkungan hidup, kepemudaan, dan kewanitaan.

Berdasarkan lingkungan kepentingan yang diartikulasikan, dikenal adanya kelompok yang memperjuangkan kepentingan yang terbatas, seperti petani, guru, dan pegawai negeri, dan kelompok kepentingan yang memperjuangkan kepentingan yang berlingkup luas seperti

lembaga bantuan hukum dan lembaga konsumen.

BAB 7

PARTAI POLITIK

7.1 ASAL, CIRI dan ARTI

Ada tiga teori yang mencoba menjelaskan asal-usul partai politik. Pertama; teori partai politik dibentuk oleh kalangan legislatif(dan eksekutif). Kedua; teori yang menjelaskan krisis situasi hostoris manakala suatu sistem politik mengalami transisi karena perubahan

masyarakat dari tradisional ke modern atau dari struktur sederhana menjadi lebih kompleks. Ketiga; teori yang melihat modernisasi sosial ekonomi.

Ciri-ciri partai politik menurut para ilmuwan ialah

berakar dalam mayarakat lokal,

melakukan kegiatan secara terus-menerus,

berusaha memperoleh dan memepertahankan kekuasaan dalam pemerintah, dan

ikut serta dalam pemilihan umum.

Page 18: Resume  memahami ilmu politik

Page | 18 Resume Buku Memahami Ilmu Politik oleh Ramlan Surbakti, 1992

Sedangkan Carl Friedrich memberi batasan arti bahwa partai politik sebagai kelompok manusia yang terorganisasikan secara stabil dengan tujuan untuk merebut atau

mempertahankan kekuasaan dalam pemerintahan bagi pemimpin partainya.

7.2 FUNGSI PARTAI POLITIK

Fungsi utama oartai politik ialah mencari dan mempertahankan kekuasaan guna mewujudkan

program-program yang disusun berdasarkan ideologi tertentu.

Berikut dikemukakan sejumlah fungsi lain partai politik, yakni:

7.2.1 SOSIALISASI POLITIK

Pembentukan sikap dan orientasi politik para anggota masyarakat melalui proses sosialisasi dan memperkenalkan nilai-nilai, simbol. Norma yang berlangsung seumur hidup dan

diperoleh secara sengaja melalui pendidikan formal maupun nonformal. Sistem politik demokrasi dapat melaksanakan fungsi pendidikan politik.

7.2.2 REKRUTMEN POLITIK

Sistem Seleksi dan pemilihan pengangkatan seseorang untuk melaksanakan peran dalam sistem politik ini berfungsi untuk mencari dan memepertahankan kekuasaan.

7.2.3 PARTISIPASI POLITIK

Kegiatan partisipatif ini berfungsi untuk membuka kesempatan, mendorong, dan mengajak

para anggota masyarakat lain untuk menggunakan partai politik sebagai saluran kegiatan memengaruhi proses politik.

7.2.4 PEMADU KEPENTINGAN

Fungsi pemaduan kepentingan ialah untuk menampung, menganalisis, dan memadukan berbagai kepentingan yang berbeda kemudian di perjuangkan dalam proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik.

7.2.5 KOMUNIKASI POLITIK

Proses penyampaian informasi mengenai politik yang berfungsi sebagai komunikator politik yang menyampaikan segala keputusan dan penjelasan pemerintah kepada masyarakat juga

menyampaikan aspirasi dan kepentingan berbagai kelompok masyarakat kepada pemerintah.

7.2.6 PENGENDALIAN KONFLIK

Partai politik sebagai salah satu lembaga demokrasi berfungsi untuk mengendalikan konflik

melalui cara berdialog dengan pihak-pihak yang berkonflik, menampung dan memadukan berbagai aspirasi dan kepentingan dari pihak-pihak yang berkonflikkedalam musyawarah.

7.2.7 KONTROL POLITIK

Merupakan salah satu mekanisme politik dalam sistem demokrasi untuk memperbaiki dan

memperbarui dirinya secara terus menerus.

Page 19: Resume  memahami ilmu politik

Page | 19 Resume Buku Memahami Ilmu Politik oleh Ramlan Surbakti, 1992

7.3 TIPOLOGI PARTAI POLITIK

Pengklasifikasian berbagai partai politik berdasarkan kriteria tertentu, seperti asa dan orientasi, komposisi dan fungsi anggota, basis sosial dan tujuan. Yang ditujuakn untuk

memudahkan pemahaman. Berikut sejumlah tipologi menurut kriteria di atas;

7.3.1 ASAS DAN ORIENTASI

Terbagi menjadi tiga tipe:

1. Partai politik pragmatis, ialah suatu partai yang mempunyai program dan kegiatan yang tak terikat pada suatu doktrin atau ideologi tertentu

2. Partai doktriner, suatu partai politik yang memiliki sejumlah program dan kegiatan kongkret sebgai penjabaran ideologi.

3. Partai kepentingan, meruapakan suatu partai politik yang dibentuk dan dikelola atas

dasar kepentingan tertentu.

7.3.2 KOMPOSISI DAN FUNGSI ANGGOTA

Menurut komposisi dan fungsi anggotanya, partai politik dapat digolongkan menjadi dua;

yaitu pertama, partai politik massa atau lindungan ( patronage ) yang mengandalkan kekuatan dengan jumlah anggota dan cara memobilisasi massa sebnayak banyaknya. Kedua, partai kader yang mengadalkan kualitas anggota, keketatan organisasi, dan disiplin anggota sebgai

sumber kekuatan utama.

7.3.3 BASIS SOSIAL DAN TUJUAN

Almond menggolongkan partai politik berdasarkan basis sosialnya dibagi menjadi empat tipe

yaitu:

1. Partai politik yang beranggotakan lapisan-lapisan sosial dalam masyarakat ( kelas

atas, menengah dan bawah ) 2. Artai pilitik yang anggotanya berasal dari kalangan kelompok kepentingan tertentu (

petani, buruh dan pengusaha ) 3. Partai politik yang anggotanya berasal dari pemeluk agama tertentu 4. Partai politik yang anggotanya berasal dari kelompok budaya tertentu.

Berdasarkan tujuan dibagi menjadi tiga, yaitu:

1. Partai perwakilan kelompok, partai yang menghimpun berbagai kelompk masyarakat untuk memenangkan sebanyak mungkin kursi dalam parlemen.

2. Partai pembinaan bangsa, yang bertujuan menciptakan persatuan nasional dan biasanya menindas kepentingan-kepentingan sempit.

3. Partai mobilisasi, yang berupaya memobilisasi masyarakat kearah pencapaian tujuan-

tujuan yang ditetapkan oleh pemimpin partai.

7.4 SISTEM KEPARTAIAN

Pola perilaku dan interaksi diantara sejumlah partai politik dalam suatu sistem politik.

Maurice Duverger menggolongkan sistem kepartaian menjadi tiga, yaitu; sistem partai Tunggal, sistem Dwipartai dan sistem banyak partai.

Page 20: Resume  memahami ilmu politik

Page | 20 Resume Buku Memahami Ilmu Politik oleh Ramlan Surbakti, 1992

7.4.1 JUMLAH PARTAI

1. Bentuk partai tunggal terdiri dari tiga bentuk; a. totaliter

b. otoriter 2. Dominan 3. sistem dua partai (Dwipartai

4. sistem banyak partai

7.4.2 JARAK IDEOLOGI

Giovanni Sartori mengklasifikasikan sistem kepartaian menjadi tiga, yaitu

Pluralisme sederhana,

pluralisme moderat, dan

pluralisme ekstrim

yang memiliki jumlah kutub (polar), jarak antara kutub-kutub (polaritas) dan arah perilaku politiknya

SISTEM KEPARTAIAN MENURUT SARTORI

Sistem Partai Kutub Polaritas Arah

Pluralisme sederhana bipolar Tidak ada sentripetal

Pluralisme moderat bipolar kecil sentripetal

Pluralisme ekstrim multipolar besar sentrifugal

Bipolar ialah kegiatan aktual suatu sistem partai yang bertumpu pada dua kutub. Multipolar

sistem partai yang bertumpu pada lebih dari dua kutub. Arah perilaku politik setiap partai yang menuju ke pusat atau ke integrasi nasional (sentripetal). Dan menjauhi pusat atau

kehendak mengembangkan sistem tersendiri(sentrifugal).

BAB 8

PERILAKU DAN PARTISIPASI POLITIK

8.1 PENGANTAR

Perilaku politik dirumuskan sebagai kegiatan yang berkenaan dengan proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik oleh lembaga-lembaga politik dan pemerintah.

8.2 MODEL PERILAKU POLITIK

Faktor yang memengaruhi perilaku politik seorang aktor politik :

1. lingkungan sosial politik tak langsung, seperti sistem politik, sistem ekonomi, sistem

budaya, dan media massa. 2. Lingkungan sosial politik langsung yang memengaruhi dan membentuk kepribadian

aktor.

3. Struktur kepribadian yang tercermin dalam sikap individu. 4. Lingkungan sosial politik langsung berupa situasi.

Page 21: Resume  memahami ilmu politik

Page | 21 Resume Buku Memahami Ilmu Politik oleh Ramlan Surbakti, 1992

8.3 PEMIMPIN POLITIK

Kepemimpinan merupakan suatu hubungan antara pihak yang memiliki pengaruh dan orang yang dipengaruhi. Menekankan pada kemampuan menggunakan persuasi untuk memengaruhi

pengikut.

RUMUS KEBUTUHAN MEMIMPIN MENURUT LASSWELL

p = motif-motif pribadi dari individu

d = pemindahan motif-motif pribadi dari objek keluarga ke objek politik.

r = rasionalisasi atas peralihan kebencian kepada objek-objek politik.

P = orang politik

Tanda } = adanya transformasi menjadi hal lain.

Dalam hal ini, motif mencari kekuasaan. Kekuasaan mungkin dicari untuk satu atau lebih tujuan-tujuan berikut:

Untuk mendominasi dan/atau mengurangi hak orang lain

Agar tidak didominasi atau dicampurtangani oleh elit-elit politik lain

Menghasilkan prestasi-prestasi politik

Ada enam perilaku indikator kepribadian dan pencari kekuasaan demi kompensasi

1. Ketidaksediaan mengizinkan orang lain mengambil bagian dalam bidang kekuasaannya

2. Ketidaksediaan menerima nasehat mengenai fungsi yang seharusnya dalam bidang kekuasaannya

3. Ketidaksediaan mendelegasikan kewejiban kepada pihak lain

4. Ketidaksetiaan berkonsultasi dengan orang lain 5. Ketidaksediaan memberikan onformasi kepada orang lain mengenai peranan dalam

bidang kekuasaannya 6. Keinginan untuk membentuk dan mengenakan sistem yang tertata kepada orang lain

dalam arena politik.

Kategori kepemimpinan dapat dilakukan atas tiga kriteria

1. Proses kepemimpinan dan karakter pemimpin 2. Hasil kepemimpinan

3. Sumber kekuasaan

Berdasarkan sumber kekuasaan, kepemimpinan dibagi menjadi tiga

1. Kepemimpinan rasional; bersumberkan kewenangan legal dari pola-pola peraturan

normatif. 2. Kepemimpinan tradisional; bersumber kewenangan tradisional beranjak dari

kepercayaan

p } d } r = P !

Page 22: Resume  memahami ilmu politik

Page | 22 Resume Buku Memahami Ilmu Politik oleh Ramlan Surbakti, 1992

3. Kepemimpinan kharismatik; kekaguman masyarakat terhadap pemimpin yang memiliki kelebihan.

Nicollo Machiavelli membagi dua kepemimpinan berdasarkan motif dan keterampilan

pemimpin dalam menggunakan kekuasaanya, yaitu;

1. Pemimpin tipe Rubah (foxes); cerdik dan terampil menolak penggunaan paksaan dan

mengandalkan manipulasi tawar-menawar dalam mencapai tujuan 2. Pemimpin tipe singa (lions); memiliki kekuatan dan integritas yang bersedia

menggunakan paksaan dalam mengerjakan tujuan.

Menurut Burns, tipe kepemimpinan secara jelas menggambarkan hubungan, antara lain;

1. Kepemimpinan transaksional; terjadi manakala seorang pemimpin mengambil prakarsa dalam melakukan hubungan untuk melakukan pertukaran yang dianggap

penting. 2. Kepemimpinan transformatif; manakala seseorang terlibat dengan orang lain sehingga

mengangkat pemimpin ke tingkat yang lebih tinggi.

8.4 PARTISIPASI POLITIK

Keikutsertaan warga negara biasa dalam menentukan segala keputusan yang menyangkut atau memengaruhi hidupnya.

Rambu-rambu partisipasi politik

Partisipasi politik dimaksudkan berupa kegiatan individu biasa yang dapat diamati

Diarahkan untuk memengaruhi pemerintah

Kegiatan yang berhasil maupun gagal memengaruhi pemerintah termasuk dalam konsep partisipasi politik.

Kegiatan memengaruhi pemerintah dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung.

Kegiatan memengaruhi pemerintah dapat dilakukan melalui prosedur yang konvensional.

8.5 TIPOLOGI PARTISIPASI POLITIK

Tipologi dimaksudkan memudahkan analisis terhadap bentuk-bentuk partisipasi politik.

Partisipasi sebagai kegiatan dibagi menjadi;

1. Partisipasi aktif; contoh: mengajukan usul mengenai kebijakan umum

2. Partisipasi pasif; contoh: kegiatan menaati, menerima dan melaksanakan saja setiap keputusan pemerintah.

Sementara itu, Milbrath dan Goel membedakan partisipasi menjadi beberapa kategori;

1. Partisipasi politik apatis. Artinya, orang yang tidak berpartisispasi dan menarik diri dari proses politik.

2. Politik spektator. Artinya, orang yang setidak-tidaknya pernah ikut memilih dalam pemilihan umum.

Page 23: Resume  memahami ilmu politik

Page | 23 Resume Buku Memahami Ilmu Politik oleh Ramlan Surbakti, 1992

3. Partisipasi politik gladiator. Artinya, mereka secara aktif terlibat dalam proses politik, yakni komunikator, spesialis mangadakan kontak tatap muka, aktivis partai dan

pekerja kampanye, dan aktivis masyarakat. 4. Partisipasi politik pengritik, yakni dalam bentuk partisipasi tak konvensional.

Olsen memandang partisipasi sebagai dimensi utama stratifikasi sosial. Dan membagi

partisipasi politik dalam enam lapisan;

1. Pemimpin politik

2. Aktivis politik 3. Komunikator

4. Warga negara 5. Marginal 6. Orang yang terisolasikan

Partisipasi politik berdasarkan jumlah pelaku;

1. Individual 2. Kolektif

8.6 MODEL PARTISIPASI POLITIK

Sehubungan dengan model partisipasi politk dikenal dengan istilah- istilah seperti berikut;

1. Apatisme

Apatisme politik adalah sikap yang dimiliki orang yang tidak berminat atau tidak

punya perhatian terhadap orang lain, situasi atau gejala-gejala umum atau khusus yang ada dalam masyarakatnya. Orang yang apatis adalah orang yang pasif, yang mengandalkan

perasaan dalam menghadapi permasalahan. Ia tak mampu melaksanakan tanggung jawabnya baik sebagai pribadi maupun sebagai warga masyarakat, dan selalu merasa terancam.

ciri-ciri apatis: • Ketidakmampuan untuk mengakui tanggung jawab pribadi, atau tidak menyelidiki atau

bahkan untuk menerima emosi dan perasaan sendiri; • Perasaan amar-samar, dan yang tidak dapat dipahami, rasa susah, tidak aman dan terasa terancam;

• Menerima secara mutlak tanpa tantangan otoritas sah (kode-kode sosial, orang tua, agama) dan nilai-nilai konvensional membentuk satu pola yang cocok dengan diri sendiri, yang

dalam situasi klinis disebut sebagai kepasifan (pasifitas).

2. Sinisme

Sinisme politik adalah sikap yang dimiliki orang yang menghayati tindakan dan motif

orang lain dengan perasaan curiga (Rafael Raga Maran. 2007:155). Menurut Robert Agger dan rekan-rekannya mendefinisikan sinisme sebagai “kecurigaan yang buruk dari sifat

manusia”. Maka sinisme merupakan perasaan yang menghayati tindakan dan motif orang lain dengan rasa kecurigaan, bahwa pesimisme adalah lebih realities dari pada optimisme; dan bahwa individu harus memperhatikan kepentingan sendiri, karena masyarakat itu pada

dasarnya bersifat ego-sentris (memusatkan segala sesuatu pada diri sendiri.

Page 24: Resume  memahami ilmu politik

Page | 24 Resume Buku Memahami Ilmu Politik oleh Ramlan Surbakti, 1992

3. Alienasi

Alienasi menyarankan permusuhan actual. Menurut Robert Lane, alienasi adalah perasaan keterasingan seseorang dari kehidupan politik dan pemerintahan masyarakat. Orang-orang tipe

ini cenderung melihat peraturan-peraturan yang ada sebagai tidak adil dan hanya menguntungkan para penguasa (Rafael Raga Maran. 2007:155).

4. Anomi

Anomi adalah perasaan kehilangan nilai dan arah hidup, sehingga tak bermotivasi untuk mengambil tindakan-tindakan yang berarti dalam hidup ini. Orang yang berperasaan

demikian menganggap penguasaan bersikap “tidak peduli” terhadap tujuan-tujuan hidupnya.

8.7 PERILAKU MEMILIH

dibedakan menjadi lima pembahasan sesuai dengan pendekatan yang digunakan, yakni;

1. pendekatan struktural : kegiatan memilih dilihat sebagai produk dari konteks struktur yang lebih luas, seperti struktur sosial, sistem partai, sistem pemilihan umum,

permasalahan dan program yng ditonjolkan partai. 2. Menurut pendekatan sosiologis cenderung menempatkan kegiatan memilih dalam

kaitan dengan konteks sosial. Maknanya pilihan seseorang dalam pemilihan umum dipengaruhi oleh laatr belakang demografi dan sosial ekonomi, jenis kelamin, tempat tinggal, pekerjaan, pendidikan, kelas, pendapatan dan agama.

3. Sedangkan pendekatan ekologis hanya relevan apabila dalam suatu daerah pemilihan terdapat perbedaan karakteristik pemilih berdasarkan unit territorial, seperti desa,

kelurahan, kecamatan, dan kabupaten. 4. Pendekatan psikologi sosial, salah satu penjelasan dari sisi psikologi sosial untuk

menjelaskan perilaku memilih dalam pemilihan umum adalah konsep identifikasi

partai. Konsep ini merujuk pada persepsi pemilihan atas parati-partai yang ada atau keterikatan emosional pemilih terhadap partai tertentu

5. Pendekatan pilihan rasional melihat kegiatan memilih sebagai produk kalkulasi untung rugi. Yang dipertimbangkan tidak hanya “ongkos” memilih dan memungkinkan suaranya dapat mempengaruhi hasil yang diharapkan, tetapi juga

perbedaan dari alternative berupa pilihan yang ada.

BAB 9

KONFLIK DAN PROSES POLITIK

9.1 PENGANTAR

Konflik politik dirumuskan secara longgar sebagai perbedaan pendapat, persaingan, dan pertentangan di antara sejumlah individu, kelompok ataupun organisasi dalam upaya

mempertahankan sumber-sumber keputusan yang dibuat.

9.2 PENYEBAB KONFLIK POLITIK

1. Kemajemukan horisontal; struktur masyarakat yang majemuk secara kultural, seperti

suku bangsa, daerah, agama, ras. 2. Kemajemukan vertikal; struktur masyarakat yang terpolarisasikan menurut pemilikan

kekayaan, pengetahuan dan kekuasaan.

Page 25: Resume  memahami ilmu politik

Page | 25 Resume Buku Memahami Ilmu Politik oleh Ramlan Surbakti, 1992

Konflik terjadi manakala:

Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.

Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang

berbeda

Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.

Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.

9.3 TIPE-TIPE KONFLIK

Konflik politik dikelompokkan menjadi dua tipe

1. Konflik positif : konflik yang tak mengancam eksistensi sistem politik, yang

mekanismenya melalui penyelesaian yang disepakati bersama. 2. Konflik negatif : konflik yang dapat mengancam eksistensi sistem politik yang

biasanya disalurkan melalui cara nonkonstitusional, seperti kudeta, separatisme,

terorisme, dan revolusi.

9.4 STRUKTUR KONFLIK

Menurut Paul Conn, situasi konflik pada dasarnya dibedakan menjadi dua;

1. Konflik menang-kalah (zero-sum conflict) : situasi politik yang bersifat antagonistik sehingga tidak memungkinkan tercapainya suatu kompromi antar pihak-pihak yang

terlibat konflik. 2. Konflik menang-menang (non zero-sum conflict) : suatu situasi konflik dalam mana

pihak-pihak yang terlibat dalam konflik masih mungkin untuk mengadakan kompromi

dan kerjasama.

9.5 TUJUAN KONFLIK

Secara umum ada dua tujuan dasar setiap konflik, yakni: Mendapatkan sumber-sumber

dan/atau Mempertahankan sumber-sumber. Dengan asumsi dibuat kategorisasi tujuan konflik sebagai berikut:

1. Pihak-pihak yang terlibat dalam konflik memiliki tujuan yang sama, yakni sama-sama berupaya mendapatkan

2. Di satu pihak hendak mendapatkan, sedangkan di pihak lain berupaya keras mempertahankan apa yang dimiliki.

9.6 INTENSITAS KONFLIK

Konflik yang intens tidak selalu sama artinya dengan konflik yang mengandung kekerasan. Intensitas konflik lebih merujuk pada besarnya energi (ongkos) yang dikeluarkan dan tingkat keterlibatan partisipasi dalam konflik.

9.7 PENGATURAN KONFLIK

Pengaturan konflik berupa bentuk-bentuk pengendalian konflik, karena konflik tidak bisa diselesaikan ataupun dibasmi. Menurut Dahrendorf ada tiga bentuk pengaturan konflik,

pertama bentuk konsiliasi, kedua bentuk mediasi, dan yang terakhir arbitrasi.

Page 26: Resume  memahami ilmu politik

Page | 26 Resume Buku Memahami Ilmu Politik oleh Ramlan Surbakti, 1992

9.8 KONFLIK DAN PROSES POLITIK

Konflik merupaka gejala serba-hadir dalam kehidupan manusia bermasyarakat dan bernegara. Sementara itu, dimensi penting proses politik ialah penyelesain konflik yang melibatkan

pemerintah. Proses “penyeleseian” konflik politik yang tak bersifat kekerasan dibagi menjadi tiga tahap:

1. Politisasi dan/atau koalisi 2. Pembuatan keputusan 3. Pelaksanaan dan integrasi

BAB 10

PEMERINTAHAN DAN PEMERINTAH

10.1 PENGANTAR

Pemimpin pemerintahan berasal dari masyarakat melalui pemilihan umum. Kebijakan

umum yang dirumuskan merupakan hasil interaksi dengan berbagai organisasi, kelompok, dan golongan dalam mayarakat. Itu sebabnya mengapa politik dirumuskan sebagai interaksi antara pemerintah dan masyarakat.

10.2 PEMERINTAH

Pemerintah (government) secara etimologis berasal dari kata Yunani, kubernan atau nahkoda kapal. Artinya, menatap ke depan. Menentukan berbagai kebijakan yang

diselenggarakan untuk mencapai tujuan masyarakat negara.

Pengertian pemerintahan dapat ditinjau dari tiga aspek , yaitu dari

Segi kegiatan (dinamika) : pemerintahan berarti segala kegiatan atau usaha yang

terorganisasikan.

Struktural fungsional : pemerintahan berarti seperangkat fungsi negara yang satu sama

lain saling berhubungan secara fungsional.

Tugas dan kewenangan (fungsi) : pemerintahan berarti seluruh tugas dan kewenangan negara.

Pemerintahan dalam arti luas : seluruh aparat yang melaksanakan fungsi-fungsi negara

Pemerintah dalam arti sempit : menyangkut aparat eksekutif, yakni kepala pemerintahan dan kabinetnya.

10.2.1 KESATUAN DAN REPUBLIK

Pada dasarnya dalam negara kesatuan ada satu negara dengan suatu pemerintah pusat yang memiliki seluruh tugas dan kewenangan negara.dalam negara kesatuan pemerintah lokal

tunduk dan bertanggung jawab pada pemerintah pusat.

Bentuk negara republik dipimpin oleh seorang kepala negara yang dipilih oleh rakyat dengan

sebutan Presdien.

Page 27: Resume  memahami ilmu politik

Page | 27 Resume Buku Memahami Ilmu Politik oleh Ramlan Surbakti, 1992

10.2.2 KABINET PARLEMENTER DAN PRESIDENSIAL

Ciri-ciri dasar sistem kabinet parlementer :

Parlemen merupakan satu-satunya badan yang anggotanya dipilih secara langsung

oleh warga negara yang berhak memilih melalui pemilihan umum

Anggota dan pimpinan kabinet (perdana menteri) dipilih oleh parlemen untuk

melaksanakan fungsi dan kewenangan eksekutif.

Kabinet dapat bertahan sepanjang mendapat dukungan mayoritas dari parlemen.

Manakala kebijakannya tidak mendapat dukungan dari parlemen, perdana menteri dapat membubarkan parlemen, lalu menetapkan waktu penyelenggaraan pemilu untuk

membentuk parlemen yang baru.

Kelebihan sistem kabinet parlementer :

Suatu permasalahan dapat ditangani secara tuntas melalui pembuatan kebijakan

umum (undang-undang) yang bersifat komprehensif.

Garis tanggung jawab dalam pembuatan dan pelaksanaan kebijakan umum sangat

jelas.

Kelemahan sistem kabinet parlementer :

terdapat suatu kabinet yang cenderung mengendalikan parlemen.

Ciri-ciri dasar sistem kabinet presindensil :

kepemimpinan dalam melaksanakan kebijakan lebih jelas

kebijakan yang bersifat komprehensif yang jarang dapat dibuat

jabatan kepala pemerintahan dan kepala negara berada pada satu tangan

legislatif bukan tempat kaderisasi bagi jabatan eksekutif, yang dapat diisi dari berbagai sumber termasuk legislatif

10.3 FUNGSI-FUNGSI PEMERINTAH

Secara teoritis terdapat dua kemungkinan pelaksanaan fungsi negara, yakni

1. pemusatan fungsi-fungsi negara : semua tugas dan kewenangan negara dipegang

dengan satu tangan. Menugaskan fungsinya secara vertikal kebawah, tetapi semua bagian dibawahnya tunduk dan bertanggung jawab kepada organ yang satu.

2. Pemancaran fungsi-fungsi negara : dapat berwujud pembagian fungsi dan pemisahan

fungsi. Tugas dan wewenang dapat dilakukan secara horisontal dan vertikal.

Almond membagi fungsi peemerintahan menjadi tiga dengan menggunakan istilah peraturan ;

1. Pembuatan peraturan ( rule making)

2. Penerapan peraturan (ruling application) 3. Penghakiman peraturan (rule adjudication)

10.4 PERWAKILAN RAKYAT

Dalam perwakilan rakyat, yang diwakili adalah sejumlah warga negara yang bertempat tinggal disuatu daerah atau distrik tertentu.

Page 28: Resume  memahami ilmu politik

Page | 28 Resume Buku Memahami Ilmu Politik oleh Ramlan Surbakti, 1992

Dari segi keterikatan antara wakil rakyat dan keinginan rakyat yang diwakili, konsep perwakilan dibedakan menjadi dua tipe :

1. Delegasi (mandat) : yang menyuarakan pendapat dan keinginan para pemilih, dan

memperjuangkan kepentingan para pemilihnya. 2. Trustee (independen) : wakil rakyat yang dipilih berdasarkan pertimbangan yang

bersangkutan dan memiliki kemampuan mempertimbangkan secara baik.

Fungsi badan perwakilan rakyat (legislatif) dapat dirumuskan sebagai berikut;

Membuat undang-undang bersama dengan pihak eksekutif

Menyusun anggaran penerimaan dan belanja negara

Mengawasi pelaksanaan undang-undang dan penenrimaaan dan penggunaan anggaran negara

Memilih, menyetujui atau mengusulkan seorang atau lebih pejabat negara sepertti yang dikehendaki oleh konstitusi atau undang-undang.

Guna melaksanakan fungsi ini maka para anggota badan perwakilan rakyat memiliki

sejumlah hak, yakni : hak prakarsa, hak anggaran, hak interpelasi, hak angket, dan hak mengajukan pertanyaan.

10.4.1 SISTEM PEMILIHAN UMUM

Fungsi sistem pemilihan umum ialah mengatur prosedur seseorang untuk dipilih menjadi

anggota badan perwakilan rakyat atau menajdi kepala pemerrintahan.

Sistem pemilihan umum diatur dalam undang-undang dan mempunyai tiga variabel pokok,

yakni :

1. Penyuaraan (balloting) : tata cara yang harus diikuti pemilih yang berhak dalam memberikan suara.

2. Daerah pemilihan (electoral district) : ketentuan yang mengatur berapa jumlah kursi

wakil rakyat untuk setiap daerah pemilihan. 3. Formula pemilihan : rumus yang digunakan untuk menentukan siapa atau partai

politik apa yang memenangkan kursi di suatu daerah pemilihan.

Tiga hal dalam tujuan pemilihan umum :

1. Sebagai mekanisme untuk menyeleksi para pemimpin pemerintahan dan alternatif kebijakan umum.

2. Mekanisme memindahkan konflik kepentingan dari masyarakat kepada badan-badan perwakilan rakyat melalui wakil-wakil rakyat yang terpilih atau melalui partai-partai

yang memenangkan kursi sehingga integrasi masyarakat tetap terjamin. 3. Sarana memobilisasikan dan/atau menggalang dukungan rakyat terhadap negara dan

pemerintahan dengan jalan ikut serta dalam proses politik.

10.5 BIROKRASI

Birokrasi merupakan aparat yang melaksanakan keputusan yang dibut dan dijabarkan oleh pemerintah(kabinet). Untuk itu birokrasi berkewajiban memberikan informasi dan

sumber manusia (keahlian) kepada pemerintah, sedangkan kepada masyarakat birokrasi memberikan pelayanan dan menegakkan peraturan sesuai dengan kewenangan yang ada

padanya.

Page 29: Resume  memahami ilmu politik

Page | 29 Resume Buku Memahami Ilmu Politik oleh Ramlan Surbakti, 1992

Secara tipologik, Max Weber mendeskripsikan sejumlah karakteristik birokrasi sebagai berikut;

Dalam organisasi ini terdapat pembagian kerja dengan spesialisasi peranan yang jelas

Organisasi jabatan ini mengikuti prinsip hirarki.

Kegiatan organisasi jabatan ini dilakukan berdasarkan sistem aturan abstrak yang

konsisten dan terdiri atas penerapan aturan-aturan ini kedalam kasus-kasus yang khusus.

Setiap pejabat melaksanakan tugasnya dalam semangat dan hubungan yang formal dan impersonal

Setiap pegawai dalam organisasi direkrut menurut prinsip kualisifikasi teknis, digaji, dan dipensiun menurut pangkat dan kemampuan, dan dipromosikan menurut kesenioran, atau kemampuan, atau keduanya.

Organisasi administrasi yang bertipe birokratis dari segi pandangan teknis murni cenderung lebih mampu mencapai tingkat efisiensi yang lebih tinggi.

10.6 PENGHAKIMAN PERATURAN

Penghakiman peraturan pada dasarnya bertujuan menjamin kepastian hukum sehingga tercipta suasana tertib dalam masyarakat. Sedangkan fungsi penghakiman peraturan

dibedakan menjadi :

Fungsi konservatif : menjamin kepastian hukum dengan hanya menerapkan peraturan

yang ada atau menggunakan jurisprudensi.

Fungsi progresif : menciptakan peraturan baru dengan melakukan interpretasi atas

undang-undang dasar atau undang-undang yang ada.

BAB 11

KEPUTUSAN POLITIK DAN

KEBIJAKAN UMUM

11.1 PENGANTAR

Membuat keputusan, berarti memilih alternatif terbaik dari berbagai alternatif yang

ada. Dalam menentukan keputusan tersebut harus ada tolak ukur dalam pengambilan keputusan politik, seperti ideologi dan konstitusi. Ciri khas politik ialah keputusan yang keluarbdari proses politik bersifat mengikat (otoritatif), dan dimaksudkan untuk kebaikan

bersama masyarakat umum. Dengan demikian, Keputusan politik ialah keputusan yang mengikat, menyangkut, dan memengaruhi masyarakat umum. Dan biasanya diurus dan

diselenggarakan oleh lembaga-lembaga pemerintah.

11.2 UNSUR-UNSUR PEMBUAT KEBIJAKAN

Tiga unsur yang harus diperhatikan dalam proses pembuat keputusan, yaitu :

1. Jumlah orang yang ikut mengambil keputusan : yang membuat keputusan dapat satu orang, dua atau lebih, bahkan jutaan orang.

2. Peraturan pembuatan keputusan atau formula pengambilan keputusan : yaitu ketentuan yang mengatur jumlah orang atau persentase orang yang harus memberikan

Page 30: Resume  memahami ilmu politik

Page | 30 Resume Buku Memahami Ilmu Politik oleh Ramlan Surbakti, 1992

persetujuan terhadap suatu alternatif keputusan agar dapat diterima dan disahkan sebagai keputusan.

3. Informasi : diperlukannya asumsi bahwa dalam proses pembuatan keputusan terjadi diskusi, perdebatan, tawar-menawar, dan kompromi maka informasi yang akurat dan

dalam jumlah yang memadai akan memengaruhi isi keputusan yang diambil.

11.3 ISI KEBIJAKAN UMUM

Isi kebijakan umum dibedakan menjadi tiga : 1. Ekstraktif

2. Alokasi dan distribusi 3. Regulatif

Konsekuensi logis Empat tipe kebijakan umum ialah :

1. Kebijakan regulatif terjadi apabila kebijakan menngandung paksaan dan akan diterapkan secara langsung terhadap individu.

2. Kebijakan redistributif ditandai dengan adanya paksaan secara langsung kepada warga negara tetapi penerapannya melalui lingkungan.

3. Kebijakan distributif ditandai dengan pengenaan paksaan secara tidak langsung(jauh dari fisik), tetapi kebijakan itu diterapkan secara langsung terhadap individu.

4. Kebijakan konstituen ditandai dengan kemungkinan pengenaan paksaan fisik yang

sangat jauh, dan penerapan kebijakan itu secara tidak langsung melalui lingkungan.

11.4 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEBIJAKAN

Secara umum terdapat empat faktor yang memengaruhi proses kebijakan, yaitu

Lingkungan

Presepsi pembuat kebijakan mengenai lingkungan

Aktivitas pemerintah perihal kebijakan

Aktivitas masyarakat perihal kebijakan

Faktor-faktor yang memengaruhi corak dan arah keputusan (kebijakan umum), antara lain;

Ideologi dan konstitusi

Latar belakang pribadi pembuat keputusan

Informasi yang tersedia

Golongan pendukung pembuat keputusan

Keputusan yang telah ada

11.5 TAHAP-TAHAP KEBIJAKAN

Proses pembuatan dan pelaksanaan kebijakan dibagi menjadi empat tahap;

1. Politisasi suatu permasalahan

2. Perumusan dan pengesahan tujuan dan program 3. Pelaksanaan program 4. Monitoring evaluasi pelaksanaan program

Page 31: Resume  memahami ilmu politik

Page | 31 Resume Buku Memahami Ilmu Politik oleh Ramlan Surbakti, 1992

11.6 BENTUK DAN TIPE KEBIJAKAN UMUM

Dua bentuk keputusan politik (kebijakan umum) :

1. Komprehensif, artinya kebijakan umum yang mampu menimbulkan perubahan yang mendasar dan menyeluruh

2. Marginal (incremental), artinya kebijakan umum yang mampu menimbulkan perubahan pada permukaan dan pinggir-pinggir permasalahan saja dan bisa disebut juga dengan keputusan yang bersifat “tambal-sulam”

Berdasarkan isi dan prosedur pembuatan kebijakan umum terdapat tiga tipe, yaitu:

1. Keputusan rutin, artinya keputusan biasanya dipersiapkan secara seksama dan disusun

menurut prosedur yang sesuai dengan yang ditetapkan dalam konstitusi dan undnag-undang.

2. Keputusan darurat, artinya keputusan yang dibuat secara tergesa-gesa dalam waktu

yang relatif singkat guna mengatasi suatu keadaan yang darurat dan perlu penanganan segera.

3. Keputusan bukan keputusan, artinya keputusan ini dinyatakan sekedar bukti semu atas perhatian dan komitmen pemerintah terhadap suatu permasalahan yang mendapat perhatian masyarakat yang dimaksudkan untuk memberi harapan dan janji kepada

masyarakat sebagai alat untuk mendapat dukungan.

11.7 PEMBUAT KEPUTUSAN POLITIK

Tiga kemungkinan elit politik yang membuat keputusan politik, yaitu :

1. Elit formal : elit politik yang menurut undang-undang memiliki wewenang membuat keputusan

2. Orang yang berpengaruh (the influential) : orang yang memiliki pengaruh kuat lewat sumber-sumber kekuasaan, kekayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi, senjata, dan

massa organisasi yang mampu memengaruhi elit formal sehingga dapat mengambil keputusan sesuai kehendak orang yang berpengaruh

3. Penguasa : orang yang secara nyata membuat keputusan

BAB 12

POLITIK DAN EKONOMI

12.1 PENGANTAR

Dari segi hubungan kausal atau yang bersifat deterministik, hubungan politik dengan ekonomi dibagi menjadi dua.

Pertama, kebijakan umum (publik policy) atau politisisme yang melihat politik menentukan ekonomi

Kedua, ekonomisme yang liberal maupun Marxis yang melihat ekonomi menentukan politik

Beberapa teori menggambarkan hunungan ekonomi dan politik sebagai bersifat interaktif atau timbal balik, dan sebagai perilaku yang bersinambungan.

Page 32: Resume  memahami ilmu politik

Page | 32 Resume Buku Memahami Ilmu Politik oleh Ramlan Surbakti, 1992

12.2 SISTEM EKONOMI

Sistem ekonomi ialah seperangkat mekanisme dan lembaga untuk membuat dan

melaksanakan keputusan mengenai produksi, pendapatan dan konsumsi di dalam suatu wilayah tertentu.

Sistem ekonomi terdiri atas sejumlah mekanisme, pengaturan organisasi, dan peraturan untuk membuat dan melaksanakan keputusan tentang alokasi sumber-sumber yang terbatas.

Grossman membagi sistem ekonomi berdasarkan dua kriteria:

1. Koordinasi unit ekonomi, artinya siapa yang mengoordinasikan kegiatan ekonomi : mekanisme pasar, pemerintah, koperasi, atau ketiga-tiganya.

2. Pemilikan barang dan jasa, yang berarti siapa yang memiliki barang dan jasa : swasta, negara, koperasi atau ketiga-tiganya

Apabila kedua kriteria di atas digunakan untuk menyusun model-model sistem ekonomi

maka sistem ekonomi dibedakan menjadi tiga, yaitu

1. Kapitalis : apabila koordinasi unit ekonomi dilakukan dengan mekanisme pasar, dan

barang dan jasa dimiliki swasta. 2. Komunis : koordinasi unit ekonomi dengan perencanaan terpusat, barang dan jasa

yang dimliki dikuasai oleh pemerintah.

3. Sosialis : terdapat semacam pembagian tugas antara perencanaan terpusat dan mekanisme pasar dalam koordinasi unit ekonomi.

Dari segi kewenangan suatu sistem ekonomi dibagi menjadi dua, yaitu :

1. Suatu kewenangan ekonomi dikatakan tersentralisasi apabila kewenangan membuat keputusan dimonopoli dengan peringkat atas organisasi

2. Suatu sistem ekonomi dikatakan terdesentralisasi apabila kewenangan membuat keputusan terletak pada peringkat bawah organisasi

12.3 FUNGSI PEMERINTAH DALAM EKONOMI

Fungsi yang pertama, berkaitan dengan pengarahan kegiatan ekonomi masyarakat sehingga mencapai tujuan yang dikehendaki. Pengarahan dari pemerintah dapat dilakukan dengan dua

cara, yaitu :

1. Secara langsung, berarti pemerintah mengharuskan para pengusaha untuk

melaksanakan kebijakan terntentu seperti yang dilakukan dalam sistem ekonomi perencanaan terpusat

2. Secara tak langsung, berarti pemerintah tidak mengharuskan atau melarang

melakukan kegiatan tertentu.

Fungsi kedua, berkaitan dengan upaya pemerintah untuk mengontrol monopoli dan mnegatur

akibat-akibat yang ditimbulkan dari kegiatan ekonomi terhadap pihak lain, tetapi tidak dimasukkan dalam faktor produksi

Peranan negara (pemerintah) dalam pengadaan barang dan jasa publik sudah menjadi

kesepakatan umum, tetapi tidak terdapat kesepakatan dalam hal barang dan jasa macam apa saja yang masuk ke dalam kategori kepentingan umum tersebut.

Page 33: Resume  memahami ilmu politik

Page | 33 Resume Buku Memahami Ilmu Politik oleh Ramlan Surbakti, 1992

12.4 POLITIK DAN KEBIJAKAN EKONOMI

Kebijakan ekonomi pada dasarnya merupakan keputusan politik karena memengaruhi

distribusi kekayaan dan pendapatan dalam masyarakat.

Sejumlah kemungkinan pihak yang memerintah, seperti otokrat-tradisional, partai

politik yang bersaing, partai tunggal yang totaliter, golongan militer dengan tuan tanah dan pengusaha asing, atau koalisi antara militer, birokrat dan tehnokrat dengan pengusaha asing. Golongan yang memerintah itulah yang mementukan kebijakan ekonomi dengan mekanisme

dan strategi yang mereka gunakan dalam mengambil keutusan dari berbagai alternatif dalam memecahkan dilema ekonomi. Oleh karena itu, memerintah sangatlah menentukan pilihan

kebijakan ekonomi, sedangkan penentuan siapa yang memerintah merupakan produk proses politik.

BAB 13

MODEL-MODEL SISTEM POLITIK

13.1 PENGANTAR

Apabila pihak yang memerintah terdiri atas beberapa orang atau kelompok kecil orang maka sistem politik ini disebut pemerintahan “dari atas” atau lebih tegas lagi disebut oligarki, otoriter, ataupun aristokrasi. Di lain pihak, apabila pihak yang memerintah terdiri

atas banyak orang maka sistem politik ini disebut demokrasi. Selain itu, kalau kewenangan pemerintah pada prinsipnya mencakup segala sesuatu yang ada dalam masyarakat maka

rezim ini disebut totaliter. Sedangkan apabila pemerintah memiliki kewenangan yang terbatas yang membiarkan beberapa atau sebagian besar kehidupan masyarakat mengatur diri sendiri tanpa camput tangan dari pemerintah apabila kehidupan masyarakat dijamin dengan tata

hukum yang disepakati bersama, maka rezim ini disebut liberal.

13.2 SISTEM POLITIK OTOKRASI TRADISIONAL, KOMUNIS, DEMOKRASI, DAN

NEGARA BERKEMBANG

No

. Variabel Perbandingan Sistem Politik

Otokrasi

Tradisional Totaliter Demokrasi Negara

Berkembang

1. Kebaikan bersama

- tidak ada

jaminan dalam

hal persamaan

dan kebebasan

politik individu

- -

Mengutamakan

stratifikasi

ekonomi, kurang

menekankan

Menekankan

konsensus total di

dalam

masyarakat.

- Prinsip sama

rasa dalam bidang

ekonomi

– Sekuralisme

radikal, agama

digantikan

Bebas

berpendapat,

konsensus.

- Persamaan

kesempatan

politik setiap

individu dijamin

oleh hukum

- Menekankan

persamaan

Kekuasaan pemerintah dan campur-tangan

pemerintah yang begitu luas dalam

masyarakat pada satu pihakberhasil meningkatka

pertumbuhan ekonomi pada

pihak lain menyebabkan

Page 34: Resume  memahami ilmu politik

Page | 34 Resume Buku Memahami Ilmu Politik oleh Ramlan Surbakti, 1992

pada persamaan

- - Kebebasan

politik individu

dibatasi,

menekankan

perilaku yang

menuruti

kehendak

penguasa

- -

Mengutamakan

kolektivisme

atas dasar

kekerabatan

daripada

invidualisme

ideologi yang

doktriner dan

eskataologis

– Kebebasan

politik individu

dan hak-hak sipil

untuk mengkiritk

penguasa tidak

dijamin

– Menekankan

kemerdekaan

nasional

– Menjamin

kebutuhan

material,

khususnya

kebutuhan pokok

– Kepentingan

individu tunduk

kepada kehendak

partai, negara dan

bangsa

(kolektivisme)

kesempatan

ekonomi yang

dila-kukan oleh

setiap individu

- Adanya

ketegangan

dalam penca-

paian tujuan-

tujuan yang

bersifat mate-rial

dengan yang

bersifat moralitas

kelompok politik seperti partai , kelompok

kepentingan dan media massa

berperan sebagai pendukung saja .

2. Identitas

Bersama

-Berdasarkan

ikatan

primordial

(Suku,agama,

Ras, keluarga)

– Faktor primordial, seperti suku

bangsa, ras dan agama yang

mempersatukan masyarakat – Ikatan

primordial terwujud dalam

diri seorang pemimpin yang dominan

(otokrat), seperti sultan, raja atau

- Struktur

keamanan mereka

ikut mengawasi

birokrasi dengan

model struktur

pemerintahan

ganda atau

bayangan.

– Faktor sakral

yang berupa ideologi yang

mempersatukan masyarakat – Penanaman

idelogi oleh penguasa dengan

jalan inoktrinasi

- Semakin bagus

adanya

perombakan-

perombakan

struktur (MK,

adanya UU

HAM)

– Faktor permersatu

masyarakat berupa bersatu dalam perbe-

daan Bhineka Tunggal Ika,

Unity in Diversity – Masyarakat

terikat pada sub kultur yang

Dalam Negara

berkemban belum ada suatu suatu

identitas bersama yang dikehendaki semua masyarakat

. ini dikarenakan belum adanya kultur dan struktur

masyarakat yang selaras .

Page 35: Resume  memahami ilmu politik

Page | 35 Resume Buku Memahami Ilmu Politik oleh Ramlan Surbakti, 1992

kaisar dimilikinya dan sekaligus teri-kat pada suatu dasar

dan tujuan bersama

3. Hubungan

Kekuasaan

Hubungan

kekuasaan

antara

pemerintah

dengan rakyat

umumnya

negative

(banyak yang

menyalahgunaka

n kekuasaan)

- Kekuasaan

bersifat pribadi,

negatif dan

sebagian kecil

yang konsensus

- Masyarakat

mengalami

kesukaran untuk

melakukan

pengawasan

terhadap

penguasa

- Otokrat

memerintah

berdasarkan

tradisi dan

paksaan

menghendaki

pengaturan

masyarakat secara

menyeluruh

(total) atas dasar

tertentu dengan

kelompok kecil

penguasa yang

memonopoli

kekuasaan,

- Kekuasaan

dimonopoli dan

dilaksanakan

secara sentral

dengan partai

tunggal

– Kekuasaan

paksaan

dilaksanakan oleh

militer dan polisi

rahasia

- Partai

diorganisis secara

hierarkis oleh

pemimpin negara

Terdapat

distribusi

kekuasaan di

antara kelompok

sosial dan

lembaga

pemerintahan.

- Distribusi

kekuasaan yang

relatif merata

diantara

kelompok sosial

dan lembaga

pemerintahan

- Adanya

persaingan dan

saling kontrol

antar kelompok

sosial, antara

lembaga

pemerintah, serta

antara kelompok

sosial

Hubugan

kekeuasaan lebih

bersifat paksaan

daripada

konsensus ini

dikarenakan

penetapan siapa

yang memerintah

masih ditetapkan

secara sepihak

oleh para

penguasa .

4. Legitimasi

Kekuasaan

umumnya tidak

procedural

(turun-temurun)

- Kewenangan bersumber dan

berdasarkan pada tradisi - Kepemimpinan

karena

- Kewenangan

pemimpin didasarkan pada perannya sebagai

ideologi, penafsir dan pelaksana

ideologi - Rakyat mematuhi

pemerintahan karena kekuasaan

paksaan yang

- Kewenangan

didasarkan pada prinsip rule of law yang diatur

dalam konstitusi – Adanya

jaminan hak- hak dan kewajiban warga negara

Legitimasi Pada

negara berkembang sangat beragam,

yaitu campuran terpadu antara

distribusi kebutuhan materiil, simbolis

(ideologi dan sejumlah jargon

politik), dan legal

Page 36: Resume  memahami ilmu politik

Page | 36 Resume Buku Memahami Ilmu Politik oleh Ramlan Surbakti, 1992

keturunan - Tradisi selalu dipelihara oleh

keturunan otokrat dengan

mitos, legenda dan simbol tertentu

sangat luas dan mendalam

rasional (pemilihan umum dan proses

perundang-undangan) .Basis

legitimasi yang bersifat campuran inilah yang

menyebabkan mengapa

perubahan dan peralihan distribusi

kebutuhan materiil tidak

menimbulkan krisis legitimasi .

5. Hubungan

Ekonomi&Politik

-Kurang

menekankan

pada

persamaante tapi

menekankan

pada stratifikasi

ekonomi

- Tanah dikusai oleh tuan tanah

yang merupakan kaki tangan

otokrat - Tidak ada perubahan

politik di pedesaan,

karena akses politik dikusai oleh tuan tanah

- Upah buruh rendah

- Partai tunggal

mengendalikan kegiatan ekonomi

- Kegiatan ekonomi yang diprakarsai

individu atau swasta dilarang

- Distribusi kebutuhan pokok relatif merata

- Dalam perkembanganny

a produksi barang dan jasa menu-run, karena

motivasi pekerja rendah dan aparat

partai berubah menjadi kelas pengu-asa

yang konservatif

- Koordinasi unit

ekonomi,

merupakan

tanggungjawab

pemerintah dan

swasta.

- Peran

masyarakat dan pemerintah

dalam bidang ekonomi dilaksanakan

secara seimbang - Adanya

prosedur dan mekanisme penentuan

kebijaksanaan pemerintah

berdasarkan kedaulatan rakyat

Dalam Negara

berkembang ini belum

menemukan kecocokan antara pola hubungan

politik dengan ekonomi yang

cocok . Di negara berkembang pemerintah lebh

dominan dibandingkan

sector swasta sehingga ekonominya tidak

bida bagus .

Page 37: Resume  memahami ilmu politik

Page | 37 Resume Buku Memahami Ilmu Politik oleh Ramlan Surbakti, 1992

BAB 14

PERUBAHAN DAN PEMBANGUNAN POLITIK

14.1 PENGANTAR

Pembangunan dan modernisasi politik merupakan perubahan politik, tetapi tidak

sebaliknya. Modernisasi berasal dari kata mode yang berarti situasi masa kini, atau kecenderungan mutakhir. Modernisasi berarti proses perubahan untuk menciptakan kondisi-kondisi yang memungkinkan masyarakat dapat hidup sesuai dengan tingkat perkembangan

zaman. Dalam pengertian modernisasi tidak jelas apa yang menjadi sasaran yang hendak dicapai; ia hanya salah satu proses untuk mencapai tujuan pembangunan politik.

14.2 TUJUAN PEMBANGUNAN POLITIK

Sejumlah ilmuwan memusatkan perhatian pada tujuan-tujuan pembangunan mencoba menjelaskan dengan pendekatan yang berbeda.

Pendekatan yang pertama, melihat tujuan-tujuan pembangunan politik sebagai selaras satu sama lain.

Pendekatan kedua, melihat tujuan-tujuan pembangunan sebagai bertentangan satu sama lain karena setiap tujuan memiliki implikasi yang mengurangi pencapaian

tujuan lain.

Pendekatan rekonsiliasi yang melihat tujuan pembangunan yang satu dapat

direkonsiliasikan dengan tujuan lain.

Tiga dari lima yang disebutkan Huntington itu menjadi prinsip pembangunan di indonesia dan disebut dengan Trilogi Pembangunan yang berisi : pertumbuhan ekonomi, pemertaan dan

stabilitas. Menurut Huntington tujuan pembangunan lebih tepat disebut sebagai sasarn sementara untuk mencapai tujuan yang sesungguhnya, yakni masyarakat dan negara yang

dicita-citakan dalam konstitusi negara tersebut.

14.3 OBJEK PERUBAHAN POLITIK

Objek perubahan atau unsur politik yang biasanya diobservasi oleh ilmuwan politik

ialah sistem nilai politik, struktur kekuasaan, strategi menangani permasalahan kebijakan umum dan lingkungan masyarakat (kondisi-kondisi sosial, budaya, ekonomi, dan teknologi)

dan fisik (sumber alam) yang memengaruhi dan dipengaruhi pleh sistem politik.

14.4 TIPOLOGI PERUBAHAN POLITIK

Perubahan politik dibagi menjadi tiga :

1. Perubahan sistem : ialah perubahan yang terjadi pada ketiga elemen sistem sekaligus dan bersifat radikal.

2. Perubahan di dalam sistem : artinya, sistem nilai, struktur kekuasaan, dan strategi menangani proses kebijakan pada dasarnya tidak mengalami perubahan yang berarti meskipun pemimpin pemerintahan dan isi kebijakan umum mengalami perubahan.

3. Perubahan karena dampak berbagai kebijakan umum : yang terdiri atas kebijakan kesehatan, kebijakan pendidikan, kebijakan ekonomi, kebijakan perhubungan,

kebijakan pembangunan, dan kebijakan komunikasi massa

Page 38: Resume  memahami ilmu politik

Page | 38 Resume Buku Memahami Ilmu Politik oleh Ramlan Surbakti, 1992

14.5 PENYEBAB PERUBAHAN POLITIK

faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan, yaitu :

1. Konflik kepentingan, berakitan dengan struktur sosial yang dominan 2. Munculnya gagasan atau nilai-nilai baru, yang bersifat variabel dan independen

3. Berbagai kebijakan yang secara disengaja, terencana, dan terorganisasikan dibuat dan dilaksanakan oleh pemerintah.

14.6 DIKOTOMI MASYARAKAT TRADISIONAL DAN MODERN

Digolongkan menjadi dua tipologi yang dianggap penting, yaitu yang bersifat umum (gambaran masyarakat pada umumnya) dan yang bersifat khusus (gambaran sistem politik).

Variabel pola perkembangan masyarakat menurut Parsons dan Shills apabila digambarkan, dibandingkan dan dievaluasi sebagai berikut :

1. Afektif ataukah afektif yang netral;

2. Orientasi kolektif ataukah orientasi individul; 3. Universalisme ataukah partikularisme;

4. Faktor kemampuan ataukah faktor keturunan dan hadiah; 5. Kespesifikan ataukah keberbaruan

Ada tujuh ciri sistem politik modern :

1. Sistem organisasi pemerintah sangat terdiferensiasikan dengan fungsi- fungsi spesifik 2. Integrasi dalam struktur pemerintahan yang tinggi

3. Prosedur yang rasional dan sekuler dalam pembuatan keputusan 4. Keputusan-keputusan politik dan administratif bervolume besar 5. Identifikasi masyarakat yang luas dan mendalam dengan sejarah, wilayah dan

identitas nasional negara 6. Perhatian dan keterlibatan masyarakat yang sangat luas dalam sistem politik

7. Alokasi peranan-peranan politik ditentukan didasarkan kemampuan

Kebalikan dari setiap ciri tersebut adalah ciri sistem politik tradisional.