Restorasi plastis

53
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karies atau gigi berlubang merupakan masalah yang sering terjadi di masyarakat. Hal ini diakibatkan oleh beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya karies diantaranya adalah bakteri, substrat, gigi itu sendiri dan waktu. Keempat faktor ini saling mempengaruhi terjadinya karies. Jika salah satu dari 4 faktor tersebut tidak ada maka proses karies tidak terjadi. Karies dapat terjadi pada semua gigi, letak dan bentuk lesi pada giginya pun bervariasi, dapat terjadi di pit, fisure, servikal atau tempat yang lain. Dalam hal ini dokter gigi berfungsi sebagai pengontrol agar tidak terjadi karies, tapi jika karies telah terjadi dokter gigi bertugas untuk merestorasi gigi tersebut agar fungsi kunyah dan estetis gigi tersebut kembali seperti semula. Dalam merestorasi gigi, dokter gigi harus memperhatikan banyak faktor diantaranya bahan yang digunakan, teknik yang digunakan dan lain-lain, agar hasil restorasi tersebut sesuai dengan bentuk anatomi, fungsi kunyah dan fungsi estetis. Bahan- 1

description

Konservasi Gigi

Transcript of Restorasi plastis

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Karies atau gigi berlubang merupakan masalah yang sering terjadi di

masyarakat. Hal ini diakibatkan oleh beberapa faktor yang dapat

menyebabkan terjadinya karies diantaranya adalah bakteri, substrat, gigi itu

sendiri dan waktu. Keempat faktor ini saling mempengaruhi terjadinya karies.

Jika salah satu dari 4 faktor tersebut tidak ada maka proses karies tidak terjadi.

Karies dapat terjadi pada semua gigi, letak dan bentuk lesi pada giginya

pun bervariasi, dapat terjadi di pit, fisure, servikal atau tempat yang lain.

Dalam hal ini dokter gigi berfungsi sebagai pengontrol agar tidak terjadi

karies, tapi jika karies telah terjadi dokter gigi bertugas untuk merestorasi gigi

tersebut agar fungsi kunyah dan estetis gigi tersebut kembali seperti semula.

Dalam merestorasi gigi, dokter gigi harus memperhatikan banyak faktor

diantaranya bahan yang digunakan, teknik yang digunakan dan lain-lain, agar

hasil restorasi tersebut sesuai dengan bentuk anatomi, fungsi kunyah dan

fungsi estetis. Bahan-bahan yang digunakan untuk merestorasi gigi dapat

berupa restorasi rigid dan plastis. Restorasi plastis yang biasa digunakan

diantaranya amalgam, semen ionomer kaca, dan komposit. Bahan-bahan yang

digunakan tersebut mempunyai kelemahan dan kelebihan masing-masing,

sehingga dalam penggunaannya pun perlu memperhatikan indikasi dan

kontraindikasi.

1

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa saja definisi dan macam-macam restorasi plastis ?

1.2.2 Apa saja indikasi dan kontraindikasi dari masing-masing restorasi

plastis ?

1.2.3 Sebutkan tahap-tahap preparasi, penumpatan dan pemolesan dari

restorasi amalgam, komposit, Glass Ionomer Cement, dan

sandwich ?

1.3 Tujuan

1.1.1 Mengetahui definisi dan macam-macam restorasi plastis.

1.1.2 Mengetahui indikasi dan kontraindikasi dari masing-masing

restorasi plastis.

1.1.3 Mengetahui tahap-tahap preparasi, penumpatan dan pemolesan dari

restorasi amalgam, komposit, GIC, dan sandwich.

2

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Tujuan restorasi gigi adalah tidak hanya membuang penyakit dan mencegah

timbulnya kembali karies, melainkan juga memgar fungsinya. Bahan restorasi

yang ideal sampai sekarang belum ada namun hendaknya kita telah mengenal

dengan baik sifat bahan yang paling penting. Dua sifat yang sangat penting yang

harus dimiliki bahan pergigian adalah harus mudah digunakan serta tahan lama.

Sedangkan sifat-sifat lainnya adalah :

1. Kekuatan kompresif dan kekuatan tensilnya cukup

2. Tidak larut dan tidak mengalami korosi dalam mulut

3. Sifat eksotermiknya rendah dan perubahan volume selam pengerasannya

dapat diabaikan

4. Tidak toksik dan tidak irian terhadap jaringan pulpa dan gingival

5. Mudah dipotong dan dipoles

6. Derajat keausannya sama dengan email

7. Mampu melindungi jaringan gigi sekitarnya dari serangan karies sekunder

8. Koefisien muai termiknya sama dengan yang di email dan dentin

9. Difusi termiknya sama dengan yang di email dan dentin

10. Penyerapan airnya rendah

11. Adhesive terhadap jaringa

12. Radio-opak

13. Warna dan translusensinya sama dengan email

14. Tahan lama dalam penyimpanan & Murah

2.1 Komposit

Definisi

Komposit merupakan perpaduan dari dua material atau lebih yang

memiliki fasa yang berbeda menjadi suatu material baru yang memiliki propertis

lebih baik dari keduanya. Jika perpaduan ini terjadi dalam skala makroskopis

3

maka disebut sebagai komposit. Jika perpaduan ini terjadi secara mikoroskopis

(molekular level) maka disebut sebagai alloy atau paduan. Resin komposit ini

menggunakan molekul BIS-GAMA (Bisphenol-A-Glycidin-Methacrylat) yang

merupakan monomer dimetakrilat yang disintesa oleh reaksi Bisphenol-A dan

Glissidin metakrilat.

(http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/11/

d30f518393aad96931b1cd883b76a9194eb22313.pdf)

Klasifikasi

Adapun jenis resin komposit biasanya dibagi atas tiga ukuran, jumlah dan

komposis dari bahan pengisi anorganiknya, yaitu :

1. Resin komposit konvensional

Resin komposit ini umumnya terdiri dari 75-80% dari berat bahan pengisi

anorganiknya. Ukuran rata-rata partikel dari resin komposit konvensional ini

pada tahun 1980. Karena partikel pengisin=annya relative besar dank eras

sekali, resin komposit konvensional memperlihatkan tekstur permukaan yang

kasar, sehingga sesuai dengan gigi posterior. Sayangnya, tipe permukaan yang

kasar tersebut menyebabkan restorasi lebih mudah mengalami perubahan

warna akibat adanya ekstrinsik stain.

2. Resin komposit mikrofiller

4

Bahan ini dipernalkan pada tahun 1972 dan didesain untuk menggantikan

karakteristik resin komposit konvensional yang permukaannya kasar dengan

permukaan yang halus yang hamper sama seperti enamel gigi. Resin komposit

ini mengandung partikel koloida silica yang terdiri dari kira-kira 35%-60% dari

berat bahan pengisi anorganiknya. Ukuran partikel kecil menghasilkan

permukaan yang halus setelah restorasi di polishing. Sehingga pengaruh

perlekatan plak dan ektrinsik stai dapat dimanipulasikan.

3. Resin komposit hibrida

Resin komposit ini dikembangkan untuk mendapatkan karakteristik fisik dan

mekasin yang baik dari resin komposit konvensional dengan permukaan yang

halus yang dapat merupakan sifat dari resin komposit mikrofiller. Resin ini

mengandung kira-kira 75%-85% dari berat bahan pengisi anorganiknya. Bahan

pengisinya merupakan campuran antara mikrofiller dan makrofiller

(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1154/1/10E00020.pdf)

Kontraindikasi utama dari penggunaan resin komposit sebagai material

restorasi adalah berhubungan dengan faktor-faktor yang muncul seperti isolasi,

oklusi dan operator. Jika gigi tidak dapat diisolasi dari kontaminasi cairan mulut

maka resin komposit atau bahan bonding lainnya tidak dapat digunakan. Hal ini

terjadi karena resin komposit bersifat sangat sensitif dan memerlukan ketelitian.

Bila terkontaminasi cairan mulut, kemungkinan restorasi akan lepas (Summitt

dkk., 2006).

Jika semua kontak oklusi terletak pada bahan restorasi maka resin

komposit sebaiknya tidak digunakan. Hal ini karena resin komposit kekuatan

menahan tekanan oklusi lebih rendah dibandingkan amalgam. Diperlukan

memperkuat sisa struktur gigi yang tidak dipreparasi dengan prosedur restorasi

komposit. Adanya perluasan restorasi hingga mencapai permukaan akar,

menyebabkan adanya celah pada pertemuan komposit dengan akar. Penggunaan

liner pada area permukaaan akar dapat mengurangi kebocoran, celah dan sekunder

karies. Tumpatan menggunakan komposit pada gigi posterior akan cepat rusak

pada pasien dengan tenaga pengunyahan yang besar atau bruxism, karena bahan

5

komposit mudah aus. Pasien dengan insidensi karies tinggi serta kebersihan mulut

tidak terjaga juga dianjurkan untuk tidak menggunakan tumpatan resin komposit

(Baum, et al., 1995).

Keuntungan dan Kekurangan Resin Komposit

Keuntungan resin komposit :

1. Mempunyai estetik baik

2. Mempunyai konduktivitas termal yang rendah

3. Tidak menimbulkan reaksi galvanism

4. System bondingnya mempertinggi kekuatan gigi terhadap fraktur

5. Melindungi struktur gigi yang tersisa

6. Radiopaque

7. Sebagai bahan alternative pengganti amalgam

Kekurangan resin komposit :

1. Polymerization shrinkage

2. Sering terbentuknya microleakage ang akhirnya menjadi karies sekunder

3. Sensitivitas pasca penambalan

4. Memerlukan ketrampilan sensitivitas yang tinggi

5. Ketahanan dalam pemakaian

6. Menyerap air

7. Marginal leakage

(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1154/1/10E00020.pdf)

2.2 Semen Glass Ionomer

Sebelum ditemukan semen glass ionomer oleh Wilson dan Kent pada

1972, semen silikat merupakan bahan tumpatan plastis anterior yang paling

banyak digunakan. Di samping itu, resin komposit juga telah berkembang dengan

pesat sehingga menjadi tumpatan plastis anterior yang paling banyak dipakai.

Walaupun demikian, pemakaian glass ionomer tetap meningkat, khususnya karena

6

bahan ini beradhesi ke dentin dan email. Sejak pertama kali diperkenalkan, bahan

ini dapat diperoleh dalam tipe yang mengeras lebih cepat, tidak mudah larut, lebih

translusens, dan estetikanya dapat diterima. Semen glass ionomer terbentuk

karena reaksi antara bubuk kaca alumino-silikat yang khusus dibuat dengan asam

poliakrilat. Setelah tercampur, pasta semen ini ditumpahkan ke kavitas pada saat

bahan masih belum mengeras. Semen glass ionomer yang berisi logam perak

dalam bubuknya telah dikembangkan serta dikenal dalam nama generiknya, yaitu

cermet. Semen semacam ini mempunyai ketahanan terhadap abrasi dan

keradiopakannya, sehingga dapat digunakan pada gigi posterior. Walaupun

demikian, penggunaannya hanya pada kavitas yang masih terlindung, karena

semen ini tidak sekuat amalgam. Keunikan lain dari bahan semen glass ionomer

adalah kemampuannya untuk berikatan dengan dentin dan sifat khas melepas fluor

sehingga bersifat antikaries. Dengan demikian, bahan ini direkomendasikan untuk

digunakan secara luas pada abrasi serviks, tanpa harus melakukan preparasi

kavitas. Keadaan ini, misalnya, terjadi pada siatusi tidak adanya email untuk

retensi resin komposit, atau kalaupun ada hanya sedikit sekali. Semen glass

ionomer dapat digunakan sebagai restorasi tunggal atau dapat dipakai dengan

basis dan di atasnya dilapisi oleh resin komposit (teknik sandwich) (Philip, 1996).

Menurut Mujiono, cit Mc. Lean et al (1985) dan Tyas et al (1989), semen

glass ionomer juga dapat meningkatkan resin komposit, yaitu sebagai perantara

untuk menambahkan retensi tumpahan komposit. Dengan cara memberikan etsa

asam pada semen glass ionomer, akan terjadi erosi dan permukaan semen menjadi

kasar. Kekasaran permukaan ini dapat memberi retensi mekanis terhadap resin

komposit (Philip, 1996).

Di samping itu, semen glass ionomer juga dapat digunakan untuk

meningkatkan kemampuan perlekatan amalgam dengan jaringan dentin gigi,

terutama pada karies di bagian interproksimal. Di bagian ini pengangkatan

jaringan keras sebagai retensi kurang memungkinkan, karena dapat menyebabkan

melemahnya struktur gigi akibat jaringan sehat tinggal sedikit. Semen glass

ionomer dapat ditumpatkan di kavitas yang dalam tanpa mengiritasi pulpa,

sekalipun tanpa diberi pelapik. Namun, agar tidak timbul reaksi yang tidak

7

diinginkan pada kavitas dengan dentin, sebaiknya tetap digunakan pelapik.

Biokompabilitas dari bahan ini sangat tinggi walaupun semennya bersifat sangat

asam. Hal ini mungkin disebabkan oleh besarnya molekul palyanion sehingga

asam tidak dapat memasuki tubulus. Namun peradangan tetap timbul jika semen

langsung diletakkan di atas pulpa yang terbuka (Philip, 1996).

Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dari bahan tumpatan ini, harus

dijaga kontaminasi antara bahan ini dengan saliva selama penumpatan dan

sebelum semen mengeras sempurna. Kontaminasi dengan saliva akan sangat

berbahaya karena semen akan mudah larut dan daya adhesinya akan menyusut.

Untuk itu, kavitas harus dijaga agar tetap kering dengan mengusahakan isolasi

yang efektif. Setelah selesai penumpatan, tumpatan sebaiknya ditutup dengan

lapisan pernis yang kedap air selama beberapa jam setelah penumpatan dilakukan.

Hal ini untuk mencegah desikasi karena hilangnya cairan atau semen melarut

karena menyerap air (Philip, 1996).

Karena adanya beberapa keunggulan dari bagian tersebut itulah maka

semen glass ionomer saat ini secara luas digunakan oleh dokter gigi, terutama

pada kavitas servikal yang sering terjadi pada manula dan orang yang menyikat

gigi dengan cara yang kurang baik dan benar, serta pada karies yang pengambilan

jaringan gigi yang sehat sebagai retensi kurang memungkinkan (Philip, 1996).

Semen glass ionomer merupakan bahan tumpatan baru di bidang ilmu

konservasi gigi yang dikembangkan dalam beberapa tahun terakhir ini. Semen

glass ionomer digunakan sebagai bahan restorasi tetap di kedokteran gigi sejak

1972, serta disempurnakan dari tahun ke tahun sehingga menjadi bahan restorasi

yang memenuhi persyaratan baik estetik maupun kekuatan serta keawetan (Philip,

1996).

Keuntungan dan Kerugian Bahan Semen Glass Ionomer

Keunggulan Bahan Restorasi Glass Ionomer Antara Lain :

1. Mempunyai kekuatan kompresi yang tinggi

2. Bersifat Adhesi

3. Tidak iritatif

8

4. Mengandung Fluor sehingga mampu melepaskan bahan fluor untuk

mencegah karies lebih lanjut

5. Mempunyai sifat penyebaran panas yang sedikit

6. Daya larut yang rendah

7. Bersifat translusent atau tembus cahaya

8. Perlekatan bahan ini secara fisika dan kimiawi terhadap jaringan dentin

dan email

9. Di samping itu, semen glass ionomer juga bersifat bikompabilitas, yaitu

menunjukkan efek biologis yang baik terhadap struktur jaringan gigi dan

pulpa. Kelebihan lain dari bahan ini yaitu semen glass ionomer

mempunyai sifat anti bakteri, terutama terhadap koloni streptococcus

mutant

Karena keunggulan-keunggulan tersebut di atas maka bahan tumpatan

semen glass ionomer banyak digunakan sebagai bahan tumpatan tetap oleh dokter

gigi dewasa ini. Pada manula sering kali ditemukan kavitas kelas V atau karies

yang terdapat pada akar, karena pada manula biasanya sering didapatkan adanya

retraksi gingiva yang disebabkan proses degenerasi. Karies yang terdapat pada

akar juga ditemukan pada orang-orang yang cara menyikat giginya kurang baik

dan benar, sehingga menyebabkan abrasi pada daerah servikal. Oleh sebab itu,

bahan semen glass ionomer diunggulkan sebagai bahan tumpatan pada kasus

tersebut, karena bahant umpatan semen glass ionomer merupakan bahan restorasi

yang memenuhi persyaratan estetika, bersifat adhesi, serta mempunyai sifat

biokompabilitas (Philip, 1996).

Bahan tumpatan yang memenuhi persyaratan estetika adalah yang

sewarna atau hampir mendekati warna gigi, baik gigi anterior maupun posterior

tanpa mengesampingkan faktor kekautan, keawetan dan biokompabilitas dari

bahan tersebut. Di samping itu, bahan tumpatan semen glass ionomer mempnyai

estetik yang lebih baik dibandingkan dengan tumpatan semen silikat, meskipun

jika dibandingkan dengan resin komposit faktor estetik dari bahan ini masih

kurang baik. Dewasa ini dengan berkembangnya bahan tersebut, faktor estetik

9

tidak lagi menjadi masalah. Penggunaan semen glass ionomer dengan sinar juga

mulai banyak digunakan. Hal ini akan menghemat waktu dokter gigi, waktu

tindakan klinik lebih singkat, serta mempunyai peningkatan PH yang relatif tetap

cepat. Karena itu, bahan ini juga direkomendasikan sebagai bahan yang dapat

meningkatkan perlekatan amalgam dengan jaringan gigi (Philip, 1996).

Kekurangan Bahan Semen Glass Ionomer

Di samping beberapa keunggulan yang dimiliki oleh bahan glass ionomer

yang telah kita bicarakan di atas, yaitu tidak iritatif, bersifat adhesi, dan

mempunyai sifat biokompabilitas yang tinggi. Bahan ini juga mempunyai

kekurangan jika dibandingkan dengan bahan tumpatan lain, misalnya dalam hal

estestik. Bahan ini masih kurang baik bila dibandingkan dengan resin komposit.

Demikian juga ketahanan terhadap abrasi juga kurang baik, terutama pada derah

kontak oklusal yang luas. Di daerah tersebut akan mudah terjadi fraktur akibat

kekuatan geser yang tinggi. Di samping itu, glass ionomer juga bersifat porous

dan sulit dipulas sehingga menghasilkan permukaan tumpatan yang kurang bagus.

Oleh karena itu, dewasa ini telah dikembangkan teknik restorasi sandwich yang

pada hakikatnya sement glass ionomer diaplikasikan dahulu dengan resin

komposit, atau pada tumpatan gigi posterior yang menggunakan amalgam. Glass

ionomer juga dapat membantu meningkatkan perlekatan amalgam dengan

jaringan gigi menggunakan bahan ini sebagai basis atau liner pada kavitas

sebelum ditumpat amalgam. Dengan demikian, bahan ini dapat menghambat

kerusakan tepi, mengurangi preparasi jaringan sehat gigi, meningkatkan dukungan

mahkota gigi, serta resistensi terhadap fraktur (Philip, 1996).

2.3 Dental Alamgam

Merupakan bahan paling banyak digunakan oleh dokter gigi, khususnya

untuk tumpatan gigi posterior. Sejak pergantian abad ini, formulasinya tidak

banyak berubah, yang mencerminkan bahwa bahan tambahan lain tidak ada yang

seideal amalgam. Kelemahan utama amalgam terletak pada warnanya dan tidak

adanya adhesi terhadap jaringan gigi. Walaupun sifat fisik dan kimia bahan

10

tumpatan amalgam sebagian besar telah memenuhi persyaratan ADA specification

no. I, perlekatannya dengan jaringan dentin gigi secara makromekanik seperti

retention and resistence form, dan undercut tidak dapat melekat secara kimia

(Philip, 1996).

Prinsip retention and resistance form (dove tail, box form dan retention

groove) pada lesi karies daerah interproksimal, selain mengangkat karies juga

mengangkat jaringan yang sehat untuk memperoleh retensi pada kavitas. Pada

kavitas kelas II dengan isthmus dan garis sudut bagian dalam yang lebar, akan

melemahkan kekuatan terhadap beban kunyah. Akibatnya, pasien banyak yang

mengeluh karena seringkali adanya fraktur pada tumpatan kelas II, baik pada

tumbatan MO (Mesial Oklusal), DO (Distal-, Oklusal), maupun MOD (Mesial-

Oklusal-Distal) (Philip, 1996).

Amalgam dapat disimpan lama dan dibandingkan dengan bahan restorasi

lain. Bahan ini tidak begitu mahal dan sampai tingkat tertentu kesalahan dalam

manipulasi masih menghasilkan tumpatan yang baik. Jika dibuat oleh operator

yang trampil dan lingkungannya mendukung, bahan tumpatan ini dapat tahan

lama, namun umur kliniknya rata-rata 5 tahun. Amalgam cenderung mudah korosi

di dalam lingkungan mulut karena strukturnya yang heterogen, permukaannya

yang kasar, dan adanya lapisan senyawa oksida yang belum sempurna. Amalgam

memerlukan beberapa jam untuk mencapai kekerasan penuhnya jika ini telah

dicapai, kekuatan kompresifnya akan menyamai dentin (Philip, 1996).

11

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Definisi dan Macam Restorasi Plastis

Definisi :

Restorasi plastis adalah bahan restorasi yang dapat dibentuk dalam

kavitas, dan setelah beberapa waktu diaplikasikan dalam kavitas nantinya akan

dapat mengeras.

Macam :

a. Logam : Amalgam

b. Non logam : Komposit, Semen ionomer kaca, akrilik, silikat,

kompomer, restorasi Sandwich.

3.2 Indikasi dan Kontraindikasi dari Masing-masing Restorasi Plastis

a. Amalgam

Indikasi :

• Kelas I (pada gigi posterior dan anterior)

• Kelas II (sebelum menumpat perlu matriks sebagai pengganti dinding

yang hilang

• Kelas V

Kontra Indikasi :

• Jumlah karies yang tinggi

• Karies yang luas melibatkan cusp

• Dibutuhkan estetik (Kelas V pada gigi anterior)

• Gigi antagonis logam yang tidak sejenis

• Pasien yang menderita alergi terhadap merkuri, karena amalgam ini

termasuk campuran beberapa logam yang salah satunya adalah merkuri

12

b. Komposit

Indikasi :

Restorasi untuk lesi interproksimal (klas III) pada gigi anterior.

Lesi pada permukaan fasial gigi anterior (klas V)

Lesi pada permukaan fasial gigi premolar

Hilangnya sudut insisal gigi.

Fraktur gigi anterior

Sebagai bahan base lining atau core built up

Sebagai sealent pada restorasi resin preventif

Restorasi estetis seperti: veneers, penutupan diastema, modifikasi kontur

gigi

Semen untuk restorasi indirect resin

Membentuk kembali gigi yang mendukung restorasi tuang

Lesi oklusal dan interproksimal gigi posterior (klas I dan klas II) dengan

keterbatasan

Kontraindikasi :

Lesi distal dari premolar

Tambalan rutin untuk premolar

Pasien dengan insiden karies tinggi serta kebersihan mulut tidak terjaga

13

c. Semen Glass Ionomer

Indikasi :

• Dapat digunakan sebagai restorasi tunggal atau dapat dipakai sebagai

basis dan diatasnya dilapisi oleh resin komposit (restorasi sandwich).

• Dapat digunakan secara luas pada abrasi serviks tanpa harus melakukan

preparasi kavitas.

• Mempunyai ketahanan terhadap abrasi dan keradiopakannya, sehingga

dapat digunakan pada gigi posterior.

• Semen ini juga dapat meningkatkan perlekatan resin komposit, yaitu

sebagai perantara untuk menambah retensi tumpatan komposit. Dengan

cara memberikan etsa asam pada semen glass ionomer, akan terjadi erosi

dan permukaan semen menjadi kasar. Kekasaran permukaan ini dapat

memberi retensi mekanis terhadap resin komposit.

• Sifatnya yang dapat melepas fluor yang sangat berperan terhadap

antikaries sehingga resiko kemungkinan untuk terjadinya karies sekunder

dibawah tumpatan jauh lebih kecil dibanding bila menggunakan bahan

tambal lain.

Kontraindikasi :

• Dalam hal estetik, warna bahan ini masih kurang baik bila dibandingkan

dengan resin komposit.

• Kurang kuat bila digunakan pada gigi posterior bila dibandingkan dengan

amalgam.

• Warna tambalan ini lebih opaque, sehingga dapat dibedakan secara jelas

antara tambalan dan permukaan gigi asli yang akan memberikan estetik

yang kurang baik, terutama digunakan tambalan pada kelas 3 dan kelas 4.

3.3 Prosedur Tumpatan Masing-masing Restorasi Plastis

Prinsip Preparasi Kavitas Gigi Sulung

Tahap preparasi gigi sulung sama dengan gigi permanen, modifikasi desain

berdasarkan perbedaan bentuk anatomi :

a. Enamel – dentin lebih tipis

14

b. Ruang pulpa lebih besar

c. Kontak proksimal lebih luas

d. Tanduk pulpa lebih tinggi

e. Permukaan oklusal lebih sempit

f. Daerah 1/3 servikal yang cembung dan penyempitan pada daerah leher gigi

(servical).

Preparasi Kavitas Klas I

Bur yang dipakai : round, fissure, inverted cone.

a. Outline fom       : tidak ada sudut yang tajam (dibulatkan)

- Amalgam      : tidak perlu dibulatkan

-  Komposit      : tidak perlu perluasan

-   Tumpatan tuang : perlu untuk tidak jadi terbatas

b. Axial wall sejajar sumbu gigi

c. Pulpa wall datar dan halus

d. Cavo surface angle tajam, tanpa bevel

-  Memudahkan carving

-  Amalgam cukup tebal

Preparasi Kavitas Klas II

Molar sulung yang kecil :

Ukuran bur yang dipergunakan (memakai bur yang lebih kecil). Prinsip sama

dengan gigi permanen.

Yang perlu diperhatikan :

a. Pulpa wall datar atau sedikit membulat untuk menghindari tanduk pulpa

b. Dinding cavity konvergen ke arah oklusal

c. Extention for prevention ke arah bukal atau lingual atau palatal atau gingival

atau oklusal

15

d. Preparasi bidang oklusal dan proksimal harus seimbang

e. Gingival wall sejajar dengan enamel rods

f. Axiopulpa line angle dibulatkan (dibevel) untuk menambah ketebalan amalgam

g. Proximal box sebab pada gigi sulung terjadi penyempitan dari oklusal ke

servikal dan perlu diperhatikan tanduk pulpa

h. Lebar isthmus : 1/3 lebar jarak cusp bukal dan lingual

i. Cavo surface line angle tidak sama dengan di bevel o.k. adaptasi amalgam baik

dengan gigi

Preparasi Klas III (Esthetik)

Bahan :

a. Silikat (pada preparasi perlu retensi)

b.Komposit (retensinya dengan etsa asam)

c. Amalgam (caninus dengan distal karies)

d.Glass Ionomer

Retensi :

a. Didapatkan dari undercut yang dibuat dengan inverted bur pada mesio pulpa

line angle

b. Lebih ke gingiva daripada incisal

c. Dove tail

Preparasi Klas IV

Hilangkan semua jaringan karies karena mengenai cervical edge atau mengenai

estetik perlu diperhatikan.

Macam Tumpatan :

16

a. Composite resin

b. Pre – formed plastic crowns (sangat baik untuk menumpat gigi anterior yang

rusak berat)

c. Stainless orthodontic bands, bagian labial dihilangkan kemudian diisi dengan

composite atau glass ionomer setelah band disemen

d. Anterior stainless steel crown (estetik jelek tapi fungsional baik)

Preparasi Klas V

Tahap :

a. Hilangkan semua jaringan keras

b. Gingival wall terlihat jelas dan disangga oleh jaringan gigi yang sehat

c. Retensi berupa undercut atau tegak

Tumpatannya :

a. Composite resin

b. Glass Ionomer Cement

c. Amalgam

Harus dibuatkan crown karena retensi sudah tidak ada.

Prinsip Preparasi Kavitas Gigi Permanen

a. Amalgam

Prosedur Tumpatan Amalgam Kelas I

Tahap preparasi kavitas :

1. Sebelum melakukan preparasi kavitas, dibuat suatu desain outline form

sesuai bentuk fissure gigi pada daerah oklusal gigi posterior yang akan

dipreparasi.

17

Preparasi Klas VI

2. Outline form dibuat dengan memperhatikan resistence form, retention form,

extention for prevention, dan convenience form. Extention for prevention

kini dianggap sebagai penghancuran jaringan sehat yang sia-sia dan tidak

lagi dipraktikkan secara rutin.

3. Preparasi dilakukan dengan contra angle hand piece dengan kecepatan

tinggi.

4. Akses atau jalan masuk dibuat menggunakan bur bulat kecil sedalam 2 mm.

Semua karies lunak dan stain pada pertautan email-dentin dibuang. Selama

kavitas akses mungkin perlu dilebarkan untuk menghilangkan email dentin

yang menggaung, email yang tidak terdukung dentin, dan memperoleh

medan penglihatan yang bebas ke daerah pertautan email dentin.

5. Setelah akses didapatkan, kemudian dilanjutkan pemakaian bur fissure

silindris kecil untuk membentuk dinding tegak lurus alas kavitas sesuai

dengan outline form nya.

6. Untuk menghaluskan dinding pulpa atau dasar kavitas digunakan bur

inverted. Kedalaman kavitas kurang lebih 2 mm dengan dinding tegak lurus

bersudut 90º terhadap kavitas, membentuk bentukan box menurut teori

Black.

7. Menurut teori lain bentukan resistensi (resistence form) pada tumpatan

amalgam ini dapat didapatkan pula dari bentukan konvergen atau

mengerucut ke arah oklusal. Perlu diperhatikan bahwa bentukan konvergen

tersebut tidak boleh lebih dari 5º, atau kurang lebih 3-5º agar tidak terdapat

enamel-enamel rods yang tidak terdukung dentin (enamel menggaung)

sehingga tumpatan amalgam yang regas nantinya tidak mudah pecah/

fraktur ketika menerima beban kunyah.

8. Pada tumpatan plastis ini, sudut internal kavitas dibuat agak tumpul (tidak

tajam) untuk memudahkan kondensasi amalgam dan permukaan dinding-

dinding kavitas dibuat halus karena amalgam berikatan dengan dentin secara

fisiko-mekanik.

18

Desain kavitas amalgam Klas I

Tahap basis :

1. Sebelum memulai memberi basis, kavitas dibersihkan dengan air (akuades).

Sebaiknya pembersihan kavitas tidak dilakukan dengan alkohol atau H2O2

agar tidak terjadi dehidrasi pada dentin.

2. Kavitas kemudian dikeringkan dengan semprotan udara.

3. Jika pembuangan karies mengakibatkan lantai kavitas dekat sekali dengan

pulpa, diperlukan pemberian pelapik hidroksida kalsium. Pada kavitas yang

sangat dalam, lapisan pelapik kedua mungkin diperlukan. Semen ionomer

kaca atau OSE merupakan bahan yang cocok untuk maksud ini. Pelapisan

diaplikasikan sedemikian rupa sehingga msih terdapat cukup ruangan 2-2,5

mm amalgam di atasnya

4. Pemberian basis dapat pula diberikan dengan semen seng phospat (ZnPO4)

yang terdiri dari bubuk dan cairan.

5. Ambil bubuk semen satu sendok yang disediakan dan tetaskan cairan satu

atau dua tetes.

6. Arahkan bubuk ke cairan dengan spatula sedikit demi sedikit, kemudian

aduk bubuk dan cairan ini dengan gerakan memutar sampai didapatkan

konsistensi dempul yang cukup kental.

7. Semen dimasukkan ke dalam kavitas dengan sonde, kemudian dan

dimampatkan dengan semen stopper.

19

8. Kelebihan semen bila belum mengeras diambil dengan excavator dan bila

sudah mengeras diambil dengan bur inverted yang juga sekaligus untuk

meratakan dasar kavitas.

9. Bagian tepi enamel harus bersih dari semen agar daerah retensi amalgam

tidak tertutup.

Tahap penumpatan :

1. Bubuk dan Hg ditimbang sesuai anjuran pabrik, kemudian dimasukkan ke

dalam mortal kemudian diaduk dengan pastle kurang lebih 60 kali putaran.

Bubuk dan cairan yang telah ditimbang dengan perbandingan yang sesuai

dengan anjuran pabrik dapat pula dicampur dengan alat amalgamator selama

5 detik.

2. Campuran yang telah homogen kelihatan mengkilat, diambil dengan spatula

semen, kemudian kelebihan Hg nya diperas, dibuang pada tempat yang

disediakan dengan kain putih ukuran 10 x 10 cm.

3. Campuran amalgam kemudian dimasukkan ke dalam pistol amalgam dan

dimasukkan pada dasar kavitas dengan tekanan. Lapisan amalgam yang

pertama sangat penting dan membutuhkan perhatian yang lebih dari lapisan

berikutnya. Kemudian dilakukan kondensasi (pemampatan) dengan

amalgam plugger atau amalgam stopper.

4. Kelebihan bahan dibersihkan dengan kapas kecil (cotton pellet) dan

permukan oklusal dibentuk anatominya dengan carver. Penekanan dengan

carver dilakukan sejajar pada permukaan gigi (email) untuk mencegah alat

terperosok ke dalam bahan.

5. Kemudian dihaluskan dengan burnisher pada keadaan amalgam yang sudah

mengalami proses setting awal.

Tahap pemolesan :

1. Pemolesan dapat dilakukan 24 jam setelah penumpatan.

2. Permukaan yang kasar diasah dan dibentuk anatominya dengan finishing

stone.

20

3. Dengan rubber cups merah dengan pasta poles (seng oksida dan alcohol)

permukaan amalgam dipoles sampai tampak mengkilap kemudian

dibersihkan dengan brush dalam keadaan basah.

4. Pemolesan harus dalam keadaan basah untuk mencegah panas yang timbul

diteruskan ke dentin, dengan tekanan ringan dan merata.

Prosedur Tumpatan Amalgam Klas II

1. Outline Form Kavitas

- Outline form dibuat dengan sesuai dengan bentuk fissure gigi pada

oklusal gigi posterior yang akan dipreparasi

- Outline form dibuat dengan memperhatikan resistence form, retention

form, extention for prevention dan convinience form.

- Isthmus dibuat pada 1/3 buko-lingual dan ¼ mesio-distal.

2. Tahap Preparasi Kavitas

- Preparasi dimulai dengan menggunakan round bur no. 1 sedalam 2-2,5

mm pada bagian oklusal kemudian dilebarkan ke arah proksimal dengan

bur fisur no. 3 menembus lingir tepi (ridge).

- Membentuk bentukan dove tail (ekor merpati) pada bidang oklusal gigi

M1 RA.

- Dinding bukal dan dinding lingual dari kavitas proksimal (bentukan boks

di proksimal) diperluas sampai bebas kontak dengan gigi sebelahnya

dengan bur fisur atau bur pir panjang digerakkan seperti pendulum arah

buko-lingual.

- Pembentukan boks sisi proksimal diusahakan tegak lurus permukaan luar

gigi (tampak pada bagian oklusal).

- Perluasan tepi bukal/lingual (celah antara sudut dan gigi yang berdekatan

diukur dengan ujung sonde atau hatchet email.

- Dinding gingival dibuat selebar ± 1,8 mm untuk gigi molar dan selebar ±

1,2 mm untuk gigi premolar.

- Bevel dibuat pada axio-pulpa line angle.

21

- Sudut-sudut luar dinding bukal dan lingual pada bagian proksimal,

dibulatkan dengan fisur bur no. 3.

Desain kavitas amalgam Klas II

3. Tahap Basis

Sama dengan pembuatan basis pada tumpatan amalgam kelas I, hanya pada

kelas II, dilakukan pada dinding pulpa dan dinding aksial.

4. Tahap Penumpatan

- Sebelum penumpatan, dilakukan pemasangan matriks band dan retainer.

- Matriks band disesuaikan bentuknya pada daerah oklusal agar tidak

mengganggu oklusi dan supaya bentuk tumpatan baik, pada bagian

proksimal dipasang wedge (dapat dibuat dari kayu korek api yang

dipasang pada tepi gingival).

- Amalgam terdiri dari bubuk (amalgam alloy) dan cairan merkuri (Hg).

- Pencampuran bubuk dan Hg dapat dilakukan dengan dua alat :

Pencampuran dengan amalgamator

22

Bubuk dan cairan yang telah ditimbang dengan perbandingan yang

sesuai dengan anjuran pabrik dimasukkan ke dalam kapsul kemudian

dicampur dengan alat amalgamator selama 5 detik.

Pencampuran dengan mortal dan pastle

Bubuk dan Hg ditimbang sesuai anjuran pabrik kemudian

dimasukkan ke dalam mortal, kemudian diaduk dengan pastle ±

60x putaran.

Campuran yang telah homogen kelihatan mengkilat diambil dengan

spatula semen, kemudian kelebihan Hg-nya diperas, dibuang pada

tempat yang telah disediakan dengan kain putih ukuran 10 x 10 cm.

Campuran amalgam kemudian dimasukkan ke dalam pistol

amalgam dan dimasukkan pada dasar kavitas dengan tekanan.

Lapisan amalgam yang pertama sangat penting dan membutuhkan

perhatian yang lebih dari lapisan berikutnya. Kemudian dilakukan

kondensasi (pemampatan) dengan amalgam plugger/amalgam

stopper.

Penumpatan dilakukan dari bagian proksimal, diisi amalgam sedikit

demi sedikit, dikondensasi, kemudian baru pada bagian oklusal

sampai padat. Kavitas diisi amalgam sampai sedikit berlebih,

kemudian dioklusikan untuk mendapatkan oklusi yang baik.

Kelebihan bahan dibersihkan dengan kapas kecil dan permukaan

oklusal dibentuk anatominya dengan carver. Penekanan carver

dilakukan sejajar pada permukaan gigi (luar email) untuk

mencegah alat terperosok ke dalam bahan.

Kemudian dihaluskan dengan menggunakan burnisher pada

keadaan amalgam sudah mengalami proses setting awal.

Setelah selesai, matriks dibuka dan dilepas secara hati-hati sebelum

bahan mengeras.

Kelebihan amalgam dapat dibuang dengan amalgam carver atau

dengan plastic filling instrument.

5. Tahap Pemolesan

23

- 24 jam setelah penumpatan dapat dilakukan pemolesan.

- Permukaan yang kasar diasah dan dibentuk anatomi dengan finishing

stone.

- Bagian proksimal dihaluskan dengan polishing strip (jika perlu).

- Dengan rubber cups merah dan pasta poles (seng oksida + alkohol)

permukaan amalgam dipoles sampai tampak mengkilap kemudian

dibersihkan dengan brush dalam keadaan basah.

- Untuk mengkilapkan dapat digunakan rubber cups hijau dan pasta poles

(seng oksida + alkohol) kemudian dibersihkan dengan brush dalam

keadaan basah.

- Pemolesan harus dalam keadaan basah, dengan tekanan ringan dan tidak

boleh pada satu tempat.

b. Komposit

Teknik Restorasi Resin Komposit

1. Preparasi kavitas

Bersihkan karies dari kavitas hanya sebatas infected dentin saja.

Pertahankan sisa email dan jangan membuang jaringan gigi sehat

terlalu banyak.

Desain kavitas Klas III (kiri) dan Klas V (kanan) komposit

2. Perlindungan pulpa

Setiap dentin yang terbuka harus diberi lapisan pelindung berupa

calcium hydroxide atau GIC.

3. Etsa dan bonding

24

Untuk menghasilkan ikatan antara komposit dan struktur gigi, email

dietsa dengan asam phosphate selama 20 detik, bilas dan keringkan.

Email yang teretsa akan tampak pucat. Aplikasikan bonding agent

pada permukaan kavitas, disemprot perlahan-lahan agar lapisannya

merata dan tidak terkumpul di kavitas, kemudian polimerisasikan

dengan sinar.Etsa akan menghasilkan micromechanical rentention

terhadap bonding agent dengan email. Di dentin, bonding agent

akan berikatan dengan kolagen dan bonding akan berpenetrasi ke

dentinal tubulus.

4. Penumpatan

Pilih resin komposit yang sewarna dengan gigi. Tumpatkan pada

kavitas. Bahan ini tidak akan terpolimerisasikan dengan baik jika

ketebalan resin melebihi 2mm. oleh karena itu, penumpatan resin

harus dilakukan secara incremental. Setiap lapisan disinari sebelum

lapisan penyusutan resin. Hati-hati jangan samapi terjebak udara di

dalamnya. Jika inkremen terakhir telah diletakkan, permukaan

oklusal beserta inklinasi cusp dibentuk sebelum dilakukan

penyinaran.

5. Finishing dan polishing

Resin yang berlebih dibuang hati-hati dengan bur intan atau bur

karbid.Polishing bertujuan untuk menghasilkan permukaan yang

halus untuk mencegah retensi plak dan menjaga oral hygiene. Cek

oklusi dengan kertas artikulator.

Faktor yang mempengaruhi restorasi resin komposit :

Faktor yang mempengaruhi kualitas polimerisasi resin komposit yaitu

intensitas cahaya, lama penyinaran, panjang gelombang cahaya, ketebalan

resin komposit, jarak ujung light curing unit dengan permukaan

restorasi, warna resin komposit, dan komposisi bahan resin komposit itu

sendiri. Intensitas cahaya suatu light curing unit dipengaruhi oleh jarak

25

ujung light curing unit dengan permukaan resin komposit.

Semakin besar jarak penyinaran, maka dispersi cahaya light

curing unit akan meningkat sehingga akan sulit untuk memperoleh

polimerisasi yang efektif.

Gambar 1 .Diagram suatu lampu LED

Untuk memperoleh hasil polimerisasi yang maksimal, lapisan

restorasi resin komposit yang dimasukkan ke dalam suatu kavitas tidak

boleh melebihi ketebalan 2 mm dengan jarak yang ideal antara ujung

light curing unit dengan resin komposit adalah 1 mm, dan sumber cahaya

diposisikan 90o (tegak lurus) dengan permukaan resin komposit. Akan

tetapi, menurut penelitian Radzi et al., jarak penyinaran distandarisasi 5

mm. Jika sudut penyinaran menyimpang dari 90o terhadap

permukaan restorasi, energi cahaya akan menjadi bias dan kemampuan

penetrasinya akan berkurang.

Gambar 2. Semakin besar jarak ujung light curing unit dengan permukaan

restorasi maka intensitas cahaya yang mencapai permukaan

26

restorasi akan semakin kecil.

Diameter ujung lightcuring unit juga dapat mempengaruhi kualitas

polimerisasi serta intensitas cahaya yang dihasilkan. Berdasarkan

penelitian yang dilakukan oleh Nitta, ditemukan bahwa cahaya yang

dihasilkan dari ujung light curing unit yang berdiameter 8 mm dan 10

mm adalah 45% dan 32% dari ujung yang berdiameter 4 mm. Akan tetapi,

resin komposit yang disinari baik dengan ujung yang berdiameter 4 mm, 8

mm, maupun 10 mm tidak menunjukkan nilai knoop hardness dengan

perbedaan yang signifikan pada waktu penyinaran yang lebih dari 10

detik. Selain itu, tidak boleh digunakan light curing unit dengan ujung

yang berdiameter yang lebih kecil daripada diameter kavitas dengan

daerah penyinaran yang terisolasi pada daerah tertentu. Untuk memastikan

polimerisasi resin komposit yang adekuat, diperlukan penyinaran yang

overlap jika menggunakan ujung light curing unit yang berdiameter kecil.

c. Semen Ionomer Kaca

Preparasi Glass Ionomer Pada Gigi Sulung

1. Preparasi kavitas konvensional, walupun semen glass ionomer melekat

dengan email dan dentin, kavitas konvensional akan memberikan retensi

yang optimal.

2. Beri lapisan hanya pada kavitas yang dalam. Dengan meletakkan kalsium

Hidroksida.

3. Pasang matriks.

4. Bersihkan dinding-dinding kavitas. Gunakan asam poliakrilik 10% atau

25% tanik, oleskan dengan kapas ke dinding kavitas selama kira-kira 30

detik, ikuti dengan mencuci dengan air dan keringkan. Hal ini dikarenakan

permukaan email dan dentin yang dibuang selama preparasi kavitas ditutupi

oleh debris halus, yang dikeluarkan oleh pembersih asam, dan ini akan

memperbesar adhesi.Tetapi prosedur ini dapat dilakukan atau tidak karena

semen GI melekat pada dentin dan email yang baru dibuang dengan hasil

memuaskan.

27

5. Masukkan semen GI. Pencampuran bahan sesuai petunjuk pabrik. Bawa

bagian pertama ke dalam kavitas yang terdalam pada ujung instrument yang

kecil, atau dengan menggunakan syringe khusus. Kondensasikan dengan

amalgam plugger. Tambahkan bagian-bagian selanjutnya dengan cepat dan

kondensasikan. Hal ini dikarenakan waktu kerja untuk bahan tersebut hanya

1,5-2 menit.

6. Oleskan varnish. Sewaktu kavitas telah penuh kemudian dioleskan varnish

di atas tambalan. Varnish ini berfungsi untuk melindungi semen dari

kontaminasi uap selama masa setting.

7. Keluarkan matriks dan buang kelebihan bahan tumpat. Setelah bahan

mengeras (sekitar 2-3 menit) keluarkan matriks dan buang kelebihan dengan

carver yang tajam. Oleskan varnish lagi bila ada bahan tumpatan yang

terbuka.

8. Poles tambalan. Sebelum pemolesan, kita menunda sekitar 4 menit.

Kemudian memoles dengan stone dan disc yang diolesi vaselin. Tapi

apabila menggunkan bahan GI berupa ketac silver maka dapat langsung

memoles tanpa menunggu 4 menit dan juga dapat diburnish.

Preparasi GI pada gigi tetap (Pada klas III)

1. Desain kavitas. Desain kavitas dibuat dengan memperhatikan bentuk

resistensi, retensi, ”extention for prevention” dan bentuk konvinien.

2. Preparasi kavitas. Preparasi dimulai dibagian palatal dengan round bur no.1.

Arah bur tegak lurus bidang palatal gigi.

3. Dengan bur fisur kavitas dibentuk sesuai dengan outline formnya. Retensi

didapat dengan membuat undercut berupa alur retensi pada; axio-gingival

line angle,axio-insisal line angle dengan menggunakan round bur kecil.

Semua line angle dihaluskan.

4. Tahap pekerjaan basis. Sama dengan basis pada tumpatan amalgam. Bagian

undercut/ retensi tidak boleh terisi semen dan bagian tepi enamel harus

bersih dari semen.

28

5. Tahap Penumpatan. Alat yang diperlukan adalah Glass plate, spatula semen

plastic, sonde/ekskavator,plasting filling instrument. Bahan yang digunakan

antara lain adalah GI yang terdiri dari bubuk dan cairan, celluloid silicate

strips, wedge. Sedangkan cara kerjanya adalah pilih warna yang sesuai

dengan gigi, kemudian pemasangan matriks “ celluloid silicate strips” dan

wedge pada gingival. Untuk mencampur digunakan glass plate atau paper

pad dan agate spatula. Bubuk dibagi ½, 1/4,1/8. Bagian yang ½ dicampur

dengan cairan dengan cepat, gerakan melipat disatu tempat dan jangan

melebar. Ditambahkan dengan bubuk lagi hingga konsistensi cukup kental

dan tampak mengkilap. Pencampuran selesai dalam 1 menit, kavitas diisi

dalam 1 menit dan 3 menit untuk setting. Bahan dimasukkan ke kavitas

dengan sonde/ ekskavator diisi sampai penuh kemudian dengan plastic

filling instrument yang diberi bubuk ditekan atau dengan kapas lembab

ditekan. Kemudian matriks ditekan sampai bahan mengalami setting.

Matriks dilepas dan tumpatan diberi vaselin. Apabila ada kelebihan

tumpatan maka harus dibuang dengan “ hand cutting instrument”(chisel)

setelah 10 menit pengisian.

6. Pemolesan. Dilakukan setelah 24 jam setelah penumpatan, tumpatan dipoles

dengan polishing strip atau paper disk yang diberi vaselin. Dapat juga

dengan “arkansas stone” (stone putih) yang diberi vaselin.

d. Restorasi Sandwich

Prosedur Pembuatan Restorasi Sandwich

A. Tissue Management untuk mengkontrol cairan gusi dan/atau menghentikan

perdarahan.

B. Aplikasi GIC sebagai basis 1,2

- Kavitas dibersihkan dan kemudian dikeringkan. Aplikasikan asam

polialkenoat 10% pada dentin sebagai kondisioner selama 10-15 detik,

kemudian dibilas dengan air dan dikeringkan.

- GIC disiapkan dan diaplikasikan ke dalam kavitas menggunakan spuit

aplikator agar kavitas benar-benar terisi dengan padat.

29

Cara pengadukan bubuk dan cairan GIC yang dilakukan dengan benar

merupakan prosedur yang sangat penting, karena akan mempengaruhi

kualitas GIC yang dihasilkan.

Caranya adalah sebagai berikut:

i. Bubuk dibagi menjadi dua porsi dengan jumlah yang sama banyak.

ii. Porsi pertama disatukan dengan cairan, kemudian dicampur dengan

menggunakan spatel dengan gerakan rolling (melipat) dengan tujuan

hanya untuk membasahi permukaan partikel bubuk dan menghasilkan

campuran encer. Langkah ini dilakukan selama 10 detik.

iii.Kemudian porsi kedua disatukan dengan adukan pertama.

Pengadukan terus dilanjutkan dengan gerakan yang sama dengan daya

yang ringan sampai seluruh partikel terbasahi. Luas daerah

pengadukan diusahakan untuk tidak meluas dan adukan selalu

dikumpulkan menjadi satu. Dianjurkan untuk tidak melakukan

gerakan memotong adukan, karena tujuan pengadukan hanya untuk

membasahi permukaan partikel bubuk.

iv. Pengadukan selesai setelah 25 – 30 detik sejak awal pengadukan.

Sebaiknya adukan tidak perlu diangkat-angkat untuk memeriksa

konsistensinya, karena bila hal ini dilakukan maka proses pengadukan

akan terus berlanjut dan makin banyak partikel bubuk yang larut.

v. Adukan langsung di kumpulkan di spuit aplikator untuk di aplikasikan

ke dalam kavitas. Pada saat ini reaksi pengerasan sudah berlangsung.

Ada dua cara aplikasi GIC. Cara pertama GIC diaplikasikan

secukupnya dan langsung dibentuk basis. Sedangkan cara kedua adalah

dengan mengisi penuh kavitas dengan GIC, setelah GI mengeras kavitas

dipreparasi kembali untuk membentuk basis dinding-dinding yang

tertutup dengan GIC harus dipreparasi kembali untuk mendapatkan

permukaan dentin dan email segar, sehingga dapat diperoleh retensi resin

komposit yang baik.

30

C. Aplikasi Resin komposit

- Teknik aplikasi resin komposit dilakukan dengan cara yang biasa

dilakukan, yaitu diawali dengan aplikasi etsa.

- Seluruh permukaan GIC yang akan berkontak dengan resin komposit dan

dinding-dinding kavitas (dentin dan email) dietsa selama 15-2 detik atau

sesuai dengan petunjuk pabrik

- Kavitas dibilas dengan air, tanpa tekanan, selama 1-2 menit

- Keringkan kavitas dengan sponge-pellet, atau disemprot perlahan dengan

chip-blower.

- Aplikasikan bonding agent pada seluruh permukaan yang dietsa,

diamkan sekitar 10 detik agar zat pelarutnya menguap, semprot perlahan

dengan chip-blower, kemudian dipolimerisasi dengan penyinaran.

Lakukan langkah ini sebanyak dua kali.

- Resin komposit diaplikasikan selapis demi selapis (incremental) dengan

ketebalan maksimum 2 mm, atau sesuai dengan petunjuk pabrik. Untuk

setiap lapisnya dilakukan polimerisasi dengan penyinaran. - Penyinaran

sebaiknya dilakukan dari tiga arah, yaitu dari arah bukal, lingual/palatal,

dan terakhir dari arah oklusal.

Teknik Restorasi Sandwich Kelas II

Pada pembuatan restorasi kelas II, ada beberapa hal yang harus diperhatikan,

yaitu:

- Lakukan tissue magement sebelum pemasangan matriks.

- Gunakan matriks mylar dan baji (wedge) untuk aplikasi GIC

- Pada bagian proksimal, restorasi GIC hanya sampai batas sedikit dibawah titik

kontak. Tujuannya adalah agar bahan yang berkontak dengan gigi tetangga

adalah resin komposit. Resin komposit lebih kuat membentuk kontak dengan

gigi disebelahnya serta tahan terhadap friksi pada daerah kontak yang terjadi

pada saat fungsi. Sedangkan pada bagian oklusal GIC hanya mengisi kavitas

sampai batas di bawah dentino-enamel junction (DEJ).

31

Teknik restorasi Sandwich kelas II

1. Aplikasi glass-ionomer

2. Aplikasi resin komposit secara incremental (Tooth Colored Restoratives,1996)

- Lakukan pemilihan warna resin komposit sesuai dengan warna gigi yang

akan direstorasi.

- Setelah GIC mengeras dan dibentuk sesuai dengan desain di atas dan

lakukan pemasangan matriks seksional atau automatriks dan baji (wedge)

sebelum aplikasi bahan restorasi resin komposit.

Teknik Restorasi Sandwich Pada Kavitas Kelas V

Pada pembuatan restorasi laminasi kelas V ini diperlukan ketelitian yang lebih

karena kecilnya daerah operasi. Penatalaksanaannya adalah, sebagai berikut :

- Lakukan pemilihan warna GIC dan resin komposit yang sesuai dengan warna

gigi yang direstorasi.

- Lakukan tissue magement sebelum dilakukan aplikasi GIC.

- GIC ditempatkan ke dalam kavitas dengan bentuk permukaan yang oblique

(miring) ke arah insisal terhadap permukaan kavitas. Bagian kavitas yang

terletak di bawah gusi terisi penuh dengan GIC dan ketebalannya makin

menipis ke arah dinding insisal. Tujuannya adalah agar bagian supragingiva

dapat direstorasi dengan resin komposit dengan ketebalan yang cukup.

32

BAB 4

KESIMPULAN

1. Restorasi plastis adalah bahan restorasi yang dapat dibentuk dalam kavitas, dan

setelah beberapa waktu diaplikasikan dalam kavitas nantinya akan dapat

mengeras.

Macam-macam restorasi plastis :

a. Logam : Amalgam

b. Non logam : Komposit, Semen ionomer kaca, akrilik, silikat,

kompomer, restorasi Sandwich.

2. Amalgam

Indikasi :

• Kavitas kelas I, kelas II, kelas V

Kontra Indikasi :

• Karies yang luas melibatkan cusp

• Gigi antagonis logam yang tidak sejenis

• Pasien yang menderita alergi terhadap merkuri

Komposit

Indikasi :

Kavitas klas III, klas IV klas V gigi anterior, klas V pada permukaan

fasial gigi premolar

Lesi oklusal dan interproksimal gigi posterior (klas I dan klas II)

dengan keterbatasan

Kontraindikasi :

Lesi distal dari premolar

Tambalan rutin untuk premolar

33

Pasien dengan insiden karies tinggi serta Oral Hygiene buruk

Semen Glass Ionomer

Indikasi :

restorasi gigi sulung

restorasi karena abrasi : tanpa preparasi

restorasi kelas V dan III

Kontraindikasi :

lesi karies kelas IV

lesi karies gigi II

tidak memiliki ketahanan yang sama pada abrasi : gampang pecah

3. Tahap preparasi gigi sulung sama dengan gigi permanen, modifikasi desain

berdasarkan perbedaan bentuk anatomi :

a) Enamel – dentin lebih tipis

b) Ruang pulpa lebih besar

c) Kontak proksimal lebih luas

d) Tanduk pulpa lebih tinggi

e) Permukaan oklusal lebih sempit

f) Daerah 1/3 servikal yang cembung dan penyempitan pada daerah leher gigi

(servical).

34

DAFTAR PUSTAKA

Andlaw, R. J. 1992. Perawatan Gigi Anak (A Manual of Pedodontics) Edisi 2,

Alih bahasa: Agus Djaya. Jakarta : Widya Medika.

Baum, Lloyd, Philips, Ralph W., Lund, Melvin R. 1997. Buku Ajar Ilmu

Konservasi Gigi, Edisi III. Jakarta : EGC.

http://drgdondy.blogspot.com/2009/11/tanya-jawab-tentang-amalgam.html

http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/11/

d30f518393aad96931b1cd883b76a9194eb22313.pdf

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1154/1/10E00020.pdf

Pickard, H.M., Kidd, E.A.M., Smith, B.G.N. 2002. Manual Konservasi Restoratif

Menurut Pickard Edisi 6, Alih bahasa : Narlan Sumawinata. Jakarta :

Widya Medika.

35