Resume Hemodialisa

27
TUGAS RESUME HEMODIALISA Oleh : Zerry Satriawan 13.1127359.01 1

description

perawat

Transcript of Resume Hemodialisa

Page 1: Resume Hemodialisa

TUGAS

RESUME

HEMODIALISA

Oleh :Zerry Satriawan

13.1127359.01

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIYATA HUSADA SAMARINDA

2015

1

Page 2: Resume Hemodialisa

RESUME HEMODIALISA

1. Pengertian

Price dan Wilson (1995) dialisa adalah suatu proses dimana solute dan air mengalami

difusi secara pasif melalui suatu membran berpori dari kompartemen cair menuju

kompartemen lainnya. Hemodialisa dan dialisa peritoneal merupakan dua tehnik utama

yang digunakan dalam dialisa. Prinsip dasar kedua teknik tersebut sama yaitu difusi solute

dan air dari plasma ke larutan dialisa sebagai respon terhadap perbedaan konsentrasi atau

tekanan tertentu.

Tisher dan Wilcox (1997) hemodialisa didefinisikan sebagai pergerakan larutan dan

air dari darah pasien melewati membran semipermeabel (dializer) ke dalam dialisat.

Dializer juga dapat dipergunakan untuk memindahkan sebagian besar volume cairan.

Pemindahan ini dilakukan melalui ultrafiltrasi dimana tekanan hidrostatik menyebabkan

aliran yang besar dari air plasma (dengan perbandingan sedikit larutan) melalui membran.

Dengan memperbesar jalan masuk pada vaskuler, antikoagulansi dan produksi dializer

yang dapat dipercaya dan efisien, hemodialisa telah menjadi metode yang dominan dalam

pengobatan gagal ginjal akut dan kronik di Amerika Serikat (Tisher & Wilcox, 1997).

Hemodialisa memerlukan sebuah mesin dialisa dan sebuah filter khusus yang dinamakan

dializer (suatu membran semipermeabel) yang digunakan untuk membersihkan darah,

darah dikeluarkan dari tubuh penderita dan beredar dalam sebuah mesin diluar tubuh.

Hemodialisa memerlukan jalan masuk ke aliran darah, maka dibuat suatu hubungan

buatan antara arteri dan vena (fistula arteriovenosa) melalui pembedahan (NKF, 2006).

2. Indikasi

Price dan Wilson (1995) menerangkan bahwa tidak ada petunjuk yang jelas

berdasarkan kadar kreatinin darah untuk menentukan kapan pengobatan harus dimulai.

Kebanyakan ahli ginjal mengambil keputusan berdasarkan kesehatan penderita yang terus

2

Page 3: Resume Hemodialisa

diikuti dengan cermat sebagai penderita rawat jalan. Pengobatan biasanya dimulai apabila

penderita sudah tidak sanggup lagi bekerja purna waktu, menderita neuropati perifer atau

memperlihatkan gejala klinis lainnya. Pengobatan biasanya juga dapat dimulai jika kadar

kreatinin serum diatas 6 mg/100 ml pada pria , 4 mg/100 ml pada wanita dan glomeluro

filtration rate (GFR) kurang dari 4 ml/menit. Penderita tidak boleh dibiarkan terus menerus

berbaring ditempat tidur atau sakit berat sampai kegiatan sehari-hari tidak dilakukan lagi.

Menurut konsensus Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI) (2003) secara ideal

semua pasien dengan Laju Filtrasi Goal (LFG) kurang dari 15 mL/menit, LFG kurang dari

10 mL/menit dengan gejala uremia/malnutrisi dan LFG kurang dari 5 mL/menit walaupun

tanpa gejala dapat menjalani dialisis. Selain indikasi tersebut juga disebutkan adanya

indikasi khusus yaitu apabila terdapat komplikasi akut seperti oedem paru, hiperkalemia,

asidosis metabolik berulang, dan nefropatik diabetik.

Thiser dan Wilcox (1997) menyebutkan bahwa hemodialisa biasanya dimulai ketika

bersihan kreatinin menurun dibawah 10 mL/menit, ini sebanding dengan kadar kreatinin

serum 8–10 mg/dL. Pasien yang terdapat gejala-gejala uremia dan secara mental dapat

membahayakan dirinya juga dianjurkan dilakukan hemodialisa. Selanjutnya Thiser dan

Wilcox (1997) juga menyebutkan bahwa indikasi relatif dari hemodialisa adalah azotemia

simtomatis berupa ensefalopati, dan toksin yang dapat didialisis. Sedangkan indikasi

khusus adalah perikarditis uremia, hiperkalemia, kelebihan cairan yang tidak responsif

dengan diuretik (oedem pulmonum), dan asidosis yang tidak dapat diatasi.

3. Kontra Indikasi

Menurut Thiser dan Wilcox (1997) kontra indikasi dari hemodialisa adalah hipotensi

yang tidak responsif terhadap presor, penyakit stadium terminal, dan sindrom otak

organik. Sedangkan menurut PERNEFRI (2003) kontra indikasi dari hemodialisa adalah

tidak mungkin didapatkan akses vaskuler pada hemodialisa, akses vaskuler sulit,

3

Page 4: Resume Hemodialisa

instabilitas hemodinamik dan koagulasi. Kontra indikasi hemodialisa yang lain

diantaranya adalah penyakit alzheimer, demensia multi infark, sindrom hepatorenal,

sirosis hati lanjut dengan ensefalopati dan keganasan lanjut (PERNEFRI, 2003).

4. Tujuan

Menurut Havens dan Terra (2005) tujuan dari pengobatan hemodialisa antara lain :

a. Menggantikan fungsi ginjal dalam fungsi ekskresi, yaitu membuang sisa-sisa

metabolisme dalam tubuh, seperti ureum, kreatinin, dan sisa metabolisme yang lain.

b. Menggantikan fungsi ginjal dalam mengeluarkan cairan tubuh yang seharusnya

dikeluarkan sebagai urin saat ginjal sehat.

c. Meningkatkan kualitas hidup pasien yang menderita penurunan fungsi ginjal.

d. Menggantikan fungsi ginjal sambil menunggu program pengobatan yang lain.

5. Proses Hemodialisa

Suatu mesin hemodialisa yang digunakan untuk tindakan hemodialisa berfungsi

mempersiapkan cairan dialisa (dialisat), mengalirkan dialisat dan aliran darah melewati

suatu membran semipermeabel, dan memantau fungsinya termasuk dialisat dan sirkuit

darah korporeal. Pemberian heparin melengkapi antikoagulasi sistemik. Darah dan dialisat

dialirkan pada sisi yang berlawanan untuk memperoleh efisiensi maksimal dari

pemindahan larutan. Komposisi dialisat, karakteristik dan ukuran membran dalam alat

dialisa, dan kecepatan aliran darah dan larutan mempengaruhi pemindahan larutan (Tisher

& Wilcox, 1997).

Dalam proses hemodialisa diperlukan suatu mesin hemodialisa dan suatu saringan

sebagai ginjal tiruan yang disebut dializer, yang digunakan untuk menyaring dan

membersihkan darah dari ureum, kreatinin dan zat-zat sisa metabolisme yang tidak

diperlukan oleh tubuh. Untuk melaksanakan hemodialisa diperlukan akses vaskuler

sebagai tempat suplai dari darah yang akan masuk ke dalam mesin hemodialisa (NKF,

4

Page 5: Resume Hemodialisa

2006). Suatu mesin ginjal buatan atau hemodializer terdiri dari membran semipermeabel

yang terdiri dari dua bagian, bagian untuk darah dan bagian lain untuk dialisat. Darah

mengalir dari arah yang berlawanan dengan arah darah ataupun dalam arah yang sama

dengan arah aliran darah. Dializer merupakan sebuah hollow fiber atau capillary dializer

yang terdiri dari ribuan serabut kapiler halus yang tersusun pararel. Darah mengalir

melalui bagian tengah tabung-tabung kecil ini, dan cairan dialisat membasahi bagian

luarnya. Dializer ini sangat kecil dan kompak karena memiliki permukaan yang luas akibat

adanya banyak tabung kapiler (Price & Wilson, 1995).

Corwin (2000) hemodialisa adalah dialisa yang dilakukan di luar tubuh. Selama

hemodialisa darah dikeluarkan dari tubuh melalui sebuah kateter masuk ke dalam sebuah

mesin yang dihubungkan dengan sebuah membran semipermeabel (dializer) yang terdiri

dari dua ruangan. Satu ruangan dialirkan darah dan ruangan yang lain dialirkan dialisat,

sehingga keduanya terjadi difusi. Setelah darah selesai dilakukan pembersihan oleh

dializer darah dikembalikan ke dalam tubuh melalui arterio venosa shunt (AV-shunt).

Price dan Wilson (1995) juga menyebutkan bahwa suatu sistem dialisa terdiri dari dua

sirkuit, satu untuk darah dan satu lagi untuk cairan dialisa. Darah mengalir dari pasien

melalui tabung plastik (jalur arteri/blood line), melalui dializer hollow fiber dan kembali

ke pasien melalui jalur vena. Cairan dialisa membentuk saluran kedua. Air kran difiltrasi

dan dihangatkan sampai sesuai dengan suhu tubuh, kemudian dicampur dengan konsentrat

dengan perantaraan pompa pengatur, sehingga terbentuk dialisat atau bak cairan dialisa.

Dialisat kemudian dimasukan ke dalam dializer, dimana cairan akan mengalir di luar

serabut berongga sebelum keluar melalui drainase. Keseimbangan antara darah dan

dialisat terjadi sepanjang membran semipermeabel dari hemodializer melalui proses difusi,

osmosis, dan ultrafiltrasi.

5

Page 6: Resume Hemodialisa

Ultrafiltrasi terutama dicapai dengan membuat perbedaan tekanan hidrostatik antara

darah dengan dialisat. Perbedaaan tekanan hidrostatik dapat dicapai dengan meningkatkan

tekanan positif di dalam kompartemen darah dializer yaitu dengan meningkatkan resistensi

terhadap aliran vena, atau dengan menimbulkan efek vakum dalam ruang dialisat dengan

memainkan pengatur tekanan negatif. Perbedaaan tekanan hidrostatik diantara membran

dialisa juga meningkatkan kecepatan difusi solut. Sirkuit darah pada sistem dialisa

dilengkapi dengan larutan garam atau NaCl 0,9 %, sebelum dihubungkan dengan sirkulasi

penderita. Tekanan darah pasien mungkin cukup untuk mengalirkan darah melalui sirkuit

ekstrakorporeal (di luar tubuh), atau mungkin juga memerlukan pompa darah untuk

membantu aliran dengan quick blood (QB) (sekitar 200 sampai 400 ml/menit) merupakan

aliran kecepatan yang baik. Heparin secara terus-menerus dimasukkan pada jalur arteri

melalui infus lambat untuk mencegah pembekuan darah. Perangkap bekuan darah atau

gelembung udara dalam jalur vena akan menghalangi udara atau bekuan darah kembali ke

dalam aliran darah pasien. Untuk menjamin keamanan pasien, maka hemodializer modern

dilengkapi dengan monitor-monitor yang memiliki alarm untuk berbagai parameter (Price

& Wilson, 1995).

PERNEFRI (2003) waktu atau lamanya hemodialisa disesuaikan dengan kebutuhan

individu. Tiap hemodialisa dilakukan 4 – 5 jam dengan frekuensi 2 kali seminggu.

Hemodialisa idealnya dilakukan 10 – 15 jam/minggu dengan QB 200–300 mL/menit.

Sedangkan menurut Corwin (2000) hemodialisa memerlukan waktu 3 – 5 jam dan

dilakukan 3 kali seminggu. Pada akhir interval 2 – 3 hari diantara hemodialisa,

keseimbangan garam, air, dan pH sudah tidak normal lagi. Hemodialisa ikut berperan

menyebabkan anemia karena sebagian sel darah merah rusak dalam proses hemodialisa.

6. Komplikasi Hemodialisa

6

Page 7: Resume Hemodialisa

Tisher dan Wilcox (1997) serta Havens dan Terra (2005) selama tindakan hemodialisa

sering sekali ditemukan komplikasi yang terjadi, antara lain:

a. Kram otot

Kram otot pada umumnya terjadi pada separuh waktu berjalannya hemodialisa sampai

mendekati waktu berakhirnya hemodialisa. Kram otot seringkali terjadi pada

ultrafiltrasi (penarikan cairan) yang cepat dengan volume yang tinggi.

b. Hipotensi

Terjadinya hipotensi dimungkinkan karena pemakaian dialisat asetat, rendahnya dialisat

natrium, penyakit jantung aterosklerotik, neuropati otonomik, dan kelebihan tambahan

berat cairan.

c. Aritmia

Hipoksia, hipotensi, penghentian obat antiaritmia selama dialisa, penurunan kalsium,

magnesium, kalium, dan bikarbonat serum yang cepat berpengaruh terhadap aritmia

pada pasien hemodialisa.

d. Sindrom ketidakseimbangan dialisa

Sindrom ketidakseimbangan dialisa dipercaya secara primer dapat diakibatkan dari

osmol-osmol lain dari otak dan bersihan urea yang kurang cepat dibandingkan dari

darah, yang mengakibatkan suatu gradien osmotik diantara kompartemen-kompartemen

ini. Gradien osmotik ini menyebabkan perpindahan air ke dalam otak yang

menyebabkan oedem serebri. Sindrom ini tidak lazim dan biasanya terjadi pada pasien

yang menjalani hemodialisa pertama dengan azotemia berat.

e. Hipoksemia

Hipoksemia selama hemodialisa merupakan hal penting yang perlu dimonitor pada

pasien yang mengalami gangguan fungsi kardiopulmonar.

f. Perdarahan

7

Page 8: Resume Hemodialisa

Uremia menyebabkan ganguan fungsi trombosit. Fungsi trombosit dapat dinilai dengan

mengukur waktu perdarahan. Penggunaan heparin selama hemodialisa juga merupakan

faktor risiko terjadinya perdarahan.

g. Ganguan pencernaan

Gangguan pencernaan yang sering terjadi adalah mual dan muntah yang disebabkan

karena hipoglikemia. Gangguan pencernaan sering disertai dengan sakit kepala.

h. Infeksi atau peradangan bisa terjadi pada akses vaskuler.

i. Pembekuan darah bisa disebabkan karena dosis pemberian heparin yang tidak adekuat

ataupun kecepatan putaran darah yang lambat.

ASUHAN KEPERAWATAN HEMODIALISA

1. Pengkajian

Keluhan utama pada pasien hemodialisa adalah :

a. sindrom uremia

b. Mual, muntah, perdarahan GI.

c. Pusing, nafas kusmaul, koma.

d. Perikarditis, cardiar aritmia

e. Edema, gagal jantung, edema paru

f. Hipertensi

2. Manifestasi klinik

a. Kulit : kulit kekuningan, pucat, kering dan bersisik, pruritus atau gatal-gatal

b. Kuku ; kuku tipis dan rapuh

c. Rambut : kering dan rapuh

d. Oral ; halitosis / faktor uremic, perdarahan gusi

e. Lambung ; mual, muntah, anoreksia, gastritis ulceration.

8

Page 9: Resume Hemodialisa

f. Pulmonary ; uremic “lung” atau pneumonia

g. Asam basa ; asidosis metabolik

h. Neurologic ; letih, sakit kepala, gangguan tidur, gangguan otot : pegal

i. Hematologi : about it, perdarahan

3. Diagnosa Keperawatan

a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan mekanisme pengaturan melemah

b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

ketidakmampuan pemasukan atau mencerna makanan atau mengabsorpsi zat-zat gizi

berhubungan dengan faktor biologis, psikologis atau ekonomi.

c. PK : Perdarahan

d. PK : Hiperkalemia

e. PK : Hipoglikemia

f. PK : Asidosis

g. PK : Anemia

4. Rencana Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi

a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan mekanisme pengaturan melemah

NOC :

1) Electrolit and acid base balance

2) Fluid balance

3) Hydration

NIC :

Fluid Management

1) Pertahankan catatan intake dan output yang akurat

2) Pasang urin kateter jika diperlukan

9

Page 10: Resume Hemodialisa

3) Monitor hasil lAb yang sesuai dengan retensi cairan (BUN , Hmt , osmolalitas urin )

4) Monitor status hemodinamik termasuk CVP, MAP, PAP, dan PCWP

5) Monitor vital Ibn

6) Monitor indikasi retensi / kelebihan cairan (cracles, CVP , edema, distensi vena

leher, asites)

7) Monitor masukan makanan / cairan dan hitung intake kalori harian

8) Monitor status nutrisi

9) Berikan diuretik sesuai interupsi

10) Batasi masukan cairan pada keadaan hiponatrermi dilusi dengan serum Na < 130

mEq/l

11) Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul memburuk

Fluid Monitoring

1) Tentukan riwayat jumlah dan tipe intake cairan dan eliminasi

2) Tentukan kemungkinan faktor resiko dari ketidak seimbangan cairan (Hipertermia,

terapi diuretik, kelainan renal, gagal jantung, diaporesis, disfungsi hati, dll )

3) Monitor berat badan

4) Monitor serum dan elektrolit urine

5) Monitor serum dan osmilalitas urine

6) Monitor BP, HR, dan RR

7) Monitor tekanan darah orthostatik dan perubahan irama jantung

8) Monitor parameter hemodinamik infasif

9) Catat secara akutar intake dan output

10) Monitor adanya distensi leher, rinchi, eodem perifer dan penambahan BB

11) Monitor tanda dan gejala dari odema

12) Beri obat yang dapat meningkatkan output Turin

10

Page 11: Resume Hemodialisa

Hemodialysis therapy

1) Ukur berat badan sebelum hemodialisa

2) Monitor vital sign setiap jam atau bila diperlukan

3) Lakukan program ultrafiltration goal sesuai kenaikan berat badan

4) Monitor komplikasi yang mungkin terjadi selama hemodialisa

5) Monitor tanda dan gejala kelebihan cairan

6) Monitor tanda dan gejala kekurangan cairan

7) Ukur berat badan setelah hemodialisa

b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

ketidakmampuan pemasukan atau mencerna makanan atau mengabsorpsi zat-zat gizi

b.d faktor biologis, psikologis atau ekonomi.

NOC :

a. Nutritional Status : food and Fluid Intake

b. Nutritional Status : nutrient Intake

c. Weight control

NIC :

Nutrition Management

1) Kaji adanya alergi makanan

2) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang

dibutuhkan pasien.

3) Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe

4) Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C

5) Berikan substansi gula

6) Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi

7) Berikan makanan yang terpilih ( sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi)

11

Page 12: Resume Hemodialisa

8) Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian.

9) Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori

10) Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi

11) Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan

Nutrition Monitoring

1) BB pasien dalam batas normal

2) Monitor adanya penurunan berat badan

3) Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan

4) Monitor interaksi anak atau orangtua selama makan

5) Monitor lingkungan selama makan

6) Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan

7) Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi

8) Monitor turgor kulit

9) Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah

10) Monitor mual dan muntah

11) Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht

12) Monitor makanan kesukaan

13) Monitor pertumbuhan dan perkembangan

14) Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva

15) Monitor kalori dan intake nutrisi

16) Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas oral.

17) Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet

c. PK : Peradarahan Perawat dapat menangani dan meminimalkan terjadinya perdarahan.

NIC :

Kontrol perdarahan

12

Page 13: Resume Hemodialisa

1) Kaji keadaan luka insisi penusukan jarum AV Fistula hemoidalisa

2) Jaga posisi jarum tetap aman dan paten.

3) Monitor vital sign

4) Jelaskan tentang tanda dan gejala perdarahan

5) Monitor tanda dan gejala perdarahan

6) Monitor laboratorium darah rutin ( hemoglobin) post hemodialisa bila perlu

7) Berikan dosis antikoagulan waktu hemodialisa sesai dosis.

d. PK : Hiperkalemia Perawat dapat menanganai dan meminimalkan terjadinya

hiperkalemia Management elektrolit

1) Monitor ketidakseimbangan serum elektrolit, jika ada/tersedia

2) Monitor dampak-dampak dari ketidakadekuatan/ ketidak seimbangan elektrolit

3) Pertahankan patensi jalan masuk intra vena

4) Berikan cairan, jika diperlukan

5) Pertahankan keakuratan data intake dan out paut

6) Pertahankan cairan intraa vena berisi elektrolit dalam aliran tetap, jika perlu

7) Berikan tambahan elektrolit (secara oral, NGT, dan IV) sesuai resep, jika

diperlukan

8) Konsultasikan dengahn dokter dalam pemberian pengoabtan, hemat elektrolit (ex;

spironolakton), jika perlu

9) Berikan ikatan elektrolit atau penguat (ex: kogeoxalat), sesuai instruksi, jika perlu

10) Dapatkan spesimen untuk analisis laborat dari level elektrolit (AGD, urin, serum)

11) Monior kehilangan elektrolit kaya cairan (NGT, section, plesbotomi drainase,

diare, drainage luka, dan diaporosis)

13

Page 14: Resume Hemodialisa

12) Adakan pengukuran untuk mengontrol kehilangan lektrolit berlebihan/banyak

sekali (ex : dengan istirahat usus, perubahan tipe elektrolit, pemberian

antiopirektik) jika, perlukan.

13) Minimalkan jumlah oral intake yang dikonsumsi oleh pasien dengan saluran

gastrik yang dihubungkan dengan Action

14) Berikan diet yang tepat untuk pasien , terutama keseimbangan elektrolit (kaya,

potasiium, rendah sodium, rendah karbohidrat)

15) Instruksikan pasien atau famili dalam modifikasi diit secara spesifik

16) Berikan pengamanan lingkungan untuk pasien dengan gangguan neurologi dan

neuromuscular, akibat ketidakseimbangan elektrolit

17) Peningkatan orientasi

18) Ajarkan pasien dan keluarga tentang tipe, penyebab dan perawatan

ketidakseimbangan elektrolit

19) Konsultasikan dengan dokter jika tanda dan gejala dari ketidakseimbanga elektrolit

bertahan lama atau memburuk

20) Monitor respon pasien untuk terapy elektrolit sesuai instruksi

21) Monitor efek samping pemberian elektrolit tambahan (ex: Gastrointestinal irigasi)

22) Monitor secara pasti level serum potasium pada pasien yang mendapat digitalis dan

diuretik

23) Berikan/pasang monitor jantung, jika perlu

24) Obati/rawat aritmia jhantung, sesuai kebijakan

25) Siapkan pasien untuk dialisis (ex: bantu dengan pemasangan kateter untuk dialisis)

e. PK : Hipoglikemia Perawat dapat menangani dan meminimalkan episode hipoglikemi

Management hipo/hiperglikemik

14

Page 15: Resume Hemodialisa

1) Pantau kadar gula darah sebelum pemberian obat hipoglikemik dan atau sebelum

makan dan satu jam sebelum tidur

2) Pantau tanda dan gejala hipoglikemi (kadar gula darah kurang dari 70 mg/dl, kulit

dingin, lembab dan pucat, takikardi,peka terhadap rangsang, tidak sadar, tidak

terkoordinasi, bingung, mudah mengantuk)

3) Jika klien dapat menelan, berikans etengah gelas jus jeruk, cola atau semacam

golongan jahe setiap 15 menit sampai kadar glukosa darahnya meningkat diatas 69

mg/Cl

4) Jika klien tidak dapat menelan, berikanglukagon hidroklorida subkutan 50 ml

glukosa 50% dalam air IV sesuai protokol

f. PK : Asidosis Perawat mampu menangani dan meminimalkan episode asidosis Asidosis

Metabolik

1) Pantau tanda dan gejala asidosis metabolik

a) pernafasan cepat danlambat

b) sakit kepala

c) mual dan muntah

d) bikarbonat plasma dan pH arteri darah rendah

e) perubahan tingkah laku, mengantuk

f) kalsium serum meningkat

g) klorida serum meningkat

h) penurunan HCO3

2) Untuk klien klien dengan asidosis metabolik

a) mulai dengan penggantian cairan IV sesuai program tergantung dari penyebab

dasarnya.

b) Jika etiologinya DM, rujuk pada PK: hipo/hiperglikemik

15

Page 16: Resume Hemodialisa

c) Kaji tanda dangejala hipokalsemia, hipokalemia, dan alkalosis setelah asidosisnya

terkoreksi

d) Lakukan koreksi pada setiap gangguan ketidakseimbangan elektrolit sesuai

dengan program dokter

e) Pantau nilai gas darah arteri dan pH urine.

Asidosis Respiratorik

Pantau tanda dan gejala asidosis respiratorik

1) Takikardi

2) Disritmia

3) Berkeringat

4) Mual/muntah

5) Gelisah

6) Dyspneu

7) Peningkatan usaha nafas

8) Penurunan frekuensi pernafasan

9) Peningkatan PCO

10) Peningkatan kalsium serum

11) Penurunan natrium klorida

Untuk klien klien dengan asidosis respiratorik

1) Perbaiki ventilasi melalui pengubahan posisi pada semifowler, latihan nafas

dalam

2) Konsul kemungkinan penggunaan ventilasi mekanis

3) Berikan oksigen setelah klien dapat bernafas dengan baik

4) Tingkatkan pemberian hidrasi yang optimal

16

Page 17: Resume Hemodialisa

g. PK : Anemia Perawat dapat melakukan pencegahan untuk meminimalkan terjadinya

anemia berkelanjutan Management Anemia

1) Pantau tanda dan gejala anemia

a) Adanya letargi

b) Adanya kelemahan

c) Keletihan

d) Peningkatan pucat

e) Dyspneu saat melakukan aktivitas

2) Monitor kadar Hb

Kolaborasi perlunya pemberian transfusi

DAFTAR PUSTAKA

http://pande-krisna.blogspot.com/2012/12/laporan-pendahuluan-hemodialisa.html

17