Resume Malpraktik Dalam Kebidanan

download Resume Malpraktik Dalam Kebidanan

If you can't read please download the document

description

Resume Malpraktik Dalam Kebidanan

Transcript of Resume Malpraktik Dalam Kebidanan

1RESUMEMALPRAKTIK DALAM KEBIDANANResume Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Etikolegal Dalam Praktik KebidananDisusun oleh :Whentin 14140062B11.2FAKULTAS ILMU KESEHATANPRODI DIPLOMA IV BIDAN PENDIDIKUNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTAPembahasanPengertian MalpraktikMalpraktek merupakan istilah yang sangat umum sifatnya dan tidak selalu berkonotasi yuridis. Secara harfiah mal mempunyai arti salah sedangkan praktek mempunyai arti pelaksanaan atau tindakan, sehingga malpraktek berarti pelaksanaan atau tindakan yang salah. Meskipun arti harfiahnya demikian tetapi kebanyakan istilah tersebut dipergunakan untuk menyatakan adanya tindakan yang salah dalam rangka pelaksanaan suatu profesi. Sedangkan difinisi malpraktek profesi bidan adalah kelalaian dari bidan untuk mempergunakan tingkat kepandaian dan ilmu pengetahuan dalam menjalankan praktik kebidanannya serta merawat pasien khususnya dalam ingkup kebidanan yang lazim dipergunakan terhadap pasien menurut ukuran dilingkungan yang sama.Di dalam setiap profesi termasuk profesi tenaga bidan berlaku norma etika dan norma hukum. Oleh sebab itu apabila timbul dugaan adanya kesalahan praktek sudah seharusnyalah diukur atau dilihat dari sudut pandang kedua norma tersebut. Kesalahan dari sudut pandang etika disebut ethical malpractice dan dari sudut pandang hukum disebut yuridical malpractice. Hal ini perlu dipahami mengingat dalam profesi tenaga bidan berlaku norma etika dan norma hukum, sehingga apabila ada kesalahan praktek perlu dilihat domain apa yang dilanggar. Karena antara etika dan hukum ada perbedaan-perbedaan yang mendasar menyangkut substansi, otoritas, tujuan dan sangsi, maka ukuran normatif yang dipakai untuk menentukan adanya ethica malpractice atau yuridical malpractice dengan sendirinya juga berbeda. Yang jelas tidak setiap ethical malpractice merupakan yuridical malpractice akan tetapi semua bentuk yuridical malpractice pasti merupakan ethical malpractice (Lord Chief Justice, 1893).Sumber MalpraktikPelanggaran kontrak Pada teori ini berprinsip bahwa secara hokum seorang tenaga kesehatan tidak mempunyai kewajiban merawat seseorang bilamana diantara keduanya tidak terdapat suatu hubungan kontrak antara tenaga kesehatan dengan paisen. Hubungan anatara tenaga kesehatan dengan tenaga pasien baru terjadi apabila telah terjadi kontrak diantara kedua belah pihak tersebut. Sehubungan dengan adanya hubungan kontrak pasien dengan tenaga kesehatan ini, tidak berarti bahwa hubungan tenaga kesehatan dengan pasien itu selalu terjadi dengan adanya kesepakatan bersama. Dalam kedaan penderita tidak sadar diri ataupun dalam keadaan gawat darurat. Misalnya, seorang penderita tidak mungkin memberikan persetujuannya. Apabila terjadi situasi yang demikian ini, maka persetujuan atau kontrak tenaga kesehatan pasien dapat diminta dari pihak ketiga, yaitu keluarga penderita yang bertindak atas nama dan mewakili kepentingan penderita. Apabila hal ini juga tidak mungkin, misalnya dkarenakan penderita gawat darurat tersebut datang tanpa keluarga dan hanya diantar oleh orang lain yang kebetulan telah menolongnya, maka demi kepintingan penderita menurut perundang-gundangan yang berlaku, seorang tenaga kesehatan diwajibkan memberikan pertolongan dengan sebaik-baiknya. Tindakan ini secara hokum telah dianggap sebagai perwujudan kontrak tenaga kesehatan-pasien.Perbuatan yang disengajaTeori kedua yang dapat digunakan oleh pasien sebagai dasar untuk menggungat tenaga kesehatan karena perbuatan malpraktitk adalah kesalahan yang dibuat dengan sengaja (intentional tort), yanfg mengakibatkan seseorang secara fisik mengalami cidera(assult and battery).KelalaianTeori ketiga menyabutan bahwa sumber perbuatan malpraktik adalah kelalian (negligence). Kelalian yang menyababkan sumber perbuatan yang dikategorikan dalam malpraktik ini harus dapat dibuktikan adanya. Selain itu kelalaian yang dimaksud harus termasuk dalam kategori kelalian yang berat (culpa-lata). Untuk membuktikan hal yang demikian ini tentu saja bukan merupakan tugas yang mudah bagi aparat penegak hokum. Kriteria Dan Unsur MalpraktikBidan atau petugas kesehatan dikatakan melakukan malpraktik jika :Kurang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan yang sudah berlaku umum dikalangan profesi kesehatan.Melakukan pelayanan kesehatan dibawah standar profesi.Melakukan kelalaian berat atau memberikan pelayanan dengan ketidak hati-hatian.Melakukan tindakan medic yang bertentangan dengan hokum. Jika bidan hanya melakukan tindakan yang bertentangan dengan etika kebidanan maka ia hanya telah melakukan malpraktik etik. Untuk dapat menuntut penggantian kerugian karena kelalian, maka penggugat arus dapat membuktikan adnya 4 unsur berikut :Adanya suatu kewajiban bagi bidan terhadap pasienBidan telah melanggar pelayanan medic yang lazim digunakan.Penggugat telah menderita kerugian yang dapat dimintakan ganti ruginya.Secar factual kerugian disebabkan oleh tindakan dibawah standar.Kerugian ini kadangkala tidak memerlukan pembuktian dari pasien dengan diberlakukannya diktrin les ipsa liquitur, yang berarti faktany telah berbicara. Dalam hal ini bidanlah yang harus membutkikan tidak adanya kelalian dalam dirinya. Namun tetap saja ada elemen yuridis yang harus dipenuhi untuk menayatakan telah terjadi malpraktik,yaitu:Adanya tindakan dalam arti berbuat atau tidak berbuat. Tidak berbuat disini adalah mengabaikan pasien dalam alasan tertentu seperti tidak ada biaya atau tidak ada pejaminannya.Tindakan berupa tindakan medis, diagnosis, terapeutik, dan managemen kesehatan.Dilakukan terhadap pasienDilakukan secara melanggar hokum, keparuhan, kesusialaan, atau prinsip profesi lainnya.Dilakukan dengan sengaja atau ketidakhati-hatian (lalai, ceroboh) .Mengakibatkan salah tindakan rasa sakit luka cacat kerusakan tubuh kematian dan kerugian lainnya.Jenis Malpraktik Berdasarkan HukumUntuk malpraktik hokum atau yuridical malpractice dibagi dalam 3 kategori sesuai bidang yang dilanggar, yakni Criminal malpractice, civil malpractice, dan administrative malpractice.Criminal malpracticePerbuatan seseorang dapat dimasukkan dalam kategori criminal malpractice manakala perbuatan tersebut memenuhi rumusan delik pidana yakni :Perbuatan tersebut ( positive act and negative act ) yang merupakan perbuatan tercela.Dilakukan dengan sikap batin yang salah ( mens rea) yang berupa kesengajaan (intensional) , kecerobohan ( recklessness) atau kelupaan (negligence).Criminal malpractice yang bersifat sengaja misalnya melaukuan euthanasia (pasal 344 KUHP, membuka rahasia jabatan (pasal 322 KUHP), membua surat keterangan palsu ( pasal 263 KUHP), melakukan aborsi tanpa indikasi medis ( pasal 299 KUHP).Criminal malpractice yang bersifat ceroboh (reckless-ness) misalnya melakukan tindakan medis tanpa persetujuan pasien informed consent.Criminal malpractice yang bersifat negligence misalnya kurang hati-hati yang mengakibatkan luka, cacat, atau meninggalnya pasien.Pertanggung jawaban di depan hokum pada criminal malpractice adalah bersifat individual ata personal dan oleh sebab itu tidak adapat dialihkan kepada orang lain atau kepada rumah sakit atau sarana kesehatan. Civil malpracticeSeorang tenaga kesehatan akan disebut melakukan civil malpractice apabila tidak melaksanakan kewajiban atau tidak memerikan prestasinya sebagaimana yang telah disepakati (ingkar janji). Tindakan tenaga kesehatan yang dapat dikategorikan civil malpractice adalah ;Tidak melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan.Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan tetapi terlambat melakukannya.Melakukan apa yang menurut kesepakatanmmya wajib dilakukan tetapi tidak sempurna.Melakukan apa yang menurut kesepakatannya tidak seharusnya dilakukan.Pertanggung jawaban civil malpractice dapat bersifat individual atau korporasi dan dapat pula dialihkan kepada pihak lain berdasarkan principe of vicarious liability. Dengan prinsip ini maka rumah sakit / sarana kesehatan dapat bertanggung gugat atas kesalahan yang dilakukan karywannya ( tenaga kesehaan) selama tenaga kesehatan tersebut dalam rangka melaksanakan tugas kewajibannya.Administrative malpracticeTenaga bidan dikatakan telah melakukan administrative malpractice jika tenaga bidan tersebut telah melanggar hokum administrasi. Perlu diketahui bahwa dalam melakukan police power , pemerintah mempunyai keenanagna menerbitkan berbagai ketentuan di bidang kesehatan , misalnya tentang persyaratan bagi tenaga bidan utnuk menjalankan profesinya ( Surat Ijin Krja, Surat Ijin Praktik), batas kewenangan serta kewajiban tenaga bidan. Apabila aturan tersebut dilanggar maka tenaga kesehatan yang bersangkutan dapat dipersalahka melanggar hokum administratsi.Contoh KasusKasus Operasi Pembersihan Kandungan (Kuret) NgatemiDalam kasus (Kuret) Ngatemi ini, Abdul Mutalib (sebagai suami) karena merasa telah dirugikan, ia menggugat secara perdata terhadap suami-istri (dokter-bidan) dari Rumah Sakit Bersalin Kartini" di Pengadilan Negeri Belawan.Pengadilan Negeri Belawan, dengan Hakim: Panut Alflsah dalam kasus gugatan ini menjatuhkan vonis memenangkan gugatan Abdul Mutalib, sehingga suami-istri tergugat (dokter-bidan) harus membayar ganti rugi. (Keputusan Pengadilan Negeri Belawan tertanggal 16Juli 1984).Namun demikian, rupanya kemenangan tidak selalu harus diikuti dengan kepuasan maupun keberuntungan, sebab walaupun vonis hakim mewajibkan suami-istri (tergugat) membayar sejumlah ganti rugi kepada penggugat (Abdul Mutalib) sampai kini entah karena apa Abdul Mutalib tidak pernah merasakan menerima ganti rugi uang yang dinanti-nantikan itu.Peristiwa kuret Ngatemi, istri Abdul Mutalib, penduduk dari desa Batang Kilat Sungai Mati, Kecamatan Labuhan, Belawan, Sumatera Utara, yang mengalami operasi pembersihan kandungan akibat pengguguran pada umur 2 bulan (kuret) dilakukan di Rumah Sakit Bersalin "Kartini" pada bulan Maret 1983.Kronologis Peristiwa Kuret, dilakukan oleh seorang bidan, istri seorang dokter pada rumah Sakit tersebut. Rupanya kesalahan fatal telah terjadi pada waktu dilakukan kuret tersebut, yang menurut pengakuan Ngatemi, sang bidan telah menarik bagian dalam perutnya dengan paksa, entah apa yang ditarik, tentu saja Ngatemi tidak mengetahuinya. "Tarikan" itu baru dihentikan oleh sang bidan setelah dilarang oleh suaminya (dokter).Melihat keadaan yang tidak semestinya itu, Abdul Mutalib dengan cepat bertindak untuk melarikan istrinya ke Rumah Sakit Kodam Bukit Barisan I. Di Rumah Sakit inilah akhirnya diketahui bahwa usus Ngatemi telah putus sepanjang 10 sentimeter dan kandungannya kedapatan "rusak", sehingga mengakibatkan saluran pembuangan Ngatemi terpaksa harus dipindahkan ke bagian perutnya. Dengan demikian, Ngatemi hingga sekarang apabila buang air besar melalui lubang buatan, dari perutnya.Upaya Pencegahan MalpraktikUpaya pencegahan malpraktek dalam pelayanan kesehatanDengan adanya kecenderungan masyarakat untuk menggugat bidan karena adanya malpraktek diharapkan para bidan dalam menjalankan tugasnya selalu bertindak hati-hati, yakni:Tidak menjanjikan atau memberi garansi akan keberhasilan upayanya, karena perjanjian berbentuk daya upaya (inspaning verbintenis) bukan perjanjian akan berhasil (resultaat verbintenis).Sebelum melakukan intervensi agar selalu dilakukan informed consent.Mencatat semua tindakan yang dilakukan dalam rekam medis.Apabila terjadi keragu-raguan, konsultasikan kepada senior atau dokter.Memperlakukan pasien secara manusiawi dengan memperhatikan segala kebutuhannya.Menjalin komunikasi yang baik dengan pasien, keluarga dan masyarakat sekitarnya.Upaya menghadapi tuntutan hokumApabila upaya kesehatan yang dilakukan kepada pasien tidak memuaskan sehingga bidan menghadapi tuntutan hukum, maka tenaga bidan seharusnyalah bersifat pasif dan pasien atau keluarganyalah yang aktif membuktikan kelalaian tenaga bidan.Apabila tuduhan kepada bidan merupakan criminal malpractice, maka tenaga bidan dapat melakukan :Informal defence, dengan mengajukan bukti untuk menangkis/ menyangkal bahwa tuduhan yang diajukan tidak berdasar atau tidak menunjuk pada doktrin-doktrin yang ada, misalnya bidan mengajukan bukti bahwa yang terjadi bukan disengaja, akan tetapi merupakan risiko medik (risk of treatment),atau mengajukan alasan bahwa dirinya tidak mempunyai sikap batin (men rea)sebagaimana disyaratkan dalam perumusan delik yang dituduhkan.Formal/legal defence, yakni melakukan pembelaan dengan mengajukan atau menunjuk pada doktrin-doktrin hukum, yakni dengan menyangkal tuntutan dengan cara menolak unsur-unsur pertanggung jawaban atau melakukan pembelaan untuk membebaskan diri dari pertanggung jawaban, dengan mengajukan bukti bahwa yang dilakukan adalah pengaruh daya paksa. Berbicara mengenai pembelaan, ada baiknya bidan menggunakan jasa penasehat hukum, sehingga yang sifatnya teknis pembelaan diserahkan kepadanya. Pada perkara perdata dalam tuduhan civil malpractice dimana bidan digugat membayar ganti rugi sejumlah uang, yang dilakukan adalah mementahkan dalil-dalil penggugat, karena dalam peradilan perdata, pihak yang mendalilkan harus membuktikan di pengadilan, dengan perkataan lain pasien atau pengacaranya harus membuktikan dalil sebagai dasar gugatan bahwa tergugat (bidan) bertanggung jawab atas derita (damage) yang dialami penggugat. Untuk membuktikan adanya civil malpractice tidaklah mudah, utamanya tidak diketemukannya fakta yang dapat berbicara sendiri (res ipsa loquitur), apalagi untuk membuktikan adanya tindakan menterlantarkan kewajiban (dereliction of duty) dan adanya hubungan langsung antara menterlantarkan kewajiban dengan adanya rusaknya kesehatan (damage), sedangkan yang harus membuktikan adalah orang-orang awam dibidang kesehatan dan hal inilah yang menguntungkan tenaga bidan.KesimpulanMalpraktik adalah tindakan yang tidak boleh dilakukan oleh tenaga kesehatan khususnya disini adalah bidan.Malpraktik dapat terjadi karena :Salah diagnosisSalah dalam menjalankan atau melakukan tindakan,Salah melakukan perawatan.Salah dalam petunjuk sesudah perawatan.Jenis malpraktik ada tiga macam yaitu criminal malpractice, civil malpractice, dan administrative malpractice.Dalam melakukan tindakan hendaknya bidan berhati-hati dan harus memperhatian hal berikut agar tidak terjadi malpraktik:Tidak menjanjikan atau memberi garansi akan keberhasilan upayanyaSebelum melakukan intervensi agar selalu dilakukan informed consent.Mencatat semua tindakan yang dilakukan dalam rekam medis.Apabila terjadi keragu-raguan, konsultasikan kepada senior atau dokter.Memperlakukan pasien secara manusiawi dengan memperhatikan segala kebutuhannya.Menjalin komunikasi yang baik dengan pasien, keluarga dan masyarakat sekitarnya.Daftar PustakaHeryani, Reni dan Tim.2013.Etikolegal Dalam Praktik Kebidanan.Jakarta: CV Trans Info MediaRafika, Sari.2013.Malpraktik.http://rafika6868.blogspot.com/2013/06/malpraktek.html" http://rafika6868.blogspot.com/2013/06/malpraktek.html diposkan pada tanggal 2 juni 2013.Ingrassia,Luria.Malpraktik Bidan dan Kasus. http://luriaingrassia.blogspot.com/2012/02/malpraktek-bidan-kasus.html" http://luriaingrassia.blogspot.com/2012/02/malpraktek-bidan-kasus.html diposkan pada tanggal 8 Pebruari 2012.