Kumpulan Renungan
description
Transcript of Kumpulan Renungan
As A Man Thinketh
Ayat bacaan: Amsal 23:7
====================
“Sebab seperti orang yang membuat perhitungan dalam dirinya sendiri demikianlah ia.”
Ada sebuah buku yang cukup menggemparkan ketika pertama kali diterbitkan pada tahun 1902.
Karya James Allen itu berjudul As A Man Thinketh (Seperti Yang Dipikirkan Seseorang),
bercerita tentang kekuatan pikiran untuk menjadi sukses. Kata As A Man Thinketh diambil dari
bagian pertama kitab Amsal 23:7. Mungkin dalam bahasa Indonesianya kurang jelas, seperti
yang dapat dibaca pada ayat bacaan hari ini. Tapi dalam bahasa Inggris versi King James, ayat
tersebut berbunyi: “For as he thinketh in his heart, so is he.” Kurang lebih kalau
diterjemahkan dalam bahasa sehari-hari bunyinya: You Are What You Think. Banyak orang
berpendapat bahwa apa yang ditulis James Allen tidaklah alkitabiah karena memusatkan segala
sesuatu pada pikiran manusia dan bukan pada Tuhan. Banyak pula yang berpendapat bahwa apa
yang perlu kita jaga sebenarnya adalah hati. Tidak salah, karena Amsal 4:23 berkata “jagalah
hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.” Lebih lanjut
Salomo berkata lagi, “Seperti air mencerminkan wajah, demikianlah hati manusia mencerminkan
manusia itu.”(Amsal 27:19). Tapi apakah benar pikiran tidak mempunyai peran sama sekali bagi
kita?Saya tidak akan fokus kepada benar tidaknya karya James Allen menurut alkitab. Yang
ingin saya tulis hari ini adalah bagaimana korelasi antar pikiran dengan perkembangan iman kita.
Sadar atau tidak, pikiran kita adalah salah satu faktor besar yang menentukan seperti apa hidup
kita, dan bagaimana hidup kita ke depan. Jika pikiran kita negatif, maka hidup kita pun akan
penuh dengan hal-hal negatif. Selalu curiga, sulit percaya, pesimis, keraguan, misalnya, adalah
beberapa diantaranya. Sebaliknya jika seseorang punya pikiran positif, maka hidupnya pun akan
berisikan hal-hal positif. Semangat, jujur, tekun, tabah, optimis, tidak berburuk sangka dan hal
positif lainnya akan menjadi pola kehidupan mereka. Pikiran negatif akan membuat orang hidup
tanpa pengharapan. Dan hidup tanpa pengharapan tidaklah sesuai dengan apa yang diinginkan
Tuhan buat kita. Orang yang pikirannya jahat hidupnya akan penuh dengan hal-hal jahat seperti
menipu, mencuri, menyakiti dan lain-lain. Sebaliknya orang yang pikirannya baik akan berlaku
santun pada orang lain, tidak cepat menuduh tanpa bukti dan sebagainya. Artinya, you are what
you think, atau as a man thinketh, memang berpengaruh dalam kehidupan kita.
Jika demikian, kemanakah sebaiknya pikiran kita dipusatkan, agar pikiran kita tetap sehat dan
tidak terkontaminasi dengan berbagai pikiran negatif, jahat atau kotor? Daud berkata, “TUHAN
adalah terangku dan keselamatanku, kepada siapakah aku harus takut? TUHAN adalah benteng
hidupku, terhadap siapakah aku harus gemetar?” (Mazmur 27:1). Ayat ini berbicara mengenai
kehidupan orang percaya yang berpusat pada Tuhan. Di dalam ayat ini terkandung pengertian
bahwa selalu ada pengharapan dan keyakinan jika kita berpusat pada Tuhan. Dalam kesempatan
lain, Tuhan Yesus berkata, “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku
Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia
kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu.”(Yohanes 14:27). Yesus adalah harta kita
terbesar, dan berpusat padaNya kita akan mendapat damai sejahtera Kristus, yang tidak akan
pernah sama seperti yang dapat diberikan dunia pada kita. Kemudian dalam Filipi 4:8, Paulus
berkata “Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang
adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut
kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.” Paulus mengajak kita semua untuk
mendasarkan pikiran kita terhadap hal-hal positif.
Pikiran negatif cepat atau lambat akan merusak hidup kita, mengganggu kesehatan kita dan akan
menjauhkan sukacita dari kehidupan kita. Hati memang harus kita jaga dengan baik, tapi jangan
lupa pikiran kita pun harus selalu kita pelihara baik. Kita bisa meraih sukses, berkat akan turun
atas usaha kita, bukan karena segalanya berpusat pada pikiran kita, tapi karena kita menaklukkan
pikiran kita untuk berpusat pada Kristus.
We are what we think, put our thought based on Christ and be blessed!
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
------
Mewariskan Iman Turun Temurun
Ayat bacaan: 2 Timotius 1:5
===========================
“Sebab aku teringat akan imanmu yang tulus ikhlas, yaitu iman yang pertama-tama hidup di
dalam nenekmu Lois dan di dalam ibumu Eunike dan yang aku yakin hidup juga di dalam
dirimu”Ada banyak orang mencapai sukses berkat perjuangan orang tuanya. Dalam kotbah salah
satu pendeta, saya pernah mendengar kisah seorang ibu yang diam-diam mengumpulkan beras
sisa ayakan demi membayar sekolah anaknya. Ibu saya dulu mengorbankan karirnya, berhenti
menjadi dokter agar fokus dalam membesarkan saya dan adik. Setelah kami berdua dewasa,
barulah ibu kembali membuka praktek. Di sisi lain, ada banyak juga anak yang hancur hidupnya,
karena tidak mendapatkan contoh yang baik di rumah. Keluarga yang retak, orang tua yang
sering bertengkar, ayah atau ibu selingkuh, orang tua korupsi dan lain-lain membuat anak-anak
mereka menjadi lepas kendali dan hidupnyaberantakan.Sadar atau tidak, anak akan mencontoh
perilaku orang tuanya dalam kehidupan sehari-hari. Ketika sebagian orang berpikir bahwa
mereka bisa memerintahkan anak untuk rajin berdoa, rajin ke gereja, sementara mereka tidak
memberi contoh yang sama, si anak pun berpotensi untuk menganggap itu semua hanyalah
sebuah perintah dari orang tua semata. Ketika sebagian orang tua terlihat rajin beribadah, tapi
kehidupannya tidak mencerminkan ajaran Tuhan, anak akan menganggap bahwa semua itu
hanyalah seremonial rutin yang tidak membawa manfaat apapun. Tidak jarang hal demikian
menimbulkan kepahitan dalam perkembangan si anak. Anak pelayan Tuhan sekalipun tidak
menjamin mereka untuk tumbuh menjadi anak yang takut akan Tuhan, jika orang tuanya tidak
memberi teladan yang benar dari kehidupan mereka untuk dicontoh.
Ayat hari ini memberi gambaran menarik akan hal itu. Timotius dikenal sebagai anak rohani
Paulus, seperti yang tertulis dalam 1 Timotius 1:2. Di usia mudanya, Timotius menjadi teman
sekerja Paulus dalam melayani. Ketika saya mencari tahu latar belakang dari Timotius, ternyata
awal perjumpaan Paulus dengan Timotius tertulis di Kisah Rasul 16:1. Ibu Timotius adalah
seorang Yahudi yang telah menerima Yesus, sedang ayahnya orang Yunani. Ayat hari ini
menjelaskan bahwa ternyata ibu dan nenek Timotius mempunyai peran sangat penting dalam
mendidiknya. Nenek dan ibunya memberi teladan hidup yang baik bagi Timotius. Selanjutnya
kita bisa baca di dalam 2 Timotius 3:15 bahwa sejak kecil, Timotius telah dikenalkan dengan
alkitab, sehingga dirinya diberi hikmat dan dituntun pada keselamatan oleh iman kepada Kristus.
Semua ini berasal dari iman neneknya, Lois, kemudian turun pada ibunya, Eunike.
Peran seorang ayah adalah sangat penting dalam perkembangan jiwa dan kepribadian anak,
peran ibu pun tidak kalah pentingnya, seperti yang ada pada Amsal 1:8 : “Hai anakku,
dengarkanlah didikan ayahmu, dan jangan menyia-nyiakan ajaran ibumu”. Bahkan dari uraian
di atas, peran nenek pun punya andil dalam kehidupan kita. Keteladanan yang baik akan
diwariskan secara turun temurun, demikian pula contoh buruk, akan diwariskan secara turun
temurun. Berilah contoh yang baik kepada anak-anak, bukan hanya lewat teori dan perintah,
namun yang lebih penting lewat cara kehidupan kita. Anak-anak selalu memperhatikan hidup
kita tanpa kita sadari, dan contoh perilaku yang baik, hidup yang kudus, penuh kasih, akan
membuat mereka menjadi anak-anak terang yang mengenal pribadi Tuhan sejak usia mudanya.
Sudahkah anda memberi keteladanan yang baik pada mereka?
Anak terbentuk sesuai contoh yang mereka lihat dari orang tuanya. Jagalah hidup kita
agar kita tidak mewariskan hal yang buruk bagi mereka
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
------
Kantong Anggur Baru
Ayat bacaan: Markus 2:22
“Demikian juga tidak seorangpun mengisikan anggur yang baru ke dalam kantong kulit yang
tua, karena jika demikian anggur itu akan mengoyakkan kantong itu, sehingga anggur itu dan
kantongnya dua-duanya terbuang. Tetapi anggur yang baru hendaknya disimpan dalam kantong
yang baru pula.”
Berapa banyak plastik yang dipergunakan sehari-hari ketika berbelanja ke supermarket? Ada
sebuah hypermart yang mengeluarkan produk tas belanja ramah lingkungan. Saya tidak tahu
apakah di kota-kota lain tas belanja ini juga dipergunakan, tapi di kota saya tas ini dijual dengan
harga Rp 10.000 dan bisa ditukar gratis apabila rusak. Tas ini tentunya lebih kuat dari plastik
kresek yang gampang sobek jika diisi terlalu berat, apalagi jika dipakai berulang-ulang. Tapi
meskipun tas belanja ini lebih kuat, jika dipergunakan terus menerus lama kelamaan pasti rusak
juga. Jika tas yang kita pakai itu sudah terlalu lama dipakai untuk menampung beban berat, bisa
dibayangkan seandainya tas tiba-tiba sobek dan isi belanjaan kita tumpah keluar. Beberapa
belanjaan yang tidak tahan banting, seperti telur misalnya, akan pecah. Baik tas dan barang akan
terbuang sia-sia.Di masa kehidupan Yesus, anggur disimpan di dalam kantong kulit. Kantong
tersebut biasanya meregang setelah dimasuki anggur, karena anggur terus mengalami fermentasi,
dan kemudian mengeras. Bisa dibayangkan jika kantong tua yang sudah mengalami peregangan
diisi kembali dengan anggur baru. Anggur baru itu akan melanjutkan proses fermentasinya dan
beresiko mengoyak kantong tua. Akibatnya anggur akan tumpah terbuang, demikian pula dengan
kantong yang telah koyak tidak akan bisa dipergunakan kembali. Baik tas belanja di atas,
maupun kantong anggur memberi satu gambaran yang sama: kerusakan bisa terjadi apabila
wadah yang dipakai sudah terlalu tua dan tidak lagi layak guna.
Tuhan selalu mencurahkan anggur baru yang terbaik buat kita semua. Anggur baru akan
memberi kita kapasitas maksimal dalam kehidupan, pekerjaan dan pelayanan. Jika kita tidak
mempersiapkan hati kita untuk menerima anggur yang tercurah dari Tuhan, kita bisa kehilangan
begitu banyak berkat. “Kantong” hati kita tidak mampu menampung curahan berkat, dan
akibatnya berkat akan terbuang sia-sia tanpa kita sadari. Jika kita tidak menjaga hati dengan baik,
jika kita masih memiliki hati lama yang menyimpan banyak dendam, iri hati, tidak menjaga
kekudusan dan lain-lain, hati kita tidak akan bisa menerima berkat Tuhan. “Kantong” lama harus
kita ganti dengan “kantong” hidup baru, sehingga kita bisa menerima berkat Tuhan secara
maksimal, dan mempergunakan seluruh “anggur baru” yang dicurahkan Tuhan dengan kapasitas
maksimal dalam hidup kita. Persiapkanlah diri anda dengan maksimal, sehingga tidak ada lagi
segala sesuatu yang dipercayakan Tuhan pada kita terbuang sia-sia.
Kantong lama tidak sanggup menampung anggur baru, maka gantilah kantong anda
dengan kantong hidup yang baru
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
------
Singsingkan Lengan Baju
Ayat bacaan: Yakobus 2:18
“Tetapi mungkin ada orang berkata: “Padamu ada iman dan padaku ada perbuatan”, aku akan
menjawab dia: “Tunjukkanlah kepadaku imanmu itu tanpa perbuatan, dan aku akan
menunjukkan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku.”Ada pepatah yang
mengatakan, “tuntutlah ilmu setinggi langit”. Saya yakin jika sanggup, tidak ada yang mau
mencari ilmu ala kadarnya saja. Semua orang tentu ingin pintar. Orang tua pasti akan mati-
matian menyekolahkan anaknya setidaknya hingga jenjang perguruan tinggi. Biaya pendidikan
sekarang semakin melonjak naik dari tahun ke tahun. Ada perguruan tinggi yang dalam setahun
saja sudah menaikkan uang pembangunan sampai dua kali lipat. Untuk memasukkan anak ke SD
yang punya kualitas baik saja sekarang biayanya sudah mencapai jutaan rupiah. Entah
bagaimana tahun-tahun ke depan. Untuk apa menuntut ilmu hingga setinggi langit? Tentunya
kita berharap, semakin tinggi ilmu yang kita miliki, semakin besar pula peluang untuk memiliki
pekerjaan yang lebih baik. Semakin banyak yang kita pelajari, kita akan tahu lebih banyak.
Setidaknya secara teoritis bakal demikian. Bayangkan jika ada orang yang belajar hingga
mencapai S2 bahkan S3, tapi tidak pernah bekerja. Ilmunya tidak akan berguna sama sekali dan
tidak akan menghasilkan apa-apa.Iman pun demikian. Ada banyak orang yang kalau dilihat
hidupnya sangat religius. Tidak pernah lupa ke gereja, selalu berdoa sebelum makan, menjauhi
hal-hal yang dilarang Tuhan, tapi tidak didukung sikap atau tindakan yang menunjukkan
ketaatan mereka pada Tuhan. Ada yang malah menjadi batu sandungan bagi orang lain. Ada
seorang teman saya yang sejak lahirnya sudah terdaftar sebagai orang kristen, namun dia selalu
takut melewati tempat gelap. Berkali-kali ia bercerita bahwa di kamarnya mungkin ada
penunggunya. Ketika temannya merasa rumah mereka diganggu setan, ia pun tidak berani
berbuat apa-apa dan malah meminta saya, yang belum satu dasawarsa menerima Tuhan Yesus,
untuk membantu temannya itu. Ada pula beberapa teman yang hobinya mengkotbahi orang
sembari menjelek-jelekkan kepercayaan lain. Hal ini menunjukkan bahwa antara ke-religiusan
dan perbuatan belumlah tentu sejalan.
Dalam ayat bacaan hari ini kita melihat bahwa Yakobus pun menyadari demikian.Iman tanpa
perbuatan adalah iman yang kosong (Yakobus 2:20). Dia lebih jauh berkata bahwa iman
tanpa perbuatan pada hakekatnya adalah mati(Yakobus 2:17). Atau selanjutnya, “Sebab
seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah
mati” (Yakobus 2:26). Jangan puas dengan kehidupan religius tanpa dibarengi dengan perubahan
sikap dan perbuatan nyata, karena dengan demikian kita belum menunjukkan diri sebagai anak
Allah yang taat dan percaya. Tuhan ingin agar kita hidup semakin baik, menyatakan
kemuliaanNya kepada banyak orang dengan kasih.Tuhan ingin kita menjadi orang yang sabar,
tidak sulit memaafkan, dan mampu menguasai diri kita. Sebuah perubahan menjadi lebih baik,
dimana orang bisa melihat bahwa ketika menerima Yesus hidup anda diubahkan secara luar
biasa, itulah yang diharapkan Tuhan. Jika tadinya orang tidak suka berteman dengan anda,
sekarang tanpa anda, terasa seperti ada yang kurang. Kehadiran anda membawa sukacita bagi
teman-teman, mereka yang tengah kesulitan akan merasa tenang di dekat anda, itulah yang
diinginkan Tuhan. Ayo, singsingkan lengan baju, karena masih banyak yang bisa kita lakukan.
Iman dengan perbuatan adalah iman yang hidup, yang berkenan dihadapan Tuhan
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
------
Tiada Yang Tersembunyi
Ayat bacaan: Yesaya 29:15
“Celakalah orang yang menyembunyikan dalam-dalam rancangannya terhadap TUHAN, yang
pekerjaan-pekerjaannya terjadi dalam gelap sambil berkata: “Siapakah yang melihat kita dan
siapakah yang mengenal kita?”Ada pepatah yang mengatakan, dunia hanya selebar daun kelor.
Pepatah ini semakin lama semakin terbukti. Lewat teknologi modern kita dapat melihat kejadian-
kejadian di berbagai belahan bumi manapun. Ada satelit yang berputar-putar di atas sana yang
bisa menghubungkan berbagai sisi dunia secara langsung. Saat ini rasanya sudah sangat sulit
mencari tempat yang benar-benar bebas dari pengamatan, perhatian atau penglihatan orang.
Pembicaraan lewat telepon pun tidak lagi aman.Skandal Bantuan Likuiditas Bank Indonesia
(BLBI) yang baru-baru ini heboh bisa terbongkar lewat penyadapan telepon. Dengan
penyadapan itu kita bisa mendengar percakapan mereka ketika merencanakan penipuan. Pada
suatu kali teman saya sambil tertawa berkata, “dinding pun bisa mendengar.. tidak ada lagi
privasi di dunia ini.” Bagaimana di dunia maya? Sebuah gambar humor lucu ini bisa
menggambarkan jawabannya.
Google dianggap banyak orang melanggar hak-hak privasi lewat fasilitas-fasilitas yang mereka
sediakan. Humor satire yang ditampilkan pada gambar diatas dengan sinis menggambarkan
bahwa kelak pada tahun 2084 google bisa mengetahui semua data kehidupan manusia.
Berlebihan atau tidak, dari semua ilustrasi diatas kita bisa mendapat satu kesimpulan, bahwa
untuk menyembunyikan sesuatu akan terus semakin sulit.Jika dunia saja sudah sanggup
mengetahui segala sesuatu yang kita kerjakan, apalagi Sang Pencipta kita. Dia yang menciptakan
kita, dia tahu semua tentang kita; apa yang kita kerjakan, apa yang kita pikirkan, apa yang kita
sembunyikan, semuanya Dia tahu. Jika manusia diibaratkan sebagai tanah liat yang dibentuk
oleh tukang periuk, dapatkah tanah liat berkata bahwa tukang periuk tidak tahu apa-apa
mengenai tanah liat yang dibentuknya? (Yesaya 29:16). Ketika manusia dengan sedaya upaya
mencoba menyembunyikan berbagai rahasia, mungkin dunia bisa tertipu buat sementara waktu,
tetapi tidak akan pernah bisa menipu Tuhan. Berbagai dosa, penipuan dan kejahatan yang kita
sembunyikan, walau serapi apapun tetap terlihat jelas oleh Tuhan.Pada Mazmur 10:4-11 tertulis
bahwa orang fasik selalu berpikir bahwa mereka bisa menyembunyikan kejahatannya dari
Tuhan. Mereka ini akan sibuk menyembunyikan segala sesuatu yang mereka lakukan, berdalih
dengan seribu satu alasan, menyangkal segala kejahatannya, menutupi dengan berbagai cara
lewat penyuapan dan lain-lain. “Ia berkata dalam hatinya: “Allah melupakannya; Ia
menyembunyikan wajah-Nya, dan tidak akan melihatnya untuk seterusnya.”(Mazmur 10:11).
Mereka lupa bahwa ada Tuhan yang melihat segalanya dan tidak akan pernah bisa disuap.
Dalam Yehezkiel 8:12 kita bisa lihat bahwa pikiran bahwa Tuhan tidak melihat kejahatan
manusia tidak hanya menimpa para koruptor dan pelaku kejahatan, tapi bisa pula menimpa tua-
tua Israel, orang-orang yang seharusnya menjadi panutan.
Kita semua telah ditebus dengan sangat mahal oleh darah Kristus. Oleh karenanya kita harus
menjaga diri kita agar tidak terpeleset pada dosa lagi. Segala dosa bisa diketahui oleh Tuhan dan
tidak akan pernah bisa kita tutupi. Dan ingatlah bahwa ada konsekuensi yang harus kita tanggung
dalam setiap dosa yang kita lakukan. Jangan sampai apa yang telah dilakukan Kristus bagi kita
menjadi sia-sia karena berbagai perbuatan kita yang menyimpang.
Dalam sudut yang paling tersembunyi pun Tuhan tahu apa yang kita perbuat
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
------
Bad Day? No Way!
Ayat bacaan: Amsal 15:15
“Hari orang berkesusahan buruk semuanya, tetapi orang yang gembira hatinya selalu
berpesta.”
Lagu Bad Day nya Daniel Powter terasa seperti menepuk-nepuk pundak saya hari ini… Hari
dimulai dengan dibangunkan pagi benar oleh montir yang hendak memperbaiki mobil saya
sebelum ia berangkat kerja ke bengkelnya. Air sudah dua hari tidak jalan, dan dua hari ini kami
kesulitan air. Piring dan gelas bertumpuk di dapur, begitu juga baju karena tidak ada air untuk
mencuci. Jangankan mencuci, untuk mandi pun sulit. Di saat hendak berangkat kerja, mobil
mogok lagi! Dan kalau itu belum cukup, gaji saya juga tertahan, belum dibayar tanpa alasan
jelas. Orang mungkin maklum kalau rentetan masalah yang terjadi hari ini bisa membuat saya
cepat emosi dan kesal. Tapi tidak, saya tidak mau diracuni dengan rasa kesal. Ketika menulis
renungan ini, saya sedang berpesta dalam hati saya. Kok?Saya punya satu pandangan baru sejak
lahir baru, “it’s all in the state of mind.” Ketika hal-hal buruk terjadi, itu tidak berarti semuanya
buruk. Dalam segala masalah yang menimpa, pasti ada juga hal-hal baik yang terjadi. Ya, air
mati, mobil mogok, gaji belum cair, tapi di hari yang sama saya masih diberkati dengan
kesehatan, masih bisa menulis renungan sambil mendengarkan musik, masih diberkati istri yang
luar biasa yang saat ini sedang duduk di samping saya, serta dua anjing chihuahua lucu yang
sedang bermain-main dengan riang di sekitar kami tanpa masalah. Di atas segalanya, saya tahu
Yesus masih beserta kami sekeluarga, dan itu yang terpenting. Mau fokus ke arah yang mana? ke
arah hal buruk atau hal baik, itu semua tergantung kita. Dalam hari yang paling indah sekalipun,
kalau kita memusatkan pikiran pada hal buruk, maka hari yang indah itu akan berlalu sia-sia.
Tepat seperti kata Salomo, jika hati tetap gembira, maka dalam kondisi apapun kita akan selalu
berpesta.
Lord is good! Itu yang ingin saya katakan sejak awal. Berbagai masalah yang terjadi hari ini
bukanlah berarti Dia sedang tidak peduli pada saya. Kesusahan boleh saja datang ke dalam
hidup, tapi Yesus tetap membawa penghiburan yang penuh sukacita. Saya tidak tahu apakah
besok air akan hidup kembali, saya tidak tahu kapan gaji akan cair, saya tidak tahu berapa
ongkos yang harus saya keluarkan agar mobil bisa jalan lagi, tapi biarlah itu menjadi ujian buat
esok hari. “Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai
kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.” (Mat 6:34). Yang pasti,
kemarin, saat ini dan besok, Tuhan selalu ada beserta kami. Karena mobil mogok, hari ini saya
diantar kerja oleh istri saya dengan sepeda motor. Untuk pertama kali dia memberanikan diri
mengendarai motor di jalan raya, dan itu jadi salah satu memori indah untuk dikenang. Kalau
mobil tidak mogok, satu memori indah pasti terlewatkan.
Memiliki Yesus dalam hidup kita bukan berarti kita akan 100% hidup tanpa masalah. Tapi
kehadiran Yesus akan selalu membawa damai sukacita dalam hidup yang mampu membuat hati
kita terus berpesta dalam kondisi apapun. Indah bukan? Saat ini saya tersenyum, geli juga
rasanya membayangkan tumpukan masalah yang terjadi. Menderita karena masalah itu biasa,
tapi bersukacita dalam kesusahan, itu beda. Dan semuanya dimungkinkan karena Yesus bertahta
dalam diri kita. It’s all in the state of mind, the mind that is set toward Jesus.
Tersenyumlah dalam kesusahan, karena dalam Yesus ada sukacita dan damai sejahtera
Ingin Punya Anak (1) : Kisah Sara, Ibu Samuel
Posted: 08 Sep 2008 11:00 AM CDT
Ayat bacaan: 1 Samuel 1:15
======================
“Tetapi Hana menjawab: “Bukan, tuanku, aku seorang perempuan yang sangat bersusah hati;
anggur ataupun minuman yang memabukkan tidak kuminum, melainkan aku mencurahkan isi
hatiku di hadapan TUHAN”Adakah di antara teman-teman yang masih
menghadapi pergumulan untuk bisa punya anak? Jika ada, saat ini anda sama
dengan kami. Dalam usia pernikahan yang relatif masih muda, sekitar 6 bulan,
kami belum juga diberi, meskipun kami benar-benar menginginkannya. Apa yang
salah? Apakah Tuhan tidak mendengar doa kami, atau menganggap kami tidak layak untuk
menerima karunia seorang anak? Saya percaya tidak demikian. Saya percaya Tuhan mendengar
doa. Kami percaya bahwa segalanya disediakan Tuhan tepat pada waktunya, dan rancanganNya
adalah rancangan yang terbaik buatkita.Malam ini saya diingatkan tentang kisah orang tua
Samuel, Hana dan Elkana yang ada pada 1 Samuel 1:1-28. Hana sudah bertahun-tahun belum
dikaruniai anak dan mendapat tekanan dari madunya. Hana sempat depresi, dan ditengah puncak
depresinya dia pergi ke bait Allah dan berdoa disana. Karena beratnya tekanan yang ia
rasakan, ia tidak mampu berkata-kata secara langsung, hanya bibirnya yang bergerak-gerak tanpa
suara, sampai-sampai disangka sedang mabuk oleh imam Eli. Setelah selesai berdoa, ada dua hal
yang terjadi. Satu, Hana tidak depresi lagi, mukanya tidak lagi muram dan dia kembali mau
makan. (1 Sam 1:18). Dua, ketika mereka bersetubuh, Tuhan ingat pada mereka dan lahirlah
Samuel, yang berarti “Aku telah memintanya dari pada Tuhan”. (1 Sam 1:19-20). Hana tidak
mencurahkan hatinya kepada orang lain atau mencari-cari kesalahan. Seperti yang dapat dibaca
pada ayat bacaan hari ini, Hana mencurahkan isi hatinya di hadapan Tuhan. Kita lihat bagaimana
Samuel selanjutnya dipakai Tuhan secara luar biasa. Semua berasal dari doa Hana di hadapan
Tuhan.
Meski anak adalah anugrah dan berkat yang berasal dari Tuhan, tapi dari kisah Hana kita bisa
belajar bahwa kita boleh meminta dan mencurahkan isi hati kita pada Tuhan. Kita bisa melihat
bahwa Tuhan mendengar doa kita, dan bagaimanadoa orang yang sungguh percaya padaNya
punya kuasa besar (Yakobus 5:16). Yang penting, jangan putus pengharapan, teruslah berdoa
dengan iman yang teguh dan percaya sepenuhnya pada Tuhan. Percayalah bahwa Tuhan selalu
memberikan yang terbaik bagi anak-anakNya.
Tuhan tidak pernah melupakan anak-anakNya yang berseru padaNya
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
------
Ingin Punya Anak (2) : Kisah Sara, istri Abraham
Ayat bacaan: Kejadian 16:2
“Berkatalah Sarai kepada Abram: “Engkau tahu, TUHAN tidak memberi aku melahirkan anak.
Karena itu baiklah hampiri hambaku itu; mungkin oleh dialah aku dapat memperoleh seorang
anak.” Dan Abram mendengarkan perkataan Sarai.”Melanjutkan renungan kemarin, hari ini
kita lihat kisah Sara, istri Abraham. Tuhan menjanjikan keturunan, seorang anak kandung bagi
Abraham yang waktu itu sudah berusia sangat lanjut. (Kej 15:4). Bukan cuma menjanjikan
keturunan, tapi Tuhan pun menjanjikan banyak keturunan, sebanyak bintang di langit (Kej 15:5).
Sarai (belakangan namanya diganti Tuhan menjadi Sara) ketika itu sudah menopause, secara
logika tidak ada lagi peluang bagi Sarai untuk bisa mengandung. Abraham dan Sara adalah orang
beriman, bahkan Abraham dijuluki bapak orang beriman karena keteguhan imannya yang luar
biasa dan keberaniannya bergumul dalam mentaati Tuhan. Tapi orang yang beriman belum tentu
sanggup hidup tanpa ragu. Seringkali logika manusia menutupi iman, hingga membuat orang
lupa kalau di dalam Tuhan tidak ada yangmustahil.Maka pada suatu kali Sara pun berkata pada
Abraham seperti yang kita baca pada ayat bacaan hari ini. Mereka percaya bahwa Abraham akan
diberi keturunan, tapi tidak percaya bahwa Tuhan ada di atas logika manusia. Tuhan tidak pernah
berkata bahwa Abraham harus mengusahakan anak dari orang lain, tapi Sara menyimpulkan
sendiri berdasarkan logikanya, “Engkau tahu, TUHAN tidakmemberi aku melahirkan anak.”
Dan Abraham pun setuju. Lewat hamba Sara yang bernama Hagar, lahirlah Ismael. Ini sebuah
keputusan dimana konsekuensinya berlanjut hingga hari ini, meskipun mungkin kita bisa
memahami apa yang dirasakan Abraham dan Sara waktu itu. Ketika Ismael lahir, Abraham telah
berumur 86 tahun. Ketika Sara akhirnya mengandung dan melahirkan Ishak, Abraham berusia
100 tahun. Sedang Sara sendiri waktu itu sudah berusia 90 tahun. Ketidaksabaran menimbulkan
keraguan, malah mereka mengambil tindakan berdasarkan keraguan, bukan keimanan. Lihat
hasilnya: sampai sekarang kita sulit melihat “dua keturunan Abraham” hidup rukun.
Ketika kita berdoa, banyak orang berharap bahwa Tuhan menjawab doa kita dengan instan.
Bahkan ada pula yang langsung mencari alternatif lain dan akhirnya terjerumus dalam kuasa
kegelapan. Dari kisah Abraham ini kita bisa belajar bahwa ketidaksabaran menghasilkan
keraguan, dan jika itu dijadikan dasar, ada konsekuensi yang harus kita tanggung. Semua akibat
kita belum mampu percaya dan bergantung sepenuhnya pada Tuhan.
Wajar memang jika dalam hidup ini kita masih sering diliputi keraguan, tapi jagalah agar
keraguan itu jangan sampai membuat iman kita luntur, atau kita akhirnya memilih bertindak
berdasarkan keraguan kita karena artinya sama saja dengan kita tidak percaya pada Tuhan. Tidak
hanya dalam hal menantikan keturunan, tapi juga dalam berbagai pergumulan kita dalam hidup.
Kita juga bisa belajar bahwa Tuhan tidak pernah lupa pada kita. Meskipun Abraham harus
menunggu cukup lama, tapi janji Tuhan tetap digenapi, sesuai waktunya Tuhan. Semua yang
dirancangkan Tuhan atas hidup anak-anakNya adalah yang terbaik. Berkaca dari dua renungan
kemarin dan hari ini, mari kita terus tekun berdoa, percaya bahwa Tuhan mendengar doa kita,
dan percaya kepadaNya dengan iman teguh tanpa ragu. Dalam kamus Tuhan tidak ada hal yang
mustahil. Yakinlah bahwa Tuhan menyediakan segala sesuatu yang terbaik bagi anda dan saya,
sesuai waktuNya Tuhan.
Jangan sampai keraguan menguasai hidup dan membuat kita mengambil jalan pintas yang
salah
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
------
Semanis Madu
Ayat bacaan: Yehezkiel 3:3
“Lalu firman-Nya kepadaku: “Hai anak manusia, makanlah gulungan kitab yang Kuberikan ini
kepadamu dan isilah perutmu dengan itu.” Lalu aku memakannya dan rasanya manis seperti
madu dalam mulutku.”
Makanan apa yang tidak bisa basi? Jawabannya adalah madu. Madu yang asli, yang belum
diencerkan dan dicampur apa-apa akan tahan disimpan dalam jangka waktu tidak terbatas di
lemari biasa. Madu adalah pemanis yang sangat baik dan lebih manis daripada gula pasir dan
tidak mengandung kolesterol. Kandungan fruktosa madu lebih manis 25% dibanding gula pasir.
Kalau bicara gizi, madu termasuk komplit. Untuk kesehatan, kesegaran, mengembalikan stamina
hingga kecantikan, madu terbukti punya khasiat buat itu semua. Rasanya pun nikmat dan disukai
hampir semua orang. Dengan berbagai keunggulan ini, tidak heran kalau madu harganya
tergolong mahal.Yehezkiel diutus Tuhan untuk menyampaikan firman Tuhan kepada bangsa
yang keras hati dan kepala batu. Ini bukan tugas gampang! Saking sulitnya tugas ini, Tuhan
merasa perlu menyuruh Yehezkiel untuk memakan gulungan kitab suci! Kenapa harus sampai
seperti itu? Karena ini pekerjaan yang teramat sangat sulit. Tuhan berkata adalah jauh lebih
mudah menyampaikan firman kepada bangsa-bangsa yang berbahasa asing dan berat lidah
(dalam bahasa inggrisnya disebut “hard language”, bahasa yang sulit untuk dipelajari) ketimbang
menyampaikan pada bangsa sendiri, bangsa Israel. (Yehezkiel 3:5-7). Saya rasa tidak ada orang
yang mau disuruh makan gulungan kitab, tapi Yehezkiel menurutinya. Apa rasanya? Menurut
Yehezkiel, rasanya manis seperti madu. Walaupun yang akan disampaikan Yehezkiel bagi
bangsa Israel adalah penghukuman Allah bagi bangsa yang bebal, tapi yang dirasakan Yehezkiel
adalah manis seperti madu.
Apa yang dapat kita pelajari dari kisah Yehezkiel bukanlah kita harus ikut makan alkitab. Yang
bisa kita ambil adalah kerajinan kita “mencerna” alkitab setiap hari. Menyegarkan rohani kita
yang lelah lewat firman Tuhan. Seperti madu, firman Tuhan pun tidak akan pernah basi, dan
manis rasanya bagi hidup kita. Banyak orang tidak merasa penting untuk menghafal ayat-ayat di
alkitab, padahal jika kita rajin membaca dan menghafal beberapa ayat, setidaknya ada yang
terbangun dan tumbuh dalam hidup kita. Memang kita tidak harus menghafal seluruh isi alkitab,
dan bukan soal kehebatan menghafalnya yang penting, tapi fokuslah pada kebutuhan akan ayat-
ayat yang menjadi berkat dalam hidup kita, yang dapat mengingatkan kita akan kasih Tuhan
yang hidup di dalam diri kita. Untuk hidup kita bukan hanya butuh makan makanan jasmani, tapi
juga makanan rohani, rhemaalias perkataan-perkataan Tuhan, seperti yang dikatakan Yesus yang
tertulis pada injil Matius. “Tetapi Yesus menjawab: “Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari
roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.” (Matius 4:4). Pikiran kita
harus selalu penuh dengan kebenaran firman Tuhan, agar apa yang kita pikirkan,katakan dan
lakukan pun adalah hal-hal yang tidak jauh dari firman Tuhan pula. Rajin membaca alkitab
setiap hari akan membuat diri kita penuh “madu” Tuhan yang menyegarkan, menyehatkan dan
membuat hidup kita lebih manis dari sebelumnya. So, don’t try to eat the bible literally, but do
eat the words and keep it in your heart and mind.
Seperti madu yang penuh khasiat dan manis rasanya, demikianlah firman Tuhan berperan
dalam hidup kita
Sahabat Sejati
Posted: 11 Sep 2008 11:00 AM CDT
Ayat bacaan: Amsal 18:24
====================
“Ada teman yang mendatangkan kecelakaan, tetapi ada juga sahabat yang lebih karib dari pada
seorang saudara.”Saya mendengar sebuah cerita dari istri saya
mengenai temannya. Temannya hampir saja tidak melanjutkan
kuliahnya karena kekurangan dana. Orangtuanya bangkrut dan dililit
hutang yang tidak sedikit, bahkan sampai harus menjual rumahnya
dengan demikian tidak sanggup lagi membiayai kuliah anak mereka. Dalam keadaan tersebut,
beberapa sahabatnya berinisiatif memberi bantuan. Mereka mengumpulkan uang mereka sebagai
biaya sang teman melanjutkan kuliahnya. Baru-baru ini, teman istri saya itu pun menyelesaikan
kuliahnya dengan sukses dan diwisuda. Di saat sulit, ternyata bukan pihak keluarga yang
membantu, tapi justru sahabat lah yang peduli.“A Friend In Need Is A Friend Indeed.” Ini
sebuah ungkapan yang sudah tidak asing lagi bagi kita. Betapa seorang sahabat sejati justru hadir
di kala kita mengalami kesulitan hidup. Ketika kita sedang sukses dan berada di atas, pasti tidak
akan sulit untuk mendapat sahabat, mereka akan datang dari berbagai arah tanpa dicari atau
diminta. Tapi di saat kita mengalami kesulitan, banyak dari mereka akan menghindar dengan
berbagai alasan. Ada yang takut dimintai tolong, ada pula yang pergi karena merasa tidak ada
lagi yang dapat “dihisap” dari temannya. Ini bukanlah figur seorang sahabat. Sahabat yang baik
akan tetap hadir bersama kita dalam keadaan suka maupun duka.
Apa yang terjadi pada diri teman istri saya tadi pernah ditulis oleh Salomo seperti yang dapat
dibaca pada ayat bacaan hari ini. Ada sahabat-sahabat yang justru lebih karib daripada seorang
saudara. Seperti apa figur sahabat sejati? Menurut Salomo pada Amsal 17:17, sahabat sejati
adalah sahabat yang menaruh kasih setiap waktu dan menjadi seorang saudara bukan dalam
suka, tapi justru dalam kesukaran. Di mata Yesus pun kita adalah sahabat-sahabatNya, bukan
hanya murid biasa. Yesus pernah menyatakan bahwa kita ini bukan lagi hamba, tapi justru
sahabat. Hamba tidak tahu apa yang diperbuat tuannya, tapi kita diberitahukan segalanya
tentang apa yang Dia dengar dari Bapa, dan karenanya kita dianggap sebagai sahabat oleh
Yesus. (Yohanes 15:15).
“Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk
sahabat-sahabatnya.”(Yohanes 15:13). Tuhan Yesus telah membuktikannya sendiri dengan
memberikan nyawanya untuk menebus kita semua, sahabat-sahabatNya. Sebelum kita menoleh
ke kiri dan kanan untuk melihat siapa sahabat-sahabat kita yang sejati, marilah kita tanyakan diri
kita terlebih dahulu, sudahkah kita menunjukkan sikap sebagai seoranga sahabat sejati? Apakah
kita termasuk seorang sahabat yang hadir dengan dukungan penuh ketika teman kita
membutuhkan, atau kita termasuk sahabat yang menyingkir dan tidak mau ikut susah ketika
mereka susah? Tuhan Yesus adalah seorang sahabat sejati yang mengorbankan nyawanya bagi
sahabat, dan setia menyertai kita sampai akhir jaman. Jadilah seorang sahabat sejati seperti
pribadi Yesus.
Seorang sahabat sejati akan terlihat jelas di saat kesukaran. Sudahkah anda menjadi
seorang sahabat sejati?
Mengerti Firman Tuhan
Posted: 12 Sep 2008 11:00 AM CDT
Ayat bacaan: Lukas 11:28
===================
Tetapi Ia berkata: “Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang
memeliharanya.”Hari ini salah satu dari dua anjing chihuahua kami
berulang tahun. Tidak terasa, sudah 3 tahun ia menjadi bagian hidup
kami. Jika bagi sebagian orang anjing hanya sekedar binatang peliharaan,
atau dijadikan penjaga rumah, bagi kami dia sudah seperti anak sendiri.
Kip adalah seekor anjing yang sangat pintar dan sangat patuh. Dia akan
minta dibawa keluar kalau kebelet, dia akan minta kalau air minumnya habis, tidak pernah
mengacak-acak atau mengotori rumah. Dia selalu manja dan tidak segan-segan mendatangi kami
untuk dibelai atau minta digendong. Tidak hanya itu keistimewaan Kip. Dia juga anjing yang
penyayang dan perhatian. Jika salah satu diantara kami sedang kesal, dia akan menghampiri,
menempel atau naik ke pangkuan dan segera menghibur. Suatu kali ketika saya menegur anjing
satunya karena pipis sembarangan, Kip lah yang datang meminta maaf. Dia mengulurkan
tangannya, dan menarik tangan saya ke arah anjing yang sedang dimarahi. Apa yang dia lakukan
terasa menegur saya karena kurang bisa mengontrol kemarahan pada saat itu. Kedekatan selama
3 tahun membuat kami dan Kip bisa saling memahami meskipun bahasa yang dipergunakan
jelas-jelas berbeda.
Luar biasa melihat bagaimana anjing bisa mempunyai rasa kasih dan kepedulian tinggi. Tapi
semua itu tidaklah didapat secara instan. Kip sejak kecil diajar untuk mengerti kata-kata
sederhana yang kami pakai buat mengajarkannya. Dia dulu juga pernah salah, dan setiap
kesalahannya kami tegur sampai dia bisa mengerti hal yang baik dan buruk untuk dilakukan. Dia
bukan hanya diajarkan untuk mengerti lewat hukuman, tapi juga mengerti akan kelakuannya
yang benar lewat pujian yang kami berikan padanya. Dalam selang waktu tertentu, Kip pun
menjadi anjing yang patuh, baik dan setia. Ini paralel dengan kita, manusia yang terus dibentuk
Tuhan agar menjadi lebih baik lagi dari waktu ke waktu. Seharusnya kita akan lebih mudah
untuk mengerti karena kita memiliki hati nurani dan roh, yang tidak dimiliki oleh hewan. Kristus
berulang kali menekankan pentingnya untuk mengerti apa yang menjadi kehendak Tuhan. Kita
bukan hanya sekedar membaca, tapi juga diminta untuk mengerti dan melakukan. Tanpa itu
semua, sia-sialah apa yang kita ketahui. Lihat bagaimana Yesus menegur beberapa orang Saduki
karena mereka tahu isi, tapi tidak mengerti kitab suci. Hal demikian disebut Yesus
dengan sesat.(Matius 22:29). Ayat hari ini pun menggambarkan dengan jelas, bahwa orang yang
bahagia adalah siapa saja yang mendengarkan firman Tuhan dan memeliharanya (dalam
bahasa inggris dikatakan “But He said, Blessed (happy and to be envied) rather are those
who hear the Word of God and obey andpractice it!”
Dalam kisah “perumpamaan tentang seorang penabur” pada Matius 13:1-23,Yesus menjelaskan
bahwa apa yang ditaburkan di tanah yang baik adalah orang yang mendengar firman,
lalu mengerti akan firman itu. Dan karenanya, orang yang berlaku demikian akan berbuah
berlipat ganda. (Matius 13:23) Jika kita mau hidup bahagia dan hidup berbuah berlipat ganda,
kita tidak cukup hanya membaca firman Tuhan, tapi juga harus mengerti, taat dan
melaksanakannya. Ketika seekor anjing bisa belajar dari tuannya untuk kemudian patuh, taat dan
setia, kita seharusnya bisa lebih baik lagi menerima pengajaran-pengajaran Tuhan,
memahaminya dengan baik, serta melakukannya dalam kehidupan sehari-hari. Jika kita
melakukan semua itu, nikmatilah hidup yang bahagia dan berbuah.
Tidak hanya membaca, tapi kita harus mengerti dan melakukan segala sesuatu sesuai
firman Tuhan untuk hidup bahagia dan penuh buah
7 Tahun Tragedi Serangan 11 September
Posted: 13 Sep 2008 11:00 AM CDT
Ayat bacaan: Roma 8:35
======================
“Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau
penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau
pedang?”Tanggal 11 kemarin dunia memperingati 7 tahun tragedi
serangan 11 September. 7 tahun yang lalu dunia dikejutkan dengan teror
yang luar biasa mengerikan. Gedung World Trade Center luluh lantak
ditabrak dua buah pesawat, kemudian disusul sebuah pesawat jatuh di
gedung Pentagon yang merupakan simbol militer Amerika Serikat. Lebih
3000 orang tewas dalam tragedi tersebut, dan dalam seketika dunia dikecam kengerian. Tragedi
ini menimbulkan trauma mendalam terutama bagi masyarakat di Amerika. Dalam sebuah survei
dikatakan bahwa hingga saat ini sedikitnya 700 ribu orang Amerika mengalami trauma dan stres
yang terus meningkat akibat serangan teroris tersebut.
Ada berbagai dampak yang timbul dari sebuah serangan mengerikan tersebut. Perasaan paranoid
muncul terutama terhadap kaum Arab, peperangan sebagai tindak balas terjadi dan belum selesai
hingga hari ini. Tapi di sisi lain Ada banyak orang yang tiba-tiba sadar bahwa mereka
melewatkan banyak waktu untuk menyatakan cinta kasihnya kepada istri, saudara maupun
teman-teman, sehingga ketika tragedi menimpa orang yang mereka sayangi, mereka tidak lagi
punya kesempatan untuk menyatakan ungkapan kasih mereka. Banyak orang tersentak dan sadar
bahwa dengan segala teknologi dan kekuatannya, manusia hanyalah mahluk yang lemah, dan
karenanya manusia tetap butuh sosok yang sanggup memberi ketenangan, kedamaian, kelegaan,
sebuah sosok yang mampu memberi perlindungan kepada siapapun.
Tragedi demi tragedi terus terjadi di dunia, baik serangan teroris, bencana alam, peperangan,
kelaparan, krisis dan lain-lain. Satu hal yang nyata terlihat adalah bahwa kesemuanya itu tidaklah
membuat manusia semakin jauh dari Allah, malah sebaliknya banyak orang yang bergegas
mencari Allah. Begitu banyak kesibukan yang menyita waktu, kegiatan dan rutinitas sehari-hari
yang terkadang membuat manusia lupa untuk mengasihi keluarga, memberikan waktu dan
perhatian, juga lupa untuk mendekatkan diri pada Tuhan. Tragedi, bencana, peperangan dan
krisis sering menjadi sebuah peringatan bagi manusia bahwa kita tidak bisa hidup sendirian tanpa
adanya Tuhan sebagai gunung batu tempat perlindungan kita. Lihatlah sebelum krisis moneter
menimpa Indonesia, jarang sekali ada pebisnis yang berkumpul bicara tentang Allah. Tapi
setelah krisis, banyak pebisnis dari berbagai denominasi yang berkumpul untuk mendengarkan
firman tanpa mempedulikan asal gerejanya. Ada banyak pebisnis berubah dan mengakui Kristus
sebagai Tuhan dan Juru Selamat mereka.Jika kita harus belajar dari hal terburuk sekalipun, inilah
hal yang dapat kita ambil sebagai hikmah: bahwa di balik tragedi dan penderitaan akan
timbul pertobatan, timbul kesadaran bahwa kita butuh Allah di atas segalanya, dan seperti
yang bisa kita baca pada ayat bacaan hari ini, tidak ada yang dapat memisahkan kita dari
kasih Kristus. Bukan menjadikan jauh, justru semakin mendekatkan kita kepadaNya.
“Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita
tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan,dan ketekunan menimbulkan tahan uji
dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih
Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada
kita.” (Roma 5:3-5). Paulus tahu pasti bahwa ujung dari kesengsaraan adalah pengharapan
dalam Kristus. Kita harus tetap sadar bahwa kita hanyalah mahluk lemah yang tidak akan
mampu hidup tanpa Kristus, dan sadar pula bahwa ada banyak orang disekitar kita yang saat ini
sangat membutuhkan pengharapan sejati. Mari kita jadikan peringatan 7 tahun tragedi serangan
September 11 sebagai peringatan bahwa kita harus mengasihi lebih dari sebelumnya dan lebih
kuat lagi berpegang pada Tuhan.
Ujung dari kesengsaraan adalah pengharapan sejati dalam Kristus yang selalu beserta kita
Akibat Ketidaktaatan
Posted: 14 Sep 2008 11:00 AM CDT
Ayat bacaan: Yunus 1:4
==================
“Tetapi TUHAN menurunkan angin ribut ke laut, lalu terjadilah badai besar, sehingga kapal itu
hampir-hampir terpukul hancur.”Berada dalam kapal yang sedang
terombang ambing ditengah gelombang laut yang sedang mengamuk
memang mengerikan. Saya punya pengalaman akan hal ini pada tahun
1992. Saat itu saya sedang dalam perjalanan dari Bali menuju Lombok
dengan menggunakan kapal ferry. Di tengah perjalanan ombak begitu ganas. Seisi kapal terasa
terlempar kesana kemari. Saya ingat betul saat itu hampir seluruh penumpang mabuk karenanya.
Ada yang tertidur, banyak juga yang muntah-muntah. Kru kapal sibuk menyediakan kantong
plastik sebagai tempat muntah. Penumpang yang duduk di depan juga disarankan untuk pindah
ke belakang. Berjam-jam mengalami ombak ganas seperti itu adalah pengalaman yang cukup
menakutkan dan tidak terlupakan.
Apa yang dialami Yunus rasanya lebih menyeramkan dari pengalaman saya. Angin ribut dan
badai besar pada saat itu pasti lebih dahsyat dari yang saya gambarkan diatas sampai-sampai
dikatakan kapal nyaris terpukul hancur. Yunus diutus Tuhan untuk pergi ke Niniwe, sebuah kota
besar dengan sekitar 120 ribu penduduk pada masa itu untuk mengingatkan mereka supaya
bertobat dan menghindari murka Tuhan turun atasnya. Tapi bukannya taat, Yunus malah
melarikan diri dan berpikir bahwa Tuhan hanya ada di Israel dan tidak akan bisa melihatnya jika
ia lari ke Tarsis. Apa yang terjadi? Tuhan menurunkan angin ribut disertai badai besar
disebabkan oleh ketidaktaatan Yunus pada firmanNya. Bukan saja Yunus yang mendapatkan
masalah serius, tapi juga orang lain yang ada bersama-sama dengannya di kapal. Kerugian materi
dan hal psikologis yang mungkin mereka alami ketika itu tidaklah sedikit. Apa yang dialami
Yunus tidak cukup sampai disitu. Seperti yang kita ketahui, Yunus pun harus mengalami hidup
di dalam perut ikan besar selama tiga hari tiga malam. Dari dalam perut ikan, Yunus berdoa, dan
diselamatkan setelah berjanji untuk melaksanakan apa yang diperintahkan Tuhan.
Melawan Tuhan dan tidak menuruti kehendakNya akan berujung pada kesusahan dan
penderitaan. Terkadang bukan diri kita sendiri saja yang harus menanggung konsekuensinya, tapi
bisa pula berakibat pada orang-orang di sekitar kita, yang harus turut menanggung derita akibat
keputusan kita yang keliru. Penderitaan, kesusahan, kesengsaraan akan silih berganti menerpa
kita seperti angin ribut dan badai besar. Belajar dari kisah Yunus, kita harus hidup taat sesuai
kehendakNya agar hidup kita luput dari terpaan angin dan badai. Jangan sampai kita harus
mengalami dulu semua malapetaka untuk bisa menjadi taat pada firmanNya. Gantungkanlah
hidup anda kepada Kristus dan lakukan sesuai kehendakNya dengan taat agar kita dijauhkan dari
murka Allah. “Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi
barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap
ada di atasnya.”(Yohanes 3:36)
Melawan kehendak Tuhan hanya akan berujung pada penderitaan dan kesengsaraan
Allah Segala Bangsa
Posted: 15 Sep 2008 11:00 AM CDT
Ayat bacaan:Yunus 4:11
==================
Bagaimana tidak Aku akan sayang kepada Niniwe, kota yang besar itu, yang berpenduduk lebih
dari seratus dua puluh ribu orang, yang semuanya tak tahu membedakan tangan kanan dari
tangan kiri, dengan ternaknya yang banyak?”Selain kisah
mengenai ketidaktaatan yang berujung pada turunnya angin ribut
dan badai besar dilanjutkan dengan keberadaan dalam perut ikan
selama tiga hari tiga malam, kisah Yunus juga bercerita tentang
adanya perasaan superior menjadi anak Allah. Yunus
menunjukkan kemarahannya karena Niniwe luput dari murka Tuhan, meskipun sebenarnya
Niniwe selamat atas peringatan yang berasal dari Yunus sesuai apa yang diperintahkan Tuhan.
Yunus mengira bahwa hanya bangsa Israel lah yang mendapat janji Tuhan, satu-satunya bangsa
yang diselamatkan, dan tidak ada bangsa lain selain Israel yang layak diselamatkan. Tuhan
menjawab itu dengan menumbuhkan sebatang pohon jarak yang menyejukkan Yunus yang
sedang emosi, kemudian di hari berikutnya layu dan mati. Yunus yang merasa terik matahari
menyakiti kepalanya karena tidak lagi dipayungi pohon kembali kehilangan gairah hidup. Dan
jawab Tuhan, : “Engkau sayang kepada pohon jarak itu, yang untuknya sedikitpun engkau tidak
berjerih payah dan yang tidak engkau tumbuhkan, yang tumbuh dalam satu malam dan binasa
dalam satu malam pula. Bagaimana tidak Aku akan sayang kepada Niniwe, kota yang besar itu,
yang berpenduduk lebih dari seratus dua puluh ribu orang, yang semuanya tak tahu
membedakan tangan kanan dari tangan kiri, dengan ternaknya yang banyak?” (Yunus 4:10-11).
Ya, bagaimana mungkin Tuhan berpangku tangan dan mengabaikan keselamatan kota Niniwe
yang besar, yang juga hasil ciptaanNya? Tuhan peduli dan mengingatkan mereka lewat Yunus,
mereka tidak keras hati dan mendengar. Maka keselamatan datang atas kota Niniwe sebagai
akibat pertobatan mereka yang hanya dalam waktu singkat.
Menyambung kisah Yunus kemarin, kita melihat bahwa Tuhan bukanlah Allah yang pilih kasih.
Dia tidak hanya peduli pada umat pilihanNya, tapi juga peduli dan memberikan pengampunan
yang sama atas bangsa-bangsa lain. Kesempatan untuk bertobat diberikan sama kepada semua
orang tanpa terkecuali, dan bagi mereka yang bertobat diberiNya keselamatan. Di sisi yang sama
kehendak bebas bisa mengakibatkan anak-anak Tuhan menjadi sesat, dan jika waktu telah tiba
mereka masih dalam kesesatan, maka keselamatan pun tidak akan menjadi milik mereka. Selain
kisah ketidaktaatan, Yunus juga bercerita banyak mengenai kasih Tuhan yang tidak terbatas bagi
segala bangsa di muka bumi ini. Ada ayat lain yang menegaskan hal tersebut, “Ada kalanya Aku
berkata tentang suatu bangsa dan tentang suatu kerajaan bahwa Aku akan mencabut,
merobohkan dan membinasakannya.Tetapi apabila bangsa yang terhadap siapa Aku berkata
demikian telah bertobat dari kejahatannya, maka menyesallah Aku, bahwa Aku hendak
menjatuhkan malapetaka yang Kurancangkan itu terhadap mereka. Ada kalanya Aku berkata
tentang suatu bangsa dan tentang suatu kerajaan bahwa Aku akan membangun dan menanam
mereka.Tetapi apabila mereka melakukan apa yang jahat di depan mata-Ku dan tidak
mendengarkan suara-Ku, maka menyesallah Aku, bahwa Aku hendak mendatangkan
keberuntungan yang Kujanjikan itu kepada mereka.” (Yeremia 18:7-10)
Ketika kita telah bertobat dan menyerahkan hidup sepenuhnya pada Kristus,hal itu bukan berarti
kita boleh menjadi sombong sebagai anak Allah. Kita tidak boleh hanya berpangku tangan dan
menertawakan, bahkan mengutuki mereka yang belum selamat. Kenapa? Karena Tuhan
mengasihi semua bangsa, siapapun, dimanapun dan kapanpun! Tuhan tidak pernah pilih kasih,
Dia memberikan kesempatan yang sama bagi semuanya untuk mendapatkan keselamatan. Dan
untuk itu, Tuhan sangat rindu memakai anak-anakNya sebagai penyampai kabar, seperti Amanat
Agung yang diberikan Yesus sesaat sebelum naik ke surga. Tetap rendah hati dan memberi
contoh indahnya hidup bersama Yesus, berbuat baik dengan hati yang penuh kasih, berjalan
dalam hidup sesuai firman Tuhan adalah perilaku yang harus kita amalkan dalam hidup sehari-
hari. Lihat apa kata Paulus kepada jemaat Roma, “Atau adakah Allah hanya Allah orang
Yahudi saja? Bukankah Ia juga adalah Allah bangsa-bangsa lain? Ya, benar. Ia juga
adalah Allah bangsa-bangsa lain!” (Roma 3:29). Allah adalah Allah segala bangsa yang akan
mengadili semuanya dengan adil. Kita harus menjadi murid-murid Yesus, anak-anak Allah yang
peduli dan taat kepada kehendak Tuhan. Tidak saja agar hidup kita luput dari angin ribut, tapi
juga untuk menyelamatkan lebih banyak jiwa.
Allah kita adalah Allah segala bangsa yang tidak pilih kasih
Eutikhus Yang Malang
Posted: 16 Sep 2008 11:00 AM CDT
Ayat bacaan: Kisah Para Rasul 20:9
===========================
“Seorang muda bernama Eutikhus duduk di jendela. Karena Paulus amat lama berbicara, orang
muda itu tidak dapat menahan kantuknya. Akhirnya ia tertidur lelap dan jatuh dari tingkat
ketiga ke bawah. Ketika ia diangkat orang, ia sudah mati.”
Seandainya anda membaca pada tajuk berita surat kabar ada judul yang
berbunyi: “Akibat Mengantuk Saat Kebaktian, Seorang Anak Muda
Jatuh dari Tingkat Tiga” , apa reaksi anda? Mungkin reaksi bisa beragam. Ada yang geli, ada
yang tertawa, ada juga yang geleng-geleng kepala, ada yang sedih dan lain-lain. Coba bayangkan
seseorang tidak kuat menahan kantuk, kemudian tertidur dan gara-gara hal tersebut ia jatuh dari
tingkat tiga ke bawah. Tapi ini bukan kisah fiksi, melainkan pernah benar-benar terjadi. Orang
itu bernama Eutikhus, dan kejadian itu terjadi di Troas dalam rangkaian perjalanan penginjilan
Paulus.
Mungkin Eutikhus bukanlah orang pertama yang tertidur dalam kebaktian, dan pasti bukan yang
terakhir. Saya tidak tahu apakah ada yang mengalami pengalaman persis yang dialami Eutikhus,
rasanya- dan semoga – tidak ada. Dalam tiap kebaktian ada saja orang yang tidak kuat menahan
kantuk, bahkan tertidur. Jika ditanya alasannya pun bisa bermacam-macam. Ada yang
mengatakan seminggu penuh telah bekerja terlalu berat, ada yang beralasan kurang tidur, bahkan
ada yang menyalahkan pendeta karena kotbahnya membosankan.
Salah satu kunci agar bisa mengikuti kebaktian dengan baik adalah persiapan yang cukup.
Banyak orang yang pergi ke gereja di hari Minggu hanya karena rutinitas, karena terbiasa atau
karena dipaksa oleh orang tua, istri/suami dan lain-lain. Pertama-tama kita harus menyadari betul
bahwa kita beribadah ke gereja itu banyak gunanya dalam segala hal, baik buat hidup yang
sekarang atau hidup yang akan datang nanti.(1 Tim 4:8). Bayangkan ketika kita mengalami
begitu banyak tekanan dan bergumul dalam pekerjaan selama 6 hari, kerohanian kita bisa
disegarkan kembali, dipulihkan agar kuat menghadapi minggu berikutnya dengan siraman firman
Tuhan. Bagaimana ibadah kita pun berpengaruh pada apa yang akan datang pada kita di
kehidupan berikutnya. Berikutnya, kita harus menyadari betul bahwa tujuan kita menghadiri
kebaktian adalah berkumpul bersama saudara-saudara seiman untuk memuliakan Tuhan. Kita
bisa saling menguatkan, saling sokong, bersama-sama bersukacita dalam hadirat Tuhan. “Sebab
di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah
mereka.” (Mat 18:20).
“Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan
oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya
menjelang hari Tuhan yang mendekat.” (Ibrani 10:25). Ingat bahwa iblis akan selalu mengaum-
aum, mencoba mempengaruhi lewat segala hal agar kita tidak fokus dalam kebaktian, bahkan
terus mengupayakan agar kita punya seribu satu alasan untuk tidak menghadiri kebaktian.
Sebaiknya persiapkan diri anda sehari sebelumnya, termasuk dalam merencanakan apa yang
anda akan lakukan pada malam minggu dan tidur yang cukup, sehingga anda dapat mengikuti
kebaktian dengan segar dan bersemangat. Tetap ingatkan diri kita bahwa kita adalah manusia-
manusia yang membutuhkan kekuatan Tuhan agar bisa terus melanjutkan hidup kita dengan
optimal. Meski mungkin anda telah menetapkan jadwal teratur untuk bersama Tuhan di saat-saat
teduh di rumah setiap hari, tapi pada kebaktian di gereja anda memuliakan Tuhan bersama
dengan saudara-saudara lainnya, merasakan hadirat Tuhan turun atas seluruh anak-anak Tuhan
yang benar-benar mencariNya. Bukankah ini hal yang indah?
Eutikhus dibangkitkan dan tidak jadi mati, mukjizat bisa terjadi kapan saja, itu benar. Tapi jika
kita tidak bersungguh-sungguh beribadah dalam kebaktian, berkat bisa melayang melewati diri
kita. Kita kehilangan banyak hal indah dan kehilangan “stok” rohani buat perjuangan seminggu
ke depan. Persiapkanlah diri anda semaksimal mungkin agar anda bisa mendengar perkataan
Tuhan tanpa rintangan apapun.
Persiapkan diri sebaik mungkin setidaknya sehari sebelumnya agar kita dapat beribadah
dengan baik
Membangun Sikap Positif
Posted: 17 Sep 2008 11:00 AM CDT
Ayat bacaan: Bilangan 13:27
=====================
“Mereka menceritakan kepadanya: “Kami sudah masuk ke negeri, ke mana kausuruh kami, dan
memang negeri itu berlimpah-limpah susu dan madunya…”
Apa yang anda lihat dari gambar di sebelah kiri, gelas setengah kosong atau
setengah penuh? Pertanyaan ini bisa dipakai sebagai sebuah tes kecil
bagaimana sikap kita dalam memandang hidup. Orang yang punya pola
pikir positif atau optimis akan melihatnya sebagai gelas yang setengah
penuh, sebaliknya mereka yang pola pikirnya negatif atau pesimis akan
melihatnya setengah kosong. Dalam sebuah gambar dengan kondisi yang sama, kesimpulan bisa
berbeda, tergantung dari pola pikir yang mendasari diri seseorang.
Dalam sebuah kisah dalam kitab Bilangan, Musa mengutus 12 orang untuk mengintai tanah
Kanaan, tanah yang dijanjikan Tuhan lewat Abraham (Kejadian 17:8). Hasil dari pengintaian
mereka menyimpulkan hal yang sama: tanah yang dijanjikan Tuhan memang tanah yang
makmur, berlimpah susu dan madunya. Sampai di sini kesimpulan yang diperoleh kedua belas
pengintai adalah sama. Tapi selanjutnya terjadi perbedaan pendapat dengan persentase tidak
sebanding. 10 orang berkata bahwa bangsa yang tinggal disana adalah raksasa-raksasa yang jauh
lebih kuat, menjadikan bangsa Israel hanya seperti belalang kecilnya dibanding
mereka. “There’s no chance..” itu kata 10 orang. Hanya Kaleb dan Yosua yang berpandangan
beda dengan iman yang teguh pada Tuhan. Karena tanah itu adalah tanah yang dijanjikan Tuhan,
maka ada penyertaan Tuhan yang akan membuat mereka PASTI (bukan mungkin atau mudah-
mudahan) mampu menduduki tanah terjanji itu. Dua belas pasang mata mengarah pada satu
tempat yang sama selama 40 hari, kesimpulan akhir yang didapat berbeda. Sayangnya suara
terbanyak yang pesimis lah yang akhirnya didengar. Akibatnya adalah sebuah keputusan yang
fatal: mereka harus berputar-putar di padang gurun selama 40 tahun sebelum akhirnya bisa
memasuki Kanaan. Sebuah fakta lain, diantara orang-orang yang ketika itu sudah dewasa
sebelum mengalami 40 tahun di padang gurun, hanya Yosua dan Kaleb lah yang akhirnya
mampu memasuki tanah Kanaan. Jika kita fokus pada Kaleb, kita melihat bahwa Kaleb
mempunyai sikap positif dengan dasar iman teguh yang percaya sepenuhnya pada Tuhan. Ketika
ia diutus untuk mengintai ia masih berusia 40 tahun. 45 tahun berikutnya, ketika usianya telah
menginjak 85 tahun ia masih tetap bersikap sama, tetap percaya penuh pada Tuhan. Pada usia 85
tahun dia masih siap dengan semangat tinggi untuk menduduki Hebron yang banyak raksasanya.
40 tahun berada di padang gurun tidak sedikitpun meruntuhkan imannya. Kaleb memiliki mental
seorang pemenang, penuh sikap positif karena imannya sangat kokoh. “Jadi sekarang,
sesungguhnya TUHAN telah memelihara hidupku, seperti yang dijanjikan-Nya. Kini sudah
empat puluh lima tahun lamanya, sejak diucapkan TUHAN firman itu kepada Musa, dan selama
itu orang Israel mengembara di padang gurun. Jadi sekarang, telah berumur delapan puluh
lima tahun aku hari ini;pada waktu ini aku masih sama kuat seperti pada waktu aku disuruh
Musa; seperti kekuatanku pada waktu itu demikianlah kekuatanku sekarang untuk berperang
dan untuk keluar masuk.” (Yosua 14:10-11)
Kita tentu sudah sering mendengar janji-janji Tuhan mengenai hidup yang kekal, perlindungan
dari bahaya, kelepasan dari kesesakan dan lain-lain. Semua itu tidaklah asing bagi kita. Tapi
seberapa banyak diantara kita yang bisa bersikap seperti Kaleb? Apakah kita mampu selalu
menghadapi setiap permasalahan dengan sikap positif, mempercayai semua janji Tuhan secara
penuh seperti halnya Kaleb atau kita masih lebih banyak bersikap pesimis dan hidup penuh
ketidakpastian? Lihatlah bahwa pandangan pesimis dari 10 orang pengintai bukan saja berakibat
hanya pada mereka, tapi juga berdampak pada konsekuensi yang harus ditanggung seluruh
bangsa Israel. Belajarlah dari sikap positif Kaleb karena sikap tersebut akan memberikan
perbedaan yang signifikan bukan saja kepada diri sendiri, tapi juga pada orang lain.Mari kita
belajar memandang gelas di atas sebagai gelas yang setengah penuh, bukan setengah kosong.
Iman yang teguh membangun sikap positif yang menyehatkan
Service Excellence
Posted: 18 Sep 2008 02:35 PM CDT
Ayat bacaan: Kejadian 24:18-19
=========================
“Jawabnya: “Minumlah, tuan,” maka segeralah diturunkannya buyungnya itu ke tangannya,
serta diberinya dia minum. Setelah ia selesai memberi hamba itu minum, berkatalah ia:
“Baiklah untuk unta-untamu juga kutimba air, sampai semuanya puas
minum.”
Persaingan ketat di era globalisasi membuat orang tidak bisa lagi sekadar
menjual produknya dengan cara-cara standar. Banyak perusahaan mulai
menerapkan prinsipservice excellence, dimana mereka memberi
pelayanan prima sejak kedatangan pelanggan sampai layanan purna jual. Prinsip “pelanggan
adalah raja” diperhatikan dengan sungguh-sungguh. Kenyataannya kecenderungan orang
memilih sebuah produk berdasarkan pelayanan yang baik sejak paska hingga purna jual dari
tahun ke tahun semakin meningkat. Kualitas produk mungkin sama, harga mungkin beda tipis,
yang membedakan adalah berbagai extra service yang diberikan untuk memuaskan konsumen.
Jika sebuah perusahaan ingin sukses dalam memenangkan kompetisi, mereka dituntut untuk
memberikan berbagai pelayanan tambahan untuk kemudahan dan kenyamanan konsumen. Bisa
dengan menyediakan layanan hotline 24 jam baik lewat telepon atau internet, bisa dengan
menyediakan sistem delivery order yang tepat waktu, bisa lewat keramahan customer service
yang punya empati terhadap konsumen dan sebagainya. Jika dulu membuat produk dengan
kualitas tinggi sudah cukup, jika dulu faktor harga bersaing sudah cukup, saat ini semua itu tidak
lagi cukup tanpa service excellence atau sebuah pelayanan prima.
Alkitab ternyata mencatat bahwa pelayanan prima lewat sebuah layanan ekstra telah ada sejak
dulu. Kita bisa mendapat pelajaran lewat Ribka, yang dalam bahasa Inggris dikenal
dengan Rebekkah atau Rebecca. Suatu hari Abraham menugaskan hamba yang paling tua dalam
rumahnya, Eliezer dari Damaskus, untuk mengambil seorang istri untuk anaknya. (Kejadian
24:1-10). Eliezer berhenti di kota Nahor pada sore hari, dan meminta minum pada sekelompok
anak perempuan yang sedang berada disana untuk menimba air. Adalah Ribka yang memberi
respon positif terhadap seorang asing yang tidak dikenalnya. Bukan hanya memberikan minum
pada Eliezer, tapi juga kesepuluh unta yang dibawa Eliezer. Bukan hanya sekedar memberi
sedikit air, tapi juga menyediakan minum untuk semuanya sampai puas. Ini bentuk service
excellence yang luar biasa. Apa yang terjadi kemudian? Ribka diberi upah berlimpah berupa
anting-anting emas setengah syikal plus gelang emas 10 syikal (Kejadian 24:22). Tapi bukan itu
saja. Lebih dari itu, hidup Ribka diubahkan. Ribka dipinang menjadi istri Ishak. Dan kemudian
kita melihat bahwa dari garis keturunannya lahirlah Yesus. Semua ini berawal dari sebuah sikap
positif yang selalu siap untuk memberi pelayanan terbaik.
Belajar dari kisah Ribka, hendaklah kita semua fokus kepada bagaimana memberi pelayanan
terbaik bagi orang-orang disekeliling kita, baik dalam pekerjaan maupun pelayanan. Lihatlah
bagaimana Tuhan Yesus sendiri datang melayani dan memberikan nyawaNya untuk menebus
manusia (Matius 20:28). Kita harus mampu meneladaninya. Tuhan ingin kita siap melayani
sesama, bukan hanya sekedar pelayanan tapi jauh lebih banyak dari yang mereka harapkan.
Seperti yang pernah saya tulis dalam renungan berjudul Mil Kedua, kita harus selalu siap untuk
memberikan yang terbaik dan jangan berhenti hanya pada kata “sekedar” saja. Alami hidup yang
diubahkan penuh dengan sukacita dan berkat lewat kerinduan kita untuk memberi pelayanan
terbaik bagi sesama.
Tidak hanya satu, tapi berikan dua. Memberi excellent service dapat mengubah hidup
anda
Judgment Night : Awas Salah Jalan
Posted: 20 Sep 2008 11:00 AM CDT
Ayat bacaan: Amsal 14:12
====================
Ada jalan yang disangka orang lurus, tetapi ujungnya menuju
maut.Suatu kali di tahun 1993 keluarga saya berlibur ke Pantai
Parangtritis. Ketika berjalan-jalan di pantai pada suatu malam, seorang
sepupu saya mengamati dari bawah bahwa ada beberapa mobil yang
melintas di balik pepohonan di atas pantai. Di ujung jalan yang dituju mobil-mobil itu kami
melihat sebuah bangunan bercahaya, yang saat itu kami duga adalah hotel. Kami merasa
penasaran akan bangunan itu, dan memutuskan untuk mengikuti jalur yang dilalui mobil-mobil
tadi dengan mengendarai mobil juga. Jalannya sangat gelap, kiri kanannya hutan dan hanya muat
dilalui satu mobil. 15 menit dalam perjalanan kami tidak kunjung mencapai bangunan itu, yang
tadinya terlihat sangat dekat. Sepanjang perjalanan kami tidak bertemu mobil lain, malah jalan
semakin lama semakin sempit dan hutan semakin rimbun. Kami pun dicekam rasa takut tersesat
di hutan itu. Puji Tuhan kami berhasil kembali dengan selamat. Itu pengalaman menakutkan
yang tidak bisa saya lupakan.
Ketika menulis pengalaman di atas saya tiba-tiba teringat akan sebuah film dari tahun yang sama
berjudul Judgment Night. Film yang dibintangi Emilio Estevezini bercerita tentang empat
sahabat yang hendak menonton pertandingan tinju. Ketika terjebak macet di jalan, mereka
memutuskan untuk memotong jalan yang diyakini bisa mempersingkat perjalanan mereka, tapi
keputusan itu ternyata salah total. Di jalan itu mereka melihat peristiwa pembunuhan dan
akibatnya mereka pun harus menyelamatkan diri karena sang pembunuh ingin menghilangkan
nyawa mereka sebagai saksi pembunuhan. Kalau saja mereka sabar di jalan macet, mereka
mungkin terlambat, tapi akan dapat menyaksikan pertandingan dengan selamat. Kini, mereka
harus berjuang untuk selamat dari kejaran pembunuh.
Demikianlah kehidupan rohani kita dalam mengarungi perjalanan panjang di dunia. Setiap saat
ada berbagai pilihan yang seakan-akan lurus, tapi bisa membuat kita tersesat atau bahkan
berujung pada maut. Ada banyak ajaran yang seolah-olah terlihat benar, tapi sebenarnya
menyesatkan. Salah satu aliran baru menyatakan kita akan mendapatkan hasil sejauh perbuatan
kita. Ini seolah-olah terlihat benar, tapi keyakinan itu bertumpu pada pernyataan bahwa manusia-
lah pusat dari segala sesuatu, bukan Tuhan. It’s all about nature, not God. Tidakkah mereka
mempertimbangkan bahwa manusia dan segala yang ada di jagat raya ini punya Pencipta?
Sesuatu yang terlihat benar sekalipun belum tentu lurus, itu kenyataannya.
Bagaimana kita bisa membedakan apa yang benar dan apa yang menyesatkan, apa yang lurus
dan mana yang bengkok? Tuhan tidaklah melepaskan kita ke dunia yang buas ini tanpa bekal.
Tuhan melengkapi kita dengan “peta” dan “kompas” yang akan menghindarkan kita untuk
tersesat dalam hidup. “Peta” tidak lain adalah Alkitab. Alkitab sangat lengkap berisi segala
petunjuk jalan yang akan menunjukkan kemana dan bagaimana kita harus
melangkah. “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar,
untukmenyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untukmendidik orang dalam
kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap
perbuatan baik.” (1 Tim 3:16-17). Sedangkan “kompas” adalah Roh Kudus yang selalu
membimbing dan mengarahkan kita ke arah yang benar. “Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh
Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-
kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-
Nya dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang.” (Yohanes 16:13).
Jika kita menyampingkan Alkitab dan menolak kehadiran Roh Kudus di dalam diri kita, kita
tidak akan bisa melihat dengan jelas dan dapat tersesat pada jalan bengkok yang menuju maut.
Hidup kita akan selalu disibuki keraguan, ketakutan dan ketidakpastian dalam segala hal. Ketika
dalam perjalanan kita butuh peta dan kompas, demikian pula dalam mengarungi hidup kita butuh
tuntunan Alkitab dan Roh Kudus agar kita tidak sampai salah langkah. Berikan diri anda
sepenuhnya untuk dibimbing oleh Roh Kudus, tetaplah bertekun dalam mempelajari setiap
firman Tuhan sehingga kita tidak dapat lagi disesatkan.
Jalan yang terlihat lurus belum tentu benar. Kita butuh firman Tuhan dan tuntunan Roh
Kudus agar tidak tersesat
Serangan Teroris di Hotel Marriott, Pakistan : Who’s Side Is God On?
Posted: 21 Sep 2008 02:27 PM CDT
Ayat bacaan: 2 Tawarikh 15:2
============================
“Ia pergi menemui Asa dan berkata kepadanya: “Dengarlah kepadaku, Asa dan seluruh Yehuda
dan Benyamin! TUHAN beserta dengan kamu bilamana kamu beserta dengan Dia. Bilamana
kamu mencari-Nya, Ia berkenan ditemui olehmu, tetapi bilamana kamu meninggalkan-Nya,
kamu akan ditinggalkan-Nya.”Renungan tentang Lord Of War baru
saja tampil 2 hari yang lalu. Renungan itu sudah saya tulis sekitar 3
minggu yang lalu, tapi saya pending postingannya dan dijadwal
untuk tampil malam sabtu kemarin sesuai dengan apa yang saya
dengar pada hati saya. Ternyata tepat di hari postingan terjadi
sebuah serangan teroris lewat bom bunuh diri di Pakistan,
tepatnya di hotel Marriott yang hingga saat ini sudah menewaskan lebih dari 50 orang.
Sebuah serangan terorisme yang mengerikan kembali mengguncang dunia, kali ini terjadi di
Pakistan. Ledakan dahsyat itu berasal dari bom bunuh diri menggunakan truk berisi bom dengan
daya ledak tinggi langsung meluluh lantakkan hotel Marriott di Islamabad Pakistan pada Sabtu
malam kemarin. Diperkirakan korban tewas akan terus bertambah karena masih ada lusinan
korban berada dalam hotel yang terbakar. Darah dan pecahan daging kembali berserakan di
bumi. Aksi-aksi terorisme mengancam siapa saja, tidak pandang bulu, tanpa memandang latar
belakang suku, budaya dan agama. Dunia kembali dicekam kengerian, trauma dan kepedihan
terutama bagi korban cedera dan keluarga yang kehilangan akan membekas untuk waktu lama.
Dunia masih dan akan terus berisi kekerasan, perselisihan, perkelahian dan peperangan. Dunia
masih akan penuh dengan orang-orang yang tersesat dalam ego, adu kekuasaan dan arogansi.
Dunia akan tetap terdiri dari orang-orang yang tersesat dalam paradigma dan dogma sesat
dimana pembunuhan-pembunuhan keji mereka anggap mendapat pembenaran dari kepercayaan
mereka. Inilah bentuk dunia hari ini, dan dalam renungan tentang Lord Of War kemarin kita
telah mendapat gambaran tentang dunia yang penuh kekejaman dan kekerasan tersebut.
Bagaimana komentar dari presiden Pakistan yang baru saja terpilih, Asif Ali Zardari sehari
setelah kejadian? “Terrorism is a cancer in Pakistan, we are determined, God willing, we will
rid the country of this cancer.” Tidak salah memang jika Asif berharap bahwa jika Tuhan
menginjinkan, mereka akan mampu membersihkan kanker teroris dari tubuh negara Pakistan.
Masalahnya adalah, seringkali para pelaku teror bom bunuh diri juga mengatas-namakan
justifikasi dari Tuhan. Lantas Tuhan ada di pihak mana?
Hal ini mengingatkan saya pada apa yang dikatakan Abraham Lincoln. Pada suatu ketika
seorang pemimpin rohani berkata pada Lincoln, semoga dalam kepemimpinan Lincoln, “Tuhan
akan berada di pihak kita.” Tapi apa jawaban Lincoln?
“for I know that the Lord is always on the side of the right. But it is my constant anxiety and
prayer that I and this nation should be on the Lord’s side.“
Kutipan komentar Lincoln ini sejalan dengan apa yang tertulis dalam 2 Tawarikh 15. Ketika
Azarya dihinggapi Roh Allah, ia pergi menemui raja Asa dan berkata:“TUHAN beserta dengan
kamu bilamana kamu beserta dengan Dia.” (2 Tawarikh 15:2). Lihatlah dalam perjalanan
panjang sejarah manusia, begitu banyak orang yang melakukan segala sesuatu dengan
mengklaim bahwa Tuhan ada di pihak mereka. Mereka melakukan pembenaran-pembenaran
sendiri atas tindakan mereka dengan mengatasnamakan Tuhan. Ayat bacaan hari ini
menunjukkan bahwa Tuhan berada di pihak orang yang berpihak padaNya ; orang yang
mengenal hati Tuhan, mengetahui kehendak Tuhan dan melakukan apa yang Dia kehendaki ;
bukan orang yang berusaha meyakinkan diri sendiri, orang lain bahkan berusaha meyakinkan
Tuhan bahwa apa yang mereka lakukan adalah benar. Ini bentuk justifikasi yang terbalik.
Kita bisa melihat lebih lanjut dalam Yesaya 58:1-12 mengenai kesalehan yang palsu dan sejati.
Bentuk ibadah pada Tuhan, yang digambarkan sebagai berpuasa seharusnya bertujuan untuk
membuka belenggu-belenggu kelaliman, melepaskan tali-tali kuk, memerdekakan orang yang
teraniaya, selanjutnya untuk membagi makanan kepada orang lapar, memberi tumpangan bagi
orang miskin, memberi pakaian pada yang telanjang dan tidak menutup mata terhadap saudara-
saudara yang perlu ditolong. (ay 6-7). Ketika itulah kebenaran akan menjadi barisan
depan,kemuliaan Tuhan hadir melindungi dari barisan belakang. (ay 8). Pada saat itulah kita
memanggil, Tuhan akan menjawab. (ay 9). “TUHAN akan menuntun engkau senantiasa dan
akan memuaskan hatimu di tanah yang kering, dan akan membaharui kekuatanmu; engkau akan
seperti taman yang diairi dengan baik dan seperti mata air yang tidak pernah
mengecewakan.” (ay 11). Tuhan Yesus juga mengingatkan hal yang sama. “sesungguhnya
segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini,
kamu telah melakukannya untuk Aku.” (Matius 25:40). Ini menunjukkan keberpihakan Tuhan
pada mereka yang tertindas dan butuh pertolongan. Ketika kita menunjukkan iman kita lewat
perbuatan untuk menolong mereka, artinya kita berada di pihak Tuhan, dan Tuhan pun akan
berada di pihak kita.
Adalah penting bagi kita untuk menjauhi segala jenis kejahatan, kemudian menjadi terang dan
garam di dunia ini. Berbagai tragedi dan ancaman teror seharusnya menjadi “wake up call” bagi
kita untuk mewartakan kasih lebih lagi. Tuhan akan selalu ada di pihak orang yang berpihak
padaNya, mendengar firmanNya, menjalankan perintahNya, menjauhi laranganNya. Dalam
renungan kemarin kita melihat bahwa ada “peta” dan “kompas” yang telah disediakan Tuhan
sebagai penuntun agar kita tidak salah jalan dan tetap berada di pihakNya. Hindarilah mengambil
keputusan dan melakukan tindakan dengan pembenaran-pembenaran sendiri dan memaksakan
kondisi bahwa Tuhan berada di pihak kita, tapi fokuslah pada usaha sungguh-sungguh untuk
selalu ada dan taat di pihak Tuhan.
Jangan memaksakan kehendak kita dengan mengatasnamakan Tuhan, tapi lakukanlah
segala sesuatu menurut kehendakNya
Lord Of War
Posted: 19 Sep 2008 11:00 AM CDT
Ayat bacaan: Habakuk 2:9
=====================
“Celakalah orang yang mengambil laba yang tidak halal untuk keperluan rumahnya, untuk
menempatkan sarangnya di tempat yang tinggi, dengan maksud melepaskan dirinya dari
genggaman malapetaka!”“There are 555 million firearms in
worldwide circulation, one for every 12 people. The only question
is, how do we arm the other 11?” Ini pertanyaan yang mengawali
kisah film Lord Of War. Yuri Orlov (Nicolas Cage) melihat
peluang dari berbagai kekerasan yang terus terjadi di dunia, baik
dari premanisme, gang, pertikaian kelompok separatis hingga perang. Kebutuhan akan senjata di
dunia ini tidak ada habisnya, setiap hari ada orang yang bertikai, setiap hari ada yang saling
bunuh. Hidup manusia dan kekerasan seolah menjadi sesuatu yang tak terpisahkan, dan untuk itu
semua mereka butuh senjata. Peluang itu dicium oleh Yuri yang kemudian berkarir menjadi
pemasok senjata terbesar di dunia.
Lord of War menggambarkan sisi kekerasan manusia secara nyata. Berbagai adegan
pembunuhan baik pria, wanita bahkan anak-anak akan membuat penonton tercekam. Anak-anak
di bawah umur memanggul senjata dan diajar berperang. Mengerikan, tapi semua itu memang
terjadi di berbagai belahan dunia. Bagi Yuri, semua yang ia lakukan hanyalah bisnis semata. Dia
tidak peduli apa yang orang akan lakukan dengan senjata jualannya, yang penting dagangannya
laku. Dia tidak ingin ada yang terbunuh, tapi lebih dari segalanya, ia hanyalah menjual produk.
Dalam film ini kita akan melihat bahwa Yuri kehilangan semua orang yang ia cintai satu persatu.
Ia menyembunyikan segala kejahatannya dengan rapi dari keluarganya, ia pintar berkelit, ia
sukses dan kaya, tapi damai dan sukacita hilang dari hidupnya. Kita akan melihat juga ada
banyak kesempatan untuk bertobat, Tuhan berkali-kali mengetuk pintu hatinya, tapi Yuri tetap
mengeraskan hati dan meneruskan apa yang ia bisa lakukan meskipun harga dan konsekuensi
yang harus ia bayar sungguh mahal. Ia ditinggalkan anak dan istrinya, saudaranya terbunuh,
orangtuanya tidak lagi mengakuinya sebagai anak, ia terus hidup dalam dosa yang terus
mendapat pembenaran menurut dirinya sendiri.
Dalam hidup kita akan bertemu dengan berbagai peluang untuk memperkaya diri lewat jalan
sesat. Selalu ada banyak godaan yang jika tidak hati-hati akan membuat kita bergelimang dosa
dan kekejian di mata Allah meskipun hal tersebut bisa mendatangkan keuntungan yang tidak
sedikit. Ada banyak anak-anak Tuhan akhirnya terjerumus dalam dosa, mulai dari korupsi,
konspirasi dan lain-lain hanya karena tidak kuasa melawan arus sesat dalam pekerjaan atau
pertemanannya. Ayat bacaan hari ini menegur dengan tegas orang-orang yang mendapatkan
keuntungan lewat cara yang tidak halal. Disembunyikan seperti apapun, Tuhan akan tetap
mengetahui segala perbuatan kita. Paulus berulang kali mengingatkan untuk menjauhi segala
jenis kejahatan. “Jauhkanlah dirimu dari segala jenis kejahatan.” (1 Tes 5:22) , “Janganlah
kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik.”(1 Kor 15:33),“Hati-
hatilah, supaya jangan ada yang menawan kamu dengan filsafatnya yang kosong dan palsu
menurut ajaran turun-temurun dan roh-roh dunia, tetapi tidak menurut Kristus.”(Kol 2:8) dan
masih banyak lagi. Semua peringatan ini penting untuk terus kita ingat, karena peluang,
kesempatan dan godaan untuk jatuh ke dalam dosa yang dibenci Tuhan akan terus ada disekitar
kita. “Orang-orang fasik berjalan ke mana-mana, sementara kebusukan muncul di antara anak-
anak manusia.” (Mazmur 12:8)
Ketika kita tahu bahwa dunia ini penuh dengan kekejaman dan kekerasan, kita seharusnya
semakin aktif mengenalkan kasih sejati Kristus yang menyelamatkan. Kita seharusnya menjadi
saluran kasih kepada sesama kita, bukan malah menjadi ikut-ikutan arus sesat atau bahkan
menjadi penyedia sarana untuk itu atas dasar bisnis atau apapun. Perbedaan nyata antara anak-
anak Allah dan anak-anak iblis adalah nyata. “Inilah tandanya anak-anak Allah dan anak-anak
Iblis: setiap orang yang tidak berbuat kebenaran, tidak berasal dari Allah, demikian juga
barangsiapa yang tidak mengasihi saudaranya.” (1 Yohanes 3:10). Seperti dalam film, kita lihat
Yuri tidak bertobat, tidak dihukum dan terus melanjutkan pekerjaan jahatnya hingga di akhir
film, terkadang kita melihat pula bahwa banyak orang-orang berperilaku jahat terus merajalela di
dunia ini. Salomo menulis “Oleh karena hukuman terhadap perbuatan jahat tidak segera
dilaksanakan, maka hati manusia penuh niat untuk berbuat jahat.” (Pkh 8:11). Tapi itu tidak
berarti bahwa Tuhan mentolerir kejahatan. Lewat kejahatan dan kesesatan kekayaan bisa datang,
umur bisa panjang, tapi tetap akan ada banyak yang harus dikorbankan, akan ada konsekuensi
yang harus dibayar dengan harga mahal. “Walaupun orang yang berdosa dan yang berbuat jahat
seratus kali hidup lama, namun aku tahu, bahwa orang yang takut akan Allah akan beroleh
kebahagiaan, sebab mereka takut terhadap hadirat-Nya.”(Pkh 8:12). Kita harus hidup menurut
Kristus dan menjauhi dosa, apapun alasannya. Kejahatan akan terus ada di sekitar kita. Orang
jahat dan penipu akan terus bertambah jahat, mereka akan terus menyesatkan dan disesatkan, tapi
kita harus terus berpegang teguh pada kebenaran yang berasal dari Tuhan agar terhindar dari
segala kesesatan (2 Tim 3:13-14). Hidup damai sejahtera, kebahagiaan, damai sukacita dan cinta
kasih akan selalu beserta orang yang selalu hidup di jalan Tuhan.
Tidak ada toleransi untuk dosa. Teruslah berpegang pada tangan Tuhan agar kita tidak
terseret arus sesat yang deras
Orang Asing
Posted: 22 Sep 2008 11:00 AM CDT
Ayat bacaan: Keluaran 23:9
====================
“Orang asing janganlah kamu tekan, karena kamu sendiri telah mengenal keadaan jiwa orang
asing, sebab kamupun dahulu adalah orang asing di tanah Mesir.”
Salah satu pekerjaan saya adalah mengajar di sebuah kursus desain. Ada
yang jangka waktu belajarnya 6 bulan, ada yang hanya sebulan, dan ada
pula yang intensif dalam seminggu. Dalam waktu sesingkat itu, saya pun
harus membuat siswa siswi dapat beradaptasi dengan cepat. Kenapa
demikian? Karena saya akan lebih mudah mentransfer ilmu jika mereka sudah benar-
benar “in” dan merasa nyaman. Umumnya kursus, tingkatan usia pun beragam, mulai dari
remaja sampai orang yang sudah tua. Latar belakang pendidikan mereka juga beragam, ada yang
dari SMU, ada yang sedang atau baru lulus kuliah, ada yang sudah bekerja dengan berbagai
profesi. Sebut saja dokter, pegawai kantoran sampai penyanyi dangdut. Latar belakang yang
berbeda-beda ini tentunya memerlukan pendekatan yang berbeda pula. Semua itu harus cepat
saya lakukan, karena masa belajar mereka sangat singkat. Selama beberapa tahun berada dalam
kondisi seperti itu, saya terbiasa untuk melakukan proses adaptasi dalam waktu sangat singkat.
Karenanya untuk masa matrikulasi atau penyesuaian dasar untuk mengikuti pendidikan pun
seringkali ditugaskan pada saya, meskipun pada kelas yang bukan bidang saya. Intinya,
bagaimana saya bisa membuat mereka tidak lagi merasa asing dengan lingkungan pendidikan
mereka yang baru, dan bagaimana memotivasi mereka agar mereka dapat mengikuti pelajaran
dengan lebih bersemangat. Ada yang mudah karena orangnya nyantai atau humoris, ada pula
yang susah karena orangnya tertutup, merasa rendah diri, segan dan lain-lain. Salah satu metode
awal yang saya lakukan adalah menghafal nama mereka satu persatu, dan umumnya mereka akan
lebih cepat akrab dan merasa nyaman jika mereka mengetahui bahwa pengajar mereka mengenal
nama mereka. Pola pendekatan lain tergantung apa yang saya baca dari pribadi masing-masing,
dan semuanya harus cepat saya lakukan agar tidak ada waktu terbuang.
Dalam dunia pekerjaan, pendidikan dan lingkungan tempat tinggal kita akan selalu berhadapan
dengan pendatang baru. Banyak di antara pendatang baru mendapatkan bentuk diskriminasi
sampai intimidasi. Salah seorang teman saya pernah hanya bertahan seminggu di sebuah
perusahaan karena menurutnya dia tidak dipedulikan teman-teman sekerjanya. Tidak pernah
membalas sapa, membuang muka, dan memprotes apapun yang ia kerjakan. Bentuk-bentuk
perlakuan seperti ini akan terus terjadi di berbagai tempat pada pendatang baru. Kita sebagai
anak-anak Tuhan jangan sampai ikut-ikutan seperti itu. Ketika orang masih merasa asing pada
sebuah lingkungan, kita seharusnya mengulurkan tangan menyambut dan membuat mereka
merasa nyaman. Musa dalam beberapa kesempatan mengingatkan kita akan hal tersebut, seperti
yang bisa kita baca dalam Keluaran 23:9 mengenai peraturan hak manusia, dalam Keluaran
22:21 mengenaiperaturan menghadapi orang yang tidak mampu, juga dalam Imamat 19:33-34.
Musa mengingatkan umat Israel pada waktu itu untuk tidak menindas, justru harus mengasihi
orang asing karena mereka pernah merasakan bagaimana rasanya menjadi orang asing di Mesir.
Dalam Imamat 19:33-34 tertulis “Apabila seorang asing tinggal padamu di negerimu, janganlah
kamu menindas dia.Orang asing yang tinggal padamu harus sama bagimu seperti orang Israel
asli dari antaramu, kasihilah dia seperti dirimu sendiri, karena kamu juga orang asing dahulu di
tanah Mesir; Akulah TUHAN, Allahmu.” Ini sebuah peraturan yang mengharuskan kita untuk
mengasihi dan memperlakukan orang asing sama seperti yang kita buat terhadap diri sendiri.
Sebagaimana dua hukum terutama yang diajarkan Yesus, kita harus mengasihi orang lain seperti
kita mengasihi diri kita sendiri, termasuk pada orang asing. Hindari pemikiran kaum mayoritas
vs kaum minoritas, hindari bentuk-bentuk diskriminasi, hindari pemikiran bahwa kita berkuasa
lebih atas mereka hanya karena mereka masih asing dalam lingkungan kita. Sebagaimana Yesus
mengasihi kita, seperti itu pula kita harus mengasihi orang lain. “Dan hiduplah di dalam kasih,
sebagaimana Kristus Yesus juga telah mengasihi kamu dan telah menyerahkan diri-Nya untuk
kita sebagai persembahan dan korban yang harum bagi Allah.” (Efesus 5:2). Tuhan ingin anak-
anakNya tampil beda,tidak serupa dengan dunia ini, dan hidup dengan kemampuan mengetahui
apa yang baik dan berkenan di hadapan Allah. (Roma 12:2). Ketika ada orang asing atau
pendatang baru yang masuk ke dalam kehidupan kita, sapalah mereka, ucapkan selamat datang
dan bantu mereka untuk bisa merasa nyaman.
Hindari bentuk penindasan dan bagikan kasih kepada orang lain, seperti kita dipenuhi
kasih Kristus
Jangan Menghakimi
Posted: 23 Sep 2008 11:00 AM CDT
Ayat bacaan: Roma 14:4
==================
“Siapakah kamu, sehingga kamu menghakimi hamba orang lain? Entahkah ia berdiri, entahkah
ia jatuh, itu adalah urusan tuannya sendiri. Tetapi ia akan tetap berdiri, karena Tuhan berkuasa
menjaga dia terus berdiri.”
Bagi penggemar band kristen tentu sudah tidak asing lagi dengan
band GMB (Giving My Best). Mereka sudah memberkati begitu
banyak orang dalam perjalanan mereka. Beberapa bulan yang lalu
penggemar mereka dikejutkan dengan mundurnya Sidney Mohede
sang vokalis. Dan yang lebih mengejutkan lagi, ternyata posisinya
digantikanBams, vokalis band Samsons. Munculnya suara pro dan kontra tidak terelakkan.
Sebagian orang menganggap reputasi Bams selama ini tidaklah cukup untuk menduduki posisi
dalam sebuah band sekelas GMB. Mereka melihat Bams sebagai sosok selebritis yang
kehidupannya tidak mencerminkan seorang anak Tuhan yang baik. Sulit dibantah memang,
karena saya pernah beberapa kali melihat gaya hidup dan wawancara Bams di infotainment yang
membuat saya pun sempat ragu.
Tapi Tuhan mengingatkan saya akan hal ini. Ayat bacaan berbicara pada kita semua bahwa kita
tidak dalam kapasitas untuk menghakimi siapapun. Siapakah kita ini yang merasa diri kita
berhak menilai negatif orang lain? Urusan penghakiman adalah hak Tuhan, bukan kita.(Roma
12:19). Dalam Matius 7:1-3 kita diingatkan agar kita tidak menghakimi supaya kita tidak
dihakimi. Apa yang kita pakai untuk mengukur orang lain akan dipakai pula kepada diri kita
sendiri. Dalam kisah perempuan yang berzinah, Yesus berkata: “Barangsiapa di antara kamu
tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu.”(Yoh 8:7)
Ini sebuah peringatan bahwa kita semua juga masih banyak berbuat dosa, dan karenanya kita
tidak bisa menghakimi orang lain seolah-olah kita lah yang paling bersih.
Saya rasa tidak ada orang yang tidak pernah terjerumus dalam dosa. Banyak diantara kita,
termasuk saya sendiri yang masa lalunya juga penuh dengan kekelaman. Betapa luar biasanya
Tuhan yang memberi pengampunan ketika kita bertobat. Bayangkan dalam posisi manusia yang
pantas dihukum semua dosa-dosanya, Tuhan malah mengirim Yesus Kristus ke dunia untuk
membayar lunas semua dosa kita. Dia mati di atas kayu salib untuk kita semua, menggantikan
tempat yang seharusnya kita tanggung. Kemudian Tuhan memberikan kita berkat melimpah,
diantaranya kehidupan kekal, pengampunan, sukacita, damai sejahtera dan pengharapan – yang
semuanya diberikan lewat Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat kita. Jika kita benar-benar
menyadari hal ini, kita pun akan semakin mengurangi kecenderungan untuk menilai dan
menghakimi orang lain. Jika kita bersyukur atas segala pengampunan dan kesempatan yang
diberikan Tuhan pada kita, sudah selayaknya kita pun memberikan kesempatan bagi siapapun
untuk berbalik dari kejahatan dan dosa. Mungkin panggilan buat Bams adalah awal yang baik
untuk memulai kehidupannya yang baru. Dia mendengar panggilan Tuhan dan memilih untuk
melakukannya. Ini adalah sesuatu yang seharusnya kita dukung, bukan sebaliknya dicurigai dan
dihakimi. Melayani dalam sebuah band rohani kristen bukanlah tempat untuk ajang popularitas,
menumpuk harta atau menjual suara, bukan juga sebuah entertainment semata, tapi menawarkan
sebuah pelayanan lewat pujian dan penyembahan, yang bisa menawarkan kehidupan buat
generasi kita. Dan semua itu adalah demi kemuliaan Tuhan. Seperti yang tertulis pada Filipi 4:8,
marilah kita mendasarkan pikiran kita kepada hal-hal yang positif dan menjauhkan bentuk-
bentuk penghakiman dan penilaian negatif terhadap orang lain.
Ketika saudara kita sadar dan bertobat, berilah mereka kesempatan, karena Tuhan pun
selalu memberi kesempatan dan pengampunan buat kita semua
Mengasihi Musuh
Posted: 24 Sep 2008 11:00 AM CDT
Ayat bacaan: Amsal 24:17
=========================
“Jangan bersukacita kalau musuhmu jatuh, jangan hatimu beria-ria kalau ia terperosok”
Bagaimana defenisi musuh bagi anda? Bagi sebagian besar orang, musuh
berarti seseorang yang dibenci, mungkin karena menyebabkan kerugian,
sakit hati, kekecewaan dan lain-lain. dan karenanya mereka ini tidak pada tempatnya diampuni,
apalagi dikasihi. Dalam sebuah acara siraman rohani saudara kita yang berlainan keyakinan di
radio, seorang guru agama menjelaskan perbedaan antara lawan dan musuh. Lawan adalah
kompetitor yang dibutuhkan, seseorang yang berbeda pendapat dengan anda dan sebagainya.
Sedang musuh adalah seseorang yang harus diperangi, dihancurkan, dimusnahkan. Mungkin pola
pikir duniawi pun demikian, karena seorang musuh telah menyebabkan kerugian atau
kekecewaan yang tidak sedikit. Mengasihi orang yang memang kita kasihi, membalas kebaikan
dengan kebaikan tidaklah sulit. Tapi ajakan mengasihi musuh, ini sebuah ajakan yang bisa kita
anggap aneh dan umumnya sangat sulit untuk dilakukan.
Coba bayangkan jika musuh yang anda benci mengalami masalah, malapetaka atau setidaknya
problema, tidakkah hal itu bisa memuaskan hati kita? Banyak orang yang akan sangat menikmati
hal tersebut, malah ironisnya banyak yang memanjatkan syukur pada Tuhan ketika si musuh
sedang menderita. Ayat bacaan hari ini menegaskan janganlah kita bersukacita dan bergembira
ria ketika musuh kita jatuh. Dalam kesempatan lain Yesus pun dengan tegas
mengajarkan: “Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka
yang menganiaya kamu.” (Mat 5:44). Mengapa harus demikian? ayat selanjutnya menjelaskan
alasannya. “Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga,
yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan
bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar.”(Mat 5:45) Alasannya adalah, karena
dengan mengasihi musuh dan berdoa bagi mereka yang menyakiti kita-lah kita menjadi anak-
anak Bapa. Ini sebuah ajaran luar biasa yang membedakan kita yang percaya pada Yesus dengan
orang-orang duniawi. Meskipun demikian, ajaran ini tidaklah mudah untuk dilakukan, dan bisa
jadi makan waktu yang tidak singkat untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan.
Seorang penulis Kristen bernama Alfred Plummer (1841–1926) pernah menulis:“To return evil
for good is devilish; to return good for good is human; to return good for evil is divine. To love
as God loves is moral perfection.” Plummer benar, membalas kebaikan dengan kejahatan berarti
membiarkan iblis mempengaruhi kita dengan kebencian,iri dan dengki. Membalas kebaikan
dengan kebaikan adalah sesuatu yang manusiawi, sedang membalas kejahatan dengan kebaikan
adalah sifat Ilahi. Untuk kehidupan kita pun, sebuah rasa sakit hati dan kebencian akan musuh
tidaklah sehat. Kita tidak akan pernah bisa hidup bahagia dalam damai dan sukacita jika kita
masih menyimpan dendam dan kebencian. Lihatlah bagaimana tindakan Yesus di atas kayu salib.
Dalam Lukas 23:34 Yesus berkata: “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa
yang mereka perbuat.”Bukankah luar biasa, ketika Yesus tengah mengalami penderitaan di luar
batas kemanusiaan, Dia masih bisa berdoa bagi mereka yang menyalibkan dan menyiksa-Nya.
Jika mengasihi musuh dan berdoa bagi mereka masih terasa sulit bagi anda, biarkanlah diri anda
dituntun oleh Roh Kudus untuk hal itu. Jangan keraskan hati, berdoalah dan minta agar Roh
Kudus menerangi diri anda. Terang cahaya dari Roh Kudus akan mampu menembus kegelapan
yang paling dalam sekalipun di hati kita, dan itu akan membuat kita sanggup untuk memaafkan
musuh kita. Sulit memang, tapi kita harus sanggup mencapai tingkat tersebut. “Karena itu
haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.” (Matius 5:48)
Roh Kudus mampu memberikan kelegaan sehingga kita sanggup memberikan
pengampunan dan mendoakan musuh kita
Gembalakanlah Domba-Ku
Posted: 25 Sep 2008 11:00 AM CDT
Ayat bacaan: Yohanes 21:17
=========================
“Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: “Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi
Aku?” Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: “Apakah engkau
mengasihi Aku?” Dan ia berkata kepada-Nya: “Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau
tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.” Kata Yesus kepadanya: “Gembalakanlah domba-domba-
Ku.”
Jika anda ditanyakan sebuah pertanyaan yang sama sebanyak tiga kali
berturut-turut apa yang anda rasakan? Ada yang mungkin kesal, ada yang
sedih karena merasa apa yang ia jawab tidak cukup meyakinkan untuk
dapat dipercaya dan sebagainya. Umumnya sebuah pertanyaan yang
diulang-ulang bermaksud untuk meyakinkan si penanya terhadap jawaban yang ia terima. Saya
membayangkan seandainya saya ditanya oleh istri saya tiga kali berturut-turut, saya mungkin
menduga bahwa ada yang ia curigai dari saya. Sebuah kejadian yang mirip terjadi beberapa saat
sebelum Yesus naik ke surga. Yesus menanyakan apakah Petrus mengasihiNya sebanyak tiga
kali, dan tiga kali pula Petrus menjawab, Engkau tahu, aku mengasihi Engkau. Respon Yesus
selanjutnya pada semua jawaban Petrus adalah, “gembalakanlah domba-dombaKu”. Apakah
Yesus meragukan Petrus mengasihi diriNya? tidak. Pertanyaan yang diulang-ulang itu bukanlah
untuk diriNya, melainkan untuk Petrus. Yesus tidak menanyakan apakah Petrus mengasihi
domba-dombaNya, tapi apakah Petrus mengasihi Yesus. Dia melakukannya untuk
menggarisbawahi bahwa kasih kepada Kristus yang sungguh-sungguh lah yang memampukan
Petrus untuk terus melayani dan menyelamatkan banyak jiwa, yang sesungguhnya bukan
pekerjaan yang mudah.
Kristus adalah gembala yang baik, yang memberikan nyawa bagi domba-dombaNya (Yohanes
10:11). Domba-domba Yesus berbicara bukan hanya kita yang sudah percaya, tapi juga domba-
domba yang tersesat yang butuh diselamatkan. “Ada lagi pada-Ku domba-domba lain, yang
bukan dari kandang ini; domba-domba itu harus Kutuntun juga dan mereka akan mendengarkan
suara-Ku dan mereka akan menjadi satu kawanan dengan satu gembala.”(Yohanes 10:16).
Semua ini sama pentingnya, dan Yesus memberikan nyawaNya termasuk juga untuk
menyelamatkan mereka.(Yohanes 10:17).
Sebelum Yesus naik ke surga, Dia berpesan pada Petrus untuk peduli pada domba-dombaNya
yang Dia kasihi dengan sepenuh hati. Bagaimana kita bisa mengasihi domba-domba seperti
halnya Kristus mengasihi mereka? Tidak ada cara lain selain dengan cara mengasihi Kristus
dengan sungguh-sungguh.Menggembalakan domba bukanlah pekerjaan gampang. Terkadang
domba-domba yang kita layani bisa bersikap tidak menyenangkan, kita terkadang merasa bahwa
apa yang kita buat bagi mereka seolah-olah tidak dihargai, bisa jadi bukannya terimakasih yang
kita dapat tapi malah komplain dan kritikan, dan itu semua bisa membuat kita kehilangan
motivasi dan semangat. Tapi kasih kita kepada Kristus bisa menjadi dasar motivasi yang cukup
untuk memampukan kita untuk terus berada pada jalur yang sama, terus setia untuk melayani,
terus menggembalakan domba-domba Kristus. Petrus kemudian kembali mengingatkan kita
tentang hal ini dalam pelayanannya. “Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu,
jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan karena
mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri.” (1 Petrus 5:2). Apakah anda
mengasihi Kristus lebih dari apapun? Jika ya, gembalakanlah dombaNya.
Hanya dengan mengasihi Kristus kita mampu melayani dan mengasihi domba-dombaNya
Koruptor
Ayat bacaan: 1 Timotius 6:10
============================
“Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang
telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.”
Seorang jaksa yang terlibat kasus korupsi baru-baru ini menangis di persidangan ketika tengah
membacakan pledoi di hadapan majelis hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi. Dia dituntut
hukuman 15 tahun, tuntutan yang membuatnya syok hingga tidak bisa makan dan tidur. Dia pun
menangis membayangkan bagaimana nasib istri dan anak-anaknya jika ia harus dipenjara selama
15 tahun. Baginya hukuman 15 tahun itu sama saja denganhukuman mati bagi anak-anak, istri,
orang tua dan mertuanya. “Bagaimana nasib kedua anak saya yang masih balita, dan yang akan
lahir..” katanya. Istri sang jaksa memang tengah hamil tua. Anehnya, walaupun jelas-jelas
terbukti korupsi, ia masih menganggap hukumannya tidak adil. Lho, apakah ketika melakukan
korupsi dia tidak memikirkan bahwa hal tersebut tidaklah adil bagi masyarakat umum?
Mendapatkan uang dengan cara kotor kini membawa konsekuensi serius tidak saja bagi dirinya
sendiri, tapi bagi keluarganya. Vonis sudah dijatuhkan bagi dirinya, yang ternyata lebih berat
dari tuntutan diatas. Dia akhirnya mendapat vonis 20 tahun penjara. Saya membayangkan
keluarganya akan sulit hidup normal sebagai keluarga koruptor. Bentuk hukuman dari penilaian
masyarakat dalam gerak gerik mereka sehari-hari akan sangat menyakitkan. Ketika mungkin
tadinya ia membayangkan bahwa uang yang ia peroleh dapat membuat dia tertawa terbahak-
bahak kini berubah menjadi syok, ratapan kesedihan yang tak kunjung usai.
Harta kekayaan tentu menjadi keinginan hampir semua orang. Saya rasa tidak akan ada yang
mau hidup miskin dan kekurangan. Orang bekerja keras agar mampu membiayai hidupnya
beserta keluarga dan meningkatkan taraf hidup mereka. Tapi rasa cinta berlebihan terhadap uang
akan membuat orang tergoda untuk mengambil jalan pintas yang salah, lewat cara-cara jahat,
penipuan, penggelapan, suap dan sebagainya. Dan lihatlah akibatnya.
Berusaha untuk mendapatkan penghasilan tidaklah salah jika dilakukan lewat cara-cara benar
atas hasil jerih payah kita. Banyak orang yang salah mengartikan ayat bacaan hari ini sebagai
larangan untuk mengumpulkan uang. Yang menjadi akar kejahatan bukanlah “uang”, tapi “cinta
uang”, menjadikan uang sebagai yang paling utama di dalam hidup. Hal ini sama artinya dengan
menomor duakan Tuhan. Yesus mengatakan, “Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua
tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia
akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi
kepada Allah dan kepada Mamon (dewa uang).”(Matius 6:24). Selanjutnya kita lihat firman
Tuhan mengenai orang yang memperkaya dirinya dengan apa yang bukan menjadi
haknya. “Celakalah orang yang menggaruk bagi dirinya apa yang bukan miliknya…”(Habakuk
2:6). Kejahatan cinta uang, mencari keuntungan lewat jalan pintas dan menguasai apa yang
bukan menjadi hak adalah sebuah kejahatan serius di mata Tuhan. Daud pun mengingatkan
bahwa “lebih baik yang sedikit pada orang benar dari pada yang berlimpah-limpah pada orang
fasik, sebab lengan orang-orang fasik dipatahkan, tetapi TUHAN menopang orang-orang
benar.” (Mazmur 37:16-17).
Tuhan adalah Allah yang peduli pada kita, yang tidak akan membiarkan siapapun yang terus
dekat padaNya menderita sendirian. Tuhan Yesus pun menjabarkan dengan jelas dalam Matius
6:25-34 bahwa kita tidak perlu khawatir akan kesusahan hidup, karena Allah mengetahui
segalanya yang kita butuhkan. Menggaruk uang lewat jalan salah memang sepintas terlihat
nikmat, korupsi memang bisa mendatangkan kekayaan dengan instan, tapi semua itu adalah
kejahatan di mata Allah. Dengan alasan apapun, kita tidak dibenarkan untuk mengambil jalan
pintas demi mengumpulkan harta. Doakan setiap pekerjaan anda agar diberkati Tuhan. Biarkan
Tuhan bertahta di atas segala usaha anda, tetaplah mengucap syukur dan jangan lupa kewajiban
untuk membayar apa yang menjadi hak Tuhan lewat persembahan persepuluhan, maka lihatlah
Tuhan mencukupkan segala sesuatu dalam hidup anda.
Bukan tawa bahagia, tapi ratapan tak kunjung akhir-lah yang dituai orang yang
mengeruk keuntungan dengan cara kotor
Kasih Sejati
Posted: 27 Sep 2008 11:00 AM CDT
Ayat bacaan:1 Kor 13:5
Ia (Kasih) tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak
pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain.
A baru saja naik jabatan. Dia pun mendapatkan banyak hadiah. B, teman A, juga memberi
hadiah. Karena kesibukannya,A lupa mengirimkan kartu ucapan terima kasih kepada B, atau
sekedar telepon. B terus menunggu tanggapan dari A, tapi tanggapan itu tidak pernah datang,
meskipun mereka berulang kali bertemu setelahnya. Seiring waktu berjalan, ternyata B merasa
tersinggung karena pemberiannya seolah-olah tidak mendapat tanggapan dan merasa tidak
dihargai. B merasa disisihkan, karena hadiah pemberiannya tidak mendapat balasan sesuai yang
ia harapkan.
Dalam banyak bentuk lain hal seperti ini sering terjadi. Banyak orang yang memberi
mengharapkan ucapan terima kasih, atau mengharapkan imbalan, atau mengharapkan hadiah
kembali sebagai bentuk balasan. Bahkan banyak Pemberian kerap kali bukanlah sebagai
ungkapan kasih, melainkan mengharapkan bentuk-bentuk keuntungan seperti mendapat promosi
kenaikan jabatan, lulus ujian dan lain-lain. Ini sesungguhnya tidak sejalan dengan gambaran
kasih menurut alkitab. Di dalam ayat bacaan hari ini kita melihat bahwa kasih sejati adalah kasih
yang tidak mencari keuntungan diri sendiri, tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan
orang lain. Kasih sejati tidak mengharapkan balasan, tidak pamrih, dan keluar dari hati sebagai
ungkapan kasih kita terhadap orang lain. Ketika kita memberi sesuatu dengan motif lain dan
bukan berdasarkan kasih, hal-hal seperti di atas pun mungkin terjadi. Itu karena kita berharap
orang yang kita beri seharusnya mengembalikan lagi dalam bentuk lain sesuai keinginan kita.
Kasih sejati akan membuat kita memberi dengan sukacita, tanpa menyimpan apapun dibalik
pemberian, dan tidak mengharapkan apapun, bahkan ucapan terima kasih sekalipun. Seperti
Tuhan mengasihi kita tanpa henti, ketika Tuhan selalu mengampuni kita setiap kali kita, ketika
kita sadar bahwa Yesus rela mengorbankan diriNya demi menebus kita, kita merasakan kasih tak
terbatas Tuhan atas diri kita. Sebagai anak-anak Tuhan, kita pun seharusnya bisa merefleksikan
kasih tak terbatas Tuhan kepada orang lain.
Kasih sejati tidak menuntut imbalan
Diam Di Kaki Tuhan
Posted: 28 Sep 2008 11:00 AM CDT
Ayat bacaan: Lukas 10:39
========================
“Perempuan itu mempunyai seorang saudara yang bernama Maria. Maria ini duduk dekat kaki
Tuhan dan terus mendengarkan perkataan-Nya”
Dalam salah satu episode Kick Andy! yang saya tonton, Nugie mendapat kejutan dengan
hadirnya sang ibu tanpa ia ketahui. Dia bergegas menyongsong sang ibu yang kelihatan agak
sulit berjalan, tangannya lalu menopang dan membimbing ibunya ke bawah. Kemudian terdengar
suara Nugie yang bertanya,“tadi kan kita teleponan, kok nggak cerita sih mau kesini..?”sambil
diselingi tawa gembira. Kemudian si ibu diwawancarai singkat, apakah ia bangga punya anak
seperti Nugie, dan si ibu menjawab, “sangat bangga..”. Nugie kemudian memeluk dan mencium
ibunya. Ibu Nugie layak bangga, sangat layak. Di saat begitu banyak selebritis yang terjatuh
akibat obat-obatan dan dosa lain, anaknya tidak ikut terjebak dan malah tampil sebagai sosok
pecinta lingkungan hidup. Di saat banyak selebritis yang terlalu sibuk bekerja hingga melupakan
orang tuanya, anaknya tetap dekat padanya. Saya berpikir, ada berapa banyak orang tua saat ini
yang merasa kesepian karena anak-anak mereka semua terlalu sibuk bekerja dan tidak punya
waktu mengunjungi mereka, meluangkan waktu untuk bersama-sama dengan mereka. Orang tua
membesarkan anak-anak mereka, dan berjuang habis-habisan agar anak mereka bisa berhasil
membangun karir, tapi kemudian karena karir pula mereka tidak lagi punya waktu luang. Coba
tanyakan kepada para orang tua yang kesepian, apakah yang mereka butuh, kemewahan harta
benda dari sang anak, atau waktu-waktu indah bersama anak-anaknya. Mungkin, dan saya yakin,
orang tua akan sangat rindu memeluk anaknya seperti dulu ketika mereka kecil.
Tuhan pun demikian. Kita begitu sibuk bekerja, berjuang hidup, sehingga kita sering melewatkan
waktu-waktu kita untuk mendatangi dan berdiam di hadiratNya. Ada yang bahkan sering terlalu
sibuk melayani, tetapi melupakan saat dimana kita duduk berdiam di kakiNya dan merasakan
betapa Tuhan begitu dekat dan begitu mengasihi kita. Ayat bacaan hari ini mengambil kisah
ketika Yesus berkunjung ke rumah Marta dan Maria. Mendapat kunjungan dari Kristus, Marta
pun sibuk melayani. Tapi Maria memilih untuk terus duduk diam di dekat kaki Tuhan dan terus
mendengarkan perkataanNya. Marta kemudian mengeluh karena ia melayani sendirian dan
meminta Yesus mengingatkan Maria untuk membantunya. Tapi Yesus menjawab: “Marta,
Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara,tetapi hanya satu saja yang
perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya.” (Lukas
10:41-42).
Ada kalanya kita harus menarik rem dari kesibukan kita, baik pekerjaan ataupun pelayanan. Ada
saatnya kita harus berhenti berkeluh kesah dan meminta tolong atas segala permasalahan kita.
Dan pergunakanlah waktu tersebut untuk duduk diam di kaki Tuhan, merasakan kasihNya
yang begitu damai, mendengar suaraNya menyampaikan hal-hal yang ingin Dia katakan pada
kita, menikmati persekutuan pribadi yang indah dengan Bapa. Inilah bagian yang terbaik, yang
tidak akan diambil dari kita. Tuhan rindu menikmati saat-saat teduh bersama anak-anakNya,
Tuhan rindu memeluk anak-anakNya, dan itu tidak akan terjadi jika kita tidak tahu kapan saatnya
menghentikan ritme kesibukan kita sehari-hari. Kita memang tidak dilarang untuk memohon
bantuan dari Tuhan lewat doa-doa kita, tapi ada waktu dimana kita diminta untuk diam dan
mengetahui bahwa Allah berkuasa di atas segalanya. “Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah
Allah! Aku ditinggikan di antara bangsa-bangsa, ditinggikan di bumi!” (Mazmur 46:11).
Ketahuilah bahwa Tuhan tidak pernah terlelap, tidak pernah lengah menjaga kita, dan Dia lah
sumber pertolongan yang selalu mendengar. Saatnya bagi kita untuk duduk diam dan ganti
mendengar apa yang hendak Ia nyatakan dalam hidup kita.
Berikan waktu terbaik anda untuk diam di kakiNya, dan mendengar suaraNya
Sela
Ayat bacaan: Mazmur 3:9
=======================
“Dari TUHAN datang pertolongan. Berkat-Mu atas umat-Mu! S e l a”
Ayat bacaan di atas adalah salah satu dari sekian banyak ayat kitab Mazmur yang diakhiri
dengan kata Sela. Sela banyak diartikan orang sebagai selingan musik, namun tidak menutup
kemungkinan lain berdasarkan para ahli alkitab merujuk pada waktu jeda, istirahat, diam
sejenak, menekankan atau menutup bagian lagu. Dalam versi bahasa Inggris (amplified)
diterjemahkan sebagai“pause and calmly think of that”, dan ada pula yang menyebutnya
sebagai “stop and listen”. Selain pada Mazmur, Sela juga beberapa kali kita jumpai dalam
Habakuk 3. Mungkin kata Sela ini sering dianggap kurang penting sehingga sering dilewatkan,
padahal melihat jumlahnya yang banyak diulang, Sela pasti memiliki makna yang penting.
Sebuah lagu dari GMB di album terbaru mereka mengambil judul Sela. Demikian liriknya:
Saat ku berteduh
kuuntai doaku
dalam kesunyian ku merindu suaraMu
Kau peluk hatiku
dalam hadiratMu
di relung jiwaku, kumendengar suaraMu
Haleluya.. haleluya..haleluya.. amin (2x)
Menyambung renungan kemarin tentang duduk diam mendengar apa yang ingin dinyatakan
Tuhan bagi kita, kata Sela mempertegas hal itu. Rutinitas dari segala aktivitas kita sehari-hari,
semua kesibukan kita juga memerlukan waktu Sela. Demikian pula dengan pelayanan. Ada
banyak anak-anak Tuhan yang begitu sibuk dengan pelayananNya hingga tidak sempat lagi
mengambil saat teduh untuk menikmati kasih Tuhan dalam hadiratNya. Apapun yang kita
kerjakan dan menyita waktu kita selalu butuh jeda, butuh sela. Dan di saat itulah jiwa kita
beristirahat, menikmati keintiman hanya bersama Bapa. “Seperti rusa yang merindukan sungai
yang berair, demikianlah jiwaku merindukan Engkau, ya Allah. Jiwaku haus kepada Allah,
kepada Allah yang hidup. Bilakah aku boleh datang melihat Allah? (Mazmur 42:2-3) Bagi saya,
waktu sela adalah waktu yang kita pakai dimana kita melepaskan segala atribut dunia dengan
segala permasalahannya, dan datang menghampiri tahta kudus Tuhan dengan tangan
menyembah, berserah sepenuhnya dan membawa pujian yang terbaik hanya untuk Allah. Ini saat
yang indah untuk introspeksi, merenung, mengkaji ulang hal-hal yang telah kita lakukan sehari
penuh, apakah semua yang kita lakukan adalah sesuai dengan kehendakNya atau belum, saat
yang indah dimana Tuhan bisa terasa begitu dekat. Waktu sela bukanlah waktu dimana kita
masih memenuhi doa kita dengan permintaan tolong akan ini dan itu, tapi merupakan waktu
dimana kita diam, merasakan pelukan Tuhan dan mendengar suaraNya.
Perenungan Daud tentang Allah dalam kitab Mazmur demikian panjang, termasuk di dalamnya
waktu Sela. Jangan lewatkan waktu-waktu Sela agar jiwa kita disegarkan kembali, merasakan
kedamaian ketika Allah hadir di dekat kita, dimana tidak ada kekhawatiran, ketakutan dan
masalah.
Beri waktu Sela dalam kehidupan sehari-hari untuk kembali fokus kepada apa yang
diinginkan Tuhan dalam hidup kita