DOMINASI KEKUASAAN DAN RESISTENSI MASYARAKAT

43
 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Konflik adalah gejala kemasyarakatan yang akan senantiasa melekat dalam kehidupan setiap masyarakat, dan karena itu tidak mungkin dilenyapkan (Nasikun, 2003). Sebagai gejala kemasyarakatan yang melekat di dalam kehid upan setiap masyarakat, ia hanya akan lenyap  bersama lenyapnya masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu, konflik yang terjadi hanya dapat dikendalikan agar tidak terwujud dalam bentuk kekerasan atau violence (Nasikun, 2003). Konflik sosial biasanya terjadi karena adanya satu pihak atau kelompok yang merasa kepentingan atau haknya dirampas dan diambil oleh pihak atau kelompok lain dengan cara- cara yang tidak adil. Yang oleh Karl Marx di kenal dengan  surplus value (Susetiawan, 2000 dan Johnson, 1986). Dan konflik ini da pat terjadi secara horizontal maupun vertikal (Nasikun, 2003 ). Konflik horizontal terjadi antara kelompok- kelompok yang ada dalam masyarakat, yang dibedakan oleh agama, suku, bangsa, dan lain- lain. Sedangkan konflik vertikal biasanya terjadi antara suatu kelompok tertentu dalam masyarakat atau lapisan bawah dengan lapisan atas atau  penguasa (Scott, 2000 dan Sangaji, 2000). Kasus- kasus penggusuran tempat tinggal dan tempat usaha kaum miskin yang makin marak terjadi belakangan ini di berbagai kota di Indonesia merupakan fenomena sosial yang menimbulkan konflik vertikal. Seperti penggusuran Pedagang Kaki Lima (PKL) dan pemukiman masyarakat miskin yang terjadi di wilayah Jakarta (Kompas, 11 Oktober, 13, 20- 22 Desember 

description

DOMINASI KEKUASAAN DAN RESISTENSI MASYARAKATBaca selengkapnya di http://www.contohmakalah77.com

Transcript of DOMINASI KEKUASAAN DAN RESISTENSI MASYARAKAT

Page 1: DOMINASI KEKUASAAN DAN RESISTENSI MASYARAKAT

5/12/2018 DOMINASI KEKUASAAN DAN RESISTENSI MASYARAKAT - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/dominasi-kekuasaan-dan-resistensi-masyarakat 1/43

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Konflik adalah gejala kemasyarakatan yang akan senantiasa melekat dalam kehidupan

setiap masyarakat, dan karena itu tidak mungkin dilenyapkan (Nasikun, 2003). Sebagai gejala

kemasyarakatan yang melekat di dalam kehid upan setiap masyarakat, ia hanya akan lenyap

 bersama lenyapnya masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu, konflik yang terjadi hanya dapat

dikendalikan agar tidak terwujud dalam bentuk kekerasan atau violence (Nasikun, 2003).

Konflik sosial biasanya terjadi karena adanya satu pihak atau kelompok yang merasa

kepentingan atau haknya dirampas dan diambil oleh pihak atau kelompok lain dengan cara- cara

yang tidak adil. Yang oleh Karl Marx di kenal dengan  surplus value (Susetiawan, 2000 dan

Johnson, 1986). Dan konflik ini dapat terjadi secara horizontal maupun vertikal (Nasikun, 2003).

Konflik horizontal terjadi antara kelompok- kelompok yang ada dalam masyarakat, yang

dibedakan oleh agama, suku, bangsa, dan lain- lain. Sedangkan konflik vertikal biasanya terjadi

antara suatu kelompok tertentu dalam masyarakat atau lapisan bawah dengan lapisan atas atau

 penguasa (Scott, 2000 dan Sangaji, 2000).

Kasus- kasus penggusuran tempat tinggal dan tempat usaha kaum miskin yang makin

marak terjadi belakangan ini di berbagai kota di Indonesia merupakan fenomena sosial yang

menimbulkan konflik vertikal. Seperti penggusuran Pedagang Kaki Lima (PKL) dan pemukiman

masyarakat miskin yang terjadi di wilayah Jakarta (Kompas, 11 Oktober, 13, 20- 22 Desember 

Page 2: DOMINASI KEKUASAAN DAN RESISTENSI MASYARAKAT

5/12/2018 DOMINASI KEKUASAAN DAN RESISTENSI MASYARAKAT - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/dominasi-kekuasaan-dan-resistensi-masyarakat 2/43

2003), dan juga kasus pe nggusuran Pedagang Kaki Lima (PKL) serta masyarakat yang tinggal

di bantaran sungai Yogyakarta (Kompas, 14 Mei 2004). Dalam penggusuran tersebut melekat

makna pemaksaan dan kekerasan oleh kolaborasi penguasa yang secara politik maupun ekonomi

kuat. Hampir tidak ada dialog dan penyelesaian masalah secara damai, win- win solution dalam

 penggusuran. Yang ada hanyalah raungan mesin kekuasaan dan jerit tangis si tergusur.

Konflik vertikal antara pemerintah dan masyarakat juga terjadi di kota Pekanbaru.

Konflik ini terjadi antara pedagang tradisional pasar Kodim atau Senapelan di kota Pekanbaru,

  propinsi Riau dengan Pemerintah kota Pekanbaru dan pengusaha. Hal ini disebabkan oleh

rencana peremajaan pasar Senapelan yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Pekanbaru disertai

dengan aksi pembongkaran paksa ratusan kios lama di pasar tersebut. Tindakan yang dilakukan

oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Pekanbaru dalam rangka peremajaan pasar Senapelan tersebut

telah melahirkan sikap penentangan pedagang pasar Senapelan. Kebijakan yang telah

direncanakan sejak empat tahun itu, sekitar tahun 2001 yang lalu, berimplikasi pada terjadinya

konflik vertikal (Media Indonesia, 17 Mei 2004).

Tuntutan sekitar 2000 pedagang pasar Senapelan sebenarnya cukup masuk akal, mereka

meminta agar harga kios baru pascaperemajaan sesuai dengan kecukupan ekonomi yang dimiliki

 para pedagang. Pedagang tidak menolak pasar yang berada di Jalan Ahmad Yani Pekanbaru

tersebut diremajakan karena dapat memoles wajah kusam kota Pekanbaru yang sedang berbenah

diri (Media Indonesia, 09 Juni 2004).

Persoalannya, Pemerintah Kota (Pemkot) Pekanbaru dengan pihak investor P.T. Peputra

Maha Jaya (PMJ) telah menyepakati harga kios baru pascaperemajaan tanpa persetujuan para

 pedagang pasar Senapelan. Harga kios seluas 3x3 di blok A atau lantai dasar, mencapai harga

Rp. 20 juta per meter2. Sementara blok B dengan luas kios sama, harga ditetapkan Rp. 14, 3 juta

Page 3: DOMINASI KEKUASAAN DAN RESISTENSI MASYARAKAT

5/12/2018 DOMINASI KEKUASAAN DAN RESISTENSI MASYARAKAT - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/dominasi-kekuasaan-dan-resistensi-masyarakat 3/43

 per meter2. Blok ini berada di lantai dua dan tiga, sementara blok C berada di lantai empat dan

lima dipatok dengan harga yang sama dengan blok B (Media Indonesia, 09 Juni 2004). Lain

halnya dengan Pemkot, pedagang pasar Senapelan hanya sanggup membayar kios dengan harga

tujuh (7) juta rupiah sampai dengan delapan (8) juta rupiah untuk blok B, dan tiga setengah (3,5)

 juta rupiah sampai dengan lima (5) juta rupiah untuk blok C.

Selain permasalahan harga kios yang tinggi, konflik ini juga dipicu oleh kebijakan

Pemkot yang tidak transparan dalam penempatan pedagang Senapelan di lokasi yang baru.

Kebijakan tersebut dibuat oleh Pemkot begitu saja tanpa terlebih dahulu bermusyawarah dengan

 pedagang. Pedagang eks pasar Senapelan akan ditempatkan di blok B dan C, sedangkan blok A

ditempati oleh pengusaha dari Jakarta dan Singapura. Lokasi blok B dan C berada di belakang

 blok A, sangat tidak strategis bagi pedagang untuk melakukan transaksi jual beli, dan akan

semakin merugikan pedagang lagi jika sistem satu pintu benar- benar akan diterapkan dalam

 pembangunan pasar tersebut.

Harga kios tersebut mulai dipersoalkan oleh para pedagang pasar tradisional Senapelan.

Melalui rapat yang mereka lakukan, sekitar 2000 pedagang yang terhimpun dalam Forum

Komunikasi Pedagang Pasar Senapelan (FKPPS) menyepakati harga kios baru pascaperemajaan

adalah Rp. 8 juta per meter 2 dan dilunasi dengan cara mencicil kepada investor (Media

Indonesia, 09 Juni 2004). Kesepakatan harga yang dibuat oleh pedagang ini kemudian

menjadikan Pemerintah Kota Pekanbaru dan investor menunda sementara peremajaan pasar 

Senapelan sampai terjadi kesepakatan harga kios antara pedagang dan Pemkot.

Tanggal 25 Januari 2003, terjadi kesepakatan antara Pemerintah Kota Pekanbaru yang

ditandatangani oleh Wali Kota Pekanbaru, ketua DPRD Pekanbaru, Direktur P.T. Peputra Maha

Jaya, dan perwakilan salah seorang pedagang pasar Senapelan. Kesepakatan tersebut menyatakan

Page 4: DOMINASI KEKUASAAN DAN RESISTENSI MASYARAKAT

5/12/2018 DOMINASI KEKUASAAN DAN RESISTENSI MASYARAKAT - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/dominasi-kekuasaan-dan-resistensi-masyarakat 4/43

  bahwa segala bentuk aktivitas pembangunan pasar Senapelan akan dihentikan hingga

kesepakatan harga kios tercapai, dan bagi pihakpihak yang melanggar kesepakatan yang telah

dibuat tersebut akan dituntut sesuai dengan hukum yang berlaku di negara Republik Indonesia.

Kesepakatan yang telah dibuat tersebut awalnya dapat dijalankan dengan baik, tetapi

memasuki tahun 2004, kesepakatan tersebut mulai goyah dan berakhir dengan aksi penggusuran

 pedagang pasar Senapelan dari kios mereka yang lama, tanggal 15 dan 18 April 2004. Aksi

 penggusuran tersebut diwarnai dengan bentrokan antara aparat Satuan Polisi (Satpol) Pamong

Praja dengan pedagang pasar Senapelan yang didukung oleh sejumlah aktivis mahasiswa dan

LSM. Bentrok tersebut berakhir dengan kekalahan di pihak pedagang dan penangkapan sejumlah

 pedagang dan aktivis yang turut serta memperjuangkan nasib pedagang.

Tindakan pembongkaran kios yang pertama, aparat berhasil mengamankan sejumah

 pedagang karena dianggap menghalangi upaya pembongkaran kios. Tindakan pembongkaran ini

sempat terhenti karena ratusan pedagang yang kebanyakan adalah ibu- ibu menghalangi

masuknya buldozer. Tindakan pembongkaran itu kemudian dilanjutkan pada tanggal 18 April

2004, kali ini Pemkot berhasil meratakan seluruh bangunan kios. Dalam tindakan pembongkaran

ini, aparat kembali menahan sejumlah orang, terdiri dari aktivis dan pedagang, karena dituduh

memprovokasi massa (Bintan post, 19 April 2004 dan Media Indonesia, 17 Mei 2004).

Pada akhirnya, para pedagangpun terpaksa harus pindah ke TPS (Tempat Penampungan

Sementara) yang telah disediakan sebelumnya oleh Pemkot, dengan ukuran 3x2 m2 di jalan

Teratai Pekanbaru. Tempat Penampungan Sementara tersebut disediakan sebanyak empat blok 

dengan berbagai fasilitas umum yang disediakan gratis bagi pedagang. Akan tetapi

kenyataannya, sejumlah TPS ternyata harus diperoleh pedagang dengan cara membeli atau

menyewa kembali kepada pedagang lain, sehingga menimbulkan rasa kekecewaan yang

Page 5: DOMINASI KEKUASAAN DAN RESISTENSI MASYARAKAT

5/12/2018 DOMINASI KEKUASAAN DAN RESISTENSI MASYARAKAT - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/dominasi-kekuasaan-dan-resistensi-masyarakat 5/43

mendalam dari pedagang terhada p kebijakan Pemkot. Kenyataan ini diperparah lagi dengan

kondisi TPS yang dijanjikan tidak sesuai dengan harapan yang dijanjikan Pemkot kepada

 pedagang Senapelan, kios yang tidak layak pakai dan tidak mencukupi untuk menampung

seluruh pedagang korban penggusuran.

Dengan terjadinya tindakan pembongkaran kios itu, bukan berarti aksi penentangan yang

dilakukan oleh pedagang pasar Senapelan juga berakhir, malahan semakin gencar. Mulai tanggal

19 April 2004 sampai dengan akhir Juni 2004, para pedagang dengan dibantu oleh beberapa

elemen masyarakat melakukan aksi protes terhadap Pemerintah Kota Pekanbaru. Aksi tersebut

dilakukan dengan berbagai cara, mulai dari aksi turun ke jalan, mendirikan tenda darurat,

  penahanan, sampai pada aksi membakar salah satu poster capres tertentu sebagai bentuk 

kekecawaan terhadap kader dari parpol capres tersebut, yang menjadi ketua DPRD Pekanbaru

(Tempo, 10 Juni 2004).

Ratusan pedagang pasar Senapelan melakukan aksi memprotes kebijakan Pemkot yang

tetap melanjutkan pembangunan pasar Senapelan tersebut. Mereka yang terdiri dari pedagang

 pasar, mahasiswa, dan LSM berkeinginan untuk bertemu dengan Wali Kota Pekanbaru dan

menuntut agar menghentikan sementara pembangunan pasar tersebut sampai adanya kesepakatan

harga antara pedagang dengan investor penyelenggara pembangunan tersebut. Akan tetapi, aksi

ini harus berakhir dengan kekecewaan dan di lampiaskan dengan mendirikan tenda darurat di

depan kantor Wali Kota Pekanbaru (Bintan Post, 19 April 2004).

Aksi memprotes kebijakan Pemkot yang dilakukan oleh pedagang Senapelan tidak hanya

dilakukan di kantor Walikota Pekanbaru, aksi ini juga dilakukan di gedung DPRD Pekanbaru

(Media Indonesia, 09 Juni 2004). Aksi protes ke gedung DPRD Pekanbaru bertujuan untuk 

menuntut DPRD agar bersedia menjadi mediator mempertemukan pedagang dengan investor dan

Page 6: DOMINASI KEKUASAAN DAN RESISTENSI MASYARAKAT

5/12/2018 DOMINASI KEKUASAAN DAN RESISTENSI MASYARAKAT - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/dominasi-kekuasaan-dan-resistensi-masyarakat 6/43

Wali Kota Pekanbaru. Tetapi tindakan ini kembali gagal mendapatkan hasil, karena DPRD hanya

 berjanji untuk merealisasikan saja, akan tetapi janji tersebut tidak pernah terwujud. Tidak adanya

  pertemuan yang terjadi antara pedagang Senapelan, investor, dan Wali Kota, menjadikan

 pedagang semakin frustasi dan kecewa, bahkan para pedagang sempat menyandera ketua DPRD

Pekanbaru selama beberapa jam, untuk kemudian dilepaskan kembali (Media Indonesia, 09 Juni

2004).

Bentuk solidaritas antar sesama kaum tertindas dilakukan oleh pedagang. Para pedagang

 pasar Senapelan menuntut beberapa orang teman mereka yang ditahan dalam aksi protes yang

terjadi beberapa waktu lalu supaya dibebaskan. Pedagang meminta pihak kepolisian untuk 

membebaskan mereka dari tahanan karena mereka harus mancari nafkah (Kompas, 07 Juni

2004). Selain itu mereka juga meminta polisi agar mengusut tuntas dan menghukum oknum

Satuan Polisi Pamong Praja yang melakukan tindak kekerasan di saat aksi protes pedagang

 berlangsung (Kompas, 07 Juni 2004).

1.2. Rumusan Masalah

Aksi penentangan demi penentangan terus dilakukan oleh pedagang terhadap kebijakan

Pemkot, walaupun para pedagang sadar, bahwa tuntutan mereka akan sulit untuk terpenuhi,

 bahkan di saat pondasi pembangunan pasar Senapelan tersebut mulai dilakukan awal bulan Juli

2004 lalu. Kebijakan seperti ini, bukan hanya sekali terjadi di Pekanbaru, beberapa waktu lalu,

Pemkot juga mangeluarkan kebijakan peremajaan pasar Pusat atau Suka Ramai yang berdekatan

dengan pasar Senapelan. Kebijakan ini juga menuai protes dari pedagang pasar Suka Ramai

dikarenakan harga kios yang terlalu mahal bagi pedagang. Selain itu, Pemkot juga menggandeng

Page 7: DOMINASI KEKUASAAN DAN RESISTENSI MASYARAKAT

5/12/2018 DOMINASI KEKUASAAN DAN RESISTENSI MASYARAKAT - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/dominasi-kekuasaan-dan-resistensi-masyarakat 7/43

investor yang sama dengan investor yang membangun pasar Senapelan, yaitu P.T. PMJ, dengan

konsep bangunan yang sama. Dan konflik ini juga tidak dapat terselesaikan dengan baik.

Kebijakan pemerintah yang kembali merealisasikan program peremajaan pasar 

tradisional (dengan menggandeng investor yang sama), dan kebijakan yang kembali mendapat

tantangan dari para pedagang pasar tradisonal (pedagang pasar Senapelan), walaupun upaya

  penentangan itu tidak berhasil seperti halnya upaya penyelesaian konflik yang juga tidak 

 berhasil, merupakan permasalahan- permasalahan yang menarik untuk diangkat sebagai fokus

 penelitian. Penelitian ini berusaha mengungkapkan:

1. Bagaimana bentuk- bentuk dominasi kekuasaan yang terjadi?

2. Bagaimana bentuk- bentuk perlawanan pedagang?

3. Bagaiamana resolusi konflik yang diupayakan dalam konflik itu?

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk dapat menggambarkan tentang:

1. Bentuk- bentuk dominasi yang dilakukan oleh kekuasaan terhadap kaum tertindas.

2. Bentuk- bentuk perlawanan yang dilakukan oleh para pedagang terhadap dominasi kekuasaan.

3. Resolusi yang diupayakan atau berlaku dalam konflik tersebut.

1.4. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka manfaat penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui bentuk- bentuk dominasi kekuasaan

2. Mengetahui bentuk- bentuk perlawanan yang dilakukan oleh para pedagang

3. Mengetahui resolusi yang diupayakan atau berlaku dalam konflik tersebut.

Page 8: DOMINASI KEKUASAAN DAN RESISTENSI MASYARAKAT

5/12/2018 DOMINASI KEKUASAAN DAN RESISTENSI MASYARAKAT - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/dominasi-kekuasaan-dan-resistensi-masyarakat 8/43

1.5. Kerangka Teori

Konflik merupakan peristiwa yang seringkali terjadi dalam kehidupan kemasyarakatan.

Berkaitan dengan konflik, Neil J. Smelser (Muchtar, Usman, dan Trijono, 2001) menyatakan

 bahwa: “ Teori konflik modern membuat asumsi sebagai berikut: a) yang utama pada masyarakat

yang akan datang adalah perubahan, konflik, dan kekerasan; b) struktur masyarakat didasarkan

 pada dominasi oleh beberapa kelompok terhadap kelompok lain; c) masing- masing kelompok 

dalam masyarakat memiliki kecenderungan perhatian umum, apakah para anggotanya

memahami atau tidak; d) ketika orang- orang memahami kecenderungan umumnya, mereka

mungkin membentuk kelas sosial, dan e) intensitas konflik kelas bergantung pada adanya

kepastian politik dan kondisi sosial.”

Sementara, Dahrendorf dalam Johnson (1986) menjelaskan bahwa:

1. Setiap masyarakat kapan saja tunduk pada proses perubahan; perubahan sosial

ada di mana - mana,

2. Setiap masyarakat kapan saja memperlihatkan perpecahan dan konflik; konflik sosial ada di

mana- mana,

3. Setiap elemen dalam masyarakat menyumbang disintegrasi dan perubahan,

4. Setiap masyarakat didasarkan pada paksaan dari beberapa anggotanya atas orang lain.

Dengan mendasarkan pada pemikiran Dahrendorf, Ian Craib (1980) mengurai pemikiran

konflik dalam memandang fenomena sosial sebagai berikut:

1. Kepentingan adalah unsur dari kehidupan sosial,

2. Kehidupan sosial perlu terbagi,

3. Kehidupan sosial melahirkan oposisi,

Page 9: DOMINASI KEKUASAAN DAN RESISTENSI MASYARAKAT

5/12/2018 DOMINASI KEKUASAAN DAN RESISTENSI MASYARAKAT - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/dominasi-kekuasaan-dan-resistensi-masyarakat 9/43

4. Kehidupan sosial melahirkan konflik struktural,

5. Kehidupan sosial melahirkan kepentingan bagian- bagian,

6. Diferensiasi sosial melibatkan kekuasaan,

7. Sistem sosial tidak terintegrasi dan ditimpa oleh kontradiksi- kontradiksi, dan

8. Sistem- sistem sosial cenderung untuk berubah.

Dilihat dari asal usul terjadinya konflik, Soekanto (1986) menyatakan bahwa konflik 

mencakup suatu proses di mana bermula dari pertentangan hak atau kekayaan, kekuasaan,

kedudukan, dan seterusnya di mana salah satu pihak berusaha menghancurkan pihak yang lain.

Sementara K. Sanderson (1995) lebih menekankan pada bentuk- bentuk konflik: “konflik adalah

 pertentangan kepentingan antara individu dan kalangan berbagai individu dan kelompok sosial,

 baik yang mungkin terlihat secara gamblang ataupun tidak, baik yang mungkin pecah menjadi

 pertentangan terbuka atau kekerasan fisik ataupun tidak”.

Senada dengan penjelasan di atas, Dahrendorf (1986) berkesimpulan bahwa: 1) hubungan

wewenang adalah suatu bentuk hubungan antara supra- dan subordinasi, hubungan: atas- bawah,

2) di mana terdapat hubungan wewenang, di situ unsur atas (superordinat) secara sosial

diperkirakan- dengan perintah dan komando, peringatan dan larangan- larangan- mengendalikan

 perilaku unsur bawah (subordinat), 3) perkiraan demikian secara relatif lebih dilekatkan kepada

  posisi sosial daripada kepribadian individual, 4) berdasarkan pada kenyataan ini, hubungan

wewenang selalu meliputi spesifikasi orang- orang yang harus tunduk kepada pengendalian dan

spesifikasi dalam bidang mana saja pengendalian itu diperbolehkan, 5) wewenang adalah sebuah

hubungan yang sah; tidak tunduk kepada perintah orang yang berwenang dapat dikenai sangsi

tertentu.

Page 10: DOMINASI KEKUASAAN DAN RESISTENSI MASYARAKAT

5/12/2018 DOMINASI KEKUASAAN DAN RESISTENSI MASYARAKAT - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/dominasi-kekuasaan-dan-resistensi-masyarakat 10/43

Baik Smelser (Muchtar, Usman dan Trijono, 2001) maupun Dahrendorf (Johnson, 1986)

menyatakan bahwa konflik sosial terjadi antara dua kelompok yang berbeda kepentingan yang

dipengaruhi oleh kondisi sosial dan politik yang ada. Satu kelompok berusaha untuk 

mengendalikan kelompok yang lainnya. Ketika satu kelompok berusaha mengendalikan

kelompok lain dengan berbagai cara, selalu melibatkan kekuasaan dan wewenang, maka yang

terjadi adalah dominasi kekuasaan yang dilakukan oleh satu kelompok terhadap kelompok 

lainnya. Kelompok yang menguasai disebut sebagai superdinat dan kelompok yang dikuasai

sebagai subordinat.

1.5.1. Teori Dominasi Kekuasaan

Mosca dalam karyanya The Rulling Class yang dikutip oleh Sastroatmodjo dalam

 Perilaku Politik (1995) menyatakan: “Dalam setiap masyarakat, …terdapat dua kelas penduduk.

Satu kelas yang menguasai dan satu kelas yang dikuasai. Kelas pertama yang jumlahnya selalu

lebih kecil, menjalankan semua fungsi politik, memonopoli kekuasaan, dan menikmati

keuntungan yang diberikan oleh kekuasaan itu, sedangkan kelas kedua, yang jumlahnya jauh

lebih besar, diatur dan dikendalikan oleh kelas pertama”.

Pandangan ini menekankan, bahwa dalam masyarakat terdapat dua kelas yang menonjol,

yaitu kelas yang memerintah dan yang diperintah. Kelas pertama yang menguasai fungsi politik,

yakni monopoli kekuasaan sekaligus menguasai hasilhasilnya. Kelas kedua sebaliknya, mereka

yang jumlahnya besar tetapi tidak mempunyai kekuasaan atau fungsi politik, mereka diarahkan

dan dikendalikan oleh kelas pertama dengan cara- cara tertentu (Sastroatmodjo, 1995).

Mengenai konflik sosial, para ahli ilmu sosial memiliki pandangan dan penekanan yang

 berbeda. Setiap konflik yang terjadi antara kelas atau kelompok yang ada di masyarakat memiliki

Page 11: DOMINASI KEKUASAAN DAN RESISTENSI MASYARAKAT

5/12/2018 DOMINASI KEKUASAAN DAN RESISTENSI MASYARAKAT - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/dominasi-kekuasaan-dan-resistensi-masyarakat 11/43

sebab dan akibat yang beragam. Ada yang dikarenakan oleh status, kekuasaan, kekayaan, usia,

 peran menurut ge nder, dan keanggotaan dalam kelompok sosial tertentu. Hal ini dapat berakibat

 pada hancurnya suatu tatanan atau struktur sosial, terjadinya kekerasan, penindasan, dan bahkan

 peperangan.

Marx mendefinisikan kelas sebagai kelompok individu atau kelompok ke satuan sosial

yang pada dasarnya bukan ditentukan semata - mata oleh tempatnya dalam proses produksi.

Tetapi dari kedudukan ekonomi dapat juga ditentukan kelas sosialnya. Marx menyatakan bahwa

 penyebab penguasaan kelas tertentu terhadap kelas lainnya dikarenakan oleh hubungan produksi

yang tidak seimbang ( surplus value) dalam suatu hubungan produksi yang kapitalistik. Ekonomi

  politik merupakan penekanan khusus yang dibicarakan Marx dalam pertentangan ini. Marx

menganggap perbincangan mengenai modal dan kerja, dan antara modal dan tanah perlu

dijelaskan secara rinci, yang belum pernah disinggung dalam setiap perbincangan mengenai

ekonomi dan politik (Giddens dan Held, ed., 1987).

Marx menjelaskan, bahwa semakin miskin keadaan pekerja atau tenaga kerja, semakin

  banyak kekayaan yang diproduksikannya. Semakin banyak kekayaan yang diproduksikan,

semakin besar pula kekuasaan yang terbentuk dan semakin luas pula pengaruh kekuasaan

tersebut. Pekerja menjadi komoditi murah. Semakin murah harga komoditi itu semakin banyak 

 barang yang dihasilkannya. Devaluasi dunia manusia semakin membesar, hal mana berhubungan

langsung dengan peningkatan nilai benda. Kerja tidak hanya menciptakan benda- benda, tetapi

  juga menciptakan kerja itu sendiri dan pekerja sebagai komoditi dalam proposisi yang sama

dengan produksi barangbarang (Giddens dan Held, ed., 1987).

Lain halnya dengan Marx, para pengikut Marx (dikenal dengan kaum Marxis),

menyatakan bahwa faktor ekonomi jelas mempunyai peranan yang menentukan terhadap cara

Page 12: DOMINASI KEKUASAAN DAN RESISTENSI MASYARAKAT

5/12/2018 DOMINASI KEKUASAAN DAN RESISTENSI MASYARAKAT - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/dominasi-kekuasaan-dan-resistensi-masyarakat 12/43

 produksi atau terhadap susunan sosial. Tetapi faktor yang bersifat politis dan idiologis (super 

struktur) juga mempunyai peranan yang penting. Kelas social ditentukan oleh tempatnya dalam

kesatuan praktek- praktek sosial dalam arti menurut tempatnya dalam kesatuan pembagian kerja

yang mencakup hubungan- hubungan politik dan idiologi. Tempat ini berhubungan dengan

determinasi kultural dari kelas, yakni cara yang ditentukan oleh struktur (hubungan produksi,

dominasi, politikidiologi) yang berpengaruh terhadap praktek- praktek kelas (Giddens dan Held,

ed., 1987).

Dalam The Communist Manifesto , Marx (Johnson, 1981) menyatakan: “Sejarah dari

semua masyarakat yang ada hingga kini adalah sejarah perjuangan kelas. Orang bebas dan

 budak, bangsawan dan rakyat biasa, tuan dan hamba, pemimpin perusahaan dan orang luntang-

lantang, dalam satu kata, penindas dan yang ditindas, selalu bertentangan satu sama lain, yang

 berlangsung tak putus - putusnya dalam suatu pertarungan yang kadang- kadang tersembunyi,

kadang- kadang terbuka, suatu pertarungan yang setiap kali berakhir, baik dalam suatu

rekonstitusi masyarakat pada umumnya secara revolusioner, maupun dalam keruntuhan

umumnya dari kelas- kelas yang bercekcok tersebut”.

Pemilikan atau kontrol terhadap alat produksi merupakan dasar utama bagi kelas- kelas

sosial dalam semua tipe masyarakat, dari masyarakat yang dibedakan menurut kelas yang paling

awal sampai ke kapitalisme modern. Walaupun demikian, karakteristik dari kelas yang berbeda-

 beda dan sifat hubungan sosial diantara kelaskelas tersebut akan berbeda dalam masyarakat yang

 berbeda dan tahap yang berbeda pula.

Kelas penguasa adalah kelas yang mengeksploitasi dalam sistem hubungan produksi yang

diajukan (terutama jika ada hubungan- hubungan produksi lain dalam masyarakat itu) melalui

totalitas kadar dan bentuk intervensi negara dalam jangka waktu tertentu. Kelas penguasa tidak 

Page 13: DOMINASI KEKUASAAN DAN RESISTENSI MASYARAKAT

5/12/2018 DOMINASI KEKUASAAN DAN RESISTENSI MASYARAKAT - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/dominasi-kekuasaan-dan-resistensi-masyarakat 13/43

harus merupakan kelas dominan secara ekonomi dalam arti kelas yang mengeksploitasi menurut

cara produksi yang dominan, di mana terdapat berbagai cara produksi, seperti: pertanian,

subsistensi, feodalisme, kapitalisme, dan lain sebagainya (Giddens dan Held, ed., 1987).

Mengenai kelas atau kelompok yang berkuasa dan dikuasai. Mosca (1939) menjelaskan,

seperti yang dikutip dalam Soekanto (1984). Kelas pertama (berkuasa) biasanya terdiri dari

orang- orang yang sedikit jumlahnya, menerapkan semua fungsifungsi politik, memonopoli

kekuasaan dengan menikmati segala keuntungan dari kedudukan sebagai pemegang kekuasaan.

Kelas yang kedua (dikuasai), terdiri dari lebih banyak orang, diarahkan dan dikendalikan oleh

kelas pertama, dengan cara- cara kurang lebih legal, sewenang- wenang atau dengan kekerasan.

Kelas kedua tersebut menyediakan sarana untuk dapat hidup dan bertahan, serta hal- hal lainnya

yang sangat penting bagi organisme politik.

Sementara Weber (Johnson, 1986), mengakui pentingnya stratifikasi ekonomi sebagai

dasar yang fundamental untuk kelas, selain prestise dan kekuasan politik. Kelas sosial terdiri dari

semua mereka yang memiliki kesempatan hidup yang sama dalam bidang ekonomi. Weber 

menyatakan bahwa, jika ingin berbicara tentang suatu kelas, tidak mungkin terlepas dari

 pembicaraan tentang: 1) sejumlah orang yang sama – sama memilliki suatu komponen tertentu

yang merupakan sumber dalam kesempatan hidup mereka, 2) komponen ini secara eksklusif 

tercermin dalam kepentingan ekonomi berupa pemilikan benda - benda dan kesempatan-

kesempatan untuk memperoleh pendapatan, 3) hal itu terlihat dalam kondisi- kondisi komoditi

atau pasar tenaga kerja.

Tidak seperti ke las ekonomi, kelompok (kelas) status berlandaskan pada ikatan subyektif 

antara para anggotanya, yang terikat menjadi satu karena gaya hidup yang sama, nilai serta

kebiasaan yang sama, dan sering pula oleh perkawinan di dalam kelompok itu sendiri, serta ole h

Page 14: DOMINASI KEKUASAAN DAN RESISTENSI MASYARAKAT

5/12/2018 DOMINASI KEKUASAAN DAN RESISTENSI MASYARAKAT - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/dominasi-kekuasaan-dan-resistensi-masyarakat 14/43

  perasaan- perasaan akan jarak sosial dari kelompokkelompok status lainnya. Mereka saling

mengenal dan menyebut masing- masing sebagai “orang kita” dan berjuang mempertahankan

 perasaan superioritas terhadap mereka yang tidak termasuk dalam lingkaran (Johnson, 1986).

Selain posisi ekonomis dan kehormatan kelompok status, dasar yang lain untuk 

stratifikasi sosial adalah kekuasaan politik. Bagi Weber kekuasaan adalah kemampuan untuk 

memaksakan kehendak seseorang meskipun mendapat tantangan dari orang lain. Kekuasaan

adalah kemampuan untuk mengatasi perlawanan dari orang lain dalam mencapai tujuan- tujuan

seseorang, khususnya dalam mempengaruhi perilaku. Kekuasaan tersebut digunakan terus-

menerus untuk menanamkan suatu kepercayaan akan haknya untuk berbuat demikian, berusaha

untuk menegakkan legitimasi kekuasaan sebagai batu loncatan bagi peningkatan posisi ekonomi

atau status (Johnson, 1986).

Menurut kaum Marxis, kelas penguasa ketika berkuasa tidak mutlak membuat semua

keputusan bagi masyarakat sebagai suatu unit yang kompak. Kekuasaan kelas penguasa

dilaksanakan melalui seperangkat mekanisme yang secara obyektif saling berkaitan tetapi tidak 

harus menyatu secara pribadi. Melalui cara ini, teknik eksploitasi yang ada direproduksi. Kelas

 penguasa bukanlah suatu subyek kekuasaan yang bersatu. Kekuasaan diwujudkan dalam suatu

  proses sosial yang obyektif, yang memelihara dan memperluas cara produksi tertentu serta

dijamin oleh pemerintah atau negara (Giddens dan Held, ed., 1987).

  Negara, menurut Offe dan Range, tidak memajukan kepentingan tertentu dan tidak 

 beraliansi dengan kelas tertentu. Sebaliknya, yang dilindungi dan dimajukan oleh negara adalah

seperangkat peraturan dan hubungan sosial yang dianggap tercakup dalam kekuasaan kelas

kapitalis. Negara tidak membela kepentingan satu kelas tertentu, tetapi kepentingan bersama

Page 15: DOMINASI KEKUASAAN DAN RESISTENSI MASYARAKAT

5/12/2018 DOMINASI KEKUASAAN DAN RESISTENSI MASYARAKAT - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/dominasi-kekuasaan-dan-resistensi-masyarakat 15/43

semua anggota masyarakat kelas kapitalis, yang disebut sebagai alat kekuasaan (Suhelmi, 2001;

Johnson, 1986; Giddens dan Held, ed., 1987).

Marx membagi fungi negara atas tiga bagian (Patria dan Arief, 2003). Pertama, negara

adalah alat untuk menjamin kedudukan kelas atas, yang fungsinya secara politik meredam usaha-

usaha kelas bawah untuk membebaskan diri dari penghisapan kelas atas. Sedangkan pandangan

moral, filsafat, hukum, agama, estetika, berfungsi untuk memberikan legitimasi pada hubungan

kekuasaan itu (Magnis - Suseno, 1992). Kedua, negara merupakan ekspresi politik dari suatu

struktur kelas yang melekat dalam produksi. Artinya, sebagai masyarakat yang terdiri dari kelas,

negara adalah ekspresi politik dari kelas dominan itu, yang dikenal dengan istilah borjuis. Ketiga,

negara dalam masyarakat borjuis merupakan senjata represif dari kaum borjuis, negara adalah

aparatus kekerasan dari kelas dominan untuk menjaga pertentangan kelas. Lain halnya Gramsci

(Patria dan Arief, 2003), ia menyatakan bahwa kelas social akan memperoleh keunggulan

(supremasi) melalui dua cara, yaitu: melalui cara dominasi1 (dominio ) atau paksaan (coercion)

dan melalui kepemimpinan intelektual dan moral, yang disebut dengan hegemoni2.

Hegemoni merupakan konsep dari realitas yang menyebar melalui masyarakat dalam

sebuah lembaga dan manifestasi perseorangan, pengaruh dari jiwa ini membentuk moralitas,

adat, religi, prinsip- prinsip politik, dan semua relasi sosial, terutama dari intelektual dan hal- hal

yang menunjukkan pada moral. Upaya untuk menggiring individu agar menilai dan memandang

  problematika sosial dalam kerangka yang telah ditentukan, sebuah rantai kemenangan yang

didapat melalui mekanisme konsensus dengan mekanisme institusi yang ada di masyarakat. Perlu

untuk diingat, bahwa Gramsci (Patria dan Arief, 2003) beranggapan hegemoni bukan hanya

kepemimpinan intelektual dan moral saja tanpa diikuti praktek dominasi atau paksaan. Akan

Page 16: DOMINASI KEKUASAAN DAN RESISTENSI MASYARAKAT

5/12/2018 DOMINASI KEKUASAAN DAN RESISTENSI MASYARAKAT - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/dominasi-kekuasaan-dan-resistensi-masyarakat 16/43

tetapi dapat terjadi sebagai kepemimpinan intelektual dan moral sekaligus diiringi dengan

 praktek dominasi atau paksaan.

1. Dominasi diartikan sebagai penguasaan, penempatan posisi bagus dan kuat; pengaruh besar 

(Pius A. Partant o dan M. Dahlan Al- barry, 1994, Kamus Ilmiah Populer , Arkola, Surabaya).

2. Berasal dari bahasa Yunani kuno disebut eugemonia, diterapkan untuk menunjukkan dominasi

 posisi negara- negara kota secara individual, minsalnya yang dilakukan oleh negara kota Athena

terhadap negara kota lainnya (Franz Magnis- Suseno, 2003, dalam bayangan Lenin, Enam

 Pemikir Marxisme dari Lenin Sampai Tan Malaka, Gramedia, Jakarta).

Dalam upaya memisahkan negara ( political society) dan masyarakat sipil (civil society),

Gramsci (Patria dan arief, 2003) memulai dengan tiga batas konseptualisasi dalam

membicarakan hegemoni. Kesemuanya itu menunjuk pada identifikasi hubungan antar formasi

sosial yang membentuk garis dasar konseptualisasi hegemoni. Ketiga batasan tersebut adalah:

ekonomi, negara ( political society), dan masyarakat sipil (civil society).

Ekonomi sebagai konseptualisasi yang pertama, merupakan sebuah batasan yang

digunakan untuk mengartikan mode of production yang paling dominan dalam sebuah

masyarakat. Cara produksi tersebut terdiri dari teknik produksi dan hubungan social produksi

yang ditumbuhkan atas munculnya perbedaan kelas- kelas sosial dalam arti kepemilikan

  produksi. Kedua, batasan negara, merupakan batas yang berarti tempat munculnya praktek-

 praktek kekerasan (polisi dan aparat lainnya) dan tempat terjadinya pendirian birokrasi negara 3.

Batasan ketiga, yaitu masyarakat sipil, batasan yang merujuk pada organisasi lain di luar 

negara dalam sebuah formasi sosial di luar bagian sistem produksi material dan ekonomi, yang

didukung dan dilaksanakan oleh orang atau komponen di luar batasan di atas. Bagi Gramsci

(Patria dan Arief, 2003) ketiganya harus memiliki demarkasi yang jelas. Meskipun demikian,

Page 17: DOMINASI KEKUASAAN DAN RESISTENSI MASYARAKAT

5/12/2018 DOMINASI KEKUASAAN DAN RESISTENSI MASYARAKAT - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/dominasi-kekuasaan-dan-resistensi-masyarakat 17/43

ditingkat analisis dan empiris sering terjadi beberapa bagian organisasi dan institusi mungkin

 berada dalam sebuah batas, dua batas, bahkan tiga batas.

3. Gramsci mengidentifikasikan birokrasi sebagai pelayanan sipil, kesejahteraan, dan institusi

 pendidikan (Patria dan arief, Antonio Gramsci, 2003,  Negara dan Hegemoni, Pustaka Pelajar,

Yogyakarta).

Dalam pemahaman sempit, negara identik dengan pemerintahan, aparat kediktatoran

kelas dengan pemaksaan dan fungsi- fungsi ekonomi. Kelas dominasi melaksanakan aparat

negara, dalam pemahaman klasik, seperti pasukan, polisi, adminstrasi, dan birokrasi. Tetapi

 pemaksaan fungsi ini tidak dapat dipisahkan dari peraturan adaptasi dan edukasi negara, salah

satunya berupaya untuk mencapai kelayakan yang memadai antara aparat produksi dan moralitas

umum dari massa rakyat (Patria dan Arief, 2003).

Berkaitan dengan kekuasaan, Lord Acton (I. Marsana Windhu, 1992) melihat kekuasaan

cenderung busuk dan menjadi kekuasaan mutlak. Sedangkan Galtung (Windhu, 1992)

menyatakan bahwa kekuasaan dibangun dalam relasi yang tidak seimbang, di mana perbedaan

antara otoritas atau wewenang dengan kekuasaan penting: kekuasaan cenderung menaruh

kepercayaan pada kekuatan, sedangkan otoritas adalah kekuasaan yang dilegitimasikan, dan

sering diartikan sebagai dominasi.

Mengenai kekuasaan, Tawney (Soekanto, 1984), berpendapat bahwa: “  power may

defined as the capacity of an individual, or group of individuals, to modify the conduct of other 

individuals or groups in the manner in which he desires, and to prevent his conduct being 

modified in the manner in which he does not ”. Kekuasaan diartikan sebagai kemampuan individu

atau kelompok individu untuk membatasi keinginan kelompok lain, dan mencegah keinginannya

dikuasai oleh kelompok lain tersebut.

Page 18: DOMINASI KEKUASAAN DAN RESISTENSI MASYARAKAT

5/12/2018 DOMINASI KEKUASAAN DAN RESISTENSI MASYARAKAT - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/dominasi-kekuasaan-dan-resistensi-masyarakat 18/43

Kekuasaan selalu ambigu, mempesona sekaligus menakutkan (Windhu, 1992).

Mempesona kerena berhadapan dengan seorang penguasa (raja, presiden, perdana menteri) yang

 berkharisma besar, berpenampilan memikat, dan dengan kharismanya itu, ia dapat mengatur dan

mengendalikan chaos. Di lain pihak, menakutkan karena kekuasaan cenderung busuk,

disalahgunakan untuk menindas rakyat, merampas kebebasan dan kehidupan mereka. Kekuasaan

ini sudah mutlak menjadi tujuan pada dirinya sendiri, tidak lagi menjadi sarana untuk mencapai

tujuan- tujuan bersama.

Dalam kehidupan sehari- hari, bentuk- bentuk kekuasaan tampak dalam pengaruh,

kharisma, kepemimpinan atau wewenang, kekuasan merupakan bagian setiap orang, entah

sebagai orang tua, guru, buruh, warga negara, tetangga, rakyat, ataupun Presiden. Kekuasaan

selalu ada di mana - mana, kekuasaan hadir disaat manusia melakukan interaksi sosial dengan

sesama (Windhu, 1992).

Dalam kamus umum bahasa Indonesia, Poerwadarminta (1986), mengartikan kuasa

sebagai kemampuan atau kesanggupan untuk berbuat sesuatu; kewenangan atas sesuatu atau

untuk menentukan sesuatu; kemudian kekuasaan berarti kuasa untuk mengurus atau memerintah;

kemampuan; kesanggupan dan kekuatan.

Dalam bahasa Inggris, istilah  power   bersinonim dengan force, energy,  strength , yang

artinya secara umum adalah kemampuan untuk mengerahkan segala usaha guna mencapai

tujuan. Power merupakan istilah yang paling umum dan sering diterjemahkan sebagai kekuasaan

atau kekuatan. Dan dalam konteks pembicaraan ini,  power  diterjemahkan sebagai kekuasaan

karena keterkaitannya dengan dunia sosial dan politis.

Menurut David (1981), seperti yang dikutip oleh Windhu (1992), kekuasaan adalah

kemampuan atau wewenang untuk menguasai orang lain, memaksa, dan mengendalikan mereka

Page 19: DOMINASI KEKUASAAN DAN RESISTENSI MASYARAKAT

5/12/2018 DOMINASI KEKUASAAN DAN RESISTENSI MASYARAKAT - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/dominasi-kekuasaan-dan-resistensi-masyarakat 19/43

sampai mereka patuh, mencampuri kebebasan dan memaksakan tindakan dengan cara- cara

khusus. Sementara Dahrendorf (Wallace dan Wolf, 1986), mendefinisikan kekuasaan sebagai:

“the probability that one actor with in a social relationship will be in a position to carry out his

own will despite resistance, regard less of the basis on which this probability rests”. Kekuasaan

yang didapat oleh seseorang atau kelompok yang seharusnya digunakan untuk mencapai tujuan

 bersama, tetapi kenyataannya kekuasaan tersebut malah digunakan untuk memuaskan tujuan

sendiri.

Menurut Galtung, kekuasaan merupakan konsep yang paling dasar yang mendasari relasi-

relasi sosial. Kekuasaan terjadi dalam pola - pola relasi antar manusia atau negara. Relasi

kekuasaan yang tidak seimbang, yang eksploitatif dan represif (Windhu, 1992). Konsep yang

dipersoalkan oleh Galtung bukanlah segala macam kekuasaan, bukan pula kekuasaan politik 

dengan otoritasnya, tetapi kekuasaan yang dibangun dalam suatu relasi yang tidak seimbang.

Galtung (Windhu 1992), membagi tiga sumber kekuasaan. Pertama, kekuasaan yang

diperoleh karena pembawaan sejak lahir, se perti seorang raja yang kharismatik. Kedua,

kekuasaan yang diperoleh karena memiliki sumber - sumber kemakmuran, seperti kekayaan alam

yang dimiliki Indonesia. Dan ketiga, kekuasaan yang diperoleh karena kedudukannya dalam

suatu struktur, seperti halnya seorang presiden.

Senada dengan Galtung, Soekanto (1984) mengemukakan beberapa hal yang dapat

dijadikan sarana untuk menguasai orang atau kelompok lain, yakni:

1. Pengendalian terhadap sarana - sarana finansial.

2. Pengendalian terhadap sarana - sarana pemaksaan.

3. Hak istimewa untuk mendapat pengetahuan dan ilmu.

4. Monopoli penguasaan saluran ke lingkungan kekuasaan tertinggi.

Page 20: DOMINASI KEKUASAAN DAN RESISTENSI MASYARAKAT

5/12/2018 DOMINASI KEKUASAAN DAN RESISTENSI MASYARAKAT - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/dominasi-kekuasaan-dan-resistensi-masyarakat 20/43

5. Kemampuan di bidang niaga.

6. Penguasaan terhadap sarana- sarana produksi dan distribusi.

The British Council (2001) mengemukakan beberapa sumber kekuasaan, yakni:

1. Otoritas atau posisi, dapat dimiliki oleh individu atau kelompok berdasarkan perannya, seperti

suami.

2. Akses ke sumber daya, kekuasaan yang muncul karena adanya kontrol terhadap pasokan

sumber daya (seperti bahan baku).

3. Jaringan kerja, koneksi sosial, mengembangkan kontak pribadi.

4. Kemampuan atau keahlian.

5. Informasi, manipulasi informasi.

6. Kepribadian, merupakan sumber kekuasaan yang dipengaruhi oleh kombinasi beberapa sifat

(intelegensi, kepercayaan diri, sikap, dan lain- lain).

Sedangkan ciri lain dari kekuasaan adalah menghindari akuntabilitas atau keterbukaan

dalam memberikan informasi. The British Council (2001) mengutarakan beberapa cara yang

sering digunakan untuk menghindari akuntabilitas:

1. Menahan informasi.

2. Melakukan ancaman tersembunyi.

3. Menolak untuk mengakui atau memiliki kekuasaan yang mereka miliki.

4. Sedikit berkomunikasi atau tidak sama sekali.

Kemudian Galtung (Windhu, 1992), membagi empat aspek yang sering digunakan

kekuasaan untuk melakukan dominasi. Pertama, eksploitasi penguasaan atau penarikan

keuntungan secara tidak wajar. Terjadi jika totalitas jumlah biaya dan keuntungan kegiatan dari

 berbagai kelompok berbeda sehingga beberapa kelompok memperoleh keuntungan lebih banyak 

Page 21: DOMINASI KEKUASAAN DAN RESISTENSI MASYARAKAT

5/12/2018 DOMINASI KEKUASAAN DAN RESISTENSI MASYARAKAT - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/dominasi-kekuasaan-dan-resistensi-masyarakat 21/43

dari yang lainnya. Eksploitasi tidak hanya terjadi di bidang ekonomi, tetapi bisa terjadi di bidang

 politik, militer, dan lain - lain.

Sementara Lorwin (Scott, 1981), mendefinisikan eksploitasi sebagai adanya sementara

individu, kelompok, atau kelas yang secara tidak adil atau tidak wajar menarik keuntungan dari

kerja, atau atas kerugian orang lain. Eksploitasi mempunyai dua ciri utama. Pertama, eksploitasi

itu harus dilihat sebagai satu tata- hubungan antara perorangan, kelompok atau lembaga; adanya

  pihak yang dieksploitasi mengimplikasikan adanya pihak yang mengeksploitasi. Kedua,

eksploitasi merupakan distribusi tidak wajar dari usaha dan hasilnya, dan hal ini selanjutnya

memerlukan adanya suatu ukuran tentang keadilan distribusi untuk mengukur tata - hubungan

yang ada.

Wright (Widyaningrum, dkk, 2003) me nyebutkan, bahwa ciri dari hubungan yang

eksploitatif adalah sebagai berikut:

1. Kesejahteraan sebuah kelompok masyarakat secara material tergantung pada perampasan

material dari kelompok lain.

2. Hubungan tersebut melibatkan pula pengucilan atau penutupan (exclusion) akses terhadap

sumber daya produktif tertentu secara asimetris terhadap kelompok yang tereksploitasi.

3. Mekanisme yang menghasilkan pengucilan atau penutupan akses terhadap sumber daya

 produktif tersebut melibatkan pengambilalihan nilai tambah ( fruits of labour ) kelompok yang

tereksploitasi oleh kelompok yang menguasai sumber daya produksi tersebut.

Kedua, penetrasi, dipahami sebagai masuknya pengaruh dari suatu kekuatan yang

dominan terhadap kekuatan yang minor. Dalam konteks suatu negara, masuknya pengaruh

negara kuat ke dalam negara- negara yang dikuasai. Ketiga, fragmentasi, merupakan suatu cara

Page 22: DOMINASI KEKUASAAN DAN RESISTENSI MASYARAKAT

5/12/2018 DOMINASI KEKUASAAN DAN RESISTENSI MASYARAKAT - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/dominasi-kekuasaan-dan-resistensi-masyarakat 22/43

yang digunakan oleh satu kelompok untuk menguasai kelompok lainnya, satu pemerintah dapat

menguasai beberapa negara lainnya dengan cara memecah belah.

Keempat, marginalisasi. Untuk membedakannya dengan fragmentasi, Galtung

mencontohkan sebagai cara yang ditempuh dengan membentuk perkumpulan di dalam dan di

luar. Di satu pihak, keputusan- keputusan penting mengenai seluruh dunia akan diambil oleh

 perkumpula n di dalam (masyarakat Eropa), dan di lain pihak terdapat sekelompok kecil negara-

negara Eropa yang menngikuti kebijakan non- imperialis, namun mereka tergabung dalam

struktur yang sifatnya eksploitatif terhadap perkumpulan di luar, yaitu negara - negara yang

dikuasai.

Sedangkan sumber- sumber kekuatan yang sering digunakan oleh kelas penguasa,

Widyaningrum, dkk (2003) mengemukakan sebagai berikut:

1. Kekuatan dari kebijakan negara, adanya kebijakan- kebijakan yang memberikan  privilege

 pada sekelompok aktor untuk melakukan monopoli.

2. Kekuatan premanisme, kekuatan politik, terjadinya penyelewengan fungsifungsi institusi yang

seharusnya menjaga aturan main dan keamanan dalam masyarakat.

3. Kekuatan informasi dan modal, penguasaan dan penutupan akses terhadap informasi dan

modal menjadi salah satu sumber kekuatan pelaku- pelaku eksploitasi.

4. Kekuatan atas sumber daya sosial dan ekonomi.

1.5.2. Teori Perlawanan

Kekuasaan, sebagaimana yang dikemukakan Weber (Ritzer, 2000) merupakan

kemampuan orang atau kelompok memaksakan kehendaknya pada pihak lain walaupun ada

  penolakan melalui perlawanan. Perlawanan akan dilakukan oleh kelompok masyarakat atau

Page 23: DOMINASI KEKUASAAN DAN RESISTENSI MASYARAKAT

5/12/2018 DOMINASI KEKUASAAN DAN RESISTENSI MASYARAKAT - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/dominasi-kekuasaan-dan-resistensi-masyarakat 23/43

individu yang merasa tertindas, frustasi, dan hadirnya situasi ketidakadilan di tengah- tengah

mereka (Zubir, 2002). Jika situasi ketidakadilan dan rasa frustasi ini mencapai puncaknya, akan

menimbulkan (apa yang disebut sebagai) gerakan sosial atau   social movement , yang akan

mengakibatkan terjadinya perubahan kondisi sosial, politik, dan ekonomi menjadi kondisi yang

 berbeda dengan sebelumnya (Tarrow, 1994).

Scott (2000) mendefinisikan perlawanan sebagai segala tindakan yang dilakukan oleh

kaum atau kelompok subordinat yang ditujukan untuk mengurangi atau menolak klaim

(minsalnya harga sewa atau pajak) yang dibuat oleh pihak atau kelompok superdinat terhadap

mereka. Scott (2000) membagi perlawanan tersebut menjadi dua bagian, yaitu: perlawanan

  publik atau terbuka (  public transcript ) dan perlawanan tersembunyi atau tertutup (hidden

transcript ).

Kedua kategori tersebut, oleh Scott (2000), dibedakan atas artikulasi perlawanan; bentuk,

karekteristik, wilayah sosial dan budaya. Perlawanan terbuka dikarakteristikan oleh adanya

interaksi terbuka antara kelas - kelas subordinat dengan kelas- kelas superdinat. Sementara

 perlawanan sembunyi- sembunyi dikarakteristikan oleh adanya interaksi tertutup, tidak langsung

antara kelas- kelas subordinat dengan kelas- kelas superdinat.

Untuk melihat pembedaan yang lebih jelas dari dua bentuk perlawanan di atas, Scott

(2000) mencirikan perlawanan terbuka sebagai perlawanan yang bersifat: 1) organik, sistematik 

dan kooperatif, 2) berprinsip atau tidak mementingkan diri sendiri, 3) berkonsekuensi

revolusioner, dan / atau 4) mencakup gagasan atau maksud meniadakan basis dominasi. Dengan

demikian, aksi demonstrasi atau protes yang diwujudkan dalam bentuk unjuk rasa, mogok makan

(dan lain- lain) merupakan konsekuensi logis dari perlawanan terbuka terhadap pihak superdinat

(Tarrow, 1994).

Page 24: DOMINASI KEKUASAAN DAN RESISTENSI MASYARAKAT

5/12/2018 DOMINASI KEKUASAAN DAN RESISTENSI MASYARAKAT - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/dominasi-kekuasaan-dan-resistensi-masyarakat 24/43

Menurut Fakih (Zubir, 2002), gerakan sosial diakui sebagai gerakan yang bertujuan untuk 

melakukan perubahan terhadap sistem sosial yang ada. Karena memiliki orientasi pada

 perubahan, dianggap lebih mempunyai kesamaan tujuan, dan bukan kesamaan analisis. Mereka

tidak bekerja menurut prosedur baku, melainkan menerapkan struktur yang cair dan

operasionalnya lebih diatur oleh standar yang muncul saat itu untuk mencapai tujuan jangka

  panjang. Mereka juga tidak memiliki kepemimpinan formal, seorang aktivis gerakan sosial

tampil menjadi pemimpin gerakan karena keberhasilannya mempengaruhi massa dengan

kepiawaiannya dalam memahami dan menjelaskan tujuan dari gerakan serta memiliki rencana

yang paling efektif dalam mencapainya (Zubir, 2002).

Soekanto dan Broto Susilo (1987) memberikan empat ciri gerakan sosial, yaitu: 1)

tujuannya bukan untuk mendapatkan persamaan kekuasaan, akan tetapi mengganti kekuasaan, 2)

adanya penggantian basis legitimasi, 3) perubahan sosial yang terjadi bersifat massif  dan

 pervasive sehingga mempengaruhi seluruh masyarakat, dan 4) koersi dan kekerasan bia sa

dipergunakan untuk menghancurkan rezim lama dan mempertahankan pemerintahan yang baru.

J. Smelser (Sihbudi dan Nurhasim, ed., 2001) menyatakan, bahwa gerakan social

ditentukan oleh lima faktor. Pertama, daya dukung struktural ( structural condusiveness) di mana

suatu perlawanan akan mudah terjadi dalam suatu lingkungan atau masyarakat tertentu yang

 berpotensi untuk melakukan suatu gerakan massa secara spontan dan berkesinambungan (seperti

lingkungan kampus, buruh, petani, dan sebagainya). Kedua, adanya tekanan- tekanan struktural

( structural strain ) akan mempercepat orang untuk melakukan gerakan massa secara spontan

karena keinginan mereka untuk melepaskan diri dari situasi yang menyengsarakan.

Ketiga, menyebarkan informasi yang dipercayai oleh masyarakat luas untuk membangun

 perasaan kebersamaan dan juga dapat menimbulkan kegelisahan kolektif akan situasi yang dapat

Page 25: DOMINASI KEKUASAAN DAN RESISTENSI MASYARAKAT

5/12/2018 DOMINASI KEKUASAAN DAN RESISTENSI MASYARAKAT - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/dominasi-kekuasaan-dan-resistensi-masyarakat 25/43

menguntungkan tersebut. Keempat, faktor yang dapat memancing tindakan massa karena emosi

yang tidak terkendali, seperti adanya rumor atau isu- isu yang bisa membangkitkan kesadaran

kolektif untuk melakukan perlawanan. Kelima, upaya mobilisasi orang- orang untuk melakukan

tindakantindakan yang telah direncanakan.

Sedangkan perlawanan sembunyi- sembunyi dapat dicirikan sebagai perlawanan yang

 bersifat: 1) tidak teratur, tidak sistematik dan terjadi secara individual, 2) bersifat oportunistik 

dan mementingkan diri sendiri, 3) tidak berkonsekuensi revolusioner, dan/ atau 4) lebih

akomodatif terhadap sistem dominasi. Oleh karena itu, gejala- gejala kejahatan seperti: pencurian

kecil- kecilan, hujatan, makian, bahkan pura- pura patuh (tetapi dibelakang membangkang)

merupakan perwujudan dari perlawanan sembunyisembunyi (Scott, 2000).

Perlawanan jenis ini bukannya bermaksud atau mengubah sebuah system dominasi,

melainkan lebih terarah pada upaya untuk tetap hidup dalam sistem tersebutsekarang, minggu

ini, musim ini (Scott, 1993). Percobaan- percobaan untuk menyedot dengan tekun dapat

memukul balik, mendapat keringanan marjinal dalam eksploitasi, dapat menghasilkan negosiasi-

negosiasi tentang batas- batas pembagian, dapat mengubah perkembangan, dan dalam peristiwa

tertentu dapat menjatuhkan sistem.

Tetapi, menurut Scott (1993), semua itu hanya merupakan akibat- akibat yang mungkin

terjadi, sebaliknya, tujuan mereka hampir selalu untuk kesempatan hidup dan ketekunan.

Bagaimanapun, kebanyakan dari tindakan ini (oleh kelas- kelas lainnya) akan dilihat sebagai

keganasan, penipuan, kelalaian, pencurian, kecongkakan- singkat kata semua bentuk tindakan

yang dipikirkan untuk mencemarkan orang- orang yang mengadakan perlawanan. Perlawanan ini

dilakukan untuk mempertahankan diri dan rumah tangga. Dapat bertahan hidup sebagai produsen

Page 26: DOMINASI KEKUASAAN DAN RESISTENSI MASYARAKAT

5/12/2018 DOMINASI KEKUASAAN DAN RESISTENSI MASYARAKAT - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/dominasi-kekuasaan-dan-resistensi-masyarakat 26/43

komoditi kecil atau pekerja, mungkin dapat memaksa beberapa orang dari kelompok ini

menyelamatkan diri dan mengorbankan anggota lainnya (Scott, 1993).

Scott (2000) menambahkan, bahwa perlawanan jenis ini (sembunyi- sembunyi) tidak 

 begitu dramatis, namun terdapat di mana- mana, melawan efek- efek pembangunan kapitalis

asuhan negara. Perlawanan ini bersifat perorangan dan seringkali anonim. Terpencar dalam

komunitas- komunitas kecil dan pada umumnya tanpa sarana- sarana kelembagaan untuk 

 bertindak kolektif, menggunakan sarana perlawanan yang bersifat lokal dan sedikit memerlukan

koordinasi (Scott, 2000).

Koordinasi yang dimaksudkan di sini, bukanlah sebuah konsep koordinasi yang dipahami

selama ini, yang berasal dari rakitan formal dan birokratis. Tetapi merupakan suatu koordinasi

dengan aksi- aksi yang dilakukan dalam komunitas dengan jaringanjaringan informasi yang

 padat dan sub kultur - sub kultur perlawanan yang kaya. Tidak terdapat aksi- aksi huru hara,

demonstrasi, pembakaran, kejahatan sosial terorganisisr, dan kekerasan terbuka. Perlawanan ini

akan terus berlangsung selama struktur social masih eksploitatif dan tidak adil (Scott, 2000).

Menurut Basrowi dan Sukidin (2003), studi yang membahas tentang gerakan dapat

dijelaskan dengan menggunakan tiga pendekatan. Pertama, pendekatan moral ekonomi. Pada

 pendekatan ini, aspek pokok yang memicu gerakan adalah: 1) adanya reaksi terhadap perubahan

yang dianggap akan mengancam kelangsungan hidup komunitasnya yang berada dalam kondisi

subsistensi, 2) faktor kepemimpinan sebagai faktor kunci gerakan dan umumnya berasal dari

kalangan elit desa atau patron. Kedua, pendekatan ekonomi politik yang menyatakan bahwa

gerakan pada dasarnya didasari oleh pertimbangan rasional individual terhadap perubahan yang

dikalkulasikan merugikan dan mengancam mereka. Keputusan melakukan gerakan terletak pada

individu yang menganggapnya sebagai pilihan yang efektif dan efisien. Ketiga, pendekatan

Page 27: DOMINASI KEKUASAAN DAN RESISTENSI MASYARAKAT

5/12/2018 DOMINASI KEKUASAAN DAN RESISTENSI MASYARAKAT - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/dominasi-kekuasaan-dan-resistensi-masyarakat 27/43

historis yang memfokuskan pada keberlangsungan kesejahteraan yang terdapat pada suatu

masyarakat. Gerakan dipahami sebagai akibat dari terjadinya penyimpangan dan ancaman

terhadap nilai, norma, tradisi, dan kepercayaan yang dimiliki.

Perlawanan merupakan bentuk dari pernyataan sikap yang dilakukan oleh masyarakat.

Penyikapan masyarakat tersebut dalam bentuk perlawanan terhadap kelompok atau pihak yang

dianggap me ngancam eksistensi mereka selalu mengalami perubahan (Kusuma dan Agustina,

ed., 2003). Hal ini tidak terlepas dari pengaruh isu yang diangkat dan mendapat dukungan dari

masyarakat. Soekanto (Kusuma dan Fitria, ed., 2003) berpendapat bahwa selama dasawarsa yang

mendahului pemberontakan, kondisi- kondisi sosial dan ekonomi telah menimbulkan tekanan-

tekanan dan tuntutantuntutan berbeda dari sebelumnya. Kemudian Soekanto menambahkan,

tuntutan tersebut disebabkan oleh masalah- masalah yang sifatnya kumulatif dan tidak terungkap

yang merupakan sumber frustasi bagi pemicu timbulnya perlawanan.

Zubir (2002) menyatakan bahwa perlawanan yang dilakukan oleh kelompok pinggiran

(seperti buruh, pedagang, petani, dan lain- lain) bersifat sporadis. Dalam memperjuangkan

keinginannya, gerakan ini tidak memiliki strategi perjuangan yang jelas sehingga lebih mudah

untuk dipadamkan oleh pihak- pihak yang berkuasa. Apabila gerakan ini telah dimasuki oleh

unsur idiologis, maka gerakan ini akan menjadi suatu gerakan yang radikal. Dalam percaturan

 politik, massa dari kelompok ini menjadi lahan perebutan yang subur dari berbagai kelompok 

yang bertikai. Ia memiliki tujuan yang jelas dan dalam gelombang yang besar, gerakan ini

memiliki kecenderungan melawan arus zaman, arus dari status quo yang berkuasa. Gerakan

seperti ini biasanya dipelopori oleh mahasiswa sebagai aktor intelektual (Zubir, 2002).

Gurr dalam Mas’oed (1998) menyatakan, bahwa adanya empat faktor yang menentukan

intensititas perlawanan dan potensi untuk melakukan tindakan politis sebagai jalan keluar.

Page 28: DOMINASI KEKUASAAN DAN RESISTENSI MASYARAKAT

5/12/2018 DOMINASI KEKUASAAN DAN RESISTENSI MASYARAKAT - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/dominasi-kekuasaan-dan-resistensi-masyarakat 28/43

Pertama, seberapa parah tingkat keterbelakangan atau penderitaan kolektif komunal itu

dibandingkan dengan kelompok lain. Kedua, kekuatan atau ketegasan identitas kelompok yang

merasa terancam. Ketiga, keandalan derajat kohesi dan mobilisasi kelompok. Dan keempat,

kontrol represif atau daya paksa tidak adil oleh kelompok- kelompok dominan.

Menurut Alain Touraine seperti yang dikuti oleh Adijtonro (1994) dalam paper yang

 berjudul “large dam victims and their defendersi: the emergence of an anti- large dam

movement in Indonesia”, yang kemudian dikutip oleh Sangaji (2000), terdapat tiga karekteristik 

gerakan sosial, yakni: identifikasi, oposisi, dan totalitas. Identifikasi berkaitan dengan aktor-

aktor gerakan yang dibedakan kedalam dua kelompok, yaitu para korban (peremajaan pasar) dan

 para pembelanya. Oposisi berhubungan dengan apa (siapa) yang hendak ditentang. Dan prinsip

totalitas berhubungan dengan teori- teori yang mendasari gerakan tersebut.

Berkaitan dengan cara- cara pengungkapan atau ekspresi perlawanan, Sangaji (2000)

membagi kedalam dua bentuk, yakni: 1) perlawanan yang diungkapkan secara individual, 2)

 perlawanan yang dilakukan melalui tindakan- tindakan kolektif atau bersama. Kedua bentuk 

 perlawanan tersebut diekspresikan dalam beragam cara, mulai dari aksi protes terbuka, yang

diungkap melalui media massa, surat protes, pengiriman delegasi, atau melalui kesempatan

dialog, seminar, hingga cara- cara tertutup, seperti aksi tutup mulut dan tidak menghadiri

 pertemuan dengan rival.

Di samping itu, perlawanan yang dilakukan oleh kelompok pinggiran ini juga mendapat

dukungan dari organisasi atau individu yang umumnya berasal dari kalangan terpelajar, seperti

mahasiswa, NGO, tokoh intelektual setempat (Sangaji, 2000). Mereka dibedakan atas dua

kategori, yaitu: 1) para pendukung spesialis, yakni individu dan organisasi yang secara spesifik 

membangun keterampilan dan idiologi untuk menentang kebijakan tersebut, 2) para pendukung

Page 29: DOMINASI KEKUASAAN DAN RESISTENSI MASYARAKAT

5/12/2018 DOMINASI KEKUASAAN DAN RESISTENSI MASYARAKAT - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/dominasi-kekuasaan-dan-resistensi-masyarakat 29/43

umum, yakni individu atau organisasi yang menganggap pembelaan tersebut merupakan bagian

dari perjuangan menegakkan hak asasi dan keadilan (Sangaji, 2000).

Sangaji (2000) menambahkan, bahwa alasan dilakukannya perlawanan oleh pelaku

 perlawanan dibagi atas dua. Pertama, alasan yang berdimensi sosio- kultural, berkaitan dengan

tanah leluhur, biasanya alasan ini diungkapkan oleh penduduk asli. Kedua, alasan- alasan yang

 bersifat sosial- ekonomi, biasanya diungkapkan oleh penduduk pendatang yang telah lama

 bermukim di tempat tersebut. Menurut A.S. Hikam (Prisma, 1990), terjadinya perlawanan

terhadap kekuasaan dapat dilihat dari dua sudut pandang. Pertama, fenomena perlawanan dari

sudut pandang otoritas moral sebagai basis hubungan- hubungan sosial dan stabilitas sosial.

Pandangan ini berargumen, bahwa terjadinya gerakan perlawanan terhadap ketidakadilan

merupakan suatu bentuk keberangan moral. Dan hal ini, menurut Moore (Prisma, 1990),

dipengaruhi oleh tiga elemen penting dalam sistem sosial: 1) Koordinasi sosial atau kekuasaan,

2) pembagian kerja, dan 3) distribusi barang. Koordinasi sosial dan kekuasaan akan selalu

dievaluasi oleh masyarakat (dalam pengertian) tentang kemampuannya memberikan

 perlindungan dan memelihara kedamaian serta ketertiban, sebaliknya masyarakat bertanggung

 jawab untuk tunduk dan mentaati kekuasaan yang berlaku. Apabila kewajiban timbal balik ini,

menurut Hikam (Prisma, 1990), tidak dapat terpenuhi dengan baik akan menyebabkan terjadinya

keberangan moral dan kerusakan sosial.

Sementara itu, tentang pembagian kerja, Hikam (Prisma, 1990) menerangkan bahwa

kegagalan dalam menciptakan keadilan dalam pembagian kerja akan mengakibatkan

kesenjangan sosial, dan selanjutnya akan mengakibatkan keberangan moral dalam bentuk protes

secara terbuka maupun sembunyi. Sedangkan distribusi barang, jika dilihat dari kacamata moral,

Page 30: DOMINASI KEKUASAAN DAN RESISTENSI MASYARAKAT

5/12/2018 DOMINASI KEKUASAAN DAN RESISTENSI MASYARAKAT - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/dominasi-kekuasaan-dan-resistensi-masyarakat 30/43

akan memainkan peranan penting untuk mengurangi kontradiksi kesenjangan moral, demikian

Hikam (Prisma, 1990) menjelaskan.

Kedua, perlawanan terjadi karena adanya keharusan struktural yang menentukan tindakan

dan perilaku- perilaku individu. Menurut Hikam (Prisma, 1990), pandangan ini berpendapat

 bahwa perlawanan terhadap kekuasaan terjadi karena adanya dukungan kolektif, bukan muncul

dari kehendak individu. Konflik yang timbul dari fenomena kekuasaan yang mendominasi

masyarakat, ternyata telah menimbulkan perlawanan dari masyarakat yang di dominasi. Konflik 

yang tidak bisa terselesaikan dengan baik akan menimbulkan kerusakan sosial di masyarakat

(Prisma, 1990). Oleh karena itu, konflik perlu diselesaikan dengan baik, yang dikenal dengan

resolusi konflik (conflict resolution).

1.5.3. Teori Resolusi Konflik 

Konflik merupakan faktor yang turut membangun perkembangan masyarakat. Konflik 

akan bisa membangun solidaritas kelompok dan hubungan antar warga negara maupun antar 

kelompok. Konflik tidak bisa dihindari oleh setiap aktor, namun yang paling penting adalah cara

untuk menyelesaikan konflik agar ancaman (threat ) bisa menjadi kesempatan (oppurtunity ) dan

 bahaya timbulnya konflik terbuka secara meluas dilokalisasi dengan membangun suatu model

 pencegahan dan penanggulangan dini (Sihbudi dan Nurhasim, ed., 2001).

Suatu kebiasaan khas dalam konflik adalah memberikan prioritas yang tinggi guna

mempertahankan kepentingan pihaknya sendiri ( Hugh Miall dkk, 1999). Jika kepentingan si A

 bertentangan dengan kepentingan B, A cenderung mengabaikan kepentingan B, atau secara aktif 

menghancurkannya. Menurut Miall (1999), pihak – pihak yang berkonflik biasanya cenderung

Page 31: DOMINASI KEKUASAAN DAN RESISTENSI MASYARAKAT

5/12/2018 DOMINASI KEKUASAAN DAN RESISTENSI MASYARAKAT - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/dominasi-kekuasaan-dan-resistensi-masyarakat 31/43

melihat kepentingan mereka sebagai kepentingan yang bertentangan secara diametrikal, oleh

karena itu, Miall (1999), berkesimpulan bahwa hasil yang diperoleh adalah hasil kalah- menang.

Untuk itu, menurut Dahrendorf (1984), perlu diadakan suatu peraturan pertentangan yang

mensyaratkan tiga faktor. Pertama, kedua kelompok yang terlibat dalam pertentangan harus

mengakui pentingnya dan nyatanya situasi pertentangan dan dalam hal ini, mengakui keadilan

fundamental dari maksud pihak lawan. Pengakuan adilnya maksud lawan tentu saja bukan berarti

 bahwa subtansi kepentingan lawan harus diakui sebagai adil dari awal. Pengakuan di sini berarti

  bahwa kedua kelompok yang bertentangan menerima untuk apa pertentangan itu, yakni

menerimanya sebagai suatu hasil pertumbuhan yang tak terelakkan.

Syarat kedua, adalah organisasi kelompok- kelompok ke pentingan. Selama kekuatan-

kekuatan yang bertentangan itu terpencar- pencar dalam kesatuan yang kecil yang masing-

masing erat ikatannya, peraturan pertentangan tidak akan efektif. Dan ketiga, adanya keharusan

 bagi kelompok- kelompok yang berlawanan dalam pertentangan sosial menyetujui aturan formal

tertentu yang menyediakan kerangka hubungan bagi mereka.

Berdasarkan buku panduan pengelolaan konflik yang dikeluarkan oleh The British

Council (2001), bahwa penyelesaian suatu konflik yang terjadi dapat dilakukan dengan tiga cara,

yaitu:

1. Negosiasi, suatu proses untuk memungkinkan pihak- pihak yang berkonflik untuk 

mendiskusikan berbagai kemungkinan pilihan dan mencapai penyelesaian melalui interaksi tatap

muka.

2. Mediasi, suatu proses interaksi yang dibantu oleh pihak ketiga sehingga pihakpihak yang

 berkonflik menemukan penyelesaian yang mereka sepakati sendiri.

Page 32: DOMINASI KEKUASAAN DAN RESISTENSI MASYARAKAT

5/12/2018 DOMINASI KEKUASAAN DAN RESISTENSI MASYARAKAT - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/dominasi-kekuasaan-dan-resistensi-masyarakat 32/43

3. Arbitrasi atau perwalian dalam sengketa, tindakan oleh pihak ketiga yang diberi wewenang

untuk memutuskan dan menjalankan suatu penyelesaian.

Secara tradisional, tugas penyelesaian konflik adalah membantu pihak- pihak yang

merasakan situasi yang mereka alami sebagai sebuah situasi zero – sum (keuntungan diri sendiri

adalah kerugian pihak lain). Agar melihat konflik sebagai keadaan non- zero- sum (di mana

kedua belah pihak dapat memperoleh hasil atau keduanya sama- sama tidak memperoleh hasil)

dan kemudian membantu pihak- pihak yang berkonflik berpindah ke arah hasil yang positif 

(Miall dkk, 1999). Untuk menciptakan hasil non- zero- sum, Miall (1999) mewajibkan akan

adanya pihak yang berfungsi menyelesaikan konflik.

Menurut Nurhasim (Prisma, 1997), pola penyelesaian konflik mengacu pada pendekatan

manajemen konflik politik dan teori strukturalis semi otonom. Kedua paradigma ini melihat

keterlibatan negara (pemerintah) sebagai penengah munculnya konflik yang terjadi dalam

masyarakat. Negara memainkan peran dalam mengelola konflik yang terjadi di masyarakat

sehingga dapat ditransformasikan menjadi konsensus.

Sementara teori strukturalis semi otonom mempe rsepsikan negara sebagai lembaga

 politik yang lebih otonom. Negara dianggap lebih berperan sebagai penengah konflik antara

 berbagai kelompok kepentingan sehingga pembangunan (kebijakan) dipandang sebagai upaya

untuk menengahi konflik yang terjadi (Nurhasim, Prisma, 1997).

  Negara dalam kedua terminologi tersebut dipersonifikasikan baik secara individual

maupun lembaga. Nordlinger, seperti yang dikutip oleh Nurhasim (Prisma, 1997) melihat negara

secara subyektif atau dalam perangkat analisis individual, yaitu individu yang menduduki posisi

yang memiliki kewenangan membuat dan melaksanakan keputusan yang mengikat semua pihak 

yang ada di wilayah tertentu. Termasuk dalam kategori ini adalah presiden, menteri, dan para

Page 33: DOMINASI KEKUASAAN DAN RESISTENSI MASYARAKAT

5/12/2018 DOMINASI KEKUASAAN DAN RESISTENSI MASYARAKAT - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/dominasi-kekuasaan-dan-resistensi-masyarakat 33/43

kepala daerah.. Sementara Kresner dan Scotpol (Prisma, 1997) melihat negara dalam arti

lembaga dan individu, seperti Mahkamah Agung (MA), militer, kehakiman, dan lain- lain.

Sementara Miall (1999) membedakan pihak ketiga atas dua, yaitu: arbitrasi dan mediasi.

Arbitrasi merupakan penyelesaian konflik oleh pihak ketiga yang memiliki sumber kekuasaan,

mampu melakukan tekanan, intervensi terhadap pihak- pihak yang berkonflik agar dapat selesai

(Miall, 1999). Sedangkan mediasi adalah penyelesaian konflik oleh pihak ketiga yang tidak 

mempunyai kekuasaan atau kemampuan untuk menindas pihak- pihak yang berkonflik agar 

konflik selesai (Miall, 1999). Menurut Dahrendorf (1986) kelompok ketiga ini dikenal dengan

istilah penengah atau mediasi, dan arbitrasi atau penghakiman. Dahrendorf (1986) membagi

 beberapa tipe peran kelompok ketiga tersebut sebagai berikut:

Tabel.1.1. POLA- POLA PENYELESAIAN KONFLIK SOSIAL

Tipe Mengundang NasihatKelompok Ketiga

Menerima NasihatKelompok Ketiga

IstilahKerr 

1. A Tidak Tidak Konsiliasi

2. B Fakultatif Fakultatif Mediasi3.C Fakultatif Wajib Arbitrasi(Penindasan)

4. D Wajib Fakultatif Arbitrasi5. E Wajib Wajib ArbitrasiSumber: Ralf Dahrendorf, 1986 

Konsiliasi, tidak melibatkan pihak manapun dalam menyelesaikan suatu pertentangan.

Konsiliasi lebih cenderung pada upaya damai yang dilakukan oleh pihak-pihak yang

  bertentangan terhadap pertentangan yang mereka alami. Menurut Dahrendorf (1984), ketiga

  bentuk penyelesaian pertentangan tersebut, yakni konsiliasi, mediasi, dan arbitrasi dapat

dilaksanakan sebagai peratur an pertentangan secara berurutan atau dapat pula diterapkan secara

terpisah- pisah menurut situasi yang dihadapi.

Menurut Dahrendorf (1986), mediasi merupakan bentuk yang paling ringan dari campur 

tangan pihak luar dalam menyelesaikan pertentangan. Kedua kelompok yang bertentangan

Page 34: DOMINASI KEKUASAAN DAN RESISTENSI MASYARAKAT

5/12/2018 DOMINASI KEKUASAAN DAN RESISTENSI MASYARAKAT - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/dominasi-kekuasaan-dan-resistensi-masyarakat 34/43

sepakat untuk berkonsultasi dengan pihak luar yang diminta memberikan nasihat. Akan tetapi,

nasihat tersebut tidak mempunyai kekuatan mengikat terhadap kelompok yang bertentangan.

Sekilas, hal ini hanya menjanjikan pengaruh sedikit, tetapi dari pengalaman di berbagai bidang

kehidupan sosial menunjukkan bahwa mediasi merupakan suatu tipe penyelesaian pertentangan

yang berhasil (Dahrendorf, 1986).

Berkaitan dengan keberhasilan mediasi, Kerr dalam Dahrendorf (1986), mengungkapkan

lima hal positif dari model ini: 1) mengurangi sikap irrasional, 2) menyinngkirkan sikap non-

rasional, 3) menjajaki penyelesaian, 4) membantu pengenduran perlahan, dan 5) meningkatkan

 biaya pertentangan. Dahrendorf (1986) juga mensyaratkan empat hal sebagai syarat wajib

dipenuhi oleh pihak ketiga:

1. Otonom, dibekali hak untuk mengambil keputusan tanpa campur tangan pihak lain.

2. Memegang posisi monopoli, merupakan satu- satunya institusi dalam suatu perserikatan (satu-

satunya kelompok di luar dua kelompok yang bertikai).

3. Perannya harus dipatuhi, keputusan- keputusan yang telah dicapai harus mengikat kedua

kelompok kepentingan.

4. Demokratis, kedua kelompok yang bertentangan di dengar dan diberi kesempatan untuk 

menyatakan pendapat sebelum keputusan diambil.

Berkaitan dengan arbitrasi, Lockwood (Dahrendorf, 1984) mengandung dua konsep,

yaitu konsep politik dan pengadilan. Konsep pertama memberikan kesan bahwa adalah menjadi

tugas untuk menemukan titik kompromi yang dapat dilaksanakan di antara isu- isu yang

 bertentangan. Sedangkan konsep kedua melihat pertentangan dari sudut pandangan hukum, yakni

memberikan tugas kepada arbitrator untuk menilai kebaikan isu yang dipertentangkan itu

menurut ukuran yang pasti, benar atau salah.

Page 35: DOMINASI KEKUASAAN DAN RESISTENSI MASYARAKAT

5/12/2018 DOMINASI KEKUASAAN DAN RESISTENSI MASYARAKAT - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/dominasi-kekuasaan-dan-resistensi-masyarakat 35/43

1.6. Metode Penelitian

Metode penelitian didefinisikan sebagai ajaran mengenai cara- cara yang digunakan

dalam proses penelitian. Metode berguna untuk memberikan ketepatan, kebenaran dan

 pengetahuan yang mempunyai nilai ilmiah yang tinggi (Kartono, 1996). Untuk itu, penelitian ini

akan memaparkan beberapa cara sebagai batasan untuk mencapai kebenaran ilmiah, yakni: jenis

 penelitian, lokasi penelitian, teknik pengumpulan data, pemilihan informan, dan teknik analisa

data.

1.6.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dengan penekanan pada deskriptif 

dan analitis. Bogdan dan Taylor (Lexy Moleong, 2000) mendefinisikan penelitian kualitatif 

sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskripsi berupa kata- kata (baik tertulis

maupun lisan) dan pelaku yang dapat diamati. Metode penelitian kualitatif ini dipilih karena

dapat menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan responden serta lebih

 peka dan dapat menyesuaikan diri dengan pola- pola nilai yang dihadapi (Moleong, 2000).

Deskriptif – analitis adalah suatu upaya untuk menggambarkan hasil dari datadata yang

diperoleh di lapangan, baik secara lisan maupun tulisan untuk kemudian dianalisis sebagai suatu

kesimpulan penelitian (Kartono, 1996). Dengan kata lain, penelitian ini berusaha untuk masuk ke

dalam dunia konseptual para subyek yang diteliti, memahami dan mengerti bagaimana suatu

 pengertian yang dikembangkan oleh mereka di sekitar peristiwa dalam kehidupan sehari –hari.

Penelitian ini berusaha menyingkapkan dan menggambarkan bagaimana bentukbentuk dominasi

kekuasaan yang terjadi terhadap pedagang, bagaimana perlawanan yang dilakukan oleh

Page 36: DOMINASI KEKUASAAN DAN RESISTENSI MASYARAKAT

5/12/2018 DOMINASI KEKUASAAN DAN RESISTENSI MASYARAKAT - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/dominasi-kekuasaan-dan-resistensi-masyarakat 36/43

 pedagang, dan upaya seperti apa yang telah dilakukan untuk menyelesaikan konflik tersebut.

Untuk konteks Pekanbaru sendiri, penelitian seperti ini masih dianggap sebagai hal “tabu” untuk 

diangkat, karena bersinggungan langsung dengan kekuasaan. Oleh sebab itu, dalam kesempatan

ini peneliti berniat untuk menggambarkannya dalam bentuk penelitian ilmiah, apalagi konflik 

seperti ini telah terjadi empat kali pada saat Pemerintah Kota melakukan peremajaan pasar – 

  pasar tradisional yang ada di Pekanbaru. Sedangkan pedekatan yang digunakan adalah

  pendekatan studi kasus (case study) tunggal, yakni suatu pendekatan untuk mempelajari,

menerangkan, atau menginterpretasi suatu kasus (case) dalam konteksnya secara natural tanpa

adanya intervensi dari pihak luar (Salim, 2001). Studi kasus yang dibicarakan adalah studi kasus

tunggal dengan maksud untuk penyingkapan kasus (K. Yin, 2003). Penelitian ini berupaya untuk 

menyingkapkan “tabir ketabuan” kasus peremajaan pasar tradisional yang melibatkan pihak 

 pemerintah, yang belum pernah diungkit untuk tingkat kota Pekanbaru.

1.6.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini diadakan di kelurahan Padang Bulan kecamatan Senapelan kota Pekanbaru,

 propinsi Riau. Dipilihnya lokasi ini karena beberapa pertimbangan, diantaranya: 1) lokasi ini

merupakan salah satu wilayah yang memiliki pasar tradisional yang cukup besar dan telah lama

 berdiri (± 30 tahun) dengan mayoritas pedagang yang memiliki modal ekonomi menengah

kebawah, 2) lokasi penelitian berada di tengah kota, ibukota propinsi Riau (sebagai pusat

 pemerintahan), sangat berpengaruh dan menjadi model bagi daerah- daerah lainnya di propinsi

Riau, 3) merupakan pusat ekonomi menengah ke bawah sehingga sangat sesuai bagi terjadinya

konflik vertikal, dan 4) lebih mudah dijangkau dan dekat dengan akses informasi lainnya, yang

 berhubungan denngan penelitian ini.

Page 37: DOMINASI KEKUASAAN DAN RESISTENSI MASYARAKAT

5/12/2018 DOMINASI KEKUASAAN DAN RESISTENSI MASYARAKAT - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/dominasi-kekuasaan-dan-resistensi-masyarakat 37/43

1.6.3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara- cara yang digunakan oleh peneliti dalam

  penelitian ini untuk memperoleh informasi atau data yang akurat sehingga dapat

dipertanggungjawabkan sebagai suatu penelitian sosial yang ilmiah. Adapun cara- cara tersebut

dapat dibagai atas tiga bagian, yakni melalui: wawancara mendalam atau indept interview ,

observasi atau pengamatan, dan dokumentasi. Wawancara mendalam (in- depth interview ) dan

observasi berfungsi sebagai data primer, sedangkan dokumendokumen berfungsi sebagai data

sekunder.

1.6.3.1. Wawancara Mendalam (in - depth interview )

Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini merupakan wawancara tidak terstruktur,

sesuai dengan urutan wawancara, dan tidak memakai sistem angket atau kuesioner. Teknik 

wawancara mendalam berguna untuk memperoleh data dengan jalan mengajukan pertanyaan-

 pertanyaan tentang segala sesuatu kepada informan untuk mendapatkan penafsiran yang utuh

tentang suatu informasi. Dalam teknik ini, yang paling ditekankan adalah komunikasi antara

 peneliti dengan informan berjalan lancer dan tidak terkesan formal. Untuk memperoleh validitas

data, wawancara dilakukan secara berulang terhadap informan yang berbeda dengan item atau

masalah yang sama. Dengan demikian, diharapkan data- data yang diperoleh dapat

dipertanggungjawabkan kevaliditasannya. Selain itu, untuk mendukung kevalidan data, dalam

  pengertian yang diungkapkan oleh K. Yin (2003), penelitian ini menggunakan dua tipe

wawancara, yaitu: wawancara yang bertipe open - ended dan wawancara terfokus. Wawancara

openended  dilakukan dengan bertanya secara langsung kepada informan kunci tentang suatu

Page 38: DOMINASI KEKUASAAN DAN RESISTENSI MASYARAKAT

5/12/2018 DOMINASI KEKUASAAN DAN RESISTENSI MASYARAKAT - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/dominasi-kekuasaan-dan-resistensi-masyarakat 38/43

 peristiwa tertentu dan opini atau pendapat mereka tentang hal tertentu tersebut. Seperti pendapat

 pedagang (secara individu) tentang pihak pemerintah, investor, ataupun tentang masyarakat Riau

yang beretnis melayu.

Sedangkan wawancara terfokus dilakukan dalam jangka waktu terbatas (satu jam atau

dua jam), walaupun masih bersifat open- ended  tetapi tidak mengikuti serangkaian daftar 

 pertanyaan tertentu dari protokol wawancara yang telah disiapkan. Tujuan wawancara ini adalah

untuk mendapatkan data pendukung terhadap fakta- fakta tertentu (K. Yin, 2003). Dengan teknik 

ini, peneliti dapat memperoleh komentarkomentar yang segar dari informan tentang sesuatu hal

yang mendukung data, seperti perbandingan tipe pemerintahan daerah Riau dengan Sumbar atau

antara karekteristik orang Riau asli (etnis melayu) yang selama ini dipahami oleh para pedagang.

Selain itu peneliti juga menggunakan teknik ini untuk mendapatkan data yang valid. Dengan

 berpura- pura tidak me ngerti tentang kondisi pendapat pemerintah tentang pedagang, peneliti

mendapatkan data tentang apa yang dirasakan pedagang dan pendapat mereka (pedagang)

tentang pemerintah dan investor, minsalnya sulitnya mendapatkan informasi dari pihak 

 pemerintah dan investor. Hal serupa juga dilakukan peneliti terhadap pemerintah dan investor 

(sebagai subyek) dan pedagang sebagai obyek.

1.6.3.2. Observasi

Observasi adalah teknik atau cara pengumpulan data melalui pengamatan terhadap

fenomena - fenomena sosial dan gejala- gejala alam (Kartono, 1996). Menurut Faisal (2001),

 pengamatan dapat juga dilakukan terhadap benda, keadaan, kondisi, situasi, kegiatan, proses, dan

 penampilan tingkah laku seseorang.

Page 39: DOMINASI KEKUASAAN DAN RESISTENSI MASYARAKAT

5/12/2018 DOMINASI KEKUASAAN DAN RESISTENSI MASYARAKAT - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/dominasi-kekuasaan-dan-resistensi-masyarakat 39/43

Observasi yang dilakukan adalah observasi langsung (K. Yin, 2003). Di mana peneliti

melakukan kunjungan langsung ke lapangan berkaitan dengan perilaku atau kondisi lingkunngan

yang relevan dengan maksud penelitian ini sebagai tambahan dimensi- dimensi baru dalam

konteks memahami fenomena yang diteliti tersebut.

Observasi yang dilakukan bisa bersifat formal maupun kurang formal (K. Yin, 2003).

Observasi formal dilakukan untuk mengukur peristiwa tipe pelaku tertentu dalam periode waktu

tertentu di lapangan. Sedangkan observasi kurang formal dilakukan selama melangsungkan

kunjungan lapangan, termasuk kesempatan- kesempatan selama pengumpulan bukti yang lain

(wawancara dan dokumentasi).

Dalam hal penelitian ini, observasi formal dilakukan pada saat pedagang sedang

melakukan transaksi jual beli di pasar Senapelan. Kebanyakan pengamatan ini dilakukan pada

waktu siang hari. Dengan harapan, observasi yang dilakukan akan lebih menyeluruh, karena

dapat melihat kondisi pedagang secara holistik ketika melakukan interaksi sosial dengan

masyarakat lainnya, dan dengan sesama pedagang dari beragam tingkatan penghasilan dan modal

yang mereka miliki. Sedangkan observasi non formal dilakukan pada waktu peneliti melakukan

kegiatan wawancara di lapangan dengan pedagang. Dan kebanyakan observasi ini difokuskan

 pada kondisi sosial yang dihadapi pedagang ketika mereka harus mencari nafkah ditempat yang

“tidak memadai”.

Berbeda dengan pedagang, observasi terhadap pemerintah dan investor dilakukan dalam

ondisi non formal, yaitu di saat peneliti melakukan wawancara dengan pihak pemerintah dan

investor. Walaupun ada observasi formal yang dilakukan, porsinya minim, karena beberapa

kendala, diantaranya: lingkungan birokrat yang resmi, tidak memungkinkan peneliti untuk bebas

 bergerak di kantor - kantor tersebut, ditambah dengan pandangan curiga kalanga n birokrat

Page 40: DOMINASI KEKUASAAN DAN RESISTENSI MASYARAKAT

5/12/2018 DOMINASI KEKUASAAN DAN RESISTENSI MASYARAKAT - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/dominasi-kekuasaan-dan-resistensi-masyarakat 40/43

ketika mendapati orang baru yang masuk begitu saja ke kantor mereka tanpa ada yang dicari

(hanya melihat- lihat).

1.6.3.3. Pengumpulan Data Sekunder

Pengumpulan data sekunder dilakukan melalui pengumpulan dokumendokumen yang

dianggap pentin g dan berkaitan dengan penelitian ini. Dokumendokumen dalam penelitian ini

 berupa teks - teks yang dapat ditafsirkan lebih lanjut. Teks- teks ini berbentuk arsip, statistik,

hasil laporan, buku- buku, koran harian, website, ataupun hasil penelitian yang pernah dilakukan

terhadap permasalahan (berkaitan) dengan penelitian ini.

Dokumen- dokumen berupa buku berguna untuk mendapatkan data tentang sejarah kota

Pekanbaru dan sejarah Senapelan. Untuk mengisi data- data statistik yang diperlukan dalam

  penelitian ini, digunakan buku- buku yang berasal dari Biro Pusat Statistik sebagai

 penunjangnya. Selain itu, juga terdapat data dari koran harian dan website yang digunakan

sebagai penunjang kekuatan informasi dalam penelitian ini.

1.6.4. Pemilihan Informan

Pemilihan informan yang tepat, akan menjamin validitas data yang didapat dari

wawancara. Sebaliknya, pemilihan informan yang salah akan mengakibatkan data yang diperoleh

akan samar dan tidak valid. Penelitian ini mengambil beberapa informan tertentu (key informan)

sebagai subyek penelitian yang dianggap mampu mewakili  stakeholder  yang terlibat dalam

konflik tersebut. Dan teknik pengambilan informan dalam penelitian ini menggunakan teknik 

 porpusif.

Page 41: DOMINASI KEKUASAAN DAN RESISTENSI MASYARAKAT

5/12/2018 DOMINASI KEKUASAAN DAN RESISTENSI MASYARAKAT - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/dominasi-kekuasaan-dan-resistensi-masyarakat 41/43

Peneliti memilih informan yang mewakili pihak Pemkot Pekanbaru dari Tim Sembilan,

yakni: Kadis Dispenda, Kadis Pasar, Kadis Tata Kota, Kabag Hukum, dan Kepala UPTD Dinas

Pasar serta Kepala Tata Usaha Dinas Pasar. Sedangkan di pihak pedagang, dipilih lima orang

informan yang dianggap mewakili suara pedagang pasar Senapelan. Di pihak investor, informan

diambil seorang. Selain informan- informan yang telah disebutkan itu, terdapat informan-

informan lain yang berada di luar pihak utama yang berkonflik, yakni seorang informan dari

 pihak mediator, seorang dari pihak pendukung perlawanan pedagang, dan seorang pegawai koran

harian lokal setempat.

1.6.5. Teknik Analisa Data

Proses analisa data dimulai dengan menelaah informasi atau data yang telah didapat, baik 

yang diperoleh dari wawancara, pengamatan, ataupun dari studi terhadap dokumen- dokumen.

Keseluruhan data yang di dapat tersebut dirangkum dan dikategorisasikan sesuai dengan masalah

dan tujuan penelitian. Selanjutnya, kategori-kategori yang telah diklasifikasikan tersebut

dikontruksikan dengan pendekatan kualitatif ke dalam sebuah deskripsi untuk kemudian

dianalisis sehingga memungkinkan diambil kesimpulan yang utuh.

1.7. Batasan Waktu dan Hambatan Penelitian

Penelitian ini dibatasai pada jangka waktu tertentu dikarenakan penelitian ini merupakan

 penelitian tentang konflik vertikal yang belum usai sampai sekarang. Dengan begitu, diharapkan

tidak terjadi kekeliruan dan kesalahan dalam memahami permasalahan yang ada dalam

 penelitian ini. Dan untuk memberikan peluang kepada peneliti- peneliti selanjutnya melakukan

 penelitian.

Page 42: DOMINASI KEKUASAAN DAN RESISTENSI MASYARAKAT

5/12/2018 DOMINASI KEKUASAAN DAN RESISTENSI MASYARAKAT - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/dominasi-kekuasaan-dan-resistensi-masyarakat 42/43

Data- data yang dianalisa dibatasi pada jangka waktu tertentu sesuai dengan kondisi data

yang didapat pada waktu itu. Penelitian ini dibatasi pada data- data yang berkaitan dengan

dominasi kekuasaan, perlawanan, dan resolusi yang terjadi dari tahun 2001 sampai dengan tahun

2004. Oleh sebab itu, penelitian hanya mengungkapkan bentuk- bentuk dominasi kekuasaan,

 bentuk- bentuk perlawanan pedagang, dan upaya resolusi konflik yang terjadi di kota Pekanbaru

dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2004 yang berkaitan dengan peremajaan pasar tradisional

menjadi pasar modern.

Sedangkan kendala - kendala yang dihadapi dalam penelitian ini adalah kesulitan dalam

mewancarai dan mendapatkan data - data tertulis, baik dari pihak pedagang maupun pemerintah.

Akumulasi kekecewaan dan penderitaan yang masih dialami oleh pedagang

 pascapembongakaran kios, menjadikan pedagang bersikap dingin terhadap upaya- upaya dari

orang- orang baru yang ingin mengorek informasi dari mereka. Para pedagang cenderung untuk 

  bersikap tertutup dan tidak ambil pusing terhadap orang – orang baru tersebut. Pedagang

 biasanya akan menginterogasi dahulu dengan sedikit sinis, dan memandang penuh kecurigaan

terhadap orang- orang baru tersebut.

Hal ini pernah dialami oleh peneliti ketika pertama kali mencoba mencari informasi

tentang kondisi pedagang dan permasalahan pembangunan pasar tersebut. Pedagang sempat

mempertanyakan tentang etnis peneliti, kuliah di universitas mana, dan berdomisili di mana,

 bahkan mereka juga mempertanyakan tentang tujuan dan kegunaan informasi yang akan di cari

oleh peneliti serta meminta peneliti untuk menunjukkan proposal penelitian tersebut. Peneliti

  juga diminta untuk menunjukkan sejumlah informasi yang telah diperoleh dari media massa.

Setelah pedagang merasa cukup puas, barulah pedagang bersedia memberikan informasi yang

dibutuhkan peneliti dan merekomendasikan peneliti kepada sejumlah informan lainnya.

Page 43: DOMINASI KEKUASAAN DAN RESISTENSI MASYARAKAT

5/12/2018 DOMINASI KEKUASAAN DAN RESISTENSI MASYARAKAT - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/dominasi-kekuasaan-dan-resistensi-masyarakat 43/43

Sedangkan di pihak pemerintah, mereka cenderung menahan informasi yang

 berhubungan dengan kebijakan pembangunan pasar tersebut dan sedikit melakukan komunikasi

dengan peneliti. Kebanyakan dari mereka saling melempar tanggung jawab ketika informasi

mengenai pembangunan diungkit. Ada yang mengatakan bahwa tugasnya mengurusi keabsahan

sertifikat tanah dan IMB (Izin Mendirikan Bangunan) saja, ada yang mengatakan bahwa ini

adalah wewenang Ketua Tim Sembilan, sedangkan Ketua Tim Sembilan mengatakan bahwa ini

adalah kebijaksanaan dari atas, bersifat rahasia tidak untuk konsumsi publik. Dan ada juga yang

mengatakan bahwa permasalahan pembangunan pasar Senapelan telah selesai, tidak perlu

diungkit lagi karena pembangunan (pondasi telah dipasang) dan pedagang telah dipindahkan.