Renungan Di Malam Siva

download Renungan Di Malam Siva

of 4

Transcript of Renungan Di Malam Siva

  • 7/28/2019 Renungan Di Malam Siva

    1/4

    RENUNGAN DI MALAM SIVA

    OM Swastyastu...

    Terima kasih atas kesempatan yang telah diberikan kepada saya untuk membawakan dharma

    wacana yang berjudul Renungan di Malam Siva.

    Pertama-tama mari kita haturkan puji syukur kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan

    Yang Maha Esa, karena hanya berkat rahmat yang melimpah dari Beliau yang dapat

    membuat kita semua dapat berkumpul dalam keadaan yang sehat pada hari ini. Baiklah,

    untuk mempersingkat waktu, saya akan akan langsung saja memulai untuk menyampaikan

    dharma wacana ini.

    Setiap agama di dunia ini mempunyai cara tersendiri dalam memberikan pelajaran pada

    umatnya, begitu juga setiap Nabi, Orang suci, apapun namanya juga memberikan teknik

    tersendiri dalam mengenal Tuhanya masing-masing. Agama Hindu merupakan agama yang

    tertua di antara agama yang lain tidak kalah hebatnya memberikan cara, aturan, teknik, untukmengenal jati diri atau meresapi kehidupan sekaligus mengenal Tuhan lewat "Peleburan

    Dosa" atau yang umum di sebut Siwa Latri, konon katanya apabila kita bisa melewati satu

    malam dengan melakuan japa, puasa, atau semedi dengan mengingat Tuhan dalam

    konsentrasi terus menerus segala dosa kita akan TERHAPUS.. begitulah cerita bapak saya

    waktu saya kecil sembari di iringai dengan kisah Lubdhaka.

    Timbul pertanyaan dalam hati, segampang itukah manusia menebus dosa hanya satu malam

    langsung Tuhan mengampuni segala dosa dan sumpah serapah kita?

    Sebagai anak kecil waktu itu saya membutuhkan jawaban yang pasti...namun, kepada siapa

    saya bertanya, bahkan semua menjawab "anak mule keto cening". Begitukah memang ataumungkin juga tidak tahu, sayapun terpaku dalam ketidak pastian.

    Dalam Siwalatri Kalpa juga dijelaskan hampir mirip dengan cerita bapak saya, sehingga saya

    melakukan bakti Siwalatri dengan teramat buta, tidak tahu kebenaran serta filosofinya.

    Bahkan sekarang juga saat ini, saya mengamati sepasang muda-mudi melaksanakan

    pebrataan Siwalatri di bawah rindangnya pohon bakau berduri di pesisir pantai, entah...apa

    yang di lakukan? Malam Siwalatri berubah menjadi malam kenikmatan yang penuh dengan

    desahan nafas serta rintihan nikmat.

    Saya berlari dengan hati teriris menyaksikan pemandangan itu menuju ke sebuah pura, aroma

    wangi dupa menyambar hidung bangkitkan bakti yang tak terbendung, terlihat orang-orang

    tua, duduk dengan santai sambil menghisap rokok, dan tak jauh dari mereka juga ada orang-

    orang duduk bersila melingkar rapi laksana kumandangkan Bajan ( kidung Brahman)

    alangkah kagetnya...tangan mereka dengan sangat lincah merapikan kartu-kartu CEKI karena

    baru saja temanya dapat memenangkan permainan tersebut.

    Di saat seseorang dengan penuh bakti menggulirkan buliran-buliran tasbih menyebut nama

    Tuhan, tangan mereka trampil juga mengangkat gelas yang di penuhi dengan Tuak

    ( minuman tradisional) apakah ini sebuah cara bagi mereka untuk melewatkan malam yang

    penuh dengan asap yang keluar dari kepala Maha Siva? ataukah mereka tidak mengerti

    dengan apa itu Siwalatri"asalkan begadang aja n lulus sampai pagi dosa gue terampuni"

    mungkin begitu pikirnya...

  • 7/28/2019 Renungan Di Malam Siva

    2/4

    Di sisi yang lain juga saya temukan segrombolan orang melakukan AGNI HOTRA, sambil

    mengidungkan OM NAMAH SIVAYA, gerakan mereka penuh dengan irama spirit, ada juga

    hanya dengan melakukan puja trisandya sambil berjapa, terbias dari wajah mereka tanda-

    tanda kemenangan atas penaklukan pikirannya.

    Dua sisi yang penuh berlainan inikah keseimbangan?, atau ini merupakan sebuah masalah dikemudian hari untuk anak, cucu kita, entah apalagi yang berkecamuk dalam pikiran saya,

    bagaikan Lubdaka saya sibuk mengamati dan memikirkan tingkah mereka dari dua cara yang

    berlainan untuk memenangkan kebebasan dari sebuah dosa.

    Pada suatu titik konsentrasi saya menemukan jawaban, kitalah yang bodoh mengartikan

    malam yang penuh dengan rahmat dengan sebuah cerita yang tidak lengkap dari Lubdaka,

    siapakah Lubdaka itu..apakah benar-benar ada cerita tersebut atau hanya dongeng untuk

    menakut-nakuti kita? Bukankah dengan cerita sepenggal kita akan mengambil gampangnya

    saja untuk penebusan dosa seperti yang saya lihat di sekitar saya ? Saya kira kita sepakat

    mempunyai pertanyaan seperti itu hendaknya kita cerdas dan menerima cerita lubdaka

    dengan spirit bukan dengan panca indra.

    Yang jelas kita kekurangan tenaga-tenaga trampil intuk memberikan darma tula tentang

    keagamaan khususnya tentang malam Siwa latri, bagaikan menanam benih jagung maka

    jagunglah yang akan tumbuh bukan kacang itulah faktanya selama ini.

    Lain daerah lain pula cerita tentang Sivalatri, di India sebagian penganut dan faham

    Siwasisme mempunyai cerita yang menarik , walau mungkin itu sekedar cerita bagi

    pengikutnya. Di kisahkan Siwa sedang bercakap-cakap dengan istrinya Parwati, dalam

    percakapan itu bertanyalah Parwati kepada Siwa "wahai kanda semua para dewa amat hormat

    kepadamu, begitu juga banyak pula pengikut kanda yang sangat hormat serta sujud di

    kakimu, tapi kenapa kanda tidak adil terhadap mereka?", tanya parwati cemas. "Dinda

    ketahuilah diantara sekian banyak pengikutku tidak ada yang tahu tentang kebenaran

    pelajaran yang aku turunkan ke mereka, ada yang ingin hal duniawi, serta banyak pula yang

    mereka inginkan selain itu."

    "Lalu bagaimanakah caranya agar semua pengikut kanda bisa berada dalam

    rangkulanmu serta bersatu denganmu", selidik Parwati.

    "Dengarkanlah dinda, barang siapapun dari pengikutku yang setiap tengah malam, selalu

    berdoa serta berserah diri kepadaku, pada saat malamku tiba ( siwa latri) aku akan

    memberikan pencerahan kepadanya ( bukan menghapus dosa) apabila mereka tercerahkan

    dan sadar bahwa setiap benda, mahkluk yang bergerak ataupun yang tidak, pohon semuanya

    yang ada di tujuh dunia ini adalah ciptaanku, tidak seorangpun yang mampu memiliki secaraabadi, dan apabila mereka selalu mengatasnamakan diriku ketika berbuat pada saat itulah

    mereka terbebas dari semua dosa, pahala dan keragu-raguan. Sangat bodolah para pengikutku

    apabila dia menginginkan pencerahan tanpa usaha yang keras serta tanpa penyerahan diri

    total, mereka tidak akan mendapatkan pencerahan hanya dengan satu malam, maka akupun

    akan memberikan kegelapan pada pikiranya.Pada saat malamku ( siwalatri ) aku memberikan

    pencerahan dan kegelapan itulah sifatku dari dulu, sekarang, dan nanti. Mereka semua adalah

    berasal dari tubuhku dan semua harus kembali ke tubuhku.

    Dari cerita di atas kita bisa ambil dua makna yaitu pencerahan, bukan peleburan dosa dan

    untuk mendapatkan pencerahan tersebut kita membutuhkan kerja keras melalui sadhana

    ( disiplin spiritual) terus menerus setiap malam bukan satu malam saja. Mudah-mudahancerita di atas bisa di jadikan renungan pada malam siwa latri, serta malam-malam berikutnya

  • 7/28/2019 Renungan Di Malam Siva

    3/4

    sebab setiap malam adalah malamnya siwa, namun dari sekian malam ada satu malam puncak

    yaitu sehari sebelum tilem sasih kepitu.

    Bukan bermaksud untuk menggantikan tokoh Lubdaka yang sudah populer di telinga kita

    bahkan di setiap pelajaran anak sekolah dasar tahu cerita tersebut namun, sekedar sebagai

    pembanding dari cerita yang pernah saya dengar di negeri rantau INDIA. Demikian pulabukan berarti saya guru menara gading, atau orang suci, saya hanyalah anak manusia biasa

    yang mencarai kebenaran, bukan pembawa kebenaran.

    Om shanti, shanti, shanti om...

    TUGAS AGAMA

  • 7/28/2019 Renungan Di Malam Siva

    4/4

    DHARMA WACANA

    OLEH :

    GEDE PADMA AMRITA

    07700044

    FAKULTAS KEDOTERAN

    UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

    2008