Renungan Di Malam Siva
Transcript of Renungan Di Malam Siva
-
7/28/2019 Renungan Di Malam Siva
1/4
RENUNGAN DI MALAM SIVA
OM Swastyastu...
Terima kasih atas kesempatan yang telah diberikan kepada saya untuk membawakan dharma
wacana yang berjudul Renungan di Malam Siva.
Pertama-tama mari kita haturkan puji syukur kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan
Yang Maha Esa, karena hanya berkat rahmat yang melimpah dari Beliau yang dapat
membuat kita semua dapat berkumpul dalam keadaan yang sehat pada hari ini. Baiklah,
untuk mempersingkat waktu, saya akan akan langsung saja memulai untuk menyampaikan
dharma wacana ini.
Setiap agama di dunia ini mempunyai cara tersendiri dalam memberikan pelajaran pada
umatnya, begitu juga setiap Nabi, Orang suci, apapun namanya juga memberikan teknik
tersendiri dalam mengenal Tuhanya masing-masing. Agama Hindu merupakan agama yang
tertua di antara agama yang lain tidak kalah hebatnya memberikan cara, aturan, teknik, untukmengenal jati diri atau meresapi kehidupan sekaligus mengenal Tuhan lewat "Peleburan
Dosa" atau yang umum di sebut Siwa Latri, konon katanya apabila kita bisa melewati satu
malam dengan melakuan japa, puasa, atau semedi dengan mengingat Tuhan dalam
konsentrasi terus menerus segala dosa kita akan TERHAPUS.. begitulah cerita bapak saya
waktu saya kecil sembari di iringai dengan kisah Lubdhaka.
Timbul pertanyaan dalam hati, segampang itukah manusia menebus dosa hanya satu malam
langsung Tuhan mengampuni segala dosa dan sumpah serapah kita?
Sebagai anak kecil waktu itu saya membutuhkan jawaban yang pasti...namun, kepada siapa
saya bertanya, bahkan semua menjawab "anak mule keto cening". Begitukah memang ataumungkin juga tidak tahu, sayapun terpaku dalam ketidak pastian.
Dalam Siwalatri Kalpa juga dijelaskan hampir mirip dengan cerita bapak saya, sehingga saya
melakukan bakti Siwalatri dengan teramat buta, tidak tahu kebenaran serta filosofinya.
Bahkan sekarang juga saat ini, saya mengamati sepasang muda-mudi melaksanakan
pebrataan Siwalatri di bawah rindangnya pohon bakau berduri di pesisir pantai, entah...apa
yang di lakukan? Malam Siwalatri berubah menjadi malam kenikmatan yang penuh dengan
desahan nafas serta rintihan nikmat.
Saya berlari dengan hati teriris menyaksikan pemandangan itu menuju ke sebuah pura, aroma
wangi dupa menyambar hidung bangkitkan bakti yang tak terbendung, terlihat orang-orang
tua, duduk dengan santai sambil menghisap rokok, dan tak jauh dari mereka juga ada orang-
orang duduk bersila melingkar rapi laksana kumandangkan Bajan ( kidung Brahman)
alangkah kagetnya...tangan mereka dengan sangat lincah merapikan kartu-kartu CEKI karena
baru saja temanya dapat memenangkan permainan tersebut.
Di saat seseorang dengan penuh bakti menggulirkan buliran-buliran tasbih menyebut nama
Tuhan, tangan mereka trampil juga mengangkat gelas yang di penuhi dengan Tuak
( minuman tradisional) apakah ini sebuah cara bagi mereka untuk melewatkan malam yang
penuh dengan asap yang keluar dari kepala Maha Siva? ataukah mereka tidak mengerti
dengan apa itu Siwalatri"asalkan begadang aja n lulus sampai pagi dosa gue terampuni"
mungkin begitu pikirnya...
-
7/28/2019 Renungan Di Malam Siva
2/4
Di sisi yang lain juga saya temukan segrombolan orang melakukan AGNI HOTRA, sambil
mengidungkan OM NAMAH SIVAYA, gerakan mereka penuh dengan irama spirit, ada juga
hanya dengan melakukan puja trisandya sambil berjapa, terbias dari wajah mereka tanda-
tanda kemenangan atas penaklukan pikirannya.
Dua sisi yang penuh berlainan inikah keseimbangan?, atau ini merupakan sebuah masalah dikemudian hari untuk anak, cucu kita, entah apalagi yang berkecamuk dalam pikiran saya,
bagaikan Lubdaka saya sibuk mengamati dan memikirkan tingkah mereka dari dua cara yang
berlainan untuk memenangkan kebebasan dari sebuah dosa.
Pada suatu titik konsentrasi saya menemukan jawaban, kitalah yang bodoh mengartikan
malam yang penuh dengan rahmat dengan sebuah cerita yang tidak lengkap dari Lubdaka,
siapakah Lubdaka itu..apakah benar-benar ada cerita tersebut atau hanya dongeng untuk
menakut-nakuti kita? Bukankah dengan cerita sepenggal kita akan mengambil gampangnya
saja untuk penebusan dosa seperti yang saya lihat di sekitar saya ? Saya kira kita sepakat
mempunyai pertanyaan seperti itu hendaknya kita cerdas dan menerima cerita lubdaka
dengan spirit bukan dengan panca indra.
Yang jelas kita kekurangan tenaga-tenaga trampil intuk memberikan darma tula tentang
keagamaan khususnya tentang malam Siwa latri, bagaikan menanam benih jagung maka
jagunglah yang akan tumbuh bukan kacang itulah faktanya selama ini.
Lain daerah lain pula cerita tentang Sivalatri, di India sebagian penganut dan faham
Siwasisme mempunyai cerita yang menarik , walau mungkin itu sekedar cerita bagi
pengikutnya. Di kisahkan Siwa sedang bercakap-cakap dengan istrinya Parwati, dalam
percakapan itu bertanyalah Parwati kepada Siwa "wahai kanda semua para dewa amat hormat
kepadamu, begitu juga banyak pula pengikut kanda yang sangat hormat serta sujud di
kakimu, tapi kenapa kanda tidak adil terhadap mereka?", tanya parwati cemas. "Dinda
ketahuilah diantara sekian banyak pengikutku tidak ada yang tahu tentang kebenaran
pelajaran yang aku turunkan ke mereka, ada yang ingin hal duniawi, serta banyak pula yang
mereka inginkan selain itu."
"Lalu bagaimanakah caranya agar semua pengikut kanda bisa berada dalam
rangkulanmu serta bersatu denganmu", selidik Parwati.
"Dengarkanlah dinda, barang siapapun dari pengikutku yang setiap tengah malam, selalu
berdoa serta berserah diri kepadaku, pada saat malamku tiba ( siwa latri) aku akan
memberikan pencerahan kepadanya ( bukan menghapus dosa) apabila mereka tercerahkan
dan sadar bahwa setiap benda, mahkluk yang bergerak ataupun yang tidak, pohon semuanya
yang ada di tujuh dunia ini adalah ciptaanku, tidak seorangpun yang mampu memiliki secaraabadi, dan apabila mereka selalu mengatasnamakan diriku ketika berbuat pada saat itulah
mereka terbebas dari semua dosa, pahala dan keragu-raguan. Sangat bodolah para pengikutku
apabila dia menginginkan pencerahan tanpa usaha yang keras serta tanpa penyerahan diri
total, mereka tidak akan mendapatkan pencerahan hanya dengan satu malam, maka akupun
akan memberikan kegelapan pada pikiranya.Pada saat malamku ( siwalatri ) aku memberikan
pencerahan dan kegelapan itulah sifatku dari dulu, sekarang, dan nanti. Mereka semua adalah
berasal dari tubuhku dan semua harus kembali ke tubuhku.
Dari cerita di atas kita bisa ambil dua makna yaitu pencerahan, bukan peleburan dosa dan
untuk mendapatkan pencerahan tersebut kita membutuhkan kerja keras melalui sadhana
( disiplin spiritual) terus menerus setiap malam bukan satu malam saja. Mudah-mudahancerita di atas bisa di jadikan renungan pada malam siwa latri, serta malam-malam berikutnya
-
7/28/2019 Renungan Di Malam Siva
3/4
sebab setiap malam adalah malamnya siwa, namun dari sekian malam ada satu malam puncak
yaitu sehari sebelum tilem sasih kepitu.
Bukan bermaksud untuk menggantikan tokoh Lubdaka yang sudah populer di telinga kita
bahkan di setiap pelajaran anak sekolah dasar tahu cerita tersebut namun, sekedar sebagai
pembanding dari cerita yang pernah saya dengar di negeri rantau INDIA. Demikian pulabukan berarti saya guru menara gading, atau orang suci, saya hanyalah anak manusia biasa
yang mencarai kebenaran, bukan pembawa kebenaran.
Om shanti, shanti, shanti om...
TUGAS AGAMA
-
7/28/2019 Renungan Di Malam Siva
4/4
DHARMA WACANA
OLEH :
GEDE PADMA AMRITA
07700044
FAKULTAS KEDOTERAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
2008