Salep Kayu Naga

33
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kapal perang adalah kapal yang digunakan untuk kepentingan militer atau angkatan bersenjata .Kehadiran kapal perang dimulai ketika banyak kerajaan atau pemerintahan membutuhkan atau merasa perlu menegaskan posisinya di perairan sekaligus memberikan jaminan keamanan di perairan untuk melindungi negaranya dan aktivitasnya seperti nelayan dan perdagangan. Perkembangan t eknologi pada kapal perang tidak terlepas dari perkembangan teknologi pada dunia pelayaran pada umumnya. Sehingga diperlukan cara atau tindakan untuk menjaga alutsi s ta yang ada dalam kapal perang. Fumigasi merupakan salah satu program kerja Diskes Kolinlamil ( Dinas Kesehatan Komando Lintas Laut Militer ) y ang diselenggarakan setiap Triwulan dengan skala prioritas untuk pemeliharaan kapal perang dari serangan hama, salah satunya tikus yang dapat merusak kelengkapan peralatan dalam mengoperasikan kapal perang. Dalam pelaksanaan fumigasi, guna untuk memaksimalkan pemusnahan tikus 1

Transcript of Salep Kayu Naga

Page 1: Salep Kayu Naga

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Kapal perang adalah kapal yang digunakan untuk kepentingan militer

atau angkatan bersenjata.Kehadiran kapal perang dimulai ketika banyak

kerajaan atau pemerintahan membutuhkan atau merasa perlu menegaskan

posisinya di perairan sekaligus memberikan jaminan keamanan di perairan

untuk melindungi negaranya dan aktivitasnya seperti nelayan dan

perdagangan. Perkembangan teknologi pada kapal perang tidak terlepas dari

perkembangan teknologi pada dunia pelayaran pada umumnya. Sehingga

diperlukan cara atau tindakan untuk menjaga alutsista yang ada dalam kapal

perang.

Fumigasi merupakan salah satu program kerja Diskes Kolinlamil

(Dinas Kesehatan Komando Lintas Laut Militer) yang diselenggarakan setiap

Triwulan dengan skala prioritas untuk pemeliharaan kapal perang dari

serangan hama, salah satunya tikus yang dapat merusak kelengkapan

peralatan  dalam mengoperasikan kapal perang. Dalam pelaksanaan fumigasi,

guna untuk memaksimalkan pemusnahan tikus di daerah atau bagian pojok-

pojok kapal disebarkan Mephos yang berbentuk sediaan tablet(1).

Kayu naga atau kayu pakis haji mempunyai alur motif seperti ular dan

ukiran kayu seperti kaligrafi. Khasiat alami Kayu Naga untuk mengusir tikus

dan hama telah dipercaya secara luas, terutama oleh masyarakat Kudus dan

sekitar Muria. Banyak peternak dan petani menggunakan Kayu Naga atau

kulit Kayu Naga untuk mengusir hama tikus, kalangan rumah tangga pun

demikian. Dibandingkan penggunaan lem tikus atau kamper tikus, Kayu

Nagajelas jauh lebih efektif(2).Oleh karena itu, kami sebagai calon formulator

mencoba membuat preformulasi sediaan salepkayu naga yang berkhasiat

sebagai pengusir tikus.

1

Page 2: Salep Kayu Naga

I.2. Rumusan Masalah

Apakah ekstrak kayu naga (Alsophila glauca) dapat di preformulasi

sebagai sediaan salep yang berefek sebagai antitikus?

I.3. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah:

Untuk memperoleh preformulasi sediaan salep ekstrak kayu naga (Alsophila

glauca) yang dapat berefek sebagai antitikus.

I.4. Manfaat

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

Diperoleh preformulasi sediaan salep ekstrak/ minyak atsiri kayu naga

(Alsophila glauca) yang dapat berefek sebagai antitikus.

2

Page 3: Salep Kayu Naga

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Kayu Naga / Pakis Haji(3)

1. Klasifikasi Tanaman Pakis Haji

Divisio : Pteridophyta (paku-pakuan)

Kelas : Pteriopsida

Ordo : Cyatheales

Famili : Cyatheaceae

Genus : Alsophilla

Spesis : Daucus

Varietas : Alsophila glauca (BI.) J.Sm

2. Morfologi Tanaman

Pakis haji memiliki nama daerah antara lain Paku ari

(Palembang);Paku Simpai, Paku Tunggak (Sumatera Barat), Paku

Bagedor, Pakis Haji (Sunda); Paku aji, Paku Arjuna (Jawa); Biung

(Makassar);Giro (Tidore).

Tanaman Pakis Haji memiliki tinggi 5-15 m, bentuk batang tegak,

bulat, tidak bercabang, permukaan kasar, bekas tangkai daun tampak

menonjol dan coklat. Bentuk daun majemuk ganda, duduk memeluk

batang, panjang 2-3 m, lebar 11/2, tangkai berduri tajam, anak daun halus,

tepi bergerigi, hijau. Spora berbentuk kotak bulat, dibawah permukaan

yang sudah tua, terdiri dari dua baris, coklat. Akar serabut, coklat tua

sampai hitam.

3. Kandungan kimia

Tunas, daun, dan batang Alsophila glauca mengandung polifenol ;

daun dan batangnya mengandung flavonoida; di samping itu batang dan

tunasnya juga mengandung saponin.

3

Page 4: Salep Kayu Naga

4. Manfaat

Tangkai daun muda dan pucuk/umbut Alsophila glauca dapat

dijadikan bahan makanan dengan cara direbus bebarapa kali dan dibuang

airnya rebusannya.Daunnya bisa digunakan untuk atap bivoac dengan cara

dianyam dan dipadukan dengan daun tumbuhan lain.

Seratnya atau bulu-bulu pada tunas dan pangkal daun dapat

dimanfaatkan untuk pengisi  bantal, guling dan kasur, bahkan di Jerman

komoditas ini cukup berharga. Batangnya setelah dikeringkan bermanfaat

untuk kayu bakar sedangkan kayunya bermanfaat sebagai pengusir tikus.

II.2.Ekstraksi

1. Definisi Ekstraksi

Ekstraksi adalah penyarian zat-zat aktif dari bagian tanaman

obat. Adapun tujuan dari ekstraksi yaitu untuk menarik komponen

kimia yang terdapat dalam simplisia(4).

2. Tujuan Ekstraksi

Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik semua komponen kimia

yang terdapat dalam simplisia. Ekstraksi ini didasarkan pada

perpindahan massa komponen zat padat ke dalam pelarut dimana

perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka, kemudian berdifusi

masuk ke dalam pelarut(5).

3. Prinsip umum ekstraksi

Prinsip dari proses pengekstraksian komponen kimia dalam sel

tanaman yaitu pelarut organik akan menembus dinding sel dan masuk ke

dalam rongga sel yang mengandung senyawa aktif. Senyawa aktif

tersebut akan larut dalam pelarut organik di luar sel, maka larutan

terpekat akan berdifusi keluar sel dan proses ini akan berulang terus

sampai terjadi keseimbangan antara konsentrasi cairan di dalam dan di

luar sel(6).

4

Page 5: Salep Kayu Naga

4. Jenis Ekstraksi(6)

a. Ekstraksi secara dingin

1) Metode maserasi

Maserasi merupakan cara penyarian sederhana yang dilakukan

dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari

selama beberapa hari pada temperatur kamar.

Metode maserasi digunakan untuk menyari simplisia yang

mengandung komonen kimia yang mudah larut dalam cairan

penyari, tidak mengandung benzoin, tiraks dan lilin.

Keuntungan dari metode ini adalah peralatannya sederhana.

Sedang kerugiannya antara lain waktu yang diperlukan untuk

mengekstraksi sampel cukup lama, cairan penyari yang

digunakan lebih banyak, tidak dapat digunakan untuk bahan-

bahan yang mempunyai tekstur keras seperti benzoin, tiraks dan

lilin.

Metode maserasi dapat dilakukan dengan modifikasi

sebagai berikut :

a. Modifikasi maserasi melingkar

b. Modifikasi maserasi digesti

c. Modifikasi Maserasi Melingkar Bertingkat

d. Modifikasi remaserasi

e. Modifikasi dengan mesin pengaduk

2) Metode soxhletasi

Soxhletasi merupakan penyarian simplisia secara

berkesinambungan, cairan penyari dipanaskan sehingga

menguap, uap cairan penyari terkondensasi menjadi molekul-

molekul air oleh pendingin balik dan turun menyari simplisia

dalam klongsong dan selanjutnya masuk kembali ke dalam labu

alas bulat setelah melewati pipa sifon.

Metode ini terbatas pada ekstraksi dengan pelarut murni

atau campuran azeotropik dan tidak dapat digunakan untuk

5

Page 6: Salep Kayu Naga

ekstraksi dengan campuran pelarut, misalnya

heksan :diklormetan = 1 : 1, atau pelarut yang diasamkan atau

dibasakan, karena uapnya akan mempunyai komposisi yang

berbeda dalam pelarut cair di dalam wadah.

3) Metode perkolasi

Perkolasi adalah cara penyarian dengan mengalirkan penyari

melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi.Keuntungan

metode ini adalah tidak memerlukan langkah tambahan yaitu

sampel padat (marc) telah terpisah dari ekstrak. Kerugiannya

adalah kontak antara sampel padat tidak merata atau terbatas

dibandingkan dengan metode refluks, dan pelarut menjadi

dingin selama proses perkolasi sehingga tidak melarutkan

komponen secara efisien.

b. Ekstraksi secara panas

1) Metode refluks

Keuntungan dari metode ini adalah digunakan untuk

mengekstraksi sampel-sampel yang mempunyai tekstur kasar

dan tahan pemanasan langsung. Dan kerugiannya adalah

membutuhkan volume total pelarut yang besar dan sejumlah

manipulasi dari operator.

2) Metode destilasi

Dasar pemisahan destilasi adalah perbedaan dua titik didih dua

cairan atau lebih. Jika campuran dipanaskan maka komponen

yang titik didihnya lebih rendah akan menguap lebih dulu.

Dengan mengatur suhu secara cermat komponen larutan akan

menguap dan mengembunkan komponen demi komponen secara

bertahap. Proses pengembunan terjadi dengan mengalirkan uap

ke tabung pendingin.

Alat-alat yang digunakan dalam destilasi cukup

sederhana.Pertama tempat sampel, berupa reservoar biasanya

dipilih labu alas bulat, kondensor untuk mengembunkan uap dan

6

Page 7: Salep Kayu Naga

tempat destilat.Pemanas yang digunakan dapat berupa kompor

listrik atau heating mantle yang dapat diatur suhunya.Untuk

mengontrol suhu uap, pada salah satu ujung labu dipasang

termometer.

Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam

destilasi adalah kondisi saat pemanasan labu didih. Dalam

keadaan suhu dan tekanan tinggi, labu dapat mengalami ledakan

yang dikenal sebagai super heated. Secara teknis, sebelum

proses pemanasan, di dalam labu didih disertakan agen anti

bumping seperti pecahan porcelain. Pori-pori porcelain dapat

menyerap panas dan meratakan panas ke seluruh sistem.Metode

destilasi digunakan pada larutan yang mempunyai titik didih

moderat sekitar 100 oC.Apabila terdapat sampel dengan titik

didih sangat tinggi, tidak disarankan menggunakan teknik

pemisahan destilasi karena dua hal yaitu suhu dan tekanan tinggi

rawan ledakan dan pada suhu tinggi senyawa dapat mengalami

dekomposisi atau rusak. Terdapat berbagai macam destilasi,

diantaranya:

- Destilasi sederhana : Penguapan suatu larutan dengan

pemanasan dan uap diembunkan kembali oleh kondensor.

- Destilasi Uap : Penyulingan senyawa-senyawa volatil yang

kurang larut dalam air melalui semburan uap di atas

campuran sehingga zat yang lebih volatile akan menyuling

ke dalam uap dan diembunkan sebagai destilat. Karena

senyawa kurang larut air, maka senyawa yang diinginkan

dapat dengan mudah dipisahkan dari air yang ikut

mengembun sebagai destilat. Destilasi uap digunakan dalam

pembuatan parfum.

- Destilasi destruktif : disebut juga destilasi kering, suatu

proses penyulingan dari sampel padat dengan pemanasan

7

Page 8: Salep Kayu Naga

sampai menguap dan diembunkan kembali. Contoh destilasi

batubara menjadi kokas.

- Destilasi fraksional : Penyulingan yang dilakukan dengan

refluks parsial karena luas permukaan dalam kolom

fraksionasi yang digunakan memungkinkan terjadinya

keseimbangan uap-cair. Uap hasil destilasi pertama akan

mengembun kembali dan melewati sel berikutnya, menguap

kembali. Proses ini berlangsung berulang-ulang. Semakin

banyak kolom fraksionasi, maka pemisahan semakin

sempurna. Senyawa yang berada pada puncak kolom adalah

senyawa paling volatil/titik didih paling rendah. Contoh :

pemisahan fraksi-fraksi dalam minyak bumi.

II.3.Salep

Salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal

pada kulit atau selaput lendir(7). Berdasarkan sifat fisika-kimia, dasar salep

yang ideal adalah stabil, bereaksi netral, tidak mengotori, tidak bereaksi

menghilangkan lemak, tidak higroskopis, dapat dihilangkan dengan air dapat

campur dengan semua obat, bebas dari bau yang tidak enak, tidak member

noda, mampu memenuhi sebagai medium bagi obat yang tidak larut dalam

lemak atau air, efisien untuk kulit kering, berminyak atau basah, dapat

disimpan untuk penggunaan ekstemporer, dapat mengandung 50 % air,

mudah dibuat atau melunak pada suhu badan(8).

Dasar salep yang digunakan sebagai pembawa dibagi dalam 4 kelompok

: dasar salep senyawa hidrokarbon, dasar salep serap, dasar salep yang dapat

dicuci dengan air, dasar salep larut dalam air. Setiap salep obat menggunakan

salah satu dasar salep tersebut.

Dasar salep hidrokarbon. Dasar salep ini dikenal sebagai dasar salep

berlemak antara lain vaselin putih dan salep putih. Hanya sejumlah kecil

komponen berair dapat dicampurkan ke dalamnya.Salep ini dimaksudkan

untuk memperpanjang kontak bahan obat dengan kulit dan bertindak sebagai

8

Page 9: Salep Kayu Naga

pembalut penutup.Dasar salep hidrokarbon digunakan terutama sebagai

emolien dan sukar cuci.Tidak mengering dan tidak berubah dalam waktu

lama.

Dasar salep serap.Dasar salep ini dapat dibagi dalam 2 kelompok.

Kelompok pertama terdiri dari atas salep yang bercampur dengan air

membentuk emulsi air dalam minyak ( Parafin Hidrofilik dan Lanolin

Anhidrat ) dan kelompok kedua terdiri atas emulsi air dalam minyak yang

dapat bercampur dengan sejumlah larutan air tambahan (Lanolin). Dasar

salep serap juga bermanfaat sebagai emolien.

Dasar salep yang dapat dicuci dengan air. Dasar salep ini adalah emulsi

minyak dalam air antara lain Salep Hidrofilik dan lebih tepat disebut “ krim “.

Dasar ini dapat dinyatakan juga sebagai “ dapat dicuci dengan air “ karena

mudah dicuci dari kulit atau dilap basah, sehingga lebih dapat diterima untuk

dasar kosmetik. Beberapa bahan obat dapat menjadi lebih efektif

menggunakan dasar salep ini daripada dasar salep hidrokarbon. Keuntungan

lain dari dasar salep ini adalah dapat diencerkan dengan air dan dapat mudah

menyerap cairan yang terjadi pada kelainan dermatologic.

Dasar salep larut air. Kelompok ini disebut juga “ dasar salep tak

berlemak “ dan terdiri dari konstituen larut air. Dasar salep jenis ini

memberikan banyak keuntungan seperti dasar salep yang dapat dicuci dengan

air dan tidak mengandung bahan larut air seperti parrafin, lanolin anhidrat

atau malam. Dasar salep ini lebih tepat disebut “ gel “.

Pemilihan dasar salep.Pemilihan dasar salep tergantung pada beberapa

faktor seperti khasiat yang diinginkan, sifat bahan obat yang dicampurkan,

ketersediaan hayati, stabilitas dan ketahanan sediaan jadi.Dalam beberapa hal

perlu menggunakan dasar salep yang kurang ideal untuk mendapatkan

stabilitas yang diinginkan. Misalnya obat-obatan yang cepat terhidrolisasi,

lebih stabil dalam dasar salep hidrokarbon daripada dasar salep yang

mengandung air, meskipun obat tersebut bekerja lebih efektif dalam dasar

salep yang mengandung air(9).

9

Page 10: Salep Kayu Naga

II.4.Bahan Tambahan

a. Nipagin (10,11,12)

1) Nama kimia : Nipagin

2) Nama Lain : 4-hydroxybenzoic acid methyl ester; methyl p-

hydroxybenzoate; Nipagin M;

3) Rumus Molekul : C8H8O3

4) Berat Molekul : 152,15

5) Pemerian : hablur kecil, tidak berwarna atau serbuk hablur,

putih; Tidak berbau atau berbau khas lemah; mempunyai sedikit rasa

terbakar.

6) Kelarutan : sukar larut dalam air, dalam benzene dan dalam

Karbon tetraklorida; mudah larut dalam etanol dan dalam eter

7) Stabilitas : stabil terhadap pemanasan dan stabil dalam bentuk

larutan

8) Konsentrasi : 0,02 – 0,3%

9) Fungsi : pengawet anti mikrobial

10) Titik Lebur : 125–128°C

11) pH : -

12) OTT : Aktivitas antimikroba metal paraben dan paraben

Lainnya berkurang dengan adanya surfaktan non ionik, seperti polisorbat

80, sebagai hasil dari micellization. Namun propilen glikol telah

menunjukkan potensi aktivitas antimikroba dari paraben dengan

penambahan surfaktan non ionik dan mencegah interaksi antara metal

paraben dan polisorbat 80. Inkompatibilitas dengan subtansi lain, seperti

bentonite, magnesium trisilikat, talk, tragankan, natrium alginate, minyak

essensial, sorbitol, dan atropine telah dilaporkan. Juga dilaporkan bereaksi

dengan bermacam-macam gula dan yang berhubugan dengan gula

alkohol.Penyerapan methyl paraben dengan plastiK juga telah dilaporkan;

jumlah yang diserap tergantung pada jenis plastik.Telah diklaim bahwa

kepadatan rendah dan kepadatan tinggi polyethylene botol tidak menyerap

10

Page 11: Salep Kayu Naga

metal paraben.Methyl paraben tidak berwarna dengan penambahan besi

dan terhidrolisis oleh basa lemah dan asam kuat substitusi.

13) Wadah dan penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

b. Nipasol (10,11,12)

1) Nama kimia : Nipasol

2) Nama Lain : propyl paraben, propyl hidroxybenzoate, propylis

Para hidroxy benzoas, propyl parasept, solbrol, 4-

hidroxybenzoic acid propyl ester

3) Rumus Struktur : C10H12O3

4) Berat Molekul : 180,20

5) Pemerian : serbuk putih atau hablur kecil, tidak berwarna

6) Kelarutan : sangat sukar larut dalam air, mudah larut dalam

etanol, dan dalam eter; sukar larut dalam air

mendidih

7) Stabilitas : stabil terhadap pemanasan

8) Konsentrasi : 0,01 – 0,6 %

9) Fungsi : pengawet anti fungi

10) Titik Lebur : 95 - 980 C

11) pH : -

12) OTT : magnesium alumunium silikat, magnesium

trisilikat, Mengabsorbsi propel paraben, berubah warna dengan adanya

besi.

13) Wadah dan penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

c. Paraffin Liquidum (10,11,12)

1) Nama kimia : Paraffin Liquidum

2) Nama Lain : Avatech; Drakeol; heavy mineral oil; heavy liquid

petrolatum; liquid petrolatum; paraffin oil; Sirius; white mineral oil

3) Berat Molekul : -

11

Page 12: Salep Kayu Naga

4) Pemerian : cairan kental, transparan, tidak berfluoresensi;

tidak berwarna; hampir tidak berbau; hampir tidak mempunyai rasa.

5) Kelarutan : praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol

(95%) P; larut dalam kloroform P dan dalam eter P.

6) Stabilitas : terjadi oksidasi bila dalam suasana panas dan

terang.

7) Konsentrasi : 0,1 – 95,0 %

8) Fungsi : sebagai basis salep hidrokarbon

9) Titik Lebur : -

10) pH : -

11) OTT : Inkompatibel dengan agen pengoksidasi kuat

12) Wadah dan penyimpanan: Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari

cahaya

d. Vaselin Alba (10,11,12)

1) Nama kimia : Vaselin Album

2) Nama Lain : Merkur; mineral jelly; petroleum jelly; Silkolene;

Snow white; Soft white; yellow petrolatum; yellow petroleum jelly

3) Berat Molekul : -

4) Pemerian : putih atau kekuningan pucat, massa berminyak

Transparan dalam lapisan tipis setelah didinginkan pada suhu 00C.

5) Kelarutan : tidak larut dalam air, sukar larut dalam etanol

dinginAtau panas dan dalam etanol mutlak dingin, mudah larut dalam

benzena, sebagian besar minyak lemak, dan dalam minyak atsiri

6) Stabilitas : jika teroksidasi dapat menimbulkan warna dan bau

Yang tidak dikehendaki. Untuk mencegah dapat ditambahkan antioksidan

7) Konsentrasi : hingga 100 %

8) Fungsi : sebagai basis salep, emolient

9) Titik Lebur : 38–60°C

10) pH : -

12

Page 13: Salep Kayu Naga

11) OTT : Petrolatum dalam material inert dengan

sedikitinkompatibilitas

12) Wadah dan penyimpanan : Dalam wadah tertutup, sejuk, dan kering

e. Alpha Tokoferol

Nama Kimia : Alpha-Tocopherol

Nama lain : Natural alpha tocopherol; (þ)-(2R,40R,80R)-

2,5,7,8-tetramethyl-2-(40,80,120-trimethyltridecyl)-6-chromanol;d-

atocopherol; vitamin E.

Berat Molekul : 430,72

Pemerian : tidak berbau, tidak berwarna atau berwarna

kuning kecoklatan, kental seperti minyak

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam

etanol 95%, dapat bercampur dengan aseton, kloroform, eter dan minyak

sayur.

Stabilitas : terjadi oksidasi lambat dengan oksigen di udara,

terjadi oksidasi cepat dengan adanya besi dan garam perak

Konsentrasi : 0,001-0,05% v/v

Fungsi : antioksidan

Titik lebur : -

pH : -

OTT : Inkompatibel dengan peroksida dan ion logam,

terutama besi, tembaga dan perak.

Wadah dan penyimpanan : disimpan dalam wadah yang tertutup rapat, kering,

sejuk dan terlindung dari cahaya.

13

Page 14: Salep Kayu Naga

BAB III

METODE KERJA

III.1.Alat dan Bahan

1. Alat yang digunakan

Anak timbangan, batang pengaduk, beaker glass, cawan penguap,

erlenmeyer, kertas perkamen, labu ukur, lumpang dan mortir

objek glass, pot, spektrofotometer, stop watch, sudip

spatula, thermometer, tabung reaksi dan raknya, timbangan, viscometer

Brookfield, water bath.

2. Bahan yang digunakan

Ekstrak kayu naga (Alsophila glauca), Nipagin, Nipasol, Paraffin

Liquidum, Vaselin Alba, α-tokoferol

III.2.Prosedur Kerja

1. Rancangan Formula

Bahan

Maserasi

(Ekstrak)

%

I II III

Kayu

Naga

10 20 30

Nipasol 0.02 0.02 0.02

Nipagin 0.18 0.18 0.18

Paraffin

Liquidum

10 10 10

α-

tokoferol

0.05 0.05 0.05

Vaselin

alba ad

100 100 100

2. Perhitungan Bahan

14

Page 15: Salep Kayu Naga

Perhitungan untuk 1 pot @ 60 gram

Ekstrak kayu Naga

Formula I = 10 % x 60 g

= 6 g

Formula II = 20 % x 60 g

=12 g

Formula III = 30%x 60 g

=18 g

Nipagin (Formula I, II, III) =0,18 g100 g

x 60g

= 0,108 g

Nipasol (Formula I, II, III) =0,02 g100 g

x60g

= 0,012 g

α-tokoferol (Formula I, II, III) = 0.05 % x 60 g

= 0,03 g

Paraffin liquidum (Formula I, II, III) = 10 g

100 g x 60 g

= 6 g

Vaselin alba

Formula I = 60 g – (6 g + 0,108 g + 0,012 g + 0.03 g + 6g)

=g

Formula II =60 g – (13g + 0,108 g + 0,012 g + 0.03g + 6g)

= 39.97 g

Formula III =60 g – (19g + 0,108 g + 0,012 g + 0.03 g + 6 g)

= 33.39 g

15

Page 16: Salep Kayu Naga

Vaselin album Dileburkan pada suhu 70oC

Campuran 1Nipagin

Didinginkan dengan cara pengadukan

hingga suhunya 40oC

Evaluasi :Penampilan SalepUji homogenitas Uji viskositas salep

DitambahkanEkstrak kayu naga

Diaduk hingga homogen

Ditambahkan paraffin liquid + nipasol

Diaduk hingga homogen

Salep Kayu Naga

diuji

OrganoleptisDitambahkan pada suhu 70oC

Warna Campuran yang sudah didinginkanAroma Bentuk Salep Kayu Naga

3. Pembuatan Salep Kayu Naga

III.3.Evaluasi

1. Penampilan Salep

16

Page 17: Salep Kayu Naga

Salep Kayu Naga

diletakkan di atas kaca objek ditutup dengan kaca objek lain ditekan diamati kehomogenannya

Hasil

Salep Kayu Naga

Diambil secukupnyadiletakkan dalam beker glass 250 mLdigunakan spindel 4 dengan kecepatan 12 rpmdihitung hasil pembacaan

Hasil

Uji ini dilakukan untuk mengetahui spesifikasi dari salep secara

organoleptik meliputi bentuk, warna dan aroma.

2. Uji Homogenitas

.

Uji homogenitas ini dilakukan untuk mengetahui kehomogenitas ataukeseragaman dari sediaan salep (Wardhani et al., 2010).

3. Uji Viskositas

Uji viskositas ini dilakukan untuk mengetahui kekentalan atau viskositas dari sediaan salep. Uji dilakukan dengan alat viskometer Brookefield (Rajalakshmi et al., 2009).

17

Page 18: Salep Kayu Naga

BAB IV

PEMBAHASAN

Salep kayu naga berasal dari ekstrak kayu naga (Alsophila glauca) yang

diharapkan berkhasiat sebagai pengusir tikus. Kayu Naga (Alshophila glauca)

berdasarkan pengalaman empiris digunakan oleh masyarakat luas khususnya

masyarakat kudus dan gunung muria sebagai pengusir tikus. Salep ini di

preformulasi untuk pemakaian pada tali kapal perang TNI Angkatan Laut agar

ketika bersandar di dermaga, tikus yang biasa masuk melewati tali kapal tidak

berani lagi.

Rancangan formula yang dihasilkan adalah ekstrak kayu naga sebagai zat

aktif dengan konsentrasi 10%, 20%, 30%. Kandungan kimia yang terkandung

berupa flavonoid, polifenol dan saponin. Metode ekstraksi yang digunakan adalah

maserasi dengan menggunakan pelarut etanol 70% karena zat aktif yang

terkandung tidak tahan terhadap pemanasan dan pengerjaannya lebih mudah dan

murah. Etanol 70%merupakan pelarut semipolar sehingga dapat menarik ketiga

zat aktif tersebut dikarenakan belum diketahui kandungan kimia yang khusus

berkhasiat sebagai pengusir tikus serta pengeringan ekstrak lebih cepat dihasilkan

dibandingkan menggunakan pelarut yang lain. Penggunaan konsentrasi bertingkat

untuk mengetahui pada konsentrasi berapa ekstrak tersebut berkhasiat sebagai

pengusir tikus.

Vaselin putih atau vaselin album merupakan dasar salep hidrokarbonatau

dasar salep berlemak.Hanya sejumlah kecil komponen berair dapat dicampurkan

ke dalamnya.Salep ini dimaksudkan untuk memperpanjang kontak bahan obat

dengan kulit dan bertindak sebagai pembalut penutup.Dasar salep hidrokarbon

digunakan terutama sebagai emolien dan sukar cuci. Tidak mengering dan tidak

berubah dalam waktu lama(9).

Pengawet digunakan pada sediaan, agar sediaan tidak terkontaminasi

dengan mikroba.Metil Paraben merupakan serbuk putih, berbau, serbuk

18

Page 19: Salep Kayu Naga

higroskopik, mudah larut dalam air.Digunakan sebagai pengawet pada kosmetik,

makanan, dan sediaan farmasetik. Dapat digunakan sendiri, kombinasi, dengan

pengawet paraben lain atau dengan antimikroba lainnya. Lebih efektif terhadap

gram negatif daripada gram positif.Aktif pada pH antara 6-8.Efektifitas

pengawetnya meningkat dengan peningkatan pH.Propil Paraben merupakan

kristal putih, berbau dan berasa. Aktif pada range pH 4-8. Lebih efektif pada gram

positif dibandingkan gram negatif.Untuk penggunaan topikal konsentrasi yang

digunakan yaitu 0,001-0,006 %. Dapat digunakan sendiri atau kombinasi dengan

pengawet paraben lainnya(10).

Vitamin E (α-tokoferol)berupa cairan seperti minyak, kuning jernih, tidak

berbau, atau sedikit berbau. Praktis tidak larut dalam air, larut dalam etanol (95%)

P dan dapat bercampur dengan eter P dengan aseton P, dengan minyak nabati dan

dengan kloroform.Tidak stabil terhadap cahaya dan udara. Tokoferol digunakan

sebagai antioksidan dalam sediaan kosmetik(10).

Parafin cair merupakan cairan kental transparan, tidak berwarna, bebas

dari flouresensi pada cahaya matahari. Praktis tidak berasa dan tidak berbau ketika

dingin dan mempunyai bau lemah ketika dipanaskan.Praktis tidak larut dalam

etanol (95%), gliserin dan air.Larut dalam aseton, benzen, kloroform, karbon

disulfid, eter dan eter minyak tanah. Berfungsi sebagai emolien, pelarut fase air

dan pengental(10).

Evaluasi yang dilakukan adalah penampilan salep yang mana diamati

adalah warna dan bau. Uji homogenitas dengan melihat homogenitasnya dengan

cara dioleskan di atas kaca obyek, kemudian kaca obyek tersebut dikatupkan

dengan kaca obyek lain dan dilihat apakah salep tersebut homogen. Ukuran

partikel yang mana viskositas dan penampilan luar dari salep tergantung ukuran

partikel fase dalamnya. Ukuran partikel tersebut biasanya ditunjukkan diameter

bulatan-bulatan fase dalam.Semakin kecil ukuran fartikel fase dalam maka

sediaan makin kecil maka sediaan makin stabil.Viskositas dan sifat alir dengan

menggunakan viskositas Brookfield dapat diketahui ukuran terhadap rpm (putaran

permenit) sehingga dapat dihitung viskositasnya dan dengan memasukkan data

tersebut pada kertas grafik diketahui sifat alirnya.

19

Page 20: Salep Kayu Naga

BAB V

P E N U T U P

V.1.Kesimpulan

Ekstrak Kayu Naga (Alsophila glauca) dapat di preformulasi menjadi sediaan

salep sebagai antitikus.

V.2.Saran

1. Perlu dilakukan formulasi sediaan salep kayu naga sebagai anti tikus

2. Perlu dilakukan pengujian lebih lanjut terhadap efektifitas sediaan salep

kayu naga sebagai anti tikus.

3. Perlu dilakukan penelitian tentang kandungan zat aktif dalam kayu naga

yang memiliki khasiat sebagai anti tikus.

20

Page 21: Salep Kayu Naga

DAFTAR PUSTAKA

1. www.tnial.mil.id , Fumigasi di Kapal TNI AL oleh Diskes kolanmil, diakses

tanggal 16 Desember pukul 13.07.

2. www.sunanmuria.com , Kayu Naga Asmak, diakses tanggal 16 Desember

pukul 13.11.

3. www.floranegeriku.com, Klasifikasi, Deskripsi, Manfaat, Kandungan

Alsophila glauca, di akses tanggal 16 Desember 2013 pukul 12.00.

4. Anonim,2008, Ekstraksi, www.asimas.co.id, diakses tanggal 16 Desember

pukul 13.37.

5. Wikipedia,2008, Ekstraksi,www.wikipedia.org, diakses tanggal 16 Desember

13.40.

6. Sudjadi, Drs., 1986, "Metode Pemisahan", UGM Press,Yogyakarta.

7. Priyambodo, B. 2007, Manajemen Farmasi Industri, Yogyakarta: Global

Pustaka Utama.

8. Ansel, H.C., 2005, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi Keempat, UI

Press, Jakarta

9. Lachman, L., Lieberman, H. A., Kanig, J. L., 1986, Teori dan Praktek

FarmasiIndustri, Edisi ketiga, diterjemahkan oleh: Suyatmi, S., Penerbit

Universitas Indonesia, Jakarta.

10. Rowe, R.C., et. al., 2009, Handbook of Pharmaceutical Exipient Sixth

Edition, Pharmaceutical Press and American Pharmacist Association, USA.

21

Page 22: Salep Kayu Naga

11. Anonim, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Departemen Kesehatan

Republik Indonesia, Jakarta.

12. Anonim, 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV, Departemen Kesehatan

Republik Indonesia, Jakarta.

22