Bahan Skenario Restorasi Plastis

39
Dua sifat yang sangat penting yang harus dimiliki oleh bahan restorasi adalah harus mudah digunakan dan tahan lama. Sedangkan sifat-sifat yang lainnya adalah: Kekuatan tensilnya cukup. Tidak larut dan tidak mengalami korosi dalam mulut. Sifat eksotermisnya rendah dan perubahan volume selama pengerasannya dapat diabaikan. Tidak toksik dan tidak iritasi terhadapjaringan pulpa serta gingiva. Mudah dipotong dan dipoles. Derajat keausannya sama dengan email. Mampu melindungi jaringan gigi sekitar dari serangan karies sekunder. Koefisien muai termiknya sama dengan email dan dentin. Difusi termiknya sama dengan pada email dan dentin. Penyerapan airnya rendah. Adhesif terhadap jaringan gigi. Radiopaque. Warna translusensinya sama dengan email. Tahan lama dalam penyimpanan. Murah. A. KLASIFIKASI KOMPOSIT Resin komposit berdasarkan mekanisme polimerisasi atau aktivasinya dapat dibagi menjadi dua, yaitu: resin komposit diaktivasi kimia dan resin komposit diaktivasi sinar. a. Resin komposit diaktivasi kimia Resin ini dipasarkan dalam bentuk dua pasta. Salah satu pasta berisi inisiator benzoyl peroxide dan pasta yang lainnya berisi aktivator tertiary amine. Jika kedua bahan dicampur, amine akan beraksi dengan benzoyl peroxide dan membentuk radikal bebas sehingga mekanisme pengerasan dimulai

description

ncvdn

Transcript of Bahan Skenario Restorasi Plastis

Dua sifat yang sangat penting yang harus dimiliki oleh bahan restorasi adalah harus mudah digunakan dan tahan lama. Sedangkan sifat-sifat yang lainnya adalah: 1. Kekuatan tensilnya cukup. 1. Tidak larut dan tidak mengalami korosi dalam mulut. 1. Sifat eksotermisnya rendah dan perubahan volume selama pengerasannya dapat diabaikan. 1. Tidak toksik dan tidak iritasi terhadapjaringan pulpa serta gingiva. 1. Mudah dipotong dan dipoles. 1. Derajat keausannya sama dengan email. 1. Mampu melindungi jaringan gigi sekitar dari serangan karies sekunder. 1. Koefisien muai termiknya sama dengan email dan dentin. 1. Difusi termiknya sama dengan pada email dan dentin. 1. Penyerapan airnya rendah. 1. Adhesif terhadap jaringan gigi. 1. Radiopaque. 1. Warna translusensinya sama dengan email. 1. Tahan lama dalam penyimpanan. 1. Murah.

1. KLASIFIKASI KOMPOSIT

Resin komposit berdasarkan mekanisme polimerisasi atau aktivasinya dapat dibagi menjadi dua, yaitu: resin komposit diaktivasi kimia dan resin komposit diaktivasi sinar.1. Resin komposit diaktivasi kimia Resin ini dipasarkan dalam bentuk dua pasta. Salah satu pasta berisi inisiator benzoyl peroxide dan pasta yang lainnya berisi aktivator tertiary amine. Jika kedua bahan dicampur, amine akan beraksi dengan benzoyl peroxide dan membentuk radikal bebas sehingga mekanisme pengerasan dimulai

1. Resin komposit diaktivasi oleh sinar Bahan resin komposit yang dipolimerisasi dengan sinar dipasarkan dalam bentuk satu pasta dan dimasukkan dalam sebuah tube. Sistem pembentuk radikal bebas yang terdiri atas molekul-molekul fotoinisiator dan aktivator amine terdapat dalam pasta tersebut. Bila tidak disinari, maka kedua komponen tersebut tidak akan bereaksi. Sebaliknya, sinar dengan panjang gelombang yang tepat (460-485 nm) dapat merangsang fotoinisiator bereaksi dengan amine dan membentuk radikal bebas yang memulai proses polimerisasi.

Resin komposit juga diklasifikasikan berdasarkan persentase muatan filler nya, yaitu:a. Resin komposit packable Resin komposit packable dikenal juga sebagai resin komposit condensable. Resin komposit packable mempunyai muatan filler berkisar antara 66-70% volume Komposisi filler yang tinggi dapat menyebabkan kekentalan atau viskositas menjadi meningkat sehingga sulit untuk mengisi celah kavitas yang kecil. Akan tetapi, dengan semakin besarnya komposisi filler juga menyebabkan bahan ini dapat mengurangi pengerutan selama polimerisasi dan adanya perbaikan sifat fisik terhadap adaptasi marginal. Resin komposit packable diindikasikan untuk restorasi klas I, klas II dan klas VI (MOD).

b. Resin komposit flowable resin komposit flowable digunakan sebagai bahan restorasi alternatif untuk restorasi klas V.34 Resin komposit flowable mempunyai muatan filler berkisar antara 42-53% volume.31 Komposisi filler yang rendah dan kemampuan flow yang lebih tinggi menyebabkan resin komposit tipe ini memiliki viskositas yang lebih rendah sehingga dapat dengan mudah untuk mengisi atau menutupi celah kavitas yang kecil.31,34 Selain itu, bahan restorasi ini dapat membentuk suatu lapisan elastis yang dapat mengimbangi tekanan pengerutan polimerisasi. Indikasi resin komposit flowable ditujukan untuk restorasi kavitas klas V, restorasi kavitas klas I dan klas II dengan tekanan oklusal yang minimal, kavitas enamel, dan juga dapat digunakan sebagai pit dan fisur sealant serta sebagai liner

Berdasarkan ukuran partikel, bahan pengisi anorganik resin komposit juga dibagi menjadi: 161. Megafiller : ukuran partikel lebih besar dari 100 m.1. Macrofiller : ukuran partikel 10-100 m1. Midifiller : ukuran partikel 1-10 m1. Minifiller : ukuran partikel 0,1-1 m1. Microfiller : ukuran partikel 0,01-0,1 m1. Nanofiller : ukuran partikel ,005-0,01 m

INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI RESIN KOMPOSIT

Kontraindikasi utama dari penggunaan resin komposit sebagai material restorasi adalah berhubungan dengan faktor-faktor yang muncul seperti isolasi, oklusi dan operator. Jika gigi tidak dapat diisolasi dari kontaminasi cairan mulut maka resin komposit atau bahan bonding lainnya tidak dapat digunakan. Hal ini terjadi karena resin komposit bersifat sangat sensitif dan memerlukan ketelitian. Bila terkontaminasi cairan mulut, kemungkinan restorasi akan lepas (Summitt dkk., 2006). Jika semua kontak oklusi terletak pada bahan restorasi maka resin komposit sebaiknya tidak digunakan. Hal ini karena resin komposit kekuatan menahan tekanan oklusi lebih rendah dibandingkan amalgam. Diperlukan memperkuat sisa struktur gigi yang tidak dipreparasi dengan prosedur restorasi komposit. Adanya perluasan restorasi hingga mencapai permukaan akar, menyebabkan adanya celah pada pertemuan komposit dengan akar. Penggunaan liner pada area permukaaan akar dapat mengurangi kebocoran, celah dan sekunder karies. Tumpatan menggunakan komposit pada gigi posterior akan cepat rusak pada pasien dengan tenaga pengunyahan yang besar atau bruxism, karena bahan komposit mudah aus. Pasien dengan insidensi karies tinggi serta kebersihan mulut tidak terjaga juga dianjurkan untuk tidak menggunakan tumpatan resin komposit (Baum, et al., 1995).

2.1.3Faktor IsolasiAgar restorasi komposit dapat berhasil (untuk memulihkan fungsi, tidak mengganggu jaringan, dan retensi pada gigi), komposit harus berikatan dengan struktur gigi, yaitu email dan dentin. Struktur gigi yang dibonding memerlukan lingkungan yang terisolasi dari kontaminasi cairan mulut atau kontaminan lainnya. Kontaminasi tersebut akan menghalangi pembentukan ikatan. Jika daerah operasi dapat diisolasi dengan baik, maka prosedur bonding yang dilakukan akan berhasil. Hal ini berlaku untuk penggunaan restorasi komposit, bonded amalgam, atau ionomer kaca, serta bonding restorasi tidak langsung dengan penggunaan agen penyemenan yang tepat. Jika daerah operasi tidak dapat sepenuhnya dilindungi dari kontaminasi, maka yang digunakan adalah sebuah restorasi nonbonded amalgam, karena kehadiran cairan mulut tidak menyebabkan masalah klinis yang signifikan dengan amalgam.

2.1.4Faktor OklusalMaterial resin komposit kurang resisten dibandingkan dengan amalgam, namun penelitian menyatakan bahwa daya resistensi resin komposit tidak jauh berbeda dengan amalgam. Pada pasien dengan kekuatan oklusal yang besar, bruxism atau restorasi pada seluruh permukaan oklusal penggunaan amalgam lebih baik dibandingkan dengan resin komposit. Namun pada gigi dengan dengan tekanan oklusal yang normal dan kontak oklusal normal pada struktur gigi penggunaan resin komposit baik sebagai bahan restorasinya.

2.1.5Kemampuan OperatorPreparasi gigi untuk restorasi dengan resin komposit relatif mudah dan tidak kompleks apabila dibandingkan dengan amalgam, namun dalam hal isolasi gigi, penempatan etsa, primer dan bahan adhesif pada struktur gigi, insersi, finishing dan polishing dari resin komposit lebih sulit dari restorasi amalgam. Dan menurut Jordan (1988), restorasi dengan komposit lebih sulit digunakan pada gigi posterior, prosedur finishing yang lama, serta proteksi pulpa menjadi lebih faktor kritis dibandingkan dengan amalgam karena komposit merupakan material yang bersifat toksik. Dan waktu yang dibutuhkan untuk penambalan lebih lama dan operator harus lebih berhati-hati (Baum, et al., 1995). Untuk itu operator harus memberikan perhatian yang besar dan detail pada penyelesaian restorasi komposit secara sempurna. Kemampuan dan pengetahuan dari penggunaan material dan keterbatasannya sangat dibutuhkan oleh operator dalam menggunakan resin komposit sebagi bahan restorasi.

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN RESIN KOMPOSIT1. Kelebihan restorasi komposit:1. Estetik baik1. Kekuatan cukup1. Preparasi mudah, tidak membuang banyak jaringan1. Biokompatibel (kemampuan material untuk menyesuaikan dengan kecocokan tubuh penerima)Biokompabilitas resin komposit kurang baik jika dibandingkan dengan bahan restorasi semen glass ionomer, karena resin komposit merupakan bahan yang iritan terhadap pulpa jika pulpa tidak dilindungi oleh bahan pelapik. Agar pulpa terhindar dari kerusakan, dinding dentin harus dilapisi oleh semen pelapik yang sesuai, sedangkan teknik etsa untuk memperoleh bonding mekanis hanya dilakukan di email perifer

SIFAT KOMPOSITa. Sifat fisik 1. WarnaResin komposit resisten terhadap perubahan warna yang disebabkan oleh oksidasi tetapi sensitive pada penodaan. Stabilitas warna resin komposit dipengaruhi oleh pencelupan berbagai noda seperti kopi, teh, jus anggur, arak dan minyak wijen. Perubahan warna bisa juga terjadi dengan oksidasi dan akibat dari penggantian air dalam polimer matriks. Untuk mencocokan dengan warna gigi, komposit kedokteran gigi harus memiliki warna visual (shading) dan translusensi yang dapat menyerupai struktur gigi. Translusensi atau opasitas dibuat untuk menyesuaikan dengan warna email dan dentin.1. Strength Tensile dan compressive strength resin komposit ini lebih rendah dari amalgam, hal ini memungkinkan bahan ini digunakan untuk pembuatan restorasi pada pembuatan insisal. Nilai kekuatan dari masing-masing jenis bahan resin komposit berbeda.1. Setting Dari aspek klinis setting komposit ini terjadi selama 20-60 detik sedikitnya waktu yang diperlukan setelah penyinaran. Pencampuran dan setting bahan dengan light cured dalam beberapa detik setelah aplikasi sinar. Sedangkan pada bahan yang diaktifkan secara kimia memerlukan setting time 30 detik selama pengadukan. Apabila resin komposit telah mengeras tidak dapat dicarving dengan instrument yang tajam tetapi dengan menggunakan abrasive rotary.

b. Sifat mekanis Sifat mekanis pada bahan restorasi resin komposit merupakan faktor yang penting terhadap kemampuan bahan ini bertahan pada kavitas. Sifat ini juga harus menjamin bahan tambalan berfungsi secara efektif, aman dan tahan untuk jangka waktu tertentu. Sifat-sifat yang mendukung bahan resin komposit diantaranya yaitu :a. AdhesiAdhesi terjadi apabila dua subtansi yang berbeda melekat sewaktu berkontak disebabkan adanya gaya tarik menarik yang timbul antara kedua benda tersebut. Resin komposit tidak berikatan secara kimia dengan email. Adhesi diperoleh dengan dua cara. Pertama dengan menciptakan ikatan fisik antara resin dengan jaringan gigi melalui etsa. Pengetsaan pada email menyebabkan terbentuknya porositas tersebut sehingga tercipta retensi mekanis yang cukup baik. Kedua dengan penggunaan lapisan yang diaplikasikan antara dentin dan resin komposit dengan maksud menciptakan ikatan antara dentin dengan resin komposit tersebut (dentin bonding agent).b. Kekuatan dan keausanKekuatan kompresif dan kekuatan tensil resin komposit lebih unggul dibandingkan resin akrilik. Kekuatan tensil komposit dan daya tahan terhadap fraktur memungkinkannya digunakan bahan restorasi ini untuk penumpatan sudut insisal.Akan tetapi memiliki derajat keausan yang sangat tinggi, karena resin matriks yang lunak lebih cepat hilang sehingga akhirnya filler lepas.

c. Sifat khemis Resin gigi menjadi padat bila berpolimerisasi. Polimerisasi adalah serangkaian reaksi kimia dimana molekul makro, atau polimer dibentuk dari sejumlah molekul molekul yang disebut monomer. Inti molekul yang terbentuk dalam sistem ini dapat berbentuk apapun, tetapi gugus metrakilat ditemukan pada ujung ujung rantai atau pada ujung ujung rantai percabangan. Salah satu metakrilat multifungsional yang pertama kali digunakan dalam kedokteran gigi adalah resin Bowen (Bis-GMA) .Resin ini dapat digambarkan sebagai suatu ester aromatik dari metakrilat, yang tersintesa dari resin epoksi (etilen glikol dari Bis-fenol A) dan metal metakrilat. Karena Bis-GMA mempunyai struktur sentral yang kaku (2 cincin) dan dua gugus OH, Bis-GMA murni menjadi amat kental. Untuk mengurangi kekentalannya, suatu dimetakrilat berviskositas rendah seperti trietilen glikol dimetakrilat (TEDGMA) ditambahkan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN DARI TINDAKAN PENUMPATAN1. Teknik isolasi yang baik.Teknik isolasi yang baik akan dapat membantu terciptanya keberhasilan restorasi yang dilakukan. Isolasi yang baik akan memberikan wilayah kerja yang tepat, tanpa mengganggu daerah gigi tetangga, dan memberikan batas yang baik agar daerah yang dipreparasi tidak terkontaminasi dengan saliva. Bila terdapat kontaminasi air sebelum setting pada bahan yang mengandung zinc, akan timbul reaksi antara zinc (anoda) dan bahan logam lain yang bersifat katoda dan air sebagai elektrolit, hydrogen terlepas sebagai hasil reaksi ini serta tekanan uap hydrogen dapat menyebabkan pergeseran amalagam sehingga terjadi ekspansi yang mungkin tidak kelihatan dalam 24 jam tetapi dapat muncul beberapa hari setelah penambalan.

2. Pemilihan bahan tumpatan yang tepat.Bahan tumpatan dipilih berdasarkan kebutuhan dan pertimbangan yang melibatkan posisi restorasi. Apabila bahan tumpat yang biasa digunakan untuk restorasi kavitas di bagian anterior dipakai untuk restorasi kavitas posterior, maka, tentunya bahan tersebut tidak akan mampu menahan beban mastikasi di bagian posterior dan sebaliknya.

3. Design cavitas yang sesuai.Design kavitas yang baik hendaknya mempertimbangkan segi retensi, resistensi, convenience, dan ekstension for prevention. Apabila keempat hal tersebut terpenuhi, maka karies sekunder sulit sekali timbul, dan daya tahan restorasi akan menjadi semakin lama. Karies sekunder biasanya disebabkan oleh preparasi yang tidak memenuhi criteria ekstension for prevention, yaitu pit dan fissure yang dalam harus diikutsertakan pada preparasi walaupun tidak terkena karies. Juga criteria removal of caries, yaitu penghilangan jaringan yang terinfeksi. Apabila kedua criteria tersebut tidak terpenuhi maka akan terjadi karies sekunder.

4. Teknik manipulasi bahan restorasi plastis.Cara manipulasi bahan restorasi plastis berbeda-beda untuk tiap bahan, dengan berbagai ketentuan tertentu. Apabila hal ini tidak diikuti dengan baik, maka akan berpengaruh terhadap kekuatan sifat mekanisnya, ekspansifnya, dan dikhawatirkan akan menyebabkan mikroporositas yang menjadi penyebab karies sekunder. Pengetahuan akan teknik manipulasi beserta cara pengaplikasian bahan menjadi syarat utama dalam keberhasilan restorasi yang dilakukan.

5. Proses polishing.Proses polishing dilakukan sesuai dengan waktu pengerasan sempurna tiap-tiap bahan. Polishing pada GIC boleh dilakukan setelah 5 menit.

6. Teknik finishing. Untuk stone hijau digunakan untuk finishing tumpatan amalgam sedangkan stone putih digunakan untuk finishing tumpatan GIC atau komposit. Apabila tidak dilakukan finishing maka permukaan amalgam menjadi kasar sehingga adanya penumpukan makanan dan menyebabkan suasana asam yang dapat menyebabkan karies sekunder pada gigi sekitar tumpatan dan dapat menyebabkan tarnish (pada permukaan dan tidak merusak restorasi) dan korosi (hasil dari reaksi kimia yang dapat berpenetrasi ke dalam tumpatan amalgam sehingga menjadi rusak).

TAHAPAN PREPARASI RESTORASI RESIN KOMPOSIT1. Tahapan IsolasiIsolasi daerah kerja merupakan suatu keharusan. Gigi yang dibasahi saliva dan lidah akan menggangu penglihatan. Gingiva yang berdarah adalah masalah yang harus diatasi sebelum melakukan preparasi. Beberapa metode tepat digunakan untuk mengisolasi daerah kerja yaitu saliva ejector, gulungan kapas atau cotton roll, dan isolator karet atau rubber dam1. Pembersihan GigiApabila terdapat kotoran seperti debris, plak, atau karang gigi pada daerah kerja, maka dibersihkan terlebih dahulu.1. Tahap preparasi130. Membuat outline form pada oklusal gigi mengikuti bentuk pit dan fissure dengan memperhatikan bentuk resistensi, retensi, konvenien, dan extention for prevention. 0. Preparasi menggunakan kontra angle high speed dengan bur bulat sedalam 2-3 mm.0. Membentuk dinding tegak lurus dengan dasar kavitas menggunakan bur fissure silindris.0. Pada sudut internal dibulatkan dengan bur bulat.0. Dinding pulpa dihaluskan dengan bur inverted0. Bersihkan kavitas dengan semprotan angin secara perlahan0. Irigasi dengan aquadest steril kemudian keringkan dengan cotton palate

TAHAP PENUMPATAN KAVITAS DENGAN RESIN KOMPOSITBerikut ini adalah tahapan-tahapan penumpatan dengan resin komposit setelah tahap preparasi selesai dilakukan:

1. Pemberian Liner/ Basis Sebelum dilakukan pemberian liner/basis, kavitas harus dalam keadaan bersih (sudah diirigasi) dan kering.Pada restorasi resin komposit, perlu diplikasikan basis atau liner karena sifat dari resin itu sendiri yang iritan terhadap pulpa sehingga perlu adanya perlindungan sehingga bahan restorasi resin komposit ini tidak secara langsung mengenai struktur gigi. Bahan basis atau liner yang biasanya digunakan adalah kalsium hidroksida, terutama karies yang hampir mencapai pulpa, karena sifatnya yang mampu merangsang pembentukan dentin sekunder. Kalsium hidroksida (Ca(OH)2) sebagai liner berbentuk suspensi dalam liquid organik seperti methyl ethyl ketone atau ether alcohol atau dapat juga dalam larutan encer seperti methyl cellusose yang berfungsi sebagai bahan pengental. Liner ini diaplikasikan dalam konsistensi encer yang mengalir sehingga mudah diaplikasikan ke permukaan dentin. Larutan tersebut menguap meninggalkan sebuah lapisa tipis yang berfungsi memberikan proteksi pada pulpa di bawahnya.Selain liner, perlindungan lain dapat berupa basis. Basis yang dapat digunakan adalah basis dari kalsium hidroksida, semen ionomer kaca, dan seng fosfat. Sebagai basis, kalsium hidroksida berbentuk pasta yang terdiri dari basis dan katalis. Basisnya terdiri dari calcium tungstate, tribasic calcium phosphate, dan zinc oxide dalam glycol salycilate. Katalisnya terdiri dari calcium hydroxide, zinc oxide, dan zinc stearate dalam ethylene toluene sulfonamide. Basis kalsium hidroksida yang diaktivasi dengan sinar biasanya mengandung calcium hydroxide dan barium sulfate yang terdispersi dalam resin urethane dimethacrylate. Kalsium hidroksida sebagai basis mempunyai kekuatan tensile dan kompresi yang rendah dibandingkan dengan basis dengan kekuatan dan rigiditas yang tinggi. Karena itulah, kalsium hidroksida tidak diperuntukkan untuk menahan kekuatan mekanik yang besar, biasanya jika digunakan untuk memberikan tahanan terhadap tekanan mekanik, harus didukung oleh dentin yang kuat. Untuk memberikan perlindungan terhadap termis, ketebalan lapisan yang dianjurka tidak lebih dari 0,5 mm. Keuntungan dari penggunaan kalsium hidroksida adalah sifat terapeutiknya yang mampu merangsang pembentukan dentin sekunder. Setelah itu dilakukan irigasi lalu kavitas dikeringkan.

1. Tahap etsa asamUlaskan bahan etsa (asam phospat 37%-50%) dalam bentuk gel/cairan dengan pinset dan gulungan kapas kecil (cutton pellet) pada permukaan enamel sebatas 2-3 mm dari tepi kavitas (pada bagian bevel).Pengulasan dilakukan selama 20-30 detik dan jangan sampai mengenai gingival. Lalu dilakukan irigasi dengan air sebanyak 20 cc dan kavitas dikeringkan. Setelah dikeringkan, permukaan gigi yang dietsa akan tampak berwarna putih.1. Tahap bondingUlaskan bahan bonding menggunakan spon kecil atau kuas / brush kecil pada permukaan yang telah di etsa . Ditunggu 10 detik sambil di semprot udara ringan di sekitar kavitas (tidak langsung mengenai kavitas) .Kemudian dilakukan penyinaran selama 20 detik.Saat ini, pemakaian bahan adhesif pada dentin telah meluas ke seluruh dunia dan perkembangannya pun bervariasi didasarkan pada tahun pembuatan, jumlah kemasan dan sistem etsa. Berdasarkan tahun pembuatan, bahan adhesif dibagi mulai dari generasi I sampai pada generasi VII. Generasi I dan II mulai diperkenalkan pada tahun 1960-an dan 1970-an yang tanpa melakukan pengetsaan pada enamel, bahan bonding yang dipakai berikatan dengan smear layer yang ada. Ikatan bahan adhesif yang dihasilkan sangat lemah (2 MPa-6MPa) dan smear layer yang ada dapat menyebabkan celah yang dapat terlihat dengan pewarnaan pada tepi restorasi.Generasi III mulai diperkenalkan pada tahun 1980-an, mulai diperkenalkan pengetsaan pada dentin dan mulai dipakai bahan primer yang dibuat untuk dapat mempenetrasi ke dalam tubulus dentin dengan demikian diharapkan kekuatan ikatan bahan adhesif tersebut menjadi lebih baik. Generasi III ini dapat meningkatkan ikatan terhadap dentin 12MPa15MPa dan dapat menurunkan kemungkinan terjadinya kegagalan batas tepi bahan adhesif dan dentin (marginal failure). Tetapi seiring waktu tetap terjadi juga kegagalan tersebut.Generasi IV mulai diperkenalkan awal tahun 1990-an. Mulai dipakai bahan yang dapat mempenetrasi baik itu tubulus dentin yang terbuka dengan pengetsaan maupun yang telah mengalami dekalsifikasi dan juga berikatan dengan substrat dentin, membentuk lapisan hybrid. Fusayama dan Nakabayashi menyatakan bahwa adanya penetrasi resin akan memberikan kekuatan ikatan yang lebih tinggi dan juga dapat membentuk lapisan pada permukaan dentin. Kekuatan ikatan bahan adhesif ini rendah sampai dengan sedang sampai dengan 20 MPa dan secara signifikan dapat menurunkan kemungkinan terjadinya celah marginal yang lebih baik daripada sistem adhesif sebelumnya. Sistem ini memerlukan teknik pemakaian yang sensitif dan memerlukan keahlian untuk dapat mengontrol pengetsaan pada enamel dan dentin. Cara pemakaiannya cukup rumit dengan beberapa botol sediaan bahan dan beberapa langkah-langkah yang harus dilakukan.Generasi V mulai berkembang pada tahun 1990-an. Pada generasi ini bahan primer dan bonding telah dikombinasikan dalam satu kemasan. Pada generasi ini juga mulai diperkenalkan pemakaian bahan adhesif sekali pakai. Generasi VI mulai berkembang pada akhir tahun 1990-an awal tahun 2000, pada generasi ini mulai dikenal pemakaian self etching yang merupakan suatu terobosan baru pada sistem adhesif. Pada generasi VI ini tahap pengetsaan tidak lagi memerlukan pembilasan karena pada generasi ini telah dipakai acidic primer, yaiu bahan etsa dan primer yang dikombinasikan dalam satu kemasan.Generasi VII mulai berkembang sekitar tahun 2002, generasi ini juga dikenal sebagai generasi all in one adhesif, dikatakan demikian karena pada generasi VII ini bahan etsa, primer dan bonding telah dikombinasikan dalam satu kemasan saja, sehingga waktu pemakaian bahan adhesif generasi VII ini menjadi lebih singkat.Berdasarkan jumlah kemasan atau tempat penyimpanan, bahan adhesif dibagi menjadi tiga yakni sistem tiga botol, dua botol dan satu botol. Pada sistem tiga botol, bahan adhesif terdiri dari tiga botol bahan yang terpisah yakni etsa, primer dan bonding. Sistem ini diperkenalkan pertama kali tahun 1990-an. Sistem ini menghasilkan kekuatan ikatan yang baik dan efektif. Namun, kekurangan sistem ini adalah banyaknya kemasan yang ada di meja unit dan waktu pemakaian yang lama dikarenakan sistem ini yang terdiri dari tiga botol dan tidak praktis.Sistem bahan adhesif lainnya yakni sistem dua botol yang terdiri dari dua botol bahan yang terpisah yakni satu botol bahan etsa dan satu botol yang merupakan gabungan antara primer dan bonding. Saat ini, sistem in merupakan bahan adhesif yang paling banyak digunakan di praktek dokter gigi. Hal ini dikarenakan sistem ini lebih simpel dan waktu pemakaiannya lebih cepat. Disamping itu, ikatan yang dihasilkan cukup kuat. Sistem bahan adhesif terakhir yakni sistem satu botol yang hanya terdiri satu botol yang merupakan gabungan etsa, primer dan bonding. Sistem ini merupakan sistem bahan adhesif yang terakhir kali keluar. Kelebihan sistem ini adalah waktu pemakaian yang lebih cepat dan mudah pengaplikasiannya dibandingkan dengan sistem bahan adhesif lainnya. Namun, kekurangan sistem ini adalah kekuatan ikatan yang dihasilkan lebih rendah.1. Tumpatan Resin KompositPada tahap ini resin komposit diaplikasikan ke dalam kavitas dengan ketebalan sekitar 2 mm.1. Cek oklusiPengecekan oklusi yang dilakukan bisa menggunakan rubber point composite.1. Tahap finishing dan polishing kompositFinishing meliputi shaping, contouring, dan penghalusan restorasi. Sedangkan polishing digunakan untuk membuat permukaan restorasi mengkilat. Alat-alat yang biasa digunakan antara lain :0. Alat untuk shaping : sharp amalgam carvers dan scalpel blades, atau specific resin carving instrument yang terbuat dari carbide, anodized aluminium, atau nikel titanium. 0. Alat untuk finishing dan polishing : diamond dan carbide burs, berbagai tipe dari flexibe disks, abrasive impregnated rubber point dan cups, metal dan plastic finishing strips, dan pasta polishing.0. Diamond dan carbide bursDigunakan untuk menghaluskan ekses-ekses yang besar pada resin komposit dan dapat digunakan untuk membentuk anatomi pada permukaan restorasi. 0. Discs Digunakan untuk menghaluskan permukaan restorasi. Bagian yang abrasive dari disk dapat mencapai bagian embrasure dan area interproksimal. Disk terdiri dari beberapa jenis dari yang kasar sampai yang halus yang bisa digunakan secara berurutan saat melakukan finishing dan polishing.0. Impregnated rubber points dan cupsDigunakan secara berurutan seperti disk. Untuk jenis yang paling kasar digunakan untuk mengurangi ekses-ekses yang yang besar sedangkan yang halus efektif untuk membuat permukaan menjadi halus dan berkilau. Keuntungan yang utama dari penggunaan alat ini adalah dapat membuat permukaan yang terdapat ekses membentuk groove, membentuk bentuk permukaan yang diinginkan serta membentuk permukaan yang konkaf pada lingual gigi anterior.0. Finishing stipsDigunakan untuk mengkontur dan mem-polish permukaan proksimal margin gingival untuk membuat kontak interproksimal. Tersedia dalam bentuk metal dan plastik. Untuk metal biasa digunakan untuk mengurangi ekses yang besar namun dalam menggunakan alat ini kita harus berhati-hati karena jika tidak dapat memotong enamel, cementum, dan dentin. Sedangkan plastic strips dapat digunakan untuk finishing dan polishing. Juga tersedia dalam beberapa jenis dari yang kasar sampai halus yang dapat digunakan secara berurutan.

Prosedur finishing dan polishing resin komposit:1. Sharp-edge hand instrument digunakan untuk menghilangkan ekses-ekses di area proksimal, dan margin gingival dan untuk membentuk permukaan proksimal dari resin komposit. 1. Scalpel blade digunakan untuk menghilangkan flash dari resin komposit pada aspek distal.1. Alumunium oxide disk digunakan untuk membentuk kontur dan untuk polishing permukaan proksimal dari restorasi resin komposit. 1. Finishing diamond digunakan untuk membentuk anatomi oklusal.1. Impregnated rubber points dengan aluminium oxide digunakan untuk menghaluskan permukaan oklusal restorasi.1. Aluminum oxide finishing strips untuk conturing atau finishing atau polishing permukaan proksimal untuk membuat kontak proksimal.

AMALGAMKlasifikasi AmalgamAmalgam Konvensionalmengandung kurang dari 6% kuprum .Perbedaan utama antara berbagai aloy konvensional terletak pada bentuk dan ukuran partikelnya. Alloy yang dipotong dengan mesin bubut/ lathesin bubut bisa berbentuk coarse atau grain halus; dari keduanya yang lebih disenangi adalah partikel grain halus. Alternative lain untuk menghasilkan partikel alloy selain memotong dengan lathe adalah pembuatan partikel spheris. Perbedaaan antara lathe cut dan spheris adalah bentuk partikelnya, lathe cut cenderung berbentuk batang atau jarum tidak seragam, sedangkan spheris berbentuk bulat-bulat seragam dan kecil. Perbedaan tersebut dikarenakan proses pembuatannya yang juga berbeda. Beberapa alloy mengandung campuran partikel yang dipotong dengan lathe dan partikel spheris.Alloy konvensional mengandung konstitusi dasar sebagai berikut :Ag= 67-74 % Sn= 25-27 % Cu= 0-6 % Zn= 0-2 %Selain itu juga mengandung beberapa persen logam Hg sebagai bahan untuk proses amalgamisasi.Amalgamasi terjadi ketika merkuri berkontak dengan permukaan partikel logam campur Ag-Sn. Jika bubuk di triturasi, dibagian luar partikel akan larut menjadi merkuri. Pada saat bersamaan, merkuri berdifusi ke partikel logam campur. Merkuri mempunyai daya larut yang terbatas untuk perak (0,035%wt) dan timah (0,6%wt).Jika daya larut ini terlampaui, Kristal-kristal dari dua senyawa logam biner akan berpresipitasi menjadi merkuri. Kedua senyawa ini adalah senyawa Ag2Hg3 berbentuk kubik dengan pusat dibagian tengah (fase gamma) dan senyawa Sn7-8Hg heksagonal yang tersusun rapat (fase gamma 2). Karena kelarutan perak dalam merkuri lebih rendah daripada timah, fase gamma 1 berpresipitasi terlebih dahulu sementara fase gamma 2 berpresipitasi kemudian.Segera sesudah triturasi, bubuk logam campur bercampur dengan cairan merkuri, menghasilkan adonan yang mempunyai konsistensi plastis. Sewaktu merkuri yang tersisa melarutkan partikel logam campur, Kristal-kristal gamma 1 dan gamma 2 akan bertumbuh. Saat merkuri menghilang amalgam sudah menjadi mengeras. Sementara saat partikel tertutup dengan kristal yang baru terbentuk, sebagian besar gamma 1, kecepatan reaksi menurun. Logam campur biasanya dicampur dengan merkuri pada rasio 1:1. Dengan rasio ini jumlah merkuri tidak mencukupi untuk bereaksi dengan seluruh partikel logam campur asli; akibatnya, partikel yang tidak bereaksi akan tetap ada pada amalgam yang mengeras. Partikel logam campur (sekarang lebih kecil, karena permukaannnya sudah dilarutkan oleh merkuri), dikelilingi dan diikat bersama-sama dengan Kristal-kristal gamma 1 dan gamma 2 yang padat.Jadi, amalgam rendah kandungan tembaga yang tipikal adalah suatu gabungan dimana partikel-partikel yang tidak dikonsumsi tertanam dalam fase gamma 1 dan gamma 2.Sifat fisik dari amalgam yang sudah mengeras tergantung pada persentase relative dari masing-masing fase struktur mikro. Partikel Ag-Sn yang tidak dikonsumsi mempunyai efek yang kuat.. makin banyak fase ini yang teetinggal dalam sruktur akhir, makin kuat amalgamnya. Komponen paling lemah adalah fase gamma 2. Kekerasan fasse gamma 2 kira-kira 10% dari kekerasan gamma 1, sementara kekerasan gamma sedikit lebih tinggi daripada gamma 1.Fase gamma 2 juga merupakan fase yang paling kurang stabil dalam lingkungan yang korosif dan dapat mengalami erosi, terutama pada leher restorasi. Secara umum, fase gamma (Ag3Sn) dan gamma 1 murni (Ag2Hg3) adalah stabil dalam lingkungan rongga mulut. Meskipun demikian gamma 1 dalam rongga dalam amalgam mengandung sejumlah kecil timah, yang dapat hilang dalam lingkungan yang korosif.

Amalgam Kaya Kuprum (high copper)Sifat mekanisnya yang baik, juga ketahanan terhadap korosi dan integritas bagian tepi serta kinerjanya dalam perobaan klinis yang lebih baik, bila dibandingkan dengan logam campur konevensional yang rendah kandungan tembaga. Ada 2 macam komposisi logam campur kandunagn amalgam kaya kuprum, yang pertama adalah bubuk logam campur gabungan, dan ynag kedua adalah bubuk logam campur berkomposisi tunggal.

1. Logam Campur Gabungan.Merupakan campuran dari setidaknya dua jenis partikel. Bubuk gabungan menunjukan partikel lathe-cut rendah kandungan tembaga dan partikel logam capur Ag-Cu sferis. Bahan ini lebih kuat dariapda amalgam yang dibuat dari bubuk lathe-cut yang kandungan tembaga nya rendah, karena dengan adanya kandungan Ag-Cu bekerja sebagai bahan pengisi yang membuat lebih kuat. Bubuk logam campur gabungan biasanya mengandung bubuk tinggi tembaga berbentuk sferis sebanyak 30%wt samapai 55%wt. Total kandungan lopam campur gabungan berkisar antara 9%wt sampai 20%wt.

1. Logam Campur Komposisi TunggalBerbeda dengan logam campur gabungan,setiap partikel pada bubuk ini mempunyai komposisi kimia yang sama. Komponen utama dari partikel-partikel ini adalah perak, tembaga , dan timah. Logam campur ini mengandung perak 60%wt, timah 27%wt, tembaga 13%wt. Kandungan tembaga dalam berbagai logam campur komposisi tunggal berkisar 13wt-30%wt.

Amalgam Plus FluorideDengan semakin pesatnya perkembangan di bidang ilmu bahan kedokteran gigi, untuk meningkatkan mutu amalgam terhadap terjadinya karies sekunder telah dikembangkan dengan menambahkan senyawa fluorida dengan maksud menambah efek anti kariogenik. Bahan restorasi amalgam yang mengandung fluorida yang dalam bubuknya merupakan amalgam konvensional tipe lathe-cut dengan komposisi Stanus Fluorida (SnF) 1%, Perak (Ag) 68%Timah (Sn) 27%Tembaga (Cu) 4,5%Seng (Zn) 1,5%. Fluorida pada bahan restorasi amalgam dalam bentuk senyawa SnF2. Senyawa ini terbukti dapat mengurangi kelarutan enamel terhadap asam dan dapat meningkatkan konsentrasi fluorida di dalam struktur gigi yang berdekatan dengan bahan restorasi ini. Menurut Phillips, fluorida dalam amalgam cukup dapat mengurangi kelarutan permukaan enamel dari pengaruh asam, meskipun fluorida yang terlepas terjadi dalam waktu yang singkat, tetapi cukup efektif untuk mencegah terjadinya karies. Mekanisme fluorida yang utama adalah meningkatkan daya tahan enamel karena adanya remineralisasi, bersifat bakterisid dan menurunkan kemampuan bakteri memproduksi asam. Karena amalgam yang mengandung fluoride ini mempunyai daya untuk mencegah karies sekunder maka dapat digunakan juga pada anak-anak dan dapat digunakan pada orang dewasa.Selain amalgam yang berflouride ini pada gigi decidui juga dipergunakan restorasi kuprum amalgam karena sifat kuprum amalgam ini antibakteri dari kuprum itu sendiri. Bahan ini tersedia dalam bentuk pil mengandung 60 - 70% mercury dan 30% kuprum. Dalam penggunaannya bahan dipanaskan sampai tetesan mercury muncul lalu ditrituasi seperti pada bahan amalgam lain dan kemudian dikondensasi didalam kavitas.Karena itulah bahan ini tidak dianjurkan untuk tambalan tetap karena terjadi mercury hygiene yang buruk. Jadi dapat disimpulkan bahwa amalgam tipe ini tidak cocok digunakan oleh orang dewasa, tetapi tipe amalgam konvensional biasanya yang dipakai untuk orang dewasa.

SIFAT AMALGAMMerupakan bahan yang paling banyak digunakan oleh dokter gigi, khususnya untuk tumpatan gigi posterior. Kelemahan utama amalgam memang terletak pada warnanya dan tidak adanya adhesi terhadap jaringan gigi. Walaupun sifat fisik dan kimia bahan tumpatan amalgam sebagian besar telah memenuhi persyaratan ADA specification no. l, perlekatannya dengan jaringan dentin gigi secara makromekanik sepertiretention and resistence form, danundercuttidak dapat melekat secara kimia.Komponen utama amalgam terdiri dari liquid yaitu logam merkuri dan bubuk/powder yaitu logam paduan yang kandungan utamanya terdiri dari perak, timah, dan tembaga. Selain itu juga terkandunglogam-logam lain dengan persentase yang lebih kecil. Kedua komponen tersebut direaksikan membentuk tambalan amalgam yang akan mengeras, dengan warna logam yang kontras dengan warna gigi.

1. Sifat Fisik Amalgam 1. Creep Creep adalah sifat viskoelastik yang menjelaskan perubahan dimensi secara bertahap yang terjadi ketika material diberi tekanan atau beban. Untuk tumpatan amalgam, tekanan mengunyah yang berulang dapat menyebabkan creep. ANSI ADA specification no.1 menganjurkan agar creep kurang dari 3%. Amalgam yang rendah tembaga lebih rentan mengalami kerusakan di bagian tepi, dibandingkan dengan amalgam yang tinggi kandungan tembaga. (Craig, 2000)Amalgam dengan kandungan tembaga yang tinggi mempunyai nilai creep yang jauh lebih rendah, beberapa bahkan kurang dari 0,1%. Tidak ada data yang menunjukkan bahwa mengurangi nilai creep 1% akan dapat mempengaruhi kerusakan tepi. (Marek, 1992)Secara umum besarnya creep yang terjadi adalah sebagai berikut : creep alloy konvensional > creep blonded alloy > creep alloy komposisi tunggal.(Combe, 1992)Kekurangan : amalgam yang memiliki tingkat creep tinggi akan mengalami kerusakan marginal dan mengakibatkan menurunnya nilai estetik. (Williams, 1979) Solusi : meminimalkan fase gamma 2 saat setting, menambahan palladium dan indium

1. Stabilitas Dimensional Idealnya amalgam harus mengeras tanpa terjadi perubahan pada dimensinya dan kemudian tetap stabil. Meskipun demikian ada beberapa faktor yang mempengaruhi dimensi awal pada saat pengerasan dan stabilitas dimensional jangka panjang.Amalgam dapat memuai dan menyusut tergantung pada cara manipulasinya idealnya perubahan dimensi kecil saja. Kontraksi nya yang hebat dapat menyebabkan terbentuknya kebocoran mikro dan karies sekunder. Ekspansi yang berlebihan dapat menimbulkan tekanan pada pulpa dan kepekaan paska operasi. Protrusi dari restorasi juga dapat diakibatkan oleh ekspansi yang berlebihan.Perubahan dimensional dari amalgam tergantung pada seberapa banyak amalgam tertekan pada saat pengerasan dan kapan pengukuran dimulai. Spesifikasi ADA No.1 menyebutkan bahwa amlgam dapa berkontraksi atau berekspansi lebih dari 20 m/cm, diukur pada 30c , 5 menit dan 24 jam sesudah dimulainya trituasi dengan alat yang keakuratannya tidak sampai 0,5m. (Anusavice, 2004)Beberapa faktor penting yang dapat mempengaruhi perubahan dimensi adalah : 1. komposisi alloy : semakin banyak jumlah silver dalam amalgam, maka akan lebih besar pula expansi yang terjadi. Semakin besar jumlah tin, maka kontraksi akan lebih besar.1. rasio mercuri/alloy : makin banyak mercury, akan semakin besar tingkat expansinya.1. ukuran partikel alloy : dengan berat yang sama, jika ukuran partikel menyusut, maka total area permukaan alloy akan meningkat. Area permukaan yang lebih besar akan menghasilkan mercury dengan kecepatan difusi ke partikel yang lebih tinggi, saat triturasi. Hal ini akan mengakibatkan kemungkinan kontraksi lebih tinggi saat tahap pertengahan.1. waktu triturasi : merupakan faktor paling penting. Secara umum, semakin lama waktu triturasi, maka expansi akan lebih kecil.1. tekanan kondensasi : jika amalgam tidak mengalami kondensasi setelah triturasi, akan terjadi kontraksi dalam skala besar karena tidak terganggunya difusi mercury ke alloy. (Williams, 1979) Kekurangan : dapat menyebabkan kebocoran mikro dan karies sekunder. Solusi : Menggunakan cavity varnish yang mengandung larutan resin alami atau sintetis dalam pelarut yang menguap misalkan eter dan harus tahan air ( McCabe, 2008)

1. Difusi termalDifusi termal amalgam adalah empat puluh kali lebih besar dari dentin sedangkan koefisien ekspansi termal amalgam 3 kali lebih besar dari dentin yang mengakibatkan mikroleakage dan sekunder karies. Solusi : mengisolasi dan menyekat dasar cavitas dengan semen amalgam (Koudi, 2007)1. AbrasiProses abrasi yang terjadi saat mastikasi makanan, berefek pada hilangnya sebuah substansi / zat, biasa disebutwear. Mastikasi melibatkan pemberian tekanan pada tumpatan, yang mengakibatkan kerusakan dan terbentuknya pecahan/puing amalgam. (Marke, 1992)

1. Sifat Mekanik Amalgam 1. KekuatanDental amalgam adalah material yang brittle/rapuh. Kekuatan tensile amalgam lebih rendah dibanding kekuatan kompresif. Kekuatan kompresif ini cukup baik untuk mempertahankan kekuatan amalgam, tetapi rendahnya kekuatan tensile yang memperbesar kemungkinan terjadinya fraktur/retakan.Beberapa faktor yang mengontrol/mempengaruhi kekuatan amalgam : 1. rasio mercury/alloy : jika mercury yang digunakan terlalu sedikit, maka partikel alloy tidak akan terbasahi secara sempurna sehingga bagian restorasi alloy tidak akan bereaksi dengan mercury, menyisakan peningkatan lokal porositas dan membuat amalgam menjadi lebih rapuh.1. komposisi alloy : komposisi tidak terlalu berpengaruh terhadap kekuatan amalgam. Beberapa sumber mengatakan amalgam yang tinggi copper dengan tipe dispersi lebih kuat dibanding alloy dengan komposisi konvensional.1. ukuran dan bentuk partikel : kekuatan amalgam diperoleh dengan ukuran partikel yang kecil, mendukung kecenderungan fine atau microfine particles.1. porositas : sejumlah kecil porositas pada amalgam akan mempengaruhi kekuatan. Porositas dapat dikurangi dengan triturasi yang tepat, dan yang lebih penting adalah teknik triturasi yang baik. (Williams, 1979)

Faktor-faktor berikut ini dapat mendorong terbentuknya suatu restorasi amalgam yang tidak kuat :1. Triturasi yang tidak sempurna (under-trituration)1. Kandungan mercury yang terlalu besar1. Terlalu kecil tekanan yang diberi sewaktu kondensasi1. Kecepatan pengisian kavitet yang lamban1. Korosi (Combe, 1992) Kelebihan : ketahanan terhadap keausan sangat tinggi, tidak seperti bahan lain yang pada umumnya lama kelamaan akan mengalami aus karena faktor-faktor dalam mulut yang saling berinteraksi seperti gaya kunyah dan cairan mulut.

1. Sifat Kimia Amalgam 1. Reaksi Elektrokimia Sel Galvanik Korosi galvanic atau bimetalik terjadi ketika dua atau lebih logam berbeda atau alloy berkontak dalam larutan elektrolit , dalam hal ini adalah air ludah . Besarnya arus galvanis dipengaruhi oleh lama / usia restorasi , perbedaan potensial korosi sebelum berkontak dan daerah permukaan.Jarak yang cukup lebar / besar dihasilkan dan kontak elektrik dari beberapa restorasi secara in vivo . Untuk restorasi amalgam amalgam , perbedaan potensial korosi sebelum berkontak mungkin akan berguna dalam memprediksi besarnya arus galvanis, yang mana paling tidak perbedaan keluarnya adalah 24 mV.Hubungan lama restorasi dengan besar arus galvanic berbanding terbalik .artinya semakin lama usia restorasi amalgam dengan tumpatan lainnya , semakin kecil arus galvanic yang dihasilkan. (Sutouw, 2004) Kekurangan : mengakibatkan rasa nyeri bila menimbulkan arus galvanis bersama dengan tumpatan logam lain.Solusi : melepas tumpatan logam lain sebelum memakai tumpatan amalgam.

1. Korosi Korosi adalah reaksi elektrokimiawi yang akan menghasilkan degradasi struktur dan properti mekanis. Banyak korosi amalgam terjadi pada bagian pits dan cervical. Korosi dapat mengurangi kekuatan tumpatan sekitar 50%, serta memperpendek keawetan penggunaan. (Marke, 1992)Solusi : memoles tumpatan amalgam, meminimalkan timbulnya arus galvanis, tidak memakan makanan mengandung asam secara terus menerus.

1. TarnishReaksi elektrokimia yang tidak larut, adherent, serta permukaan film yang terlihat dapat menyebabkan tarnish. Penyebab discoloration yang paling terkenal adalah campuran silver dan copper sulfida karena reaksi dengan sulfur dalam makanan dan minuman. (Marke, 1992)Kekurangan : gigi terlihat lebih hitam. Solusi: tidak memakan makanan mengandung sulfur berlebih.

1. Sifat Biologi Amalgam 1. Alergi Secara khas respon alergi mewakili antigen dengan reaksi antibodi yang ditandai dengan rasa gatal, ruam, bersin, kesulitn bernafas, pembengkakan, dan gejala lain. Dermaititis kontak atau reaksi hipersensitif tipe 4 dari Commbs mewakili efek samping fisiologis yang paling mungkin terjadi pada amalgam gigi, tetapi reaksi ini terjadi oleh kurang dari 1 % dari populasi yang di rawat. (Anusavice, 2004)Solusi : tidak menggunakan tumpatan amalgam (tumpatan jenis lain yang dipakai).1. Toksisitas Sejak awal penggunaannya kemungkinan efek samping dari air raksa sudah mulai dipertanyakan. Kadang-kadang masih ada dugaan bahwa keracunan air raksa dari tambalan gigi adalah penyebab dari penyakit-penyakit tertentu yang diagnosisnya tidak jelas dan ada bahaya bagi dokter gigi atau asistennya. Ketika uap air raksa terhirup selama pengadukan penempatan dan pembuangan.Tidak diragukan bahwa air raksa merembes ke dalam struktur gigi. Suatu analisis pada dentin dibawah tambalan amalgam mengungkapkan adanya air raksa yang turut berperan dalam perubahan warna gigi.Sejumlah air raksa dilepaskan pada saat pengunyahan tetepi kemungkinan keracunan dari air raksa yang menembus gigi atau sensititasi terhadap garam-garam air raksa yang larut dari permukaan amalgam sangat jarang terjadi . kemungkinan pyang paling menonjol bagi asimilasi air raksa dari amalgam gigi adalah melalui tahap uapnya. (Anusavice, 2004)Kekurangan : merkuri adalah elemen yang beracun, baik sebagai logam bebas maupun unsur dari senyawa kimia. Raksa larut dalam lemak dan sewaktu-waktu dapat terhirup oleh paru-paru yang mana akan teroksidasi menjasi Hg2+. Kemudian ia akan ditransportasikan dari paru- paru oleh sel darah merah ke jaringan lain termasuk sistem saraf pusat. Merkuri dengan mudah menjadi senyawa metil merkuri, melewati barrier darah-otak dan juga plasenta kepada janin. Konsekuensinya, metilmerkuri dapat nerakumulasi di otak dan berefek kepada bayi yang akan dilahirkan. (Nicholson, 2002)Debu merkuri bisa dikeluarkan ke udara selama triturasi, kondensasi atau pembuangan tunpatan amalgam yang telah lama. Tumpatan merkuri dalam proses pembedahan dapat mengakibatkan kontaminasi udara dalam jangka panjang (McCabe, 2008)Solusi : material yang mengandung raksa harus disimpan jauh dari sumber panas, menjamin adanya ventilasi yang baik pada pembedahan, pemilihan tipe lantai yang cocok, penyimpanan amalgam di bawah air atau larutan fiksatif kimia, jangan disentuh denga tangan, menggunakan masker, memakai teknik hand condenser, ruang tidak berkarpet.

INDIKASI 1.Kavitas klas I, II, dan V2.Pada daerah yang memiliki beban kunyah yang besar3.Tidak mempertimbangkan estetisKONTRAINDIKASI:1. Jumlah karies dalam rongga mulut yang kompleks1. Karies yang luas dan melibatkan cusp1. Adanya kebutuhan estetik1. Gigi antagonis direstorasi dengan menggunakan logam yang tidak sejenis, karena akan menyebabkan terjadinya arus galvanish yang bisa menimbulkan rasa ngilu dan nyeri pada gigi. Karena pada kasus ini saliva berperan sebagai mediator.

KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN AmalgamKelebihan1. Dapat dikatakan sejauh ini amalgam adalah bahan tambal yang paling kuat dibandingkan dengan bahan tambal lain dalam melawan tekanan kunyah, sehingga amalgam dapat bertahan dalam jangka waktu yang sangat lama di dalam mulut (pada beberapa penelitian dilaporkan amalgam bertahan hingga lebih dari 15 tahun dengan kondisi yang baik) asalkan tahap-tahap penambalan sesuai dengan prosedur.1. Ketahanan terhadap keausan sangat tinggi, tidak seperti bahan lain yang pada umumnya lama kelamaan akan mengalami aus karena faktor-faktor dalam mulut yang saling berinteraksi seperti gaya kunyah dan cairan mulut.1. Penambalan dengan amalgam relatif lebih simpel dan mudah dan tidak terlalu technique sensitive bila dibandingkan dengan resin komposit, di mana sedikit kesalahan dalam salah satu tahapannya akan sangat mempengaruhi ketahanan dan kekuatan bahan tambal resin komposit.1. Biayanya relatif lebih rendah dan dapat disimpan lebih lama jika dibandingkan dengan bahan restorasi lainnya.

Kekurangan1. Secara estetis kurang baik karena warnanya yang kontras dengan warna gigi dan juga mudah mengalami perubahan warna (tarnish) sehingga tidak dapat diindikasikan untuk gigi depan atau di mana pertimbangan estetis sangat diutamakan.1. Dalam jangka waktu lama ada beberapa kasus di mana tepi-tepi tambalan yang berbatasan langsung dengan gigi dapat menyebabkan perubahan warna pada gigi sehingga tampak membayang kehitaman.1. Pada beberapa kasus ada sejumlah pasien yang ternyata alergi dengan logam yang terkandung dalam bahan tambal amalgam. Selain itu, beberapa waktu setelah penambalan pasien terkadang sering mengeluhkan adanya rasa sensitif terhadap rangsang panas atau dingin. Namun umumnya keluhan tersebut tidak berlangsung lama dan berangsur hilang setelah pasien dapat beradaptasi.1. Hingga kini issue tentang toksisitas amalgam yang dikaitkan dengan merkuri yang dikandungnya masih hangat dibicarakan. Pada negara-negara tertentu ada yang sudah memberlakukan larangan bagi penggunaan amalgam sebagai bahan tambal.1. Adanya korosi berlebihan dapat menyebabkan peningkatan porositas, penurunan integral marginal, berkurangnya kekuatan, dan pelepasan produk-produk metal dalam lingkungan rongga mulut. Galvanic korosi jiga bisa dapat terjadi yaitu korosi yang terjadi apabila amalgam berkontak dengan bahan restorasi lainnya, misalnya emas, amalgam konvensional, alloy prostodonti, dan lainnya.

KLASIFIKASI SEMEN IONOMER KACAKomposisi semen ionomer kaca (SIK) terdiri atas bubuk dan cairan. Bubuk terdiri atas kaca kalsium fluoroaluminosilikat yang larut asam dan cairannya merupakan larutan asam poliakrilik. Reaksi pengerasan dimulai ketika bubuk kaca fluoroaluminosilikat dan larutan asam poliakrilik dicampur, kemudian menghasilkan reaksi asam-basa dimana bubuk kaca fluoroaluminosilikat sebagai basanya.Pada proses pengadukan kedua komponen (bubuk dan cairan) ion hidrogen dari cairan mengadakan penetrasi ke permukaan bubuk glass. Proses pengerasan dan hidrasi berlanjut, semen membentuk ikatan silang dengan ion Ca2+ dan Al3+ sehingga terjadi polimerisasi. Ion Ca2+ berperan pada awal pengerasan dan ion Al3+ berperan pada pengerasan selanjutnya. Secara garis besar terdapat tiga tahap dalam reaksi pengerasan semen ionomer kaca, yaitu sebagai berikut(1)DissolutionTerdekomposisinya 20-30% partikel glass dan lepasnya ion-ion dari partikel glass (kalsium, stronsium, dan alumunium) akibat dari serangan polyacid (terbentuk cement sol).(2) Gelation/ hardeningIon-ion kalsium, stronsium, dan alumunium terikat pada polianion pada grup polikarboksilat.* 4-10 menit setelah pencampuran terjadi pembentukan rantai kalsium (fragile & highly soluble in water).* 24 jam setelah pencampuran, maka alumunium akan terikat pada matriks semen dan membetuk rantai alumnium (strong & insoluble).(3) Hydration of saltsTerjadi proses hidrasi yang progresive dari garam matriks yang akan meningkatkan sifat fisik dari semen ionomer kaca.Retensi semen terhadap email dan dentin pada jaringan gigi berupa ikatan fisiko-kimia tanpa menggunakan teknik etsa asam. Ikatan kimianya berupa ikatan ion kalsium yang berasal dari jaringan gigi dengan gugus COOH (karboksil) multipel dari semen ionomer kaca.Adhesi adalah daya tarik menarik antara molekul yang tidak sejenis pada dua permukaan yang berkontak. Semen ionomer kaca adalah polimer yang mempunyai gugus karboksil (COOH) multipel sehingga membentuk ikatan hidrogen yang kuat. Dalam hal ini memungkinkan pasta semen untuk membasahi, adaptasi, dan melekat pada permukaan email. Ikatan antara semen ionomer kaca dengan email dua kali lebih besar daripada ikatannya dengan dentin karena email berisi unsur anorganik lebih banyak dan lebih homogen dari segi morfologis.Secara fisik, ikatan bahan ini dengan jaringan gigi dapat ditambah dengan membersihkan kavitas dari pelikel dan debris. Dengan keadaan kavitas yang bersih dan halus dapat menambah ikatan semen ionomer kaca. Air memegang peranan penting selama proses pengerasan dan apabila terjadi penyerapan air maka akan mengubah sifat fisik SIK. Saliva merupakan cairan di dalam rongga mulut yang dapat mengkontaminasi SIK selama proses pengerasan dimana dalam periode 24 jam ini SIK sensitif terhadap cairan saliva sehingga perlu dilakukan perlindungan agar tidak terkontaminasi. Kontaminasi dengan saliva akan menyebabkan SIK mengalami pelarutan dan daya adhesinya terhadap gigi akan menurun. SIK juga rentan terhadap kehilangan air beberapa waktu setelah penumpatan. Jika tidak dilindungi dan terekspos oleh udara, maka permukaannya akan retak akibat desikasi. Baik desikasi maupun kontaminasi air dapat merubah struktur SIK selama beberapa minggu setelah penumpatan. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal maka selama proses pengerasan SIK perlu dilakukan perlindungan agar tidak terjadi kontaminasi dengan saliva dan udara, yaitu dengan cara mengunakan bahan isolasi yang efektif dan kedap air. Bahan pelindung yang biasa digunakan adalah varnis yang terbuat dari isopropil asetat, aseton, kopolimer dari vinil klorida, dan vinil asetat yang akan larut dengan mudah dalam beberapa jam atau pada proses pengunyahan.Penggunaan varnish pada permukaan tambalan glass ionomer bukan saja bermaksud menghindari kontak dengan saliva tetapi juga untuk mencegah dehidrasi saat tambalan tersebut masih dalam proses pengerasan. Varnish kadang-kadang juga digunakan sebagai bahan pembatas antara glass ionomer dengan jaringan gigi terutama pulpa karena pada beberapa kasus semen tersebut dapat menimbulkan iritasi terhadap pulpa. Pemberian dentin conditioner (surface pretreatment) adalah menambah daya adhesif dentin. Persiapan ini membantu aksi pembersihan dan pembuangan smear layer, tetapi proses ini akan menyebabkan tubuli dentin tertutup. Smear layer adalah lapisan yang mengandung serpihan kristal mineral halus atau mikroskopik dan matriks organik.Lapisan smear layer terdiri dari 2 (dua) bagian yaitu lapisan luar yang mengikuti bentuk dinding kavitas dan lapisan dalam berbentuk plugs yang terdapat pada ujung tubulus dentin. Sedangkan plugs atau lapisan dalam tetap dipertahankan untuk menutup tubulus dentin dekat jaringan pulpa yang mengandung air.Bahan dentin conditioner berperan untuk mengangkat smear layer bagian luar untuk membantu ikatan bahan restorasi adhesif seperti bahan bonding dentin. Hal ini berperan dalam mencegah penetrasi mikroorganisme atau bahan-bahan kedokteran gigi yang dapat mengiritasi jaringan pulpa sehingga dapat menghalangai daya adhesi. Permukaan gigi dipersiapkan dengan mengoleskan asam poliakrilik 10%. Waktu standart yang diperlukan untuk satu kali aplikasi adalah 20 detik, tetapi menurut pengalaman untuk mendapatkan perlekatan yang baik pengulasan dentin conditioner pada dinding kavitas dapat dilakukan selama 10-30 detik. Kemudian pembilasan dilakukan selama 30 detik pembilasan merupakan hal penting untuk mendapatkan hasil yang diinginkan, setelah itu kavitas dikeringkan.

GIC pada umumnya diklasifikasikan menjadi empat tipe dasar:1. Semen Ionomer Kaca Konvensional.Semen ionomer kaca secara luas digunakan untuk kavitas Klas V, hasil klinis dari prosedur ini baik meskipun penelitian in vitro berpendapat bahwa semen ionomer kaca modifikasi resin dengan ketahanan fraktur yang lebih tinggi dan peningkatan kekuatan perlekatan memberikan hasil yang jauh lebih baik. Beberapa penelitian berpendapat bahwa versi capsulated lebih menguntungkan karena pencampuran oleh mesin sehingga memberikan sifat merekatkan yang lebih baik. Penggunaan semen ionomer kaca telah meluas antara lain sebagai bahan perekat, pelapik dan bahan restoratif untuk restorasi konservatif Klas I dan Klas II karena sifatnya yang berikatan secara kimia pada struktur gigi dan melepaskan fluorida. Selain itu respon pasien juga baik karena teknik penempatan bahan yang konservatif dimana hanya memerlukan sedikit pengeboran sehingga pasien tidak merasakan sakit dan tidak memerlukan anastesi lokal. Meskipun demikian SIK tidak dianjurkan untuk restorasi Klas II dan klas IV karena sampai saat ini formulanya masih kurang kuat dan lebih peka terhadap keausan penggunaan jika dibandingkan dengan kompositGIC konvensional pertama kali diperkenalkan pada tahun 1972 oleh Wilsondan Kent. Berasal dari asam polyalkenoat cair seperti asam polyacrilic dan komponen kaca yang biasanya adalah fluoroaluminosilikat. Saat bubuk dan cairan di campur terjadi reaksi asam basa kemudian asam polyalkenoat mengalami percepatan hingga terjadi pengentalan sampai semen mengeras. Ini dapat dijadikan sebagai bubuk kaca yang melepaskan ion dan larut dengan campuran yang mengandung asam polyacrilic cair dengan dikeringkan melalui pembekuan untuk dicampur dengan air murni. Pabrik juga dapat menanbahkan sedikit asam tartaric pada air yang dapat memperkirakan reaksi pengerasan yang lebih tepat.Baru-baru ini semen ionomer kaca konvensional yang mengeras lebih cepat dan memiliki kekentalan yang tinggi telah tersedia. Bahan itu disebut segai semen ionomer kaca yang kental atau mudah dipadatkan contoh bahan dsini adalah Fuji IX GP bahan ini lebih cepat mengeras dan memiliki kekentalan yang libih tinggi karena partikel kaca yang lebih kecil dan rasio pencampuran bubuk terhadap cairan tinggi.

1. Semen Ionomer Hybrid (juga disebut sebagai semen ionomer kaca yang dimodifikasi resin yang dicured secara kimia atau sinar atau Ionomer kaca dual-cured).Komponen bubuk terdiri dari partikel kaca ion-leachable fluoroaluminosilicate dan inisiator untuk light curing atau chemical curing. Komponen cairan biasanya terdiri dari air dan asam polyacrylic atau asam polyacrilyc yang dimodifikasi dengan monomer methacrylate hydroxyethyl methacrylate. Komponen yang dua terakhir bertanggung jawab untuk polimerisasi. Reaksi pengerasan awal dari bahan ini terjadi melalui polimerisasi dari gugus methacrylate. Reaksi asam basa yang lambat pada akhirnya akan bertanggung jawab pada proses pematangan yang unik dan kekuatan akhir. Kandungan air secara keseluruhan lebih sedikit untuk tipe ini untuk menampung bahan yang berpolimerisasi.Perbedaan yang paling nyata adalah berkurangnya translusensi dari bahan ini karena adanya perbedaan yang besar pada indeks pembiasan antara bubuk dengan matrix resin yang mengeras. Tes in vitro dari semen ionomer hibrid melepaskan florida dalam jumlah yang sebanding dengan yang di lepaskan semen ionomer kaca konvensional. Kekuatan tarik dari ionomer kaca hibrid lebih tinggi dari ionomer kaca konvensional. Peningkatan ini di akibatkan oleh modulus elastisitasnya yang lebih rendah dan deformasi plastis yang lebih banyak yang dapat di tahan sebelum terjadinya fraktur. Sifat-sifat yang lain sulit untuk dibandingkan karena formulasi bahan dan cara pengetesan.Mekanisme pengikatan terhadap struktur gigi dari semen ini sama dengan ionomer kaca konvensional. Aktifitas ionik yang lebih sedikit diharapkan karena adanya pengurangan dari asam karboksilat dari cairan ionomer kaca dengan modifikasi resin; namun bagaimanapun kekuatan ikat pada struktur gigi bisa lebih tinggi dari semen ionomer kaca konvensional. Bila dibandingkan dengan ionomer kaca konvensional maka ionomer kaca dengan modifikasi resin memperlihatkan kekuatan ikat yang lebih tinggi kepada komposit berbasis resin. Ini sepertinya di kontrol oleh gugus fungsi non polimerisasi residu didalam semen ionomer kaca konvensional. Akibat polimerisasi, bahan ini seharusnya memilki derajat penyusutan yang lebih besar ketika mengeras. Lebih sedikitnya kandungan air dan asam karboksilat juga mengurangi kemampuan semen untuk membasahi substrat gigi, yang dimana akan meningkatkan kebocoran micro dibandingkan semen ionomer kaca konvensional.Biokompatibilitas dari ionomer kaca hibrid dapat dibandingkan dengan ionomer kaca konvensional. Tindakan pencegahan yang sama harus dilakukan, seperti penggunaan kalsium hoidroksida untuk preparasi yang dalam. Peningkatan suhu sementarayang berhubungan dengan proses polimerisasi juga menjadi pertimbangan.Karakteristik dari penanganan ionomer kaca hibrid telah diatur sehingga mereka bisa digunakan sebagai liners atau bases. Kekuatan tekan dan tarik dari liners lebih rendah dari pada seme restorasi yang lain. Kegunaan yang paling utama dari liners ionomer kaca adalah untuk bertindak sebagai bahan pengikat lanjut antara gigi dan restorasi komposit. Karena adanya adhesi pada dentin, maka kemungkinan dari formasi celah pada tepi ginggival yang terletak pada dentin, sementum atau keduanya disebabkan oleh penyusutan polimerisasi dari resin.

1. Semen Ionomer Tri-Cure.Terdiri dari partikel kaca silicate, sodium florida dan monomer yang di modifikasi polyacid tanpa air.bahan ini sangat sensitif terhadap cairan, sehingga biasanya disimpan didalam kantong anti air. Pengerasan di awali oleh fotopolimerisasi dari monomer asam yang menghasil bahan yang kaku. Selama restorasi digunakan bahan yang telah di pasang menyerap air di dalam saliva dan menambah reaksi asam basa antara gugus fungsi asam dengan matrix dan partikel kaca silicate. Reaksi asam basa yang di induce memungkinkan pelepasan florida karena tidak adanya air dalam formulasi, pengadukan semen tidak self-adhesive seperti semen ionomer kaca konvensional dan hibrid. Sehingga dentin-bonding agent yang terpisah di perlukan untuk kompomer yang digunakan sebagai bahan restorasi. Akhir2 ini, beberapa bahan dengan 2 komponen, yang terdiri dari bubuk dan cairan atu yang terdiri dari 2 pasta telah dipasarkan sebagai kompomer untuk penerapan luting(luting application). Bubuknya memiliki komposisi srontium aluminum fluorosilicate, metalik oksida, inisitor dengan aktivasi kimia atau cahaya. Cairanya terdiri dari monomer asam karboksilat atau methacrylate yang bisa berpolimerisasi, monomer multifungsional acrylate, dan air. Sedangkan yang berbentuk pasta memilki bahan yang sama disesuaikan dengan bubuk dan cairan. Karena adanya air di dalam cairan , maka bahan ini bersifat self-adhesive dan reaksi asam basa dimulai pada saat pengadukan.Kekuatan ikat dari kompomer terhadap struktur gigi memiliki rentang yang sama dengan semen ionomer kaca karena penggunaan dentin-bonding agent. Meskipun kompomer satu pasta terutama di terapkan untuk restorasi pada area dengan tegangan rendah, data klinis saat ini dibatasi mengingat penggunaan kompomer untuk restorasi kavitas kelas 3 dan 5 sebagai alternative ionomer kaca atau komposit resin.

1. Semen Ionomer Yang Diperkuat Dengan Metal.Semen glass ionomer kurang kuat, dikarenakan tidak dapat menahan gaya mastikasi yang besar. Semen ini juga tidak tahan terhadap keausan penggunaan dibandingkan bahan restorasi estetik lainnya, seperti komposit dan keramik. Ada 2 metode modifikasi yang telah dilakukan, metode I adalah mencampur bubuk logam campur amalgam yang berpartikel sferis dengan bubuk glass ionomer tipe II. Semen ini disebut gabungan logam campur perak. Metode II adalah mencampur bubuk kaca dengan partikel perak dengan menggunakan pemenasan yang tinggi. Semen ini disebut sebagai cermet. Mikrograf skening electron dari bubuk cermet menunjukan partikel-partikel bubuk perak melekat ke permukaan dari partikel-partikel bubuk semen.Jumlah dari fluoride yang dilepaskan dari kedua sistem modifikasi logam ini cukup besar. Namun, fluoride yang dilepaskan dari semen cermet lebih sedikit daripada yang dilepaskan dari semen ionomer kaca tipe II. Hal ini dikarenakan sebagian partikel kaca, yang mengandung fluoride telah dilapisi logam. Pada awalnya semen gabungan melepas lebih banyak fluoride daripada semen tipe II. Tetapi besarnya pelepasan ini menurun dengan berjalannya waktu. Karena partikel-partikel logam pengisi tidak terikat pada matriks semen, sehingga permukaan antar semen menjadi berjalan untuk pertukaran cairan. Ini sangat meningkatkan daerah permukaan yang tersedia untuk pelepasan fluoride.Dengan meningkatnya daya tahan terhadap keausan dan potensi anti-kariesnya, semen-semen dengan modifikasi logam ini telah dianjurkan untuk penggunaan yang terbatas sebagai alternative dari amalgam atau komposit untuk restorasi gigi posterior. Meskipun demikian, bahan-bahan ini masih diklasifikasikan sebagai bahan yang rapuh. Karena alas an inilah penggunaan bahan tersebut umumnya terbatas pada restorasi konservatif dan umumnya kelas I. Semen-semen ini mengeras dengan cepat sehingga dapat menerima tindakan penyelesaian dalam waktu yang relative singkat. Dibarengi dengan potensi adhesi dan daya tahannya terhadap karies, sifat-sifat menjadikan semen tersebut digunakan untuk membangun badan inti untuk gigi yang akan diperbaiki dengan mahkota cor penuh. Namun, karena rendahnya kekuatan terhadap fraktur dan sifatnya yang rapuh, sebaiknya dilakukan pendekatan yang konservatif. Bahan ini sebaiknya tidak digunakan jika bagian yang akan menggunakan semen adalah lebih besar 40% dari keseluruhan. Untuk kasus seperti ini sebaiknya digunakan pasak atau retensi bentuk lainnya.

Indikasi Semen Ionomer Kacaa.Lesi erosi servikalKemampuan semen glass ionomer untuk melekatkan secara kimiawidengan dentin, menyebabkan semen glass ionomer saat ini menjadi pilihan utama dalam merestorasi lesi erosi servikal. Bahan ini juga memiliki kekerasan yang cukuo untuk menahan abrasi akibat sikat gigi.b.Sebagai bahan perekat atau luting (luting agent)Karena semen glass ionomer inimemiliki beberapa keunggulan seperti ikatannya dengan dentin dan email. Aktivitas kariostatik,flowyang lebih baik, kelarutan yang lebih rendah dan kekuatan yang lebih besar maka sebagai luting agent semen ini diindikasikan untuk pasien dengan frekuensi karies tinggi atau pasien dengan resesi ginggiva yang mememrlukan kekuatan dan aktifitas kariostatik misalnya pada pemakai mahkota tiruan ataupun gigi tiruan jembatan.c.Semen glass ionomer dapat digunakan sebagai base atau liner di bawah tambalan komposit resin pada kasus kelas I, kelas II, kelas III, kelas V dan MOD. Bahan ini berikatan secara mikromekanik dengan komposit resin melalui etsa asam dan member perlekatan tepi yang baik. Perkembangan dentin bonding agents yang dapat member perlekatan yang baik antara dentin dan resin hanya dapat digunakan pada lesi erosi servikal. Bila kavitasnya dalam atau luas, bonding sering kali gagal. Untuk memperbaiki mekanisme bonding dan melindungi pulpa dari irirtasi, semen glass ionomer digunakan sebagaibahan sub bondingd.Sebagai base yang berikatan secara kimiawi di bawah restorasi amalgam mempunyai kerapatan tepi yang kurang baik sehingga dengan adanya base glass ionomer dapat mencegah karies sekunder terutama pada pasien dengan insidens karies yang tinggi. Dalam keadaan sperti ini, proksimal box diisi dengan semen cermet sampai ke dalam 2 mm dan sisanya diisi amalgam.e.Untuk meletakkan orthodontic brackets pada pasien muda yang cenderung mengalami karies melalui etsa asam pada email. Dengan adanya perlepasan fluor maka semen glass ionomer dapat mengurangiwhite spotyang umumnya nampak disekeliling orthondontic brackets.f.Sebagaifissure sealantkarena adanya pelepasan fluor. Rosedur ini memerlukan perluasan fissure sebelum semen glass ionomer diaplikasikan.g.Semen glass ionomer yang diperkuat dengan logam seperti semen cermet dapat digunakan untuk membangun inti mahkota pada gigi yang telah mengalami kerusakan mahota yang parah.h.Restorasi gigi susu.Penggunaan semen glass ionomer pada gigi susu sangat berguna dalam mencegah terjadinya karies rekuren dan melindungi email gigi permanen.i.Untuk perawatan dengan segera pasien yang mengalami trauma fraktur. Dalam hal ini semen menyekat kembali dentin yang terbuk dalam waktu yang singkat

KONTRAINDIKASI SEMEN IONOMER KACAa.Semen glass ionomer tidak dianjurkan digunakan pada kavitas yang dalam tanpa menggunakan pelapis kalsium hidroksida. Walaupun semen glass ionomer tidak berbahaya bagi pulpa, beberapa penelitian menunjukkan terjadinya patologi pulpa akibat aplikasi semen glass ionomer.b.Lesi erosi yang dangkal, karena duktilitas semen glass ionomer yang rendah sehingga tidak dapat bertahan lama.c.Semen glass ionomer tidak dapat digunakan bilamana control atas kekeringan daerah kerja tidak terjamin, misalnya pada pasien yang hipersalivasi, semen sangat peka terhadap hidrasi dan dehidrasi. Masuk atau keluarnya cairan ked an dari dalam semen yang sedang mengerasakansangat mempengaruhi kekuatannya.d.Restorasi kelas IV dimana sering mendapat tekanan yang cukup besar sehingga memerlukan bahan yang kuat.1. Kavitas - kavitas ketebalannya kurang1. Lesi yang melibatkan area luas pada email labial yang mengutamakan faktor estetika1. Water based, tidak dapat bertahan pada pasien yang xerostomia

Kelebihan Semen Ionomer Kaca:1. Bahan tambal ini meraih popularitas karena sifatnya yang dapat melepas fluor yang sangat berperan sebagai antikaries. Dengan adanya bahan tambal ini, resiko kemungkinan untuk terjadinya karies sekunder di bawah tambalan jauh lebih kecil dibanding bila menggunakan bahan tambal lain2. Biokompatibilitas bahan ini terhadap jaringan sangat baik (tidak menimbulkan reaksi merugikan terhadap tubuh)3. Material ini melekat dengan baik ke struktur gigi karena mekanisme perlekatannya adalah secara kimia yaitu dengan pertukaran ion antara tambalan dan gigi. Oleh karena itu pula, gigi tidak perlu diasah terlalu banyak seperti halnya bila menggunakan bahan tambal lain. Pengasahan perlu dilakukan untuk mendapatkan bentuk kavitas yang dapat memegang bahan tambal.Kekurangan Semen Ionomer Kaca:1. Kekuatannya lebih rendah bila dibandingkan bahan tambal lain, sehingga tidak disarankan untuk digunakan pada gigi yang menerima beban kunyah besar seperti gigi molar (geraham)2. Warna tambalan ini lebih opaque, sehingga dapat dibedakan secara jelas antara tambalan dan permukaan gigi asli3. Tambalan glass ionomer cement lebih mudah aus dibanding tambalan lain

Contoh pada Tumpatan Semen Ionomer Kaca Kelas IIITahap Preparasi Klas III Glass Ionomer 1. Desain preparasi sama dengan desain untuk Tumpatan komposit Klas III tetapi tidak menggunakan bevelpada cavo surface enamel Margine\1. Dimulai dengan Fisure Bur untuk membuat Outline form 1. Retention form didapatkan dengan membuat undercut pada 3 bagian yaiyu labial, palatal dan Insical point angle kemudian dengan Round bur no atau no 1 sebagai retensi utama1. Idealnya enamel margine didukung oleh dentin yang sehat, namun apabila terdapat perubahan warna karena karies di dinding labial maka bagian ini harus diambil terlebih dahulu1. Semua dinding Kavitas dihaluskan 1. Bila memungkinkan, preparasi harus didesain dari bagian Lingual

Tahap Penumpatan Semen Glas Ionomer1. Setelah gigi dipreparasi dan diber Basis dan Liner lalu disiapkan Matriks Insical dan pemasangan Wedge1. Disiapkan bubu dan cairan glass Ionomer tipe II/IX pada paper pad dengan perbandingan sesuai dengan petunjuk pabrik1. Cara mencampur dengan gerakan melipat dan memakai Agate Spatle. Setelah didapatkan konsistensi cukup (kental mengkilap), campuran dimasukkan ke dalam kavitas dengan sonde atau eskavator dan ditekan dengan stopper semen yang kecil ( dari bahan logam atau plastik) dibentuk dengan plastis filling instrumen mulai pencmpuran sampai setting kurang lebih 4 menit1. Setelah mengeras tumpatan diulasi varnish dan vaseline, bila ada kelebihan tumpatan dimabil dngan menggunakan hand cutting instrumen scalpel blade kemudian diulas dengan menggunakan varnish dan vaseline lagi1. Pemolesan dilakukan pada kunjungan berikutnya

Tahap Pemolesan1. Pemolesan dilakukan dengan Arkansas yang diolesi dengan Vaseline 1. Kemudian dengan Fine Finishing yaitu menggunakan Long Shank halus bentuk mengerucut untuk menghilangkan kelebihan komposit1. Kemudian bisa menggunakan Sogo tetapi ini hanya satu kali pakai