resistensi antibiotik.docx

34
MAKALAH PROMOSI KESEHATAN RESISTENSI ANTIBIOTIK Disusun Oleh : Fajaruddin Rahman, S.Farm 1520293000 Fani Yulianti, S.Farm 1520293001 Farid Azwar Anas, S.Farm 1520293002 Farida Kusumaningrum, S.Farm 1520293003 PROGRAM PROFESI APOTEKER ANGKATAAN XXIX LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT

Transcript of resistensi antibiotik.docx

Page 1: resistensi antibiotik.docx

MAKALAH PROMOSI KESEHATAN

RESISTENSI ANTIBIOTIK

Disusun Oleh :

Fajaruddin Rahman, S.Farm 1520293000Fani Yulianti, S.Farm 1520293001Farid Azwar Anas, S.Farm 1520293002Farida Kusumaningrum, S.Farm 1520293003

PROGRAM PROFESI APOTEKER

ANGKATAAN XXIX

UNIVERSITAS SETIA BUDI

SURAKARTA

2015

LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT

Page 2: resistensi antibiotik.docx

13

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Instansi Pemerintah

MAKALAH PROMOSI KESEHATAN

RESISTENSI ANTIBIOTIK

Disusun Oleh :

Fajaruddin Rahman, S.Farm 1520293000Fani Yulianti, S.Farm 1520293001Farid Azwar Anas, S.Farm 1520293002Farida Kusumaningrum, S.Farm 1520293003

PROGRAM PROFESI APOTEKER

ANGKATAAN XXIX

UNIVERSITAS SETIA BUDI

SURAKARTA

2015

Fakultas Farmasi Program Profesi Apoteker Angkatan XXIXUniversitas Setia Budi

Page 3: resistensi antibiotik.docx

13

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Instansi Pemerintah

HALAMAN PENGESAHANLAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKERFAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SETIA BUDI

PROMOSI KESEHATANTEMA “RESISTENSI ANTIBIOTIK”

21 MEI 2015

Laporan ini disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Apoteker pada Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi

Universitas Setia Budi

Disusun Oleh :Fajaruddin Rahman, S.Farm 1520293000Fani Yulianti, S.Farm 1520293001Farid Azwar Anas, S.Farm 1520293002Farida Kusumaningrum, S.Farm 1520293003

Disetujui oleh :Dosen Pembimbing PKPA

Fakultas Farmasi USB

Ismi Rahmawati, M.Sc.,Apt

Dosen Pembimbing Bidang Promosi Kesehatan Promosi Kesehatan UPTD Puskesmas Purwodiningratan Fakultas Farmasi USB

Kota Surakarta

Iswandi, M.Farm.,Apt Yuyun Irnawati, Amd Kep

NIP. 197307162009022001Pembimbing UPTD Kepala UPTD

Fakultas Farmasi Program Profesi Apoteker Angkatan XXIXUniversitas Setia Budi

Page 4: resistensi antibiotik.docx

13

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Instansi Pemerintah

Puskesmas penumping Puskesmas Purwodiningratan Kota surakarta Kota Surakarta

Elly wulandaridr. Pitono drg. SupraptiniNIP. 196702261989032009 NIP. 196003231988012002

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat

dan rahmatnya kami dapat melaksanakan promosi kesehatan dengan topik

RESISTENSI ANTIBIOTIK, rangkaian kegiatan tersebut tertuang dalam makalah

promosi kesehatan yang kami buat ini.

Adapun makalah ini berisi tentang rangkuman mengenai resistensi antibiotik

dengan harapan mendapatkan pengetahuan sekaligus sebuah pembelajaran bagi

kita semua dan disisi lain pula untuk memenuhi tugas pada praktek kerja profesi

apoteker Universitas Setia Budi.

Kami menyadari masih banyak terdapat kelemahan dan kekurangan dalam

penyusunan makalah ini, baik dari isi maupun penulisannya. Akhir kata kami

mengucapkan terimakasih atas perhatiannya, kami juga mengharapkan masukan

atau saran dari semua pihak yang bersifat membangun demi penyempurnaan

makalah di masa yang akan datang.

Surakarta, Juni 2015

Fakultas Farmasi Program Profesi Apoteker Angkatan XXIXUniversitas Setia Budi

Page 5: resistensi antibiotik.docx

13

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Instansi Pemerintah

Penulis

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyaki tinfeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan

masyarakat yang penting, khususnya di negara berkembang. Salah satu obat

andalan untuk mengatasi masalah tersebut adalah antimikroba antara lain

antibakteri/antibiotik,antijamur,antivirus,antiprotozoa. Antibiotik merupakan obat

yang paling banyak digunakan pada infeksi yang disebabkan oleh bakteri.

Berbagai studi menemukan bahwa sekitar 40-62% antibiotik digunakan secara

tidak tepat antara lain untuk penyakit-penyakit yang sebenarnya tidak memerlukan

antibiotik. Pada penelitian kualitas penggunaan antibiotikdi berbagai bagian

rumah sakit ditemukan 30%

sampai dengan 80% tidak didasarkan pada indikasi (Hadi,2009).

Intensitas penggunaan antibiotik yang relatif tinggi menimbulkan berbagai

permasalahan dan merupakan ancaman global bagi kesehatan terutama resistensi

Fakultas Farmasi Program Profesi Apoteker Angkatan XXIXUniversitas Setia Budi

Page 6: resistensi antibiotik.docx

13

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Instansi Pemerintah

bakteri terhadap antibiotik. Selain berdampak pada morbiditas dan

mortalitas,juga member dampak negatif terhadap ekonomi dan sosial yang sangat

tinggi. Pada awalnya resistensi terjadi ditingkat rumah sakit, tetapi lambat laun

juga berkembang dilingkungan masyarakat, khususnya Streptococcuspneumoniae

(SP), Staphylococcusaureus, dan Escherichiacoli. Beberapa kuman resisten

antibiotik sudah banyak ditemukan diseluruh dunia,yaitu Methicillin-Resistant

Staphylococcus Aureus (MRSA), Vancomycin- Resistant Enterococci (VRE),

Penicillin-Resistant Pneumococci, Klebsiella neumonia yang menghasilkan

Extended-Spectrum Beta-Lactamase (ESBL), Carbapenem-Resistant Acineto

bacter baumannii dan Multiresistant Mycobacterium tuberculosis (Guzman-

Blancoetal.2000;Stevensonetal.2005).

Kuman resisten antibiotik tersebut terjadi akibat penggunaan antibiotik

yang tidak bijak dan penerapan kewaspadaan standar (standardprecaution) yang

tidak benar difasilitas pelayanan kesehatan.2011,No.874 5 Hasil penelitian

Antimicrobial Resistantin Indonesia (AMRIN-Study) terbukti dari 2494 individu

di masyarakat, 43% Escherichiacoli resisten terhadap berbagai jenis antibiotik

antaralain:ampisilin (34%),kotrimoksazol (29%) dan kloramfenikol (25%).

Hasil penelitian 781 pasien yang dirawat di rumah sakit didapatkan 81%

Escherichiacoli resisten terhadap berbagai jenis antibiotik, yaitu ampisilin (73%),

kotrimoksazol (56%), kloramfenikol (43%), siprofloksasin (22%),dan gentamisin

(18%). Untuk mengoptimalkan pengguna anantibiotik secara bijak (prudentuse of

Fakultas Farmasi Program Profesi Apoteker Angkatan XXIXUniversitas Setia Budi

Page 7: resistensi antibiotik.docx

13

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Instansi Pemerintah

antibiotics), perlu disusun Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik.

PedomanUmum Penggunaan Antibiotik ini diharapkan dapat digunakan sebagai

acuan nasional dalam menyusun kebijakan antibiotik dan pedoman antibiotik bagi

rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya,baik milik pemerintah

maupun swasta.

1.2 Identifikasi dan rumusan masalah

Berdasarkan banyaknya kejadian resistensi antibiotik maka dapat

diidentifikasi masalah sebagai berikut :

1. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang cara penggunaan antibiotik

yang tepat

2. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang dampak dan bahaya dari

resistensi antibiotik.

Tujuan kegiatan

1. Tujuan umum :

Setelah dilaksanakan promosi kesehatan dengan tema “Resistensi

Antibiotik” pada masyarakat diharapkan dapat terjadi peningkatan derajat

kesehatan, pengetahuan tentang cara penggunaan antibiotik yang tepat,

serta dampak dan bahaya resistensi antibiotik dalam kehidupan keluarga

dan masyarakat.

2. Tujuan khusus :

Setelah dilaksanakannya promosi kesehatan diharapkan dapat

meningkatkan pengetahuan peserta tentang resistensi antibiotik dan,

mengetahui penyebab, serta dampak/bahaya resistensi antibiotik dan cara

pencegahannya.

Fakultas Farmasi Program Profesi Apoteker Angkatan XXIXUniversitas Setia Budi

Page 8: resistensi antibiotik.docx

13

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Instansi Pemerintah

1.3 Manfaat Kegiatan

Dengan adanya kegiatan penyuluhan ini diharapkan dapat memberi

manfaat dan menambah pengetahuan masyarakat tentang penyakit cara

penggunaan antibiotik yang tepat, cara pencegahannya, serta dampak dan

bahaya resistensi antibiotik.

1.4 Sasaran Penyuluhan

Pasien yang berkunjunng ke puskesmas Purwodiningratan.

1.5 Tempat Dan Pelaksanaan

Waktu : Hari Kamis, 21 Mei 2015

Pukul : 08.00 – Selesai

Tempat : Puskesmas Purwodiningratan

1.6 Isi Materi

1. Pengertian resistensi antibiotik

2. Penyebab resistensi antibiotik

3. Tanda dan gejala resistensi antibiotik

4. Pencegahan resistensi antibiotik

1.7 Metode

Ceramah

Tanya jawab

1.8 Rencana Kegiatan

1. Persiapan

Perencananaan kegiatan penyuluhan

Menyiapkan materi dan leaflet

Fakultas Farmasi Program Profesi Apoteker Angkatan XXIXUniversitas Setia Budi

Page 9: resistensi antibiotik.docx

13

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Instansi Pemerintah

2. Pelaksanaan

Diawali dengan perkenalan diri

Menjelaskan maksud dan tujuan

Pembagian leaflet

Menyampaikan materi

Pemberian bingkisan bagi yang bertanya

Diskusi tanya jawab

1.9 Evaluasi

1. Kriteria evaluasi pelaksanaan

Pasien mengikuti penyuluhan dari awal hingga selesai

Warga berespon positif dan aktif dalam proses penyuluhan

2. Kriteria evaluasi materi

Pasien dapat menerima dan mengerti terhadap materi yang

disampaikan penyuluh

Pasien dapat menerima dan mengerti penyebab penyakit

resistensi antibiotik

Pasien dapat menerima dan mengerti tentang tanda dan gejala

penyakit resistensi antibiotik

Pasien dapat menerima dan mengerti pencegahan dan penenganan resistensi antibiotik

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Antibiotik

2.1.1 Pengertian Antibiotik

Fakultas Farmasi Program Profesi Apoteker Angkatan XXIXUniversitas Setia Budi

Page 10: resistensi antibiotik.docx

13

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Instansi Pemerintah

Antibiotika adalah zat-zat kimia oleh yang dihasilkan oleh fungi

dan bakteri, yang memiliki khasiat mematikan ataumenghambat

pertumbuhan kuman, sedangkan toksisitasnya bagi manusia relatif kecil.

Turunan zat-zat ini, yang dibuat secara semi-sintesis, juga termasuk

kelompok ini, begitu pula senyawa sintesis dengan khasiat antibakteri

(Tjay & Rahardja, 2007). Antibiotik adalah zat biokimia yang diproduksi

oleh mikroorganisme, yang dalam jumlah kecik dapat menghambat

pertumbuhan atau membunuh pertumbuhan mikroorganisme lain (Harmita

dan Radji, 2008).

2.1.2 Penggolongan Antibiotik

Penggolongan antibiotik secara umum dapat diklasifikasikan sebagai

berikut :

1. Berdasarkan struktur kimia antibiotik (Tjay & Rahardja, 2007)

a. Golongan Beta-Laktam, antara lain golongan sefalosporin (sefaleksin,

sefazolin, sefuroksim, sefadroksil, seftazidim), golongan monosiklik,

dan golongan penisilin (penisilin, amoksisilin). Penisilin adalah suatu

agen antibakterial alami yang dihasilkan dari jamur jenis Penicillium

chrysognum.

b. Antibiotik golongan aminoglikosida, aminoglikosida dihasilkan oleh

jenis-jenis fungi Streptomyces dan Micromonospora. Semua

senyawa dan turunan semi-sintesisnya mengandung dua atau tiga

gula-amino di dalam molekulnya, yang saling terikat secara

glukosidis. Spektrum kerjanya luas dan meliputi terutama banyak

bacilli gram-negatif. Obat ini juga aktif terhadap gonococci dan

sejumlah kuman gram-positif. Aktifitasnya adalah bakterisid,

berdasarkan dayanya untuk menembus dinding bakteri dan mengikat

Fakultas Farmasi Program Profesi Apoteker Angkatan XXIXUniversitas Setia Budi

Page 11: resistensi antibiotik.docx

13

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Instansi Pemerintah

diri pada ribosom di dalam sel. Contohnya streptomisin, gentamisin,

amikasin, neomisin, dan paranomisin.

c. Antibiotik golongan tetrasiklin, khasiatnya bersifat bakteriostatis,

hanya melalui injeksi intravena dapat dicapai kadar plasma yang

bakterisid lemah. Mekanisme kerjanya berdasarkan diganggunya

sintesa protein kuman. Spektrum antibakterinya luas dan meliputi

banyak cocci gram positif dan gram negatif serta kebanyakan bacilli.

Tidak efektif Pseudomonas dan Proteus, tetapi aktif terhadap mikroba

khusus Chlamydia trachomatis (penyebab penyakit mata trachoma dan

penyakit kelamin), dan beberapa protozoa (amuba) lainnya. Contohnya

tetrasiklin, doksisiklin, dan monosiklin.

d. Antibiotik golongan makrolida, bekerja bakteriostatis terhadap

terutama bakteri gram-positif dan spectrum kerjanya mirip Penisilin-G.

Mekanisme kerjanya melalui pengikatan reversibel pada ribosom

kuman, sehingga sintesa proteinnya dirintangi. Bila digunakan terlalu

lama atau sering dapat menyebabkan resistensi. Absorbinya tidak

teratur, agak sering menimbulkan efek samping lambung-usus, dan

waktu paruhnya singkat, maka perlu ditakarkan sampai 4x sehari. e.

Antibiotik golongan linkomisin, dihasilkan oleh srteptomyces

lincolnensis (AS 1960). Khasiatnya bakteriostatis dengan spektrum

kerja lebih sempit daripada makrolida,n terutama terhadap kuman

gram positif dan anaerob. Berhubung efek sampingnya hebat kini

hanya digunakan bila terdapat resistensi terhadap antibiotika lain.

Contohnya linkomisin.

f. Antibiotik golongan kuinolon, senyawa-senyawa kuinolon berkhasiat

bakterisid pada fase pertumbuhan kuman, berdasarkan inhibisi

terhadap enzim DNA-gyrase kuman, sehingga sintesis DNAnya

Fakultas Farmasi Program Profesi Apoteker Angkatan XXIXUniversitas Setia Budi

Page 12: resistensi antibiotik.docx

13

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Instansi Pemerintah

dihindarkan. Golongan ini hanya dapat digunakan pada infeksi saluran

kemih (ISK) tanpa komplikasi.

g. Antibiotik golongan kloramfenikol, kloramfenikol mempunyai

spektrum luas. Berkhasiat bakteriostatis terhadap hampir semua

kuman gram positif dan sejumlah kuman gram negatif. Mekanisme

kerjanya berdasarkan perintangan sintesa polipeptida kuman.

Contohnya kloramfenikol.

2. Berdasarkan sifat toksisitas selektif, ada antibiotik yang bersifat

bakteriostatik dan ada yang bersifat bakterisid (Anonim, 2008).

Agen bakteriostatik menghambat pertumbuhan bakteri. Sedangkan

agen bakterisida membunuh bakteri. Perbedaan ini biasanya tidak penting

secara klinis selama mekanisme pertahanan pejamu terlibat dalam

eliminasi akhir patogen bakteri. Pengecualiannya adalah terapi infeksi

pada pasien immunocompromised dimana menggunakan agen-agen

bakterisida (Neal, 2006). Kadar minimal yang diperlukan untuk

menghambat pertumbuhan mikroba atau membunuhnya, masing-masing

dikenal sebagai kadar hambat minimal (KHM) dan kadar bunuh minimal

(KBM). Antibiotik tertentu aktivitasnya dapat meningkat dari

bakteriostatik menjadi bakterisid bila kadar antimikrobanya ditingkatkan

melebihi KHM (Anonim, 2008).

3. Berdasarkan mekanisme kerjanya terhadap bakteri, antibiotik

dikelompokkan

sebagai berikut (Stringer, 2006) :

Fakultas Farmasi Program Profesi Apoteker Angkatan XXIXUniversitas Setia Budi

Page 13: resistensi antibiotik.docx

13

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Instansi Pemerintah

a.Inhibitor sintesis dinding sel bakteri memiliki efek bakterisidal

dengan cara memecah enzim dinding sel dan menghambat enzim

dalam sintesis dinding sel. Contohnya antara lain golongan β-Laktam

seperti penisilin, sefalosporin, karbapenem, monobaktam, dan

inhibitor sintesis dinding sel lainnya seperti vancomysin, basitrasin,

fosfomysin, dan daptomysin.

b.Inhibitor sintesis protein bakteri memiliki efek bakterisidal atau

bakteriostatik dengan cara menganggu sintesis protein tanpa

mengganggu sel-sel normal dan menghambat tahap-tahap sintesis

protein. Obat- obat yang aktivitasnya menginhibitor sintesis protein

bakteri seperti aminoglikosida, makrolida, tetrasiklin, streptogamin,

klindamisin, oksazolidinon, kloramfenikol.

c.Mengubah permeabilitas membran sel memiliki efek bakteriostatik

dan bakteriostatik dengan menghilangkan permeabilitas membran

dan oleh karena hilangnya substansi seluler menyebabkan sel menjadi

lisis. Obat- obat yang memiliki aktivitas ini antara lain polimiksin,

amfoterisin B, gramisidin, nistatin, kolistin.

d.Menghambat sintesa folat mekanisme kerja ini terdapat pada obat-

obat seperti sulfonamida dan trimetoprim. Bakteri tidak dapat

mengabsorbsi asam folat, tetapi harus membuat asam folat dari PABA

(asam para amino benzoat), dan glutamat. Sedangkan pada manusia,

asam folat merupakan vitamin dan kita tidak dapat menyintesis asam

folat. Hal ini menjadi suatu target yang baik dan selektif untuk

senyawa-senyawa antimikroba.

e.Mengganggu sintesis DNA mekanisme kerja ini terdapat pada obat-

obat seperti metronidasol, kinolon, novobiosin. Obat-obat ini

Fakultas Farmasi Program Profesi Apoteker Angkatan XXIXUniversitas Setia Budi

Page 14: resistensi antibiotik.docx

13

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Instansi Pemerintah

menghambat asam deoksiribonukleat (DNA) girase sehingga

mengahambat sintesis DNA. DNA girase adalah enzim yang terdapat

pada bakteri yang menyebabkan terbukanya dan terbentuknya

superheliks pada DNA sehingga menghambat replikasi DNA.

4. Berdasarkan aktivitasnya, antibiotik dikelompokkan sebagai berikut

(Kee, 1996) :

a.Antibiotika spektrum luas (broad spectrum) contohnya seperti

tetrasiklin dan sefalosporin efektif terhadap organism baik gram positif

maupun gram negatif. Antibiotik berspektrum luas sering kali dipakai

untuk mengobati penyakit infeksi yang menyerang belum

diidentifikasi dengan pembiakan dan sensitifitas.

b.Antibiotika spektrum sempit (narrow spectrum) golongan ini terutama

efektif untuk melawan satu jenis organisme. Contohnya penisilin dan

eritromisin dipakai untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh

bakteri gram positif. Karena antibiotik berspektrum sempit bersifat

selektif, maka obat-obat ini lebih aktif dalam melawan organisme

tunggal tersebut daripada antibiotik berspektrum luas.

5. Berdasarkan daya hambat antibiotik, terdapat 2 pola hambat antibiotik

terhadap

kuman yaitu (Anonim, 2008) :

a.Time dependent killing. Pada pola ini antibiotik akan menghasilkan

daya bunuh maksimal jika kadarnya dipertahankan cukup lama di atas

Kadar Hambat Minimal kuman. Contohnya pada antibiotik penisilin,

sefalosporin, linezoid, dan eritromisin.

Fakultas Farmasi Program Profesi Apoteker Angkatan XXIXUniversitas Setia Budi

Page 15: resistensi antibiotik.docx

13

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Instansi Pemerintah

b.Concentration dependent killing. Pada pola ini antibiotik akan

menghasilkan daya bunuh maksimal jika kadarnya relatif tinggi atau

dalam dosis besar, tapi tidak perlu mempertahankan kadar tinggi ini

dalam waktu lama. Contohnya pada antibiotik aminoglikosida,

fluorokuinolon, dan ketolid.

2.1.3 Penggunaan Antibiotik

Hasil studi di Indonesia, Pakistan dan India menunjukkan bahwa lebih

dari 70% pasien diresepkan antibiotik. Dan hampir 90% pasien

mendapatkan suntikan antibiotik yang sebenarnya tidak diperlukan. Hasil

sebuah studi pendahuluan di New Delhi mengenai persepsi masyarakat

dan dokter tentang penggunaan antibiotik, 25% responden menghentikan

penggunaan antibiotik ketika pasien tersebut mulai merasa lebih baik,

akan tetapi pada kenyataanya penghentian pemberian antibiotik sebelum

waktu yang seharusnya, dapat memicu resistensi antibiotik tersebut. Pada

47% responden, mereka akan mengganti dokternya jika dokter tersebut

tidak meresepkan antibiotik, dan 18% orang menyimpan antibiotik dan

akan mereka gunakan lagi untuk dirinya sendiri atau untuk keluarganya,

sedangkan 53% orang akan mengobati dirinya sendiri dengan antibiotik

ketika sakit. Dan 16% dokter meresepkan antibiotik pada pasien dengan

demam yang tidak spesifik, 17% dokter merasa pasien dengan batuk perlu

antibiotik, 18% dokter merekomendasikan antibiotik untuk diare dan 49%

dokter mengobati telinga bernanah dengan antibiotik. Penggunaan dan

penggunaan antibiotik yang terlalu berlebihan tersebut dapat memicu

terjadinya resistensi antibiotik (WHO, 2011).

2.1.4 Efek Samping Antibiotik

Fakultas Farmasi Program Profesi Apoteker Angkatan XXIXUniversitas Setia Budi

Page 16: resistensi antibiotik.docx

13

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Instansi Pemerintah

Penggunaan antibiotik yang sembarangan dan tidak tepat dosis, dapat

menggagalkan terapi pengobatan yang sedang dilakukan. Selain itu dapat

menimbulkan bahaya seperti :

1. Resistensi, ialah tidak terganggunya sel mikroba oleh antibiotik yang

merupakan suatu mekanisme alami untuk bertahan hidup. Ini dapat

terjadi apabila antibiotik diberikan atau digunakan dengan dosis yang

terlalu rendah atau masa terapi yang tidak tepat.

2. Suprainfeksi, yaitu infeksi sekunder yang timbul ketika pengobatan

terhadap infeksi primer sedang berlangsung dimana jenis dan infeksi

yang timbul berbeda dengan infeksi primer (Tjay & Rahardja, 2007).

2.1.5 Resistensi Antibiotik

Hasil penelitian pada tahun 2003, Kejadian resistensi terhadap penicilin

dan tetrasiklin oleh bakteri patogen diare dan Neisseria gonorrhoeae telah

hampir mencapai 100% di seluruh area di Indonesia (Hadi dkk, 2008).

Resistensi terhadap antibiotik bisa di dapat atau bawaan. Pada resistensi

bawaan, gen yang mengkode mekanisme resistensi ditransfer dari satu

organisme ke organisme lain (Anonim, 2008). Secara klinis resistensi

yang di dapat, adalah dimana bakteri yang pernah sensitif terhadap suatu

obat menjadi resisten.

2.1.6 Penggunaan Antibiotik yang Rasional

Kunci untuk mengontrol penyebaran bakteri yang resisten adalah dengan

menggunakan antibiotika secara tepat dan rasional. Pengobatan rasional

Fakultas Farmasi Program Profesi Apoteker Angkatan XXIXUniversitas Setia Budi

Page 17: resistensi antibiotik.docx

13

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Instansi Pemerintah

dimaksudkan agar masyarakat mendapatkan pengobatan sesuai dengan

kebutuhan klinisnya, dalam dosis yang tepat bagi kebutuhan individunya,

untuk waktu yang cukup dan dengan biaya yang paling terjangkau bagi

diri dan komunitasnya (Darmansjah, 2011). WHO menyatakan bahwa

lebih dari setengah penggunaan obat diberikan secara tidak rasional

(WHO, 2001). Menurut WHO, kriteria pemakaian obat yang rasional,

antara lain :

a.Sesuai dengan indikasi penyakit Pengobatan didasarkan atas keluhan

individual dan hasil pemeriksaan fisik.

b.Diberikan dengan dosis yang tepat Pemberian obat memperhitungkan

umur, berat badan dan kronologis penyakit.

c.Cara pemberian dengan interval waktu pemberian yang tepat. Jarak

minum obat sesuai dengan aturan pemakaian yang telah ditentukan.

d.Lama pemberian yang tepat. Pada kasus tertentu memerlukan pemberian

obat dalam jangka waktu tertentu.

e. Obat yang diberikan harus efektif dengan mutu terjamin. Hindari

pemberian obat yang kedaluarsa dan tidak sesuai dengan jenis keluhan

penyakit. f. Tersedia setiap saat dengan harga yang terjangkau. Jenis obat

mudah didapatkan dengan harganya relatif murah.

f.Meminimalkan efek samping dan alergi obat

2.1.7 Sediaan Antibiotik

Fakultas Farmasi Program Profesi Apoteker Angkatan XXIXUniversitas Setia Budi

Page 18: resistensi antibiotik.docx

13

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Instansi Pemerintah

Bahan obat jarang diberikan sendiri-sendiri, tetapi lebih sering merupakan

suatu formula yang dikombinasikan dengan satu atau lebih zat bukan obat

yang bermanfaat untuk kegunaan farmasi yang bermacam-macam dan

khusus. Melalui penggunaan yang selektif dari zat obat ini sebagai bahan

farmasi akan dihasilkan sediaan farmasi atau bentuk sediaan dengan tipe

yang bermacam-macam (Ansel, 2008).

2.1.8 Kebijakan Pemerintah Tentang Kewajiban Menggunakan Obat Generik

Ketersediaan obat generik dalam jumlah dan jenis yang cukup,

terjangkau oleh masyarakat serta terjamin mutu dan keamanannya, perlu

digerakkan dan didorong penggunaannya di fasilitas pelayanan kesehatan

pemerintah agar penggunaan obat generik dapat berjalan efektif dengan

menetapkan kewajiban menuliskan resep dan/atau menggunakan Obat

Generik di fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah dengan peraturan

Menteri Kesehatan (Anonim, 2010).

Fakultas Farmasi Program Profesi Apoteker Angkatan XXIXUniversitas Setia Budi

Page 19: resistensi antibiotik.docx

13

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Instansi Pemerintah

PEMBAHASAN

Kegiatan Promosi kesehatan yang telah kami lakukan di kelurahan

Purwodininggratan Surakarta memberikan suatu informasi baru bagi

masyarakat sekitar. Hal ini di buktikan dengan besarnya antusias

masyarakat dalam mengikuti penyuluhan kesehatan yang membahas

tentang resistensi Antibiotik. Ternyata masih banyak dmasyarakat yang

belum mengetahui tentang apa itu antibiotik dan mengapa antibiotik dapat

menyebabkan resistensi.

Banyak dari mereka mengajukan pertanyaanpertanyaan yang berkaitan

dengan Antibiotik dan penggunaannya, serta apa penyebab dari resistensi

antibiotik tersebut, namun tidak sedikit juga dari masyarakat yang

menanyaka halhal yang tidak berkaitan dengan tema dari penyuluhan,

namun masih dalam lingkup pelayanan informasi obat.

Beberapa pertanyaan yang di ajukan, mengenai apa itu antibiotik dan obat

obat yang tergolong antibiotik, bagaimana cara mengkonsumsi antibiotik

yang seharusnya, apa yang dimaksud dengan Resistensi antibiotik serta

penyebab terjadinya resistensi antibiotik, dan dampak yang dapat di

terima jika telah mangalami resistensi antibiotik.

Pertanyaan pertanyaan lain yang diluar konteks penyuluhan diantaranya

apakah aman jika membeli obat obatan di warung, apakah povidon

(bethadine) termasuk antibiotik.

Berdasarkan pertanyaan pertanyaan yang diajukan, kami memberikan

jawaban sebagai berikut

Fakultas Farmasi Program Profesi Apoteker Angkatan XXIXUniversitas Setia Budi

Page 20: resistensi antibiotik.docx

13

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Instansi Pemerintah

Antibiotika adalah zat-zat kimia oleh yang dihasilkan oleh fungi dan

bakteri, yang memiliki khasiat mematikan ataumenghambat pertumbuhan

kuman, sedangkan toksisitasnya bagi manusia relatif kecil.

Penggolongan antibiotik:

1. Golongan Beta-Laktam, antara lain golongan sefalosporin

(sefaleksin, sefazolin, sefuroksim, sefadroksil, seftazidim),

golongan monosiklik, dan golongan penisilin (penisilin,

amoksisilin).

2. Antibiotik golongan aminoglikosida, Aktifitasnya adalah

bakterisid, berdasarkan dayanya untuk menembus dinding bakteri

dan mengikat diri pada ribosom di dalam sel. Contohnya

streptomisin, gentamisin, amikasin, neomisin, dan paranomisin.

3. Antibiotik golongan tetrasiklin, khasiatnya bersifat bakteriostatis,

Mekanisme kerjanya berdasarkan diganggunya sintesa protein

kuman. Contohnya tetrasiklin, doksisiklin..

4. Antibiotik golongan makrolida, bekerja bakteriostatis terhadap

terutama bakteri gram-positif dan spectrum kerjanya mirip

Penisilin-G. Mekanisme kerjanya melalui pengikatan reversibel

pada ribosom kuman, sehingga sintesa proteinnya dirintangi. Bila

digunakan terlalu lama atau sering dapat menyebabkan resistensi.

Contohnya linkomisin.

5. Antibiotik golongan kuinolon, senyawa-senyawa kuinolon

berkhasiat bakterisid pada fase pertumbuhan kuman, berdasarkan

Fakultas Farmasi Program Profesi Apoteker Angkatan XXIXUniversitas Setia Budi

Page 21: resistensi antibiotik.docx

13

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Instansi Pemerintah

inhibisi terhadap enzim DNA-gyrase kuman, sehingga sintesis

DNAnya dihindarkan..

6. Antibiotik golongan kloramfenikol, kloramfenikol mempunyai

spektrum luas. Berkhasiat bakteriostatis terhadap hampir semua

kuman gram positif dan sejumlah kuman gram negatif.

Mekanisme kerjanya berdasarkan perintangan sintesa polipeptida

kuman. Contohnya kloramfenikol.

Fakultas Farmasi Program Profesi Apoteker Angkatan XXIXUniversitas Setia Budi

Page 22: resistensi antibiotik.docx

13

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Instansi Pemerintah

LAMPIRAN

Fakultas Farmasi Program Profesi Apoteker Angkatan XXIXUniversitas Setia Budi

Page 23: resistensi antibiotik.docx

13

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Instansi Pemerintah

Fakultas Farmasi Program Profesi Apoteker Angkatan XXIXUniversitas Setia Budi