Resume Hemodialisa
-
Upload
pangeran-koddokh-keseppian -
Category
Documents
-
view
130 -
download
16
description
Transcript of Resume Hemodialisa
TUGAS
RESUME
HEMODIALISA
Oleh :Zerry Satriawan
13.1127359.01
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIYATA HUSADA SAMARINDA
2015
1
RESUME HEMODIALISA
1. Pengertian
Price dan Wilson (1995) dialisa adalah suatu proses dimana solute dan air mengalami
difusi secara pasif melalui suatu membran berpori dari kompartemen cair menuju
kompartemen lainnya. Hemodialisa dan dialisa peritoneal merupakan dua tehnik utama
yang digunakan dalam dialisa. Prinsip dasar kedua teknik tersebut sama yaitu difusi solute
dan air dari plasma ke larutan dialisa sebagai respon terhadap perbedaan konsentrasi atau
tekanan tertentu.
Tisher dan Wilcox (1997) hemodialisa didefinisikan sebagai pergerakan larutan dan
air dari darah pasien melewati membran semipermeabel (dializer) ke dalam dialisat.
Dializer juga dapat dipergunakan untuk memindahkan sebagian besar volume cairan.
Pemindahan ini dilakukan melalui ultrafiltrasi dimana tekanan hidrostatik menyebabkan
aliran yang besar dari air plasma (dengan perbandingan sedikit larutan) melalui membran.
Dengan memperbesar jalan masuk pada vaskuler, antikoagulansi dan produksi dializer
yang dapat dipercaya dan efisien, hemodialisa telah menjadi metode yang dominan dalam
pengobatan gagal ginjal akut dan kronik di Amerika Serikat (Tisher & Wilcox, 1997).
Hemodialisa memerlukan sebuah mesin dialisa dan sebuah filter khusus yang dinamakan
dializer (suatu membran semipermeabel) yang digunakan untuk membersihkan darah,
darah dikeluarkan dari tubuh penderita dan beredar dalam sebuah mesin diluar tubuh.
Hemodialisa memerlukan jalan masuk ke aliran darah, maka dibuat suatu hubungan
buatan antara arteri dan vena (fistula arteriovenosa) melalui pembedahan (NKF, 2006).
2. Indikasi
Price dan Wilson (1995) menerangkan bahwa tidak ada petunjuk yang jelas
berdasarkan kadar kreatinin darah untuk menentukan kapan pengobatan harus dimulai.
Kebanyakan ahli ginjal mengambil keputusan berdasarkan kesehatan penderita yang terus
2
diikuti dengan cermat sebagai penderita rawat jalan. Pengobatan biasanya dimulai apabila
penderita sudah tidak sanggup lagi bekerja purna waktu, menderita neuropati perifer atau
memperlihatkan gejala klinis lainnya. Pengobatan biasanya juga dapat dimulai jika kadar
kreatinin serum diatas 6 mg/100 ml pada pria , 4 mg/100 ml pada wanita dan glomeluro
filtration rate (GFR) kurang dari 4 ml/menit. Penderita tidak boleh dibiarkan terus menerus
berbaring ditempat tidur atau sakit berat sampai kegiatan sehari-hari tidak dilakukan lagi.
Menurut konsensus Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI) (2003) secara ideal
semua pasien dengan Laju Filtrasi Goal (LFG) kurang dari 15 mL/menit, LFG kurang dari
10 mL/menit dengan gejala uremia/malnutrisi dan LFG kurang dari 5 mL/menit walaupun
tanpa gejala dapat menjalani dialisis. Selain indikasi tersebut juga disebutkan adanya
indikasi khusus yaitu apabila terdapat komplikasi akut seperti oedem paru, hiperkalemia,
asidosis metabolik berulang, dan nefropatik diabetik.
Thiser dan Wilcox (1997) menyebutkan bahwa hemodialisa biasanya dimulai ketika
bersihan kreatinin menurun dibawah 10 mL/menit, ini sebanding dengan kadar kreatinin
serum 8–10 mg/dL. Pasien yang terdapat gejala-gejala uremia dan secara mental dapat
membahayakan dirinya juga dianjurkan dilakukan hemodialisa. Selanjutnya Thiser dan
Wilcox (1997) juga menyebutkan bahwa indikasi relatif dari hemodialisa adalah azotemia
simtomatis berupa ensefalopati, dan toksin yang dapat didialisis. Sedangkan indikasi
khusus adalah perikarditis uremia, hiperkalemia, kelebihan cairan yang tidak responsif
dengan diuretik (oedem pulmonum), dan asidosis yang tidak dapat diatasi.
3. Kontra Indikasi
Menurut Thiser dan Wilcox (1997) kontra indikasi dari hemodialisa adalah hipotensi
yang tidak responsif terhadap presor, penyakit stadium terminal, dan sindrom otak
organik. Sedangkan menurut PERNEFRI (2003) kontra indikasi dari hemodialisa adalah
tidak mungkin didapatkan akses vaskuler pada hemodialisa, akses vaskuler sulit,
3
instabilitas hemodinamik dan koagulasi. Kontra indikasi hemodialisa yang lain
diantaranya adalah penyakit alzheimer, demensia multi infark, sindrom hepatorenal,
sirosis hati lanjut dengan ensefalopati dan keganasan lanjut (PERNEFRI, 2003).
4. Tujuan
Menurut Havens dan Terra (2005) tujuan dari pengobatan hemodialisa antara lain :
a. Menggantikan fungsi ginjal dalam fungsi ekskresi, yaitu membuang sisa-sisa
metabolisme dalam tubuh, seperti ureum, kreatinin, dan sisa metabolisme yang lain.
b. Menggantikan fungsi ginjal dalam mengeluarkan cairan tubuh yang seharusnya
dikeluarkan sebagai urin saat ginjal sehat.
c. Meningkatkan kualitas hidup pasien yang menderita penurunan fungsi ginjal.
d. Menggantikan fungsi ginjal sambil menunggu program pengobatan yang lain.
5. Proses Hemodialisa
Suatu mesin hemodialisa yang digunakan untuk tindakan hemodialisa berfungsi
mempersiapkan cairan dialisa (dialisat), mengalirkan dialisat dan aliran darah melewati
suatu membran semipermeabel, dan memantau fungsinya termasuk dialisat dan sirkuit
darah korporeal. Pemberian heparin melengkapi antikoagulasi sistemik. Darah dan dialisat
dialirkan pada sisi yang berlawanan untuk memperoleh efisiensi maksimal dari
pemindahan larutan. Komposisi dialisat, karakteristik dan ukuran membran dalam alat
dialisa, dan kecepatan aliran darah dan larutan mempengaruhi pemindahan larutan (Tisher
& Wilcox, 1997).
Dalam proses hemodialisa diperlukan suatu mesin hemodialisa dan suatu saringan
sebagai ginjal tiruan yang disebut dializer, yang digunakan untuk menyaring dan
membersihkan darah dari ureum, kreatinin dan zat-zat sisa metabolisme yang tidak
diperlukan oleh tubuh. Untuk melaksanakan hemodialisa diperlukan akses vaskuler
sebagai tempat suplai dari darah yang akan masuk ke dalam mesin hemodialisa (NKF,
4
2006). Suatu mesin ginjal buatan atau hemodializer terdiri dari membran semipermeabel
yang terdiri dari dua bagian, bagian untuk darah dan bagian lain untuk dialisat. Darah
mengalir dari arah yang berlawanan dengan arah darah ataupun dalam arah yang sama
dengan arah aliran darah. Dializer merupakan sebuah hollow fiber atau capillary dializer
yang terdiri dari ribuan serabut kapiler halus yang tersusun pararel. Darah mengalir
melalui bagian tengah tabung-tabung kecil ini, dan cairan dialisat membasahi bagian
luarnya. Dializer ini sangat kecil dan kompak karena memiliki permukaan yang luas akibat
adanya banyak tabung kapiler (Price & Wilson, 1995).
Corwin (2000) hemodialisa adalah dialisa yang dilakukan di luar tubuh. Selama
hemodialisa darah dikeluarkan dari tubuh melalui sebuah kateter masuk ke dalam sebuah
mesin yang dihubungkan dengan sebuah membran semipermeabel (dializer) yang terdiri
dari dua ruangan. Satu ruangan dialirkan darah dan ruangan yang lain dialirkan dialisat,
sehingga keduanya terjadi difusi. Setelah darah selesai dilakukan pembersihan oleh
dializer darah dikembalikan ke dalam tubuh melalui arterio venosa shunt (AV-shunt).
Price dan Wilson (1995) juga menyebutkan bahwa suatu sistem dialisa terdiri dari dua
sirkuit, satu untuk darah dan satu lagi untuk cairan dialisa. Darah mengalir dari pasien
melalui tabung plastik (jalur arteri/blood line), melalui dializer hollow fiber dan kembali
ke pasien melalui jalur vena. Cairan dialisa membentuk saluran kedua. Air kran difiltrasi
dan dihangatkan sampai sesuai dengan suhu tubuh, kemudian dicampur dengan konsentrat
dengan perantaraan pompa pengatur, sehingga terbentuk dialisat atau bak cairan dialisa.
Dialisat kemudian dimasukan ke dalam dializer, dimana cairan akan mengalir di luar
serabut berongga sebelum keluar melalui drainase. Keseimbangan antara darah dan
dialisat terjadi sepanjang membran semipermeabel dari hemodializer melalui proses difusi,
osmosis, dan ultrafiltrasi.
5
Ultrafiltrasi terutama dicapai dengan membuat perbedaan tekanan hidrostatik antara
darah dengan dialisat. Perbedaaan tekanan hidrostatik dapat dicapai dengan meningkatkan
tekanan positif di dalam kompartemen darah dializer yaitu dengan meningkatkan resistensi
terhadap aliran vena, atau dengan menimbulkan efek vakum dalam ruang dialisat dengan
memainkan pengatur tekanan negatif. Perbedaaan tekanan hidrostatik diantara membran
dialisa juga meningkatkan kecepatan difusi solut. Sirkuit darah pada sistem dialisa
dilengkapi dengan larutan garam atau NaCl 0,9 %, sebelum dihubungkan dengan sirkulasi
penderita. Tekanan darah pasien mungkin cukup untuk mengalirkan darah melalui sirkuit
ekstrakorporeal (di luar tubuh), atau mungkin juga memerlukan pompa darah untuk
membantu aliran dengan quick blood (QB) (sekitar 200 sampai 400 ml/menit) merupakan
aliran kecepatan yang baik. Heparin secara terus-menerus dimasukkan pada jalur arteri
melalui infus lambat untuk mencegah pembekuan darah. Perangkap bekuan darah atau
gelembung udara dalam jalur vena akan menghalangi udara atau bekuan darah kembali ke
dalam aliran darah pasien. Untuk menjamin keamanan pasien, maka hemodializer modern
dilengkapi dengan monitor-monitor yang memiliki alarm untuk berbagai parameter (Price
& Wilson, 1995).
PERNEFRI (2003) waktu atau lamanya hemodialisa disesuaikan dengan kebutuhan
individu. Tiap hemodialisa dilakukan 4 – 5 jam dengan frekuensi 2 kali seminggu.
Hemodialisa idealnya dilakukan 10 – 15 jam/minggu dengan QB 200–300 mL/menit.
Sedangkan menurut Corwin (2000) hemodialisa memerlukan waktu 3 – 5 jam dan
dilakukan 3 kali seminggu. Pada akhir interval 2 – 3 hari diantara hemodialisa,
keseimbangan garam, air, dan pH sudah tidak normal lagi. Hemodialisa ikut berperan
menyebabkan anemia karena sebagian sel darah merah rusak dalam proses hemodialisa.
6. Komplikasi Hemodialisa
6
Tisher dan Wilcox (1997) serta Havens dan Terra (2005) selama tindakan hemodialisa
sering sekali ditemukan komplikasi yang terjadi, antara lain:
a. Kram otot
Kram otot pada umumnya terjadi pada separuh waktu berjalannya hemodialisa sampai
mendekati waktu berakhirnya hemodialisa. Kram otot seringkali terjadi pada
ultrafiltrasi (penarikan cairan) yang cepat dengan volume yang tinggi.
b. Hipotensi
Terjadinya hipotensi dimungkinkan karena pemakaian dialisat asetat, rendahnya dialisat
natrium, penyakit jantung aterosklerotik, neuropati otonomik, dan kelebihan tambahan
berat cairan.
c. Aritmia
Hipoksia, hipotensi, penghentian obat antiaritmia selama dialisa, penurunan kalsium,
magnesium, kalium, dan bikarbonat serum yang cepat berpengaruh terhadap aritmia
pada pasien hemodialisa.
d. Sindrom ketidakseimbangan dialisa
Sindrom ketidakseimbangan dialisa dipercaya secara primer dapat diakibatkan dari
osmol-osmol lain dari otak dan bersihan urea yang kurang cepat dibandingkan dari
darah, yang mengakibatkan suatu gradien osmotik diantara kompartemen-kompartemen
ini. Gradien osmotik ini menyebabkan perpindahan air ke dalam otak yang
menyebabkan oedem serebri. Sindrom ini tidak lazim dan biasanya terjadi pada pasien
yang menjalani hemodialisa pertama dengan azotemia berat.
e. Hipoksemia
Hipoksemia selama hemodialisa merupakan hal penting yang perlu dimonitor pada
pasien yang mengalami gangguan fungsi kardiopulmonar.
f. Perdarahan
7
Uremia menyebabkan ganguan fungsi trombosit. Fungsi trombosit dapat dinilai dengan
mengukur waktu perdarahan. Penggunaan heparin selama hemodialisa juga merupakan
faktor risiko terjadinya perdarahan.
g. Ganguan pencernaan
Gangguan pencernaan yang sering terjadi adalah mual dan muntah yang disebabkan
karena hipoglikemia. Gangguan pencernaan sering disertai dengan sakit kepala.
h. Infeksi atau peradangan bisa terjadi pada akses vaskuler.
i. Pembekuan darah bisa disebabkan karena dosis pemberian heparin yang tidak adekuat
ataupun kecepatan putaran darah yang lambat.
ASUHAN KEPERAWATAN HEMODIALISA
1. Pengkajian
Keluhan utama pada pasien hemodialisa adalah :
a. sindrom uremia
b. Mual, muntah, perdarahan GI.
c. Pusing, nafas kusmaul, koma.
d. Perikarditis, cardiar aritmia
e. Edema, gagal jantung, edema paru
f. Hipertensi
2. Manifestasi klinik
a. Kulit : kulit kekuningan, pucat, kering dan bersisik, pruritus atau gatal-gatal
b. Kuku ; kuku tipis dan rapuh
c. Rambut : kering dan rapuh
d. Oral ; halitosis / faktor uremic, perdarahan gusi
e. Lambung ; mual, muntah, anoreksia, gastritis ulceration.
8
f. Pulmonary ; uremic “lung” atau pneumonia
g. Asam basa ; asidosis metabolik
h. Neurologic ; letih, sakit kepala, gangguan tidur, gangguan otot : pegal
i. Hematologi : about it, perdarahan
3. Diagnosa Keperawatan
a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan mekanisme pengaturan melemah
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan pemasukan atau mencerna makanan atau mengabsorpsi zat-zat gizi
berhubungan dengan faktor biologis, psikologis atau ekonomi.
c. PK : Perdarahan
d. PK : Hiperkalemia
e. PK : Hipoglikemia
f. PK : Asidosis
g. PK : Anemia
4. Rencana Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi
a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan mekanisme pengaturan melemah
NOC :
1) Electrolit and acid base balance
2) Fluid balance
3) Hydration
NIC :
Fluid Management
1) Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
2) Pasang urin kateter jika diperlukan
9
3) Monitor hasil lAb yang sesuai dengan retensi cairan (BUN , Hmt , osmolalitas urin )
4) Monitor status hemodinamik termasuk CVP, MAP, PAP, dan PCWP
5) Monitor vital Ibn
6) Monitor indikasi retensi / kelebihan cairan (cracles, CVP , edema, distensi vena
leher, asites)
7) Monitor masukan makanan / cairan dan hitung intake kalori harian
8) Monitor status nutrisi
9) Berikan diuretik sesuai interupsi
10) Batasi masukan cairan pada keadaan hiponatrermi dilusi dengan serum Na < 130
mEq/l
11) Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul memburuk
Fluid Monitoring
1) Tentukan riwayat jumlah dan tipe intake cairan dan eliminasi
2) Tentukan kemungkinan faktor resiko dari ketidak seimbangan cairan (Hipertermia,
terapi diuretik, kelainan renal, gagal jantung, diaporesis, disfungsi hati, dll )
3) Monitor berat badan
4) Monitor serum dan elektrolit urine
5) Monitor serum dan osmilalitas urine
6) Monitor BP, HR, dan RR
7) Monitor tekanan darah orthostatik dan perubahan irama jantung
8) Monitor parameter hemodinamik infasif
9) Catat secara akutar intake dan output
10) Monitor adanya distensi leher, rinchi, eodem perifer dan penambahan BB
11) Monitor tanda dan gejala dari odema
12) Beri obat yang dapat meningkatkan output Turin
10
Hemodialysis therapy
1) Ukur berat badan sebelum hemodialisa
2) Monitor vital sign setiap jam atau bila diperlukan
3) Lakukan program ultrafiltration goal sesuai kenaikan berat badan
4) Monitor komplikasi yang mungkin terjadi selama hemodialisa
5) Monitor tanda dan gejala kelebihan cairan
6) Monitor tanda dan gejala kekurangan cairan
7) Ukur berat badan setelah hemodialisa
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan pemasukan atau mencerna makanan atau mengabsorpsi zat-zat gizi
b.d faktor biologis, psikologis atau ekonomi.
NOC :
a. Nutritional Status : food and Fluid Intake
b. Nutritional Status : nutrient Intake
c. Weight control
NIC :
Nutrition Management
1) Kaji adanya alergi makanan
2) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien.
3) Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
4) Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
5) Berikan substansi gula
6) Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi
7) Berikan makanan yang terpilih ( sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi)
11
8) Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian.
9) Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
10) Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
11) Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
Nutrition Monitoring
1) BB pasien dalam batas normal
2) Monitor adanya penurunan berat badan
3) Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan
4) Monitor interaksi anak atau orangtua selama makan
5) Monitor lingkungan selama makan
6) Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan
7) Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
8) Monitor turgor kulit
9) Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah
10) Monitor mual dan muntah
11) Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht
12) Monitor makanan kesukaan
13) Monitor pertumbuhan dan perkembangan
14) Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva
15) Monitor kalori dan intake nutrisi
16) Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas oral.
17) Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet
c. PK : Peradarahan Perawat dapat menangani dan meminimalkan terjadinya perdarahan.
NIC :
Kontrol perdarahan
12
1) Kaji keadaan luka insisi penusukan jarum AV Fistula hemoidalisa
2) Jaga posisi jarum tetap aman dan paten.
3) Monitor vital sign
4) Jelaskan tentang tanda dan gejala perdarahan
5) Monitor tanda dan gejala perdarahan
6) Monitor laboratorium darah rutin ( hemoglobin) post hemodialisa bila perlu
7) Berikan dosis antikoagulan waktu hemodialisa sesai dosis.
d. PK : Hiperkalemia Perawat dapat menanganai dan meminimalkan terjadinya
hiperkalemia Management elektrolit
1) Monitor ketidakseimbangan serum elektrolit, jika ada/tersedia
2) Monitor dampak-dampak dari ketidakadekuatan/ ketidak seimbangan elektrolit
3) Pertahankan patensi jalan masuk intra vena
4) Berikan cairan, jika diperlukan
5) Pertahankan keakuratan data intake dan out paut
6) Pertahankan cairan intraa vena berisi elektrolit dalam aliran tetap, jika perlu
7) Berikan tambahan elektrolit (secara oral, NGT, dan IV) sesuai resep, jika
diperlukan
8) Konsultasikan dengahn dokter dalam pemberian pengoabtan, hemat elektrolit (ex;
spironolakton), jika perlu
9) Berikan ikatan elektrolit atau penguat (ex: kogeoxalat), sesuai instruksi, jika perlu
10) Dapatkan spesimen untuk analisis laborat dari level elektrolit (AGD, urin, serum)
11) Monior kehilangan elektrolit kaya cairan (NGT, section, plesbotomi drainase,
diare, drainage luka, dan diaporosis)
13
12) Adakan pengukuran untuk mengontrol kehilangan lektrolit berlebihan/banyak
sekali (ex : dengan istirahat usus, perubahan tipe elektrolit, pemberian
antiopirektik) jika, perlukan.
13) Minimalkan jumlah oral intake yang dikonsumsi oleh pasien dengan saluran
gastrik yang dihubungkan dengan Action
14) Berikan diet yang tepat untuk pasien , terutama keseimbangan elektrolit (kaya,
potasiium, rendah sodium, rendah karbohidrat)
15) Instruksikan pasien atau famili dalam modifikasi diit secara spesifik
16) Berikan pengamanan lingkungan untuk pasien dengan gangguan neurologi dan
neuromuscular, akibat ketidakseimbangan elektrolit
17) Peningkatan orientasi
18) Ajarkan pasien dan keluarga tentang tipe, penyebab dan perawatan
ketidakseimbangan elektrolit
19) Konsultasikan dengan dokter jika tanda dan gejala dari ketidakseimbanga elektrolit
bertahan lama atau memburuk
20) Monitor respon pasien untuk terapy elektrolit sesuai instruksi
21) Monitor efek samping pemberian elektrolit tambahan (ex: Gastrointestinal irigasi)
22) Monitor secara pasti level serum potasium pada pasien yang mendapat digitalis dan
diuretik
23) Berikan/pasang monitor jantung, jika perlu
24) Obati/rawat aritmia jhantung, sesuai kebijakan
25) Siapkan pasien untuk dialisis (ex: bantu dengan pemasangan kateter untuk dialisis)
e. PK : Hipoglikemia Perawat dapat menangani dan meminimalkan episode hipoglikemi
Management hipo/hiperglikemik
14
1) Pantau kadar gula darah sebelum pemberian obat hipoglikemik dan atau sebelum
makan dan satu jam sebelum tidur
2) Pantau tanda dan gejala hipoglikemi (kadar gula darah kurang dari 70 mg/dl, kulit
dingin, lembab dan pucat, takikardi,peka terhadap rangsang, tidak sadar, tidak
terkoordinasi, bingung, mudah mengantuk)
3) Jika klien dapat menelan, berikans etengah gelas jus jeruk, cola atau semacam
golongan jahe setiap 15 menit sampai kadar glukosa darahnya meningkat diatas 69
mg/Cl
4) Jika klien tidak dapat menelan, berikanglukagon hidroklorida subkutan 50 ml
glukosa 50% dalam air IV sesuai protokol
f. PK : Asidosis Perawat mampu menangani dan meminimalkan episode asidosis Asidosis
Metabolik
1) Pantau tanda dan gejala asidosis metabolik
a) pernafasan cepat danlambat
b) sakit kepala
c) mual dan muntah
d) bikarbonat plasma dan pH arteri darah rendah
e) perubahan tingkah laku, mengantuk
f) kalsium serum meningkat
g) klorida serum meningkat
h) penurunan HCO3
2) Untuk klien klien dengan asidosis metabolik
a) mulai dengan penggantian cairan IV sesuai program tergantung dari penyebab
dasarnya.
b) Jika etiologinya DM, rujuk pada PK: hipo/hiperglikemik
15
c) Kaji tanda dangejala hipokalsemia, hipokalemia, dan alkalosis setelah asidosisnya
terkoreksi
d) Lakukan koreksi pada setiap gangguan ketidakseimbangan elektrolit sesuai
dengan program dokter
e) Pantau nilai gas darah arteri dan pH urine.
Asidosis Respiratorik
Pantau tanda dan gejala asidosis respiratorik
1) Takikardi
2) Disritmia
3) Berkeringat
4) Mual/muntah
5) Gelisah
6) Dyspneu
7) Peningkatan usaha nafas
8) Penurunan frekuensi pernafasan
9) Peningkatan PCO
10) Peningkatan kalsium serum
11) Penurunan natrium klorida
Untuk klien klien dengan asidosis respiratorik
1) Perbaiki ventilasi melalui pengubahan posisi pada semifowler, latihan nafas
dalam
2) Konsul kemungkinan penggunaan ventilasi mekanis
3) Berikan oksigen setelah klien dapat bernafas dengan baik
4) Tingkatkan pemberian hidrasi yang optimal
16
g. PK : Anemia Perawat dapat melakukan pencegahan untuk meminimalkan terjadinya
anemia berkelanjutan Management Anemia
1) Pantau tanda dan gejala anemia
a) Adanya letargi
b) Adanya kelemahan
c) Keletihan
d) Peningkatan pucat
e) Dyspneu saat melakukan aktivitas
2) Monitor kadar Hb
Kolaborasi perlunya pemberian transfusi
DAFTAR PUSTAKA
http://pande-krisna.blogspot.com/2012/12/laporan-pendahuluan-hemodialisa.html
17