Resistensi obat

download Resistensi obat

of 18

Transcript of Resistensi obat

RESISTENSI OBATDEFINISI ANTIBIOTIKAAntibiotika berasal dari kata Anti yang berarti lawan dan Bios berarti hidup. antibiotika dapat didefinisikan sebagai semua senyawa kimia yang dihasilkan oleh organisme hidup atau yang diperoleh melalui sintesis yang memiliki indeks khemoterapi tinggi, yang manifestasi aktivitasnya terjadi pada dosis yang sangat rendah secara spesifik melalui inhibisi proses vital tertentu pada virus, mikroorganisme ataupun juga berbagai organisme bersel majemuk.Antibiotika adalah zat kimia yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri, yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman, sedang toksisitasnya bagi manusia relatif kecil.Akan tetapi, berhubung dengan sifat toksisnya bagi manusia, hanya sebagian kecil saja yang digunakan sebagai obat, antara lain streptomisin (1944), Chloramphenicol (1947), tetrasiklin (1948), Eritromisin (1952), Rifampisin (1960),bleomisin (1965) dan doksorubisin (1969).Selain dalam bentuk obat minum (oral), ada juga dalam bentuk suntikan (parenteral), salep, krim, supositoria (dimasukkan ke liang dubur atau vagina); lotion, dan tetes. Infeksi kulit memakai salep atau krim antibiotika, infeksi mata merah memakai tetes atau salep mata, infeksi telinga tengah memakai tetes kuping antibiotika, keputihan kuman dipakai antibiotika berbentuk peluru yang dimasukkan ke dalam vagina.Membubuhi serbuk antibiotika pada lubang gigi yang sakit seperti kebiasaan sementara orang atau pada luka, tidak terlalu tepat. Efek penembusan antibiotika ke jaringan gusi yang terinfeksi tidak sebaik jika diminum, atau bisa menyerap optimal seperti antibiotika yang sudah dalam bentuk salep atau krim jika untuk dipakai pada kulit.PEMBUATAN ANTIBIOTIKAAntibiotika dibuat secara mikrobiologi, yaitu fungi dibiakan dalam tangki besar bersama zat gizi khusus. Oksigen atau udara steril disalurkan kedalam cairan pembiakan guna mempercepat pertumbuhan fungi dan meningkatkan produksi antibiotikumnya. Setelah di isolasi dari cairan kultur, antibiotikum dimurnikan dan aktivitasnya ditentukan, dari cara persemaian antibiotika terbagi dua,yaitu :1. Antibiotika semi sintetis apabila pada persemaian kultur dibubuhi zat pelopor tertentu, hasilnya disebut senyawa semi sintetis, misalnya penisilin.2. Antibiotika sintetis tidak dibuat lagi dengan jalan biosintetis tersebut, melainkan dengan senyawa kimiawi, misalnya klorampenicol.MANFAAT ANTIBIOTIKAAntibiotika adalah senyawa kimia yang dibuat untuk melawan bibit penyakit, khususnya kuman. Ada beragam jenis kuman, ada kuman yang besar, ada yang kecil, dengan sifat yang beragam pula.Kuman cenderung bersarang di organ tertentu di tubuh yang ditumpanginya. Ada yang suka di otak, di paru-paru, di usus, saraf, ginjal, lambung, kulit, atau tenggorok, dan lainnya. Di organ-organ tempat bersarangnya itu, kuman tertentu menimbulkan infeksi. Kuman tipus menimbulkan penyakit tipus di usus, kuman TBC di paru-paru, selain bisa juga di tulang, ginjal, otak, dan kulit. Kuman lepra di saraf dan kulit, kuman difteria di tenggorokan, tetanus di saraf, dan banyak lagi.Selain itu, ada pula jenis antibiotika yang sempit pemakaiannya, spesifik hanya untuk kuman-kuman tertentu saja. Misalnya, antibiotika untuk kuman TBC (mycobacterium tuberculosis), untuk lepra atau kusta (mycobaterium leprae), atau untuk tipus (salmonella tyhphi).KAPAN ANTIBIOTIKA DIGUNAKANAntibiotika digunakan jika ada infeksi oleh kuman. Infeksi terjadi jika kuman memasuki tubuh. Kuman memasuki tubuh melalui pintu masuknya sendiri-sendiri. Ada yang lewat mulut bersama makanan dan minuman, lewat udara napas memasuki paru-paru, lewat luka renik di kulit, melalui hubungan kelamin, atau masuk melalui aliran darah, lalu kuman menuju organ yang disukainya untuk bersarang.Gejala umum tubuh terinfeksi biasanya disertai suhu badan meninggi, demam, nyeri kepala, dan nyeri. Infeksi di kulit menimbulkan reaksi merah meradang, bengkak, panas, dan nyeri. Contohnya bisul. Di usus, bergejala mulas, mencret. Di saluran napas, batuk, nyeri tenggorok, atau sesak napas. Di otak, nyeri kepala. Di ginjal, banyak berkemih, kencing merah atau seperti susu.Penyakit yang disebabkan bukan oleh kuman tidak mempan diobati dengan antibiotika. Untuk virus diberi antivirus, dan untuk parasit diberi antinya, seperti antimalaria, antijamur, dan anticacing. Jika infeksi oleh jenis kuman yang spesifik, biasanya dokter langsung memberikan antibiotika yang sesuai dengan kuman penyebabnya. Misal bisul di kulit, tetanus, difteria, tipus, atau infeksi mata merah.Untuk infeksi yang meragukan, diperlukan pemeriksaan khusus untuk memastikan jenis kuman penyebabnya. Caranya dengan melakukan pembiakan (kultur) kuman. Bahan biakannya diambil dari darah atau air liur, dahak, urine, tinja, cairan otak, nanah kemaluan, atau kerokan kulit.Dengan biakan kuman, selain menemukan jenis kumannya, dapat langsung diperiksa pula jenis antibiotika yang cocok untuk menumpasnya (tes resistensi). Dengan demikian, pengobatan infeksinya lebih tepat. Jika tidak dilakukan tes resistensi, bisa jadi antibiotika yang dianggap mampu sudah tidak mempan, sebab kumannya sudah kebal terhadap jenis antibiotika yang dianggap ampuh tersebut.KENAPA KUMAN JADI RESISTENSI ANTIBIOTIKAPemakaian antibiotika di negara-negara sedang berkembang sering tidak terkontrol dan cenderung serampangan. Antibiotika yang bisa dibeli bebas, ketidaktahuan pemakaian, dan tidak dipakai sampai tuntas, menimbulkan generasi kuman yang menjadi kebal (resisten) terhadap antibiotika yang digunakan secara tidak tepat dan serampangan itu, misalnya pemakaian antibiotika yang tidak dihabiskan, atau menebusnya setengah resep.Semakin sering dan banyak disalahgunakan suatu antibiotika, semakin cepat menimbulkan kekebalan kuman yang biasa ditumpasnya. Pemakaian antibiotika golongan erythromycine yang paling banyak dan luas dipakai di dasawarsa 80-an, semakin banyak melahirkan generasi kuman yang kebal terhadapnya. Lalu, dibuat generasi baru dari rumpun yang sama. Setiap beberapa tahun, lahir jenis generasi antibiotika baru untuk membasmi jenis kuman yang sudah kebal. Tentu, dengan harga yang lebih mahal.EFEK SAMPING ANTIBIOTIKASeperti obat umumnya, antibiotika juga punya efek samping masing-masing. Ada yang berefek buruk terhadap ginjal, hati, ada pula yang mengganggu keseimbangan tubuh. Pasien dengan gangguan hati, misalnya, tidak boleh diberikan antibiotika yang efek sampingnya merusak hati, sekalipun ampuh membasmi kuman yang sedang pasien idap.Dokter perlu memilihkan antibiotika lain, mungkin kurang ampuh, namun tidak berefek pada hati. Namun, jika suatu antibiotika tidak ada penggantinya, antibiotika tetap dipakai, dengan catatan, bahaya efek samping pada seorang pasien memerlukan monitoring oleh dokter, jika dipakai untuk jangka waktu yang lama. Antibiotika untuk TBC, misalnya, yang diminum sedikitnya 6 bulan, perlu pemeriksaan fungsi hati secara berkala, agar jika sudah merusak hati, obat dipertimbangkan untuk diganti.BAHAYA TERLALU SERING MENGGUNAKAN ANTIBIOTIKAPemakaian antibiotika yang terlalu sering tidak dianjurkan. Di negara kita, orang bebas membeli antibiotika dan memakainya kapan dianggap perlu. Sedikit batuk pilek, langsung minum antibiotika. Padahal belum tentu perlu. Kenapa?Belum tentu batuk pilek disebabkan oleh kuman. Awalnya oleh virus. Jika kondisi badan kuat, penyakit virus umumnya sembuh sendiri. Yang perlu dilakukan pada penyakit yang disebabkan oleh virus adalah memperkuat daya tahan tubuh dengan cukup makan, istirahat, dan makanan bergizi.Kasus batuk pilek virus yang sudah lama, yang biasanya sudah ditunggangi oleh kuman, baru membutuhkan antibiotika untuk membasmi kumannya, bukan untuk virus flunya. Tanda batuk pilek membutuhkan antibiotika adalah dengan melihat sekretnya. Yang tadinya encer bening sudah berubah menjadi kental berwarna kuning-hijau. Selama sekretnya masih encer bening, antibiotika tak diperlukan.Minum antibiotika terlalu sering juga mengganggu keseimbangan flora usus. Kita tahu, dalam usus normal tumbuh kuman yang membantu pencernaan dan pembentukan vitamin K. Selain itu, di bagian-bagian tertentu tubuh kita juga hidup kuman yang baik bagi tubuh kita. Di kemaluan wanita, di kulit, di mulut, dan di mana-mana bagian tubuh ada kuman yang tidak mengganggu namun bermanfaat (simbiosis).Terlalu sering minum antibiotika berarti membunuh seluruh kuman baik yang bermanfaat bagi tubuh. Jika populasi kuman baik yang bermanfat bagi tubuh terbasmi, keseimbangan mikroorganisme tubuh bisa terganggu, sehingga jamur yang tadinya takut oleh kuman-kuman yang ada di tubuh kita berkesempatan lebih mudah menyerang.Maka saripada itu, banyak orang yang setelah minum antibiotika yang terlampau lama, kemudian terserang penyakit jamur. Bisa jamur di kulit, usus, sariawan di mulut, atau di mana saja. Keputihan yang disebabkan jamur pada wanita, antara lain karena vagina terlalu bersih oleh antisepsis yang membunuh kuman baik yang bermanfaat di sekitar vagina (Doderlein).BERAPA LAMA MENGKONSUMSI ANTIBIOTIKALama pemakaian antibiotika bervariasi, tergantung jenis infeksi dan kuman penyebabnya. Paling sedikit 4 -5 hari. Namun, jika infeksinya masih belum tuntas, antibiotika perlu dilanjutkan sampai keluhan dan gejalanya hilang. Pada tifoid, perlu beberapa minggu. Demikian pula pada difteria, tetanus. Paling lama pada TBC yang memakan waktu berbulan-bulan.Pada infeksi tertentu, setelah pemakaian antibiotika satu kir, perlu dilakukan pemeriksaan biakan kuman ulang untuk memastikan apakah kuman sudah terbasmi tuntas. Infeksi saluran kemih, misalnya, setelah selesai satu kir antibiotika dan keluhan gejalanya sudah tidak ada, biakan kuman dilakukan untuk melihat apa di ginjal masih tersisa kuman. Jika masih tersisa kuman dan antibiotikanya tidak dilanjutkan, penyakit infeksinya akan kambuh lagi.Termasuk pada infeksi gigi. Sakit gigi biasanya disebabkan oleh adanya kuman yang memasuki gusi dan tulang rahang melalui gigi yang berlubang. Akibatnya gusi membengkak dan nyeri. Antibiotika diberikan sampai keluhan nyeri gigi hilang. Jika antibiotika hanya diminum satu atau dua hari, kuman di dalam gusi belum mati semua, sehingga infeksi gusi dan sakit gigi akan kambuh lagi.DEFINISI RESISTENSIResistensi adalah mekanisme tubuh yang secara keseluruhan membuat benteng untuk berkembangnya penyerangan atau pembiakan agent menular atau kerusakan oleh racun yang dihasilkannya.Resistensi antibiotika timbul bila suatu antibiotika kehilangan kemampuannya untuk secara efektif mengendalikan atau membasmi pertumbuhan bakteri; dengan kata lain bakteri mengalami resistensi dan terus berkembangbiak meskipun telah diberikan antibiotika dalam jumlah yang cukup untuk pengobatan.KLASIFIKASI RESISTENSIResistensi antibiotika dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yaitu resistensi alami dan resistensi yang didapat.1. Resistensi alami.Resistensi alami merupakan sifat dari antibiotika tersebut yang memang kurang atau tidak aktif terhadap kuman, contohnya Pseudomonas aeruginosa yang tidak pernah sensitive terhadap chloramphenicol.2. Resistensi yang di dapat.Resistensi yang didapat yaitu apabila kuman tersebut sebelumnya sensitive terhadap suatu antibiotika kemudian berubah menjadi resisten, contohnya ialah Pseudomonas aeruginosa resisten terhadap ceftazidime.AKIBAT YANG TIMBUL KARENA RESISTENSI ANTIBIOTIKA- Infeksi bakteri resisten antibiotika lebih sulit disembuhkan.- Sakit lebih lama.- Butuh antibiotika lebih kuat (lebih toksik)- Butuh biaya pengobatan lebih mahal- Kematian pada penderita.MEKANISME TERJADINYA RESISTENSIUntuk mendapatkan efek terapi, antibiotika pertama kali harus mencapai target kedalam sel kuman. Kuman gram negatif mempunyai outer membrane yang sedikit menghambat antibiotika masuk kedalam sitoplasma. Selanjutnya apabila terjadi mutasi dari lubang pori outer membrane berakibat antibiotika menjadi lebih sulit masuk kedalam sitoplasma atau menurunnya permeabilitas membrane terhadap antibiotika, oleh karena lubang pori dari outer membrane tersebut tidak bersifat selektif maka satu mutasi dari pori tersebut dapat menghambat masuknya lebih dari satu jenis antibiotika.Ada berbagai mekanisme yang menyebabkan suatu populasi kuman mejadi resisten terhadap antibiotika, mekanisme itu antara lain :1. Mikroorganisme memproduksi enzym yang merusak daya kerja obat, contohnya adalah stafilokokus yang resisten terhadap penisilin disebabkan karena stafilokokus memproduksi enzym beta laktam yang memecah cincin beta laktam dari penisilin sehingga penisilin tidak aktif lagi bekerja.2. Terjadinya perubahan permeabilitas kuman terhadap obat tertentu, contohnya adalah streptokokus yang mempunyai barier alami terhadap obat golongan aminoglikosida.3. Terjadinya perubahan pada tempat tertentu dalam sel sekelompok mikroorganisme yang menjadi target obat, misalnya obat golongan aminoglikosida yang memecah atau membunuh kuman karena obat ini merusak sistem ribosom sub unit 30S. Bila oleh suatu hal,tempat/lokus kerja obat pada ribosom sub unit 30S berubah, maka kuman tidak lagi sensitif terhadap golongan obat ini.4. Terjadinya perubahan pada metabolic pathway yang menjadi target obat, misalnya kuman yang resisten terhadap obat golongan sulfonamida, tidak memerlukan PABA dari luar sel, tapi dapat menggunakan asam folat, sehingga sulfonamida yang berkompetisi dengan PABA tidak berpengaruh pada metabolisme sel.5. Terjadi perubahan enzymatik sehingga kuman meskipun masih dapat hidup dengan baik, tapi kurang sensitif terhadap antibiotik, contohnya adalah kuman yang sensitif terhadap sulfonamida yang mempunyai affinitas yang lebih besar terhadap sulfonamida dibandingkan dengan PABA sehingga kuman akan mati.ASAL MULA TERJADINYA RESISTENSI KUMAN TERHADAP OBATAsal mula yang menyebabkan Resistensi kuman terhadap obat dibagi menjadi sebab non genetik dan genetik.1. Sebab-sebab non genetikHampir semua obat antibiotika bekerja baik pada masa aktif pembelahan kuman, dengan demikian, populasi kuman yang tidak berada pada fase pembelahan aktif pada umumnya relatif resisten terhadap obat. Misalnya kuman TBC yang tinggal didalam jaringan dan tidak membelah aktif karena adanya mekanisme pertahanan badan, maka pada kondisi ini obat anti TBC tidak dapat membunuh kuman TBC tersebut.2. Sebab-sebab genetikTerjadinya resistensi kuman terhadap antibiotika umumnya terjadi karena perubahan genetik. Perubahan genetik bisa terjadi secara kromosomal maupun ekstra kromosomal dan perubahan genetik tersebut dapat ditransfer dari satu spesies kuman kepada spesies kuman lain melalui berbagai mekanisme,yaitu :a. Resistensi kromosomalResistensi kuman terhadap antibiotika yang mempunyai sebab genetik kromosomal misalnya terjadi karena mutasi spontan pada lokus ADN yang mengontrol susceptibility terhadap obat tertentu, sebagai contoh adalah protein P12 pada ribosom kuman sub unit 30S adalah reseptor dari antibiotika streptomisin. Mutasi pada gen yang mengontrol struktur protein P12 tersebut akan menyebabkan kuman menjadi resisten terhadap streptomisin.b. Resistensi ekstra kromosomalBakteri mengandung pula materi genetik yang ekstrakromosomal yang disebut plasmid. Plasmid adalah molekul DNA yang bulat/sirkuler :- Mempunyai berat 1-3% dari kromosom bakteri- Berada bebas dalam sitoplasma bakteri- Adakalanya dapat bersatu ke dalam kromosom bakteri- Dapat melakukan replikasi sendiri secara otonom-Dapat pula berpindah atau dipindahkan dari satu spesies ke spesies lain.Beberapa contoh dari plasmid adalah:- Faktor RFaktor R adalah satu golongan plasmid yang membawa gen-gen untuk resistensi terhadap satu atau lebih antibiotika dan logam berat. Gen dalarn plasmid yang menyebabkan resisten obat seringkali memproduksi enzim-enzim yang dapat merusak daya kerja obat. Contoh: Plasmid yang menentukan resistensi untuk penisilin dan sefalosporin memproduksi ensim beta laktamase.- ToksinBeberapa toksin dari kuman juga merupakan produk dari plasmid, misalnyaEnterotoksigenik Escherichia colimemproduksi toksin yang menyebabkan diare pada anak.- Faktor FFaktorF=fertilityfactormemegang peranan dalam proses konjugasi Bakteri, yaitu transfer unilateral dari materi genetik antara bakteri sejenis maupun dengan jenis lain dapat terjadi melalui proses konjugasi(kawin).Hal ini dimungkinkan karena adanya faktor F yang menentukan adanyasexpili.Kuman yang mempunyaisex pilidisebut kuman F+, dan melalui pilinya tersebut materi genetik dari sel donor (F+) termasuk plasmid DNA-nya dapat berpindah ke dalam sel resipien. Jadi gen-gen tertentu yang membawa sifat resistensi pada obat dapat berpindah dari populasi kuman yang resisten ke dalam kuman yang sensitif. Dengan cara inilah sebagian besar dari sifat resisten obat tersebar dalam populasi kuman dan menimbulkan apa yang disebutmulti drug resistance.c. Resistensi silangSatu populasi kuman yang resisten terhadap satu obat tertentu dapat pula resisten terhadap obat yang lain yang mempunyai mekanisme kerja obat yang mirip satu sama lain. Hal ini misalnya terjadi pada obat-obatan yang komposisi kimianya hampir sama, misalnya antara polimiksin B dengan kolistin, eritromisin dengan oleandomisin, dan neomisin dengan kanamisin.PENGENDALIAN RESISTENSI ANTIBIOTIKA1. Antibiotika yang diketahui menimbulkan masalah resistensi harus dibatasi penggunaanya .2. Pemberian resep yang tepat sehingga masyarakat tidak boleh menggunakan antibiotik sembarangan tanpa rujukan dokter. Sebab, jenis dan dosis antibiotik pun ada banyak ragamnya.3. Penggunaan dosis yang tepat dimana pemberian antibiotika pada anak tentu dosisnya lebih kecil dari orang dewasa.4. Lama pemberian obat yang tepat dimana antibiotika diberikan lebih dari 3 hari sehingga kuman betul-betul telah mati.5. Interval pemberian obat yang tepat yaitu ada jenis antibiotik yang dikonsumsi satu kali dalam sehari, dua kali, atau tiga kali sehari. Bahkan, ada juga yang harus mengkonsumsinya dua tablet dua kali sehari.BEBERAPA JENIS ANTIBIOTIKA SERTA RESISTENNYADibawah ini akan dibahas beberapa kelompok antibiotika serta resistensi yang terjadi :1. PENISILINPenisilin diperoleh dari jamurPenicillium chrysogenum;dari berbagai macam jenis yang dihasilkan, perbedaannya hanya terletak pada gugusan samping R saja, Benzilpenisilin (pen-G) ternyata paling aktif. Sedangkan Sefalosporin diperoleh dari jamur Cephaloritun acremoniumyang berasal dari Sicilia (1943).Kedua kelompok antibiotika memiliki rumus bangun serupa, keduanya memiliki Cincin beta-laktam. Cincin ini merupakan syarat mutlak untuk khasiatnya. jika cincin ini dibuka misalnya oleh enzim beta-laktamase (penisilinase atau sefalosporinase), maka zat menjadi inaktif.Pada umumnya penisilinase hanya dapat menginaktifkan penisilin dan tidak sefalosporin, kebalikannya berlaku untuk sefalosporinase.Aktivitas Penisilin-G dan turunannya bersifat bakterisid terhadap kuman Gram-positif dan hanya beberapa kuman Gram-negatif. Penisilin termasuk antibiotika spektrum-sempit, begitu pula penisilin-V dan analognya. Ampisilin dan turunannya, sedang sefalosporin memiliki spektrum-kerja lebih luas, yang meliputi banyak kuman Gram-negatif, antara lain H.infiuenzae, E. coli,dan Pmirabilis.Beberapa sefalosporin bahkan aktif terhadap kumanPseudomonas.Sebagaimana telah diutarakan,antibiotikabakterisid ini tidak dapat dikombinasikan denganbakteriostatikaseperti tetrasiklin, kloramfenikol, eritromisin dan asam fusidat. Ini karena zat-zat yang disebutkan terakhir menghambat pertumbuhan sel dan dindingnya.Mekanisme kerja Penisilin melalui dinding-sel kuman terdiri dari suatu jaringan peptidoglikan,yaitupolimerdari senyawa amino dan gula, yang saling terikat satu dengan yang lain(crosslinked)dan dengan demikian memberikan kekuatan mekanis pada dinding. Penisilin dan sefalosporin menghindarkan sintesa Iengkap dari polimer ini yang spesifik bagi kuman dan disebut murein. Bila sel tumbuh dan plasmanya bertambah atau menyerap air dengan jalan osmosis, maka dinding-sel yang tak sempurna itu akan pecah dan bakteri musnah.Resistensi penisilin terjadi dimana kuman untuk melindungi diri terhadap efek mematikan dari antibiotika beta-laktam adalah pembentukan enzim beta-laktamase. Semula hanya Stafilococci danE. coliberdaya membentuk penisilinase dalamplasmid,yang mengandunggen-gen(faktor keturunan) untuk sifat ini. Tetapi gen-gen tersebut telah ditularkan ke kuman lain dengan jalan penggabungan(konjugasi).Maka, kini kebanyakan kuman memiliki kemampuan ini dan resistensi telah disebarluaskan dengan pesat. Untuk mengatasi masalah resistensi kuman yang amat serius ini, peneliti telah mensintesa dua jenis senyawa, yaitu derivatyangtahan laktamase dan yang memblok laktamase.Zat-zat tahan-laktamase antara lainmetisilindan turunannya(klok_sasilin, flukloksasilin)serta sefalosporin tertentu yang terdiri darisefotaksim, seftizoksim,danseftriakson. Molekul dari zat-zat ini mengandung gugusyangmengelilingi dan melindungi cincin beta-laktam. Karena perintangan ruang ini,maka enzim tidak dapat mendekati molekul untuk menguraikannya.Kloksasilin dan turunannya hanya tahan terhadap penisilinase yang berasal dari Stafilococci, untuk laktamase kuman lain, zat-zat ini masih sensitif. Turunan sefalosporin tersebut di atas tahan terhadap bermacam-macam laktamase yang dibentuk berbagai kuman.Sejak akhir tahun 1980-an telah muncul kuman Stafilokok yang ternyata sangat resisten terhadap penisilin tersebut dan sangat meresahkan rumah sakit. Kuman itu dinamakan MRSA (Methicillin Resistent Staphylococcus Aureus).Dalam rentang waktu agak singkat, kuman ini telah menjadi resisten terhadap hampir semua antibiotika. Pengecualian adalah antibiotika dari kelompok glikopeptida: vankomisin dan teikoplanin. Tetapi, akhir tahun 1998 telah ditemukan beberapa suku yang bersifat resisten terhadap vankomisin. Menurut perkiraan, kuman ini akan merajalela dalam rentang waktu yang tidak begitu lama (N Engl J Med 1999;340: 556-7, J Clin. Microbiol 1999; 37: 413-6).Laktamase-blockers antara lain asam klavulanat dansulbaktam (Unasyn). Senyawa ini merintangi efek laktamase dengan jalan mengikatnya dengan membentuk kompleks. Namun, zat ini tidak berdaya terhadap banyaksefalosporirtasejenis tertentu. Kombinasinya dengan amoksisilin atau ampisilin adalah sangat berharga dalam usaha melawan kuman resisten.2. SEFALOSPORINSefalosporin termasuk antibiotika beta-laktam dengan struktur, khasiat dan sifat yang banyak mirip penisilin. Diperoleh secara semi sintetis dari sefalosporin C yang dihasilkan jamurCephalosporium ncremonium.Inti senyawa ini adalah 7-ACA(7-arnino-cep{utlosporanic acid)yang banyak mirip inti-penisilin 6-APA(6-aminopenicillanic acid).Pada dasawarsa terakhir, puluhan turunan sefalosporin baru telah dipasarkan yang struktumya diubah secara kimiawi dengan maksud memperbaiki aktivitasnya.Spektrum-kerjanya luas dan meliputi banyak kuman Gram positif dan negatif, termasuk E. coli, klabsiella, dan Proteus. Berkhasiatbakterisiddalam fase pertumbuhan kuman, berdasarkanpenghambatan sintesa peptidoglikanyang diperlukan kuman untuk ketangguhan dindingnya. Kepekaannya untuk beta-laktamase lebih rendah daripada pensilin. Penggolongan menurut khasiat antimikrobanya dan resistensinya terhadap beta-laktamase, sefalosporin lazimnya digolongkan sebagai berikut :a. Generasi ke-1:sefalotindansefazolin, sefradin, sefaleksin, dan sefadroksil.Zat-zat ini terutama aktif terhadap cocci Grampositif, tidak berdaya terhadap gonococci, H. influenzae,Bacteroides, dan Pseudomonas. Pada umumnya tidak tahan terhadap laktamase.b. Generasi ke-2:sefaklor, sefamandol, sefmetazol,dansefuroksimlebih aktif terhadap kuman Gram-negatif, termasukH. influenzae,Proteus, Klebsiella, gonococci, dan kuman-kuman yang resisten untuk amoksisilin. Obat-obat ini agak kuat tahan-laktamase. Khasiatnya terhadap kuman Gram-positif (Staf. dan Strep.) lebih kurang sama.c. Generasi ke-3:sefoperazon, sefotaksim, seftizoksim, seftriakson, sefotiam, sefiksim,dansefprozil.Aktivitasnya terhadap kuman Gram-negatif lebih kuat dan lebih luas lagi dan meliputi Pseudomonas dan Bacteroides, khususnyaseftazidim, sefsulodin dan sefepim.Resistensinya terhadap laktamase juga lebih kuat, tetapi khasiatnya terhadap stafilokok jauh lebih ringan. Tidak aktif terhadap MRSA dan MRSE (Methicillin Resistant Staphylococcus Epidermis).d. Generasi ke-4:sefepimdansefpirom.Obat-obat baru ini (1993) sangat resisten terhadap laktamase dansefepim,juga aktif sekali terhadap Pseudomonas.3. AMINOGLIKOSIDAAminoglikosida dihasilkan oleh jenis fungiStreptomycesdanMicromonospora.Semua senyawa dan turunan semi-sintetisnya mengandung dua atau tigagala-aminodi dalam molekulnya, yang saling terikat secara glukosidis. Adanya gugusan amino, zat-zat ini bersifat basa lemah dan garam-sulfatnya yang digunakan dalam terapi mudah larut di air.Penggolongan Aminoglikosida dapat dibagi atas dasar rumus kimianya, yaitu: Streptomisin mengandung Bata molekul gala-amino dalam molekulnya. Kanamisin dengan turunannya amikasin dan dibekasin, gentamisin dan turunannya netilmisin dan tobramisin, yang semuanya memiliki dua molekul gala yang dihubungi oleh sikloheksan. Neomisin, framisetin, dan paromomisin dengan tiga gala-amino.Spektrum-kerjanya luas dan meliputi terutama banyakbacilli Gram-negatif,antara lainE. coli, H. influenzae,Klebsiella, Proteus, Enterobacter, Salmonella, dan Shigella. Obat ini juga aktif terhadap gonococci dan sejumlahkuman Gram-positif(antara lainStaphyl. Aureus/epidermis).Streptomisin, kanamisin, dan amikasin aktif terhadap kuman tahan asamMycobacterium(tbc dan lepra). Amikasin dan tobramisin berkhasiat kuat terhadapPseudomonas,sedangkan gentamisin lebih ringan. Tidak aktif terhadap kuman anaerob. Amikasin memiliki spektrum-kerja yang paling luas, sedangkan aktivitas kerja gentamisin dan tobramisin sangat mirip.Aktivitasnya adalah bakterisid, berdasarkan dayanya untuk mempenetrasi dinding bakteri dan mengikat diri pada ribosom di dalam sel. Proses translasi (RNA dan DNA) diganggu sehingga biosintesa proteinnya dikacaukan. (Ribosom adalah partikel-partikel kecil dalam protoplasma sel,yang kaya akan RNA, tempat terjadinya sintesa protein). Efek ini tidak saja terjadi pada fase pertumbuhan, melainkan juga bila kuman tidak membelah diri.Resistensidapat terjadi agak pesat akibat terbentukyaenzimyang merombak struktur antibiotikum. Informasi genetis bagi enzim-enzim itu dapat ditulari melalui plasmid, hingga resistensi dapat menjalar ke kuman lain. Streptomisin dan kanamisin paling sering mengalami resistensi, amikasin paling jarang. Kombinasidengan antibiotika beta laktam menghambat terjadinya resistensi. Di samping itu, kombinasinya juga saling memperkuat kerjanya (potensiasi).

4. TETRASIKLINSenyawa tetrasiklin semula (1948) diperoleh dariStreptomyces aureofaciens(klortetrasiklin) danStreptomycesrimosus (oksitetrasiklin). Tetapi setelah 1960, zat-induk tetrasiklin mulai dibuat secara sintetis seluruhnya, yang kemudian disusul oleh derivat -oksi dan -klor serta senyawalong actingdoksisiklin dan minosiklin khasiatnya bersifat bakteriostatis, hanya melalui injeksi intravena dapat dicapai kadar plasma yang bakterisid lemah.Mekanisme kerjanya berdasarkan diganggunya sintesa protein kuman.Spektrum kerjanyaluas dan meliputi banyak cocci Gram positif dan Gram-negatif serta kebanyakan bacilli, kecuali Pseudomonas dan Proteos. Begitu pula aktif terhadap mikroba khusus seperti Chlamydiatrachomatis(penyebab penyakit mata trachoma dan penyakit pada infeksi berat, doksisiklin diberikan secara iv. /infus )Resistensi terhadap Tetrasiklin adalah perlindungan terhadap ribosom. Perlindungan ini diberikan oleh protein sitoplasma, bila protein sitoplasma ini muncul di sitoplasma bakteri, maka Tetrasiklin tidak akan mengikat ke ribosom.5. MAKROLIDA DAN LINKOMISINKelompok antibiotika ini terdiri dari eritromisin (EM) dengan derivat-derivatnya klaritromisin (KM), roxitromisin (RM), azitromisin (AM), dan diritromisin (DM). Spiramisin dianggap termasuk kelompok ini karena rumus bangunnya yang serupa, yaitu cincin lakton besar (makro) yang mana terikat turunan gula (1,2). Linkomisin dan klindamisin secara kimiawi berbeda dengan eritromisin, tetapi mirip sekali mengenai aktivitas, mekanisme kerja dan pola resistensinya, bahkan terdapat resistensi silang.Aktivitas Eritromisin bekerjabakteriostatis terhadap terutama bakteri Gram positif, dan spektrum kerjanya mirip penisilin-G. Mekanisme kerjanya melalui pengikatan reversibel pada ribosom kuman, sehingga sintesis proteinnya dirintangi. Bila digunakan terlalu lamaatau sering dapat terjadi resistensi.Resistensi pada antibiotika ini adalah dengan mengikat ribosom dengan adanya perubahan pada ribosom oleh enzim rRNA methilase, maka tidak akan terjadi ikatan antibiotika dengan ribosom kuman.6. POLIPEPTIDAKelompok ini terdiri dari polimiksin B dan polimiksin E (= kolistin), basitrasin dan gramisidin, dan bercirikan strukturpolipeptidasiklis dengan gugusan amino bebas. Berlainan dengan antibiotika lainnyayangdiperoleh dari jamur, obat-obat ini dihasilkan oleh jenis bakteri. Polimikcinhanya aktif terhadap kuman Gram-negatif termasuk Pseudornonas,sedangkan basitrasin dangramisidinterutama terhadap kuman Gram positif.7. KLORAMFENIKOL KEMICETINE.Semula diperoleh dari sejenis Streptomyces (1947), tetapi kemudian dibuat wears sintetis. Antibiotikumbrardsyectrumini berkhasiat terhadap hampir semua kuman Gram-positif dan sejumlah kuman Gram negatif, juga terhadap spirokhaeta,Chlamydur trachomatisdan Mycoplasma tidak aktif terhadap kebanyakan suku Pseudomonas, Proteus, dan Enterobacter.Penggunaannyaberhubung resiko anemia aplastis fatal, kloramfenikol tahun 1970-an jarang digunakan lagi. Dewasa ini hanya dianjurkan pada beberapa infeksi bila tidak ada kemungkinan lain, yaitu pada infeksi tifus dan meningitis,juga pada infeksi anerob yang sukar dicapai obat, khususnya abces otak olehB. fragdis..Resistensi dapat timbul dengan agak lambat , tetapi resistensi ekstra-kromosomal melalui plasmid juga terdapat, antara lain terhadap basil Thypus abdominalis.

KESIMPULANTimbulnya resistensi dari populasi kuman terhadap berbagai jenis antibiotika menimbulkan banyak problem dalam pengobatan penyakit infeksi, khususnya di rumah sakit di mana digunakan antibiotika dosis tinggi dan dalam intensitas yang besar, ditambah lagi dengan munculnya jenis kuman yang henjadi sumber utama infeksi. Banyak faktor yng mempengaruhi munculnya kuman resisten terhadap antibiotika, faktor yang paling penting adalah faktor penggunaan antibiotika dan pengendalian infeksi. Oleh karena itu penggunaan antibiotika secara bijaksana merupakan hal yang sangat penting, disamping penerapan pengendalian infeksi secara baik untuk mencegah berkembangnya kuman-kuman resisten tersebut kemasyarakat.

DAFTAR PUSTAKAAntibiotika Baru : Berpacu Dengan Resistensi Kuman, Azril Kimin, Januari 2008Mikrobiologi Kedokteran, Jawet, Melnick & adelbergs, Buku 1 hal 224, 2005Medikamentosa, Daniel,Edisi April 2006(Vol.5 No.9)Obat-obat penting, Khasiat, penggunaan dan efek sampingnya, Hoan Tan Tjay,drs & Kirana Rahardja,drs, penerbit Elexmedia Computindo,hal 63, agustus 2003.Pengantar Epidimiologi Penyakit Menular, Nasry Nur Noor, Prof,Dr,MPH, Penerbit Bineka Cipta hal 27, Pebruari 2006.Resistensi Antibiotik, Hadi Usman, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam,Jilid III Edisi IV, hal 1703, Mei 2006.