RESPON PERTUMBUHAN STEK BATANG BUAH NAGA …
Transcript of RESPON PERTUMBUHAN STEK BATANG BUAH NAGA …
0
RESPON PERTUMBUHAN STEK BATANG BUAH NAGA MERAH
(Hylocereus costaricensis L.) TERHADAP PANJANG BATANG
DAN CARA PEMBERIAN AIR KELAPA
( Skripsi )
Oleh
DIDIK SETIAWAN
NPM: 16110036
SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN
DHARMA WACANAMETRO
2020
1
RESPON PERTUMBUHAN STEK BATANG BUAH NAGA MERAH
(Hylocereus costaricensis L.) TERHADAP PANJANG BATANG
DAN CARA PEMBERIAN AIR KELAPA
Oleh
DIDIK SETIAWAN
16110036
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
SARJANA PERTANIAN
Pada
Program Studi Agroteknologi
SEKOLAH TINGGIILMU PERTANIAN
DHARMA WACANAMETRO
2020
2
ABSTRAK
RESPON PERTUMBUHAN STEK BATANG BUAH NAGA MERAH
(Hylocereus costaricensis L.) TERHADAP PANJANG BATANG
DAN CARA PEMBERIAN AIR KELAPA
Oleh
Didik Setiawan
Buah naga merupakan salah satu jenis tanaman yang cukup populer di Indonesia
karena rasanya yang manis dan memiliki nilai harga jual yang tinggi. Buah naga
memiliki beragam jenis di antaranya buah naga berdaging merah, berdaging putih
dengan warna kulit kuning dan kulit merah daging putih. Buah naga mengandung
betacharotene dan antioksida yang tinggi untuk mencegah kanker dan menangkal
radikal bebas. Kandungan serat di dalamnya dapat memperlancar pecernaan,
mencegah kanker usus, dan menanggulangi diabetes.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Mengetahui pengaruh
panjang stek batang terhadap petumbuhan stek buah naga merah., (2) mengetahui
pengaruh perbedaan cara pemberian antara perendaman dengan penyiraman air
kelapa terhadap pertumbuhan stek buah naga, (3) mengetahui Interaksi panjang
stek dan cara pemberian air kelapa pada pertumbuhan stek buah naga.
Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan STIPER Dharma Wacana Metro,
pada bulan November 2019 hingga Februari 2020. Penelitian ini menggunakan
Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) yang disusun secara faktorial.
Faktor pertama adalah Panjang batang yaitu: 15 cm (b1), 20 cm (b2), 25 cm (b3)
dan 30 cm (b4). Faktor kedua adalah cara pemberian air kelapa perendaman (a1),
dan penyirama (d2).. Masing-masing diulang sebanyak 3 kali. Data yang diperoleh
dianalisis dengan sidik ragam kemudian dilanjutkan dengan uji Beda Nyata
Terkecil pada taraf 5%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1). Panjang batang buah naga merah 25 cm
dan 30 cm memberikan hasil lebih baik dari pada 15 cm dan 20 cm. Panjang
batang buah naga 25 cm dan 30 cm memberikan pengaruh nyata pada peubah
muncul tunas, jumlah tunas, rata-rata panjang tunas per stek dan jumlah akar,
tetapi pada peubah panjang akar, bobot basah akar dan rasio tajuk akar berbeda
tidak nyata. (2). Cara pemberian air kelapa menunjukan bahwa penyiraman lebih
baik dibandingkan dengan perendaman. tetapi pada peubah jumlah tunas per stek,
rata-rata panjang tunas per stek, bobot basah akar dan rasio tajuk akar
berpengaruh tidak nyata.(3). Tidak terjadi interaksi antara panjang batang dan cara
3
Didik Setiawan
pemberian air kelapa terhadap pertumbuhan stek buah naga merah pada semua
peubah yang di amati.
4
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Ir. Syafiuddin, M.P .....................................
Penguji Utama : Ir. Yatmin, M. T. A. .....................................
Anggota : Jamaludin, S.P., M.Si. .....................................
2. Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Dharma Wacana Metro,
Ir. Rakhmiati, M.T.A.
NIP. 196302161990031003
Tanggal Lulus Ujian Skripsi: 03 Juli 2020
5
HALAMAN PERSETUJUAN
Judul Penelitian : RESPON PERTUMBUHAN STEK BATANG
BUAH NAGA MERAH (Hylocereus costaricensis L.)
TERHADAP PANJANG BATANG DAN CARA
PEMBERIAN AIR KELAPA
Nama Mahasiswa
:
DIDIK SETIAWAN
NPM : 16110036
Jurusan/PS : Agroteknologi
MENYETUJUI :
KOMISI PEMBIMBING,
Pembimbing I, Pembimbing II,
Ir. Syafiuddin, M.P.
NIP. 196303091989031003
Jamaludin, SP, M.Si
NIK.003033299A
Ketua Jurusan,
Priyadi, SP, M.Si.
NIK. 003027283A
6
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di desa Bogatama Kecamatan Penawartama
Kabupaten Tulang Bawang pada tanggal 12 Desember 1995,
anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan bapak Judi
Wiyono dan ibu Suprihhatin. Pendidikan Taman Kanak-Kanak
di TK Dharma Wanita, selesai tahun 2004. Pendidikan Sekolah
Dasar di SDN 01 Bogatama, selesai tahun 2010. Pendidikan Sekolah Menengah
Pertama di SMPN 02 Penawartama, selesai tahun 2013. dan Pendidikan Sekolah
Menengah Atas di SMAN 01 Penawartama, selesai tahun 2016.
Pada tahun 2016 penulis melanjutkan Pendidikan studi Strata Satu (S1) jurusan
Agroteknologi pada Sekolah Tinggi Ilmu pertanian ( STIPER ) Dharma Wacana
Metro Lampung, selesai pada tahun 2020.
7
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya terkecilku ini kepada:
kedua Orang Tuaku tercinta bapak Judi Wiyono dan Ibu Suprihhatin,
Kakak-ku Puji Ningsih dan Suyono dan Adik-ku Retna Dewi dan kekasih ku.
Keluarga besar yang do’a dan semangatnya tak pernah berhenti diberikan,
Semua sahabat yang tanpa lelah saling terus menemani,
menguatkan dan berjuang bersama,
Guru-guruku dan dosen yang senantiasa tulus ikhlas memberikan ilmunya,
dan almamaterku tercinta.
8
MOTTO
Bukan kesulitan yang membuat kamu malas,
Tapi kemalasan yang membuat kamu merasa sulit.
(Didik Setiawan)
9
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala nikmat, rahmat,
dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul
Respon Pertumbuhan Stek Batang Buah Naga Merah (Hylocereus
costaricensis L.) Terhadap Panjang Batang dan Cara Pemberian Air Kelapa
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana
Pertanian pada Jurusan Agroteknologi, Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Dharma
Wacana Metro. Dengan selesainya penulisan ini, penulis ingin menyampaikan
ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Ir. Rakhmiati, M.T.A., Selaku Ketua STIPER Dharma Wacana Metro.
2. Bapak Ir. Syafiuddin, M.P., Selaku pembimbing pertama, atas segala
bimbingan, bantuan, nasihat, motivasi dan saran yang sangat berarti hingga
selesainya Skripsi ini.
3. Bapak Jamaludin, S.,P., M,Si., Selaku pembimbing kedua, atas segala
bimbingan, bantuan, nasihat, motivasi dan saran yang sangat berarti hingga
selesainya Skripsi ini.
4. Bapak Ir. Yatmin, M.T.A. selaku penelaah yang telah memberikan masukan,
saran dan bimbingan dalam menyelesaikan Skripsi ini.
5. Bapak Priyadi S.P., M.Si. sebagai Ketua Jurusan Agroteknologi STIPER
Dharma Wacana Metro.
10
6. Bapak dan Ibu dosen dan staf akademik STIPER Dharma Wacana Metro
yang telah memberikan banyak kemudahan dan fasilitas demi kelancaran
penyelesaian Skripsi ini hingga selesai.
7. Kedua orang tua, Kakak-kakakku dan Adikku, serta seluluh keluarga dan
saudara yang telah memberikan semangat, dukungan, kasih sayang, dan
senantiasa memberikan do`a yang tak pernah berhenti kepada penulis.
8. Teman-teman JBT (Jajaran Bocah Tani), Sahabat-sahabat PMII (Pergerakan
Mahasiswa Islam Indonesia) dan teman-teman mahasiswa STIPER Dharma
Wacana Metro, yang banyak memberikan dukungan, bantuan tenaga dan
waktu, serta andil dalam kelancaran pelaksanaan kegiatan ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan, sehingga
kritik dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini sangat penulis harapkan.
Akhirnya penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat
dan memperkaya khasanah keilmuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi khususnya bidang pertanian.
Metro, Juni 2020
Penulis,
Didik Setiawan
11
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xvii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xviii
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2 Tujuan Penelitian ......................................................................... 4
1.3 Dasar Pengajuan Hipotesis .......................................................... 5
1.4 Hipotesis ...................................................................................... 8
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Botani Tanaman Buah Naga ........................................................ 9
2.1.1 Taksonomi Tanaman Buah Naga ....................................... 9
2.2 Morfologi Tanaman Buah Naga .................................................. 10
2.2.1 Akar.................................................................................... 11
2.2.2 Batang dan Cabang ............................................................ 11
2.2.3 Bunga ................................................................................. 12
2.2.4 Buah ................................................................................... 13
2.2.5 Biji...................................................................................... 14
2.3 Syarat Tumbuh Tanaman Buah Naga ......................................... 14
2.3.1 Curah hujan ........................................................................ 14
2.3.2 Tanah dan Ketinggian Tempat ........................................... 15
2.3.3 Suhu dan Intensitas Cahaya Matahari ................................ 16
2.4 Perbanyakan Tanaman Buah Naga .............................................. 16
2.5 Air Kelapa .................................................................................... 18
2.6 Proses Pembentukan Akar Pada Penyetekan ............................... 21
2.7 Faktor yang Berpengaruh Pada Penyetekan................................. 22
12
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Tempat dan Waktu ....................................................................... 24
3.2 Alat dan Bahan ............................................................................. 24
3.3 Metode Penelitian ........................................................................ 24
3.4 Pelaksanaan Penelitian ................................................................. 25
3.4.1 Persiapan Media Tanam ..................................................... 25
3.4.2 Persiapan Bibit ................................................................... 25
3.4.3 Persiapan Air Kelapa ......................................................... 26
3.4.4 Aplikasi Perlakuan dan Penanaman Bibit .......................... 26
3.4.5 Pemeliharaan ...................................................................... 27
3.5 Variabel Pengamatan……………………………………….. .... 27
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil ............................................................................................. 30
4.1.1 Waktu Muncul Tunas (HST) ......................................... 30
4.1.2 Jumlah Tunas Per Stek (Buah) ....................................... 31
4.1.3 Rata-rata Panjang Tunas Per Stek (cm) .......................... 32
4.1.3 Panjang Akar (cm) ......................................................... 33
4.1.5 Jumlah Akar (Helai) ....................................................... 33
4.1.6 Bobot Basah Akar (gram) .............................................. 34
4.1.7 Persentase Stek Bertunas (%) ........................................ 35
4.1.8 Persentase Stek Hidup (%) ............................................. 36
4.1.9 Persentase Stek Berakar (%) .......................................... 37
4.1.10 Rasio Tajuk Akar (gram) ............................................... 37
4.2 Pembahasan .................................................................................. 37
V. KESIMPULAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Kesimpulan .................................................................................. 40
5.2 Saran ............................................................................................ 40
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 41
LAMPIRAN
13
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Komposisi vitamin, mineral, dan sukrosa dalam air kelapa muda
dan tua…………………………………………………………….. 18
2. Komposisi ZPT air kelapa muda pada dua perlakuan pemanasan ... 19
3. Hasil Waktu Muncul Tunas Terhadap Panjang Batang dan Cara
Pemberian Air Kelapa yang Berbeda ............................................. 30
4. Hasil Jumlah Tunas Per Stek Terhadap Panjang Batangdan Cara
Pemberian Air Kelapa yang Berbeda. .......................................... .. 31
5. Hasil Rata-Rata Panajang Tunas per Stek Terhadap Panjang
Batang dan Cara Pemberian Air Kelapa yang Berbeda ................. .. 32
6. Hasil Panjang Akar Terhadap Panjang Batang dan Cara
Pemberian Air kelapa yang Berbeda ............................................. .. 33
7. Jumlah Akar Terhadap Panjang Batang dan Cara Pemberin
Air Kelapa yang Berbeda............................................................... .. 34
8. Hasil Bobot Basah Akar Terhadap Panjang Batang dan Cara
Pemberian Air Kelapa yang Berbeda ............................................ .. 35
9. Hasil Persentase Stek Bertunas Terhadap Panjang Batang dan
Cara Pemberian Air Kelapa yang Berbeda .................................... .. 35
10. Hasil Persentase Stek Hidup Terhadap Panjang Batang dan Cara
Pemberian Air Kelapa yang Berbeda ............................................ .. 36
11. Hasil Persentase Stek Berakar Terhadap Panjang Batang dan
Cara Pemberian Air Kelapa yang Berbeda .................................... .. 37
12. Hasil Rasio Tajuk Akar Terhadap Panjang Batang dan Cara
Pemberian Air Kelapa yang Berbeda ............................................ .. 38
13. Jadwal Penelitian ............................................................................ .. 48
14
14. Data Waktu Muncul Tunas Tanaman Buah Naga Merah
Terhadap Panjang Batang dan Cara Pemberian Air Kelapa. ........... 48
15. Analisis Ragam Muncul Tunas Tanaman Buah Naga Merah
Terhadap Panjang Batang dan Cara Pemberian Air Kelapa ............ 48
16. Data Muncul Tunas Tanaman Buah Naga Merah Terhadap Panjang
Batang dan Cara Pemberian Air Kelapa (tranformasi (√𝑥+ 0,5). ... 49
17. Analisis Ragam Muncul Tunas Tanaman Buah Naga Merah
Terhadap Panjang Btatang dan Cara Pemberian Air Kelapa
(tranformasi (√𝑥+ 0,5) ..................................................................... 49
18. Data Jumlah Tunas per Stek Tanaman Buah Naga Merah Terhadap
Panjang Batang dan Cara Pemberian Air Kelapa. ........................... 50
19. Analisis Ragam Jumlah Tunas per Stek Tanaman Buah Naga Merah
Terhadap Panjang Batang dan Cara Pemberian Air Kelapa. ........... 50
20. Data Rata-Rata Panjang Tunas per Stek Tanaman Buah Naga Merah
Terhadap Panjang Batang dan Cara Pemberian Air Kelapa ............ 51
21. Analisis Ragam Rata-Rata Panjang Tunas Per Stek Stek Tanaman
Buah Naga Merah Terhadap Panjang Batang dan Cara Pemberian
Air Kelapa. ....................................................................................... 51
22. Data Panjang Akar Tanaman Buah Naga Merah Terhadap
Panjang Batang dan Cara Pemberian Air Kelapa. ........................... 52
23. Analisis Ragam Panjang Akar Tanaman Buah Naga Merah
Terhadap Panjang Batang dan Cara Pemberian Air Kelapa. ........... 52
24. Data Jumlah Akar Tanaman Buah Naga Merah Terhadap
Panjang Batang dan Cara Pemberian Air Kelapa. ........................... 53
25. Analisis Ragam Jumlah Akar Tanaman Buah Naga Merah
Terhadap Panjang Batang dan Cara Pemberian Air Kelapa. ........... 53
26. Data Bobot Basah Akar Tanaman Buah Naga Merah
Terhadap Panjang Batang dan Cara Pemberian Air Kelapa. ........... 54
27. Analisis Ragam Bobot Basah Akar Tanaman Buah Naga Merah
Terhadap Panjang Batang dan Cara Pemberian Air Kelapa. ........... 54
28. Data Bobot Basah Akar Tanaman Buah Naga Merah Terhadap
Panjang Batang dan Cara Pemberian Air Kelapa
(Tranformasi (√𝑥+ 0,5). .................................................................. 55
15
29. Analilis Ragam Bobot Basah Akar Tanaman Buah Naga Merah
Terhadap Panjang Batang dan Cara Pemberian Air Kelapa
(tranformasi (√𝑥+ 0,5). ................................................................... 55
30. Data Persentase Stek Bertunas Tanaman Buah Naga Merah
Terhadap Panjang Batang dan Cara Pemberian Air Kelapa. ........... 56
31. Data Persentase Stek Hidup Tanaman Buah Naga Merah
Terhadap Panjang Batang dan Cara Pemberian Air Kelapa. ........... 56
32. Data Persentase Stek Berakar Tanaman Buah Naga Merah
Terhadap Panjang Batang dan Cara Pemberian Air Kelapa. ........... 57
33. Data Rasio Tajuk Akar Tanaman Buah Naga Merah Terhadap
Panjang Batang dan Cara Pemberian Air Kelapa. ........................... 57
34. Analisis Ragam Rasio Tajuk Akar Tanaman Buah Naga Merah
Terhadap Panjang Batang dan Cara Pemberian Air Kelapa. ........... 58
35. Data Rasio Tajuk Akar Tanaman Buah Naga Merah Terhadap
Panjang Batang dan Cara Pemberian Air Kelapa
(tranformasi (√𝑥+ 0,5). ................................................................... 58
36. Data Rasio Tajuk Akar Tanaman Buah Naga Merah Terhadap
Panjang Batang dan Cara Pemberian Air Kelapa
(tranformasi (√𝑥+ 0,5). ................................................................... 59
37. Hasil Rekapitulasi Sidik Ragam dan Uji BNT Semua Variabel
Yang Diamati. .................................................................................. 60
16
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Penakaran media tanam......................................................................... 61
2. Pengisian polybag ................................................................................ 61
3. Penyusunan polybag ............................................................................ 62
4. Pemasangan paranet .............................................................................. 62
5. Pencarian bibit yang digunakan ............................................................ 63
6. Pengukuran bibit ................................................................................... 63
7. Pemotongan bibit sesuai ukuran ........................................................... 64
8. Pemisahan bibit sesuai ukuran .............................................................. 64
9. Persiapan air kelapa............................................................................... 65
10. Perendaman bibit buah naga ............................................................... 65
11. Penanaman .......................................................................................... 66
12. Penakaran kir kelapa ........................................................................... 66
13. Penyiraman air kelapa pada pembibitan ............................................. 67
14. Penyiraman air biasa ........................................................................... 67
15. Pengukuran panjang tunas .................................................................. 68
16. Pemanenan .......................................................................................... 68
17. Pencucian akar .................................................................................... 69
18. Pengukuran panjang akar .................................................................... 69
19. Penghitungan jumlah akar ................................................................... 70
20. Penjemuran akar dan tunas ................................................................. 70
21. Pengopenan ......................................................................................... 71
22. Penimbangan tunas kering .................................................................. 71
23. Penimbangan akar kering .................................................................... 72
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Buah naga adalah salah satu jenis tanaman yang cukup populer di Indonesia
karena rasanya yang manis, dan memiliki nilai harga jual yang tinggi. Buah naga
memiliki beragam jenis diantaranya buah naga berdaging merah, serta berdaging
putih dengan warna kulit kuning. Namun, buah naga yang paling banyak disukai
adalah buah naga berdaging merah karena rasanya yang lebih manis dan memiliki
warna yang lebih menarik.
Di daerah asalnya yaitu Meksiko, buah naga dinamakan pitahaya atau pitaya raja.
Penduduk Meksiko memanfaatkan buah naga untuk dihidangkan sebagai buah
konsumsi segar. Dalam perkembangannya buah naga lebih dikenal sebagai
tanaman dari Asia karena sudah dikembangkan secara besar-besaran dibeberapa
Negara Asia terutama Negara Vietnam dan Thailan (Tim Karya Tani Manditi,
2010).
Tanaman buah naga dapat tumbuh subur pada daerah yang mendapatkan sinar
matahari tinggi, meskipun tanaman buah naga tergolong tanaman gurun namun
tanaman buah naga dapat tumbuh baik didaerah tropis. Indonesia sebagai Negara
beriklim tropis juga cocok untuk di kembangkan tanaman buah naga. Tanaman
2
buah naga juga dapat tumbuh di wilayah pesisir maupun pedalaman (Rahayu,
2014).
Badan Litbang Departemen Pertanian RI. (2007) menjelaskan bahwa buah naga
mengandung betacharotene dan antioksida yang tinggi untuk mencegah kanker
dan menangkal radikal bebas. Kandungan serat di dalamnya dapat memperlancar
pecernaan, mencegah kanker usus, dan menanggulangi diabetes. Buah naga juga
memiliki banyak kasiat untuk kesehatan diantaranya penyeimbang kadar gula
darah, memperkuat ketahanan ginjal, bermanfaat untuk kecantikan, menguatkan
gaya kerja otak, mengurangi keluhan keputihan, dan memperlancar feses.
Banyaknya manfaat dari buah naga berimbas pada meningkatnya kebutuhan buah
naga yang cukup besar di Indonesia. Kebutuhan yang meningkat tersebut belum
mampu dipenuhi oleh produsen baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
Winarsih (2007) melaporkan bahwa kebutuhan buah naga di Indonesia mencapai
200—400 ton per tahun. Kebutuhan buah naga yang dapat dipenuhi masih kurang
dari 50%. Permintaan komoditas buah naga mengalami peningkatan setiap
tahunnya. Beberapa peningkatan pruduksi buah naga dapat dilakukan dengan
perluasan areal penanaman dan penyediaan bibit yang berkualitas sehingga dapat
memenuhi permintaan pasar.
Menurut Kristanto (2009), batang atau cabang yang digunakan untuk stek harus
dalam keadaan sehat, memiliki umur yang cukup sebagai bibit, pernah berbuah
dan berwarna hijau, serta ukuran stek yang ideal antara 20—30 cm. Penggunaan
stek dengan panjang antara 20—30 tersebut jika untuk memenuhi kebutuhan bibit
dalam jumlah yang banyak maka dibutuhkan bahan stek yang banyak juga.
3
Oleh karena itu upaya penyetekan buah naga dengan bahan stek yang lebih
pendek perlu dilakukan untuk menghemat bahan stek.
Menurut Hartmann et al. (1997) terkait dengan panjang bahan stek terdapat
pengaruh kontribusi perbedaan akumulasi karbohidrat pada bagian bawah stek dan
jumlahnya akan optimal untuk pembentukan akar pada stek yang panjang
dibandingkan stek yang pendek. Semakin panjang stek batang, maka semakin
baik pertumbuhan akar pada masing-masing tanaman tersebut. Faktor fisik seperti
panjang stek dan diameter stek merupakan hal yang berpengaruh terhadap
kemampuan bahan stek membentuk akar.
Hasil penelitian Sparta dan Rachman (2012) melaporkan bahwa waktu muncul
tunas, jumlah tunas, panjang tunas dan panjang akar pada stek buah naga
dipengaruhi secara nyata oleh panjang stek. Pertumbuhan stek yang terbaik pada
stek buah naga di atas 20 cm. Namun demikian penggunaan bahan stek yang
pendek akan berpengaruh dalam keberhasilan dalam penyetekan hal tersebut
dalam penelitian buah naga.
Upaya untuk mengetahui keberhasilan stek dapat dilakukan dengan menggunakan
zat pengatur tumbuh (ZPT). Pemberian ZPT pada stek dapat mendorong dan
mempercepat pembentukan akar, merangsang pembentukan tunas baru, serta
meningkatkan jumlah dan kualitas tunas maupun akar (Hartman et al., 1997).
Salah satu ZPT alami yang umum digunakan dalam penyetekan tanaman adalah
air kelapa. Hal tersebut karena pemberian air kelapa dalam perbanyakan tanaman
dimanfaatkan untuk memacu pembentukan tunas dan akar karena memiliki
kandungan hormon auksin dan sitokinin (Kristina dan Syahid, 2012).
4
Hasil penelitian Akhyar dan Syukur (2003) penggunaan air kelapa sebagai ZPT
dalam penyetekan dilakukan dengan cara di rendam seperti yang dilakukan oleh
Mandiri (2010) pada tanaman panili, bahwa sebelum disemai, stek diberi
perlakuan untuk mempercepat atau merangsang pertumbuhan akar, bagian ruas
stek dilukai lalu direndam dalam air kelapa selama 4 jam. Namun selain
dilakukan dengan cara direndam penggunaan air kelapa sebagai ZPT Alami dalam
dalam penyetekan juga dapat dilakukan dengan cara disiram.
Berdasarkan latar belakang maka dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut:
1). Apakah terdapat pengaruh panjang stek terhadap pertumbuhan stek buah
naga?
2). Apakah terdapat pengaruh perbedaan cara pemberian antara penyiraman
dengan perendaman air kelapa terhadap pertumbuhan stek buah naga?
3). Apakah terdapat interaksi antara pemberian air kelapa dengan panjang stek
terhadap pertumbuhan stek buah naga ?
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1). Mengetahui pengaruh panjang stek batang terhadap petumbuhan stek buah
naga merah.
2). Mengetahui pengaruh perbedaan cara pemberian antara perendaman dengan
penyiraman air kelapa terhadap pertumbuhan stek buah naga.
3). Mengetahui interaksi panjang stek dan cara pemberian air kelapa pada
pertumbuhan stek buah naga.
5
1.3 Dasar Pengajuan Hipotesis
Bagian tanaman buah naga yang dapat digunakan untuk bahan stek adalah stek
batang. Perbanyakan secara stek merupakan cara yang paling mudah dilakukan
dibandingkan dengan biji. Keberhasilan stek tanaman ditandai dengan munculnya
tunas dan akar. Untuk mendukung munculnya tunas dan akar pada stek dapat
menggunakan zat pengatur tumbuh (ZPT).
Air kelapa merupakan ZPT alami yang dapat digunakan untuk memacu
pembelahan sel dan merangsang pertumbuhan tanaman. Air kelapa mengandung
auksin, sitokinin, asam amino, vitamin, dan mineral. Menurut Lawalata (2011),
air kelapa mengandung zat pengatur tumbuh auksin dan sitokinin. Kedua ZPT
tersebut digunakan untuk mendukung pembelahan sel embrio kelapa. Air kelapa
memiliki kandungan kalium cukup tinggi sampai mencapai 17%, gula antara
1,7—2,6%, dan protein antara 0,07—0,55%. Kristina dan Syahid (2012)
menyatakan bahwa air kelapa mengandung vitamin dan mineral.
Berdasarkan hasil penelitian Aysa et al. (2013), perlakuan perendaman dengan
konsentrasi air kelapa 60 % memberikan pengaruh yang nyata pada persentase
tumbuh sebesar 100% pada tanaman panili. Hal ini dikarenakan, air kelapa
mengandung sitokinin, auksin, dan giberelin yang dapat memacu pembelahan sel
tanaman, sehingga akan mendukung pertumbuhan tunas dan akar stek buah naga.
Hasil penelitian Renvillia, dkk (2015). perendaman stek batang jati dengan
konsentrasi air kelapa 100% selama 5 jam berpengaruh nyata pada panjang tunas,
jumlah akar, dan persentase tumbuh stek.
6
Hasil penelitian Akhyar dan Syukur (2003) penggunaan air kelapa sebagai ZPT
dalam penyetekan dilakukan dengan cara di rendam seperti yang dilakukan oleh
Mandiri (2010) pada tanaman panili, bahwa sebelum disemai, stek diberi
perlakuan untuk mempercepat atau merangsang pertumbuhan akar, bagian ruas
stek dilukai lalu direndam dalam air kelapa selama 4 jam. Namun selain
dilakukan dengan cara direndam penggunaan air kelapa sebagai ZPT Alami dalam
dalam penyetekan juga dapat dilakukan dengan cara disiram.
Menurut penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Surachman (2011)
penggunaan air kelapa sebagai pengganti ZPT sintetik terbukti efektif pada
konsentrasi 10% dalam pertumbuhan kultur jaringan tanaman nilam. Nuryana.,
dkk (2012) Perlakuan panjang stek 30 cm menunjukkan hasil dengan tunas
terpanjang dibandingkan perlakuan lainnya, meskipun berbeda tidak nyata dengan
perlakuan panjang stek 40 cm. Sedangkan perlakuan dengan panjang stek 20 cm
menunjukkan panjang tunas terendah. Perlakuan dengan panjang stek 30 cm
menunjukkan pertumbuhan tunas terpanjang, yaitu 26,3 cm. Hal ini diduga karena
cadangan makanan pada stek tersebut telah mampu mendukung pertumbuhan bibit
buah naga.
Berdasarkan hasil penelitian Purwanto et al. (2012), penyiraman air kelapa
dengan konsentrasi 50% pada tanaman cabai merah keriting mampu memberikan
pengaruh yang nyata pada jumlah daun dan tinggi tanaman. Intensitas penyiraman
air kelapa yang paling efektif pada perlakuan penyiraman dilakukan 4 kali dengan
jarak 3 jam sekali pada 1 jam setelah tanam. Menurut Budiono (2004), pemberian
konsentrasi air kelapa sampai 20% mampu meningkatkan pertambahan jumlah
7
tunas dan jumlah daun bawang merah secara in vitro. Menurut Sujarwati, dkk.
(2011), pertumbuhan bibit palem putri mulai meningkat pada penggunaan air
kelapa dengan konsentrasi 50%. Pemberian air kelapa berpengaruh nyata
terhadap parameter tinggi tanaman, panjang daun, panjang akar, dan berat basah
bibit palem putri.
Menurut Nana dan Salamah (2014) hormon auksin akan meningkatkan
pertumbuhan sampai mencapai kosentrasi yang optimal. Apabila kosentrasi yang
diberikan melebihi konsentrasi yang optimal, maka akan mengganggu
metabolisme dan perkembangan tumbuhan sehingga menurunkan pertumbuhan.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Rika (2015) yang melaporkan bahwa
pemberian air kelapa dengan cara penyiraman dengan konsentrasi 200 ml/polybag
memberikan jumlah daun tertinggi pada tanaman vanili.
Menurut Lutfia (2016), Respons pertumbuhan tanaman terhadap pemberian ZPT
sangat bervariasi. Kemampuan air kelapa sebagai hormon alami dalam
merangsang pertumbuhan tunas dan akar stek dapat dipengaruhi oleh dosis yang
digunakan dan cara pemberian pada setek. Oleh karena itu, pemilihan konsentrasi
dan cara pemberian harus diterapkan dengan tepat.
Menurut Lutfia (2016), Cara pemberian air kelapa dapat diaplikasikan dengan
perendaman dan penyiraman. Air kelapa yang diaplikasikan pada stek batang
buah naga dengan cara direndam dapat diserap oleh bahan stek secara sempurna
hingga ke bagian dalam tanaman, sedangkan cara penyiraman, air kelapa dapat
diserap secara kontinu karena pemberian lebih dari satu kali. Pemberian air
kelapa dengan perendaman hanya dilakukan satu kali, sehingga dibutuhkan
8
konsentrasi air kelapa yang lebih besar untuk memacu pertumbuhan stek,
sedangkan penyiraman dilakukan secara kontinu, sehingga dibutuhkan konsentrasi
air kelapa yang lebih kecil agar hormon yang dibutuhkan oleh tanaman tercukupi
secara optimal. Dengan demikian, pengaruh konsentrasi air kelapa yang
diaplikasikan bergantung pada kedua cara pemberian.
1.4 Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan dapat dirangkum
hipotesis sebagai berikut:
1). Perbedaan panjang batang memberikan pengaruh yang berbeda terhadap
pertumbuhan stek batang buah naga merah.
2). Perbedaan cara pemberian air kelapa memberikan pengaruh yang berbeda
terhadap pertumbuhan stek buah naga merah.
3). Terdapat interaksi antara panjang stek dengan pemberian air kelapa terhadap
pertumbuhan stek buah naga merah.
9
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Botani Tanaman Buah Naga
2.1.1 Taksonomi Tanaman Buah Naga
Buah naga termasuk dalam kelompok tanaman kaktus atau family Cactaceae dan
Subfamili Hylocereanea. Adapun klasifikasi buah naga menurut Kristanto (2009)
adalah :
Divisi : Spermathophyta (tumbuhan berbiji)
Subdivisi : Angiospermae (biji tertutup)
Kelas : Dicotyledonae (berkeping dua)
Ordo : Cactales
Famili : Cactaceae
Subfamili : Hylocereanea
Genus : Hylocereus
Spesies : Hylocereus costaricensis L. (daging merah)
Jenis dari tanaman ini merupakan tanaman memanjat. Secara morfologi tanaman
ini termasuk tanaman tidak lengkap karena tidak memiliki daun yang mana hanya
memiliki akar, batang dan cabang, bunga, buah, serta biji (Kristanto, 2009).
Tanaman buah naga termasuk tanaman tropis dan dapat beradaptasi dengan
berbagai lingkungan tumbuh dan perubahan cuaca seperti sinar matahari dan
curah hujan. Curah hujan yang ideal untuk pertumbuhan buah naga sekitar
10
60 mm/bulan atau 720 mm/tahun. Pada curah hujan 600—1300 mm/tahun
tanaman ini juga masih dapat tumbuh. Intensitas sinar matahari yang dibutuhkan
sekitar 70—80%, karena itulah tanaman ini sebaik-baiknya ditanam di lahan tanpa
naungan dan sirkulasi udara yang baik. Suhu udara ideal untuk pertumbuhan buah
naga antara 25—36 0C (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).
Simtala et al. (2001) menyatakan bahwa air kelapa menngandung zaetin yang
diketahui termasuk dalam kelompok sitokinin. Air kelapa merupakan salah satu
bahan alami yang mengandung hormon sitokinin 5,8 mg/l (Boy, 2006 dan
Setiawan, 2013).
Akar tumbuhan buah naga tidak hanya tumbuh di pangkal batang di dalam tanah
tetapi juga pada celah-celah batang yang berfungsi sebagai alat pelekat sehingga
tumbuhan dapat melekat atau memanjat tumbuhan lain atau pada tiang penyangga.
Akar pelekat ini dapat juga disebut akar udara atau akar gantung yang
memungkinkan tumbuhan tetap dapat hidup tanpa tanah atau hidup sebagai epifit
(Winarsih, 2007).
2.2 Morpologi Tanaman Buah Naga
Secara morfologi, tanaman buah naga termasuk tanaman yang tidak lengkap
karena tidak memiliki daun. Untuk beradaptasi dengan lingkungan gurun,
tanaman buah naga memiliki duri disepanjang batang dan cabangnya. Tanaman
buah naga merupakan memanjat dan bersifat epifit. Di habitat aslinya tanaman ini
tanaman memanjat tanaman lain untuk tumbuh. Meskipun akarnya yang di dalam
tanah dicabut, tanaman tanaman buah naga masih bisa bertahan hidup karna
terdapat akar yang tumbuh di batang. Akar udara tersebut mampu menyerap
11
cadangan makanan dari udara (Emil, 2011). Jenis tanaman ini merupakan
tanaman merambat secara morfologi tanaman ini termasuk tanaman yang tidak
lengkap karna tidak memiliki daun yang naamun memiliki akar, batang, cabang,
bunga, buah serta biji (Kristanto, 2009).
2.2.1 Akar
Akar buah naga memiliki perakaran yang bersifat epifit, menempel atau merambat
pada tanaman lain. Akarnya berupa akar serabut yang terdapat pada pangkal
batang yang tumbuh pada media tanah maupun yang menempel rambatan berupa
tiang atau kayu (Emil, 2011). Akar tanaman ini sangat tahan kekeringan dan tidak
tahan dengan genangan yang sangat lama. Akar tanaman buah naga tidak terlalu
panjang dan terbentuk akar cabang. Dari akar cabang tumbuh akar rambut yang
sangat kecil, lembut, dan banyak (Kristanto, 2003). Perakaran buah naga
umumnya dangkal, berkisar 20—30 cm. Namun, menjelang produksi buah
tanaman ini memanjangkan akarnya hingga kedalaman 50—60 cm, mengikuti
panjangnya batang berwarna coklat yang tertanam didalam tanah (Hardjadinata,
2012).
2.2.2 Batang dan Cabang
Penampang melintang batang tanaman buah naga berbentuk segitiga, memanjang
hingga mampu mencapai panjang maksimum sekitar 9 meter dengan warna hijau
hingga hijau tua. Batang tanaman ini mempunyai duri-duri yang merupakan ciri
utama family kaktus. Bagian batang tanaman buah ini berlapis lilin dan mampu
memanjang pada tembok atau batang penompang (Yanti, 2008). Batang tanaman
12
buah naga mengandung air dalam bentuk lendir dan berlapiskan lilin bila sudah
dewasa. Batang berkurang panjang dan bentuknya segitiga dengan warna hijau.
Pada batang ini tumbuh batang dimana batang dan cabang ditimbuhi duri-duri
yang keras tetapi sangat pendek sehingga tidak mencolok, letak duri tersebut pada
tepi batang maupun cabang (Setyowati, 2008).
2.2.3 Bunga
Bunga tanaman buah naga terletak pada sulur batang, berbentuk terompet, dan
berwarna putih. Susunan bunga merupakan susunan bunga majemuk. Buahnya
berbentuk bulat panjang dan lonjong serta berdaging warna merah dan sangat
tebal (Setyowati, 2008). Tanaman buah naga mempunyai bunga yang indah
berwarna putih kekuning-kuningan sehingga tak jarang orang memelihara
tanaman buah naga untuk tujuan ornamental. Bunga tanaman buah naga ini
mekar sempurna pada malam hari dengan panjang bisa mencapai 29 cm (Yanti,
2008). Sekilas bentuk buah naga ini berbentuk seperti buah nanas, seluruh
permukaan bunga tertutup oleh mahkota yang bersisik, berbentuk corong
memanjang berukuran 30 cm. kelopak bunganya berwarna hijau. Bunga akan
mekar sempurna pada malam hari sekitar pukul 22.00 wib (night blooming
recues), saat mekar mahkota akan berwarna putih bersih, didalamnya terdapat
benang sari berwarna kuning dan mengeluarkan aroma harum. Sementara
ditengahnya terdapat kepala putik yang nantinya akan menjadi buah jika sudah
terjadi penyerbukan (Hardjadinata, 2012).
13
2.2.4 Buah
Buah naga berbentuk bulat panjang, letak buah pada umumnya mendekati ujung
cabang atau batang. Pada batang atau cabang dapat tumbuh buah lebih dari satu
terkadang bersaman atau berhimpitan (Rahayu, 2014).
1. Buah naga daging putih (Hylocereus undatus L.) buah naga jenis ini memiliki
daging buah putih dan biji-biji hitam yang kontras dengan kulit merahnya.
Tingkat kemanisanya berkisar antara 10—13%, artinya lebih rendah dari jenis
lainya. Bobotnya mencapai 650 gram dengan kulit berwarna merah bersulur
hijau.
2. Buah naga merah (Hylocereus) Buah naga merah ini memiliki buah yang lebih
kecil dari pada buah naga putih buah naga jenis ini mampu menghasilkan bobot
rata-rata sampai 500 gram. Buah naga merah memiliki kandungan rasa manis
mencapai 15%.
3. Buah naga super red (Hylocereus costaricensis L.) Buah naga super red adalah
buah naga yang memiliki daging super merah. Buah ini tumbuh dengan baik
seperti buah naga jenis lainya di daerah dengan sinar matahari yang cukup pada
daerah rendah hingga sedang. Bentuk buahnya bulat dengan dengan sulur
berwarna merah. Bobot buah naga ini mencapai 500 gram per buah, memiliki
tingkat kemanisan 13—15%.
4. Buah naga kuning (Hylocereus megalanthus L.) Buah naga kuning memiliki
ukuran lebih kecil dibandingkan buah naga lainya. Kulit buah berwarna kuning
hampir tidak bersisik, memiliki tingkat kemanisan mencapai 18% (Umayah,
2007). Buah naga berbentuk bulat lonjong dengan diameter 10—12 cm,
14
berkulit tebal. Seperti nama sebutanya jenis buah naga daging putih ini
mempunyai kulit berwarna merah ketika masak, berjumbai kehijaun dan
daging buah berwarna putih dengan biji-biji hitam yang bertebaran (Yanti,
2008). Buah naga memiliki daging yang berserat halus dan terdapat biji-biji
hitam berukuran kecil yang tersebar pada daging buah, dan memiliki tekstur
daging buah lunak dengan rasa manis dan sedikit masam (Cahyono, 2009).
Umumnya buah berbeda didekat ujung cabang atau pertengahan cabang. Buah
bisa tumbuh lebih dari satu pada setiap cabang atau pertengahan cabang
sehingga terkadang posisi buah berdekatan.
2.2.5 Biji
Biji berbentuk bulat berukuran kecil dan berwarna hitam. Kulit biji sangat tipis,
tetapi tidak keras. Biji ini dapat digunakan untuk perbanyakan tanaman secara
generatif. Namun perbanyakan menggunakan biji memakan waktu lama,
sehingga jarang sekali pembudidaya menerapkanya. Setiap buah 1.200—2.300
biji (Kristanto, 2003). Perbanyak tanaman menggunakan biji jarang digunakan
karna memerlukan waktu yang cukup lama sampai tanaman berproduksi
(Hardjadinata, 2012).
2.3 Syarat Tumbuh Tanaman Buah Naga
2.3.1 Curah Hujan
Tanaman buah naga tumbuh dengan baik didaerah yang memiliki curah hujan
2000 mm/ tahun. Tanaman buah naga lebih menyukai kondisi kering
dibandingkan basah (lembab). Tetapi buah naga masih dapat tumbuh pada curah
hujan yang tinggi (sekitar 720—1.300 mm/tahun. Pertumbuhan tanaman buah
15
naga memerlukan intensitas matahari penuh yang dibutuhkan sekitar 80%.), suhu
udara ideal untuk tanman buah naga berkisar 26—36oC dengan kelembaban
70—90% (Emil, 2011).
Sebagai tanaman tropis, buah naga dapat beradaptasi dengan berbagai lingkungan
dan perubahan cuaca, seperti sinar matahari dan curah hujan. Namun, curah hujan
yang ideal untuk pertumbuhan buah naga sekitar 60 mm/bulan atau 720
mm/tahun. Pada curah hujan diatas 720—1.300 mm/tahun buah naga masih bisa
tumbuh, tetapi hasilnya kurang optimal. Karena merupakan tanaman dari
keluarga kaktus, buah naga tidak tahan dengan kondisi air yang berlebihan. Curah
hujan yang terlalu tinggi atau hujan yang terlalu deras dan berkepanjangan bisa
menyebabkan kerusakan tanaman, terutama pembusukan akar (Fajarwati, 2011).
2.3.2 Tanah dan Ketinggian Tempat
Tanaman buah naga dapat tumbuh baik pada tanah yang relatif kurang subur
(bahkan pada tanah berbatu), pada tanah yang bereaksi relatif masam sampai pada
tanah bergaram dan tahan terhadap kekurangan air. Tanaman buah naga dapat
tumbuh baik pada kondisi air tanah mendekati titik layu (wilting point)
(Setyowati, 2008). Ketinggian tempat untuk pembudidayaan buah naga merah
dan putih yaitu dataran rendah sampai medium yang berkisar 0 m—500 m dari
permukaan laut, yang ideal adalah kurang dari 400 m dpl. Di daerah pada
ketinggian di atas 500 m dpl, buah naga merah dan putih masih dapat tumbuh
dengan baik dan berbuah, namun buahnya tidak lebat dan rasa buah kurang manis.
Untuk buah naga kuning, ketinggian tempat yang cocok untuk pertumbuhan dan
berproduksinya adalah di atas 800 m dpl (Cahyono, 2009).
16
2.3.3 Suhu dan Intensitas Cahaya Matahari
Suhu udara ideal untuk pertumbuhan tanaman buah naga antara 26—36o C,
dengan kelembapan 70—90%. Sementara itu, intensitas sinar matahari yang
dibutuhkan sekitar 70—80%. Artinya, tanaman ini membutuhkan cahaya
matahari dari pagi hingga sore hari. Karena itu, buah naga sebaiknya ditanam
dilahan tanpa naungan dengan sirkulasi udara yang baik (Sinatra, 2010).
2.4 Perbanyakan Tanaman Buah Naga
Perbanyakan bibit dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu perbanyakan generatif
dan vegetatif. Perbanyakan generatif adalah perbanyakan menggunakan biji buah
naga. Keuntungan menggunakan teknik perbanyakan generatif yaitu dapat
diperoleh bibit dalam jumlah yang banyak dengan biaya yang murah karena dalam
satu buah naga minimal berisi 1.000 biji. Namun, cara ini kurang popular dan
jarang dilakukan oleh pembudidaya buah naga karena membutuhkan waktu yang
sangat lama dan lebih sulit jika dibandingkan dengan teknik perbanyakan
vegetatif. Untuk mendapatkan biji yang bernas dan berkualitas juga sulit, karena
harus dibutuhkan buah yang benar-benar tua dan sehat. Seleksi biji yang
berkualitas juga sulit dilakukan karena ukuran biji yang sangat kecil dan memiliki
penampakan yang sama (Asmoel, 2013).
Persyaratan perbanyakan dengan stek yaitu cabang untuk bahan tanam harus
memiliki kandungan hormon pertumbuhan (auksin), nitrogen, dan karbohidrat
tinggi sehingga akan cepat menumbuhkan akar (Redaksi Agro Media, 2009).
Oleh karena itu, hal yang perlu diperhatikan untuk mendapatkan bibit setek buah
17
naga yang berkualitas adalah pemeliharaan bibit dengan pemberian zat pengatur
tumbuh.
Menurut Hardjadinata (2010), perbanyakan vegetatif yang digunakan pada
tanaman buah naga adalah stek batang. Perbanyakan dengan stek memiliki
tingkat keberhasilan bibit untuk bertahan hidup lebih tinggi, pertumbuhannya
lebih cepat dan bibit yang dihasilkan berkualitas tinggi karena memiliki sifat
genetis yang sama dengan induknya. Keuntungan menggunakan stek batang
adalah bibit yang dihasilkan mempunyai sifat yang sama dengan induknya,
murah, dan mudah dilakukan. Batang yang digunakan untuk stek harus dalam
keadaan sehat, memiliki umur yang cukup sebagai bibit, pernah berbuah, dan
berwarna hijau, serta ukuran stek yang ideal antara 20—30 cm (Kristanto, 2009).
18
2.5 Air Kelapa
Air kelapa merupakan ZPT alami yang dapat digunakan untuk memacu
pembelahan sel dan merangsang pertumbuhan tanaman. Air kelapa mengandung
sitokinin dan auksin yang baik bagi pertumbuhan tanaman. Air kelapa juga
mengandung vitamin, mineral, dan sukrosa yang cukup beragam (Tabel 1)
(Kristina dan Syahid, 2012).
Table 1. Komposisi vitamin, mineral, dan sukrosa dalam air kelapa muda dan tua
Komposisi Air kelapa muda Air kelapa tua
(mg/100ml) (mg/100 ml)
Vitamin
Vitamin C 8,59 4,50
Riboflavin 0,26 0,25
Vitamin B5 0,60 0,62
Inositol 2,30 2,21
Biotin 20,52 21,50
Piridoksin 0,03 -
Thiamin 0,02 -
Mineral
N 43,00 -
P 13,17 12,25
K 14,11 15,37
Mg 9,11 7,52
Fe 0,25 0,32
Na 21,07 20,55
Mn Tidak terdeteksi Tidak terdeteksi
Zn 1,05 3,18
Ca 24,67 26,50
Sukrosa 4,89 3,45
Sumber: Kristina dan Syahid, 2012
Aplikasi air kelapa telah diteliti dapat mengurangi mahalnya biaya operasional di
tingkat laboratorium. Aplikasi air kelapa dapat menghasilkan plantlet temulawak
hasil perbanyakan in vitro yang tumbuh optimal (Seswita, 2010).
19
Perlakuan sterilisasi dengan autoklaf menurunkan kandungan ZPT alami dalam
air. ZPT alami memiliki sifat mudah terdegradasi sehingga akan terurai bila
melalui proses pemanasan tinggi dengan autoklaf. Selain penurunan kandungan
ZPT alami, warna air kelapa berubah menjadi kecokelatan. Walaupun terjadi
penurunan kandungan ZPT alami sebesar 10 kali lipat, ZPT tersebut masih dapat
mendukung pertumbuhan kultur sehingga perlakuan sterilisasi dengan autoklaf
tetap dapat digunakan (Tabel 2) (Kristina dan Syahid, 2012).
Table 2. Komposisi ZPT air kelapa muda pada dua perlakuan pemanasan
Kosentrasi ZPT alami (mg/l)
Peerlakuaan pemanasan Sitokinin Auksin
air kelapa Kinetin Zeatin IAA
(mg/l) (mg/l) (mg/l)
Tanpa perlakuan 41,13 34,16 38,57
Pemanasan 50 oc,
10 menit 273,62 290,47 198,55
Pemanasan 121oc,
autoklaf 50,09 28,65 20,89
sumber : Kristina dan Syahid, 2012
Pembentukan akar sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan stek. Perakaran
pada stek dapat dipercepat dengan perlakuan khusus, yaitu dengan penambahan
zat pengatur tumbuh (ZPT) golongan auksin. Auksin merupakan ZPT yang
berperan dalam proses pemanjangan sel, pembelahan sel, diferensiasi jaringan
pembuluh dan inisiasi akar (Heddy, 1996).
Gardner et al. (1991) menyatakan bahwa istilah hormon berasal dari fisiologi
hewan, yang berarti suatu substansi (bahan) yang disintesis dalam suatu organ
yang pada gilirannya merangsang terjadinya respons pada organ yang lain. Istilah
zat pengatur tumbuh (ZPT) meliputi kategori luas yaitu substansi organik (selain
20
vitamin dan unsur mikro) yang dalam jumlah sedikit merangsang, menghambat,
atau sebaliknya mengubah proses fisiologis.
Zat pengatur tumbuh (ZPT) digunakan untuk mengoptimalkan pertumbuhan
vegetatif dan reproduktif tanaman, misalnya auksin yang mampu merangsang
pertumbuhan dan perakaran tanaman (Satria, 2011). Menurut Hartman et al.
(1997), penggunaan zat pengatur tumbuh auksin bertujuan untuk meningkatkan
persentase stek yang membentuk akar, memacu inisiasi akar, meningkatkan
jumlah dan kualitas akar yang terbentuk, serta meningkatkan keseragaman dalam
perakaran.
Hormon yang memiliki peran sebagai pembelahan sel tanaman adalah hormon
sitokinin. Sitokinin dapat meningkatkan pembelahan, pertumbuhan dan
perkembangan kultur sel tanaman. Sitokinin juga menunda penuaan daun, bunga
dan buah dengan cara mengontrol dengan baik proses kemunduran yang
menyebabkan kematian sel-sel tanaman. Penuaan pada daun melibatkan
penguraian klorofil dan protein-protein, kemudian produk tersebut diangkut oleh
floem ke jaringan meristem atau bagian lain dari tanaman yang membutuhkannya.
Pada tumbuhan, hormon ini dihasilkan di daerah akar, embrio dan buah yanh
dapat berpindah dari akar ke organ lainnya. Sitokinin yang diproduksi di akar
selanjutnya diangkut oleh xilem menuju sel-sel target pada batang (Fried dan
Hademenos, 2005).
Sitokinin biasa digunakan dalam kultur jaringan bersama dengan auksin. Jaringan
tumbuhan yang dikulturkan tanpa diberi sitokinin akan mengalami perbesaran
ukuran sel tanpa disertai dengan pembelahan. Penambahan sitokinin dan auksin
21
dalam kultur tersebut akan memicu sel-sel tersebut membelah membentuk sel-sel
baru. Sitokinin dengan kadar lebih tinggi dari auksin akan memicu kalus
berkembang menjadi pucuk dan daun, namun apabila kadar auksin lebih tinggi,
kalus akan berkembang menjadi akar. Teknik kultur jaringan dengan
menggunakan bagian irisan jaringan batang atau akar dengan dilakukan
pemberian sitokinin, maka irisan jaringan batang akan menebal karena terjadi
pembentangan sel ke arah smaping. Pemberian sitokinin meningkatkan plastisitas
dinding sel sehingga dinding sel mengendur kemudian pembentangan akan terjadi
lebih cepat (Wijayani dkk, 2007).
Hormon sitokinin merupakan hormon yang dibutuhkan untuk pembelahan sel,
slah satu zat dari sitokinin adalah kinetin. Kinetin merupakan turunan dari hormon
sitokinin yang sering digunakan dalam teknik kultur jaringan. Kinetin disebut juga
sebagai sitokinin karena senyawa ini juga mampu memacu sitokinesis
(pembelahan sel), namun merupakan senyawa alami, kinetin ini tidak disintesis
alami oleh tumbuhan oleh karena itu biasanya selalu mengandung sitokinin
sintesis (diartikan bahwa hormon ini disintesisnya di tempat lain) (Hendaryono
dan Wijayani, 1994).
2.6 Proses Pembentukan Akar Pada Penyetekan
Menurut Hess (1962) dalam Hartman et al. (1997), perangsang pertumbuhan akar
non-auksin umumnya disebut co-factor. Rooting co-factor dapat mengontrol
proses pembentukan akar yang secara alami terkandung di dalam tanaman dan
berjalan sinergis dengan IAA membentuk IAA kompleks. Auksin alami dalam
bentuk IAA akan mudah terdestruksi oleh enzim IAA-oxidase. Adanya
22
kandungan phenolic pada bahan stek akan mengurangi perusakan, sehingga dapat
melindungi pembentukan IAA kompleks dan proses induksi perakaran pada
penyetekan. Setelah IAA kompleks terbentuk, maka pembentukan inisiasi akar
akan berlangsung lebih cepat apabila kandungan glukosa dan senyawa-senyawa
seperti nitrogen, kalium, serta nutrisi lainnya cukup.
Panjang akar merupakan hasil perpanjangan sel-sel di belakang meristem ujung,
sedangkan lebar yang lebih dari pada pembesaran sel-sel ujung merupakan hasil
dari meristem kambium. Meristem akar mampu melaksanakan pertumbuhan yang
kontinu, tidak terbatas pada akibat pelebaran akar untuk priode yang secara
potensial tidak terbatas (Gardner et al., 1991).
2.7 Faktor yang Berpengaruh pada Penyetekan
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pertumbuhan stek adalah faktor
lingkungan dan faktor dari dalam tanaman. Faktor lingkungan yang
mempengaruhi keberhasilan pertumbuhan stek yaitu media perakaran, suhu,
kelembaban, dan cahaya (Hartman et al., 1997). Media perakaran berfungsi
sebagai pendukung stek selama pembentukan akar, memberi kelembaban pada
stek, dan memudahkan penetrasi udara pada pangkal stek. Menurut Hartman et
al. (1997), media perakaran yang baik adalah dapat memberikan aerasi dan
kelembapan yang cukup, berdrainase baik, serta bebas dari patogen yang dapat
merusak stek. Media perakaran stek yang biasa digunakan adalah tanah dan pasir.
Suhu optimal yang dibutuhkan untuk pertumbuhan akar stek pada pagi dan siang
hari berkisar antara 21°C—27°C dan suhu pada malam hari berkisar 15°C. Suhu
yang terlampau tinggi dapat mendorong perkembangan tunas melampaui
23
perkembangan perakaran dan meningkatkan laju transpirasi (Hartman et al.,
1997).
Kondisi fisiologis tanaman yang mempengaruhi penyetekan adalah umur bahan
stek, jenis tanaman, adanya tunas dan daun muda pada stek, persediaan bahan
makanan, dan zat pengatur tumbuh (Kramer dan Kozlowski, 1960). Menurut
Hartman et al. (1997), stek yang berasal dari tanaman muda akan lebih mudah
berakar daripada yang berasal dari tanaman tua. Apabila umur tanaman semakin
tua maka terjadi peningkatan produksi zat-zat penghambat perakaran dan
penurunan senyawa fenolik yang berperan sebagai auksin co-factor yang
mendukung inisiasi akar pada stek. Adanya tunas dan daun pada stek berperan
penting bagi perakaran. Tunas menghasilkan suatu zat berupa auksin yang
berperan dalam mendorong pembentukan akar yang dinamakan Rhizokalin
(Hartman et al., 1997). C/N ratio yang tinggi sangat diperlukan untuk
pembentukan akar stek. Tanaman dengan C/N ratio tinggi akan lebih cepat
berakar dan jumlah lebih banyak daripada tanaman dengan C/N ratio rendah. Zat
pengatur tumbuh (ZPT) meliputi kategori luas yaitu substansi organik (selain
vitamin dan unsur mikro) yang dalam jumlah sedikit merangsang, menghambat,
atau sebaliknya mengubah proses fisiologis (Gardner et al., 1991).
24
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Tempat dan Waktu
Penelitian dilaksanakan di dalam rumah naungan kebun percobaan STIPER
Dharma Wacana. Penelitian dimulai pada tanggal 26 November 2019 dan selesai
pada 26 Januari 2020.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah polybag ukuran 20x18 cm, pisau,
gelas ukur, timbangan, ember pelastik, bak plastik, kertas label, dan penggaris.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah stek batang buah naga merah
dengan panjang 15 cm, 20 cm, 25 cm, dan 30 cm, media tanam berupa campuran
tanah,merang, dan pupuk kandang ayam dengan perbandingan 2:1:1 dan air
kelapa yang digunakan adalah air kelapa muda yang berwarna hijau denan dosis
air kelapa 20 % dan air biasa 80%, satu tundun dan yang belum lama panennya
3.3 Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) yang
disusun secara Faktorial (4x2) dengan 3 ulangan yang berfungsi sebagai
kelompok. Faktor pertama adalah panjang batang (B), terdiri dari 4 taraf yaitu:
25
15 cm (b1), 20 cm (b2), 25 cm (b3), dan 30 cm (b4). Faktor kedua adalah cara
pemberian air kelapa (A) yang terdiri dari 2 taraf yaitu: perendaman (a1) dan
penyiraman (a2). Terdapat 8 kombinasi yaitu: b1a1, b2a1, b3a1, b4a1, b1a2, b2a2, b3a2,
b4a2. masing-masing diulang sebanyak 3 kali. Setiap unit percobaan terdapat
10 polybag sehingga total keseluruhan adalah 240 polybag.
Data hasi pengamatan diuji homogenitasnya dengan uji Bartlett dan Aditifitas data
diuji dengan uji Tuckey. Apabila asumsi tersebut terpenuhi, selanjutnya, data
yang telah diperoleh akan diolah dengan analisis ragam dan perbedaan nilai
tengah akan diuji dengan BNT pada taraf 5%.
3.4 Pelaksanaan Penelitian
3.4.1 Persiapan Media Tanam
Media tanam yang digunakan berupa campuran tanah, merang, dan pupuk
kandang ayam dengan perbandingan 2:1:1. Media dimasukkan ke dalam polybag
berukuran 20x18 cm. Polybag kemudian disusun pada petak lahan sesuai dengan
tata letak percobaan.
3.4.2 Persiapan Bibit
Bahan stek buah naga diambil dari tanaman induk milik Bapak Judi Wiyono
Kecamata Penawartama Kabupaten Tulang bawang Propinsi Lampung. Panjang
stek buah naga yang digunakan 15 cm, 20 cm, 25 cm dan 30 cm. Stek diambil dari
batang yang sehat atau bebas dari penyakit. Stek yang telah dipotong di
kelompokan dengan pangkal, tengah, pucuk lalu dibiarkan dengan posisi tegak
selama 1 jam hingga getahnya mengering.
26
3.4.3 Persiapan Air Kelapa
Air kelapa diambil dari kelapa yang masih muda atau sering disebut air kelapa
muda dan air kelapa yang digunakan adalah kelapa yang kulitnya berwarna hijau,
air kelapa disaring dengan menggunakan saringan agar tidak tercampur dengan
kotoran yang dapat mengganggu proses pengaplikasian, penyiapan air kelapa
dilakukan sesaat sebelum dilakukan penanaman. Dan air kelapa yang digunakan
adalah 20 % air biasanya 80 % lalu dicampurkan jadi satu.
3.4.4 Aplikasi Perlakuan dan Penanaman Bibit
Aplikasi perlakuan dan penanaman bibit meliputi:
1. Cara Perendaman Air Kelapa
Aplikasi perendaman dilakukan dengan merendam batang buah naga pada
bagian pangkal dengan panjang bagian yang direndam 5 cm oleh air kelapa
dengan ketinggian 5 cm dengan air kelapa 20 % dan air biasa 80 % selama
4 jam. Setelah itu, stek batang ditanam dalam media tanam dengan kedalaman
5 cm dari pangkal batang.
2. Cara Penyiraman Air Kelapa
Stek batang ditanam terlebih dahulu dalam media tanam dengan kedalaman
5 cm dari pangkal batang. Setelah ditanam selanjutnya disiram dengan air
kelapa sebanyak 200 ml/polybag dengan air kelapa 20 % dan air biasa 80 %.
Penyiraman dilakukan 4 kali dengan jarak 3 jam sekali pada 1 jam setelah
tanam.
27
3.4.5 Pemeliharaan
Pemeliharaan bibit setek buah naga meliputi:
1. Penyiraman
Penyiraman dilakukan sebanyak dua kali sehari pada waktu pagi dan sore hari
untuk menjaga kelembaban tanah dan tidak dilakukan penyiraman apabila
terjadi hujan dan kondisi tanah masih lembab.
2. Penyiangan gulma
Penyiangan gulma dilakukan apabila di dalam polybag terdapat gulma.
Penyiangan gulma dilakukan dengan mencabut gulma-gulma yang tumbuh
sampai ke akarnya.
3.5 Variabel Pengamatan
Variabel yang akan diamati dalam penelitian ini:
1. Waktu Munculnya Tunas (Hst)
Kemunculan tunas dilihat setiap hari sampai bibit buah naga muncul tunas
kurang lebih 0,5 cm minimal sebanyak lima bibit dalam satu perlakuan untuk
dapat menentukan waktu muncul tunas HST.
2. Jumlah Tunas per stek yang Tumbuh (buah),
pengamatan jumlah tunas dilakukan pada akhir penelitian dengan cara
menghitung seluruh tunas yang panjangnya telah mencapai minimal 2 cm pada
masing-masing stek.
28
3. Rata-Rata Panjang Tunas per Stek (cm),
Pengamatan panjang tunas dilakukan pada akhir penelitian dengan cara
mengukur panjang tunas setiap stek kemudian di jumlahkan dan di bagi jumlah
tunas.
4. Panjang Akar (cm),
Mengamati panjang akar pada akhir percobaan dengan mengambil akar
terpanjang pada masing-masing stek lalu di ukur menggunakan penggaris.
5. jumlah Akar (helai),
Pengamatan jumlah akar dilakukan pada akhir percobaan dengan menghitung
seluruh akar primer pada masing-masing stek.
6. Bobot Basah Akar (g),
Pengamatan bobot basah akar dilakukan pada akhir penelitian dengan
menimbang seluruh akar pada masing-masing stek, sebelum ditimbang akar
dipisahkan dari tanaman dari tanaman setek selanjutnya dibersihkan dari
tanah.
7. Persentase Stek Bertunas (%),
Pengamatan presentase stek bertunas dilakukan pada akhir penelitian dengan
menghitung seluruh stek yang bertunas dibagi dengan seluruh stek yang di
tanam pada masing-masing perlakuan persentase stek bertunas (%)
= Jumlah stek bertunas x 100%
Jumlah stek ditanem
8. Persentase Stek Hidup (%)
Yang dimaksud stek hidup yaitu hingga akhir penelitian masih dalam kondisi
hidup atau segar, baik yang sudah tumbuh akar maupun yang belum tumbuh
29
akar dan tunas, perhitungan stek tumbuh dilakukan dengan cara persentase
stek tumbuh (%) = Jumlah stek tumbuh x 100%
Jumlah setek ditanam
9. Persentase Stek Berakar (%)
Pengamatan persentase stek berakar dilakukan pada akhir penelitian dengan
menghitung seluruh stek yang berakar dibagi dengan seluruh stek yang di
tanam pada masing-masing perlakuan persentase stek berakar (%)
= Jumlah stek berakar x 100%
Jumlah stek ditanam
10. Rasio Tajuk Akar (gr)
Dilakukan diakhir penelitian, rasio tajuk akar diperoleh dengan membagi
bobot tunas kering dengan bobot kering akar.
30
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Waktu Muncul Tunas
Data pengamatan dan analisis ragam muncul tunas tersaji pada Lampiran 4 dan 5.
Hasil analisis ragam (Lampiran 5) menunjukkan bahwa panjang batang dan cara
pemberian air kelapa yang berbeda berpengaruh nyata terhadap muncul tunas,
namun tidak terdapat interaksi antara kedua perlakuan tersebut.
Tabel 3. Waktu Muncul Tunas Stek Batang Buah Naga Akibat Panjang Batang
dan Cara Pemberian Air Kelapa yang Berbeda.
Panjang Batang
(B)
Air Kelapa (A) Rataan
Perendaman (a1) Penyiraman (a2)
……..………..…..HST…………………..
15 cm (b1) 6.61 6.01 6.31 B
20 cm (b2) 6.43 5.16 5.79 AB
25 cm (b3) 5.46 5.01 5.23 A
30 cm (b4) 5.39 5.10 5.20 A
Rata-rata 5.97 b 5.32 a
BNT B = 0,66 BNT A = 0,46
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji
BNT 5 %
Uji BNT (Tabel 3) menunjukkan bahwa panjang batang 20 cm, 25 cm dan 30 cm
menghasilkan waktu muncul tunas lebih cepat dibanding 15 cm, tetapi panjang
batang 20 cm tidak berbeda nyata dengan panjang batang 15 cm. Sedangkan cara
31
pemberian air kelapa perendaman dan penyiraman menghasilkan waktu muncul
tunas berbeda nyata.
4.1.2 Jumlah Tunas per Stek
Data pengamatan dan analisis ragam jumlah tunas per stek disajikan pada
Lampiran 6 dan 7. Hasil analisis ragam (Lampiran 7) menunjukkan bahwa
panjang batang yang berbeda berpengaruh nyata terhadap jumlah tunas per stek,
tetapi cara pemberian air kelapa yang berbeda berpengaruh tidak nyata terhadap
jumlah tunas per stek pada tanaman buah naga merah dan tidak terdapat interaksi
antara kedua perlakuan tersebut.
Table 4. Jumlah Tunas per Stek Tanaman Buah Naga Merah Akibat Panjang
Batang dan Cara Pemberian Air Kelapa yang Berbeda.
Panjang Batang
(B)
Air Kelapa (A) Rata-rata
Perendaman (a1) Penyiraman (a2)
...…………………Buah……………………
15 cm (b1) 1.13 1.07 1.10 A
20 cm (b2) 1.23 1.27 1.25 AB
25 cm (b3) 1.47 1.57 1.52 C
30 cm (b4) 1.40 1.37 1.38 BC
Rata-rata 1.31 1.32
BNT B = 0,23
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji
BNT 5 %.
Uji BNT (Tabel 4) menunjukkan bahwa panjang batang 20 cm, 25 cm dan 30 cm
menghasilkan jumlah tunas per stek buah naga merah lebih baik dibandinkan
dengan 15 cm, tetapi panjang batang 20 cm tidak berbeda nyata dengan panjang
batang 15 cm. Sedangkan cara pemberian air kelapa perendaman dan penyiraman
menunjukan tidak berbeda nyata.
32
4.1.3 Rata-Rata Panjang Tunas per Stek
Data pengamatan dan analisis ragam rata-rata panjang tunas per stek disajikan
pada Lampiran 8 dan 9. Hasil analisis ragam (Lampiran 9) menunjukkan bahwa
panjang batang yang berbeda berpengaruh nyata terhadap rata-rata tunas per stek,
tetapi cara pemberian air kelapa yang berbeda berpengaruh tidak nyata terhadap
rata-rata panjang tunas per stek pada tanaman buah naga merah dan tidak terdapat
interaksi antara kedua perlakuan tersebut.
Table 5. Rata-Rata Panajang Tunas per Stek Buah Naga Merah Akibat Panjang
Batang dan Cara Pemberian Air Kelapa yang Berbeda.
Panjang Batang
(B)
Air Kelapa (A) Rata-rata
Perendaman (a1) Penyiraman (a2)
……………….…..cm…………………….
15 cm (b1) 14.27 13.40 13.84 A
20 cm (b2) 17.86 22.18 20.02 B
25 cm (b3) 24.56 24.92 24.74 BC
30 cm (b4) 26.20 30.56 28.38 C
Rata-rata 20.72 22.76
BNT B = 5,89
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji
BNT 5 %.
Uji BNT (Tabel 5) menunjukkan bahwa panjang batang 20 cm, 25 cm dan 30 cm
menghasilkan rata-rata panjang tunas per stek buah naga merah lebih baik
dibandingkan dengan 15 cm, tetapi yang paling baik panjang batang 30 cm.
Sedangkan pemberian air kelapa dengan cara perendaman dan penyiraman
menghasilkan tidak berbeda nyata.
33
4.1.4 Panjang Akar
Data pengamatan dan analisis ragam panjang akar disajikan pada Lampiran
10 dan 11. Hasil analisis ragam (Lampiran 11) menunjukkan bahwa panjang
batang yang berbeda berpengaruh tidak nyata terhadap panjang akar, tetapi cara
pemberian air kelapa yang berbeda berpengaruh nyata terhadap panjang akar pada
tanaman buah naga merah dan tidak terdapat interaksi antara kedua perlakuan
tersebut.
Tabel 6. Panjang Akar Stek Batang Buah Naga Merah Akibat Panjang Batang
dan Cara Pemberian Air kelapa yang Berbeda.
Panjang Batang
(B)
Air Kelapa (A) Rata-rata
Perendaman (a1) Penyiraman (a2)
………………..…..cm…………………….
15 cm (b1) 23.07 25.09 24.08
20 cm (b2) 24.17 27.98 26.07
25 cm (b3) 27.61 29.83 28.72
30 cm (b4) 24.31 29.19 26.75
Rata-rata 24.79 a 28.02 b
BNT A = 2,88
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji
BNT 5 %
Uji BNT (Tabel 6) menunjukkan bahwa panjang batang menghasilkan hasil yang
tidak berbeda nyata terhadap panjang akar buah naga. Sedangkan pemberian air
kelapa dengan cara penyiraman lebih baik dibandinkan dengan perendaman.
4.1.5 Jumlah Akar
Data pengamatan dan analisis ragam jumlah akar di sajikan pada Lampiran 12
dan 13. Hasil analisis ragam (Lampiran 13) menunjukkan bahwa panjang batang
34
dan cara pemberian air kelapa yang berbeda berpengaruh nyata terhadap jumlah
akar, namun tidak terdapat interaksi antara kedua perlakuan tersebut.
Tabel 7. Jumlah Akar Stek Batang Buah Naga Merah Akibat Panjang Batang dan
Cara Pemberin Air Kelapa yang Berbeda.
Panjang Batang
(B)
Air Kelapa (A) Rata-rata
Perendaman (a1) Penyiraman (a2)
..………………..helai……………………..
15 cm (b1) 6.40 6.47 6.43 A
20 cm (b2) 7.40 9.33 8.37 B
25 cm (b3) 8.93 11.67 10.30 C
30 cm (b4) 8.67 10.00 9.33 BC
Rata-rata 7.85 a 9.37 b
BNT B = 1, 18 BNT A = 0,83
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji
BNT 5 %.
Uji BNT (Tabel 7) menunjukkan bahwa panjang batang 25 cm dan 30 cm
menghasilkan jumlah akar buah naga merah lebih baik dibandingkan dengan
panjang batang 15 cm dan 20 cm, tetapi panjang batang 30 cm tidak berbeda nyata
dengan panjang batang 20 cm. Sedangkan pemberian air kelapa dengan cara
penyiraman menghasilkan jumlah akar buah naga lebih baik dibandingkan
dengan perendaman.
4.1.6 Bobot Basah Akar
Data pengamatan dan analisis ragam bobot basah akar disajikan pada Lampiran
16 dan 17. Hasil analisis ragam (Lampiran 17) menunjukkan bahwa panjang
batang dan cara pemberian air kelapa yang berbeda berpengaruh tidak nyata
terhadap bobot basah akar, namun tidak terdapat interaksi antara kedua perlakuan
tersebut.
35
Tabel 8. Bobot Basah Akar Stek Buah Naga Merah Akibat Panjang Batang dan
Cara Pemberian Air Kelapa yang Berbeda.
Panjang Batang
(B)
Air Kelapa (A) Rata-rata
Perendaman (a1) Penyiraman (a2)
………………..…..Helai……………………
15 cm (b1) 2.38 2.71 2.54
20 cm (b2) 2.56 2.57 2.56
25 cm (b3) 2.91 3.16 3.03
30 cm (b4) 3.03 3.00 3.02
Rata-rata 2.72 2.86
(Tabel 8) menunjukkan bahwa panjang batang dan cara pemberian air kelapa
menghasilkan bobot basah akar buah naga merah tidak berbeda nyata.
4.1.7 Persentase Stek Bertunas
Tabel 9. Persentase Stek Bertunas Stek Buah Naga Merah Akibat Panjang Batang
dan Cara Pemberian Air Kelapa yang Berbeda.
Perlakuan Ulangan
Jumlah Rataan I II III
……………...........%…………………….
b1a1 100 100 100 300 100
b1a2 100 100 100 300 100
b2a1 100 100 100 300 100
b2a2 100 100 100 300 100
b3a1 100 100 100 300 100
b3a2 100 100 100 300 100
b4a1 100 100 100 300 100
b4a2 100 100 100 300 100
Total 800 800 800 2400 800
(Tabel 9) Diatas menunjukkan bahwa perlakuan panjang batang dan cara
pemberian air kelapa yang berbeda memberikan pengaruh yang tidak nyata pada
persentase tumbuh stek bertunas. Semua perlakuan menunjukkan hasil yang sama
baiknya dengan persentase stek bertunas mencapai 100%.
36
4.1.8 Persentase Stek Hidup
Tabel 10. Persentase Stek Hidup Batang Buah Naga Merah Akibat Panjang
Batang dan Cara Pemberian Air Kelapa yang Berbeda.
Perlakuan Ulangan
Jumlah Rataan I II III
……………...........%…………………….
b1a1 100 100 100 300 100
b1a2 100 100 100 300 100
b2a1 100 100 100 300 100
b2a2 100 100 100 300 100
b3a1 100 100 100 300 100
b3a2 100 100 100 300 100
b4a1 100 100 100 300 100
b4a2 100 100 100 300 100
Total 800 800 800 2400 800
(Tabel 10) Diatas menunjukkan bahwa perlakuan panjang batang dan cara
pemberian air kelapa yang berbeda memberikan pengaruh yang tidak nyata pada
persentase tumbuh stek bertunas. Semua perlakuan menunjukkan hasil yang sama
baiknya dengan persentase stek hidup mencapai 100%.
4.1.9 Persentase Stek Berakar
Tabel 11. Persentase Stek Berakar Buah Naga Merah Akibat Panjang Batang
dan Cara Pemberian Air Kelapa yang Berbeda.
Perlakuan Ulangan
Jumlah Rataan I II III
……………............%……………..…….
b1a1 100 100 100 300 100
b1a2 100 100 100 300 100
b2a1 100 100 100 300 100
b2a2 100 100 100 300 100
b3a1 100 100 100 300 100
b3a2 100 100 100 300 100
b4a1 100 100 100 300 100
b4a2 100 100 100 300 100
Total 800 800 800 2400 800
37
(Tabel 11) Diatas menunjukkan bahwa perlakuan panjang batang dan cara
pemberian air kelapa yang berbeda memberikan pengaruh yang tidak nyata pada
persentase tumbuh stek bertunas. Semua perlakuan menunjukkan hasil yang sama
baiknya dengan persentase stek berakar mencapai 100%.
4.1.10 Rasio Tajuk Akar
Data pengamatan dan analisis ragam rasio tajuk akar di sajikan pada Lampiran 23
dan 24. Hasil analisis ragam (Lampiran 24) menunjukkan bahwa panjang batang
dan cara pemberian air kelapa yang berbeda berpengaruh tidak nyata terhadap
muncul tunas, namun tidak terdapat interaksi antara kedua perlakuan tersebut.
Tabel 12. Rasio Tajuk Akar Stek Batang Buah Naga Merah Akibat Panjang
Batang dan Cara Pemberian Air Kelapa yang Berbeda.
Panjang Batang
(B)
Air Kelapa (A) Rata-rata
Perendaman (a1) Penyiraman (a2)
………………..…..gram…………………....
15 cm (b1) 1.31 1.83 1.57
20 cm (b2) 1.50 1.66 1.58
25 cm (b3) 1.60 1.40 1.50
30 cm (b4) 1.58 1.66 1.62
Rata-rata 1.50 1.64
(Tabel 12) menunjukkan bahwa panjang batang dan cara pemberian air kelapa
menghasilkan rasio tajuk akar buah naga tidak berbeda nyata.
4.2 Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa panjang batang memberikan pengaruh nyata
pada peubah muncul tunas, jumlah tunas per stek, rata-rata panjang tunas per stek,
dan jumlah akar, tetapi pada peubah panjang akar, bobot basah akar dan rasio
38
tajuk akar tidak berbeda nyata. Panjang stek 25 cm dan 30 cm memberikan hasil
yang lebih baik dibandingkan panjang stek 15 cm dan 20 cm. Hal ini diduga
karena cadangan makanan pada panjang stek 25 cm dan 30 cm tersebut telah
mampu mendukung pertumbuhan bibit buah naga. Hal ini didukung penelitian
yang dilakukan oleh Nuryana., dkk (2012). Bahwa perlakuan panjang stek 30 cm
menunjukkan hasil dengan tunas terpanjang dibandingkan perlakuan panjang stek
40 cm dan 20 cm. Perlakuan panjang stek 30 cm menunjukkan pertumbuhan
tunas terpanjang yaitu 26,3 cm. Selain itu, kondisi tanah dan media tumbuh yang
mendukung juga mempengaruhi pertumbuhan bibit buah naga. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Lakitan (2000), bahwa sistem perakaran tanaman dapat
dipengaruhi oleh kondisi tanah atau media tumbuh tanaman. Dimana faktor yang
mempengaruhi pola penyebaran akar antara lain suhu, aerasi, ketersediaan air dan
unsur hara.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian air kelapa memberikan pengaruh
berbeda nyata terhadap muncul tunas, panjang akar, dan jumlah akar. Tetapi pada
peubah jumlah tunas per stek, rata-rata panjang tunas per stek, bobot basah akar
dan rasio tajuk akar tidak berpengaruh nyata. Hal ini diduga karena air kelapa
merupakan ZPT alami. Air kelapa merupakan zat pengatur tumbuh auksin dan
sitokinin yang dapat mendukung pembelahan sel embrio sehingga akan memacu
munculnya tunas dan mendukung pertumbuhan akar stek. Hal ini didukung oleh
pernyataan Hartman et al. (1997), penggunaan zat pengatur tumbuh auksin dan
sitokinin bertujuan untuk meningkatkan persentase stek yang membentuk akar,
memacu insiasi akar, meningkatkaan jumlah dan kualitas akar yang terbentuk,
serta meningkatkan keseragaman dalam perakaran.
39
Hasil penelitian menunjukan bahwa penyiraman air kelapa dengan kosentrasi
20 % pada tanaman buah naga merah mampu memberikan pengaruh yang nyata
pada peubah waktu muncul tunas, panjang akar, jumlah akar. Intensitas
penyiraman dilakukan 4 kali dengan jarak 3 jam sekali pada 1 jam setelah tanam.
Hal ini didukung oleh penelitian Budianto (2004), pemberian kosntrasi air kelapa
sampai 20 % mampu meningkatkan pertambahan jumlah tunas dan jumlah daun
bawang merah secara in vitro.
Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat interaksi antara jenis panjang batang
dan cara pemberian air kelapa terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman buah naga
pada semua peubah yang di amati. Hal ini menujukkan bahwa kedua faktor
perlakuan memberikan respon masing-masing sebagai faktor tunggal tanpa
adanya interaksi. Hal ini didukung oleh Lestari (2016), yang menyatakan bahwa
bila pengaruh-pengaruh sederhana suatu faktor berbeda lebih besar dari pada yang
dapat ditimbulkan oleh faktor kebetulan, beda respon ini disebut interaksi antar
kedua faktor itu. Bila interaksinya tidak nyata, maka disimpulkan bahwa faktor-
faktornya bertindak bebas satu sama lain, pengaruh sederhana suatu faktor sama
pada semua taraf faktor lainnya dalam batas-batas keragaman acak.
40
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Panjang batang buah naga merah 25 cm dan 30 cm memberikan hasil lebih baik
dari pada 15 cm dan 20 cm. Panjang batang buah naga 25 cm dan 30 cm
memberikan pengaruh nyata pada peubah muncul tunas, jumlah tunas, rata-rata
panjang tunas per stek dan jumlah akar, tetapi pada peubah panjang akar, bobot
basah akar dan rasio tajuk akar berbeda tidak nyata.
2. Cara pemberian air kelapa menunjukan bahwa penyiraman lebih baik
dibandingkan dengan perendaman. tetapi pada peubah jumlah tunas per stek,
rata-rata panjang tunas per stek, bobot basah akar dan rasio tajuk akar
berpengaruh tidak nyata.
3. Tidak terjadi interaksi antara panjang batang dan cara pemberian air kelapa
terhadap pertumbuhan stek buah naga merah pada semua peubah yang di
amati.
5.2 Saran
1. Berdasarkan hasil penelitian maka disarankan kepada petani bahwa penggunaan
bibit yang digunakan harus tinggi 25 cm sampai 30 cm keatas.
2. Perlu dilakukan penelitian serupa dengan dosis air kelapa yang lebih tinggi dari
20 %.
41
DAFTAR PUSTAKA
Akhyar, F. dan Syukur, C. 2003. Lada Perdu Untuk Bisnis dan Hobi. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Asmoel. 2013. Budidaya Buah Naga Organik.http://www.dragonfruit.com.
Nuryana., A. Armaini., Ardian. 2012. Kajian Komposisi Media dan Panjang Stek
Terhadap Pertumbuhan Bibit Tanaman Buah Naga (Hylocereus
costaricensis L.). Riau.
Aysa N., H. Rosneti, dan Rover. 2013. Pengaruh Perendaman Dengan Air
Kelapa Muda dan Pupuk Growmore Terhadap Pertumbuhan Stek Buah
Naga (Hylocereus polyhizus L.). J. Green Swarnadwipa. 3 (1): 11—19.
Badan Litbang Departemen Pertanian RI. 2007. Buah Naga Kuatkan Fungsi
Ginjal.http://www.infosehat.com.
Boy, Y.; W. Syafii dan Sutrisna. 2006. Pengaruh Pemberian Giberelin dan Air
Kelapa Terhadap Pertumbuhan Anggrek Bulan. J. Biogenesis. 2 (2): 41—
46.
Budiono, D. P. 2004. Multiplikasi in Vitro Tunas Bawang Merah (Allium
ascalonicum L.) pada Berbagai Taraf Konsentrasi Air Kelapa. J.
Agronomi. 8 (2): 75—80.
Cahyono, B. 2009. Sukses Bertanem Buah Naga. Jakarta: Pustaka Mina. Halaman
14—16.
Darlina, Hasanuddin, Rahmatan., H. 2016. Pengaruh Penyiraman Air Kelapa
(Cocos nucifera L.) Terhadap Pertumbuhan Vegetatif Lada (Piper Nigrum
L.) FKIP Unsyiah Pendidikan Biologi Banda Aceh.htt://media.
neliti.com/media/publicactions/187137-ID-pengaruh-penyiraman-air-
kelapa-cocos-nuc.pdf.
Djamhuri., dan Edjie. 2011. Pemanfaatan Air Kelapa untuk Meningkatkan
Pertumbuhan Stek Pucuk Meranti Tembaga (Shorea leprosula Miq.). J.
Silvakukultur Tropika. 2 (1):5—8.
Emil. 2011. Untung Berlipat dari Bisnis Buah Naga Unggul. Yogyakarta; Lily
Publisher. Hal 13.
42
Fajarwati, S. Y. 2011. Analisis Sitologi Tanaman Buah Naga Jingga dan
Kaitanya Dengan Kualitas Buah. Skripsi. Fakulitas Pertanian.
Gardner, F. P., R. B. Pearce, dan R. L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman
Budidaya. Terjemahan oleh H. Susilo. Universitas Indonesia (UI Press).
Jakarta. 428 hlm.
George H. Fried, dan George J. Hademenos. 2005. Schaum’s Outlines Biologi.
Edisi Kedua, Jakarta: Erlangga.
Hardjadinata, 2010. Budidaya Buah Naga Super Red Secara Organik. Penebar
Swadaya, Jakarta. 53 hlm
Hartmann, H. T., D. E. Kester, F. T. Davies, dan R. L. Geneve. 1997. Plant
Propagation (6 th Edition) by Cutting. Upper Saddle River. New Jersey.P.
276—327.
Heddy, S. 1996. Hormon Tumbuhan. PT. Raja Grafindo Persaja. Jakarta. 107 hlm.
Hendaryono, D. P. S. dan Wijayani. 1994. Teknik Kultur Jaringan dan
PetunjukPerbanyakan Tanaman Secara Vegetatif Modern. Yogyakarta:
Kanisius.
Hendaryono., D. P. S. dan Wijayani, Ari. 2007. Teknik Kultur Jaringan.
Yogyakarta: Kanisius.
Kristanto, D. 2009. Buah Naga: Pembudidayaan di Pot dan di Kebun. Penebar
Swadaya, Jakarta. 92 hlm.
Kristina, N. N. dan Syahid. S. F. 2012. Pengaruh Air Kelapa Terhadap
Multiplikasi Tunas in vitro, Produksi Rimpang, dan Kandungan
Xanthorrhizol Temulawak di Lapangan. J. Penelitian Tanaman Industri. 18
(3): 125—134.
Lakitan, B. 1995. Hortilkultura: Teori, Budidaya, dan Pasca Panen. PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta. 219 hlm.
Lawalata, I. J. 2011. Pemberian Beberapa Pemberian ZPT Terhadap Reenerasi
Tanaman Gloxinia (Siningea speciosa) dari Eksplan Batang dan Daun
secara In Viro. J. Exp. Life. Sei, 1 (2): 85—87.
Lestari, A. P. 2016. Kajian Efek Asam Salisilat pada Planlet Selada (Lactuca
sativa L.) Dalam Kondisi Cekaman Kekeringan Secara In Vitro. (skripsi).
Jurusan Biologi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Universitas Lampung.
Lutfia, U. 2016. Respon Pertumbuhan Stek Batang Buah Naga Merah
(Hylocereus costaricennsis L.) Terhadap Pemberian Air Kelapa. (Skripsi).
Fakulitas Pertanian Universitas Lampung.
43
Mandiri, T. K. T. 2010. Pedoman Bertanam Lada. Nuansa Aulia. Bandung.
Nana, S. A. B. P. dan Z. Salamah. 2014. Pertumbuhan Tanaman Bawang Merah
(Allium cepa L.) dengan Penyiraman Air Kelapa (Cocosnuci fera L.)
Sebagai Sumber Biologi SMA Kelas XII JUPEMASI-PBIO. Penebar
Swadaya. Jakarta. 86 hlm.
Purwanto J., A. Asngad, dan T. Suryani. 2012. Pengaruh Media Tanam Arang
Sekam dan Batang Pakis Terhadap Pertumbuhan Cabai Merah Keriting
(capsicum annum L.) Ditinjau dari intensitas penyiraman air kelapa.
Seminar Nasional IX Pendidikan Biologi FKIP UNS. 6 hlm.
Redaksi Agro Media. 2009. Kunci Sukses Memperbanyak Tanaman. Agro Media
Pustaka, Jakarta. 50 hlm.
Rahayu. 2014. Budidaya Buah Naga Cepat Panen. Infra Hijau, Jakarta
Rika. 2015. Pertumbuhan dan Pembuangan Krisan (Chrysanthemum indicum L.)
Pada Berbagai Kosentrasi Air Kelapa dan vitamin B1. Skripsi, Universitas
Hasanudin Makasar.
Renvillia, R., A. Bintoro, dan M. Riniarti. 2015. Penggunaan Air Kelapa Untuk
Setek Batang Jati (Tectona grandis). (J. Sylva Lestari.) 4 (1): 61—68.
Satria, F., 2011. Pengaruh beberapa konsentrasi atonik pada pertumbuhan stek
buah naga berdaging merah (Hylocereus costaricensis (Web) Britton &
Rose). (Skripsi). Universitas Andalas. Padang. 76 hlm.
Sparta A. dan Rachman T. 2012. Pengaruh Berbagai Panjang stek Terhadap
Pertumbuhan Bibit Buah Naga. (Jurnal Balai Penelitian.) Vol 2 (3): 2—5.
Seswita, D. 2010. Penggunaan Air Kelapa Sebagai Zat Pengatur Tumbuh pada
Multiplikasi Tunas Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) in vitro. J.
Littri. 16 (4): 135—140.
Setyowati, A. 2008. Analisis Morfologi dan Sitologi Tanaman Buah Naga Kulit
Kuning (Selenicereus megalanthus). Skripsi. Fakultas Pertanian.
Universitas Sebelas Maret.
Sujarwati, S. Fathonah, E. Johani, dan Herlina. 2011. Penggunaan Air Kelapa
untuk Meningkatkan Perkecambahan dan Pertumbuhan Palem Putri
(Veitchia merilli). J. Sagu. 10 (1): 24—28.
Sinatra. 2010. Budidaya Buah Naga Super Red Secara Organik. Bogor: Penebar
Swadaya.
44
Tim Karya Tani Mandiri. 2010. Pedoman Bertanam Buah Naga. CV. Nuansa
Aulia, Bandung. 152 hlm.
Winarsih, S. 2007. Mengenal dan Membudidayakan Buah Naga. Aneka Ilmu,
Semarang. 240 hlm.
Yanti, A. A. 2008. Kajian Media Tanam dan Konsentrasi BAP Terhadap
Pertumbuhan Stek Tanaman Buah Naga Daging Putih.[Tesis]. Surakarta.