Resume Jurnal

4
RESUME JURNAL Judul Jurnal : Contact lens rehabilitation following repaired corneal perforations Latar Belakang : Luka pada kornea yang diikuti dengan luka perforasi kornea dapat menurunkan visus dikarenakan lengkuan kornea yang iregular dan pantulan cahaya karena opak. Kebanyakan pasien ini menjalani keratoplasty untuk medapat ketajaman penglihatannya kembali. Permeabilitas dari lensa kontak dapat menutupi jumlah kelengkungan kornea yang irregular. Lensa kontak menjadi pilihan pertama dari rehabilitasi mata dengan luka kornea yang diikuti dengan perbaikan perforasi kornea. Tujuan : Untuk mengevaluasi penggunaan lensa kontak dan kaca mata untuk meningkatkan tajam penglihatan pada mata yang terluka karena perforasi kornea Metodologi Penelitian : Pasien dengan luka kornea yang disebabkan luka perforasi kornea yang telah disembuhkan. Pemeriksaan penunjang : visus, visus koreksi, slit lamp, biomikroskopi, tampilan jahitan, integritas anterior bola mata, apakah fakia, afakia, atau pseudofakia. • Keratometry dan videokeratografi dilakukan untuk spesifikasi lensa kontak. Lensa kontak yang dipakai dengan diameter 9.5 mm sanpai 10.5 mm. Lensa kontak yang dipakai disesuaikan dengan refraksi dan nilai dari keratometrik. Keratometrik dilakukan untuk mengetahui kelengkungan dari lensa kontak. Kesesuain lensa kontak dievaluasi berdasarkan sentral, gerakan, dan pola dari tes fluoresin sehingga mendapatkan power dari lensa kontak yang sesuai. Setelah penggunaan lensa kontak lalu di follow up kesesuaian,didapatkan BCLCVA (best contact lens corrected visual acuity), adakah komplikasi yang terjadi. Pasien ada di follow up selama 6 bulan. Kesesuaian lensa kontak

Transcript of Resume Jurnal

Page 1: Resume Jurnal

RESUME JURNAL

Judul Jurnal : Contact lens rehabilitation following repaired corneal perforations

Latar Belakang :Luka pada kornea yang diikuti dengan luka perforasi kornea dapat menurunkan visus dikarenakan lengkuan kornea yang iregular dan pantulan cahaya karena opak. Kebanyakan pasien ini menjalani keratoplasty untuk medapat ketajaman penglihatannya kembali. Permeabilitas dari lensa kontak dapat menutupi jumlah kelengkungan kornea yang irregular. Lensa kontak menjadi pilihan pertama dari rehabilitasi mata dengan luka kornea yang diikuti dengan perbaikan perforasi kornea.

Tujuan : Untuk mengevaluasi penggunaan lensa kontak dan kaca mata untuk meningkatkan tajam penglihatan pada mata yang terluka karena perforasi kornea

Metodologi Penelitian

:• Pasien dengan luka kornea yang disebabkan luka perforasi kornea

yang telah disembuhkan.• Pemeriksaan penunjang : visus, visus koreksi, slit lamp,

biomikroskopi, tampilan jahitan, integritas anterior bola mata, apakah fakia, afakia, atau pseudofakia.

• Keratometry dan videokeratografi dilakukan untuk spesifikasi lensa kontak. Lensa kontak yang dipakai dengan diameter 9.5 mm sanpai 10.5 mm. Lensa kontak yang dipakai disesuaikan dengan refraksi dan nilai dari keratometrik. Keratometrik dilakukan untuk mengetahui kelengkungan dari lensa kontak. Kesesuain lensa kontak dievaluasi berdasarkan sentral, gerakan, dan pola dari tes fluoresin sehingga mendapatkan power dari lensa kontak yang sesuai.

• Setelah penggunaan lensa kontak lalu di follow up kesesuaian,didapatkan BCLCVA (best contact lens corrected visual acuity), adakah komplikasi yang terjadi. Pasien ada di follow up selama 6 bulan. Kesesuaian lensa kontak berhasil jika adanya peningkatan pada peningkatan visus dari pada kaca mata dan pasien dapat menggunakan lensa kontak + 8 jam per hari.

• Data dianalisis secara statistik dan dibandingkan dengan visus setelah pengguanaan lensa kontak yg berdasarkan dari dasar opak (sentral, parasentral, dan perifer) dan status lensa (fakia, afakia, pseudofakia)

• Analisis statistik Untuk melihat perbandingan hasil visus setelah penggunaan lensa

kontak menggunakan paired t test. Untuk melihat perbedaan signifikansi antara perbedaan letak luka

dan status lensa menggunakan one way annova. p < 0.05 à signifikan Progran statistik menggunakan STATA 8.0

Page 2: Resume Jurnal

Hasil :

Rata-rata usia pasien 16.40 + 9.04 tahun dan 28 (70%) pasien adalah laki-laki. Luka kornea sentral berjumlah 18 mata (45%), paracentral 18 mata (45%) dan perifer 4 mata (10%). 24 mata merupakan afakia . rata-rata keratometrik astigmatisme pada percobaan lensa kontak 4.58 + 2.45 D pada mata dengan luka sentral, 2.79 + 1.18 D pada mata dengan luka parasentral, 1.87 + 0.92 D pada mata dengan luka perifer. Perbedaan dari astigmatisma antara luka sentral, parasentral dan perifer sangat signifikan (sentral dg parasentral p=0.007, parasentral dengan perifer p=0.012) visus koreksi dengan kacamata yaitu > 6/18 pada optotype snellen didapatkan 10 mata (25%) sedangkan dengan lensa kontak 37 mata (92.5%). Perbedaan ini menunjukkan p<0.001. visus koreksi terbaik dengan kacamata adalah 0.20 ± 0.13 sedangkan dengan lensa kontak yaitu 0.58 ± 0.26. perbedaan menunjukkan signifikan p<0.001. semua mata menunjukkan peningkatan visus dengan > 2 garis snellen dengan menggunakan lensa kontak tetapi hanya 1 pasien yang intoleran.

Diskusi : Adanya kelengkungan astigmastis pada mata dengan perforasi kornea yang telah diperbaiki menunjukkan peningkatan yang optimal pada visus. Cahaya yang terpecah dan refraksi yang irregular berdasarkan adanya luka yang menimbulkan silau, menurunkan sensitivitas kontras dan mesopic vision. Permeabilitas lensa kontak meningkatkan visus dengan adanya permukaan refraksi negatif yang halus dan astigmatisma irregular berdasarkan luka. Air mata juga menestralisisr permukaan yang irregular dari lensa kontak. Permeabilitas lensa kontak secara signifikan dapat terjadi peningkatan visus dengan nebular dan nebulo-macular kornea yang opak. Penelitian lain memperlihatkan bahwa banyak peningkatan pada visus dengan penggunaan permeabilitas lensa kontak pada kesilauan, sensitifitas kontras dan penglihatan yang mesopic. Tidak ada penelitian yang mengimplikasi permeabilitas lensa kontak menurunkan sensitifitas kontras walaupun semakin kecil diameter lensa dapat mengakibatkan silau. Berbeda dengan soft contact lens yang mempengaruhi dari fungsi visual.

Kesimpulan :Penelitian ini menunjukkan bahwa permeabilitas lensa kontak efektif terhadap rehabilitasi visus pada luka kornea yang disebabkan oleh luka perforasi kornea

Page 3: Resume Jurnal

Rangkuman dan Hasil

Pembelajaran:

Visus setelah perbaikan post-trauma perforasi kornea mungkin tidak optimal berdasarkan timbulnya astigmatisme keratometrik yang irregular. Keratometrik dilakukan untuk mengetahui kelengkungan dari lensa kontak. Kesesuaian lensa kontak dievaluasi berdasarkan sentral, gerakan, dan pola dari tes fluoresin sehingga mendapatkan power dari lensa kontak yang sesuai. Kesesuaian lensa kontak berhasil jika adanya peningkatan pada peningkatan visus dan pasien dapat menggunakan lensa kontak + 8 jam per hari. Permeabilitas lensa kontak meningkatkan visus dengan adanya permukaan refraksi negatif yang halus dan astigmatisma irregular berdasarkan luka dapat menutupi jumlah kelengkungan kornea yang irregular. Lensa kontak menjadi pilihan pertama dari rehabilitasi mata dengan luka kornea yang diikuti dengan perforasi kornea yang telah sembuh.