Restorasi Adalah Tindakan Untuk Mengembalikan Sesuatu Ke Kondisi Semula

9
RESTORASI MANGROVE Wetlands merupakan daerah yang meliputi bakau tropis dan lahan gambut boreal. Daerah ini merupakan salah satu ekosistem paling berharga di dunia karena mereka menyediakan barang dan jasa ekosistem yang penting. Fungsi dari ekosistem ini yaitu seperti penyimpanan karbon, konservasi keanekaragaman hayati, produksi ikan, pemurnian air, dan pengendalian erosi. Perubahan global yang terjadi saat ini mempercepat hilangnya lahan basah yang ada. Saat ini sangat dibutuhkan upaya yang berfungsi untuk meningkat serta mengembalikan habitat yang telah rapuh, baik kondisi maupun fungsinya. Lahan basah adalah salah satu ekosistem paling produktif dan bernilai ekonomis di dunia. Namun, karena aktivitas manusia, lebih dari setengah dari ekosistem lahan basah yang ada di Amerika Utara, Eropa, Australia, dan China pada awal abad 20 telah hilang. Restorasi ekologi untuk memulihkan layanan ekosistem penting telah banyak berusaha, tetapi tingkat pemulihan yang sebenarnya dari fungsi ekosistem dan struktur dari upaya ini masih belum jelas. Restorasi merupakan tindakan untuk mengembalikan sesuatu ke kondisi semula (Mish, 1989). Menurut Whitten et al., (2000) restorasi dapat diartikan suatu taktik untuk mengembalikan lahan yang terdegradasi ke kondisi asli atau mendekati

Transcript of Restorasi Adalah Tindakan Untuk Mengembalikan Sesuatu Ke Kondisi Semula

Page 1: Restorasi Adalah Tindakan Untuk Mengembalikan Sesuatu Ke Kondisi Semula

RESTORASI MANGROVE

Wetlands merupakan daerah yang meliputi bakau tropis dan lahan gambut boreal.

Daerah ini merupakan salah satu ekosistem paling berharga di dunia karena mereka

menyediakan barang dan jasa ekosistem yang penting. Fungsi dari ekosistem ini yaitu

seperti penyimpanan karbon, konservasi keanekaragaman hayati, produksi ikan, pemurnian

air, dan pengendalian erosi. Perubahan global yang terjadi saat ini mempercepat hilangnya

lahan basah yang ada. Saat ini sangat dibutuhkan upaya yang berfungsi untuk meningkat

serta mengembalikan habitat yang telah rapuh, baik kondisi maupun fungsinya.

Lahan basah adalah salah satu ekosistem paling produktif dan bernilai ekonomis di

dunia. Namun, karena aktivitas manusia, lebih dari setengah dari ekosistem lahan basah

yang ada di Amerika Utara, Eropa, Australia, dan China pada awal abad 20 telah hilang.

Restorasi ekologi untuk memulihkan layanan ekosistem penting telah banyak berusaha,

tetapi tingkat pemulihan yang sebenarnya dari fungsi ekosistem dan struktur dari upaya ini

masih belum jelas.

Restorasi merupakan tindakan untuk mengembalikan sesuatu ke kondisi semula

(Mish, 1989). Menurut Whitten et al., (2000) restorasi dapat diartikan suatu taktik untuk

mengembalikan lahan yang terdegradasi ke kondisi asli atau mendekati kondisi asli. Selain

istilah restorasi, terdapat pula istilah reforestasi dan afforestasi. Menurut Lewis dan

Streever (2000), reforestasi adalah penanaman kembali mangrove pada area bekas yang

sebelumnya merupakan hutan mangrove.

Tujuan utama dari restorasi mangrove yaitu untuk mengelola struktur, fungsi, dan

proses-proses ekologi pada ekosistem tersebut, serta mencegahnya dari kepunahan,

fragmentasi atau degradasi lebih lanjut. Tujuan restorasi lainnya menurut (Watson, 1928)

yaitu untuk memperkaya landskap, mempertahankan keberlanjutan produksi sumber daya

alam (khususnya perikanan dan kayu), melindungi kawasan pantai, serta fungsi sosial

budaya. Tujuan restorasi perlu ditetapkan berdasarkan masukan dari para pihak dan

merupakan consensus bersama, sehingga mendapat dukungan secara luas tanpa dukungan

para pihak setempat keberhasilan restorasi dalam jangka panjang sangat kecil (Primavera

dan Agbayani, 1996).

Page 2: Restorasi Adalah Tindakan Untuk Mengembalikan Sesuatu Ke Kondisi Semula

Restorasi diperlukan apabila ekosistem telah terdegradasi dan berubah jauh dari

kondisi sebelumnya. Lahan yang telah mengalami kondisi seperti ini tidak dapat

memperbaharui diri secara alami untuk kembali ke kondisi semula, serta tidak dapat

melaksanakan fungsi sebagaimana mestinya, sehingga memerlukan pengelolaan dan

perlindungan. Kawasan ekosistem yang telah mengalami degradasi, maka homeostasis

ekosistem tersebut secara permanen akan terhenti, sehingga menghambat proses suksesi

sekunder secara normal untuk menyembuhkan area yang rusak.

Salah satu area atau kawasan yang menerapkan sistem restorasi adalah Bukit Pohen

Cagar Alam Batukahu, dimana kawasan ini merupakan kawasan hutan konservasi. Pada

tahun 1994 terjadi kebakaran hutan di kawasn Bukit Pohen Cagar Alam Batukahu, yang

mana kebakaran telah menyebabkan kerusakan hampir pada sebagian besar areal kawasan

konservasi. Kawasan konservasi memiliki fungsi yang sangat penting, yaitu untuk

pengawetan, perlindungan dan pemanfaatan kawasan serta tempat berbagi flora dan fauna.

Kawasan Bukit Pohen Cagar Alam Batukahu ini merupakan bagian dari hutan hujan

tropis yang masi tersisa diantara sekian banyak hutan hujan tropis yang terdapat di

Indonesia. Selain itu, kawasan ini memiliki potensi keanekaragaman hayati yang cukup

baik. Tercatat terdapat sebanyak 45 jenis flora yang terdapat di kawasan ini.

Keanekaragaman hayati yang terdapat pada kawasan ini memiliki peranan yang penting

didalam peta Biodiversitas Indonesia.

Kebakaran hutan yang terjadi di Kawasan Hutan Cagar Alam ini berpengaruh

terhadap makin bertamba paarhnya bencana alam, kekeringan dan tanah longsor yang

terjadi. Kondisi ekosistem yang sudah terdegradasi dan telah mengalami deforestasi perlu

untuk segera dipulihkan agarnantinya hutan ini dapat berfungsi kembali seperti

sebagaimana mestinya. Penelitian yang dilakukan di Hutan Cagar Alam yang telah

mengalami kerusakan ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan alternative

pemikiran daalam mengatasi kerusakan sebagian kawasan dengan pendekaatan restorasi

ekosistem hutan.

Berdasarkan literature yang digunakan, restorasi dapat dilakukan di daerah

mangrove. Menuurut (Chapman, 1976; Lin 1984; Tomlinson 1986), mangrove adalah suatu

Page 3: Restorasi Adalah Tindakan Untuk Mengembalikan Sesuatu Ke Kondisi Semula

tanaman yang memiliki karakteristik intertidal dan tersebar digaris pantai tropis dan

subtropis. Kegiatan restorasi kawasan konservasi dilakukan pada areal yang telah

mengalami kerusakan atau penurunan kualitas sumberdaya hutan. Untuk menjaga

kenekaragaman hayati pada kawasan tersebut maka perlu diupayakan pemanfaatan potensi

keanekaragaman hayati yang ada di dalam kawasan setempat. Restorasi mangrove dapat

meningkatkan nilai sumber daya. Selain itu, restorasi mangrove juga dapat dijadikan

sebagai mata pencaharian penduduk, mencegah kerusakan pantai, menjaga biodiversitas,

serta mempengaruhi kehidupan masyarakat di sekitarnya baik secara langsung atau tidak

langsung. Namun Dalam restorasi mangrove kadang-kadang hanya fungsi tertentu saja

yang ingin dikembalikan, karena beberapa parameter seperti kondisi dan tipe tanah, serta

spesies tumbuhan dan hewan telah berubah (Lewis, 1992).

Penanaman mangrove dilahan yang telah rusak tidak semudah seperti yang

dibayangkan. Ada beberapa tantangan besar dalam penanaman mangrove di lokasi di mana

mangrove telah hancur. Pertama, tingkat kelangsungan hidup di hutan bakau affores-tasi

yang cukup rendah. Hal ini seperti yang teradi di kawasan Kehutanan Negara Administra-

tion pada tahun 2002. Tingkat kelangsungan hidup mangrove penanaman di Provinsi

Guangdong yaitu kurang dari 44% pada tahun 2001. Faktor-faktor lingkungan yang

mengakibatkan kondisi ini seperti periode genangan dari pasang surut air laut, salinitas air

laut dan suhu udara pada saat itu. Beberapa faktor ini dapat mempengaruhi tingkat

keberlangsungan hidup mangrove reforestasi. Hal lain yang penting untuk diingat dalam

memilih zona pasang yang paling cocok untuk replantion bakau yaitu flat pasang surut

tanam, yang mengacu pada flat pasang surut di mana hutan mangrove alam didistribusikan

dan bibit bakau yang ditanam dapat bertahan hidup (Zhang et al. 1997), karena kegiatan ini

sangat penting dalam setiap proyek restorasi mangrove.

Darah penelitian yang terletak di Panyu County, Provinsi Guangdong, misalnya,,

90% dari bibit penanaman kembali pohon bakau selamat di flat pasang surut tanam, tetapi

lebih besar dari 80% dari mereka yang ditanam di flat pasang surut dari 0,8 m ini lebih

rendah dari zona pasang surut plantable meninggal setelah 12-15 bulan. Di daerah dengan

garis lintang yang lebih tinggi, seperti Fuding di Fujian (27 20 # N) dan Yueqing di

Zhejiang (28 15 # N), suhu udara rendah (2,2-4,2 C) di musim dingin adalah ancaman

Page 4: Restorasi Adalah Tindakan Untuk Mengembalikan Sesuatu Ke Kondisi Semula

utama bagi kelangsungan hidup bibit bakau. Hanya 20 hektar dari total 256 ha ditanami

bakau selamat di Zhejiang selama periode 1980-2001 yang terutama disebabkan oleh suhu

udara yang relatif rendah di musim dingin.

Beberapa fitur hidrologi sering dapat dipulihkan dengan cara memanipulasi

topografi, tanah permeabilitas lokal, permukaan dan air tanah aliran-fitur fisik yang

biasanya direkayasa dalam proyek restorasi lahan basah. Fitur hidrologi ditetapkan untuk

analisis pada penelitian ini, sehigga dapat terlihat kembali pulih segera setelah restorasi,

Untuk lebih mempertimbangkan negosiasi-tantangan restorasi hidrologi di lahan basah

(dari faktor-faktor seperti variasi iklim atau jalur aliran kompleks air melalui vegetasi

heterogen dan tanah). Selain itu, semua variabel hidrologi dilaporkan dalam penelitian

terakhir yang diikuti hanya untuk 10 sampai 15, sehingga jangka panjang perubahan tetap

tidak diketahui.

Page 5: Restorasi Adalah Tindakan Untuk Mengembalikan Sesuatu Ke Kondisi Semula

SUMBER :

Mish, F.C. (ed.). 1989. Webster’s ninth new collegiate dictionary.Springfield, MS.:

Merriam

Webster Inc.

Whitten, T., R.E. Soeriaatmadja, and S.A. Afiff. 2000. The Ecology of Java and Bali.

Singapore: Periplus.

Lewis, R.R., and B. Streever. 2000. Restoration of mangrove habitat. WRP Technical Notes

Collection (ERDC TN-WRP-VNRS- 3.2). Vicksburg, MS.: U.S. Army Engineer

Research and Development Center. www.wes.army.mil/el/wrp

Watson, J.G. 1928. Mangrove forests of the Malay Peninsula. Kulala Lumpur: Malaysian

Forest Records No. 6

Primavera, J.H. and R.F. Agbayani. 1996. Comparative strategies in community based

mangrove rehabilitation programs in the Philippines. Proceedings of the

ECOTONEV Regional Seminar: Community Participation In Conservation,

Sustainable Use and Rehabilitation of Mangroves In Southeast Asia. Ho Chi Minh

City, Vietnam, 8-12 January, 1996. Mangrove Ecosystem Research Centre

(MERC), and Vietnam National University.

Chapman, V.J. 1976. Mangrove Vegetation. Liechtenstein: J.Cramer Verlag.

Lewis, R.R. 1992. Coastal habitat restoration as a fishery management tool. In Stroud, R.H.

(ed.) Stemming the Tide of Coastal Fish Habitat Loss; Proceedings of a Symposium

on Conservation of Coastal Fish Habitat, Baltimore, MD, USA,March 7-9 1991.

National Coalition for Marine Conservation, Inc., Savannah, Georgia, USA.

Zhang QM, Yu HB, Chen XS, et al. .1997. Hubungan antara zona bakau pada rataan

pasang surut dan tingkat pasang surut. Acta Ecol Sin 17:258-65 (Dalam bahasa

Cina dengan bahasa Inggris abstrak