Restorasi Amalgam

66
1 BLOK 12 RESTORASI KEDOKTERAN GIGI MODUL 1 RESTORASI AMALGAM Disusun oleh : Kelompok 3 Andre Kusuma Ruslim 1310015116 Mirsa Herdiani 1310015119 Hosana A.M 1310015095 Dera Armedita 1310015101 Daivy Putri A.M 1310015112 Andronikus Sulupadang 1310015117 Betrik Sefyana 1310015120 Cynthia Clarissa 1310015104 Wilman Rante Marampa 1310015118 Aji Ayu Nur Bianti 1310015108 Tutor : drg. Portuna Putra K, Sp. KG FAKULTAS KEDOKTERAN Blok 12 Modul 1 Restorasi Amalgam Kelompok 3

description

Restorasi Amalgam

Transcript of Restorasi Amalgam

BLOK 10 INFEKSI 2

BLOK 12 RESTORASI KEDOKTERAN GIGI

MODUL 1 RESTORASI AMALGAM

Disusun oleh : Kelompok 3Andre Kusuma Ruslim1310015116Mirsa Herdiani1310015119Hosana A.M1310015095Dera Armedita1310015101Daivy Putri A.M1310015112

Andronikus Sulupadang1310015117Betrik Sefyana 1310015120

Cynthia Clarissa1310015104Wilman Rante Marampa1310015118

Aji Ayu Nur Bianti 1310015108

Tutor : drg. Portuna Putra K, Sp. KG

FAKULTAS KEDOKTERAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI

UNIVERSITAS MULAWARMAN

SAMARINDA

2015

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan laporan DKK (Diskusi Kelompok Kecil) dengan baik dan lancar. Laporan ini dibuat sesuai dengan gambaran jalannya proses DKK kami, lengkap dengan pertanyaan pertanyaan dan jawaban yang disepakati oleh kelompok kami dan bimbingan dari tutor kami yang telah memberi pengarahan kepada kami tentang pembahasan dari laporan kami.

Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu kami dalam proses pembuatan laporan DKK ini. Pertama, kami berterima kasih kepada drg. Portuna Putra K, Sp. KG selaku tutor kami yang telah dengan sabar menuntun kami selama proses DKK. Terima kasih pula kami ucapkan atas kerja sama rekan sekelompok di Kelompok 3. Tidak lupa juga kami berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam mencari informasi maupun membuat laporan DKK.Akhir kata, kami sadar bahwa kesempuranaan tidak ada pada manusia oleh sebab itu, kami mohon kritik dan saran dari pembaca untuk perbaikan di kemudian hari. Semoga laporan ini bermanfaat bagi pembaca, baik sebagai referensi atau perkembangan pengetahuan.

Samarinda, April 2015

Hormat kami,

Kelompok 3

DAFTAR ISI

Kata pengantar .......................................................................................................... 2

Daftar isi3

BAB 1 Pendahuluan

1.1. Latar Belakang4

1.2. Tujuan4

1.3. Manfaat4BAB 2 Pembahasan

2.1 Step 1 : Identifikasi Istilah Asing5

2.2 Step 2 : Identifikasi Masalah52.3 Step 3 : Curah Pendapat62.4 Step 4 : Peta Konsep92.5 Step 5 : Learning Objective92.6 Step 6 : Belajar Mandiri9

2.7 Step 7 : Sintesis10

BAB 3 Penutup

3.1. Kesimpulan 463.2. Saran46Daftar Pustaka 47BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Amalgam telah digunakan dalam dunia kedokteran gigi lebih dari satu abad dan dalam kurun waktu 20 tahun terakhir kualitasnya telah diperbaiki. Walaupun ada tanda-tanda penurunan pada penggunaan amalgam, tetapi karena harga, daya tahan dan mudahnya dalam manipulasi mengakibatkan masih banyak dokter gigi yang menggunakan dan merupakan pilihan pertama untuk tumpatan posterior. Sebagian besar penyebab kegagalan restorasi amalgam oleh karena patahnya tepi tumpatan diawali karena adanya kebocoran mikro yang mengakibatkan karies sekunder, sensitifitas pulpa dan diskolorasi. Hal tersebut menyebabkan munculnya perkembangan restorasi amalgam adhesif yang memberi kesempatan untuk mengevaluasi kembali disain preparasi untuk retensi mekanis.

Perlekatan amalgam dengan bahan adhesif terjadi secara mechanical interlocking sehingga dapat mengurangi respon pulpa yang disebabkan peletakan bahan komposit berbasis resin yang lebih toksik. Preparasi kavitas dilakukan untuk menghilangkan segala kerusakan pada jaringan gigi, melakukan proteksi jaringan pulpa, meletakkan tepi preparasi secara konservatif dan membentuk kavitas sedemikian rupa sehingga gigi dan restorasi tidak mengalami fraktur atau terlepas akibat tekanan kunyah serta dapat ditumpat dengan bahan tumpat estetik dan fungsional. Konservasi modem saat ini menggunakan prinsip preparasi seminimal mungkin.

1.2 TUJUAN

Pembuatan laporan ini bertujuan untuk menjelaskan tentang aplikasi restorasi amalgam pada bidang konservasi gigi.

1.3 MANFAAT

Setelah mempelajari materi pembelajaran tentang restorasi amalgam ini, diharapkan Mahasiswa Program Studi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman dapat mengetahui, memahami, dan mampu mengaplikasikan tentang restorasi amalgam dalam bidang konservasi gigi.

BAB 2

PEMBAHASAN

SKENARIO

Budi adalah mahasiswa prodi kedokteran gigi, saat ini mengeluhkan terdapat karies media pada gigi 16 dan 15. Setelah dilakukan pemeriksaan dokter gigi mengatakan akan melakukan preparasi pada gigi 16 adalah klas 1 dan pada gigi 15 adalah klas 2 serta dokter tersebut menyarankan melakukan tambalan menggunakan kekuatan beban kunyah yang baik. Sembari merasakan tahap demi tahap budi juga memperhatikan perawatan yang dilakukan dokter. Setelah selesai budi menanyakan kepada dokter gigi tersebut setiap tahapan yang dilakukan, dengan ramah dokter tersebut pun menjawab pertanyaan budi tahap demi tahap restorasi hingga selesai. Diakhir dokter gigi mengingatkan kepada budi untuk datang kembali besok untuk dilakukan tahap polishing dan finishing.

2.1 STEP 1 : Identifikasi Istilah Asing

1. Preparasi : Pembuangan jaringan karies yang terdapat pada gigi, tahapan awal pada proses penumpatan.

2. Karies Media: Karies yang kena dentin tetapi belum lebih dari 1/3 dentin.

3. Klas I

: Karies 2/3 oklusal pada gigi posterior

4. Polishing : Tahap pemolesan atau pembuatan permukaan yang halus dan mengkilap

5. Klas II

: Karies proximal sampai oklusal pada gigi posterior

6. Restorasi

: Perawatan untuk mengembalikan struktur anatomi pada gigi.

7. Finishing

: Tahapan akhir preparasi kavitas, tahap merapikan. Proses yang menghasilkan bentuk akhir dan kontur restorasi

2.2 STEP 2 : Identifikasi Masalah

1. Bagaimana tahapan tahapan preparasi ?

2. Hal hal yang perlu diperhatikan pada tahap preparasi ?

3. Komponen apa dari preparasi kavitas ?

4. Tambalan jenis apa yang memiliki beban kunyah yang baik ?

5. Apa tujuan preparasi ?

6. Bagaimana kita bisa menghasilkan tambalan daya kunyah yang baik ?

7. Syarat syarat bahan tambalan yang memiliki daya kunya yang baik ?

8. Mengapa harus dilakukan finishing dan polishing ?

9. Kenapa polishing dan finishing dilakukan setelah 24 jam ?

10. Bagaimana Indikasi dan kontra indikasi restorasi pada skenario?

11. Syarat syarat preparasi kavitas pada bahan tambal yang memiliki daya tahan kunyah yang baik ?

12. Hal hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan bahan tambahl ?

13. Bagaimana tahapan restorasi diskenario ?

14. Perbedaan tahapan preparasi klas I dan klas II ?

2.3 STEP 3 : Curhat Pendapat

1. Tahapan Preparasi :

a. Awalan preparasi : outline form, primeri resistensi form, primer retention, convinience form

b. Tahapan akhir : pengaturan sel karies, secondary resistensi, secondary retention, pulpa proteksi apabila diperlukan, finishing batasan margin.

2. Konsep dasar dalam preparasi cavitas :a. Estetik

b. Extention for Prevention

~Out line kavitas diletakkan hanya pada daerah karies.

~Menjadi pertimbangan untuk melakukan preparasi yang konservatif. Misal : titik kontak klas III tetap dipertahankan.

c. Cutting for Immunity

~Mencegah terjadinya recurrent caries.

~OLF harus mencakup developmental grooves pada permukaan oklusal gigi posterior.

~Permukaan preparasi pada bagian proksimal margin harus diperluas (sedikit) ke arah buccal atau labial atau lingual (cleansing areas).

d. Self Cleansing Areas

Daerah yang terbebas dari bacterial plaque akibat aksi dari makanan dan jaringan mulut.

e. Cleansible Areas

Daerah yang dengan mudah dicapai oleh sikat gigi.

3. Komponen dari suatu preparasi kavitas :Preparasi suatu kavitas menghasilkan beberapa bentuk atau variasi;

~Lines

~Walls1. Buccal wall

2. Lingual wall

3. Axial wall

4. Pulpal wall

5. Gingival wall

~Anglesa. Line angle yaitu pertemuan antara 2 dinding.

a. Distogingival line angle

b. Gingivoaxial line angle

c. Occlusal cavo surface line angle

d. Occlusoaxial line angle

e. Distocclusal line angle

f. Mesiogingival line angle

g. Distoaxial line angle

h. Mesioaxial line angle

i. Mesiocclusal line angle

b. Cavo surface angle yaitu sudut yang dibentuk pada kavitas akibat pertemuan dinding kavitas dengan permukaan (surface).

4. Amalgam yang paling kuat

Indikasi :

Kavitas klas I dan II

Klas I bila karies besar

Klas II jika karies luas, kavitas sampai dinding pulpa diatas permukaan akar

Klas V amalgam bisa digunakan asalkan orangnya tidak masalah dengan estetik

5. Pembuangan jaringan karies

6. Mengikuti syarat syarat preparasi, memiliki bahan tambalan yang baik, saat preparasi diperhatikan.

7. Merkuri, alloy, silver, palladium

8. Untuk estetik, anatomis, karies rekuren/sekunder , banyak permukaan yang kasar sehingga halus, meminimalkan adanya debris makanan, mengurangi prematur. 24 jam baru di polishin dan finishing karena akan dilihat adanya kontak prematur atau tidak, biasanya terdapat titik putih pada amalgam

9. Sudah10. Indikasi restorasi amalgam : Restorasi kelas I dan II terutama pada gigi yang membutuhkan fungsi oklusi yang berat.

Restorasi kelas V termasuk restorasi yang tidak membutuhkan estetik.

Restorasi sementara sebagai caries-control (salah satunya mengalami karies ekstensif yang mencakup area yang luas)

Kontraindikasi restorasi amalgam :Pengunaan restorasi amalgam pada daerah yang membutuhkan estetik dihindari. Area yang dimaksud adalah gigi anterior, premolar, dan molar (pada beberapa kasus). Karena preparasi amalgam lebih besar daripada preparasi komposit, lesi karies yang kecil pada gigi posterior sebaiknya ditumpat dengan komposit agar tidak menghilangkan struktur gigi disekelilingnya yang masih sehat.11. Sudah

Berdasarkan klasifikasi

Estetik

Berdasarkan letak mesial distal bukal lingual

Dapat beradaptasi dengan baik dengan dinding kavitas

Tidak larut dalam cairan mulut

Cukup kuat untuk daya tahan kunyah

Warna estetik

Bebas dari perubahan molekuler setelah ditempatkan pada kavitas

Bersifat nonkonduktor gigi

Tidak mengiritasi pulpa dan jaringan periodontal

Mudah manipulasinya

Tidak menganggu psiis atau psikologis pasien

Biaya perawatan murah

Radiopak

Dapat dipolishing

12. Pertama tama menyiapkan alat dan bahan, ambil alloy dan merkuri 5:8, campur di mortal pastle hingga homogen dan mengkilat, kain perca untuk memeras untuk menghilangkan merkuri diatas air. Gunakan pistol amalgam untuk menaruh amalgam di kavitas , padatkan dengan amalgam stopper, lalu curving, basis jangan lupa sebelum memakai amalgam, finishing dan polishing setelah 24 jam.

13. Penggunaan matriks pada preparasi klas 2

2.4 STEP 4 : PETA KONSEP

2.5 STEP 5 : Learning Objective

1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan diagnosis pada skenario2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan rencana perawatan pada skenario3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan perawatan pada skenario4. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami preparasi dan restorasi amalgam.2.6 STEP 6 : Belajar Mandiri

Pada step ini, kami melakukan pembelajaran mandiri secara individu dan kelompok serta mencari jawaban learning objective dari berbagai referensi.

2.7 STEP 7 : Sintesis

1. DIAGNOSIS PADA SKENARIO

A. Pulpitis Reversibel

Pulpitis reversibel adalah suatu kondisi inflamasi pulpa ringan sampai sedang yang disebabkan oleh adanya jejas. Pulpitis reversibel yang disebabkan oleh jejas ringan contohnya erosi servikal atau atrisi oklusal, fraktur email dan dapat disebabkan oleh apa saja yang mampu melukai pulpa, antara lain: trauma, misalnya dari suatu pukulan atau hubungan oklusal yang terganggu; syok termal, seperti yang timbul saat preparasi kavitas dengan bur yang tumpul, atau membiarkan bur terlalu lama berkontak dengan gigi atau panas yang berlebihan saat memoles tumpatan; dehidrasi kavitas dengan alkohol atau kloroform yang berlebihan, atau rangsangan pada leher gigi yang dentinnya terbuka, adanya bakteri dari karies. DiagnosisDiagnosis berdasarkan suatu studi mengenai gejala pasien danberdasarkan tes klinis. Rasa sakitnya tajam Berlangsung beberapa detik, dan umumnya berhenti bila stimulus dihilangkan. Dingin, manis, atau masam biasanya menyebabkan rasa sakit. Rasa sakit dapat menjadi kronis. Pulpa dapat sembuh sama sekali, atau rasa sakit dapat tiap kali dapat berlangsung lebih lama dan interval keringanan dapat menjadi lebih pendek, sampai akhirnya pulpa mati. Karena pulpa sensitif terhadap perubahan temperatur, terutama dingin, aplikasi dingin merupakan suatu cara yang bagus untuk menemukan dan mendiagnosis gigi yang terlibat. Sebuah gigi dengan pulpitis reversibel secara normalbereaksi terhadap perkusi, palpasi, dan mobilitas, dan pada pemeriksaan radiografijaringan periapikal adalah normal.Anamnesa : Biasanya nyeri bila minum panas, dingin, asam dan asin Nyeri tajam singkat tidak spontan, tidak terus menerus Rasa nyeri lama hilangnya setelah rangsangan dihilangkanPemeriksaan Objektif: Ekstra oral : Tidak ada pembengkakan Intra oral : Perkusi (-) Karies mengenai dentin/karies profunda Pulpa belum terbuka Sondase (+) Chlor etil (+)b. Pulpitis IrreversibelPulpitis irreversibel adalah suatu kondisi inflamasi pulpa yang persisten, dapat simtomatik atau asimtomatik yang disebabkan oleh suatu stimulus/jejas, dimana pertahanan pulpa tidak dapat menanggulangi inflamasi yang terjadi dan pulpa tidak dapat kembali ke kondisi semula atau normal. Kebanyakan disebabkan oleh kuman yang berasal dari karies, jadi sudah ada keterlibatan bakterial pulpa melalui karies, meskipun bisa juga disebabkan oleh faktor fisis, kimia, termal, dan mekanis. Pulpitis irreversibel bisa juga terjadi dimana merupakan kelanjutan dari pulpitis reversibel yang tidak dilakukan perawatan dengan baik.

Diagnosis Pemeriksaan biasanya menemukan suatu kavitas dalam yang meluas ke pulpa ataukaries di bawah tumpatan. Pulpa mungkin sudah terbuka. Waktu mencapai jalan masuk ke lubang pembukaan akan terlihat suatu lapisan keabu-abuan yang menyerupai buih meliputi pulpa terbuka dan dentin sekitarnya. Probing ke dalam daerah ini tidak menyebakan rasa sakit pada pasien hingga dicapai daerahpulpa yang lebih dalam. Pada tingkat ini dapat terjadi sakit dan perdarahan. Bila pulpa tidak terbuka oleh proses karies, dapat terlihat sedikit nanah jika dicapai jalan masukke kamar pulpa.Pemeriksaan radiografik mungkin tidak menunjukkan sesuatu yang nyata yang belum diketahui secara klinis, mungkin memperlihatkan suatu kavitas proksimal yang secara visual tidak terlihat, atau mungkin memberi kesan keterlibatan suatu tanduk pulpa. Suatu radiografi dapat juga menunjukkan pembukaan pulpa, karies dibawah suatu tumpatan, atau suatu kavitas dalam atau tumpatan mengancam integritaspulpa. Pada tingkat awal pulpitis irreversibel, tes termal dapat mendatangkan rasa sakit yang bertahan setelah penghilangan stimulus termal. Pada tingkat belakangan,bila pulpa terbuka, dapat bereaksi secara normal. Hasil pemeriksaan untuk tes mobilitas, perkusi dan palpasi adalah negatif.Anamnesa : Nyeri tajam spontan yang berlangsung terus-menerus menjalar kebelakang telinga Penderita tidak dapat menunjukkangigi yang sakitPemeriksaan Objektif : Ekstra oral : tidak ada kelainan Intra oral :Kavitas terlihat dalam dan tertutup sisa makanan Pulpa bisa terbuka maupun belum terbuka Sondase (+) Khlor ethil (+) Perkusi bisa (+) bisa (-)c. Nekrosis Pulpa

Nekrosis pulpa adalah matinya pulpa, dapat sebagian atau seluruhnya, tergantung pada apakah sebagian atau seluruh pulpa yang terlibat. Nekrosis, meskipun suatu inflamasi dapat juga terjadi setelah jejas traumatik yang pulpanya rusak sebelum terjadi reaksi inflamasi. Nekrosis pulpa dapat disebabkan oleh jejas yang membahayakan pulpa seperti bakteri, trauma dan iritasi kimiawi. Gigi yang kelihatan normal dengan pulpa nekrotik tidak menyebabkan gejala rasa sakit. Sering adanya perubahan warna pada gigi keabu-abuan/kecoklat-coklatan adalah indikasi pertama bahwa pulpa mati.

Manifestasi klinis dan Diagnosis Nekrosis pulpa dapat terjadi parsial atau total. Tipe parsial dapat memperlihatkan gejala pulpitis irreversibel. Nekrosis total, sebelum mengenai ligamentum periodontal biasanya tidak menunjukkan gejala. Tidak merespon terhadap tes suhu atau elektrik. Kadang-kadang bagian depan mahkota gigi akan menghitam.Tampilan radiografik pada destruksi tulang ataupun pada bagian yang mengalami fraktur merupakan indikator terbaik dari nekrosis pulpa dan mungkin membutuhkan beberapa bulan untuk perkembangan. Kurangnya respon terhadap test suhu dan elektrik tanpa bukti radiografik adanya destruksi tulang terhadap bagian fraktur tidak menjamin harusnya terapi endodontik. Anamnesa Anamnesis pada nekrosis pulpa berupa tidak ada gejala rasa sakit, keluhan sakit terjadi bila terdapat peradangan periapikal. Pemeriksaan perkusi tidak didapatkan nyeri dan pada palpasi juga tidak terdapat pembengkakan serta mobilitas gigi normal. Foto rontgen gigi biasanya normal kecuali bila terdapat kelainan periapikal terjadi perubahan berupa radiolusen pada lesi.Tabel Terminologi Diagnosis Pulpa

Diagnosis PulpaKeluran UtamaRiwayat GigiTemuan RadiografiTes

ElektrikTermalPerkusiPalpasi

Pulpa Normal

Pulpitis Reversibel

Pulpitis Irreversibel

Nekrosis PulpaTidak ada

Sensitif terhadap dingin dan panas

Sensitif yang lama terhadap dingin dan panas Tidak adaTidak ada

Tidak ada

Nyeri Spontan

VariasiNormal

Normal

Normal / RLP

Normal / RLPR

R

TR

TRRS

RSB

RLB

TR

TR

TR

TR

RTR

TR

TR

TR

Keterangan : RLP : radiolusen pada periapikal; R: ada respon; TR: tidak ada respon; RS: respon singkat; RSB: respon singkat dan berlebihan; RLB: respon lama dan berlebihan

2. RENCANA PERAWATANRencana perawatan untuk pulpitis reversible, pulpitis irreversible, dan nekrosis pulpa adalah salah satunya dengan merestorasi. Beberapa restorasi yang umum digunakan adalah sebagai berikut:

a. Restorasi Kompositb. Restorasi Amalgam c. Restorasi GIC ( glass ionomer cement)/ Semen Ionomer Kaca (SIK)3. PERAWATANRestorasi Amalgam

1. Definisi Amalgam

Amalgam adalah campuran dari dua atau beberapa logam, salah satunya adalah merkuri. Aloi amalgam terdiri atas tiga atau beberapa logam. Amalgam itu sendiri merupakan kombinasi aloi dengan merkuri melalui suatu proses yang disebut amalgamasi atau triturasi. Campuran merupakan bahan plastis dimasukkan ke dalam kavitasdan bahan tersebut menjadi keras karena kristalisasi (Baum, 2012).

2. Sifat sifat Amalgam

Sifat Fisik Amalgam

a) Creep ( Tekanan )

Creep adalah sifat viskoelastik yang menjelaskan perubahan dimensi secara bertahap yang terjadi ketika material diberi tekanan atau beban. Untuk tumpatan amalgam, tekanan menguyah yang berulang dapat menyebabkan creep. ANSI-ADA specification no.1 menganjurkan agar creep kurang dari 3%. Amalgam dengan kandungan tembaga tinggi mempunyai nilai creep yang jauh lebih rendah, beberapa bahkan kurang dari 0,1% (Anusavice, 2004).

Tingkat creep terbukti mempunyai hubungan dengan kerusakan tepi dari amalgam tradisional yang kandungan tembaganya rendah, yaitu makin tinggi creep, semakin besar derajat kerusakan tepi. Tepi dari amalgam dengan tingkat creep tinggi tampak tercungkil cukup parah (Anusavice, 2004).

b) Stabilitas Dimensional

Idealnya amalgam harus mengeras tanpa perubahan dimensinya dan kemudian tetap stabil. Amalgam dapat memuai dan menyusut tergantung pada cara manipulasinya, idealnya perubahan dimensi kecil saja. Perubahan dimensional dari amalgam bergantung pada seberapa banyak amalgam tertekan pada saat pengerasan dan kapan pengukuran dimulai. ADA menyebutkan bahwa amalgam dapat berkontraksi atau berekspansi lebih dari 20m / cm, diukur pada 30C, 5 menit dan 24 jam sesudah dimulainya triturasi dengan alat yang keakuratanya tidak sampai 0,5m. Ekspansi yang berlebihan juga dapat menimbulkan tekanan pada pulpa dan kepekaan pascaoperatif (Anusavice, 2004).

Beberapa faktor penting yang mempengaruhi perubahan dimensi adalah :

Komposisi alloy : semakin banyak jumlah silver dalam amalgam, maka akan lebih besar pula ekxpansi yang terjadi

Rasio mercury (alloy) : makin banyak mercury, akan semakin besar tingkat ekspansinya.

Ukuran partikel alloy : dengan berat yang sama, jika ukuran partikel menyusut, maka total area permukaan alloy akan meningkat.

Waktu triturasi : merupakan faktor paling penting. Secara umum, semakin lama waktu triturasi, maka ekspansi akan lebih kecil.

Tekanan kondensasi : jika amalgam tidak mengalami kondensasi setelh triturasi, akan terjadi kontraksi dalam skala besar karena tidak tergantung difusi mercury ke alloy (Anusavice, 2004).

c) Difusi Termal

Difusi termal amalgam adalah 40 kali lebih besar dari dentin sedangkan koefisien ekspansi termalnya 3 kali lebih besar dari dentin yang mengakibatkan mikroleakage dan sekunder karies (Anusavice, 2004).

d) Abrasi

Proses abrasi yang terjadi saat mastikasi makanan, berefek pada hilangnya sebuah substansi / zat, biasa disebut wear. Mastikasi melibatkan pemberian tekanan pada tumpatan, yang mengakibatakan kerusakan dan terbentuknya pecahan / puing amalgam (Anusavice, 2004).

Sifat Kimia Amalgam

a) Reaksi Elektrokimia Sel Galvanik

Korosi galvanik atau bimetalik terjadi ketika kedua atau lebih logam berbeda atau alloy berkontak dengan larutan elektrolit, dalam hal ini adalah saliva. Besarnya arus galvanis dipengaruhi oleh lama/usia restorasi, perbedaan potensial korosi sebelum berkontak dan daerah permukaan (Craig, 2002).

Jarak yang cukup lebar/besar dihasilkan dan berkontak elektrik dari beberapa restorasi secara in vivo. Untuk restorasi amalgam-amalgam, perbedaan potensial korosi sebelum berkontak mungkin akan berguna dalam memprediksi besarnya arus galvanis, yang mana paling tidak perbedaan keluar adalah 24 V (Craig, 2002).

Hubungan lama restorasi dengan besar arus galvanis berbanding terbalik, artinya semakin lama usia restorasi amalgam dengan tumpatan lainnya, semakin kecil arus galvanis yang dihasilkan (Craig, 2002).

b) Korosi

Korosi adalah reaksi elektrokimiawi yang akan menghasilkan degradasi struktur dan properti mekanis. Banyak korosi amalgam terjadi pada bagian pits dan cervical. Korosi dapat mengurangi kekuatan tumpatan sekitar 50%, serta memperpendek keawetan penggunaannya (Craig, 2002).

c) Tarnis

Reaksi elektrokimia yang tidak larut, adherent, serta permukaan film yang terlihat dapat menyebabkan tarnish. Penyebab discoloration yang paling terkenal adalah campuran silver dan copper sulfida karena reaksi dengan sulfur dalam makanan dan minuman (Craig, 2002).

Sifat Mekanik Amalgam

a). Kekuatan

Dental amalgam mempunyai berbagai macam struktur, dan kekuatan struktur tersebut tergantung dari sifat individu dan hubungannya antara satu struktur dengan struktur yang lainnya (Anusavice, 2004).

Dental amalgam adalah material yang brittle/rapuh. kekuatan tensile amalgam lebih rendah dibanding kekuatan kompresif. kekuatan komperesif ini cukup baik untuk mempertahankan kekuatan amalgam, tetapi rendahnya kekuatan tensile yang memperbesar kemungkinan terjadinya fraktur/retakan (Anusavice, 2004).

Faktor yang mempengaruhi kekuatan amalgam:

Rasio mercury (Alloy) : jika mercury yang digunakan terlalu sedikit, maka partikel alloy tidak akan terbasahi secara sempurna sehingga bagian restorasi alloy tidak akan bereaksi dengan mercury, menyisakan peningkatan lokal porositas dan membuat amalgam menjadi lebih rapuh

Ukuran dan Bentuk partikel : kekuatan amalgam diperoleh dengan ukuran partikel yang kecil, mendukung kecenderungan fine atau microfine particles. Porositas : sejumlah kecil porositas pada amalgam akan mempengaruhi kekuatan.

Efek triturasi : efek ini tergantung pada jenis lugam campur amalgam, waktu triturasi, dan kecepatan amalgamator.

Efek laju pengerasan amalgam : spesifikasi ADA menyebutkan kekuatan kompresif minimal adalah 80 Mpa pada 1 jam dari amalgam komposisi tunggal yang kandungan tembaganya tinggi sangatlah besar.

Sifat Biologi Amalgam

a). Alergi

Secara khas respon alergi mewakili antigen dengan reaksi antibodi yang ditandai dengan rasa gatal, ruam, bersin, kesulitan bernapas, pembengkakan, dan gejal lain (Craig, 2002).

Dermaititis kontak atau reaksi hipersnsitif tipe 4 dari commbs mewakili efek samping fisiologis yang paling mungkin terjadi pada amalgam gigi, tetapi reaksi ini terjadi kurang dari 1% dari populasi yang dirawat (Craig, 2002).

b). Toksisitas

sejak awal penggunaannya kemungkinan efek samping dari air raksa sudah mulai dipertanyakan. kadang - kadang masi ada dugaan bahwa keracunan air raksa dari tambalan gigi adalah penyebab dari penyakit - penyakit tertentu yang diagnosisnya tidak jelas dan ada bahaya bagi dokter gigi atau pasiennya. Ketika uap air raksa terhirup selama pengadukan, penempatan dan pembuangan. suatu analisis pada dentin dibawah tambalan amalgam mengungkapkan adanya air raksa yang turut berperan dalam perubahan warna gigi (Craig, 2002).

Sejumlah air raksa dilepaskan pada saat pengunyahan tetapi kemungkinan keracunan dari air raksa yang menembus gigi atau sensititasi terhadap garam -garam air raksa yang larut dari permukaan amalgam jarang tejadi (Craig, 2002).

Manipulasi Amalgam

Amalgam merupakan kombinasi alloy dengan merkuri melalui suatu proses yang disebut amalgamasi atau triturasi. Campuran yang merupakan bahan plastis dimasukkan ke dalam kavitas dan bahan tersebut menjadi keras karena kristalisasi.Triturasi amalgam dapat dilakukan dengan cara manual dan masinal. Cara manual dilakukan dengan menggunakan alu dan mortal. Homogenitas amalgam tergantung dari tekanan yang terjadi antara alu dan lumpang. Tekanan yang berbeda-beda dari operator menyebabkan kekuatan amalgam yang berbeda homogenitasnya sehingga hasilnya kurang baik. Lain halnya dengan cara masinal yang tekanannya selalu sama sehingga menghasilkan amalgam yang homogen.Manipulasi amalgam dapat melalui proses (Craig, 2002) :1. Proportioning

Perbandingan antara alloy dan merkuri harus sesuai. Menggunakan perbandingan alloy dan mercury 5:7 atau 5:8. Kelebihan mercury mempermudah triturasi dan dapat diperoleh hasil campuran yang plastis Jika mercury yang digunakan terlalu sedikit, maka partikel alloy tidak akan terbasahi secara sempurna sehingga bagian restorasi alloy tidak akan bereaksi dengan mercury, menyisakan peningkatan lokal porositas dan membuat amalgam menjadi lebih rapuh.

2. Triturasi

Pencapuran amalgam alloy dan merkuri dengan menggunakan amalgamator selama waktu yang telah ditentukan. Proses triturasi dapat dilakukan dengan cara manual dan mekanis.

Triturasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :

a. Pencampuran manual dengan menggunakan mortal dan pestel

Dipergunakan mortar dan pestel yang terbuat dari gelas. Permukaan dalam mortar agak kasar yang berguna untuk mempertinggi frekuensi gesekan antara amalgam dan permukaan mortar. Kekasaran permukaan ini dapat dipertahankan dengan sekali-sekali mengasahnya dengan pasta karborundum. Pesteladalah alu kecil terbuat dari gelas.

Teknik tersebut sudah jarang digunkan sekarang ini, lebih cepat menggunakan metode mekanis, dengan cara ini resiko merkuri terhirup lebih kecil.

Tiga faktor untuk mendapatkan campuran massa amalgam yang baik, antara lain : jumlah putaran , kecepatan pemutaran dan besarnya tekanan pada pengaduk. Idealnya 24-25 detik merupakan waktu yang cukup.

b. Pencampuran secara mekanis

Alloy dan merkuri dalam perbandingan yang tepat dapat dicampur secara mekanis di dalam kapsul baik dengan atau tanpa menggunkan pastel atau stainless steel. Harus dipergunakan pastel yang memiliki diameter jauh lebih kecil darikapsul apabila dipakai alloy yang berbentuk kapsul sehingga memudahkan menghancurkannya. Amalgamator mekanis mempunyai pengaturan waktu sehingga waktu pencampuran yang tepat dapat terjamin serta dapat dilakukan berulang-ulang. Bahan untuk ini tersedia dalam bentuk kapsul, masing-masing kapsul berisi alloy dalam berat yang sudah diukur serta merkuri dalam jumlah yang sebanding berada terpisah dengan tutupnya. Sekat pemisag harus dipecah sebelum kapsul dimasukkan dalam amalgamator.

Alat yang tersedia sesuai dengan proporsi dan pencampuran amalgam. Penggunaan alat ini sangat tepat tetapi pemeliharaan harus dilakukan ketika mengisi merkuri untuk menghindari tumpahnya merkuri dan terjadinya kontaminasi. Problem lain yaitu biasanya alat ini memiliki kecepatan yang rendah dan wktu triturasi sekitar 20-30 detik untuk mendapatkan massa yang menyatu. Hasil amalgam ini umumnya kurang memuaskan.

Pemilihan wajtu triturasi adalah penting, ini tergantung pada tipe alloy yang dipergunakan serta kecepatan mencampur. Pada beberapa high copper alloy tertentu perlu diawasi kondisi triturasi yang tepat. Beberapa proiduk seperti ini membutuhkan energy yang besar pada pencampuran yang diperlukan untuk menghancurkan pelapis oksida yang terbentuk pada partikel dengan tembaga yang banyak.

Tidak ada rekomendasi yang tepat untuk waktu pencampuran karena amalgamator berbeda dalam hal kecepatan pola getaran dan desain kapsul. Alloy sperikal biasanya membutuhkan waktu malgamasi yang kurang dari alloy lathe.

Campuran dalam jumlah yang lebih sedikit. Keuntungan triturasi mekanis yaitu waktu pencampuran lebih singkat dan prosedurnya lebih standar.

3. Kondensasi

Teknik kondensasi yang baik akan memeras keluar merkuri dan menghasilkan fraksi volume dari fase matriks yang lebih kecil. Tekanan kondensasi yang tinggi diperlukan untuk mengurangiporositas dan mengeluarkan merkuri dari amalgam lathe- cut. Sebaliknya, amalgam sferis yang dimampatkan dengan tekanan ringan akan mempunyai kekuatan yang baik.

4. Trimming dan Carving

Amalgam yang dibuat dari serbuk alloy yang kasar lebih sukar mengukirnya karena kepingan alloy yang agak besar dapat tertarikoleh instrument dari permukaan. Apabila dikehendaki pengukiran yang mudah, dapat menggunakan alloy spheris.

5. Polishing

Amalgam konvensional baru dapat dipoles palng cepat 24 jam setelahpenambalan, yaitu setelah tambalan cukup kuat. Amalgam yang terbuat dari alloy kaya kuprum lebih cepat mendapatkan kekuatannya, disebutkanbahwa bahan ini dipoles tidak lama setelah penambalan.

Prinsip Preparasi Kavitas

a. Outline Form

Outline form yaitu pola menentukan bentuk luar suatu preparasi kavitas Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menentukan outline form antara lain:Tempat atau permukaan yang mudah diserang karies harus dimasukkan dalam outline form (Abu Bakar, 2012).

Semua pit, fisur dan developmental groove yang terkena karies harus dimasukkan dalam outline form Tonjol tonjol gigi sebaiknya tidak dimasukkan dalam outline form.

Harus diusahakan jangan samapi ada dinding enamel yang tipis.

Extention for prevention dari Black menyatakan bahwa tepi tepi kavitas harus ditempatkan pada daerah daerah gigi yang imun terhadap karies, yaitu pada tempat tempat di mana kemungkinan terjadinya karies kecil.

b. Removal Of Caries (Membuang jaringan karies)

Membuang jaringan karies atau yang diduga akan karies digunakan ekskavator atau bur bulat kecepatan rendah. Pada kvitas yang dangkal dilakukan serentak karena jaringan karies sudah terambil ketika membentuk resistance dan retention form. Karies tidak boleh ditinggalkan dalam kavitas karena bila terjadi kebocoran tumpatan, bakteri yang tinggal di kavitas akan menjadi aktif.

c. Resistance Form (Membuat bentuk resistensi)

Resistance form bertujuan membentuk preparasi kavitas sedemikian rupa sehingga gigi dan tumpatan cukup kuat menerima tekanan serta menahan daya kunyah (Abu Bakar, 2012). Berikut adalah hal hal yang perlu diperhatikan :

Enamel yang tidak disokong dentin yang sehat dibuang. Bila pada kavitas Klas II overhanging enamel sedemikian besar, enamel yang tidak disonkong dentin sehat perlu dihilangkan. Dengan demikian akan menyebabkan sisa jaringan gigi menjadi tipis. Dalam hal ini perlu diisi terlebih dahulu bagian undermine (dasarnya) dengan semen Zn fosfat.

Dengan kedalaman kavitas 0,5 mm ke dalam dentin, kekuatan akan bertambah dua kali jika isthmus didalamkan.

Isthmus harus dibuat 1/3 jarak antar tonjol.

Line angle harus dibulatkan dan enamel harus didukung dentin yang sehat.

Selain itu perlu dibuat bevel atau dibulatkan pada axio-pulpa line angle sehingga didapatkan Bulk of Amalgam. Hal ini penting untuk menghindarkan pecahnya amalgam pada daerah tersebut terhadap daya kunyah. Dengan adanya bevel, maka amalgam di daerah tersebut akan lebih tebal dan daya kunyah dapat dibagi rata.

Cavo surface angle harus tegak lurus untuk mengurangi fraktur pinggir restorasi dan memudahkan carving.d. Retention Form

Retention form bertujuan membentuk kavitas sedemikian rupa sehingga tumpatan tersebut memperoleh pegangan yang kuat dan tidak mudah bergeser terhadap daya kunyah (Abu Bakar, 2012). Tumpatan tidak lepas ketika gigi berfungsi.

e. Convenience Form

Convenience form adalah upaya membentuk kavitas sedemikian rupa sehingga memudahkan untuk bekerja dengan alat alat, baik dalam hal preparasi maupun memasukkan bahan tumpatan ke dalam kavitas. Pembuatan conviniece form untuk preparasi tumpatan amalgam diperlukan juga sehingga meluaskan lapangan penglihatan pada waktu preparasi (Abu Bakar, 2012). Misalnya :

Pada kavitas pit dan fisur, di permukaan luar hanya terdapat kavitas yang kecil dan sempit. Tetapi bagian dalam kavitas sudah meluas. Sehubungan dengan ini maka kavitas perlu dilebarkan pada permukaan luar sebelum kavitas sebelah dalam dipreparasi.

Pada kavitas aproksimal, di mana masih ada kontak dengan gigi tetangga yang letaknya tersembunyi dan tidak terlihat dari luarnya. Untuk preparasi kavitas tersebut sebelumnya harus dipreparasi dahulu jaringan gigi sebelah oklusal, bukal, lingual / palatal sekitar aproksimal kavitas yang baik.

Memilih alat alat yang kecil ukurannya.

f. Finishing The Enamel Margin (Menghaluskan dinding / tepi kavitas)

Finishing the enamel margin adlah tindakan untuk membuat dinding yang halus dan rata dengan tujuan mendapatkan kontak marginal yang baik.

g. Toilet Of The Cavity (Membersihkan kavitas debris / sisa sisa

preparasi)

Toilet of cavity yaitu bertujuan membersihkan kavitas dari debris / sisa sisa preparasi (Abu Bakar, 2012). Tingkatan pekerjaan preparasi kavitas yang terakhir ini ialah :

Kavitas dibersihkan dari debris dengan air.

Kavitas diperiksa lagi pada kavitas, mungkin masih terdapat jaringan karies yang harus segera dikeluarkan.

Kemudian dinding dinding kavitas, diulas dengan alkohol atau stelirizing agent lain, dan dikeringkan dengan semprotan udara.

Kavitas yang telah memenuhi syarat tersebut di atas harus tetap dijaga terhadap semua kotoran kotoran, kuman kuman dan saliva dengan memblokir kelenjar ludah dengan cotton roll sebelum pemberian basis dan mengisi tumpatan.A. Preparasi dan Restorasi Amalgam Klas 1

Definisi Restorasi Amalgam kelas I

Merupakan proses penumpatan dengan menggunakan bahan tumpatan amalgam yang di mulai dengan preparasi kavitas yang sesuai dengan karies kelas I menurut G.V Black yaitu karies yang berada pada 2/3 permukaan oklusal labial/ palatal dari gigi posterior.

Indikasi Restorasi Kelas 1 AmalgamBerikut ini adalah indikasi klinis untuk restorasi amalgam :

Untuk restorasi yang besar Kehilangan jaringan gigi sebelum dan selama perawatan minimal. Karies melibatkan permukaan distal-oklusal atau mesio-oklusal. Restorasi di daerah yang tidak memerlukan estetik mulut Pada daerah yang memiliki beban kunyah atau kontak oklusi yang besar Restorasi yang tidak dapat diisolasi dengan baik Restorasi yang meluas sampai ke permukaan akar Gigi abutment untuk gigi tiruan sebagian lepasan Restorasi sementara atau caries-controlKontra-indikasi Restorasi Kelas 1 AmalgamBerikut ini adalah daftar kontraindikasi umum yang dapat dipertimbangkan :

Mengutamakan estetik untuk gigi posterior

Restorasi kecil sampai sedang yang tidak dapat dilakukan isolasi dengan baik

Gigi antagonis logam yang tidak sejenisTahap-tahap preparasi Kelas I Amalgam

Apabila diperlukan pasien terlebih dahulu di beri anastesi lokal

Isolasi daerah kerja dapat menggunakan rubberdam atau kontrol keluarnya saliva dengan menggunakan catton rollDesain preparasi

Pada awal dilakukannya preparasi kavitas gigi dibutuhkan suatu outlilne form sebagai desain awal pada preparasi yang akan dilakukan. Outline form dari gigi yang akan dipreparasi karena suatu karies berpedoman pada 2 hal,yakni struktur gigi karies harus dihilangkan dan margin harus ditempatkan pada struktur gigi yang sehat. Enamel pada margin saat preparasi harus ditopang oleh dentin yang sehat dan email-email yang telah rusak karena karies harus dihilangkan. Jika fisure noncarious terdapat di dinding suatu preparasi, celah fissure harusnya ditutup dengan sealed setelah diisi dengan amalgam. Bentuk outline form harus halus untuk memudahkan undercovering dari margin selama carving amalgam. Sedangkan resistance dan retention form pada desain kavitas ini, Tepi dinding kelas 1 restorasi oklusal harus paralel satu sama lain atau harus berkumpul secara oklusi . Enamel rods di sebagian besar permukaan oklusal dibuat kira-kira sejajar dengan sumbu panjang gigi. Untuk menghindari terjadinya fraktur, margin enamel harus dibuat dengan sudut yang sedikit tumpul (90 derajat atau lebih besar), hal ini dikarenakan margin enamel yang kurang dari 90 derajat jauh lebih rentan terhadap fraktur. Bahkan pada preparasi yang kecil sekalipun, cups yang sudah retak harus dihilangkan untuk menghindari fraktur. Pada restorasi amalgam, oklusal harus memiliki ketebalan occlusoginggival minimal 1,5 mm atau lebih baik lagi jika ketebalannya 2,0 mm, untuk mencegah fraktur pada saat restorasi, karena fraktur biasanya akan menimbulkan marginal gaps, atau celah antara amalgam dan email.

17-4 A, Enter pit with punch cut to a depth of 1.5 to 2 mm or one half to two thirds the head length of bur. (The 1.5 mm depth is measured at central fissure; the measurement of same entry cut [but of prepared external wall] is up to 2.0 mm.) B, Incline bur distally to establish proper occlusal divergence to distal wall to prevent removal of dentin supporting marginal ridge enamel when pulpal floor is in dentin and distal extension is necessary to include a fissure or caries. For such an extension on premolars, the distance from margin to proximal surface (i.e., imaginary projection) must not be less than 1.6 mm (i.e., two diameters of end of bur). C, Occlusal view of initial tooth preparation that has mesial and distal walls that diverge occlusally. D, Distofacial and distolingual fissures that radiate from pit are included before extending along central fissure. E, Mesiodistal longitudinal

section. Pulpal floors are generally flat but may follow the rise and fall of occlusal surface.Gambar 2.21. kavitas

Gambaran lebih jelas untuk desain agar tambalan amalgam efektif dan email di dekatnya bisa dipertahankan dapat dilihat pada prinsip desain kavitas sebagai berikut:

1. Kedalaman kavitas dijaga keseragamannya dalam setiap gigi : lebih dalam pada gigi dengan email tebal (molar), dangkal pada gigi dengan email tipis (premolar). Kedalaman biasanya tepat berada dibawah pertautan dentin-email.

Gambar 2.22: diagram pembuangan email pada molar. A) kemiringan yang tepat pada dinding mesial dan distal. B) tidak benar lingir (ridge) tepi mesial dan distal lemah karna adanya undercut.2. Kavitas klas I harus cukup lebar sehingga mencakup semua kerusakan atau harus sesempit mungkin, namun tetap memungkinkan dimasukkannya plugger kecil (pemampat) untuk menempatkan amalgam ke dalam preparasi.

3. Ragangan kavitas harus merupakan perpaduan harmonis dari lengkungan atau garis-garis lurus. Bila ada sudut pada ragangan, dapat ditumpulkan dengan menggunakan bur.

Gambar 2.23: Diagram perluasan bur dengan bur no 700 atau 554. Pinggiran mesial & distal dibuat sejajar dengan linggir tepi, transversal dan oblik.

Gambar 2.24: Ragangan oklusal dari 2 molar kanan (A) dan 2 premolar kanan (B). Linggir tepi membentuk sudut serta batas proksimal dari preparasi

5. Kontur linggir alami pada email sehat biasanya memisahkan kavitas ceruk dan fisura. Linggir email alami yang bebas dari kerusakan alur (linggir oblik pada molar atas dan linggir melintang pada premolar pertama bawah) biasanya dipertahankan dan tidak dimasukkan pada preparasi. (gambar 1.3)

6. Dinding mesial dan distal yang berdekatan dengan linggir tepi harus sedikit meruncing keluar dan tidak meluas dibawah email. (Gambar 2.23)

7. Biasanya dasar pulpa dipotong tegak lurus terhadap sumbu panjang gigi karena kebanyakan tonjol tingginya hampir setara. Bila sebuah tonjol lebih rendah dari yang lain, dasar kamar pulpa dimiringkan untuk mensejajarkan tinggi tonjol dan posisi tangkai bur membagi dua sudut yang dibentuk oleh kemiringan yang berdekatan.

Gambar 2.25: Posisi tangkai bur membagi dua sudut oleh kemiringan email yang berdekatan

8. Kavitas pada permukaan fasial dan lingual di preparasi sampai dinding-dinding dalamnya sejajar dengan permukaan luar gigi.

Prinsip dari Resistensi amalgam kelas 1

Perluasan sekitar cusp untuk mempertahankan struktur gigi dan mencegah sudut garis dalam mendekati tanduk pulpa secara mendalam

Jaga batasan facial dan lingual seminimal mungkin diantara central groove dan puncak cusp

Seminimal mungkin buat perluasan pada marginal ridges tanpa meliputi dentinal support

Eliminasi enamel yang rapuh dengan menggunakan 2 outline yang berdekatan.

Primary resistence form

Preparasi harus berbentuk box dengan dasar yang datar. Bentuk ini membantu menahan beban kunyah tanpa adanya terjadi pergerakan serta perhatikan kontur pada permukaan oklusal

Bulatkan semua lateral line dan point angel.

Primary retension form

Bentuk oklusal convergen dari dinding bukal dan lingual

Berikan undercut dentin pada dinding pulpa

Mempertahankan marginal ridge

Memberikan oklusal dovetail

Dinding box harus tegak lurus

Untuk menjaga ketebalan amalgam pertahankan kedalaman minimum dari oklusal adalah 1,5 mm

Pemberian cavosurface 90 derajat Membatasi perpanjangan dari dinding eksternal, sehingga kita dapat memiliki marginal ridge yang kuat dengan bantuan dentin.Kegagalan restorasi amalgam klas I Tidak menyertakan seluruh daerah fisura yang peka karies.

Preparasi terlalu dalam.

Undercut pada tepi ridge.

Pengukiran pembentukan anatomi oklusal terlalu dalam.

Amalgam terlalu tipis (