Resume CS CDS

11
BLOK CLINICAL DENTAL SCIENCE RESUME CASE STUDY “Malposisi, Maloklusi, dan Malrelasi” Dosen Pembimbing : Disusun oleh : Pandu Nurul Alam G1G014021 KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS KEDOKTERAN JURUSAN KEDOKTERAN GIGI PURWOKERTO

description

malloclusion, malrelation, and mallposition

Transcript of Resume CS CDS

Page 1: Resume CS CDS

BLOK CLINICAL DENTAL SCIENCERESUME CASE STUDY

“Malposisi, Maloklusi, dan Malrelasi”

Dosen Pembimbing :

Disusun oleh :Pandu Nurul Alam

G1G014021

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGIUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS KEDOKTERANJURUSAN KEDOKTERAN GIGI

PURWOKERTO

2016

Page 2: Resume CS CDS

Dalam catatan sejarah, bagaimana manusia pada awalnya menemukan konsep

sistematis tentang oklusi gigi pertama kali disampaikan oleh Brace dalam Kaidoins (2014).

Konsep yang dikemukakan misalnya segitiga Bonwill dan Kurva Spee. Kedua konsep

tersebut memiliki dimensi yang tetap dan tanpa mempertimbangkan variabilitas oklusal

dari tiap-tiap individu. Meskipun demikian, konsep ini masih bertahan dan dipakai selama

bertahun-tahun (Kaidoins et al, 2014).

A. MALPOSISI

Malposisi merupakan istilah untuk menyatakan penyimpangan posisi gigi seseorang.

Untuk mendiagnosis malposisi suatu gigi harus memperhatikan hal-hal berikut :

1. Hubungan gigi tersebut dengan gigi lainnya pada rahang yang sama.

2. Hubungan gigi tersebut dengan gigi lainnya pada rahang yang berbeda.

3. Posisi gigi tersebut terhadap gigi sejenis pada rahang yang sama.

4. Posisi sumbu atau aksis gigi terhadap sumbu tulang alveolar.

Dengan memperhatikan keadaan dan posisi gigi yang terletak di rongga mulut, malposisi

gigi menurut Sulandjari (2008) dapat didiagnosis sebagai berikut :

a. Elongasi atau ekstrusi atau supraversi atau supraklusi, yaitu keadaan di mana gigi

lebih tinggi dari garis oklusi.

Picture 1. Supraversion Maxillary Anterior (Singh, 2007)

b. Depresi atau intrusi atau infraversi atau infraklusi, yaitu keadaan di mana gigi lebih

rendah atau tidak mencapai bidang oklusi.

Page 3: Resume CS CDS

Picture 2. Right Mandibular 1st Premolar in infraklusi (Singh, 2007)

c. Transversi, yaitu posisi gigi berpindah dari kedudukan normal. Macam-macam transversi

i. Mesioversi = gigi lebih ke mesial dari normal.

ii. Distoversi = gigi lebih ke distal dari normal.

iii. Bukoversi = gigi lebih ke bukal dari normal.

iv. Palatoversi = gigi lebih ke palatinal dari normal.

v. Linguoversi = gigi lebih ke lingual dari normal.

vi. Labioversi = gigi lebih ke labial dari normal.

vii. Transposisi = gigi berpindah posisi erupsinya di daerah gigi lainnya.

Picture 3. transposition of the mandibular right canine with the mandibular right lateral incisor (Singh, 2007)

viii. Aksiversi = gigi seakan berpindah, tapi ujung sumbunya pada akar tetap

ix. Torsiversi = gigi berputar terhadap sumbunya, tapi kedua ujung sumbu tidak

berubah. Untuk keadaan ini harus dilihat : sisi mana dan ke arah mana gigi

tersebut berputar.

B. MALOKLUSI

Page 4: Resume CS CDS

Kelainan oklusi pada umumnya terjadi akibat faktor bawaan yang antara lain termasuk

gigi berdesakan, ruang atau celah antar gigi, kelebihan atau kekurangan gigi, celah bibir

dan langit, serta kelainan pada rahang dan muka. Namun, maloklusi juga bisa ditimbulkan

oleh kebiasaan buruk atau faktor lain, seperti kebiasaan menghisap jari tangan sejak kecil,

kebiasaan menjulurkan lidah atau kondisi pasca kecelakaan yang melibatkan bagian

muka, kehilangan gigi terlalu dini dan banyak faktor lainnya (Dika et al, 2008)

Terdapat banyak jenis klasifikasi maloklusi. Tapi yang paling penting diantaranya

adalah penggolongan maloklusi berdasarkan posisi mandibula, hubungan Molar 1

permanen, dan bentuk oklusi (Singh, 2007).

1. Berdasarkan posisi mandibula

Oklusi Sentrik

Adalah oklusi pada gigi geligi ketika mandibula berada pada relasi yang

sentrik. Relasi sentrik pada mandibula sendiri didefinisikan sebagai hubungan

antara mandibula dan maksila yang mana kondil mandibula berartikulasi dengan

posisi avaskuler paling tipis dari setiap diskusnya. Posisi ini tidak tergantung pada

kontaknya gigi dan dapat dilihat ketika mandibula digerakkan ke superior dan

inferior.

Oklusi Eksentrik

Merupakan posisi oklusi selain oklusi sentrik, yang terdiri dari :

-Oklusi Lateral, merupakan oklusi pada saat mandibula digerakkan ke kiri

atau ke kanan

-Oklusi Protrusif, merupakan oklusi pada saat mandibula digerakkan ke

posterior

-Oklusi retrusif, merupakan oklusi pada saat mandibula digerakkan ke

anterior

2. Berdasarkan hubungan gigi molar pertama permanen

Angle pada tahun 1899 menggolongkan maloklusi ke dalam tiga kelas. Klasifikasi

yang dikemukakan Angle memperhatikan hubungan antero-posterior lengkung gigi atas

dan bawah, dan tidak melibatkan hubungan lateral serta vertikal, dan malposisi lokasi dari

gigi-gigi (Foster, 1993). Klasifikasi yang dikemukakan Angle dalam Singh (2007) adalah

1. Kelas 1

Page 5: Resume CS CDS

Hubungan gigi geligi dengan dengan hubungan anteroposterior yang

normal. Relasi antara molar pada kedua rahang berkontak dengan baik

Picture 4. Molar Relation Class I (Singh, 2007)2. Kelas 2

Mandibula lebih keposterior dari posisi maksila. Molar pertama mandibula

lebih ke distal daripada molar pertama maksila.Pada kelas ini lebih jauh

digolongkan ke dalam dua divisi.

Divisi 1, dimana insisivus sentral rahang atas proklinasi dan insisal overjet

meningkat

Picture 5. Class 2 division 1 occlusion (Foster, 1993)

Divisi 2, dimana insisivus sentral rahang atas retroklinasi dan insisal

overbite meningkat (Foster, 1993)

Page 6: Resume CS CDS

Picture 6. Class 2 division 2 occlusion (Foster, 1993)3. Kelas 3

Merupakan hubungan gigi dimana posisi mandibula lebih anterior dari

maksila. Hubungan molar pertama maksila lebih ke distal baik bilateral maupun

unilateral daripada posisi molar pertama mandibula.

Picture 7. Molar Relation Class III (Singh, 2007)4. Kelas 4

Hubungan gigi dimana terjadi kelainan pada hubungan oklusal dari

lengkung gigi, misalnya terjadi distal oklusi pada satu sisi, dan terjadi mesial oklusi

pada sisi lainnya (Singh, 2007).

3. Berdasarkan bentuk oklusi

Cusp to embrasure, adalah ketika 1 gigi berkontak dengan dua gigi

Page 7: Resume CS CDS

Picture 8. The cusp-embrasure or tooth-to-two-teeth arrangement (Singh, 2007) Cusp to fossa, adalah ketika ketika satu gigi berkotak pada satu gigi lainnya

Picture 9. The cusp-fossa or tooth-to-tooth arrangement (Singh, 2007)

C. MALRELASI

Relasi gigi merupakan hubungan antara gigi geligi rahang atas dan bawah pada saat

gigi oklusi. Relasi gigi anterior dapat diketahui dari aspek vertikal dan aspek sagital. Relasi

normal dari gigi berdasarkan aspek sagital yaitu adanya overjet. Sedangkan berdasarkan

aspek vertikal yaitu adanya overlapping bite/overbite yang merupakan vertical overlap dari

gigi insisivus. Overbite dapat diukur berdasarkan jarak vertikal antara tepi insisal gigi

insisivus rahang atas dan bawah. Ukuran normalnya adalah 2 mm (Ahmad, 2012).

Malrelasi yang terjadi dapat berupa

Open bite anterior, yaitu ketika gigi anterior rahang bawah tidak menyentuh

dengan gigi anterior rahang atas meskipun gigi posterior telah beroklusi

Page 8: Resume CS CDS

Cross bite anterior, yaitu relasi labiolingual antara gigi anterior dimana permukaan

gigi yang bersentuhan berlawanan dengan yang seharusnya

Edge to edge, merupakan maloklusi ditandai dengan oklusinya tepi insisal gigi

anterior rahang atas dan rahang bawah dan tidak menimbulkan overlap (Ahmad,

2012).

Page 9: Resume CS CDS

Daftar Pustaka

Ahmad, H. et al, 2012, Prevalence of Dental Caries and Anterior teeth Malrelation to

Children with Down Syndrome in Makasar, Dentofasial Jurnal Kedokteran Gigi 11

(2) : 69-74

Dika et al, 2008, Penggunaan Index of Orthodontic Treatment Need (IOTN) sebagai

evaluasi hasil perawatan dengan peranti lepasan, Orthodontic Dental Journal 2 (1)

: 45-48

Foster, T, D., 1993, Buku Ajar Ortodonsi Edisi 3, EGC, Jakarta

Kaidoins, J, A. et al, 2014, 2014, Functional dental occlusion: an anthropological

perspective and implications for practice, Australian Dental Journal 59 (1) : 162-

173

Singh, G., 2007, Texbook of Orthodontics, Jaypee Brothers Medical Publisher, New Delhi

Sulandjari, H., 2008, Buku Ajar Ortodonsia I, FKG UGM, Yogyakarta