restorasi terumbu karang

13
Terumbu karang merupakan salah satu komponen utama sumber daya pesisir dan laut, disamping hutan mangrove dan padang lamun. Terumbu karang dan segala kehidupan yang ada didalamnya merupakan salah satu kekayaan alam yang dimiliki bangsa Indonesia yang tak ternilai harganya. Terumbu karang merupakan suatu kesatuan ekosistem yang kompleks dan rumit yang memiliki banyak fungsi, diantaranya adalah penyedia pangan, pelindung pantai, Tempat berpijah, bertelur, dan mencari makan berbagai biota laut, objek wisata bahari, dan tentunya juga sebagai sumber penghasil bahan baku obat-obatan. Kerusakan terumbu karang akan berakibat pada penurunan fungsinya secara signifikan. Tentu saja tak ada yang dapat diharapkan dari kondisi terumbu karang yang rusak. Tak akan ada lagi sumber penyedia pangan, fungsi perlindungan pantai akan menurun secara drastis, ikan akan semakin terdesak keberadaannya yang mengakibatkan produksi perikanan nasional akan menurun, banyak objek wisata yang yang dapat mendatangkan devisa tidak lagi dilirik oleh wisatawan, juga hilangnya kesempatan untuk dapat meneliti keragaman jenis kehidupan laut bagi kepentingan medis dalam rangka menemukan obat-obatan baru.

Transcript of restorasi terumbu karang

Page 1: restorasi terumbu karang

Terumbu karang merupakan salah satu komponen utama sumber daya pesisir dan laut, disamping hutan mangrove dan padang lamun. Terumbu karang dan segala kehidupan yang ada didalamnya merupakan salah satu kekayaan alam yang dimiliki bangsa Indonesia yang tak ternilai harganya.

Terumbu karang merupakan suatu kesatuan ekosistem yang kompleks dan rumit  yang memiliki banyak fungsi, diantaranya adalah penyedia pangan, pelindung pantai, Tempat berpijah, bertelur, dan mencari makan berbagai biota laut, objek wisata bahari, dan tentunya juga sebagai  sumber penghasil bahan baku obat-obatan. Kerusakan terumbu karang akan berakibat pada penurunan fungsinya secara signifikan. Tentu saja tak ada yang dapat diharapkan dari kondisi terumbu karang yang rusak. Tak akan ada lagi sumber penyedia pangan, fungsi perlindungan pantai akan menurun secara drastis, ikan akan semakin terdesak keberadaannya yang mengakibatkan produksi perikanan nasional akan menurun, banyak objek wisata yang yang dapat mendatangkan devisa tidak lagi dilirik oleh wisatawan, juga hilangnya kesempatan untuk dapat meneliti keragaman jenis kehidupan laut bagi kepentingan medis dalam rangka menemukan obat-obatan baru.

Menurut data Kementerian Kelautan dan Perikanan, sekitar 46% terumbu karang di indonesia telah mengalami kerusakan yang cukup serius. Secara sadar atau tidak hal ini merupakan akibat dari pengelolaan sumber daya laut yang tidak bijak dan cenderung tidak ramah lingkungan. Eksploitasi berlebihan dengan menggunakan cara-cara instan yang merusak merupakan akar permasalahan yang perlu diambil langkah segera untuk dicermati dan ditindaklanjuti. Penangkapan dan pengambilan hasil laut dengan menggunakan cara yang tidak ramah lingkungan akan berakibat buruk terhadap kekayaan laut. Banyak terumbu karang yang akhirnya mati sebelum berkembang akibat dari eksploitasi sumber daya laut yang tidak ramah lingkungan ini. Penggunaan bom ikan, misalnya akan mengakibatkan hancurnya terumbu karang yang merupakan

Page 2: restorasi terumbu karang

rumah bagi ikan. Jika karang mati dan hancur ujung-ujungnya akan berakibat pada penurunan jumlah penangkapan ikan. Penggunaan racun untuk menangkap ikan berupa nitrat dan fosfat yang disebar pada terumbu karang ditenggarai juga menjadi biang keladi rusaknya ekosistem terumbu karang.

Selain itu, peningkatan suhu bumi yang signifikan dalam satu dasawarsa terakhir atau yang lazim disebut sebagai fenomena pemanasan global (global warming) juga ikut andil merusak terumbu karang. Hal ini terjadi dikarenakan sifat terumbu karang yang sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan hidupnya terutama suhu.

Berlatarkan pada kerusakan ekosistem terumbu karang yang marak terjadi dalam beberapa dekade terakhir, banyak upaya yang dilakukan oleh berbagai kalangan untuk dapat memulihkan kembali kondisi terumbu karang seperti sedia kala. Tentunya ini merupakan sebuah pekerjaan rumah yang besar, baik untuk kalangan pemerintah, akademisi, lembaga swadaya masyarakat, serta individu-individu yang peduli akan kelestarian ekosistem terumbu karang. Restorasi terumbu karang merupakan salah satu jalan yang ditempuh untuk dapat memulihkan fungsi dari ekosistem terumbu karang, walaupun tentu saja tidak dapat sepenuhnya mengembalikan fungsi terumbu karang seperti sedia kala.            Restorasi terumbu karang adalah proses untuk membantu memulihkan suatu ekosistem terumbu karang yang telah menurun fungsinya, baik karena rusak maupun hancur. Restorasi merupakan disiplin ilmu yang relatif baru. Pada dasarnya untuk dapat menciptakan ekosistem terumbu karang sangatlah mustahil dikarenakan sifat  ekosistem terumbu karang yang rumit dan kompleks. Walaupun restorasi dapat meningkatkan upaya konservasi, namun restorasi selalu menjadi urutan ke dua dibanding dengan preservasi habitat alami. Terumbu karang yang relatif tidak mendapat tekanan antropogenik, umumnya dapat pulih secara alami dari gangguan tanpa bantuan manusia, dimana untuk terumbu karang yang

Page 3: restorasi terumbu karang

sehat dan tidak terdapat tekanan dari manusia mampu pulih kembali dengan rentang waktu 5-10 tahun. Restorasi terumbu karang aktif yang telah dilaksanakan dengan beberapa kesuksesan hanya dalam skala beberapa hektar saja. Hal ini dimungkinkan terjadi dikarenakan masih banyak ketidakpastian yang berkaitan dengan pengetahuan tentang restorasi terumbu karang itu sendiri dengan sifat ekosistemnya yang rumit dan kompleks.“Restorasi ekologi adalah proses untuk membantu pemulihan suatu ekosistem yang telah menurun, rusak, atau hancur”, berangkat dari hal ini yang perlu ditegaskan adalah bahwa intervensi restorasi diciptakan untuk membantu proses-proses pemulihan alami. Apabila proses pemulihan alami tersebut tidak berjalan, maka dibutuhkan bentuk pengelolaan lain sebelum intervensi restorasi berpeluang menjadi sukses. “Bantuan” dalam pemulihan alami dapat berupa bentuk pasif/secara tidak langsung, atau dalam bentuk aktif/intervensi langsung. Bantuan pasif dapat berupa perbaikan pengelolaan aktivitas antropogenik yang menghalangi proses pemulihan alami, sementara untuk bantuan aktif dapat berupa restorasi fisik  dan/atau intervensi restorasi biologis (contohnya transplantasi karang dan biota lainnya ke daerah yang terdegradasi).Restorasi terumbu karang adalah disiplin yang baru dan sangat tidak bijak apabila dengan keras menekankan apa yang dapat dicapai dengan restorasi. Sangatlah tidak bijak apabila para pengambil kebijakan sepenuhnya percaya bahwa terumbu karang yang fungsional dapat diciptakan oleh intervensi restorasi (seperti mentransplantasi organisme terumbu dari lokasi donor, yang ingin berkembang, ke lokasi di luar zona yang terkena dampak), tanpa adanya penelitian secara komprehensif. Kita harus menegaskan kepada para pengambil keputusan bahwa kita masih berada jauh di belakang dalam proses menciptakan kembali ekosistem terumbu karang yang fungsional (dan bahkan kemungkinan tidak akan pernah tercapai!) sehingga keputusan-keputusan yang mengandalkan mitigasi pengganti terumbu akan menyebabkan kerusakan lebih lanjut.

Page 4: restorasi terumbu karang

Daftar PustakaCoremap Fase II Kabupaten Selayar-Yayasan Lanra Link Makassar. 2006. Pelatihan Ekologi Terumbu Karang, Benteng, Selayar.Edwards, A. Dan Gomez, E. 2007. Konsep dan Panduan Restorasi Terumbu : Membuat Pilihan Bijak di Antara Ketidakpastian. Yayasan Terumbu Karang Indonesia. Jakartahttp://id.wikipedia.org/wiki/Terumbu_karang, diakses 11 Oktober 2011.Jurnal Tropika Indonesia Vol.7. No. 3. 2003. Conservation International Indonesia. Jakarta

Page 5: restorasi terumbu karang
Page 6: restorasi terumbu karang
Page 7: restorasi terumbu karang

Gambar 6. Sebuah pohon keputusan untuk membantu proses pengambilan keputusan jenis pemulihan alami apakah yang potensial dilakukan di daerah yang terdegradasi serta jenis perhitungan restorasi aktif dan pasif apa yang cocok.

Terumbu yang rusak parah dengan sedikit jumlah karang hidup tersisa. Alga dan sedimen menutupi koloni karang mati.

1.6. Apakah restorasi aktif adalah pilihan yang tepat?

Restorasi perlu dipandang sebagai satu pilihan dalam konteks pengelolaan pesisir terpadu yang lebih besar. Faktor kunci dalam menentukan apakah restorasi aktif harus dicobakan adalah keadaan lingkungan lokal itu sendiri. Pada suatu keadaan yang ekstrim, jika kondisi lingkungan bagus, area yang terdegradasi kecil, dan tidak ada halangan fisik untuk pulih (seperti patahan karang yang lepas), area yang terdegradasi dapat pulih secara alami dalam jangka waktu 5 – 10 tahun. Dalam kasus tersebut, restorasi aktif akan memiliki keuntungan minim. Pada keadaan ekstrim lainnya, jika kondisi lingkungan sangat buruk (banyak masukan nutrisi, sedimentasi, penangkapan berlebih, dll.), kesempatan untuk membentuk populasi karang yang lestari mungkin tidak berarti. Dalam kasus tersebut, inisiatif pengelolaan utama (restorasi pasif atau tidak langsung) sangatlah dibutuhkan sebelum restorasi aktif apapun dilakukan. Kita harus bijaksana dalam menentukan pada titik apa kita berada di antara dua kondisi ekstrim tersebut, dimana restorasi aktif akan efektif dan apa aksi pengelolaan lainnya yang harusnya diambil sebelum melaksanakan restorasi.

Untuk membantu proses ini, sebuah jalur keputusan, untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan kunci, diperlihatkan di Gambar 6. Kita akan melihat pertanyaan-pertanyaannya dengan lebih rinci di bawah.

Untuk melakukan kegiatan restorasi, pertanyaan pertama (“Apakah areanya mendukung pertumbuhan komunitas karang sebelum terjadinya gangguan”) seharusnya tidak perlu dipertanyakan lagi, namun untuk beberapa perkembangan wisata, dimana ada keinginan untuk menciptakan bidang-bidang kecil karang di daerah laguna yang aman dan terlindung, maka pertanyaan ini dapat menjadi penting. Jenis-jenis karang apa saja yang mampu bertahan, yang diinginkan oleh pemilik peristirahatan. Pada akhirnya, desakan ekologis yang akan menjawab pertanyaan ini; bukan aspek keuangan ataupun aspek keinginan manusia.

Walaupun suatu daerah dapat menyokong komunitas terumbu karang yang sehat di masa lalu, bisa saja kualitas air menurun saat ini, sehingga hanya mampu menyokong sedikit jenis yang toleran. Apabila Anda menginginkan merestorasi dapat menghasilkan lingkungan yang lebih beragam dari sebelumnya, maka Anda perlu meningkatkan

Page 8: restorasi terumbu karang
Page 9: restorasi terumbu karang

Gambar 6. Sebuah pohon keputusan untuk membantu proses pengambilan keputusan jenis pemulihan alami apakah yang potensial dilakukan di daerah yang terdegradasi serta jenis

Page 10: restorasi terumbu karang