respiratology sistem

40
1 MAKALAH TUTORIAL ASMA TUTORIAL D2 Tutor : dr.Astrid DISUSUN OLEH : 111 0211 033 BIMASENNA 111 0211 195 ILHAM PRIBADI 121 0211 039 GESTI CHAERUNNISA 121 0211 017 RAHAYU PURNAMA W. 121 0211 019 PUTRI ANGGRAENI 121 0211 039 GESTI CHAIRUNISA 1210211 046 AYULITA HANA FADHILA 1210211 135 TRI HARTANTO 1210211 148 AVIRIGA SEPTA 1210211 186 SARAH JIHAN 121 0211 190 AYU TIARA N 1210211 194 GEULISSA ADDINI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”JAKARTA FAKULTAS KEDOKTERAN KATA PENGANTAR

description

respiratologi

Transcript of respiratology sistem

  • 1

    MAKALAH TUTORIAL

    ASMA

    TUTORIAL D2

    Tutor : dr.Astrid

    DISUSUN OLEH :

    111 0211 033 BIMASENNA

    111 0211 195 ILHAM PRIBADI

    121 0211 039 GESTI CHAERUNNISA

    121 0211 017 RAHAYU PURNAMA W.

    121 0211 019 PUTRI ANGGRAENI

    121 0211 039 GESTI CHAIRUNISA

    1210211 046 AYULITA HANA FADHILA

    1210211 135 TRI HARTANTO

    1210211 148 AVIRIGA SEPTA

    1210211 186 SARAH JIHAN

    121 0211 190 AYU TIARA N

    1210211 194 GEULISSA ADDINI

    UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERANJAKARTA

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    KATA PENGANTAR

  • 2

    Assalamualaikum wr.wb.

    Salam sejahtera bagi umatnya.

    Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha Kuasa, karena berkat

    rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah tutorial Case 5 ini dengan materi

    penyakit autoimun. Kami pun mengucapkan terima kasih kepadadr.Astrid, selaku tutor pada

    tutorial kami, yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam proses pembelajaran,

    sehingga makalah ini dapat kami selesaikan.

    Makalah ini adalah rangkuman dari hal-hal yang telah kami pelajari selama tutorial

    berlangsung.Makalah ini dibuat agar kami dapat mengerti lebih dalam tentang materi yang telah

    di bahas selama tutorial berlangsung dan sebagai acuan pembelajaran bagi kita semua.Semoga

    makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

    Kami sadar makalah ini belum sempurna, semoga kita semua dapat mengambil ilmu yang

    terdapat di dalamnya.Atas perhatiannya kami ucapkan terimaksih.

    16 Maret 2014,

  • 3

    DAFTAR ISI

    Kata Pengantar.. 2

    Basic Science. 4

    Asma Anak 18

    Asma Dewasa 27

    Bronkhiolitis.. 36

  • 4

    BASIC SCIENCE

    SISTEM RESPIRASI

    I. PENGERTIAN RESPIRASI

    Pengertian pernafasan atau respirasi adalah suatu proses mulai dari pengambilan oksigen,

    pengeluaran karbohidrat hingga penggunaan energi di dalam tubuh. Menusia dalam bernapas

    menghirup oksigen dalam udara bebas dan membuang karbondioksida ke lingkungan.

    Respirasi dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu :

    Respirasi Luar yang merupakan pertukaran antara O2 dan CO2 antara darah dan udara.

    Respirasi Dalam yang merupakan pertukaran O2 dan CO2 dari aliran darah ke sel-sel tubuh.

    Dalam mengambil nafas ke dalam tubuh dan membuang napas ke udara dilakukan dengan dua cara

    pernapasan, yaitu :

    1. Respirasi / Pernapasan Dada

    Otot antar tulang rusuk luar berkontraksi atau mengerut

    Tulang rusuk terangkat ke atas

    Rongga dada membesar yang mengakibatkan tekanan udara dalam dada kecil sehingga udara

    masuk ke dalam badan.

    2. Respirasi / Pernapasan Perut

    Otot difragma pada perut mengalami kontraksi

    Diafragma datar

    Volume rongga dada menjadi besar yang mengakibatkan tekanan udara pada dada mengecil

    sehingga udara pasuk ke paru-paru.

  • 5

    Normalnya manusia butuh kurang lebih 300 liter oksigen perhari. Dalam keadaan tubuh bekerja berat

    maka oksigen atau O2 yang diperlukan pun menjadi berlipat-lipat kali dan bisa sampai 10 hingga 15

    kalilipat. Ketika oksigen tembus selaput alveolus, hemoglobin akan mengikat oksigen yang

    banyaknya akan disesuaikan dengan besar kecil tekanan udara.

    Pada pembuluh darah arteri, tekanan oksigen dapat mencapat 100 mmHg dengan 19 cc oksigen.

    Sedangkan pada pembuluh darah vena tekanannya hanya 40 milimeter air raksa dengan 12 cc

    oksigen. Oksigen yang kita hasilkan dalam tubuh kurang lebih sebanyak 200 cc di mana setiap liter

    darah mampu melarutkan 4,3 cc karbondioksida / CO2. CO2 yang dihasilkan akan keluar dari

    jaringan menuju paruparu dengan bantuan darah.

    Proses Kimiawi Respirasi Pada Tubuh Manusia :

    Pembuangan CO2 dari paru-paru : H + HCO3 ---> H2CO3 ---> H2 + CO2

    Pengikatan oksigen oleh hemoglobin : Hb + O2 ---> HbO2

    Pemisahan oksigen dari hemoglobin ke cairan sel : HbO2 ---> Hb + O2

    Pengangkutan karbondioksida di dalam tubuh : CO2 + H2O ---> H2 + CO2

    Alat-alat pernapasan berfungsi memasukkan udara yang mengandung oksigen dan mengeluarkan

    udarayang mengandung karbon dioksida dan uap air.

    Tujuan proses pernapasan yaitu untuk memperoleh energi. Pada peristiwa bernapas terjadi pelepasan

    energy.

    Sistem Pernapasan pada Manusia terdiri atas:

    1. Hidung

    2. Faring

    3. Trakea

    4. Bronkus

    5. Bronkiouls

    6. paru-paru

    II. Alat alat pernapasan pada manusia

    1. Rongga Hidung (Cavum Nasalis)

    Udara dari luar akan masuk lewat rongga hidung (cavum nasalis). Rongga hidung berlapis selaput

    lendir, di dalamnya terdapat kelenjar minyak (kelenjar sebasea) dan kelenjar keringat (kelenjar

    sudorifera). Selaput lendir berfungsi menangkap benda asing yang masuk lewat saluran

    pernapasan. Selain itu, terdapat juga rambut pendek dan tebal yang berfungsi menyaring partikel

    kotoran yang masuk bersama udara. Juga terdapat konka yang mempunyai banyak kapiler darah

  • 6

    yang berfungsi menghangatkan udara yang masuk.Di sebelah belakang rongga hidung terhubung

    dengan nasofaring melalui dua lubang yang disebut choanae.

    Pada permukaan rongga hidung terdapat rambut-rambut halus dan selaput lendir yang berfungsi

    untuk menyaring udara yang masuk ke dalam rongga hidung.

    2. Faring (Tenggorokan)

    Udara dari rongga hidung masuk ke faring. Faring merupakan percabangan 2 saluran, yaitu

    saluran pernapasan (nasofarings) pada bagian depan dan saluran pencernaan (orofarings) pada

    bagian belakang.

    Pada bagian belakang faring (posterior) terdapat laring (tekak) tempat terletaknya pita suara (pita

    vocalis). Masuknya udara melalui faring akan menyebabkan pita suara bergetar dan terdengar

    sebagai suara.

    Makan sambil berbicara dapat mengakibatkan makanan masuk ke saluran pernapasan karena

    saluran pernapasan pada saat tersebut sedang terbuka. Walaupun demikian, saraf kita akan

    mengatur agar peristiwa menelan, bernapas, dan berbicara tidak terjadi bersamaan sehingga

    mengakibatkan gangguan kesehatan.

    Fungsi utama faring adalah menyediakan saluran bagi udara yang keluar masuk dan juga sebagi

    jalan makanan dan minuman yang ditelan, faring juga menyediakan ruang dengung(resonansi)

    untuk suara percakapan.

    3. Batang Tenggorokan (Trakea)

    Tenggorokan berupa pipa yang panjangnya 10 cm, terletak sebagian di leher dan sebagian di

    rongga dada (torak). Dinding tenggorokan tipis dan kaku, dikelilingi oleh cincin tulang rawan,

  • 7

    dan pada bagian dalam rongga bersilia. Silia-silia ini berfungsi menyaring benda-benda asing

    yang masuk ke saluran pernapasan.

    Batang tenggorok (trakea) terletak di sebelah depan kerongkongan. Di dalam rongga dada, batang

    tenggorok bercabang menjadi dua cabang tenggorok (bronkus). Di dalam paru-paru, cabang

    tenggorok bercabang-cabang lagi menjadi saluran yang sangat kecil disebut bronkiolus. Ujung

    bronkiolus berupa gelembung kecil yang disebut gelembung paru-paru (alveolus).

    4. Pangkal Tenggorokan (laring)

    Laring merupakan suatu saluran yang dikelilingi oleh tulang rawan. Laring berada diantara

    orofaring dan trakea, didepan lariofaring. Salah satu tulang rawan pada laring disebut epiglotis.

    Epiglotis terletak di ujung bagian pangkal laring.

    Laring diselaputi oleh membrane mukosa yang terdiri dari epitel berlapis pipih yang cukup tebal

    sehingga kuat untuk menahan getaran-getaran suara pada laring. Fungsi utama laring adalah

    menghasilkan suara dan juga sebagai tempat keluar masuknya udara.

    Pangkal tenggorok disusun oleh beberapa tulang rawan yang membentuk jakun. Pangkal

    tenggorok dapat ditutup oleh katup pangkal tenggorok (epiglotis). Pada waktu menelan makanan,

    katup tersebut menutup pangkal tenggorok dan pada waktu bernapas katu membuka. Pada

    pangkal tenggorok terdapat selaput suara yang akan bergetar bila ada udara dari paru-paru,

    misalnya pada waktu kita bicara.

    5. Cabang Batang Tenggorokan (Bronkus)

    Tenggorokan (trakea) bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri.

    Struktur lapisan mukosa bronkus sama dengan trakea, hanya tulang rawan bronkus bentuknya

    tidak teratur dan pada bagian bronkus yang lebih besar cincin tulang rawannya melingkari lumen

    dengan sempurna. Bronkus bercabang-cabang lagi menjadi bronkiolus.

    Batang tenggorokan bercabang menjadi dua bronkus, yaitu bronkus sebelah kiri dan sebelah

    kanan. Kedua bronkus menuju paru-paru, bronkus bercabang lagi menjadi bronkiolus. Bronkus

    sebelah kanan(bronkus primer) bercabang menjadi tiga bronkus lobaris (bronkus sekunder),

    sedangkan bronkus sebelah kiri bercabang menjadi dua bronkiolus. Cabang-cabang yang paling

    kecil masuk ke dalam gelembung paru-paru atau alveolus. Dinding alveolus mengandung kapiler

    darah, melalui kapiler-kapiler darah dalam alveolus inilah oksigen dan udara berdifusi ke dalam

    darah. Fungsi utama bronkus adalah menyediakan jalan bagi udara yang masuk dan keluar paru-

    paru.

  • 8

    6. Paru-paru (Pulmo)

    Paru-paru terletak di dalam rongga dada bagian atas, di bagian samping dibatasi oleh otot dan

    rusuk dan di bagian bawah dibatasi oleh diafragma yang berotot kuat. Paru-paru ada dua bagian

    yaitu paru-paru kanan (pulmo dekster) yang terdiri atas 3 lobus dan paru-paru kiri (pulmo sinister)

    yang terdiri atas 2 lobus. Paru-paru dibungkus oleh dua selaput yang tipis, disebut pleura. Selaput

    bagian dalam yang langsung menyelaputi paru-paru disebut pleura dalam (pleura visceralis) dan

    selaput yang menyelaputi rongga dada yang bersebelahan dengan tulang rusuk disebut pleura luar

    (pleura parietalis). Paru-paru tersusun oleh bronkiolus, alveolus, jaringan elastik, dan pembuluh

    darah. Bronkiolus tidak mempunyai tulang rawan,tetapi ronga bronkus masih bersilia dan

    dibagian ujungnya mempunyai epitelium berbentuk kubus bersilia. Setiap bronkiolus terminalis

    bercabang-cabang lagi menjadi bronkiolus respirasi, kemudian menjadi duktus alveolaris.Pada

    dinding duktus alveolaris mangandung gelembung-gelembung yang disebut alveolus.

    Kapasitas Paru-Paru

    Udara yang keluar masuk paru-paru pada waktu melakukan pernapasan biasa disebut udara

    pernapasan (udara tidal). Volume udara pernapasan pada orang dewasa lebih kurang 500 ml.

    Volume udara tidal orang dewasa pada pernapasan biasa kira-kira 500 ml. ketika menarik napas

    dalam-dalam maka volume udara yang dapat kita tarik mencapai 1500 ml. Udara ini dinamakan

  • 9

    udara komplementer. Ketika kita menarik napas sekuat-kuatnya, volume udara yang dapat

    diembuskan juga sekitar 1500 ml. Udara ini dinamakan udara suplementer. Meskipun telah

    mengeluarkan napas sekuat-kuatnya, tetapi masih ada sisa udara dalam paru-paru yang

    volumenya kira-kira 1500 mL. Udara sisa ini dinamakan udara residu. Jadi, Kapasitas paru-paru

    total = kapasitas vital + volume residu =4500 ml/wanita dan 5500 ml/pria.

    Pertukaran Gas dalam Alveolus

    Oksigen yang diperlukan untuk oksidasi diambil dari udara yang kita hirup pada waktu kita

    bernapas. Pada waktu bernapas udara masuk melalu saluran pernapasan dan akhirnyan masuk ke

    dalam alveolus. Oksigen yang terdapat dalam alveolus berdifusi menembus dinding sel alveolus.

    Akhirnya masuk ke dalam pembuluh darah dan diikat oleh hemoglobin yang terdapat dalam

    darah menjadi oksihemoglobin. Selanjutnya diedarkan oleh darah ke seluruh tubuh.

    Oksigennya dilepaskan ke dalam sel-sel tubuh sehingga oksihemoglobin kembali menjadi

    hemoglobin. Karbondioksida yang dihasilkan dari pernapasan diangkut oleh darah melalui

    pembuluh darah yang akhirnya sampai pada alveolus Dari alveolus karbon dioksida dikeluarkan

    melalui saluran pernapasan pada waktu kita mengeluarkan napas.

    Dengan demikian dalam alveolus terjadi pertukaran gas yaitu oksigen masuk dan

    karnbondioksida keluar.

    III. Proses Pernafasan

    Proses pernapasan meliputi dua proses, yaitu menarik napas atau inspirasi serta mengeluarkan

    napas atau ekspirasi. Sewaktu menarik napas, otot diafragma berkontraksi, dari posisi melengkung

    ke atas menjadi lurus. Bersamaan dengan itu, otot-otot tulang rusuk pun berkontraksi. Akibat dari

    berkontraksinya kedua jenis otot tersebut adalah mengembangnya rongga dada sehingga tekanan

    dalam rongga dada berkurang dan udara masuk. Saat mengeluarkan napas, otot diafragma dan otot-

    otot tulang rusuk melemas. Akibatnya, rongga dada mengecil dan tekanan udara di dalam paru-paru

    naik sehingga udara keluar. Jadi, udara mengalir dari tempat yang bertekanan besar ke tempat yang

    bertekanan lebih kecil.

    Jenis Pernapasan berdasarkan organ yang terlibat dalam peristiwa inspirasi dan ekspirasi,

    orang sering menyebut pernapasan dada dan pernapasan perut. Sebenarnya pernapasan dada dan

    pernapasan perut terjadi secara bersamaan.(1) Pernapasan dada terjadi karena kontraksi otot antar

    tulang rusuk, sehingga tulang rusuk terangkat dan volume rongga dada membesar serta tekanan

    udara menurun (inhalasi).Relaksasi otot antar tulang rusuk, costa menurun, volume kecil, tekanan

    membesar (e kshalasi). (2) Pernapasan perut terjadi karena kontraksi /relaksasi otot diafragma ( datar

  • 10

    dan melengkung), volume rongga dada membesar , paru-paru mengembang tekanan mengecil

    (inhalasi).Melengkung volume rongga dada mengecil, paru-paru mengecil, tekanan besar/ekshalasi.

    IV. Organ-Organ Pernafasan Pada Manusia

    1. Hidung

    Hidung terdiri dari lubang hidung, rongga hidung, dan ujung rongga hidung. Rongga hidung

    banyak memiliki kapiler darah, dan selalu lembap dengan adanya lendir yang dihasilkan oleh

    mukosa. Didalam hidung udara disaring dari benda-benda asing yang tidak berupa gas agar tidak

    masuk ke paru-paru. Selain itu udara juga disesuaikan suhunya agar sesuai dengan suhu tubuh.

    2. Faring

    Faring merupakan ruang dibelakang rongga hidung, yang merupakan jalan masuknya udara dsri

    ronggs hidung. Pada ruang tersebut terdapat klep (epiglotis) yang bertugas mengatur pergantian

    perjalanan udara pernafasan dan makanan.

    3. Laring

    Laring/pangkal batang tenggorokan / kotak suara. Laring terdiri atas tulang rawan, yaitu jakun,

    epiglotis, (tulang rawan penutup) dan tulang rawan trikoid (cincin stempel) yang letaknya paling

    bawah. Pita suara terletak di dinding laring bagian dalam.

    4. Trakhea

    Trakea atau batang tenggorokan merupakan pita yang tersusun atas otot polos dan tulang rawan

    yang berbentuk hurup C pada jarak yang sangat teratur. Dinding trakea tersusun atas tiga lapisan

    jaringan epitel yang dapat menghasilkan lendir yang berguna untuk menangkap dan

    mengembalikan benda-benda asing ke hulu saluran pernafasan sebelum masuk ke paru-paru

    bersama udara penafasan.

    5. Bronkus

    Merupakan cabang batang tenggorokan yang jumlahnya sepasang, yang satu menuju ke paru-paru

    kiri dan yang satunya menuju paru-paru kanan. Dinding bronkus terdiri atas lapisan jaringan ikat,

    lapisan jaringan epitel, otot polos dan cincin tulang rawan. Kedudukan bronkus yang menuju

    kekiri lebih mendatar dari pada ke kanan. Hal ini merupakan salah satu sebab mengapa paru-paru

    kanan lebih mudah terserang penyakit

    6. Bronkiolus

    Bronkeolus merupakan cabang dari bronkus, dindingnya lebih tipis dan salurannya lebih tipis.

    Bronkeolus bercabang-cabang menjadi bagian yang lebih halus.

  • 11

    7. Alveolus

    Saluran akhir dari saluran pernafasan yang berupa gelembung-gelembung udara. Dinding aleolus

    sanat tipis setebal silapis sel, lembap dan berdekatan dengan kapiler- kapiler darah. Adanya

    alveolus memungkinkan terjadinya luasnya daerah permukaan yang berperan penting dalam

    pertukaran gas. Pada bagian alveolus inilah terjadi pertukaran gas-gas O2 dari udara bebas ke sel-

    sel darah, sedangkan perukaran CO2 dari sel-sel tubuh ke udara bebas terjadi.

    8. Paru-paru

    Paru-paru terletak dalam rongga dada dibatasi oleh otot dada dan tulang rusuk, pada bagian

    bawah dibatasi oleh otot dafragma yang kuat. Paru-paru merupakan himpunana dari bronkeulus,

    saccus alveolaris dan alveolus. Diantara selaput dan paru-paru terdapat cairan limfa yang

    berfungsi untuk melindungi paru-paru pada saat mengembang dan mengempis. Mengembang dan

    mengempisnya paru-paru disebabkan karena adanya perubahan tekana rongga dada.

    Paru-paru kanan

    o berlobus tiga

    o Bronkus kanan bercabang tiga

    Paru-paru kiri

    o berlobus dua

    o Bronkuis kiri bercabang dua

    o Posisinya lebih mendatar

    Dibungkus oleh lapisanpleura yang berfungsi menghindari gesekan saat bernafas

    V. Mekanisme Pernafasan Manusia.

    Pernafasan pada manusia dapat digolongkan menjadi 2, yaitu:

    A. Pernafasan dada

    Pada pernafasan dada otot yang berperan penting adalah otot antar tulang rusuk. Otot tulang

    rusuk dapat dibedakan menjadi dua, yaitu otot tulang rusuk luar yang berperan dalam mengangkat

    tulang-tulang rusuk dan tulang rusuk dalam yang berfungsi menurunkan atau mengembalikan

    tulang rusuk ke posisi semula. Bila otot antar tulang rusuk luar berkontraksi, maka tulang rusuk

    akan terangkatsehingga volume dada bertanbah besar. Bertambah besarnya akan menybabkan

    tekanan dalam rongga dada lebih kecil dari pada tekanan rongga dada luar. Karena tekanan uada

    kecil pada rongga dada menyebabkan aliran udara mengalir dari luar tubuh dan masuk ke dalam

    tubuh, proses ini disebut proses inspirasi

    Sedangkan pada proses espirasi terjadi apabila kontraksi dari otot dalam, tulang rusuk kembali

    ke posisi semuladan menyebabkan tekanan udara didalam tubuh meningkat. Sehingga udara

  • 12

    dalam paru-paru tertekan dalam rongga dada, dan aliran udara terdorong ke luar tubuh, proses ini

    disebut espirasi.

    B. Pernafasan perut

    Pada pernafasan ini otot yang berperan aktif adalah otot diafragma dan otot dinding rongga

    perut. Bila otot diafragma berkontraksi, posisi diafragma akan mendatar. Hal itu menyebabkan

    volume rongga dada bertambah besar sehingga tekanan udaranya semakin kecil. Penurunan

    tekanan udara menyebabkan mengembangnya paru-paru, sehingga udara mengalir masuk ke

    paru- paru(inspirasi).

    Pernapasan adalah suatu proses yang terjadi secara otomatis walau dalam keadaan tertidur

    sekalipun karma sistem pernapasan dipengaruhi oleh susunan saraf otonom.

    Menurut tempat terjadinya pertukaran gas maka pernapasan dapat dibedakan atas 2 jenis, yaitu

    pernapasan luar dan pernapasan dalam.

    Pernapasan luar adalah pertukaran udara yang terjadi antara udara dalam alveolus dengan

    darah dalam kapiler, sedangkan pernapasan dalam adalah pernapasan yang terjadi antara darah dalam

    kapiler dengan sel-sel tubuh.

    Masuk keluarnya udara dalam paru-paru dipengaruhi oleh perbedaan tekanan udara dalam

    rongga dada dengan tekanan udara di luar tubuh. Jika tekanan di luar rongga dada lebih besar maka

    udara akan masuk. Sebaliknya, apabila tekanan dalam rongga dada lebih besar maka udara akan

    keluar.

    Sehubungan dengan organ yang terlibat dalam pemasukkan udara (inspirasi) dan pengeluaran

    udara (ekspirasi) maka mekanisme pernapasan dibedakan atas dua macam, yaitu pernapasan dada

    dan pernapasan perut. Pernapasan dada dan perut terjadi secara bersamaan.

    VI. Volume Udara Pernafasan

    Dalam keadaan normal, volume udara paru-paru manusia mencapai 4500 cc. Udara ini dikenal

    sebagai kapasitas total udara pernapasan manusia.

    Walaupun demikian, kapasitas vital udara yang digunakan dalam proses bernapas mencapai

    3500 cc, yang 1000 cc merupakan sisa udara yang tidak dapat digunakan tetapi senantiasa mengisi

    bagian paru-paru sebagai residu atau udara sisa. Kapasitas vital adalah jumlah udara maksimun

    yang dapat dikeluarkan seseorang setelah mengisi paru-parunya secara maksimum.

    Dalam keadaaan normal, kegiatan inspirasi dan ekpirasi atau menghirup dan menghembuskan

    udara dalam bernapas hanya menggunakan sekitar 500 cc volume udara pernapasan (kapasitas tidal =

    500 cc). Kapasitas tidal adalah jumlah udara yang keluar masuk pare-paru pada pernapasan

    normal. Dalam keadaan luar biasa, inspirasi maupun ekspirasi dalam menggunakan sekitar 1500 cc

  • 13

    udara pernapasan (expiratory reserve volume = inspiratory reserve volume = 1500 cc). Lihat skema

    udara pernapasan berikut ini.

    VII. Skema udara pernapasan

    Udara cadangan inspirasi1500

    Udara pernapasan biasa

    500

    kapasitas total Udara cadangan ekspirasi

    1500

    kapasitas vital

    Udara sisa (residu)

    1000

    Dengan demikian, udara yang digunakan dalam proses pernapasan memiliki volume antara 500 cc

    hingga sekitar 3500 cc.

    Dari 500 cc udara inspirasi/ekspirasi biasa, hanya sekitar 350 cc udara yang mencapai

    alveolus, sedangkan sisanya mengisi saluran pernapasan.

    Volume udara pernapasan dapat diukur dengan suatu alat yang disebut spirometer.

    Besarnya volume udara pernapasan tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara

    lain ukuran alat pernapasan, kemampuan dan kebiasaan bernapas, serta kondisi kesehatan.

    VIII. Gas-gas dalam Udara Pernapasan

    Persentase gas utama pernapasan dalam udara yang keluar masuk paru-paru :

    Gas Udara luar sebelum

    masuk paru-paru

    (%)

    Udara di

    alveoli (%)

    Udara yang keluar

    dari paru-paru

    (%)

    Nitrogen (N2) 79,01 80,7 79,6

    Oksigen (O2) 20,95 13,8 16,4

    Karbon

    dioksida (CO2)

    0,04 5,5 4,0

    Pertukaran udara berlangsung di dalam avelous dan pembuluh darah yang mengelilinginya.

    Gas oksigen dan karbon dioksida akan berdifusi melalui sel-sel yang menyusun dinding avelous

    dan kapiler darah. Udara aveolus mengandung zat oksigen yang lebih tinggi dan karbon dioksida

    lebih rendah dari pada gas di dalam darah pembuluh kapiler. Oleh karena itu molekul cenderung

    berpindah dari konsentrasi yang lebih tinggi ke rendah, maka oksigen berdifusi dari udara aveolus

  • 14

    ke dalam darah, dan karbon dioksida akan berdifusi dari pembuluh darah ke avelous. Pengangkutan

    CO oleh darah dapat dilaksanakan melalui 3 cara yaitu : (1) Karbondioksida larut dalam plasma

    dan membentuk asam karbonat dengan enzim anhydrase. (2) Karbondioksida terikat pada

    hemoglobin dalam bentuk karbomino hemoglobin (3) Karbondioksida terikat dalam gugus ion

    bikarbonat (HCO) melalui proses berantai pertukaran klorida.

    IX. Pertukaran O2 Dan CO2 Dalam Pernafasan

    Jumlah oksigen yang diambil melalui udara pernapasan tergantung pada kebutuhan dan hal

    tersebut biasanya dipengaruhi oleh jenis pekerjaan, ukuran tubuh, serta jumlah maupun jenis bahan

    makanan yang dimakan.

    Pekerja-pekerja berat termasuk atlit lebih banyak membutuhkan oksigen dibanding pekerja

    ringan. Demikian juga seseorang yang memiliki ukuran tubuh lebih besar dengan sendirinya

    membutuhkan oksigen lebih banyak. Selanjutnya, seseorang yang memiliki kebiasaan memakan

    lebih banyak daging akan membutuhkan lebih banyak oksigen daripada seorang vegetarian.

    Dalam keadaan biasa, manusia membutuhkan sekitar 300 cc oksigen sehari (24 jam) atau

    sekitar 0,5 cc tiap menit. Kebutuhan tersebut berbanding lurus dengan volume udara inspirasi dan

    ekspirasi biasa kecuali dalam keadaan tertentu saat konsentrasi oksigen udara inspirasi berkurang

    atau karena sebab lain, misalnya konsentrasi hemoglobin darah berkurang.

    Oksigen yang dibutuhkan berdifusi masuk ke darah dalam kapiler darah yang menyelubungi

    alveolus. Selanjutnya, sebagian besar oksigen diikat oleh zat warna darah atau pigmen darah

    (hemoglobin) untuk diangkut ke sel-sel jaringan tubuh.

    Hemoglobin yang terdapat dalam butir darah merah atau eritrosit ini tersusun oleh senyawa

    hemin atau hematin yang mengandung unsur besi dan globin yang berupa protein.

    Secara sederhana, pengikatan oksigen oleh hemoglobin dapat diperlihat-kan menurut persamaan

    reaksi bolak-balik berikut ini :

  • 15

    Hb4 + O2 4 Hb O2oksihemoglobin)berwarna merah jernih

    Reaksi di atas dipengaruhi oleh kadar O2, kadar CO2, tekanan O2 (P O2), perbedaan kadar O2

    dalam jaringan, dan kadar O2 di udara. Proses difusi oksigen ke dalam arteri demikian juga difusi

    CO2 dari arteri dipengaruhi oleh tekanan O2 dalam udara inspirasi.

    Tekanan seluruh udara lingkungan sekitar 1 atmosfir atau 760 mm Hg, sedangkan tekanan O2

    di lingkungan sekitar 160 mm Hg. Tekanan oksigen di lingkungan lebih tinggi dari pada tekanan

    oksigen dalam alveolus paru-paru dan arteri yang hanya 104 mm Hg. Oleh karena itu oksigen dapat

    masuk ke paru-paru secara difusi.

    Dari paru-paru, O2 akan mengalir lewat vena pulmonalis yang tekanan O2 nya 104 mm;

    menuju ke jantung. Dari jantung O2 mengalir lewat arteri sistemik yang tekanan O2 nya 104 mm hg

    menuju ke jaringan tubuh yang tekanan O2 nya 0 - 40 mm hg. Di jaringan, O2 ini akan

    dipergunakan. Dari jaringan CO2 akan mengalir lewat vena sistemik ke jantung. Tekanan CO2 di

    jaringan di atas 45 mm hg, lebih tinggi dibandingkan vena sistemik yang hanya 45 mm Hg. Dari

    jantung, CO2 mengalir lewat arteri pulmonalis yang tekanan O2 nya sama yaitu 45 mm hg. Dari

    arteri pulmonalis CO2 masuk ke paru-paru lalu dilepaskan ke udara bebas.

    Berapa minimal darah yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan oksigen pada jaringan?

    Setiap 100 mm3 darah dengan tekanan oksigen 100 mm Hg dapat mengangkut 19 cc oksigen. Bila

    tekanan oksigen hanya 40 mm Hg maka hanya ada sekitar 12 cc oksigen yang bertahan dalam darah

    vena. Dengan demikian kemampuan hemoglobin untuk mengikat oksigen adalah 7 cc per 100 mm3

    darah.

    Pengangkutan sekitar 200 mm3 C02 keluar tubuh umumnya berlangsung menurut reaksi kimia

    berikut:

    1. 02 + H20 (karbonat anhidrase) H2CO3

    Tiap liter darah hanya dapat melarutkan 4,3 cc CO2 sehingga mempengaruhi pH darah menjadi

    4,5 karena terbentuknya asam karbonat.

    Pengangkutan CO2 oleh darah dapat dilaksanakan melalui 3 Cara yakni sebagai berikut.

    Karbon dioksida larut dalam plasma, dan membentuk asam karbonat dengan enzim anhidrase

    (7% dari seluruh C

    2. Karbon dioksida terikat pada hemoglobin dalam bentuk karbomino hemoglobin (23% dari

    seluruh CO2).

    3. Karbon dioksida terikat dalam gugus ion bikarbonat (HCO3) melalui proses berantai pertukaran

    klorida (70% dari seluruh CO2). Reaksinya adalah sebagai berikut.

    CO2 + H2O H2CO3 H+ + HCO-3

  • 16

    Gangguan terhadap pengangkutan CO2 dapat mengakibatkan munculnya gejala asidosis karena

    turunnya kadar basa dalam darah. Hal tersebut dapat disebabkan karena keadaan Pneumoni.

    Sebaliknya apabila terjadi akumulasi garam basa dalam darah maka muncul gejala alkalosis.

    X. Energi Dan Pernafasan

    Energi yang dihasilkan oleh proses pernapasan akan digunakan untuk membentuk molekul

    berenergi, yaitu ATP (Adenosin Tri Phospate). Selanjutnya,molekul ATP akan disimpan dalam sel

    dan merupakan sumber energy utama untuk aktivitas tubuh. ATP berasal dari perombakan senyawa

    organik seperti karbohidrat, protein dan lemak. Gula (glukosa) dari pemecahan karbohidrat dalam

    tubuh diubah terlebih dahulu menjadi senyawa fosfat yang dikatalisis oleh bantuan enzim

    glukokinase. Selanjutnya senyawa fosfat diubah menjadi asam piruvat dan akhirnya dibebaskan

    dalam bentuk HO dan CO sebagai hasil samping oksidasi tersebut. Proses respirasi sel dari bahan

    glukosa secara garis besar, meliputi tiga tahapan, yaitu proses glikosis, siklus Krebs, dan transfer

    elektron.

    Pada pekerja berat atau para atlit yang beraktivitas tinggi, pembentukan energy dapat

    dilakukan secara anaerobic. Hal ini disebabkan bila tubuh kekurangan suplai oksigen maka akan

    terjadi proses perombakan asam piruvat menjadi asam laktat yang akan membentuk 2 mol ATP.

    XI. Frekuensi Pernafasan

    Jumlah udara yang keluar masuk ke paru-paru setiap kali bernapas disebut sebagai frekuensi

    pernapasan. Pada umumnya,frekuensi pernapasan manusia setiap menitnya sebanyak 15-18 kali.

    Cepat atau lambatnya frekuensi pernapasan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya :

    Usia. Semakin bertambahnya usia seseorang akan semakin rendah frekuensi pernapasannya.Hal

    ini berhubungan dengan energy yang dibutuhkan.

    Jenis kelamin. Pada umumnya pria memiliki frekuensi pernapasan yang lebih tinggi

    dibandingkan dengan wanita.Kebutuhan akan oksigen serta produksi karbondioksida pada pria

    lebih tinggi dibandingkan wanita.

    Suhu tubuh. Semakin tinggi suhu tubuh seseorang maka aka semakin cepat frekuensi

    pernapasannya, hal ini berhubungan dengan penigkatan proses metabolism yang terjadi dalam

    tubuh.

    Posisi atau kedudukan tubuh. Frekuensi pernapasan ketika sedang duduk akan berbeda

    dibandingkan dengan ketika sedang berjongkok atatu berdiri.Hal ini berhubungan erat dengan

    energy yang dibutuhkan oleh organ tubuh sebagai tumpuan berat tubuh.

    Aktivitas. Seseorang yang aktivitas fisiknya tingi seperti olahragawan akan membutuhkan lebih

    banyak energi daripada orang yang diamatau santai, oleh karena itu, frekuensi pernapasan orang

  • 17

    tersebut juga lebih tinggi. Gerakan dan frekuensi pernapasan diatur oleh pusat pernapasan yang

    terdapat di otak. Selain itu, frekuensi pernapasan distimulus oleh konsentrasi karbondioksida

    (CO) dalam darah.

    XII. Gangguan Pada Sistem Respirasi

    Sistem pernapasan manusia yang terdiri atas beberapa organ dapat mengalami

    gangguan. Gangguan ini biasanya berupa kelainan atau penyakit. Penyakit atau kelainan yang

    menyerang sistem pernapasan ini dapat menyebabkannya proses pernapasan. Berikut adalah

    beberapa contoh gangguan pada system pernapasan manusia.

    Emfisema, merupakan penyakit pada paru-paru. Paru-paru mengalami pembengkakan karena

    pembuluh darah nya kemasukan udara.

    Asma, merupakan kelainan penyumbatan saluran pernapasan yang disebabkan oleh alergi,

    seperti debu,bulu, ataupun rambut. Kelainan ini dapat diturunkan.Kelainan ini juga dapat

    kambuh jika suhu lingkungan.

    Tuberkulosis (TBC), merupakan penyakit paru-paru yang disebabkan oleh Mycobacterium

    tuberculosis. Bakteri tersebut menimbulkan bintil-bintil pada dinding alveolus. Jika penyakit ini

    menyerang dan dibiarkan semakin luas,dapat menyebabkan sel-sel paru-paru mati. Akibatnya

    paru-paru akan kuncup atau mengecil. Hal tersebut menyebabkan para penderita TBC

    napasnya sering terengah-engah.

    Infuenza (fu), merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus infuenza. Penyakit ini timbul

    dengan gejala bersin-bersin, demam, dan pilek.

    Kanker paru-paru. Penyakit ini merupakan salah satu paling berbahaya. Sel-sel kanker

    pada paru-paru terus tumbuh tidak terkendali. Penyakit ini lama-kelamaan dapat menyerang

    seluruh tubuh. Salah satu pemicu kanker paru-paru adalah kebiasaan merokok. Merokok

    dapat memicu terjadinya kanker paru-paru dan kerusakan paru-paru.

    Merokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi saluran pernapasan dan jaringan

    paru-paru. Misalnya, sel mukosa membesar (disebut hipertrofi) dan kelenjar mukus bertambah

    banyak (disebut hiperplasia). Dapat pula terjadi radang ringan, penyempitan saluran pernapasan

    akibat bertambahnya sel sel dan penumpikan lendir, dan kerusakan alveoli. Perubahan anatomi

    saluran pernapasan menyebabkan fungsi paru-paru terganggu.

  • 18

    ASMAANAK

    BATASAN

    Asma secara klinis praktis adalah adanya gejala batuk dan/atau mengi berulang, terutama pada

    malam hari (nocturnal), reversible (dapat sembuh spontan atau dengan pengobatan) dan biasanya

    terdapat atopi pada pasien dan atau keluarganya.Yang dimaksud serangan asma adalah episode

    perburukan yang progresif akut dari gejala-gejala batuk, sesak nafas, mengi, rasa dada tertekan,

    atau berbagai kombinasi dari gejala-gejala tersebut.

    Penggolongan asma tergantung pada derajat penyakitnya (aspek kronik) dan derajat serangannya

    (aspek akut). Berdasar derajat penyakitnya, asma dibagi menjadi (1) asma episodik jarang, (2)

    asma episodik sering dan (3) asma persisten. Berdasarkan derajat serangannya, asma

    dikelompokkan menjadi (1) serangan asma ringan, (2) sedang dan (3) berat.

    PATOFISIOLOGI

    Proses patologi pada serangan asma termasuk adanya konstriksi bronkus, udema mukosa dan

    infiltrasi dengan sel-sel inflamasi (eosinofil, netrofil, basofil, makrofag) dan deskuamasi sel-sel

    epitel. Dilepaskannya berbagai mediator inflamasi seperti histamin, lekotriene C4, D4 dan E4,

    P.A.F yang mengakibatkan adanya konstriksi bronkus, edema mukosa dan penumpukan mukus

    yang kental dalam lumen saluran nafas. Sumbatan yang terjadi tidak seragam/merata di seluruh

    paru. Atelektasis segmental atau subsegmental dapat terjadi. Sumbatan jalan nafas menyebabkan

    peningkatan tahanan jalan nafas yang tidak merata di seluruh jaringan bronkus, menyebabkan

    tidak padu padannya ventilasi dengan perfusi (ventilation-perfusion mismatch). Hiperinflasi paru

    menyebabkan penurunan compliance paru, sehingga terjadi peningkatan kerja nafas. Peningkatan

    tekanan intrapulmonal yang diperlukan untuk ekspirasi melalui saluran nafas yang menyempit,

    dapat makin mempersempit atau menyebabkan penutupan dini saluran nafas, sehingga

    meningkatkan resiko terjadinya pneumotoraks. Peningkatan tekanan intratorakal mungkin

    mempengaruhi arus balik vena dan mengurangi curah jantung yang bermanisfestasi sebagai

    pulsus paradoksus.

    Ventilasi perfusi yang tidak padu padan, hipoventilasi alveolar, dan peningkatan kerja nafas

    menyebabkan perubahan dalam gas darah. Pada awal serangan, untuk mengkompensasi hipoksia

    terjadi hiperventilasi sehingga kadar PaCO2 yang akan turun dan dijumpai alkalosis respiratorik.

    Selanjutnya pada obstruksi jalan nafas yang berat, akan terjadi kelelahan otot nafas dan

    hipoventilasi alveolar yang berakibat terjadinya hiperkapnia dan asidosis respiratorik. Karena itu

    jika dijumpai kadar PaCO2 yang cenderung naik walau nilainya masih dalam rentang normal,

    harus diwaspadai sebagai tanda kelelahan dan ancaman gagal nafas. Selain itu dapat terjadi pula

    asidosis metabolik akibat hipoksia jaringan dan produksi laktat oleh otot nafas. Hipoksia dan

  • 19

    asidosis dapat menyebabkan vasokontriksi pulmonal, namun jarang terjadi komplikasi cor

    pulmonale. Hipoksia dan vasokontriksi dapat merusak sel alveoli sehingga produksi surfaktan

    berkurang atau tidak ada, dan meningkatkan resiko terjadinya atelektasis.

    PEMERIKSAAN PENUNJANG

    - Uji fungsi paru dengan spirometri atau peak flow meter. Diagnosis asma dapat ditegakkan

    bila didapatkan :

    o Variasi pada PFR (peak flow meter = arus puncak ekspirasi) atau FEV1 (forced

    expiratory volume 1 second = volume ekspirasi paksa pada detik pertama) 15%

    o Kenaikan 15% pada PFR atau FEV1 setelah pemberian inhalasi bronkodilator

    o Penurunan 20% pada PFR atau FEV1 setelah provokasi bronkus.

    - Pemeriksaan Ig E dan eosinofil total. Bila terjadi peningkatan dari nilai normal akan

    menunjang diagnosis

    - Foto toraks untuk melihat adanya gambaran emfisematous atau adanya komplikasi pada saat

    serangan. Foto sinus para nasal perlu dipertimbangkan pada anak > 5 tahun dengan asma

    persisten atau sulit diatasi.

    TATALAKSANA

    Tatalaksana asma mencakup edukasi terhadap pasien dan atau keluarganya tentang penyakit

    asma dan penghindaran terhadap faktor pencetus serta medikamentosa. Medikamentosa yang

    digunakan dibagi menjadi 2 kelompok besar yaitu pereda (reliever) dan pengendali (controller).

    Tata laksana asma dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu pada saat serangan (asma akut) dan

    di luar serangan (asma kronik).

    Di luar serangan, pemberian obat controller tergantung pada derajat asma. Pada asma episodik

    jarang, tidak diperlukan controller, sedangkan pada asma episodik sering dan asma persisten

    memerlukan obat controller. Pada saat serangan lakukan prediksi derajat serangan (Lampiran 2),

    kemudian di tata laksana sesuai dengan derajatnya (lampiran 5).

    Pada serangan asma akut yang berat :

    - Berikan oksigen

    - Nebulasi dengan -agonis antikolinergik dengan oksigen dengan 4-6 kali pemberian.

    - Koreksi asidosis, dehidrasi dan gangguan elektrolit bila ada

  • 20

    - Berikan steroid intra vena secara bolus, tiap 6-8 jam

    - Berikan aminofilin intra vena :

    o Bila pasien belum mendapatkan amonifilin sebelumnya, berikan aminofilin dosis awal

    6 mg/kgBB dalam dekstrosa atau NaCl sebanyak 20 ml dalam 20-30 menit

    o Bila pasien telah mendapatkan aminofilin (kurang dari 4 jam), dosis diberikan

    separuhnya.

    o Bila mungkin kadar aminofilin diukur dan dipertahankan 10-20 mcg/ml

    o Selanjutnya berikan aminofilin dosis rumatan 0,5-1 mg/kgBB/jam

    - Bila terjadi perbaikan klinis, nebulasi diteruskan tiap 6 jam hingga 24 jam, dan pemberian

    steroid dan aminofilin dapat per oral

    - Bila dalam 24 jam pasien tetap stabil, pasien dapat dipulangkan dengan dibekali obat

    -agonis (hirupan atau oral) yang diberikan tiap 4-6 jam selama 24-48 jam. Selain itu steroid oral dilanjutkan hingga pasien kontrol ke klinik rawat jalan dalam 24-48 jam untuk

    reevaluasi tatalaksana.

    Lampiran 1. : Pembagian derajat penyakit asma pada anak

    Parameter klinis,

    kebutuhan obat dan faal

    paru

    Asma episodik jarang Asma episodik sering Asma persisten

    Frekuensi serangan < 1x/bulan > 1x/bulan Sering

    Lama serangan < 1 minggu 1 minggu Hampir sepanjang tahun,

    tidak ada remisi Intensitas serangan Biasanya ringan Biasanya sedang Biasanya berat Di antara serangan Tanpa gejala Sering ada gejala Gejala siang dan malam Tidur dan aktifitas Tidak terganggu Sering terganggu Sangat terganggu Pemeriksaan fisis diluar

    serangan Normal (tidak ditemukan

    kelainan) Mungkin terganggu

    (ditemukan kelainan) Tidak pernah normal

    Obat pengendali (anti

    inflamasi) Tidak perlu Perlu Perlu

    Uji faal paru

    (di luar serangan)

    PEF/FEV1 > 80% PEF/FEV1 60-80% PEF/FEV1 < 60%

    Variabilitas 20-30% Variabilitas faal paru (bila

    ada serangan) Variabilitas > 15% Variabilitas > 30% Variabilitas > 50%

  • 21

    Lampiran 2. : Penilaian derajat serangan asma

    Parameter klinis,

    Fungsi paru,

    laboratorium

    Ringan Sedang Berat Ancaman henti nafas

    Sesak timbul-pada saat

    (breathless) Berjalan

    Bayi:

    menangis keras

    Berbicara

    Bayi :

    - Tangis pendek dan lemah

    - Kesulitan makan/minum

    Istirahat

    Bayi :

    Tidak mau

    makan/minum

    Bicara Kalimat Penggal kalimat Kata-kata

    Posisi Bisa berbaring Lebih suka duduk Duduk bertopang

    lengan

    Kesadaran Mungkin iritable Biasanya iritable Biasanya iritable Bingung dan mengantuk Sianosis Tidak ada Tidak ada Ada Nyata/Jelas Mengi (wheezing) Sedang, sering

    hanya pada akhir

    ekspirasi

    Nyaring, sepanjang ekspirasi,

    inspirasi

    Sangat nyaring,

    terdengar tanpa

    stetoskop

    Sulit/tidak terdengar

    Sesak nafas Minimal Sedang Berat

    Obat Bantu nafas Biasanya tidak Biasanya ya Ya Gerakan paradok torako-

    abdominal Retraksi Dangkal, retraksi

    interkostal Sedang, ditambah retraksi

    suprasternal Dalam, ditambah

    nafas cuping

    hidung

    Dangkal / hilang

    Laju nafas Meningkat Meningkat Meningkat Menurun Pedoman nilai baku laju nafas pada anak sadar :

    Usia laju nafas normal

    < 2 bulan < 60 / menit

    2 12 bulan < 50 / menit

    1 5 tahun < 40 / menit

    6 8 tahun < 30 / menit Laju nadi Normal Takikardi Takikardi Bradikardi Pedoman nilai baku laju nadi pada anak sadar :

    Usia laju nadi normal

    2 12 bulan < 160 / menit

    1 2 tahun < 120 / menit

    3 8 tahun < 110 / menit

  • 22

    Pulsus paradoksus

    (pemeriksaannya tidak

    praktis)

    Tidak ada

    < 10 mmHg

    Ada

    10-20 mmHg

    Ada

    > 20 mmHg

    Tidak ada, tanda kelelahan

    otot nafas

    PEFR atau FEV1 (%

    nilai dugaan/% nilai terbaik)

    - pra bronkodilator

    - pasca bronkodilator

    > 60%

    40-60%

    > 80%

    60-80%

    < 40%

    < 60%

    Respon < 2 jam

    SaO2 % > 95% 91-95% 90% PaO2 Normal biasanya

    tidak perlu

    diperiksa > 60 mmHg < 60 mmHg

    PaCO2 < 45 mmHg < 45 mmHg >45 mmHg

    Lampiran 3. : Sistem Skoring Pernafasan

    0 1 2

    Sianosis (-) (+) pada udara kamar (+) pada 40% O2

    Aktifitas otot-otot pernafasan tambahan (-) Sedang Nyata

    Pertukaran udara Baik Sedang Jelek

    Keadaan mental Normal Depresi/gelisah Koma

    Pulsus paradoksus (Torr) < 10 10-40 > 40

    PaO2 (Torr) 70-100 70 pada udara kamar 70 pada 40%O2

    PaCO2 (Torr) < 40 40-65 > 65

    Skor :

    0-4 : tidak ada bahaya

    5-6 : akan terjadi gagal nafas siapkan UGD

    7 : gagal nafas

  • 23

  • 24

  • 25

    Lampiran 6. : Obat-obat yang umum digunakan

    Tabel 1. : Takaran obat, cairan, dan waktu untuk nebulisasi

    Cairan , Obat, Waktu Nebulisasi jet Nebulisasi ultrasonik Garam faali (NaCl 0,9%) 5 ml 10 ml

    -agonis/antikolinergik/steroid Lihat tabel 2

    Waktu 10-15 menit 3-5 menit

    Tabel 2. : Obat untuk nebulisasi, jenis dan dosis

    Nama generik Nama dagang Sediaan Dosis nebulisasi

    Golongan -agonis Fenoterol Berotec Solution 0,1% 5-10 tetes

    Salbutamol Ventolin Nebule 2,5 mg 1 nebule (0,1-0,15 mg/kg)

    Terbutalin Bricasma Respule 2,5 mg 1 repsule

    Golongan antikolinergik Ipratropium

    bromide Atroven Solution 0,025% > 6 thn : 8-20 tetes

    6 thn : 4-10 tetes

    Golongan steroid Budesonide

    Fluticasone

    Pulmicort

    Flixotide

    Respule

    Nebule

    Tabel 3. : Sediaan steroid yang dapat digunakan untuk serangan asma

    Steroid Oral :

    Nama

    Generik Nama Dagang Sediaan Dosis

    Prednisolon Medrol, Medixon

    Lameson, Urbason

    Tablet

    4 mg

    1-2 mg/kgBB/hari-tiap 6 jam

    Prednison Hostacortin, Pehacort, Dellacorta

    Tablet

    5 mg

    1-2 mg/kgBB/hari-tiap 6 jam

    Triamsinolon Kenacort Tablet

    4 mg

    1-2 mg/kgBB/hari-tiap 6 jam

  • 26

    Steroid Injeksi :

    Nama Generik Nama Dagang Sediaan Jalur Dosis M. prednisolon

    suksinat

    Solu-Medrol

    Medixon

    Vial 125 mg

    Vial 500 mg

    IV / IM 1-2 mg/kg

    tiap 6 jam

    Hidrokortison-Suksinat Solu-Cortef

    Silacort

    Vial 100 mg

    Vial 100 mg

    IV / IM 4 mg/kgBB/x

    tiap 6 jam Deksametason Oradexon

    Kalmetason

    Fortecortin

    Corsona

    Ampul 5 mg

    Ampul 4 mg

    Ampul 4 mg

    Ampul 5 mg

    IV / IM 0,5-1mg/kgBB bolus, dilanjutkan 1

    mg/kgBB/hari

    diberikan tiap 6-8 jam

    Betametason Celestone Ampul 4 mg IV / IM 0,05-0,1 mg/kgBB

    tiap 6 jam

  • 27

    ASMA DEWASA

    Definisi: gangguan inflamasi kronik jalan nafas yang melibatkan berbagai sel inflamasi dan

    elemennya dan berhubungan dengan reaksi hipersensitivitas bronkus, sehingga menyebabkan

    episodik berulang berupa sesaknafas, mengi, rasa berat di dada, batuk pada malam hari atau dini

    hari.

    Epidemiologi: - 300 juta orang penderita asma di dunia

    - Prevalensi asma 1-18 % populasi dari berbagai negara

    - 15 juta usia produktif hilang karena asma

    - 37 Puskesmas di Jawa Timur dengan sample berumur 13-70 tahun, Prevalensi

    7,7 %

    Faktor resiko: Faktor pejamu: a. Genetik (asma, alergi, hipersensitif)

    b. Obesitas

    c. Jenis kelamin

    Faktor lingkungan: a. Alergen

    b. Infeksi saluran nafas karena virus

    c. Sensitisasi di lingkungan kerja

    d. Asap rokok

    e. Polusi udara

  • 28

    Klasifikasi: Berdasarkan Global Initiative for Asthma (GINA)

  • 29

    Patogenesis dan Patofisologi

    Asma merupakan suatu bentuk penyakit yang termasuk dalam reaksi hipersensitivitas tipe 1 yang

    melibatkan ikatan silang antara antigen dan IgE yang diikat sel mast dan basophil melepas

    mediator vasoaktif.

    Reaksi hipersensitivitas pada asma terjadi dalam beberapa jalur.

    Fase sensitasi

    Sensitasi terhadap allergen mungkin terjadi pada usia awal. Fase sensitasi merupakan waktu

    yang dibutuhkan untuk pembentukan IGE sampai diikat silang oleh reseptor spesifik (Fc R)

    pada permukaan sel mast atau basophil.

    Antigen presenting cell (APCs) di bronkial menangkap alerggen dan mengenalkannya pada CD4

    sel T yang kemudian akan berdeferensiasi masuk ke sel T dari TH2 fenotip. Sel akan mensekresi

    IL-4, IL-5, IL-9, IL-10, dan IL-13 yang mencetus pengaktifan pada sekresi immunoglobulin

    limfosit B. IL-13 juga akan menginduksi aktifasi eosinophil dan basophilic

    granulocytes sebagaimana pelepasan kemokin dan enzim proteolitik

    sepertimetalloproteinase. IgE kemudian akan bersirkulasi dan berikatan dengan reseptor spesifik

    afinitas tinggi (FcRI) disel mast dan basophil dan berikatan dengan reseptor spesifik afinitas

    rendah (FcRI, CD23) pada eosinophil dan makrofag.

  • 30

    Ketika terjadi reekspos, allergen dapat dengan cepat berikatan ke permukaan sel. Histamine,

    protease, leukotriene, prostaglandin, platelet activating factor (PAF) akan dilepaskan.

    Respon bronkokonstriktif asmatikus terjadi dalam 2 fase.

    Pada fase pertama, fungsi paru dengan cepat menurun dalam waktu 10-20 menit pertama dan

    secara perlahan kembali 2 jam berikutnya. Respon awal ini melibatkan Histamin,

    PGD2, cysteinyl-leukotrienes (LTC4, LTD4,LTE4) dan PAF. Cysteinyl-leukotrienes akan

    menginduksi pelepasan protease : tryptase cleaves D3a dan bradikinin dan molekul prokursor

    protein yang menimbulkan kontraksi sel otot bronkial dan peningkatan permeabelitas

    vascular. Chymase disisi lain akan mencetus sekresi mucus.

    Adanya induksi bronkokonstriksi dengan edema mukosa dan sekresi mucus akan

    menimbulkan batuk, wheezing,dan breathlessness.

    Fase kedua dimulai 4-6 jam berikutnya. LTB4 dan PAF akan menarik eosinophil. LTB4dan PAF

    dalam hal ini akan menarik major basic protein (MBP) dan eosinophil cationic protein (ECP)

    yang memiliki efek toksik terhadap sel epitel. Destruksi sel epitel terjadi pada late stage. Pada

    akhirnya akan menimbulkan akumulasi mucus di lumen bronkial akibat dari peningkatan

    jumlah sel goblet dan hipertropi dari kelenjar mucous submukosal.

    Diagnosis

    1. Anamnesa

    a. Keluhan sesak nafas, mengi, dada terasa berat atau tertekan, batuk berdahak yang tak kunjung

    sembuh, atau batuk malam hari.

    b. Semua keluhan biasanya bersifat episodik dan reversible.

    c. Mungkin ada riwayat keluarga dengan penyakit yang sama atau penyakit alergi yang lain.

    2. Pemeriksaan Fisik

    a. Keadaan umum : penderita tampak sesak nafas dan gelisah, penderita lebih nyaman dalam

    posisi duduk.

    b. Jantung : pekak jantung mengecil, takikardi.

    c. Paru :

    Inspeksi : dinding torak tampak mengembang, diafragma terdorong ke bawah.

    Auskultasi : terdengar wheezing (mengi), ekspirasi memanjang.

  • 31

    Perkusi : hipersonor

    Palpasi : Vokal Fremitus kanan=kiri

    3. Pemeriksaan laboratorium

    a. Darah rutin didapat peningkatan eosinofil dan IgE

    b. Sputum didapat adanya eosinofil, spiral crushman, kristal charcot Leyden.

    c. Foto toraks dapat normal diluar serangan, hiperinflasi saat serangan, adanya penyakit lain

    d. Faal paru (spirometri /peak flow meter) menilai berat obstruksi, reversibilitas, variabilitas

    e. Uji provokasi bronkus untuk membantu diagnosis

    Status Asmatikus adalah keadaan darurat medik paru berupa serangan asma yang berat

    atau bertambah berat yang bersifat refrakter sementara terhadap pengobatan yang lazim

    diberikan.Refrakter adalah tidak adanya perbaikan atau perbaikan yang sifatnya hanya

    singkat, dengan waktu pengamatan antara satu sampai dua jam.

    Gambaran klinis status asmatikus

    Penderita tampak sakit berat dan sianosis.

    Sesak nafas, bicara terputus-putus.

    Banyak berkeringat, bila kulit kering menunjukkan kegawatan sebab penderita sudah jatuh

    dalam dehidrasi berat.

    Pada keadaan awal kesadaran penderita mungkin masih cukup baik, tetapi lambat laun dapat

    memburuk yang diawali dengan rasa cemas, gelisah kemudian jatuh ke dalam koma.

    Penatalaksanaan

    1. Tujuan pengobatan asma

    a. Menghilangkan & mengendalikan gejala asma

    b. Mencegah eksaserbasi akut

    c. Meningkatkan & mempertahankan faal paru optimal

    d. Mengupayakan aktivitas normal (exercise)

    e. Menghindari ESO

    f. Mencegah airflow limitation irreversible

  • 32

    g. Mencegah kematian

    2. Terapi awal

    a. Pasang Oksigen 2-4 liter/menit dan pasang infuse RL atau D5.

    b. Bronkodilator (salbutamol 5 mg atau terbutalin 10 mg) inhalasi dan pemberian dapat diulang

    dalam 1 jam.

    c. Aminofilin bolus intravena 5-6 mg/kgBB, jika sudah menggunakan obat ini dalam 12 jam

    sebelumnya cukup diberikan setengah dosis.

    d. Anti inflamasi (kortikosteroid) menghambat inflamasi jalan nafas dan mempunyai efek supresi

    profilaksis

    e. Ekspektoran adanya mukus kental dan berlebihan (hipersekresi) di dalam saluran pernafasan

    menjadi salah satu pemberat serangan asma, oleh karenanya harus diencerkan dan dikeluarkan,

    misalnya dengan obat batuk hitam (OBH), obat batuk putih (OBP), gliseril guaiakolat (GG)

    f. Antibiotik hanya diberikan jika serangan asma dicetuskan atau disertai oleh rangsangan

    infeksi saluran pernafasan, yang ditandai dengan suhu yang meninggi.

    Antibiotika yang efektif adalah :

    1. Pengobatan berdasarkan saat serangan :

    a. Reliever/Pelega:

    Gol. Adrenergik:

    Adrenalin/epinephrine 1 : 1000 ? 0,3 cc/sc

    Ephedrine: oral

    Short Acting beta 2-agonis (SABA)

    Salbutamol (Ventolin): oral, injeksi, inhalasi

    Terbutaline (Bricasma): oral, injeksi, inhalasi

    Fenoterol (Berotec): inhalasi

    Procaterol (Meptin): oral, inhalasi

    Orciprenaline (Alupent): oral, inhalasi

  • 33

    Gol. Methylxantine:

    Aminophylline: oral, injeksi

    Theophylline: oral

    Gol. Antikolinergik:

    Atropin: injeksi

    Ipratropium bromide: inhalasi

    Gol. Steroid:

    Methylprednisolone: oral, injeksi

    Dexamethasone: oral, injeksi

    Beclomethasone (Beclomet): inhalasi

    Budesonide (Pulmicort): inhalasi

    Fluticasone (Flixotide): inhalasi

    b. Controller/Pengontrol:

    Gol. Adrenergik

    Long-acting beta 2-agonis (LABA) Salmeterol & Formoterol (inhalasi)

    Gol. Methylxantine: Theophylline Slow Release

    Gol. Steroid: inh., oral, inj.

    Leukotriene Modifiers: Zafirlukast

    Cromolyne sodium: inhalasi

    Kombinasi LABA & Steroid: inhalasi

    2. Terapi serangan asma akut

    Berat

    ringannya

    serangan

    Terapi lokasi

    Ringan Terbaik : Agonis beta 2 inhalasi diulang setia

    1 jam

    Di rumah

  • 34

    Alternatif : agonis beta 2 oral 3 X 2 mg

    Sedang Terbaik : oksigen 2-4 liter/menit dan agonis

    beta 2 inhalasi

    Alternatif :agonis beta 2 IM/adrenalin

    subkutan. Aminofilin 5-6mg/kgbb

    - puskesmas

    - klinik rawat jalan

    - IGD

    -praktek dokter umum

    -rawat inap jika tidak ada

    respons dalam 4 jam.

    Berat Terbaik :

    -Oksigen 2-4 liter/menit

    -agonis beta 2 nebulasi diulang s/d 3 kali

    dalam 1 jam pertama

    -aminofilin IV dan infuse

    -steroid IV diulang tiap 8 jam

    - IGD

    - Rawat inap apabila dalam 3

    jam belum ada perbaikan

    -pertimbangkan masuk ICU

    jika keadaan memburuk

    progresif.

    Mengancam

    jiwa

    Terbaik

    -lanjutkan terapi sebelumnya

    -pertimbangkan intubasi dan ventilasi

    mekanik

    ICU

    3. Terapi Edukasi kepada pasien/keluarga bertujuan untuk

    a. meningkatkan pemahaman (mengenai penyakit asma secara umum dan pola penyakit asma

    sendiri)

    b. meningkatkan keterampilan (kemampuan dalam penanganan asma sendiri/asma mandiri)

    c. membantu pasien agar dapat melakukan penatalaksanaan dan mengontrol asma

    4. Pencegahan

    a. Menjauhi alergen, bila perlu desensitisasi

    b. Menghindari kelelahan

    c. Menghindari stress psikis

  • 35

    d. Mencegah/mengobati ISPA sedini mungkin

    e. Olahraga renang, senam asma

    Komplikasi

    1. Pneumotoraks

    2. Pneumodiastinum dan emfisema subcutis

    3. Atelektasis

    4. Gagal nafas

  • 36

    BRONCHIOLITIS

    Definisi

    Infeksi akut pd sal napas kecil/bronkiolus yg pd umumnya disebabkan oleh virus, shg

    menyebabkan gejala2 obstruksi bronkiolus.Bronkiolitis ditandai oleh batuk, pilek, panas,

    wheezing pd saat ekspirasi, takipnea, retraksi, dan air trapping/hiperaerasi paru pd foto dada.

    Epidemiologi

    Bronkiolitis terutama disebabkan oleh Respiratory Syncitial Virus (RSV), 6090% dr

    kasus, dan sisanya disebabkan oleh virus Parainfluenzae tipe 1,2, dan 3, Influenzae B,

    Adenovirus tipe 1,2, dan 5, atau Mycoplasma.

    RSV adlh penyebab utama bronkiolitis dan mrpkn satu2nya penyebab yg dpt menimbulkan

    epidemi. Hayden dkk (2004) mndptkan bahwa infeksi RSV menyebabkan bronkiolitis sbnyk

    45%-90% dan menyebabkan pneumonia sbnyk 40%.

    Sering mengenai anak usia dbwh 2 thn dgn insiden ttinggi pd bayi usia 6 bln. Makin muda umur

    bayi menderita bronkiolitis biasanya akan makin berat penyakitnya. Bayi yg menderita

    bronkiolitis berat bisa oleh krn kdr antibodi maternal (maternal neutralizing antibody) yg

    rendah.Insiden infeksi RSV sm pd laki2 dan wanita, namun bronkiolitis berat lbh sering tjd pd

    laki2

    Faktor resiko

    - Jenis kelamin laki-laki - perokok pasif

    - Status sosio-ekonomi rendah - berada pada tempat penitipan anak

    - Jumlah anggota keluarga yang besar - bayi yang tidak mendapat ASI

    - Rendahnya antibodi maternal terhadap RSV

    Patogenesis

    RSV adalah single stranded RNA virus yg berukuran sdg (80-350nm), termasuk paramyxovirus.

    Terdapat 2 glikoprotein permukaan yg mrpkn bag penting dr RSV utk menginfeksi sel, protein G

    (attachment protein ) yg mengikat sel dan protein F (fusion protein) yg menghubungkan partikel

    virus dgn sel target dan sel tetangganya. Kedua protein ini merangsang antibodi protektif pd host.

    Masa inkubasi RSV 2-5 hari. Virus bereplikasi dlm nasofaring kemudian menyebar dr sal napas

    atas ke sal napas bwh melalui penyebaran lgsg pd epitel sal napas dan melalui aspirasi sekresi

    nasofaring.

  • 37

    RSV mempengaruhi sistem sal napas melalui kolonisasi dan replikasi virus pd mukosa bronkus

    dan bronkiolus yg memberi gambaran patologi awal berupa nekrosis sel epitel silia. Nekrosis sel

    epitel sal napas menyebabkan tjd edema submukosa dan pelepasan debris dan fibrin kdalam

    lumen bronkiolus.

    Virus yg merusak epitel bersilia jg mengganggu gerakan mukosilier mukus tertimbun dlm

    bronkiolus .Kerusakan sel epitel sal napas jg mengakibatkan saraf aferen lbh terpapar thd

    alergen/iritan, shg dilepaskan bbrp neuropeptida (neurokinin, substance P) yg menyebabkan

    kontraksi otot polos sal napas.

    Pd akhirnya kerusakan epitel sal napas jg meningkatkan ekspresi ICAM-1 dan produksi sitokin

    yg akn menarik eosinofil dan sel2 inflamasi.Jd, bronkiolus mjd sempit krn kombinasi dr proses

    inflamasi, edema saluran nafas, akumulasi sel2 debris dan mukus serta spasme otot polos sal

    napas.

    Respon paru adlh :

    meningkatkan kapasitas fungsi residu

    menurunkan compliance

    meningkatkan tahanan sal napas

    Semua faktor2 tsb menyebabkan peningkatan kerja sistem pernapasan, batuk, wheezing,

    obstruksi sal napas, hiperaerasi, atelektasis, hipoksia, hiperkapnea, asidosis metabolik sampai

    gagal napas.

    Selama fase ekspirasi tdpt mekanisme klep shg udara akan terperangkap dan menimbulkan

    overinflasi dada. Vol dada pd akhir ekspirasi meningkat hampir 2x diatas normal. Atelektasis

    dapat tjd bila obstruksi total.

    Infeksi yg berulang pd sal napas bwh akan meningkatkan resistensi thd penyakit. Akibat infeksi

    yg berulang2, tjd cumulatif immunity shg pd anak yg lbh besar dan org dewasa cenderung lbh

    tahan thd infeksi bronkiolitis dan pneumonia krn RSV.

    Ada 2 mcm fenomena yg mendasari hub antara infeksi virus sal napas dan asma :

    1. Infeksi akut virus sal napas pd bayi/anak kecil seringkali disertai wheezing

    2. Penderita wheezing berulang yg disertai dgn penurunan test faal paru, ternyata seringkali

    mengalami infeksi virus sal napas pd saat bayi/usia muda

    Infeksi RSV dpt menstimulasi respon imun humoral dan selular. Respon antibodi sistemik tjd

    bersamaan dgn respon imun local.

  • 38

    Manifestasi

    Mula2 bayi menderita gejala ISPA bag atas ringan berupa pilek yg encer dan bersin.Gejala ini

    berlangsung bbrp hari, kdg2 disertai demam dan nafsu makan berkurang.Kemudian timbul

    distress napas yg ditandai oleh batuk, wheezing, sesak napas.

    Bayi2 akn mjd rewel, muntah serta sulit makan dan minum.Bronkiolitis biasanya tjd setelah

    kontak dgn org dewasa/anak yg menderita infeksi sal napas atas yg ringan.Bayi mengalami

    demam ringan/tdk demam sm sekali dan bahkan ada yg mengalami hipotermi.

    - Sianosis - ekspirasi memanjang

    - Nadi singkat - wheezing

    - Napas cuping hidung - crackles

    - Penggunaan otot bantu nafas - eosinofilia

    - Retraksi, tdk dalam karna adanya hiperinflasi paru

    - Hepar dan lien teraba akibat pendorongan diafragma krn tertekan oleh paru yg

    hiperinflasi

    - Hipoksia dengan saturasi oksigen

  • 39

    Diagnosis banding

    - asma bronkial - refluks gastroesophageal

    - pneumonia - gagal jantung

    - aspirasi benda asing - miokarditis

    Penatalaksanaan

    1. Oksigenasi

    2. Pemberian cairan u/mencegah dehidrasi

    3. Nutrisi yg adekuat.

    Bronkiolitis ringan biasanya bisa rawat jalan dan perlu diberikan cairan peroral yg

    adekuat. Bayi dgn bronkiolitis sedang sampai berat hrs dirawat inap. Penderita resiko

    tinggi hrs dirawat inap, diantaranya :

    - Usia < 3 bulan - kelainan neurologi - distress nafas

    - Prematur - penyakit paru kronis

    - Kelainan jantung - defisiensi imun

    Tujuan perawatan di RS adlh terapi suportif, mencegah dan mengatasi komplikasi, atau bila

    diperlukan pemberian antivirus. Selain terapi suportif, scr rutin nebulasi agonis B2 jg diberikan

    pd setiap penderita bronkiolitis. Steroid sistemik diberikan pd kasus2 berat. Antibiotika diberikan

    bila keadaan umum penderita krg baik, atau ada dugaan infeksi sekunder dgn bakteri.

    Antivirus Ribavirin adlh synthetic nucleoside analogue, menghambat akt.virus termasuk RSV.

    Ribavirin menghambat translasi messenger RNA (mRNA) virus kdlm protein virus dan menekan

    akt.polymerase RNA.

    Ribavirin menghambat replikasi virus selama fase replikasi aktif, maka pemberian ribavirin lbh

    bermanfaat pd fase awal infeksi.

    Pencegahan

    Menghindari faktor paparan asap rokok dan polusi udara, membatasi penularan terutama di

    rumah sakit misalnya dgn membiasakan cuci tangan dan penggunaan sarung tangan serta

    masker, isolasi penderita, menghindarkan bayi/anak kecil dr tempat keramaian umum, pemberian

    ASI, menghindarkan bayi/anak kecil dr kontak dgn penderita ISPA.

  • 40

    Imunoglobulin

    Vaksinasi

    Prognosis

    - Studi kohort prospektif, 23 % bayi dgn r.bronchiolitis berkembang menjadi asma pd usia

    3 thn.

    - Pengobatan kortikosteroid dpt mengurangi prevalens asma.

    - Tergantung pd beratringannya penyakit, cepatnya penanganan, dan adanya penyakit latar

    belakang (penyakit jantung, defisiensi imun, prematuritas).