Hemodialisa umum

32
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Ginjal adalah organ vital yang berperan sangat penting dalam mempertahankan kestabilan lingkungan dalam tubuh. Ginjal mengatur keseimbangan cairan tubuh, elektrolit, dan asam basa denngan cara filtrasi darah, reabsorbsi selektif air, elektrlit dan nonelektrolit serta menekskresi kelebihannya sebagai urin. Ginjal juga mengeluarkan produk sisa metabolisme seperti urea, kreatinin dan asam urat serta zat kimia asing. Kegagalan ginjal dalam melaksanakan fungsi-fungsi vital ini menimbulkan keadaan yang disebut dengan uremia atau penyakit ginjal stadium akhir (end stage renal disease,ESRD). Perkembangan teknik dialisis dan teransplantasi ginjal yang terus berlanjut sejak tahun 1960 sebagai pengobatan ESRD dan sistem biaya pengobatan sejak 1973 merupakan alternatif dari resiko kematian yang hampir pasti. Diperkirakan bahwa ada lebih dari 100.000 pasien yang akhir-akhir ini menjalani hemodialisa yang merupakan prosedur penyelamatan jiwa yang mahal. Hemodialisis merupakan suatu proses yang digunakan

Transcript of Hemodialisa umum

Page 1: Hemodialisa umum

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Ginjal adalah organ vital yang berperan sangat penting dalam

mempertahankan kestabilan lingkungan dalam tubuh. Ginjal mengatur

keseimbangan cairan tubuh, elektrolit, dan asam basa denngan cara filtrasi

darah, reabsorbsi selektif air, elektrlit dan nonelektrolit serta menekskresi

kelebihannya sebagai urin. Ginjal juga mengeluarkan produk sisa

metabolisme seperti urea, kreatinin dan asam urat serta zat kimia asing.

Kegagalan ginjal dalam melaksanakan fungsi-fungsi vital ini menimbulkan

keadaan yang disebut dengan uremia atau penyakit ginjal stadium akhir (end

stage renal disease,ESRD). Perkembangan teknik dialisis dan teransplantasi

ginjal yang terus berlanjut sejak tahun 1960 sebagai pengobatan ESRD dan

sistem biaya pengobatan sejak 1973 merupakan alternatif dari resiko

kematian yang hampir pasti.

Diperkirakan bahwa ada lebih dari 100.000 pasien yang akhir-akhir ini

menjalani hemodialisa yang merupakan prosedur penyelamatan jiwa yang

mahal. Hemodialisis merupakan suatu proses yang digunakan pada pasien

dala keadaan sakit akut dan memerlukan terapi dialisis jangka pendek

(beberapa hari hingga beberapa minggu) atau pasien dengan penyakit ginjal

stadium terminal yang membutuhkan terapi janka panjang atau terapi

permanen, sehelai membran sintetik yang semipermiabel menggantikan

glomerulus serta tubulus renal dan bekerja sebagai filter bagi ginjal yang

terganggu fungsinya itu. Hemodialsis memungkinkan sebagian penderita

hidup mendekati keadaan yang normal meskipun menderita gagal ginjal yang

tanpa terapi hemodialisa akan menyebabkan kematian

Page 2: Hemodialisa umum

B. RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah yang dapat diambil dari penulisan makalah ini yaitu :

a. Apa pengertian hemodialisa ?

b. Apa tujuan dilaksanaknnya hemodialisa ?

c. Apakah indikasi dari pelaksanaan hemodialisa ?

d. Bagaimanakh komplikasi dari pelaksaan hemodialisa ?

e. Bagaimanakah bentuk ataupun gambaran peralatan yang digunakan

dalam hemodialisa ?

f. Bagaimanakh persiapan dan prosedur tindakan dalam pelaksanaan

hemodialisa ?

g. Bagaimanakah prinsip-prinsip dan proses yang mendasari dalam

pelaksanaan hemodialisa ?

h. Bagaimanakah metode-metode pelaksanaan hemodialisa ?

C. TUJUAN

Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui :

a. Pengertian hemodialisa

b. Tujuan dilaksanaknnya hemodialisa

c. Indikasi dari pelaksanaan hemodialisa

d. Komplikasi dari pelaksaan hemodialisa

e. Bentuk ataupun gambaran peralatan yang digunakan dalam

hemodialisa

f. Persiapan dan prosedur tindakan dalam pelaksanaan hemodialisa

g. Prinsip-prinsip dan proses yang mendasari dalam pelaksanaan

hemodialisa

h. Metode-metode pelaksanaan hemodialisa

Page 3: Hemodialisa umum

D. MANFAAT

Adapun manfaat dari penulisan makalah ini yaitu agar mahasiswa

mampu memahami dengan mudah tentang proses pelaksanaan hemodialisa

secara umum menyangkut tujuan pelaksanaan, indikasi,komplikasi, bentuk dan

gambaran peralatan yang digunkan, prosedur tindakan, prinsip-prinsip serta

metode-metode dalam pelaksanaan hemodialisa sehingga mahasiswa mampu

menjelaskan dan mempraktekan prosedur pelaksanaan di pelayanan kesehatan

kedepannya.

Page 4: Hemodialisa umum

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN HEMODIALISA

Dialisa adalah proses pembuangan limbah metabolik dan kelebihan

cairan dari tubuh . ada dua metode dialisa, yaitu hemodialisa dan dialisis

peritonial (medicastore.com, 2006).

Hemodialisa berasal dari kata hemo yang artinya darah, dan dialisa

artinya pemisahan atau filtrasi. Pada prinsipnya hemodialisa menempatkan

darah berdampingan dengan cairan dialisat atau pencuci yang dipisahkan oleh

suatu membran atau selaput semipermiabel. Membran ini dapat dilalui oleh air

dan zat tertentu atau zat sampah. Proses ini disebut dialisis, yaitu proses

berpindahnya air atau zat, bahan melalui membran semipermiabel (pardede,

1996).

Terapi hemodialisa adalah suatu teknologi tinggi sebagai terapi

pengganti untuk mengeluarkan sisa-sisa metabolisme atau racun tertentu dari

peredaran darah manusia seperti air, natrium, kalium, hidrogen, urea, kreatinin,

asam urat dan zat-zat lain melalui membran semipermiabel sebagai pemisah

darah dan cairan dialisat pada ginjal buatan dimana terjadi proses difusi

osmosis dan ultra filtrasi (setiawan, 2001).

B. TUJUAN HEMODIALISA

Sebagai terapi pengganti, kegiatan hemodialisa mempunyai tujuan :

a. Membuang produk metabolisme protein, seperti urea, kreatinin dan

asam urat.

b. Membuang kelebihan air.

c. Mempertahankan atau mengembalikan sisitem buffer tubuh.

d. Mempertahankan atau mengembalikan kadar elektrolit tubuh.

e. Memperbaiki status kesehatan penderita.

Page 5: Hemodialisa umum

C. INDIKASI

Price dan wilson (1995) menerangkan bahwa tidak ada petunjuk yang

jelas berdasarkan kadar kreatinin darah untuk menentukan kapan pengobatan

harus dimulai. Kebanyakan ahli ginjal mengambil keputusan berdasarkan

kesiapan penderita yang terus diikuti dengan cermat sebagai penderita rawat

jalan. Pengamatan biasanya dilmulai apaabila penderitan sudah tidak sanggup

lagi bekerja purna waktu, menderita neuropati perifer atau memperlihatkan

gejala klinis lainnya. Pengobatan bisa juga dapat dimulai jika kadar kreatinin

serum diatas 6 mg/100 mililiter pada pria, 4 mg/100 mililiter pada wanita dan

nilai GFR kurang dari 4 ml/menit. Pemderita tidak boleh dibiarkan terus-

menerus berbaring ditampat tidur atau sakit berat sampai kegiatan sehari-hari

tidak dilakukan lagi.

Menurut konsesus perhimpunan nefrologi indonesia (PERNEFRI,

2003) secara ideal semua pasien dengan laju filtrasi goal (LFG) kurang dari 15

ml/menit, LFG kurang 10 ml/menit dengan gejala uremia/malnutrisi dan LFG

kurang dari 5 ml/menit walaupun tanpa gejala dapat menjalani dialisis. Selain

indikasi tersebut juga disebutkan ada indikasi khusus yaitu apabila terdapat

komplikasi akut seperti udem paru, hiperkalemia, asidosis metabolik berulang

dan nefropatik diabetik.

Kemudian Thiser dan Wilcox (1997) menyebutkan bahwa

hemodialisa biasanya dimulai ketika bersihan kretinin menurun dibawah 10

ml/menit, ini sebanding dengan kadar kreatinin serum 8-10 mg/dl. Pasien yang

terdapat gejala-gejala uremia dan secara mental dapat membahayakan dirinya

juga dianjurka melakukan hemodialisa. Selanjutnya Thiser dan Wilcox (1997)

juga menyebutkan bahwa indikasi relatif dari hemodialisa adalah azotemia

simptomatis berupa ensefalopati dan toksin yang dapat didialisis. Sedangkan

indikasi khusus adalah perikarditis uremia, hiperkalemia, kelebihan cairan yang

tidak responsif dengan diuretik (udem pulmonum), dan asidosis yang tidak

dapat diatasi.

Page 6: Hemodialisa umum

D. ALASAN DILAKUKAN DIALISA

Dialisa ailkukan jika gagal ginjal menyebabkan :

a. Kelainan fungsi otak (ensefalopati uremik)

b. Perikarditis (peradangan kantong jantung).

c. Asidosis (peningkatan keasaman darah) yang tidak memberikan respon

terhadap pengobatan lainnya.

d. Gagal jantung.

e. Hiperkalemia (kadar kalium yang sangat tinggi dalam darah).

E. FREKUENSI DIALISA

Frekuensi, tergantung pada banyaknya fungsi ginjal yang tersisa,

tetapi sebagian besar penderita menjalani dialisa sebanyak tiga kali perminggu.

Program dialisa dikatakan berhasil jika :

a. Penderita kembali mengjalani hidup normal

b. Penderita kembali menjalani diet yang normal

c. Jumlah sel darah merah dapat ditoleransi

d. Tekanan darah normal

e. Tidak terdapat kerusakan saraf yang progresif (medicastore, 2006)

Dialisa bisa digunakan sebagai pengobatan jangka panjang untuk

gagal ginjal kronis atau sebagai pengobatan sementara sebelum penderita

menjalani pencangkokan ginjal. Pada gagal ginjal akut, dialisa dilakukan hanya

selama beberapa hari atau beberapa minggu, sampai fungsi ginjal kembali

normal.

F. CAIRAN DIALISA

Kandungan Plasma Normal Cairan Dialisa Plasma Uremik

Page 7: Hemodialisa umum

Elektrolit (mEq/liter)

Na +

K +

Ca ++

Mg++

Cl-

HCO 3

Laktat-

HPO4

Urat-

Sulfat++

142

5

3

1.5

107

24

1.2

3

0.3

0.5

133

1.0

3.0

1.5

105

35.7

1.2

0

0

0

142

7

2

1.5

107

14

1.2

9

2

3

Nonelekrolit

Glukosa

Urea

Kretinin

100

26

1

125

0

0

100

200

6

Membandingkan kandungan pada cairan dialisa yang khas dengan

kandungan dalam plasma normal dan plasma uremik. Konsentrasi ion-ion dan

zat lain dalam cairan dialisa tidak sama dengan konsentrasi pada plasma

normal atau pada plasma uremik. Malahan, konsentrasi tersebut disesuaikan

sampai kadar yang dibutuhkan untuk menimbulkan pergerakan air dan zat

terlarut yang sesuai melalui membran selama dialisis.

Tidak ada fosfat, ureum, urat, sulfat, atau kreatinin dalam cairan

dialisa; namun zat-zat tersebut ada dalam konsentrasi tinggi pada darah uremik,

bilas seorang pasien uremia menjalani dialisis, zat-zat ini akan hilang dalam

jumlah besar ke dalam cairan dialisa.

Efektifitas ginjal buatan dapat dinyatakan sebagai jumlah plasma yang

dibersihkan dari berbagai jenis zat per menit, seperti merupakan cara utama

untuk menyatakan efektivitas fungsional ginjal itu sendiri untuk membersihkan

ureum dari plasma dengan kecepatan 100 sampai 225 ml/menit, yang

menunjukan bahwa sedikitnya untuk diekskresi ureum, ginjal buatan dapat

Page 8: Hemodialisa umum

berfungsi dua kali lebih cepat dari pada ginjal normal bersama-sama, yang

klirens ureumnya hany 70 ml/menit. Namun ginjal buatan hanya dapat

digunakan 4 sampai 6 jam sehari, tiga kali seminggu . karenanya, keseluruhan

klirens plasma masih sangat terbatas bila ginjal buatan menggantikan ginjal

normal. Selain itu, penting juga diingat bahwa ginjal buatan tidak dapat

menggantikan beberapa fungsi ginjal lainnya, seperti sekresi eritropoietin, yang

diperlukan untuk menghasilkan sel darah merah.

G. PROSES DAN PRINSIP-PRINSIP DASAR HEMODIALISA

Prinsip dasar ginjal buatan adalah mengalirkan darah melalui saluran

darah kecil yang dilapisi oleh membran tipis. Pada sisi lain dari m,embran tipis

ini terdapat cairan dialisis tempat zat-zat yang tidak diinginkan dalam darah

masuk kedalamnya melalui difus. Tujuan hemodialisa adalah untuk mengambil

zat-zat nitrogen yang toksisk dari dalam darah dan mengeluarkan air yang

berlebihan. Pada hemodialisa, aliran darah yang penuh dengan toksin dan

limbah nitrogen dialihkan dari tubuh pasien ke dialiser tem[at darah tersebut

dibersihkan dan kemidian dikembalikan lagi ketubuh pasien.

Komponen-komponen suatu jenis ginjal buatan tempat darah mengalir

terus-menerus diantara dua membran selofan tipis; diluar membran terdapat

cairan dialisa. Selofan cukup berpori untuk memungkinkan konstituen plasma,

kecuali protein plasma, berdifusi dalam dua arah – dari plasma ke dalam cairan

dialisa atau dari cairan dialisa kembali kedalam plasma. Jika konsentrasi zat

lebih besar dari dalam plasma dari pada dalam cairan dialisis, akan ada suatu

transfer netto (net transfer) zat dari plasma kedalam cairan dialisa.

Kecepatan pergerakan zat terlarut melalui membran dialisa

bergantung pada 1) gradien konsentrasi zat terlarut antara dua cairan,2)

permeabilitas membran untuk zat terlarut,3) luas permukaan membran,4)

lamanya darah dan cairan berkontak dengan membran.

Page 9: Hemodialisa umum

Jadi kecepatan maksimum transfer zat terlarut mula-mula terjadi bila

geradien onsentrasi mencapai maksimum (ketika dialisi dimulai) dan melambat

begitu gradien konsentrasi berkurang. Dalam sistem pengaliran, seperti pada

kasus hemodialisis, yang menyebabkan darah dan cairan dialisa mengalr

melalui ginjal buatan, penguranngan gradien konsentrasi dapat diperkecil dan

difusi zat terlarut melintas membran dapat dioptimalkan dapat meningkatkan

kecepatan aliran darah, cairan dialisa atau keduanya.

Dalam kegiatan hemodialisa terdapat 3 proses/prinsip utama seperti

berikut :

a. Proses Difusi yaitu berpindahnya bahan terlarut karena perbedaan kadar di

dalam darah dan di dalam dialisat. Semakian tinggi perbedaan kadar dalam

darah maka semakin banyak bahan yang dipindahkan ke dalam dialisat.

Toksin dan zat limbah didalam darah dikeluarkan melalui proses difusi

dengan cara bergerak dari darah , yang memiliki konsentrasi tinggi,

kecairan dialisat dengan konsentrasi yang lebih rendah. Cairan dialisat

tersusun dari semua elektroilit yang penting dengan konsentrasi ekstrasel

yang ideal. Kadar elektroli darah dapat dikendalikan dengan mengatur

rendaman dialisat secara tepat. (pori-pori kecil dalam membran

semipermiabel tidak memungkinkan lolosnya sel darah merah dan

prptein).

b. Proses Osmosis yaitu proses berpindahnya air karena tenaga kimia, yaitu

perbedaan osmolaritas darah dan dialisat ( Lumenta ). Air yang berlebihan

dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses osmosis. Pengeluaran air

dapat dikendalikan dengan menciptakan gradien tekanan; dengan kata lain

air bergerak dari daerah dengan tekanan yang lebih tinggi (tubuh pasien)

ke tekanan yang lebih rendah (cairan dialisat).

c. Ultrafiltrasi, yaitu peningkatan gradien tekanan melalui penambahan

tekanan negatif pada mesin dialisis. Tekanan negatif diterapkan pada alat

ini sebagai kekuatan pengisap pada membran dan memfasilitasi

pengeluaran air. Karena pasien tidak dapat mengekskresikan aisr,

Page 10: Hemodialisa umum

kekuatan ini diperlukan untuk mengeluarkan cairan hingga tercapai

isovolemia (keseimbangan cairan).

Sistem dapar (buffer system) tubuh dipertahankan dengan

penambahan asetat yang kan berdifusi dari cairan dialisat kedalam darah pasien

dan mengalami metabolisme untuk membentuk bikarbonat. Darah yang sudah

dibersihkan kemudian dikembalikan kedalam tubuh melalui pembuluh darah

vena pasien. Pada akhir terapi dialisis, banyak zat limbah telah dikeluarkan,

keseimbangan elektrolit sudah dipulihkan dan sistem dapar juga telah

diperbarui.

Suatu mesin hemodialisa yang digunakan untuk tindakan hemodialisa

berfungsi mempersiapkan cairan dialisa (dialisat), mengalirkan dialisa dan

aliran darah melewati suatu membran semipermiabel, dan mementau fungsinya

termasuk dialisat dan sirkuit darah porporeal. Pemberian heparin melengkapi

anti koagulasi sistemik. Darah dan dialisat dialirkan pada sisi yang berlawanan

untuk memperoleh efisiensi maksimal dari pemindahan larutan. Komposisi

dialisat, karakteristik dan ukuran membran dalam alat dialisat, dan kecepatan

aliran darah dan larutan mempengaruhi pemindahan larutan (Thiser dan

Wilcox, 1997).

Dalam proses hemodialisa diperlukan suatu mesin hemodialisa dan

suatu saringan sebagai ginjal tiruan yang disebut dializer, yang digunakan untu

menyaring dan membersihkan darah dari ureum, kreatinin dan zat-zat sisa

metabolisme yang tidak diperlukan. Untuk melaksanakan hemodialisa

diperlukan akses vaskuler sebagai tempat suplai darah yang akan masuk

kedalam mesin hemodialisa (NKF, 2006).

Suatu mesin ginjal buatan atau hemodializer terdiri dari membran

semipermiabel yang terdiri dari dua bagian, bagian untuk darah dan bagian lain

untuk dialisat. Darah mengalir dari arah yang berlawanan dengan arah dialisat

ataupun dalam arah yang sama dengan aliran darah. Dializer merupakan

sebuah hollow fiber atau capilari dializer yang terdiri dari ribuan selaput

kapiler halus yang tersusu paralel. Darah mengalir melalui bagian tengah

Page 11: Hemodialisa umum

tabung-tabung kecil ini, dan dialisat membasahi sebagian luarnya. Dializer

sangat kecil dan kompak karena memiliki permukaan yang luas akibat adanya

banyak tabung kapiler (Price dan Wilson, 1995).

Menurut Corwin (2000) hemodialisa adalah dialisa yang dilakukan

diluar tubuh. Selama hemodialisa darah dikeluarkan dari tubuh melalui sebuah

kateter masuk kedalam mesin yang dihubungkan dengan sebuah membran

semipermiabel (dializer) yang terdiri dari dua ruangan. Satu ruangan dialirkan

darah dan ruangan yang lain dialirkan dialisat, sehingga keduanya terjadi

proses difusi. Setelah darah selesai dilakukan pembersihan oleh dializer darah

dikembalikan kedalam tubuh melalui arterio venosa shunt (AV-Shunt).

Selanjutnya Price dan Wilson,1995 juga menyebutkan bahwa suatu

sistem dialisa terdiri dari dua sirkuit. Satu untuk darah dan satu untuk dialisat.

Darah mengalir dari pasien melalui tabung plastik (jalur artei atau blood line),

melalui dializer hollow fiber dan kembali ke pasien melalui jalur vena. Dialisat

membentuk saluran kedua. Air keran difiltrasi dan dihangatkan sampai sesuai

dengan suhu tubuh, kemudian dicampur dengan konsentrat dengan perantaraan

kelompok pengatur, sehingga terbentuk dialisat atau bak cairan dialisa. Dialisat

kemudian dimasukan kedalam dializer, dimana cairan akan mengalir diluar

serabut berongga sebelum keluar melalui drainase. Keseimbangan antara darah

dan dialisat terjadi sepanjang membran semipermiabel dari hemodializer

melalui proses difusi, osmosis dan ultrafiltrasi.

Kemudian menurut Price dan Wilson (1995) komposisi dialisat diatur

sedemikian rupa sehingga mendekati komposisi ion darah normal, dan sedikit

dimodifikasi agar dapat memperbaiki gangguan cairan dan elektrolit yang

sering menyertai gagal ginjal. Unsur-unsur umum terdiri dari Na+, K+, Ca++,

Mg++,Cl-, asetat dan glukosa. Urea, kreatinin, asam urat dan fosfat dapat

berdifusi dengan mudah dari darah kedalam dialisat karena unsur-unsur ini

tidak terdapat dalam dialisat. Natrium astat yang lebih tinggi konsentrasinya

dalam dialisat, akan berdifusi ke dalam darah.tujuan menambahkan asetat

adalah untuk mengoreksi asidosis penderita uremia. Asetat dimetabolisme oleh

tubuh pasien menjadi bikarbonat. Glukosa dalam konsentrasi yang rendah

Page 12: Hemodialisa umum

ditambahkan kedalam dialisat untuk mencegah difusi glukosa kedalam dialisat

yang dapat menyebabkan kehilangan kalori dan hipoglikemia. Pada

hemodialisa tidak dibutuhkan glukosa dalam konsentrasi yang tinggi, karena

pembuangan cairan dapat dicapai dengan membuat perbedaan tekanan

hidrostatik antara darah dengan dialisat.

Ultrafiltrasi terutama dicapai dengan membuat perbedaan tekanan

hidrostatik antara darah dengan dialisat. Perbedaan tekanan hidrostatik dapat

dicapai dengan meningkatkan tekanan positif didalam kompartemen darah

dializer yaitu dengan meningkatkan resistensi terhadap aliran vena, atau

dengan menimbulkan efek vakum dalam ruang dialisat dengan memainkan

pengatur tekanan negatif. Perbedaan tekanan hidrostatiik diantara membran

dialisa juga meningkatkan kecepatan difusi solut. Sirkuit darah pada sistem

dialisa dilengkapi dengan larutan garam atau NaCl 0.9%, sebelum

dihubungkan dengan sirkulasi penderita.tekanan darah pasien mungkin cukup

untuk mengalirkan darah melalui darah melalui sirkuit ekstrakorporeal (di luar

tubuh), atau mungkin juga memerlukan pompa darah untuk membantu aliran

dengan qick blood (QB)(sekitar 200 sampai 400 ml/menit) memerlukan aliran

kecepatan yang baik. Heparin secara terus-menerus dimasukkan pada jalur

arteri melalui infus lambat untuk mencegah pembekuan darah. Perangkap

bekuan darah atau gelembung udar dalam jalur vena akan menghalangi udara

atau bekuan darah kembali kedalam aliran darah pasien. Untuk menjamin

keamanan pasien, maka hemodializer modern dilengkapi dengan monitor-

monitor yang memiliki alarm untuk berbagai parameter (Price & Wilson,

1995).

Menurut PERNEFRI (2003) waktu atau lamanya hemodialisa

disesuaikan dengan kebutuhan dengan kebutuhan individu. Tiap hemodialisa

dilakukan 4-5 jam dengan frekuensi 2 kali seminggu. Hemodialisa idealnya

dilakukan 10-15 jam/minggu dengan QB 200-300 mL/menit. Sefdangkan

menurut Corwin (2000) hemodialisa memerlukan waktu 3-5 jam dan dilkaukan

3 kali seminggu. Pada akhir interval 2-3 hari diantara hemodialisa,

keseimbangan garam, air dan pH sudah tidak normal lagi. Hemodialisa ikut

Page 13: Hemodialisa umum

berperan menyebabkan anemia karena sebagian sel darah merah rusak dalam

proses hemodialisa.

Price dan Wilson (1995) menjelaskan bahwa dialisat pada suhu tubuh

akan meningkatkan kecepatan difusi, tetapi suhu yang terlalu tinggi

menyebabkan hemolisis sel-sel darah merah sehingga dapat menyebabkan

pasien meninggal. Robekan pada membran dializer yang mengakibatkan

kebocoran kecil atau masif dapat dideteksi oleh fotosel pada aliran keluar

dilaisat. Hemodialisa rumatan biasanya dilakukan tiga kali seminggu, dan lama

pengobatan berkisar dari 4 sampai 6 jam, tergantung dari jenis sistem dialisa

yang digunakan dan keadaan pasien.

H. KOMPLIKASI

Meskipun hemodialisa dapat memperpanjang usia tanpa batas yang

jelas, tindakan ini tidak kan mengubah perjalanan alami penyakit ginjal yang

mendasari dan juga tidak akan mengembalikan seluruh fungsi ginjal. Pasien

tetap akan mengalmai sejumlah permasalahan dan komplikasi.

Menurut Tisher dan Wilcox (1997) serta havens dan Terra (2005)

selama tindakan hemodialisa sering sekali ditemukan komplikasi yang terjadi,

antara lain;

a. Kram otot pada umunya terjadi pada separuh waktu berjalnnya

hemodialisa sampai mendekati waktu berakhirnya hemodialisa. Karam

otot seringkali terjadi pada ultra filtrasi (penarikan cairan yang cepat

dengan volume yang tinggi.

b. Terjadinya hipotensi dimungkinkan karena pemakaian dialisat asetat,

rendahnya dialisat natrium, penyakit jantung aterosklerotik, neuropati

otonomik, dan kelebihan tambahan berat cairan.

c. Aritmia hipoksia, hipotensi, penghentian obat antiaritmia selama

dialisa, penurunan kalsium, magnesium, kalium dan bikarbonat serum

yang cepat berpengaruh terhadap aritmia pada pasien hemodialisa.

d. Sindrom ketidakseimbangan dialisa, dipercaya secara primer dapat

diakibatkan dari osmol-osmol lain dari otak dan bersihan urea yang

Page 14: Hemodialisa umum

kurang cepat dibandingkan dengan darah, yang mengakibatkan suatu

gradien osmotik diantar kompartemen-kompartemen ini. Gradien

osmotik ini menyebabkan perpindahan air kedalam otak yang

menyebabkan udem cerebri. Sindrom ini tidak lazim dan biasanya

terjadi pada pasien yang menjalani hemodialisa pertam dengan

azotemia berat.

e. Hipoksemia. Selama hemodialisa merupakan hal penting yang perlu di

monitor pada pasien yang mengalami gangguan fungsi kardipulmonal.

f. Perdarahan uremia, menyebabkan gangguan fungsi trombosit.

Tromboosit dapat dinilai dengan mengukur waktu perdarahan.

Penggunaan heparin selama hemodialisa juga merupakan faktor resiko

terjadinya perdarahan.

g. Gangguan pencernaan, yang sering terjadi adalah mual dan muntah

yang disebabkan karena hipoglikemi. Gangguan pencernaan sering

disertai dengan sakit kepala.

h. Infeksi atau peradangan bisa terjadi pada akses vaskuler.

i. Pembekuan darah bisa disebabkan karena dosis pemberian heparin yang

tidak adekuat ataupun kecepatan putaran darah yang lambat.

j. Emboli udara, dapat saja terjadi jika udara memasuki sistem vaskular

pasien.

I. BENTUK/GAMBARAN PERALATAN YANG DIGUNAKAN

a. Dialiser atau ginjal buatan

Terdiri dari membran semipermiabel yang memisahkan kompartemen

darah dan dialisat.

b. Dialisat atau cairan dialisa

Yaitu ciran yang terdiri dari iar dan elektrolit utama dari serum normal.

Dialisat ini dibuat dalam sistem bersih dengan air kran dan bahan kimia

saring. Bukan merupakan sistem yang steril, karena bakteri terlalu besar

untuk melewati membran dan potensial terjadinya infeksi pada pasien

minimal. Karena bakteri dari produk sampingan dapat menyebabkan

Page 15: Hemodialisa umum

reaksi pirogenik, khususnya pada membran permiabel yang besar, maka

air untuk dialisat harus aman secara bakteriologis. Konsentrant dialisat

biasanya disediakan oleh pabrik komersil dan umumnya digunakan oleh

unit kronis.

c. Sistem pemberian dialisat

Yaitu alat yang mengukur pembagian proporsi otomatis dan alat

mengukur serta pemantau menjamin dengan tepat kontrol rasio

konsentrat air.

d. Aksesori peralatan

Perangkat keras terdiri dari:

o Pompa darah, pompa infus untuk mendeteksi heparin

o Alat pemonitor suhu tubuh apabila terjadi ketidakamanan

konsentrasi dialisat, perubahan tekanan udara dan kebocoran

darah.

Perangkat disposibel yang digunakan selain ginjal buatan:

o Selang dialisis yang digunakan untuk mengalirkan darah antara

dialiser dan pasien.

o Transfer tekanan untuk melindungi alat monitor dari pemajanan

terhadap darah.

o Kantong cairan garam untuk membersihkan sistem sebelum

digunakan.

e. Komponen manusia/pelaksana

Tenaga pelaksana hemodialisa harus mempunyai keahlian dalam

menggunakan teknologi tinggi, tercapai melalui pelatihan teoritis dan

praktikal dalam lingkungan klinik.

Aspek yang lebih penting adalah pemahaman dan pengetahuan yang

akan digunakan perawat dalam memberikan asuhan pada pasien selama

dialisis berlangsung.

J. AKSES VASKULAR (SIRKULASI) HEMODIALISA

Page 16: Hemodialisa umum

Untuk melakukan hemodialisa intermiten jangka panjang, maka perlu

ada jalan masuk ke sistem vaskular penderita yang dapat diandalkan. Darah

harus keluar dan masuk tubuh penderita dengan kecepatan 200 sampai 400

ml/menit. Teknik akses vaskular diklasifikasikan sebagai eksternal (biasanya

sementara) dan internal (permanen). Akses vaskular merupakan yang peka

pada hemodialisa karena banyak komplikasi dan kegagalannya. Denominator

yang paling sering dipakai pada kebanyakan teknik akses vaskular adalah jalan

masuk kedalam sirkulasi arteri dan kembalinya ke sirkulasi vena.

a. Akses Vaskular Eksternal

Pirau Arteriovenosa (AV) atau Sistem Kanula

Sistem ini diciptakan dengan menempatkan ujung kanula dari

teflon dalam arteri (biasanya arteri radialis atau tibialis posterior)

dan sebuah vena yang berdekatan. Ujung-ujung kanula kenudian

dihubungkan dengan slang karet silikon dan suatu sambungan

teflon yang melengkapi pirau. Pada waktu dilakukan dialisis.

Darah kemudian mengalir dari jalur arteri, melalui alat dialisis dan

kembali ke vena. Sistem kanula mula-mula dirancang pada tahun

1960 (Quinton dkk,1960) dan memungkinkam dilakukannya

dialisis intermiten kronik untuk pertama kalinya. Kesulitan utama

pirau ini adalah masa pemakaian yang oendek akibat pembekuan

dan infeksi (rata-rata 9 bulan). Pirau AV eksternal telah berhasil

digabung dengan berbagai metode akses vaskular lainnya dan

pemakaiannya sudah menjadi sejarah. Akan tetapi pirau ini

digunakan bila terapi dialitik diperlukan dalam jangka pendek

seperti pada dialisis karena keracunan atau kelebihan dosis obat,

gagal ginjal akut, dan fase permulaan pengobatan dialitik untuk

gagal ginjal kronik.

Kateter Vena Femoralis

Terdapat dua tipe kateter dialisis femoralis. Kateter shaldon adalah

kateter berlumen tunggal yang memerlukan akses kadua. Jika

digunakan dua kateter shaldon, maka dapat dipasang secara

Page 17: Hemodialisa umum

bilateral atau pada vena yang sama dengan kateter untuk aliran

keluar ditempatkan disebelah distal dari kateter untuk aliran

masuk.. tipe kateter femoralis yang lebih baru memiliki lumen

ganda , satu lumen untuk mengeluarkan darah menuju alat dialisis

dan satu lagi untuk mengembalikaan darah ke tubuh penderita .

komplikasi yang terjadi pada kateter vena femoralis adalah

laserasi arteri femoralis, perdarahan, trombosis, emboli, he,atoma

dan infeksi.

Kateter Vena Subklavia

Kateter ini semakin banyak dipakai sebagai alat akses vaskular

sementara karena pemasangannya mudah dan komplikasinya lebih

sedikit dibandinhkan kateter vena femoralis.kateter vena subklavia

juga mempunyai lumen ganda untuk aliran masuk dan keluar.

Kateter vena subklavia dapat digunakan sampai 4 minggu, tetapi

kateter vena femoralis biasanya dibuang setelah 1-2 hari setelah

pemasangan.

Kateter yang dibiarkan pada tempatnya diantara waktu dialisis,

diisi dengan larutan salin-heparin, atau diirigasi secara berkala

denngan larutan salin-heparin untuk mencsgah terjadinya bekuan.

Komplikasi yang disebabkan oleh kateterisasi vena subklavia

serupa dengan yang terdapat pada kateterisasi femoralis, yang

termasuk pneumotoraks, robeknya arteria subklavia, perdarahan,

trombosis, embolus, hematoma dan infeksi.

b. Akses Vaskular Internal

Fistula Arteriovenosa

Fistula AV diperkenalkan oleh Cimino dan Brescia (1962) sebagai

respon terhadap banyaknya komplikasi yang ditimbulkan pirau

AV. Fistula Av dibuat melalui anstomosis (menghubungkan atau

menyambung) arteri secara langsung ke vena (biasanya arteri

radialis dan vena sefalika pergelangan tangan) pada lengan yang

tidak dominan. Darah dipirau dari arteri ke vena sehingga vena

Page 18: Hemodialisa umum

membesar (matang) setelah 4-6 minggu. Pungsi vena dengan jarum

yang besar menjadi mudah dilakukan dan mampu mencapai aliran

darah pada tekanan arterial. Hubungan dengan sistem dialisis

dibuat dengan menmpatkan satu jarum di distal (garis arteri) dan

sebuah jarum lain diproksimal (garis vena) pada vena yang sudah

diarterialisasi tersebut. Umur rata-rata fistula AV adalah 4 tahun

dan komplikasinya lebih sedikit dibandingkan dengan pirau AV,

maslah yang paling utama adalah rasa nyeri pada pungsi vena,

terbentuknya aneurisma, trombosis, kesulitan hemostasis

pascadialisis, dan iskemia pada tangan (steal syndrome).

Tandur Arteriovenosa

Dalam menyediakan lumen sebagai tempat penusukan jarum

dialisis, sebuah tandur dapat dibuat dengan cara menjahit sepotong

pembuluh arteri atau vena dari sapi, material Gore-Tex atau tandur

vena safena dari pasien sendiri. Biasanya tandur tersebut dibuat

bila pembuluh darah pasien sendiri tidak cocok untuk dijadikan

fistula. Tandur biasanya dipasang pada lengan bawah, lengan atas

atau paha bagian atas. Pasien dengan sistem vaskular yang

terganggu seperti pasien diabetes, biasanya memerlukan

pemasangan tandur sebelum menjalani hemodialisa. Karena tandur

tersebut merupakan pembuluh darah artifisial, resiko infeksi akan

meningkat.s

K. PERSIAPAN PRA DIALISIS

Tingkat dan kompleksitas masalah-masalah yang timbul selama

hemodialisa akan beragam diantara pasien-pasien dan tergantung pada

beberapa variabel. Untuk itu sebelum proses hemodialisa, perlu dikaji tentang:

a. Diagnosa penyakit

b. Tahap penyakit

c. Usia

d. Masalah medis lain

Page 19: Hemodialisa umum

e. Nilai laboratorium

f. Keseimbangan cairan dan elektrolit

g. Keadaan emosi

L. PERSIAPAN PERALATAN

a. Jarum arteri

b. Selang normal saline

c. Dialiser

d. Bilik drip vena

e. Detektor

f. Port pemberian obat

g. Pemantau tekanan arteri

h. Pompa darah

i. Sistem pengalir dialiser

j. Pemantau tekanan vena

k. Jarum vena

l. Penginfus heparin

M. PROSEDUR TINDAKAN

Akses ke sistem sirkulasi dicapai melalui salah satu dari beberapa

pilihan: vistula atau tandur arteriovenosa (AV), atau kateter hemodialisa dua

lumen. Jika akses vaskuler telah ditetapkan, darah mulai mengalir, dibantu oleh

pompa darah. Bagian dari sirkuit disposibel sebelum dialiser diperuntukan

sebagai aliran “arterial”, keduanya untuk membedakan darah yang masuk

kedalamnya sebagai darah yang belum mencapai dialiser dan dalam acuan

untuk meletakkan jarum: jarum arterial diletakkan paling dekat dengan

anastomosis AV pada vistula atau tandur untuk memaksimalkan aliran darah.

Kantung cairan normal saline yang diklep selalu disambungkan ke sirkuit tetap

sebelum pompa darah. Pada kejadian hipotensi, darah yang mengalir dari

pasien dapat diklem sementara cairan normal saline yang diklem dibuka dan

memungkinkan dengan cepat me pompa infus untuk memperbaiki tekanan

darah. Transfusi darah dan plasma ekspander juga dapat disambungkan ke

Page 20: Hemodialisa umum

sirkuit pada keadaan ini dan dibiarkan untuk menetes, dibantu dengan pompa

darah. Infus heparin dapat diletakkan baik sebelum atau sesudah pompa darah,

tergantung peralatan yang digunakan.

Dialiser adalah komponen penting selanjutnya dari sirkuit. Darah

mengalir kedalam kompartemen darah dari dialiser, tempat terjadinya

pertukaran cairan dan zat sisa. Darh yang meninggalkan dialiser melewati

kondektoe udara dan foam yang mengklem dan menghentikan pompa darah

bila terdeteksi adanya udara. Pada kondisi seperti ini, setiap obat-obat yang

akan diberukan pada dialisis diberikan melalui port obat-obatan. Penting untuk

diingat, bagaimanapun, bahwa kebanyakan obat-obat ditunda pemberiannya

sampai dialisis selesai kecuali memang diperintahkan harus diberikan. Darah

yang telah melewati dialisis kembali kepasien melalui venosa atau selang

posdialiser. Setelah waktu tindakan yang dijadwalkan, dialisis diakhiri dengan

mengklem darah dari pasien, membuka slang cairan normal saline, dan

membilas sirkuit untuk mengembalikan darah pasien. Selang dan dialiser

dibuang, meskipun program dialisis kronik sering membeli peralatan untuk

membersihkan dan menggunakan ulang dialiser.

Tindakan kewaspadaan umum harus diikuti dengan teliti sepanjang

tindakan dialisis karena pemajanan terhadap darah. Masker pelindung wajah

dan sarung tangan wajib digunakan oleh tenaga pelaksana hemodialisa.

N. PROGNOSIS

Bagi penderita gagal gnjal kronis, hemodialisis akan mencegah

kematian. Namun demikian, hemodialisis tidak mneyembuhkan atau

memulihkan penyakit ginjal dan tidak mampu mengimbangi hilangnya

aktivitas metabolik atau endokrin yng dilaksanakan ginjal dan dampak dari

gagal ginjal serta terapinya terhadap kualitas hidup pasien.