Restorasi 021109

8
Harapan rainforest 021109 1 IUPHHK RESTORASI EKOSISTEM Di PROPINSI JAMBI dan SUMATERA SELATAN Latar Belakang Luas hutan alam dataran rendah di Sumatera antara tahun 1900 dan 1997 telah terjadi pengurangan sebesar 13,8 % dari 16 juta hektar yakni sebesar 2,2 juta hektar. Pada saat ini luas hutan alam dataran rendah di Sumatera bagian tengah yang berfungsi sebagai hutan produksi diperkirakan seluas 650.000 hektar. Apabila tanpa adanya upaya yang serius dan terarah dalam mengelola sisa hutan alam produksi tersebut, maka kelestarian hutan dataran Sumatera akan sangat terancam (Burung Indonesia, 2004). Memperhatikan hal tersebut Burung Indonesia bersama konsorsiumnya (Birdlife International dan RSPB) secara bersama-sama menggagas dan mengembangkan inisiatif Sumatera untuk menyelamatkan hutan dataran rendah Sumatera yang telah rusak dan tersisa melalui kegiatan restorasi ekosistem. Kegiatan restorasi ekosistem untuk hutan dataran rendah sumatera ini memiliki prospek yang bagus untuk dapat diimplementasikan, terlebih setelah pemerintah mengeluarkan kebijakan restorasi ekosistem pada hutan produksi guna mengembalikan unsur biotik dan abiotik pada kawasan hutan produksi sehingga tercapai keseimbangan hayati. Adapun peraturan penting yang mengatur pengelolaan restorasi hutan alam produksi telah dituangkan dalam : Peraturan Menteri Kehutanan nomor SK.159/Menhut-II/2004 tentang Restorasi Ekosistem di Kawasan Hutan Produksi dan Peraturan Menteri Kehutanan nomor P.18/Menhut-II/2004 tentang Kriteria Hutan Produksi yang Dapat Diberikan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Alam dengan Kegiatan Restorasi Ekosistem. Dan bahkan kedua peraturan tersebut saat ini telah dipayungi dengan Peraturan Pemerintah nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Selanjutnya, Menteri Kehutanan telah menunjuk areal seluas kurang lebih 101.355 hektar yang terletak di Provinsi Jambi dan Provinsi Sumatera Selatan sebagai areal Restorasi Ekosistem di Hutan Produksi, melalui Kepmenhut SK. No. 83/Menhut–II/2005. Untuk mewujudkan keinginan dalam upaya menyelamatkan hutan dataran rendah sumatera serta mendukung kebijakan yang telah dikeluarkan oleh Departemen Kehutanan, Konsorsium Birdlife (Burung Indonesia (LSM di Indonesia yang bergerak dalam konservasi burung), RSPB (LSM di Inggris yang bergerak dalam konservasi burung) dan Birdlife International(organisasi kemitraan yang berpusat di Inggris dan bergerak dalam konservasi burung)) telah membentuk Yayasan KEHI (Konservasi Ekosistem Hutan Indonesia) yang focus pada kegiatan konservasi sumberdaya alam hayati dan penggunaan hasil hutan yang lestari yang mendukung kehidupan masyarakat tradisional tempatan disekitar hutan. Departemen Kehutanan telah memberikan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) dalam rangka kegiatan restorasi ekosistem kepada PT. Restorasi Ekosistem Indonesia (PT. REKI) seluas 52.170 hektar melalui SK Menhut No. SK.293/Menhut- II/2007 tanggal 28 Agustus 2007 pada kelompok hutan S. Meranti dan S. Kapas, berlokasi di Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan. Sedangkan sisa areal

description

 

Transcript of Restorasi 021109

Page 1: Restorasi 021109

Harapan rainforest 021109

1

IUPHHK RESTORASI EKOSISTEM Di PROPINSI JAMBI dan SUMATERA SELATAN

Latar Belakang

Luas hutan alam dataran rendah di Sumatera antara tahun 1900 dan 1997 telah terjadi

pengurangan sebesar 13,8 % dari 16 juta hektar yakni sebesar 2,2 juta hektar. Pada

saat ini luas hutan alam dataran rendah di Sumatera bagian tengah yang berfungsi sebagai hutan produksi diperkirakan seluas 650.000 hektar. Apabila tanpa adanya upaya

yang serius dan terarah dalam mengelola sisa hutan alam produksi tersebut, maka

kelestarian hutan dataran Sumatera akan sangat terancam (Burung Indonesia, 2004). Memperhatikan hal tersebut Burung Indonesia bersama konsorsiumnya (Birdlife

International dan RSPB) secara bersama-sama menggagas dan mengembangkan inisiatif

Sumatera untuk menyelamatkan hutan dataran rendah Sumatera yang telah rusak dan tersisa melalui kegiatan restorasi ekosistem.

Kegiatan restorasi ekosistem untuk hutan dataran rendah sumatera ini memiliki prospek yang bagus untuk dapat diimplementasikan, terlebih setelah pemerintah mengeluarkan

kebijakan restorasi ekosistem pada hutan produksi guna mengembalikan unsur biotik dan abiotik pada kawasan hutan produksi sehingga tercapai keseimbangan hayati. Adapun peraturan penting yang mengatur pengelolaan restorasi hutan alam produksi

telah dituangkan dalam :

Peraturan Menteri Kehutanan nomor SK.159/Menhut-II/2004 tentang Restorasi Ekosistem di Kawasan Hutan Produksi dan Peraturan Menteri Kehutanan nomor

P.18/Menhut-II/2004 tentang Kriteria Hutan Produksi yang Dapat Diberikan Izin Usaha

Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Alam dengan Kegiatan Restorasi Ekosistem. Dan bahkan kedua peraturan tersebut saat ini telah dipayungi dengan Peraturan Pemerintah nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Selanjutnya, Menteri

Kehutanan telah menunjuk areal seluas kurang lebih 101.355 hektar yang terletak di

Provinsi Jambi dan Provinsi Sumatera Selatan sebagai areal Restorasi Ekosistem di Hutan Produksi, melalui Kepmenhut SK. No. 83/Menhut–II/2005.

Untuk mewujudkan keinginan dalam upaya menyelamatkan hutan dataran rendah sumatera serta mendukung kebijakan yang telah dikeluarkan oleh Departemen

Kehutanan, Konsorsium Birdlife (Burung Indonesia (LSM di Indonesia yang bergerak dalam konservasi burung), RSPB (LSM di Inggris yang bergerak dalam konservasi burung) dan Birdlife International(organisasi kemitraan yang berpusat di Inggris dan

bergerak dalam konservasi burung)) telah membentuk Yayasan KEHI (Konservasi

Ekosistem Hutan Indonesia) yang focus pada kegiatan konservasi sumberdaya alam hayati dan penggunaan hasil hutan yang lestari yang mendukung kehidupan masyarakat tradisional tempatan disekitar hutan.

Departemen Kehutanan telah memberikan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) dalam rangka kegiatan restorasi ekosistem kepada PT. Restorasi Ekosistem

Indonesia (PT. REKI) seluas 52.170 hektar melalui SK Menhut No. SK.293/Menhut-

II/2007 tanggal 28 Agustus 2007 pada kelompok hutan S. Meranti dan S. Kapas, berlokasi di Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan. Sedangkan sisa areal

Page 2: Restorasi 021109

Harapan rainforest 021109

2

seluas ± 49.170 Ha yang terletak di Provinsi Jambi, sampai dengan saat ini masih dalam proses kelengkapan UKL-UPL dan Areal Kerja.

Dalam pengelolaan kawasan restorasi ekosistem tersebut, PT. REKI berkerjasama

dengan Yayasan KEHI membentuk Unit Operasional Pengelola Kawasan Restorasi yang selanjutnya lebih dikenal dengan Unit Management Harapan Rainforest, sedangkan kawasan kelolanya disebut sebagai kawasan Harapan Rainforest. Melalui Unit

Management Harapan Rainforest tujuan untuk mengembangkan, memanfaatkan dan

mengelola secara berkelanjutan kawasan hutan produksi sehingga tercapai keseimbangan ekosistem dan masyarakat sekitar hutan yang sejahter.

Tujuan kegiatan restorasi ekosistem adalah :

• pemulihan dan peningkatan keanekaragaman tumbuhan ekosistem hutan alam,

• pemulihan dan peningkatan produktivitas hutan alam,

• pemulihan dan peningkatan kualitas habitat, khususnya habitat satwa pilihan (kunci),

• pemulihan keanekaragaman dan populasi satwa, khususnya populasi satwa pilihan (kunci),

• pemulihan dan peningkatan fungsi hidrologis dan pengendalian erosi tanah,

• peningkatan kapasitas dan partisipasi masyarakat lokal dalam pengelolaan hutan (restorasi ekosistem),

• peningkatan potensi ekonomi hutan berupa ekowisata, penelitian, pendidikan dan pelatihan untuk sumber pembiayaan pengelolaan ekosistem hutan, pengentasan

kemiskinan (kesejahteraan) masyarakat dan pendapatan pemerintah daerah dan

pusat, • pengembangan kelembagaan sistem pengelolaan hutan berbasis keanekaragaman

hayati ekosistem hutan alam produksi dengan partisipasi (kolaborasi) stakeholders

yaitu perusahaan PT. REKI, masyarakat setempat, LSM, perguruan tinggi, lembaga

penelitian, pemerintah pusat dan pemerintah daerah,

Kondisi Hutan

Kelompok hutan Hulu Sungai Meranti – Hulu Sungai Lalan dan Sungai Kapas, pada

umumnya merupakan areal hutan sekunder (bekas tebangan). Berdasarkan hasil penafsiran citra landsat TM 234 tahun 2006 kondisi hutan dikelompokan menjadi 3 yakni: hutan sekunder tinggi (hutan produktif), hutan sekunder sedang (hutan kurang produktif) dan

hutan sekunder rendah (hutan tidak produktif).

a) Hutan sekunder tinggi memiliki stratifikasi vegetasi yang lengkap mulai tingkat semai, pancang, tiang, dan tingkat pohon. Penutupan tajuk berkisar antara 71 – 100 % dengan rata-rata diameter pohon > 20 cm. Hutan dengan kategori ini mencakup luas 33 %.

b) Hutan sekunder sedang, merupakan peralihan antara hutan sekunder rendah dan tinggi, yaitu penutupan tajuk berkisar 40 – 71 % dan struktur vegetasi didominasi oleh pohon

tingkat tiang. Areal ini dikategorikan juga sebagai hutan terdegradasi (degraded forest). Areal hutan dengan kategori ini mencakup luas 32 %.

c) Hutan sekunder rendah, hutan sekunder dengan penutupan tajuk < 40 %. Areal ini

dikategorikan juga sebagai hutan yang sangat terdegradasi (very degraded forest), yang

memiliki penutupan lahan bervariasi mulai dari semak belukar (tumbuhan bawah), terutama pada areal bekas terbakar atau hutan dengan struktur vegetasi yang didominasi oleh pohon tingkat pancang. Areal hutan dengan kategori ini mencakup luas

35 %.

Page 3: Restorasi 021109

Harapan rainforest 021109

3

Jenis pohon pada hutan sekunder tinggi didominasi oleh jenis pohon meranti (Shorea spp), medang (Litsea spp), dan balam (Palaquium spp). Jenis pohon pada hutan sekunder sedang didominasi oleh meranti (Shorea spp), medang (Litsea spp), dan kempas (Koompasia excelsa).

Beberapa jenis pohon termasuk kedalam jenis-jenis yang dilindungi, diantaranya jelutung (Dyera sp), surian (Toona sp), bulian (Eusideroxylon zwageri), dan tembesu (Fagraea fragrans).

Kondisi Fauna

Berdasarkan data yang tersedia diketahui bahwa di dalam areal restorasi ekosistem

diperkirakan sedikitnya terdapat sebanyak 374 species yang terdiri atas 55 species klas

mamalia, 293 species klas aves, 38 species klas reptilia dan 26 species klas amfibia.

Jumlah species fauna yang tergolong dalam species endemik atau dilindungi oleh undang-undang di dalam areal restorasi ekosistem terdapat sebanyak 44 species atau 29,33 %

terdiri atas 20 species klas mamalia, 22 species klas aves, dan 2 species klas reptilia.

Illegal Logging Kegiatan illegal logging pada areal lokasi restorasi ekosistem cukup menghawatirkan dan

mengancam kelestarian hutan jika tidak segera diambil tindakan yang memadai. Lokasi-lokasi berlangsungnya kegiatan illegal logging sebagai berikut :

• Hulu Sungai Kandang (Bagian Utara dan Timur Laut Lokasi). Jenis-jenis kayu yang ditebang adalah Meranti (Shorea sp), Bulian (Eusideroxilon zwageri), Kempas

(Koompasia excelsa), dan Keranji (Dialium sp).

• Hulu Sungai Meranti (Bagian Barat Lokasi). Jenis kayu yang diambil antara lain jenis Meranti dan Kulim.

• Hulu Sungai Kapas (Bagian Barat Laut Lokasi). Jenis kayu yang diambil umumnya jenis Meranti, Kempas, Kulim, dan Petaling.

Perambahan Hutan

Kegiatan perambahan hutan terjadi sejak tahun 2006 sampai dengan saat ini dan berada di beberapa lokasi di dalam areal restorasi ekositem, dan perlu penangan serius, terutama

sekali dari cara mereka membuka ladang yakni tebang dan bakar (slash and burn) akan membahayakan dan memicu terjadinya kebakaran hutan. Alasan pembukaan lahan oleh

warga desa biasanya disamping untuk pembukaan kebun karet atau kelapa sawit tetapi juga keperluan klaim tanah milik, guna mendapatkan ganti rugi dari perusahaan kehutanan atau perkebunan yang akan masuk.

Kerangka Konsep Strategi Restorasi Ekosistem

Pengelolaan kawasan hutan yang lestari dan berkelanjutan merupakan dasar utama dalam

melaksanakan kegiatan restorasi ekosistem yang mengedepankan kelola aspek produksi

(menyediakan sumberdaya untuk melaksanakan restorasi, pemanfaatan hasil hutan bukan kayu dan peningkatan potensi kawasan restorasi), ekologi (Inventarisasi potensi hutan baik flora dan fauna, pengamanan kawasan hutan baik dari ganguan manusia maupun alam,

Pemulihan dan restorasi hutan) dan social (Tata batas partisipatif , pengembangan sosial & ekonomi masyarakat desa hutan, pengelolaan konflik sumberdaya ) sampai terjadi

keseimbangan ekosistem.

Page 4: Restorasi 021109

Harapan rainforest 021109

4

Pada hutan sekunder rendah kegiatan restorasi dimaksudkan untuk memulihkan produktivitas lahan dengan menggunakan jenis-jenis setempat intoleran. Penanaman

dirancang terutama untuk memulihkan fungsi perlindungan dan jasa ekologis, menghasilkan

kayu atau menghasilkan multi produk. Pada hutan sekunder sedang, kegiatan restorasi dirancang untuk meningkatkan produktivitas lahan dan mengembalikan (sebagian) keanekaragaman jenis flora dan fauna asli setempat untuk kepentingan ekologis dan

ekonomik melalui kegiatan pengayaan. Pada hutan sekunder tinggi, kegiatan restorasi

dirancang untuk mengembalikan struktur, produktivitas, dan keanekaragaman spesies dari ekosistem hutan awal dengan mengedepankan kegiatan pemeliharaan dan

perlindungan(ecosystem recovery).

Penataan Areal Kerja (PAK)

Penataan Areal Kerja meliputi kegiatan pembagian hutan ke dalam blok, petak dan anak petak sebagai satuan manajemen kelestarian dan ekosistem hutan. Batas-batas blok RKT

maupun petak harus jelas dilapangan dan dipetakan.

Inventarisasi Hutan Inventarisasi hutan berupa inventarisasi keaneragaman flora dan fauna (meliputi populasi

fauna dan habitatnya) dan inventarisasi kondisi penutupan hutan dan potensi tegakan hutan.

Pembukaan Wilayah Hutan (PWH) Pembukaan Wilayah Hutan (PWH) adalah kunci keberhasilan kegiatan pengelolaan restorasi

ekosistem karena dengan cukup tersedianya jalan angkutan akan melancarkan seluruh

pelaksanaan kegiatan penanaman, pengayaan/rehabilitasi hutan, pemeliharaan tegakan, pengamanan dan perlindungan hutan, pengembangan ekowisata, serta pemanfaatan hasil hutan non kayu.

Pengadaan Bibit

Pengadaan bibit merupakan kegiatan yang meliputi penyiapan tempat pembibitan,

pengadaan sarana dan prasarana, dan kegiatan lainnya yang berhubungan dengan

Page 5: Restorasi 021109

Harapan rainforest 021109

5

pengadaan bibit. Maksud dan tujuan kegiatan ini adalah untuk memperoleh benih atau bibit yang berkualitas tinggi dalam jumlah yang memadai dan tepat waktu serta untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas hutan dan keanekaragaman hayati yang sesuai

dengan kondisi tempat tumbuh dengan menggunakan bibit pohon niagawi setempat yang

berkualitas tinggi dan sesuai dengan jenis-jenis yang dikehendaki. Penanaman dan Pengayaan

Kegiatan penanaman diprioritaskan pada hutan tidak produktif pada daerah kawasan bernilai konservasi tinggi, kawasan perlindungan ekosistem dan kawasan bernilai sosek

tinggi dengan spesifikasi jenis tanaman unggulan setempat yang mampu cepat tumbuh

ditempat terbuka. Kegitan pengayaan diprioritaskan pada areal yang kurang cukup permudaan dengan tujuan

untuk memperbaiki komposisi jenis, penyebaran pohon dan nilai keanekaragaman hayati

dengan spesifikasi jenis tanaman jenis asli yang keberadaannya mulai langka, jenis pakan satwa. Tahapan dalam kegiatan penaman dan pengayaan meliputi penataan areal kerja, penyiapan bibit, pembuatan jalur tanam dan penanaman.

Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman dibedakan dalam dua jenis kegiatan yaitu pemeliharaan tanaman/pengayaan dan pohon binaan. Pemeliharaan tanaman merupakan pekerjaan

perawatan tanaman dengan cara membersihkan jalur tanaman, membunuh gulma dan

pohon penanung, dan menyulam tanaman mati dengan tujuan mempertahankan jumlah tanaman/pohon dan memacu pertumbuhan/produktivitasnya. Pemeliharaan pohon binaan dilakukan dengan kegiatan penjarangan dengan tujuan mempertahankan riap yang tinggi.

Perlindungan Hutan Perlindungan hutan merupakan kegiatan yang bertujuan melindungi hutan dari berbagai

gangguan, antara lain penebangan liar, perambahan hutan, kebakaran hutan, perburuan

satwa, hama dan penyakit, konservasi tanah dan air serta gangguan lainnya yang dilakukan diseluruh kawasan restorasi, sehingga pertumbuhan vegetasi dapat optimal. Kegiatan perlindungan hutan meliputi:

• Membentuk unit pengaman dan patroli rutin

• Memasang tanda larangan dan Penyuluhan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat

• Bersama masyarakat membangun system pengamanan hutan.

• Melakukan penelitian yang berhubungan dengan konservasi sumber daya alam dan lingkungan hidup

• Melakukan kegiatan konservasi bersama masyarakat bekerjasama dengan pihak terkait.

Pengembangan Kemitraan dan Pembinaan Masyarakat Desa Hutan

Aktivitas masyarakat yang selama ini cederung merusak hutan melalui kegiatan illegal logging, hunting, poaching, dan pertanian ladang berpindah dapat dirubah menjadi aktivitas

yang sejalan dan mendukung kegiatan restorasi ekosistem melalui peran serta aktif

masyarakat setempat dalam semua aspek kegiatan restorasi ekosistem yang dapat mereka lakukan. Oleh sebab itu, pendekatan yang akan dilakukan oleh Unit Manajemen dalam

Page 6: Restorasi 021109

Harapan rainforest 021109

6

melaksanakan pengelolaan hutan melalui kegiatan restorasi pada kawasan hutan ini akan mengacu pada beberapa prinsip yang akan dikembangkan, antara lain:

• melakukan pengelolaan hutan yang adaptif (adaptive management) dan multiple-use.

• melibatkan stakeholders lokal dalam pengelolaan hutan.

• memberikan kepastian akses masyarakat lokal terhadap sumber daya hutan non

kayu, dan

• meningkatkan manfaat ekonomi bagi masyarakat lokal dan kesempatan mendapatkan pendapatan atas pengelolaan sumber daya hutan.

Restorasi Habitat Flora Fauna Pilihan

Kegiatan ini dimaksudkan untuk memulihkan kembali fungsi-fungsi ekositem dan peranan setiap komponen ekosistem didalam kawasaan yang telah mengalami degradasi. Upaya ini diperlukan untuk pengendalian erosi, pemulihan habitat fauna dan penurunan dampak

negative pada areal yang telah terganggu.

Restorasi habitat flora dilakukan dengan mempertimbangkan spesies tersebut merupakan spesies kunci, penurunan populasi secara drastis, regenerasi alami yang lambat, memiliki

nilai manfaat ekonomi yang tinggi, memiliki manfaat ekologis yang besar dan luas, serta mendapat perlindungan undang-undang maupun penetapan lembaga internasional sebagai

spesies yang terancam kepunahannya. Restorasi fauna dilakukan dengan melakukan pendataan dan inventarisasi fauna,

inventarisasi dan pendataan habitat fauna, penataan kawasan habitat inti pelestarian fauna,

pembinaan habitat fauna, dan pembinaan populasi fauna. Kewajiban Pemegang IUPHHK RE :

NO KEWAJIBAN PERIODE

1. RENCANA KEGIATAN PENGUSAHAAN HUTAN

a. Bagan Kerja Kegiatan PH-RE 1th setelah SK IUPHHK diterima

b. RKUPH-RE

1th setelah SK IUPHHK diterima (10 tahun

sekali)

c. RKTPH-RE 1th setelah SK RKUPH diterima

2. LAPORAN KEGIATAN

a. Laporan Kegiatan Pengusahaan Hutan Bulan, Triwulan, Tahunan

b. Laporan Konservasi Hutan Bulan, Triwulan, Semester dan Tahunan

c. Laporan Perlindungan dan Pengamanan Bulanan, Triwulan, Tahunan

d. Laporan Penaggulangan Kebakaran Hutan Dwimingguan, Semester

e. Laporan PUP Semester & tahunan

f. Laporan TB & APN Semester & tahunan

g. Laporan Tenaga Kerja Bulanan, Semester & Tahunan

h. Laporan Pembinaan Masyarakat Desa Hutan Semester & tahunan

i. Laporan Kegiatan Penelitian Tahunan

3 IHMB !0 tahun

4 IUPH dan PBB

Page 7: Restorasi 021109

Harapan rainforest 021109

7

5 UKL - UPL

6 Perijinan pendukung (alat berat, lokasi camp

dll)

7 Tata batas

Peluang :

Peran serta aktif masyarakat untuk manfaat sosial dan ekonomi

• Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu

• Akses Masyarakat Memanfaatkan Hutan

• Tata Batas Partisipatif

Konservasi keanekaragaman Hayati

Pemulihan Ekosistem

Page 8: Restorasi 021109

Harapan rainforest 021109

8

Info selanjutnya :

HARAPAN RAINFOREST P.O. Box 007, Jambi 36000, Indonesia Tel: +62 828 740 7522 - +62 816 320 1111; Fax: +62 816 320 4744

e-mail: [email protected]

website: www.harapanrainforest.org