Kumpulan Renungan

71
As A Man Thinketh Ayat bacaan: Amsal 23:7 ==================== “Sebab seperti orang yang membuat perhitungan dalam dirinya sendiri demikianlah ia.” Ada sebuah buku yang cukup menggemparkan ketika pertama kali diterbitkan pada tahun 1902. Karya James Allen itu berjudul As A Man Thinketh (Seperti Yang Dipikirkan Seseorang), bercerita tentang kekuatan pikiran untuk menjadi sukses. Kata As A Man Thinketh diambil dari bagian pertama kitab Amsal 23:7. Mungkin dalam bahasa Indonesianya kurang jelas, seperti yang dapat dibaca pada ayat bacaan hari ini. Tapi dalam bahasa Inggris versi King James, ayat tersebut berbunyi: “For as he thinketh in his heart, so is he.” Kurang lebih kalau diterjemahkan dalam bahasa sehari- hari bunyinya: You Are What You Think. Banyak orang berpendapat bahwa apa yang ditulis James Allen tidaklah alkitabiah karena memusatkan segala sesuatu pada pikiran manusia dan bukan pada Tuhan. Banyak pula yang berpendapat bahwa apa yang perlu kita jaga sebenarnya adalah hati. Tidak salah, karena Amsal 4:23 berkata “jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.” Lebih lanjut Salomo berkata lagi, “Seperti air mencerminkan wajah, demikianlah hati manusia mencerminkan manusia itu.”(Amsal 27:19). Tapi apakah benar pikiran tidak mempunyai peran sama sekali bagi kita?Saya tidak akan fokus kepada benar tidaknya karya James Allen menurut alkitab. Yang ingin saya tulis hari ini adalah bagaimana korelasi

description

agama

Transcript of Kumpulan Renungan

Page 1: Kumpulan Renungan

As A Man Thinketh

Ayat bacaan: Amsal 23:7

====================

“Sebab seperti orang yang membuat perhitungan dalam dirinya sendiri demikianlah ia.”

Ada sebuah buku yang cukup menggemparkan ketika pertama kali diterbitkan pada tahun 1902.

Karya James Allen itu berjudul As A Man Thinketh (Seperti Yang Dipikirkan Seseorang),

bercerita tentang kekuatan pikiran untuk menjadi sukses. Kata As A Man Thinketh diambil dari

bagian pertama kitab Amsal 23:7. Mungkin dalam bahasa Indonesianya kurang jelas, seperti

yang dapat dibaca pada ayat bacaan hari ini. Tapi dalam bahasa Inggris versi King James, ayat

tersebut berbunyi: “For as he thinketh in his heart, so is he.” Kurang lebih kalau

diterjemahkan dalam bahasa sehari-hari bunyinya: You Are What You Think. Banyak orang

berpendapat bahwa apa yang ditulis James Allen tidaklah alkitabiah karena memusatkan segala

sesuatu pada pikiran manusia dan bukan pada Tuhan. Banyak pula yang berpendapat bahwa apa

yang perlu kita jaga sebenarnya adalah hati. Tidak salah, karena Amsal 4:23 berkata “jagalah

hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.” Lebih lanjut

Salomo berkata lagi, “Seperti air mencerminkan wajah, demikianlah hati manusia mencerminkan

manusia itu.”(Amsal 27:19). Tapi apakah benar pikiran tidak mempunyai peran sama sekali bagi

kita?Saya tidak akan fokus kepada benar tidaknya karya James Allen menurut alkitab. Yang

ingin saya tulis hari ini adalah bagaimana korelasi antar pikiran dengan perkembangan iman kita.

Sadar atau tidak, pikiran kita adalah salah satu faktor besar yang menentukan seperti apa hidup

kita, dan bagaimana hidup kita ke depan. Jika pikiran kita negatif, maka hidup kita pun akan

penuh dengan hal-hal negatif. Selalu curiga, sulit percaya, pesimis, keraguan, misalnya, adalah

beberapa diantaranya. Sebaliknya jika seseorang punya pikiran positif, maka hidupnya pun akan

berisikan hal-hal positif. Semangat, jujur, tekun, tabah, optimis, tidak berburuk sangka dan hal

positif lainnya akan menjadi pola kehidupan mereka. Pikiran negatif akan membuat orang hidup

tanpa pengharapan. Dan hidup tanpa pengharapan tidaklah sesuai dengan apa yang diinginkan

Tuhan buat kita. Orang yang pikirannya jahat hidupnya akan penuh dengan hal-hal jahat seperti

menipu, mencuri, menyakiti dan lain-lain. Sebaliknya orang yang pikirannya baik akan berlaku

santun pada orang lain, tidak cepat menuduh tanpa bukti dan sebagainya. Artinya, you are what

you think, atau as a man thinketh, memang berpengaruh dalam kehidupan kita.

Page 2: Kumpulan Renungan

Jika demikian, kemanakah sebaiknya pikiran kita dipusatkan, agar pikiran kita tetap sehat dan

tidak terkontaminasi dengan berbagai pikiran negatif, jahat atau kotor? Daud berkata, “TUHAN

adalah terangku dan keselamatanku, kepada siapakah aku harus takut? TUHAN adalah benteng

hidupku, terhadap siapakah aku harus gemetar?” (Mazmur 27:1). Ayat ini berbicara mengenai

kehidupan orang percaya yang berpusat pada Tuhan. Di dalam ayat ini terkandung pengertian

bahwa selalu ada pengharapan dan keyakinan jika kita berpusat pada Tuhan. Dalam kesempatan

lain, Tuhan Yesus berkata, “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku

Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia

kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu.”(Yohanes 14:27). Yesus adalah harta kita

terbesar, dan berpusat padaNya kita akan mendapat damai sejahtera Kristus, yang tidak akan

pernah sama seperti yang dapat diberikan dunia pada kita. Kemudian dalam Filipi 4:8, Paulus

berkata “Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang

adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut

kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.” Paulus mengajak kita semua untuk

mendasarkan pikiran kita terhadap hal-hal positif.

Pikiran negatif cepat atau lambat akan merusak hidup kita, mengganggu kesehatan kita dan akan

menjauhkan sukacita dari kehidupan kita. Hati memang harus kita jaga dengan baik, tapi jangan

lupa pikiran kita pun harus selalu kita pelihara baik. Kita bisa meraih sukses, berkat akan turun

atas usaha kita, bukan karena segalanya berpusat pada pikiran kita, tapi karena kita menaklukkan

pikiran kita untuk berpusat pada Kristus.

We are what we think, put our thought based on Christ and be blessed!

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

------

Mewariskan Iman Turun Temurun

Ayat bacaan: 2 Timotius 1:5

===========================

“Sebab aku teringat akan imanmu yang tulus ikhlas, yaitu iman yang pertama-tama hidup di

dalam nenekmu Lois dan di dalam ibumu Eunike dan yang aku yakin hidup juga di dalam

dirimu”Ada banyak orang mencapai sukses berkat perjuangan orang tuanya. Dalam kotbah salah

satu pendeta, saya pernah mendengar kisah seorang ibu yang diam-diam mengumpulkan beras

Page 3: Kumpulan Renungan

sisa ayakan demi membayar sekolah anaknya. Ibu saya dulu mengorbankan karirnya, berhenti

menjadi dokter agar fokus dalam membesarkan saya dan adik. Setelah kami berdua dewasa,

barulah ibu kembali membuka praktek. Di sisi lain, ada banyak juga anak yang hancur hidupnya,

karena tidak mendapatkan contoh yang baik di rumah. Keluarga yang retak, orang tua yang

sering bertengkar, ayah atau ibu selingkuh, orang tua korupsi dan lain-lain membuat anak-anak

mereka menjadi lepas kendali dan hidupnyaberantakan.Sadar atau tidak, anak akan mencontoh

perilaku orang tuanya dalam kehidupan sehari-hari. Ketika sebagian orang berpikir bahwa

mereka bisa memerintahkan anak untuk rajin berdoa, rajin ke gereja, sementara mereka tidak

memberi contoh yang sama, si anak pun berpotensi untuk menganggap itu semua hanyalah

sebuah perintah dari orang tua semata. Ketika sebagian orang tua terlihat rajin beribadah, tapi

kehidupannya tidak mencerminkan ajaran Tuhan, anak akan menganggap bahwa semua itu

hanyalah seremonial rutin yang tidak membawa manfaat apapun. Tidak jarang hal demikian

menimbulkan kepahitan dalam perkembangan si anak. Anak pelayan Tuhan sekalipun tidak

menjamin mereka untuk tumbuh menjadi anak yang takut akan Tuhan, jika orang tuanya tidak

memberi teladan yang benar dari kehidupan mereka untuk dicontoh.

Ayat hari ini memberi gambaran menarik akan hal itu. Timotius dikenal sebagai anak rohani

Paulus, seperti yang tertulis dalam 1 Timotius 1:2. Di usia mudanya, Timotius menjadi teman

sekerja Paulus dalam melayani. Ketika saya mencari tahu latar belakang dari Timotius, ternyata

awal perjumpaan Paulus dengan Timotius tertulis di Kisah Rasul 16:1. Ibu Timotius adalah

seorang Yahudi yang telah menerima Yesus, sedang ayahnya orang Yunani. Ayat hari ini

menjelaskan bahwa ternyata ibu dan nenek Timotius mempunyai peran sangat penting dalam

mendidiknya. Nenek dan ibunya memberi teladan hidup yang baik bagi Timotius. Selanjutnya

kita bisa baca di dalam 2 Timotius 3:15 bahwa sejak kecil, Timotius telah dikenalkan dengan

alkitab, sehingga dirinya diberi hikmat dan dituntun pada keselamatan oleh iman kepada Kristus.

Semua ini berasal dari iman neneknya, Lois, kemudian turun pada ibunya, Eunike.

Peran seorang ayah adalah sangat penting dalam perkembangan jiwa dan kepribadian anak,

peran ibu pun tidak kalah pentingnya, seperti yang ada pada Amsal 1:8 : “Hai anakku,

dengarkanlah didikan ayahmu, dan jangan menyia-nyiakan ajaran ibumu”. Bahkan dari uraian

di atas, peran nenek pun punya andil dalam kehidupan kita. Keteladanan yang baik akan

diwariskan secara turun temurun, demikian pula contoh buruk, akan diwariskan secara turun

temurun. Berilah contoh yang baik kepada anak-anak, bukan hanya lewat teori dan perintah,

Page 4: Kumpulan Renungan

namun yang lebih penting lewat cara kehidupan kita. Anak-anak selalu memperhatikan hidup

kita tanpa kita sadari, dan contoh perilaku yang baik, hidup yang kudus, penuh kasih, akan

membuat mereka menjadi anak-anak terang yang mengenal pribadi Tuhan sejak usia mudanya.

Sudahkah anda memberi keteladanan yang baik pada mereka?

Anak terbentuk sesuai contoh yang mereka lihat dari orang tuanya. Jagalah hidup kita

agar kita tidak mewariskan hal yang buruk bagi mereka

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

------

Kantong Anggur Baru

Ayat bacaan: Markus 2:22

“Demikian juga tidak seorangpun mengisikan anggur yang baru ke dalam kantong kulit yang

tua, karena jika demikian anggur itu akan mengoyakkan kantong itu, sehingga anggur itu dan

kantongnya dua-duanya terbuang. Tetapi anggur yang baru hendaknya disimpan dalam kantong

yang baru pula.”

Berapa banyak plastik yang dipergunakan sehari-hari ketika berbelanja ke supermarket? Ada

sebuah hypermart yang mengeluarkan produk tas belanja ramah lingkungan. Saya tidak tahu

apakah di kota-kota lain tas belanja ini juga dipergunakan, tapi di kota saya tas ini dijual dengan

harga Rp 10.000 dan bisa ditukar gratis apabila rusak. Tas ini tentunya lebih kuat dari plastik

kresek yang gampang sobek jika diisi terlalu berat, apalagi jika dipakai berulang-ulang. Tapi

meskipun tas belanja ini lebih kuat, jika dipergunakan terus menerus lama kelamaan pasti rusak

juga. Jika tas yang kita pakai itu sudah terlalu lama dipakai untuk menampung beban berat, bisa

dibayangkan seandainya tas tiba-tiba sobek dan isi belanjaan kita tumpah keluar. Beberapa

belanjaan yang tidak tahan banting, seperti telur misalnya, akan pecah. Baik tas dan barang akan

terbuang sia-sia.Di masa kehidupan Yesus, anggur disimpan di dalam kantong kulit. Kantong

tersebut biasanya meregang setelah dimasuki anggur, karena anggur terus mengalami fermentasi,

dan kemudian mengeras. Bisa dibayangkan jika kantong tua yang sudah mengalami peregangan

diisi kembali dengan anggur baru. Anggur baru itu akan melanjutkan proses fermentasinya dan

beresiko mengoyak kantong tua. Akibatnya anggur akan tumpah terbuang, demikian pula dengan

kantong yang telah koyak tidak akan bisa dipergunakan kembali. Baik tas belanja di atas,

Page 5: Kumpulan Renungan

maupun kantong anggur memberi satu gambaran yang sama: kerusakan bisa terjadi apabila

wadah yang dipakai sudah terlalu tua dan tidak lagi layak guna.

Tuhan selalu mencurahkan anggur baru yang terbaik buat kita semua. Anggur baru akan

memberi kita kapasitas maksimal dalam kehidupan, pekerjaan dan pelayanan. Jika kita tidak

mempersiapkan hati kita untuk menerima anggur yang tercurah dari Tuhan, kita bisa kehilangan

begitu banyak berkat. “Kantong” hati kita tidak mampu menampung curahan berkat, dan

akibatnya berkat akan terbuang sia-sia tanpa kita sadari. Jika kita tidak menjaga hati dengan baik,

jika kita masih memiliki hati lama yang menyimpan banyak dendam, iri hati, tidak menjaga

kekudusan dan lain-lain, hati kita tidak akan bisa menerima berkat Tuhan. “Kantong” lama harus

kita ganti dengan “kantong” hidup baru, sehingga kita bisa menerima berkat Tuhan secara

maksimal, dan mempergunakan seluruh “anggur baru” yang dicurahkan Tuhan dengan kapasitas

maksimal dalam hidup kita. Persiapkanlah diri anda dengan maksimal, sehingga tidak ada lagi

segala sesuatu yang dipercayakan Tuhan pada kita terbuang sia-sia.

Kantong lama tidak sanggup menampung anggur baru, maka gantilah kantong anda

dengan kantong hidup yang baru

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

------

Singsingkan Lengan Baju

Ayat bacaan: Yakobus 2:18

“Tetapi mungkin ada orang berkata: “Padamu ada iman dan padaku ada perbuatan”, aku akan

menjawab dia: “Tunjukkanlah kepadaku imanmu itu tanpa perbuatan, dan aku akan

menunjukkan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku.”Ada pepatah yang

mengatakan, “tuntutlah ilmu setinggi langit”. Saya yakin jika sanggup, tidak ada yang mau

mencari ilmu ala kadarnya saja. Semua orang tentu ingin pintar. Orang tua pasti akan mati-

matian menyekolahkan anaknya setidaknya hingga jenjang perguruan tinggi. Biaya pendidikan

sekarang semakin melonjak naik dari tahun ke tahun. Ada perguruan tinggi yang dalam setahun

saja sudah menaikkan uang pembangunan sampai dua kali lipat. Untuk memasukkan anak ke SD

yang punya kualitas baik saja sekarang biayanya sudah mencapai jutaan rupiah. Entah

bagaimana tahun-tahun ke depan. Untuk apa menuntut ilmu hingga setinggi langit? Tentunya

kita berharap, semakin tinggi ilmu yang kita miliki, semakin besar pula peluang untuk memiliki

Page 6: Kumpulan Renungan

pekerjaan yang lebih baik. Semakin banyak yang kita pelajari, kita akan tahu lebih banyak.

Setidaknya secara teoritis bakal demikian. Bayangkan jika ada orang yang belajar hingga

mencapai S2 bahkan S3, tapi tidak pernah bekerja. Ilmunya tidak akan berguna sama sekali dan

tidak akan menghasilkan apa-apa.Iman pun demikian. Ada banyak orang yang kalau dilihat

hidupnya sangat religius. Tidak pernah lupa ke gereja, selalu berdoa sebelum makan, menjauhi

hal-hal yang dilarang Tuhan, tapi tidak didukung sikap atau tindakan yang menunjukkan

ketaatan mereka pada Tuhan. Ada yang malah menjadi batu sandungan bagi orang lain. Ada

seorang teman saya yang sejak lahirnya sudah terdaftar sebagai orang kristen, namun dia selalu

takut melewati tempat gelap. Berkali-kali ia bercerita bahwa di kamarnya mungkin ada

penunggunya. Ketika temannya merasa rumah mereka diganggu setan, ia pun tidak berani

berbuat apa-apa dan malah meminta saya, yang belum satu dasawarsa menerima Tuhan Yesus,

untuk membantu temannya itu. Ada pula beberapa teman yang hobinya mengkotbahi orang

sembari menjelek-jelekkan kepercayaan lain. Hal ini menunjukkan bahwa antara ke-religiusan

dan perbuatan belumlah tentu sejalan.

Dalam ayat bacaan hari ini kita melihat bahwa Yakobus pun menyadari demikian.Iman tanpa

perbuatan adalah iman yang kosong (Yakobus 2:20). Dia lebih jauh berkata bahwa iman

tanpa perbuatan pada hakekatnya adalah mati(Yakobus 2:17). Atau selanjutnya, “Sebab

seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah

mati” (Yakobus 2:26). Jangan puas dengan kehidupan religius tanpa dibarengi dengan perubahan

sikap dan perbuatan nyata, karena dengan demikian kita belum menunjukkan diri sebagai anak

Allah yang taat dan percaya. Tuhan ingin agar kita hidup semakin baik, menyatakan

kemuliaanNya kepada banyak orang dengan kasih.Tuhan ingin kita menjadi orang yang sabar,

tidak sulit memaafkan, dan mampu menguasai diri kita. Sebuah perubahan menjadi lebih baik,

dimana orang bisa melihat bahwa ketika menerima Yesus hidup anda diubahkan secara luar

biasa, itulah yang diharapkan Tuhan. Jika tadinya orang tidak suka berteman dengan anda,

sekarang tanpa anda, terasa seperti ada yang kurang. Kehadiran anda membawa sukacita bagi

teman-teman, mereka yang tengah kesulitan akan merasa tenang di dekat anda, itulah yang

diinginkan Tuhan. Ayo, singsingkan lengan baju, karena masih banyak yang bisa kita lakukan.

Iman dengan perbuatan adalah iman yang hidup, yang berkenan dihadapan Tuhan

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

------

Page 7: Kumpulan Renungan

Tiada Yang Tersembunyi

Ayat bacaan: Yesaya 29:15

“Celakalah orang yang menyembunyikan dalam-dalam rancangannya terhadap TUHAN, yang

pekerjaan-pekerjaannya terjadi dalam gelap sambil berkata: “Siapakah yang melihat kita dan

siapakah yang mengenal kita?”Ada pepatah yang mengatakan, dunia hanya selebar daun kelor.

Pepatah ini semakin lama semakin terbukti. Lewat teknologi modern kita dapat melihat kejadian-

kejadian di berbagai belahan bumi manapun. Ada satelit yang berputar-putar di atas sana yang

bisa menghubungkan berbagai sisi dunia secara langsung. Saat ini rasanya sudah sangat sulit

mencari tempat yang benar-benar bebas dari pengamatan, perhatian atau penglihatan orang.

Pembicaraan lewat telepon pun tidak lagi aman.Skandal Bantuan Likuiditas Bank Indonesia

(BLBI) yang baru-baru ini heboh bisa terbongkar lewat penyadapan telepon. Dengan

penyadapan itu kita bisa mendengar percakapan mereka ketika merencanakan penipuan. Pada

suatu kali teman saya sambil tertawa berkata, “dinding pun bisa mendengar.. tidak ada lagi

privasi di dunia ini.” Bagaimana di dunia maya? Sebuah gambar humor lucu ini bisa

menggambarkan jawabannya.

Google dianggap banyak orang melanggar hak-hak privasi lewat fasilitas-fasilitas yang mereka

sediakan. Humor satire yang ditampilkan pada gambar diatas dengan sinis menggambarkan

bahwa kelak pada tahun 2084 google bisa mengetahui semua data kehidupan manusia.

Berlebihan atau tidak, dari semua ilustrasi diatas kita bisa mendapat satu kesimpulan, bahwa

untuk menyembunyikan sesuatu akan terus semakin sulit.Jika dunia saja sudah sanggup

mengetahui segala sesuatu yang kita kerjakan, apalagi Sang Pencipta kita. Dia yang menciptakan

kita, dia tahu semua tentang kita; apa yang kita kerjakan, apa yang kita pikirkan, apa yang kita

sembunyikan, semuanya Dia tahu. Jika manusia diibaratkan sebagai tanah liat yang dibentuk

oleh tukang periuk, dapatkah tanah liat berkata bahwa tukang periuk tidak tahu apa-apa

mengenai tanah liat yang dibentuknya? (Yesaya 29:16). Ketika manusia dengan sedaya upaya

mencoba menyembunyikan berbagai rahasia, mungkin dunia bisa tertipu buat sementara waktu,

tetapi tidak akan pernah bisa menipu Tuhan. Berbagai dosa, penipuan dan kejahatan yang kita

sembunyikan, walau serapi apapun tetap terlihat jelas oleh Tuhan.Pada Mazmur 10:4-11 tertulis

Page 8: Kumpulan Renungan

bahwa orang fasik selalu berpikir bahwa mereka bisa menyembunyikan kejahatannya dari

Tuhan. Mereka ini akan sibuk menyembunyikan segala sesuatu yang mereka lakukan, berdalih

dengan seribu satu alasan, menyangkal segala kejahatannya, menutupi dengan berbagai cara

lewat penyuapan dan lain-lain. “Ia berkata dalam hatinya: “Allah melupakannya; Ia

menyembunyikan wajah-Nya, dan tidak akan melihatnya untuk seterusnya.”(Mazmur 10:11).

Mereka lupa bahwa ada Tuhan yang melihat segalanya dan tidak akan pernah bisa disuap.

Dalam Yehezkiel 8:12 kita bisa lihat bahwa pikiran bahwa Tuhan tidak melihat kejahatan

manusia tidak hanya menimpa para koruptor dan pelaku kejahatan, tapi bisa pula menimpa tua-

tua Israel, orang-orang yang seharusnya menjadi panutan.

Kita semua telah ditebus dengan sangat mahal oleh darah Kristus. Oleh karenanya kita harus

menjaga diri kita agar tidak terpeleset pada dosa lagi. Segala dosa bisa diketahui oleh Tuhan dan

tidak akan pernah bisa kita tutupi. Dan ingatlah bahwa ada konsekuensi yang harus kita tanggung

dalam setiap dosa yang kita lakukan. Jangan sampai apa yang telah dilakukan Kristus bagi kita

menjadi sia-sia karena berbagai perbuatan kita yang menyimpang.

Dalam sudut yang paling tersembunyi pun Tuhan tahu apa yang kita perbuat

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

------

Bad Day? No Way!

Ayat bacaan: Amsal 15:15

“Hari orang berkesusahan buruk semuanya, tetapi orang yang gembira hatinya selalu

berpesta.”

Lagu Bad Day nya Daniel Powter terasa seperti menepuk-nepuk pundak saya hari ini… Hari

dimulai dengan dibangunkan pagi benar oleh montir yang hendak memperbaiki mobil saya

sebelum ia berangkat kerja ke bengkelnya. Air sudah dua hari tidak jalan, dan dua hari ini kami

kesulitan air. Piring dan gelas bertumpuk di dapur, begitu juga baju karena tidak ada air untuk

mencuci. Jangankan mencuci, untuk mandi pun sulit. Di saat hendak berangkat kerja, mobil

mogok lagi! Dan kalau itu belum cukup, gaji saya juga tertahan, belum dibayar tanpa alasan

jelas. Orang mungkin maklum kalau rentetan masalah yang terjadi hari ini bisa membuat saya

cepat emosi dan kesal. Tapi tidak, saya tidak mau diracuni dengan rasa kesal. Ketika menulis

renungan ini, saya sedang berpesta dalam hati saya. Kok?Saya punya satu pandangan baru sejak

Page 9: Kumpulan Renungan

lahir baru, “it’s all in the state of mind.” Ketika hal-hal buruk terjadi, itu tidak berarti semuanya

buruk. Dalam segala masalah yang menimpa, pasti ada juga hal-hal baik yang terjadi. Ya, air

mati, mobil mogok, gaji belum cair, tapi di hari yang sama saya masih diberkati dengan

kesehatan, masih bisa menulis renungan sambil mendengarkan musik, masih diberkati istri yang

luar biasa yang saat ini sedang duduk di samping saya, serta dua anjing chihuahua lucu yang

sedang bermain-main dengan riang di sekitar kami tanpa masalah. Di atas segalanya, saya tahu

Yesus masih beserta kami sekeluarga, dan itu yang terpenting. Mau fokus ke arah yang mana? ke

arah hal buruk atau hal baik, itu semua tergantung kita. Dalam hari yang paling indah sekalipun,

kalau kita memusatkan pikiran pada hal buruk, maka hari yang indah itu akan berlalu sia-sia.

Tepat seperti kata Salomo, jika hati tetap gembira, maka dalam kondisi apapun kita akan selalu

berpesta.

Lord is good! Itu yang ingin saya katakan sejak awal. Berbagai masalah yang terjadi hari ini

bukanlah berarti Dia sedang tidak peduli pada saya. Kesusahan boleh saja datang ke dalam

hidup, tapi Yesus tetap membawa penghiburan yang penuh sukacita. Saya tidak tahu apakah

besok air akan hidup kembali, saya tidak tahu kapan gaji akan cair, saya tidak tahu berapa

ongkos yang harus saya keluarkan agar mobil bisa jalan lagi, tapi biarlah itu menjadi ujian buat

esok hari. “Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai

kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.” (Mat 6:34). Yang pasti,

kemarin, saat ini dan besok, Tuhan selalu ada beserta kami. Karena mobil mogok, hari ini saya

diantar kerja oleh istri saya dengan sepeda motor. Untuk pertama kali dia memberanikan diri

mengendarai motor di jalan raya, dan itu jadi salah satu memori indah untuk dikenang. Kalau

mobil tidak mogok, satu memori indah pasti terlewatkan.

Memiliki Yesus dalam hidup kita bukan berarti kita akan 100% hidup tanpa masalah. Tapi

kehadiran Yesus akan selalu membawa damai sukacita dalam hidup yang mampu membuat hati

kita terus berpesta dalam kondisi apapun. Indah bukan? Saat ini saya tersenyum, geli juga

rasanya membayangkan tumpukan masalah yang terjadi. Menderita karena masalah itu biasa,

tapi bersukacita dalam kesusahan, itu beda. Dan semuanya dimungkinkan karena Yesus bertahta

dalam diri kita. It’s all in the state of mind, the mind that is set toward Jesus.

Tersenyumlah dalam kesusahan, karena dalam Yesus ada sukacita dan damai sejahtera

Ingin Punya Anak (1) : Kisah Sara, Ibu Samuel

Posted: 08 Sep 2008 11:00 AM CDT

Page 10: Kumpulan Renungan

Ayat bacaan: 1 Samuel 1:15

======================

“Tetapi Hana menjawab: “Bukan, tuanku, aku seorang perempuan yang sangat bersusah hati;

anggur ataupun minuman yang memabukkan tidak kuminum, melainkan aku mencurahkan isi

hatiku di hadapan TUHAN”Adakah di antara teman-teman yang masih

menghadapi pergumulan untuk bisa punya anak? Jika ada, saat ini anda sama

dengan kami. Dalam usia pernikahan yang relatif masih muda, sekitar 6 bulan,

kami belum juga diberi, meskipun kami benar-benar menginginkannya. Apa yang

salah? Apakah Tuhan tidak mendengar doa kami, atau menganggap kami tidak layak untuk

menerima karunia seorang anak? Saya percaya tidak demikian. Saya percaya Tuhan mendengar

doa. Kami percaya bahwa segalanya disediakan Tuhan tepat pada waktunya, dan rancanganNya

adalah rancangan yang terbaik buatkita.Malam ini saya diingatkan tentang kisah orang tua

Samuel, Hana dan Elkana yang ada pada 1 Samuel 1:1-28. Hana sudah bertahun-tahun belum

dikaruniai anak dan mendapat tekanan dari madunya. Hana sempat depresi, dan ditengah puncak

depresinya dia pergi ke bait Allah dan berdoa disana. Karena beratnya tekanan yang ia

rasakan, ia tidak mampu berkata-kata secara langsung, hanya bibirnya yang bergerak-gerak tanpa

suara, sampai-sampai disangka sedang mabuk oleh imam Eli. Setelah selesai berdoa, ada dua hal

yang terjadi. Satu, Hana tidak depresi lagi, mukanya tidak lagi muram dan dia kembali mau

makan. (1 Sam 1:18). Dua, ketika mereka bersetubuh, Tuhan ingat pada mereka dan lahirlah

Samuel, yang berarti “Aku telah memintanya dari pada Tuhan”. (1 Sam 1:19-20). Hana tidak

mencurahkan hatinya kepada orang lain atau mencari-cari kesalahan. Seperti yang dapat dibaca

pada ayat bacaan hari ini, Hana mencurahkan isi hatinya di hadapan Tuhan. Kita lihat bagaimana

Samuel selanjutnya dipakai Tuhan secara luar biasa. Semua berasal dari doa Hana di hadapan

Tuhan.

Meski anak adalah anugrah dan berkat yang berasal dari Tuhan, tapi dari kisah Hana kita bisa

belajar bahwa kita boleh meminta dan mencurahkan isi hati kita pada Tuhan. Kita bisa melihat

bahwa Tuhan mendengar doa kita, dan bagaimanadoa orang yang sungguh percaya padaNya

punya kuasa besar (Yakobus 5:16). Yang penting, jangan putus pengharapan, teruslah berdoa

dengan iman yang teguh dan percaya sepenuhnya pada Tuhan. Percayalah bahwa Tuhan selalu

memberikan yang terbaik bagi anak-anakNya.

Tuhan tidak pernah melupakan anak-anakNya yang berseru padaNya

Page 11: Kumpulan Renungan

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

------

Ingin Punya Anak (2) : Kisah Sara, istri Abraham

Ayat bacaan: Kejadian 16:2

“Berkatalah Sarai kepada Abram: “Engkau tahu, TUHAN tidak memberi aku melahirkan anak.

Karena itu baiklah hampiri hambaku itu; mungkin oleh dialah aku dapat memperoleh seorang

anak.” Dan Abram mendengarkan perkataan Sarai.”Melanjutkan renungan kemarin, hari ini

kita lihat kisah Sara, istri Abraham. Tuhan menjanjikan keturunan, seorang anak kandung bagi

Abraham yang waktu itu sudah berusia sangat lanjut. (Kej 15:4). Bukan cuma menjanjikan

keturunan, tapi Tuhan pun menjanjikan banyak keturunan, sebanyak bintang di langit (Kej 15:5).

Sarai (belakangan namanya diganti Tuhan menjadi Sara) ketika itu sudah menopause, secara

logika tidak ada lagi peluang bagi Sarai untuk bisa mengandung. Abraham dan Sara adalah orang

beriman, bahkan Abraham dijuluki bapak orang beriman karena keteguhan imannya yang luar

biasa dan keberaniannya bergumul dalam mentaati Tuhan. Tapi orang yang beriman belum tentu

sanggup hidup tanpa ragu. Seringkali logika manusia menutupi iman, hingga membuat orang

lupa kalau di dalam Tuhan tidak ada yangmustahil.Maka pada suatu kali Sara pun berkata pada

Abraham seperti yang kita baca pada ayat bacaan hari ini. Mereka percaya bahwa Abraham akan

diberi keturunan, tapi tidak percaya bahwa Tuhan ada di atas logika manusia. Tuhan tidak pernah

berkata bahwa Abraham harus mengusahakan anak dari orang lain, tapi Sara menyimpulkan

sendiri berdasarkan logikanya, “Engkau tahu, TUHAN tidakmemberi aku melahirkan anak.”

Dan Abraham pun setuju. Lewat hamba Sara yang bernama Hagar, lahirlah Ismael. Ini sebuah

keputusan dimana konsekuensinya berlanjut hingga hari ini, meskipun mungkin kita bisa

memahami apa yang dirasakan Abraham dan Sara waktu itu. Ketika Ismael lahir, Abraham telah

berumur 86 tahun. Ketika Sara akhirnya mengandung dan melahirkan Ishak, Abraham berusia

100 tahun. Sedang Sara sendiri waktu itu sudah berusia 90 tahun. Ketidaksabaran menimbulkan

keraguan, malah mereka mengambil tindakan berdasarkan keraguan, bukan keimanan. Lihat

hasilnya: sampai sekarang kita sulit melihat “dua keturunan Abraham” hidup rukun.

Ketika kita berdoa, banyak orang berharap bahwa Tuhan menjawab doa kita dengan instan.

Bahkan ada pula yang langsung mencari alternatif lain dan akhirnya terjerumus dalam kuasa

kegelapan. Dari kisah Abraham ini kita bisa belajar bahwa ketidaksabaran menghasilkan

Page 12: Kumpulan Renungan

keraguan, dan jika itu dijadikan dasar, ada konsekuensi yang harus kita tanggung. Semua akibat

kita belum mampu percaya dan bergantung sepenuhnya pada Tuhan.

Wajar memang jika dalam hidup ini kita masih sering diliputi keraguan, tapi jagalah agar

keraguan itu jangan sampai membuat iman kita luntur, atau kita akhirnya memilih bertindak

berdasarkan keraguan kita karena artinya sama saja dengan kita tidak percaya pada Tuhan. Tidak

hanya dalam hal menantikan keturunan, tapi juga dalam berbagai pergumulan kita dalam hidup.

Kita juga bisa belajar bahwa Tuhan tidak pernah lupa pada kita. Meskipun Abraham harus

menunggu cukup lama, tapi janji Tuhan tetap digenapi, sesuai waktunya Tuhan. Semua yang

dirancangkan Tuhan atas hidup anak-anakNya adalah yang terbaik. Berkaca dari dua renungan

kemarin dan hari ini, mari kita terus tekun berdoa, percaya bahwa Tuhan mendengar doa kita,

dan percaya kepadaNya dengan iman teguh tanpa ragu. Dalam kamus Tuhan tidak ada hal yang

mustahil. Yakinlah bahwa Tuhan menyediakan segala sesuatu yang terbaik bagi anda dan saya,

sesuai waktuNya Tuhan.

Jangan sampai keraguan menguasai hidup dan membuat kita mengambil jalan pintas yang

salah

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

------

Semanis Madu

Ayat bacaan: Yehezkiel 3:3

“Lalu firman-Nya kepadaku: “Hai anak manusia, makanlah gulungan kitab yang Kuberikan ini

kepadamu dan isilah perutmu dengan itu.” Lalu aku memakannya dan rasanya manis seperti

madu dalam mulutku.”

Makanan apa yang tidak bisa basi? Jawabannya adalah madu. Madu yang asli, yang belum

diencerkan dan dicampur apa-apa akan tahan disimpan dalam jangka waktu tidak terbatas di

lemari biasa. Madu adalah pemanis yang sangat baik dan lebih manis daripada gula pasir dan

tidak mengandung kolesterol. Kandungan fruktosa madu lebih manis 25% dibanding gula pasir.

Kalau bicara gizi, madu termasuk komplit. Untuk kesehatan, kesegaran, mengembalikan stamina

hingga kecantikan, madu terbukti punya khasiat buat itu semua. Rasanya pun nikmat dan disukai

hampir semua orang. Dengan berbagai keunggulan ini, tidak heran kalau madu harganya

tergolong mahal.Yehezkiel diutus Tuhan untuk menyampaikan firman Tuhan kepada bangsa

Page 13: Kumpulan Renungan

yang keras hati dan kepala batu. Ini bukan tugas gampang! Saking sulitnya tugas ini, Tuhan

merasa perlu menyuruh Yehezkiel untuk memakan gulungan kitab suci! Kenapa harus sampai

seperti itu? Karena ini pekerjaan yang teramat sangat sulit. Tuhan berkata adalah jauh lebih

mudah menyampaikan firman kepada bangsa-bangsa yang berbahasa asing dan berat lidah

(dalam bahasa inggrisnya disebut “hard language”, bahasa yang sulit untuk dipelajari) ketimbang

menyampaikan pada bangsa sendiri, bangsa Israel. (Yehezkiel 3:5-7). Saya rasa tidak ada orang

yang mau disuruh makan gulungan kitab, tapi Yehezkiel menurutinya. Apa rasanya? Menurut

Yehezkiel, rasanya manis seperti madu. Walaupun yang akan disampaikan Yehezkiel bagi

bangsa Israel adalah penghukuman Allah bagi bangsa yang bebal, tapi yang dirasakan Yehezkiel

adalah manis seperti madu.

Apa yang dapat kita pelajari dari kisah Yehezkiel bukanlah kita harus ikut makan alkitab. Yang

bisa kita ambil adalah kerajinan kita “mencerna” alkitab setiap hari. Menyegarkan rohani kita

yang lelah lewat firman Tuhan. Seperti madu, firman Tuhan pun tidak akan pernah basi, dan

manis rasanya bagi hidup kita. Banyak orang tidak merasa penting untuk menghafal ayat-ayat di

alkitab, padahal jika kita rajin membaca dan menghafal beberapa ayat, setidaknya ada yang

terbangun dan tumbuh dalam hidup kita. Memang kita tidak harus menghafal seluruh isi alkitab,

dan bukan soal kehebatan menghafalnya yang penting, tapi fokuslah pada kebutuhan akan ayat-

ayat yang menjadi berkat dalam hidup kita, yang dapat mengingatkan kita akan kasih Tuhan

yang hidup di dalam diri kita. Untuk hidup kita bukan hanya butuh makan makanan jasmani, tapi

juga makanan rohani, rhemaalias perkataan-perkataan Tuhan, seperti yang dikatakan Yesus yang

tertulis pada injil Matius. “Tetapi Yesus menjawab: “Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari

roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.” (Matius 4:4). Pikiran kita

harus selalu penuh dengan kebenaran firman Tuhan, agar apa yang kita pikirkan,katakan dan

lakukan pun adalah hal-hal yang tidak jauh dari firman Tuhan pula. Rajin membaca alkitab

setiap hari akan membuat diri kita penuh “madu” Tuhan yang menyegarkan, menyehatkan dan

membuat hidup kita lebih manis dari sebelumnya. So, don’t try to eat the bible literally, but do

eat the words and keep it in your heart and mind.

Seperti madu yang penuh khasiat dan manis rasanya, demikianlah firman Tuhan berperan

dalam hidup kita

Sahabat Sejati

Posted: 11 Sep 2008 11:00 AM CDT

Page 14: Kumpulan Renungan

Ayat bacaan: Amsal 18:24

====================

“Ada teman yang mendatangkan kecelakaan, tetapi ada juga sahabat yang lebih karib dari pada

seorang saudara.”Saya mendengar sebuah cerita dari istri saya

mengenai temannya. Temannya hampir saja tidak melanjutkan

kuliahnya karena kekurangan dana. Orangtuanya bangkrut dan dililit

hutang yang tidak sedikit, bahkan sampai harus menjual rumahnya

dengan demikian tidak sanggup lagi membiayai kuliah anak mereka. Dalam keadaan tersebut,

beberapa sahabatnya berinisiatif memberi bantuan. Mereka mengumpulkan uang mereka sebagai

biaya sang teman melanjutkan kuliahnya. Baru-baru ini, teman istri saya itu pun menyelesaikan

kuliahnya dengan sukses dan diwisuda. Di saat sulit, ternyata bukan pihak keluarga yang

membantu, tapi justru sahabat lah yang peduli.“A Friend In Need Is A Friend Indeed.” Ini

sebuah ungkapan yang sudah tidak asing lagi bagi kita. Betapa seorang sahabat sejati justru hadir

di kala kita mengalami kesulitan hidup. Ketika kita sedang sukses dan berada di atas, pasti tidak

akan sulit untuk mendapat sahabat, mereka akan datang dari berbagai arah tanpa dicari atau

diminta. Tapi di saat kita mengalami kesulitan, banyak dari mereka akan menghindar dengan

berbagai alasan. Ada yang takut dimintai tolong, ada pula yang pergi karena merasa tidak ada

lagi yang dapat “dihisap” dari temannya. Ini bukanlah figur seorang sahabat. Sahabat yang baik

akan tetap hadir bersama kita dalam keadaan suka maupun duka.

Apa yang terjadi pada diri teman istri saya tadi pernah ditulis oleh Salomo seperti yang dapat

dibaca pada ayat bacaan hari ini. Ada sahabat-sahabat yang justru lebih karib daripada seorang

saudara. Seperti apa figur sahabat sejati? Menurut Salomo pada Amsal 17:17, sahabat sejati

adalah sahabat yang menaruh kasih setiap waktu dan menjadi seorang saudara bukan dalam

suka, tapi justru dalam kesukaran. Di mata Yesus pun kita adalah sahabat-sahabatNya, bukan

hanya murid biasa. Yesus pernah menyatakan bahwa kita ini bukan lagi hamba, tapi justru

sahabat. Hamba tidak tahu apa yang diperbuat tuannya, tapi kita diberitahukan segalanya

tentang apa yang Dia dengar dari Bapa, dan karenanya kita dianggap sebagai sahabat oleh

Yesus. (Yohanes 15:15).

“Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk

sahabat-sahabatnya.”(Yohanes 15:13). Tuhan Yesus telah membuktikannya sendiri dengan

memberikan nyawanya untuk menebus kita semua, sahabat-sahabatNya. Sebelum kita menoleh

Page 15: Kumpulan Renungan

ke kiri dan kanan untuk melihat siapa sahabat-sahabat kita yang sejati, marilah kita tanyakan diri

kita terlebih dahulu, sudahkah kita menunjukkan sikap sebagai seoranga sahabat sejati? Apakah

kita termasuk seorang sahabat yang hadir dengan dukungan penuh ketika teman kita

membutuhkan, atau kita termasuk sahabat yang menyingkir dan tidak mau ikut susah ketika

mereka susah? Tuhan Yesus adalah seorang sahabat sejati yang mengorbankan nyawanya bagi

sahabat, dan setia menyertai kita sampai akhir jaman. Jadilah seorang sahabat sejati seperti

pribadi Yesus.

Seorang sahabat sejati akan terlihat jelas di saat kesukaran. Sudahkah anda menjadi

seorang sahabat sejati?

Mengerti Firman Tuhan

Posted: 12 Sep 2008 11:00 AM CDT

Ayat bacaan: Lukas 11:28

===================

Tetapi Ia berkata: “Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang

memeliharanya.”Hari ini salah satu dari dua anjing chihuahua kami

berulang tahun. Tidak terasa, sudah 3 tahun ia menjadi bagian hidup

kami. Jika bagi sebagian orang anjing hanya sekedar binatang peliharaan,

atau dijadikan penjaga rumah, bagi kami dia sudah seperti anak sendiri.

Kip adalah seekor anjing yang sangat pintar dan sangat patuh. Dia akan

minta dibawa keluar kalau kebelet, dia akan minta kalau air minumnya habis, tidak pernah

mengacak-acak atau mengotori rumah. Dia selalu manja dan tidak segan-segan mendatangi kami

untuk dibelai atau minta digendong. Tidak hanya itu keistimewaan Kip. Dia juga anjing yang

penyayang dan perhatian. Jika salah satu diantara kami sedang kesal, dia akan menghampiri,

menempel atau naik ke pangkuan dan segera menghibur. Suatu kali ketika saya menegur anjing

satunya karena pipis sembarangan, Kip lah yang datang meminta maaf. Dia mengulurkan

tangannya, dan menarik tangan saya ke arah anjing yang sedang dimarahi. Apa yang dia lakukan

terasa menegur saya karena kurang bisa mengontrol kemarahan pada saat itu. Kedekatan selama

3 tahun membuat kami dan Kip bisa saling memahami meskipun bahasa yang dipergunakan

jelas-jelas berbeda.

Luar biasa melihat bagaimana anjing bisa mempunyai rasa kasih dan kepedulian tinggi. Tapi

semua itu tidaklah didapat secara instan. Kip sejak kecil diajar untuk mengerti kata-kata

Page 16: Kumpulan Renungan

sederhana yang kami pakai buat mengajarkannya. Dia dulu juga pernah salah, dan setiap

kesalahannya kami tegur sampai dia bisa mengerti hal yang baik dan buruk untuk dilakukan. Dia

bukan hanya diajarkan untuk mengerti lewat hukuman, tapi juga mengerti akan kelakuannya

yang benar lewat pujian yang kami berikan padanya. Dalam selang waktu tertentu, Kip pun

menjadi anjing yang patuh, baik dan setia. Ini paralel dengan kita, manusia yang terus dibentuk

Tuhan agar menjadi lebih baik lagi dari waktu ke waktu. Seharusnya kita akan lebih mudah

untuk mengerti karena kita memiliki hati nurani dan roh, yang tidak dimiliki oleh hewan. Kristus

berulang kali menekankan pentingnya untuk mengerti apa yang menjadi kehendak Tuhan. Kita

bukan hanya sekedar membaca, tapi juga diminta untuk mengerti dan melakukan. Tanpa itu

semua, sia-sialah apa yang kita ketahui. Lihat bagaimana Yesus menegur beberapa orang Saduki

karena mereka tahu isi, tapi tidak mengerti kitab suci. Hal demikian disebut Yesus

dengan sesat.(Matius 22:29). Ayat hari ini pun menggambarkan dengan jelas, bahwa orang yang

bahagia adalah siapa saja yang mendengarkan firman Tuhan dan memeliharanya (dalam

bahasa inggris dikatakan “But He said, Blessed (happy and to be envied) rather are those

who hear the Word of God and obey andpractice it!”

Dalam kisah “perumpamaan tentang seorang penabur” pada Matius 13:1-23,Yesus menjelaskan

bahwa apa yang ditaburkan di tanah yang baik adalah orang yang mendengar firman,

lalu mengerti akan firman itu. Dan karenanya, orang yang berlaku demikian akan berbuah

berlipat ganda. (Matius 13:23) Jika kita mau hidup bahagia dan hidup berbuah berlipat ganda,

kita tidak cukup hanya membaca firman Tuhan, tapi juga harus mengerti, taat dan

melaksanakannya. Ketika seekor anjing bisa belajar dari tuannya untuk kemudian patuh, taat dan

setia, kita seharusnya bisa lebih baik lagi menerima pengajaran-pengajaran Tuhan,

memahaminya dengan baik, serta melakukannya dalam kehidupan sehari-hari. Jika kita

melakukan semua itu, nikmatilah hidup yang bahagia dan berbuah.

Tidak hanya membaca, tapi kita harus mengerti dan melakukan segala sesuatu sesuai

firman Tuhan untuk hidup bahagia dan penuh buah

7 Tahun Tragedi Serangan 11 September

Posted: 13 Sep 2008 11:00 AM CDT

Ayat bacaan: Roma 8:35

======================

“Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau

Page 17: Kumpulan Renungan

penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau

pedang?”Tanggal 11 kemarin dunia memperingati 7 tahun tragedi

serangan 11 September. 7 tahun yang lalu dunia dikejutkan dengan teror

yang luar biasa mengerikan. Gedung World Trade Center luluh lantak

ditabrak dua buah pesawat, kemudian disusul sebuah pesawat jatuh di

gedung Pentagon yang merupakan simbol militer Amerika Serikat. Lebih

3000 orang tewas dalam tragedi tersebut, dan dalam seketika dunia dikecam kengerian. Tragedi

ini menimbulkan trauma mendalam terutama bagi masyarakat di Amerika. Dalam sebuah survei

dikatakan bahwa hingga saat ini sedikitnya 700 ribu orang Amerika mengalami trauma dan stres

yang terus meningkat akibat serangan teroris tersebut.

Ada berbagai dampak yang timbul dari sebuah serangan mengerikan tersebut. Perasaan paranoid

muncul terutama terhadap kaum Arab, peperangan sebagai tindak balas terjadi dan belum selesai

hingga hari ini. Tapi di sisi lain Ada banyak orang yang tiba-tiba sadar bahwa mereka

melewatkan banyak waktu untuk menyatakan cinta kasihnya kepada istri, saudara maupun

teman-teman, sehingga ketika tragedi menimpa orang yang mereka sayangi, mereka tidak lagi

punya kesempatan untuk menyatakan ungkapan kasih mereka. Banyak orang tersentak dan sadar

bahwa dengan segala teknologi dan kekuatannya, manusia hanyalah mahluk yang lemah, dan

karenanya manusia tetap butuh sosok yang sanggup memberi ketenangan, kedamaian, kelegaan,

sebuah sosok yang mampu memberi perlindungan kepada siapapun.

Tragedi demi tragedi terus terjadi di dunia, baik serangan teroris, bencana alam, peperangan,

kelaparan, krisis dan lain-lain. Satu hal yang nyata terlihat adalah bahwa kesemuanya itu tidaklah

membuat manusia semakin jauh dari Allah, malah sebaliknya banyak orang yang bergegas

mencari Allah. Begitu banyak kesibukan yang menyita waktu, kegiatan dan rutinitas sehari-hari

yang terkadang membuat manusia lupa untuk mengasihi keluarga, memberikan waktu dan

perhatian, juga lupa untuk mendekatkan diri pada Tuhan. Tragedi, bencana, peperangan dan

krisis sering menjadi sebuah peringatan bagi manusia bahwa kita tidak bisa hidup sendirian tanpa

adanya Tuhan sebagai gunung batu tempat perlindungan kita. Lihatlah sebelum krisis moneter

menimpa Indonesia, jarang sekali ada pebisnis yang berkumpul bicara tentang Allah. Tapi

setelah krisis, banyak pebisnis dari berbagai denominasi yang berkumpul untuk mendengarkan

firman tanpa mempedulikan asal gerejanya. Ada banyak pebisnis berubah dan mengakui Kristus

sebagai Tuhan dan Juru Selamat mereka.Jika kita harus belajar dari hal terburuk sekalipun, inilah

Page 18: Kumpulan Renungan

hal yang dapat kita ambil sebagai hikmah: bahwa di balik tragedi dan penderitaan akan

timbul pertobatan, timbul kesadaran bahwa kita butuh Allah di atas segalanya, dan seperti

yang bisa kita baca pada ayat bacaan hari ini, tidak ada yang dapat memisahkan kita dari

kasih Kristus. Bukan menjadikan jauh, justru semakin mendekatkan kita kepadaNya.

“Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita

tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan,dan ketekunan menimbulkan tahan uji

dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih

Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada

kita.” (Roma 5:3-5). Paulus tahu pasti bahwa ujung dari kesengsaraan adalah pengharapan

dalam Kristus. Kita harus tetap sadar bahwa kita hanyalah mahluk lemah yang tidak akan

mampu hidup tanpa Kristus, dan sadar pula bahwa ada banyak orang disekitar kita yang saat ini

sangat membutuhkan pengharapan sejati. Mari kita jadikan peringatan 7 tahun tragedi serangan

September 11 sebagai peringatan bahwa kita harus mengasihi lebih dari sebelumnya dan lebih

kuat lagi berpegang pada Tuhan.

Ujung dari kesengsaraan adalah pengharapan sejati dalam Kristus yang selalu beserta kita

Akibat Ketidaktaatan

Posted: 14 Sep 2008 11:00 AM CDT

Ayat bacaan: Yunus 1:4

==================

“Tetapi TUHAN menurunkan angin ribut ke laut, lalu terjadilah badai besar, sehingga kapal itu

hampir-hampir terpukul hancur.”Berada dalam kapal yang sedang

terombang ambing ditengah gelombang laut yang sedang mengamuk

memang mengerikan. Saya punya pengalaman akan hal ini pada tahun

1992. Saat itu saya sedang dalam perjalanan dari Bali menuju Lombok

dengan menggunakan kapal ferry. Di tengah perjalanan ombak begitu ganas. Seisi kapal terasa

terlempar kesana kemari. Saya ingat betul saat itu hampir seluruh penumpang mabuk karenanya.

Ada yang tertidur, banyak juga yang muntah-muntah. Kru kapal sibuk menyediakan kantong

plastik sebagai tempat muntah. Penumpang yang duduk di depan juga disarankan untuk pindah

ke belakang. Berjam-jam mengalami ombak ganas seperti itu adalah pengalaman yang cukup

menakutkan dan tidak terlupakan.

Page 19: Kumpulan Renungan

Apa yang dialami Yunus rasanya lebih menyeramkan dari pengalaman saya. Angin ribut dan

badai besar pada saat itu pasti lebih dahsyat dari yang saya gambarkan diatas sampai-sampai

dikatakan kapal nyaris terpukul hancur. Yunus diutus Tuhan untuk pergi ke Niniwe, sebuah kota

besar dengan sekitar 120 ribu penduduk pada masa itu untuk mengingatkan mereka supaya

bertobat dan menghindari murka Tuhan turun atasnya. Tapi bukannya taat, Yunus malah

melarikan diri dan berpikir bahwa Tuhan hanya ada di Israel dan tidak akan bisa melihatnya jika

ia lari ke Tarsis. Apa yang terjadi? Tuhan menurunkan angin ribut disertai badai besar

disebabkan oleh ketidaktaatan Yunus pada firmanNya. Bukan saja Yunus yang mendapatkan

masalah serius, tapi juga orang lain yang ada bersama-sama dengannya di kapal. Kerugian materi

dan hal psikologis yang mungkin mereka alami ketika itu tidaklah sedikit. Apa yang dialami

Yunus tidak cukup sampai disitu. Seperti yang kita ketahui, Yunus pun harus mengalami hidup

di dalam perut ikan besar selama tiga hari tiga malam. Dari dalam perut ikan, Yunus berdoa, dan

diselamatkan setelah berjanji untuk melaksanakan apa yang diperintahkan Tuhan.

Melawan Tuhan dan tidak menuruti kehendakNya akan berujung pada kesusahan dan

penderitaan. Terkadang bukan diri kita sendiri saja yang harus menanggung konsekuensinya, tapi

bisa pula berakibat pada orang-orang di sekitar kita, yang harus turut menanggung derita akibat

keputusan kita yang keliru. Penderitaan, kesusahan, kesengsaraan akan silih berganti menerpa

kita seperti angin ribut dan badai besar. Belajar dari kisah Yunus, kita harus hidup taat sesuai

kehendakNya agar hidup kita luput dari terpaan angin dan badai. Jangan sampai kita harus

mengalami dulu semua malapetaka untuk bisa menjadi taat pada firmanNya. Gantungkanlah

hidup anda kepada Kristus dan lakukan sesuai kehendakNya dengan taat agar kita dijauhkan dari

murka Allah. “Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi

barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap

ada di atasnya.”(Yohanes 3:36)

Melawan kehendak Tuhan hanya akan berujung pada penderitaan dan kesengsaraan

Allah Segala Bangsa

Posted: 15 Sep 2008 11:00 AM CDT

Ayat bacaan:Yunus 4:11

==================

Bagaimana tidak Aku akan sayang kepada Niniwe, kota yang besar itu, yang berpenduduk lebih

dari seratus dua puluh ribu orang, yang semuanya tak tahu membedakan tangan kanan dari

Page 20: Kumpulan Renungan

tangan kiri, dengan ternaknya yang banyak?”Selain kisah

mengenai ketidaktaatan yang berujung pada turunnya angin ribut

dan badai besar dilanjutkan dengan keberadaan dalam perut ikan

selama tiga hari tiga malam, kisah Yunus juga bercerita tentang

adanya perasaan superior menjadi anak Allah. Yunus

menunjukkan kemarahannya karena Niniwe luput dari murka Tuhan, meskipun sebenarnya

Niniwe selamat atas peringatan yang berasal dari Yunus sesuai apa yang diperintahkan Tuhan.

Yunus mengira bahwa hanya bangsa Israel lah yang mendapat janji Tuhan, satu-satunya bangsa

yang diselamatkan, dan tidak ada bangsa lain selain Israel yang layak diselamatkan. Tuhan

menjawab itu dengan menumbuhkan sebatang pohon jarak yang menyejukkan Yunus yang

sedang emosi, kemudian di hari berikutnya layu dan mati. Yunus yang merasa terik matahari

menyakiti kepalanya karena tidak lagi dipayungi pohon kembali kehilangan gairah hidup. Dan

jawab Tuhan, : “Engkau sayang kepada pohon jarak itu, yang untuknya sedikitpun engkau tidak

berjerih payah dan yang tidak engkau tumbuhkan, yang tumbuh dalam satu malam dan binasa

dalam satu malam pula. Bagaimana tidak Aku akan sayang kepada Niniwe, kota yang besar itu,

yang berpenduduk lebih dari seratus dua puluh ribu orang, yang semuanya tak tahu

membedakan tangan kanan dari tangan kiri, dengan ternaknya yang banyak?” (Yunus 4:10-11).

Ya, bagaimana mungkin Tuhan berpangku tangan dan mengabaikan keselamatan kota Niniwe

yang besar, yang juga hasil ciptaanNya? Tuhan peduli dan mengingatkan mereka lewat Yunus,

mereka tidak keras hati dan mendengar. Maka keselamatan datang atas kota Niniwe sebagai

akibat pertobatan mereka yang hanya dalam waktu singkat.

Menyambung kisah Yunus kemarin, kita melihat bahwa Tuhan bukanlah Allah yang pilih kasih.

Dia tidak hanya peduli pada umat pilihanNya, tapi juga peduli dan memberikan pengampunan

yang sama atas bangsa-bangsa lain. Kesempatan untuk bertobat diberikan sama kepada semua

orang tanpa terkecuali, dan bagi mereka yang bertobat diberiNya keselamatan. Di sisi yang sama

kehendak bebas bisa mengakibatkan anak-anak Tuhan menjadi sesat, dan jika waktu telah tiba

mereka masih dalam kesesatan, maka keselamatan pun tidak akan menjadi milik mereka. Selain

kisah ketidaktaatan, Yunus juga bercerita banyak mengenai kasih Tuhan yang tidak terbatas bagi

segala bangsa di muka bumi ini. Ada ayat lain yang menegaskan hal tersebut, “Ada kalanya Aku

berkata tentang suatu bangsa dan tentang suatu kerajaan bahwa Aku akan mencabut,

merobohkan dan membinasakannya.Tetapi apabila bangsa yang terhadap siapa Aku berkata

Page 21: Kumpulan Renungan

demikian telah bertobat dari kejahatannya, maka menyesallah Aku, bahwa Aku hendak

menjatuhkan malapetaka yang Kurancangkan itu terhadap mereka. Ada kalanya Aku berkata

tentang suatu bangsa dan tentang suatu kerajaan bahwa Aku akan membangun dan menanam

mereka.Tetapi apabila mereka melakukan apa yang jahat di depan mata-Ku dan tidak

mendengarkan suara-Ku, maka menyesallah Aku, bahwa Aku hendak mendatangkan

keberuntungan yang Kujanjikan itu kepada mereka.” (Yeremia 18:7-10)

Ketika kita telah bertobat dan menyerahkan hidup sepenuhnya pada Kristus,hal itu bukan berarti

kita boleh menjadi sombong sebagai anak Allah. Kita tidak boleh hanya berpangku tangan dan

menertawakan, bahkan mengutuki mereka yang belum selamat. Kenapa? Karena Tuhan

mengasihi semua bangsa, siapapun, dimanapun dan kapanpun! Tuhan tidak pernah pilih kasih,

Dia memberikan kesempatan yang sama bagi semuanya untuk mendapatkan keselamatan. Dan

untuk itu, Tuhan sangat rindu memakai anak-anakNya sebagai penyampai kabar, seperti Amanat

Agung yang diberikan Yesus sesaat sebelum naik ke surga. Tetap rendah hati dan memberi

contoh indahnya hidup bersama Yesus, berbuat baik dengan hati yang penuh kasih, berjalan

dalam hidup sesuai firman Tuhan adalah perilaku yang harus kita amalkan dalam hidup sehari-

hari. Lihat apa kata Paulus kepada jemaat Roma, “Atau adakah Allah hanya Allah orang

Yahudi saja? Bukankah Ia juga adalah Allah bangsa-bangsa lain? Ya, benar. Ia juga

adalah Allah bangsa-bangsa lain!” (Roma 3:29). Allah adalah Allah segala bangsa yang akan

mengadili semuanya dengan adil. Kita harus menjadi murid-murid Yesus, anak-anak Allah yang

peduli dan taat kepada kehendak Tuhan. Tidak saja agar hidup kita luput dari angin ribut, tapi

juga untuk menyelamatkan lebih banyak jiwa.

Allah kita adalah Allah segala bangsa yang tidak pilih kasih

Eutikhus Yang Malang

Posted: 16 Sep 2008 11:00 AM CDT

Ayat bacaan: Kisah Para Rasul 20:9

===========================

“Seorang muda bernama Eutikhus duduk di jendela. Karena Paulus amat lama berbicara, orang

muda itu tidak dapat menahan kantuknya. Akhirnya ia tertidur lelap dan jatuh dari tingkat

ketiga ke bawah. Ketika ia diangkat orang, ia sudah mati.”

Seandainya anda membaca pada tajuk berita surat kabar ada judul yang

berbunyi: “Akibat Mengantuk Saat Kebaktian, Seorang Anak Muda

Page 22: Kumpulan Renungan

Jatuh dari Tingkat Tiga” , apa reaksi anda? Mungkin reaksi bisa beragam. Ada yang geli, ada

yang tertawa, ada juga yang geleng-geleng kepala, ada yang sedih dan lain-lain. Coba bayangkan

seseorang tidak kuat menahan kantuk, kemudian tertidur dan gara-gara hal tersebut ia jatuh dari

tingkat tiga ke bawah. Tapi ini bukan kisah fiksi, melainkan pernah benar-benar terjadi. Orang

itu bernama Eutikhus, dan kejadian itu terjadi di Troas dalam rangkaian perjalanan penginjilan

Paulus.

Mungkin Eutikhus bukanlah orang pertama yang tertidur dalam kebaktian, dan pasti bukan yang

terakhir. Saya tidak tahu apakah ada yang mengalami pengalaman persis yang dialami Eutikhus,

rasanya- dan semoga – tidak ada. Dalam tiap kebaktian ada saja orang yang tidak kuat menahan

kantuk, bahkan tertidur. Jika ditanya alasannya pun bisa bermacam-macam. Ada yang

mengatakan seminggu penuh telah bekerja terlalu berat, ada yang beralasan kurang tidur, bahkan

ada yang menyalahkan pendeta karena kotbahnya membosankan.

Salah satu kunci agar bisa mengikuti kebaktian dengan baik adalah persiapan yang cukup.

Banyak orang yang pergi ke gereja di hari Minggu hanya karena rutinitas, karena terbiasa atau

karena dipaksa oleh orang tua, istri/suami dan lain-lain. Pertama-tama kita harus menyadari betul

bahwa kita beribadah ke gereja itu banyak gunanya dalam segala hal, baik buat hidup yang

sekarang atau hidup yang akan datang nanti.(1 Tim 4:8). Bayangkan ketika kita mengalami

begitu banyak tekanan dan bergumul dalam pekerjaan selama 6 hari, kerohanian kita bisa

disegarkan kembali, dipulihkan agar kuat menghadapi minggu berikutnya dengan siraman firman

Tuhan. Bagaimana ibadah kita pun berpengaruh pada apa yang akan datang pada kita di

kehidupan berikutnya. Berikutnya, kita harus menyadari betul bahwa tujuan kita menghadiri

kebaktian adalah berkumpul bersama saudara-saudara seiman untuk memuliakan Tuhan. Kita

bisa saling menguatkan, saling sokong, bersama-sama bersukacita dalam hadirat Tuhan. “Sebab

di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah

mereka.” (Mat 18:20).

“Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan

oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya

menjelang hari Tuhan yang mendekat.” (Ibrani 10:25). Ingat bahwa iblis akan selalu mengaum-

aum, mencoba mempengaruhi lewat segala hal agar kita tidak fokus dalam kebaktian, bahkan

terus mengupayakan agar kita punya seribu satu alasan untuk tidak menghadiri kebaktian.

Sebaiknya persiapkan diri anda sehari sebelumnya, termasuk dalam merencanakan apa yang

Page 23: Kumpulan Renungan

anda akan lakukan pada malam minggu dan tidur yang cukup, sehingga anda dapat mengikuti

kebaktian dengan segar dan bersemangat. Tetap ingatkan diri kita bahwa kita adalah manusia-

manusia yang membutuhkan kekuatan Tuhan agar bisa terus melanjutkan hidup kita dengan

optimal. Meski mungkin anda telah menetapkan jadwal teratur untuk bersama Tuhan di saat-saat

teduh di rumah setiap hari, tapi pada kebaktian di gereja anda memuliakan Tuhan bersama

dengan saudara-saudara lainnya, merasakan hadirat Tuhan turun atas seluruh anak-anak Tuhan

yang benar-benar mencariNya. Bukankah ini hal yang indah?

Eutikhus dibangkitkan dan tidak jadi mati, mukjizat bisa terjadi kapan saja, itu benar. Tapi jika

kita tidak bersungguh-sungguh beribadah dalam kebaktian, berkat bisa melayang melewati diri

kita. Kita kehilangan banyak hal indah dan kehilangan “stok” rohani buat perjuangan seminggu

ke depan. Persiapkanlah diri anda semaksimal mungkin agar anda bisa mendengar perkataan

Tuhan tanpa rintangan apapun.

Persiapkan diri sebaik mungkin setidaknya sehari sebelumnya agar kita dapat beribadah

dengan baik

Membangun Sikap Positif

Posted: 17 Sep 2008 11:00 AM CDT

Ayat bacaan: Bilangan 13:27

=====================

“Mereka menceritakan kepadanya: “Kami sudah masuk ke negeri, ke mana kausuruh kami, dan

memang negeri itu berlimpah-limpah susu dan madunya…”

Apa yang anda lihat dari gambar di sebelah kiri, gelas setengah kosong atau

setengah penuh? Pertanyaan ini bisa dipakai sebagai sebuah tes kecil

bagaimana sikap kita dalam memandang hidup. Orang yang punya pola

pikir positif atau optimis akan melihatnya sebagai gelas yang setengah

penuh, sebaliknya mereka yang pola pikirnya negatif atau pesimis akan

melihatnya setengah kosong. Dalam sebuah gambar dengan kondisi yang sama, kesimpulan bisa

berbeda, tergantung dari pola pikir yang mendasari diri seseorang.

Dalam sebuah kisah dalam kitab Bilangan, Musa mengutus 12 orang untuk mengintai tanah

Kanaan, tanah yang dijanjikan Tuhan lewat Abraham (Kejadian 17:8). Hasil dari pengintaian

mereka menyimpulkan hal yang sama: tanah yang dijanjikan Tuhan memang tanah yang

makmur, berlimpah susu dan madunya. Sampai di sini kesimpulan yang diperoleh kedua belas

Page 24: Kumpulan Renungan

pengintai adalah sama. Tapi selanjutnya terjadi perbedaan pendapat dengan persentase tidak

sebanding. 10 orang berkata bahwa bangsa yang tinggal disana adalah raksasa-raksasa yang jauh

lebih kuat, menjadikan bangsa Israel hanya seperti belalang kecilnya dibanding

mereka. “There’s no chance..” itu kata 10 orang. Hanya Kaleb dan Yosua yang berpandangan

beda dengan iman yang teguh pada Tuhan. Karena tanah itu adalah tanah yang dijanjikan Tuhan,

maka ada penyertaan Tuhan yang akan membuat mereka PASTI (bukan mungkin atau mudah-

mudahan) mampu menduduki tanah terjanji itu. Dua belas pasang mata mengarah pada satu

tempat yang sama selama 40 hari, kesimpulan akhir yang didapat berbeda. Sayangnya suara

terbanyak yang pesimis lah yang akhirnya didengar. Akibatnya adalah sebuah keputusan yang

fatal: mereka harus berputar-putar di padang gurun selama 40 tahun sebelum akhirnya bisa

memasuki Kanaan. Sebuah fakta lain, diantara orang-orang yang ketika itu sudah dewasa

sebelum mengalami 40 tahun di padang gurun, hanya Yosua dan Kaleb lah yang akhirnya

mampu memasuki tanah Kanaan. Jika kita fokus pada Kaleb, kita melihat bahwa Kaleb

mempunyai sikap positif dengan dasar iman teguh yang percaya sepenuhnya pada Tuhan. Ketika

ia diutus untuk mengintai ia masih berusia 40 tahun. 45 tahun berikutnya, ketika usianya telah

menginjak 85 tahun ia masih tetap bersikap sama, tetap percaya penuh pada Tuhan. Pada usia 85

tahun dia masih siap dengan semangat tinggi untuk menduduki Hebron yang banyak raksasanya.

40 tahun berada di padang gurun tidak sedikitpun meruntuhkan imannya. Kaleb memiliki mental

seorang pemenang, penuh sikap positif karena imannya sangat kokoh. “Jadi sekarang,

sesungguhnya TUHAN telah memelihara hidupku, seperti yang dijanjikan-Nya. Kini sudah

empat puluh lima tahun lamanya, sejak diucapkan TUHAN firman itu kepada Musa, dan selama

itu orang Israel mengembara di padang gurun. Jadi sekarang, telah berumur delapan puluh

lima tahun aku hari ini;pada waktu ini aku masih sama kuat seperti pada waktu aku disuruh

Musa; seperti kekuatanku pada waktu itu demikianlah kekuatanku sekarang untuk berperang

dan untuk keluar masuk.” (Yosua 14:10-11)

Kita tentu sudah sering mendengar janji-janji Tuhan mengenai hidup yang kekal, perlindungan

dari bahaya, kelepasan dari kesesakan dan lain-lain. Semua itu tidaklah asing bagi kita. Tapi

seberapa banyak diantara kita yang bisa bersikap seperti Kaleb? Apakah kita mampu selalu

menghadapi setiap permasalahan dengan sikap positif, mempercayai semua janji Tuhan secara

penuh seperti halnya Kaleb atau kita masih lebih banyak bersikap pesimis dan hidup penuh

ketidakpastian? Lihatlah bahwa pandangan pesimis dari 10 orang pengintai bukan saja berakibat

Page 25: Kumpulan Renungan

hanya pada mereka, tapi juga berdampak pada konsekuensi yang harus ditanggung seluruh

bangsa Israel. Belajarlah dari sikap positif Kaleb karena sikap tersebut akan memberikan

perbedaan yang signifikan bukan saja kepada diri sendiri, tapi juga pada orang lain.Mari kita

belajar memandang gelas di atas sebagai gelas yang setengah penuh, bukan setengah kosong.

Iman yang teguh membangun sikap positif yang menyehatkan

Service Excellence

Posted: 18 Sep 2008 02:35 PM CDT

Ayat bacaan: Kejadian 24:18-19

=========================

“Jawabnya: “Minumlah, tuan,” maka segeralah diturunkannya buyungnya itu ke tangannya,

serta diberinya dia minum. Setelah ia selesai memberi hamba itu minum, berkatalah ia:

“Baiklah untuk unta-untamu juga kutimba air, sampai semuanya puas

minum.”

Persaingan ketat di era globalisasi membuat orang tidak bisa lagi sekadar

menjual produknya dengan cara-cara standar. Banyak perusahaan mulai

menerapkan prinsipservice excellence, dimana mereka memberi

pelayanan prima sejak kedatangan pelanggan sampai layanan purna jual. Prinsip “pelanggan

adalah raja” diperhatikan dengan sungguh-sungguh. Kenyataannya kecenderungan orang

memilih sebuah produk berdasarkan pelayanan yang baik sejak paska hingga purna jual dari

tahun ke tahun semakin meningkat. Kualitas produk mungkin sama, harga mungkin beda tipis,

yang membedakan adalah berbagai extra service yang diberikan untuk memuaskan konsumen.

Jika sebuah perusahaan ingin sukses dalam memenangkan kompetisi, mereka dituntut untuk

memberikan berbagai pelayanan tambahan untuk kemudahan dan kenyamanan konsumen. Bisa

dengan menyediakan layanan hotline 24 jam baik lewat telepon atau internet, bisa dengan

menyediakan sistem delivery order yang tepat waktu, bisa lewat keramahan customer service

yang punya empati terhadap konsumen dan sebagainya. Jika dulu membuat produk dengan

kualitas tinggi sudah cukup, jika dulu faktor harga bersaing sudah cukup, saat ini semua itu tidak

lagi cukup tanpa service excellence atau sebuah pelayanan prima.

Alkitab ternyata mencatat bahwa pelayanan prima lewat sebuah layanan ekstra telah ada sejak

dulu. Kita bisa mendapat pelajaran lewat Ribka, yang dalam bahasa Inggris dikenal

dengan Rebekkah atau Rebecca. Suatu hari Abraham menugaskan hamba yang paling tua dalam

Page 26: Kumpulan Renungan

rumahnya, Eliezer dari Damaskus, untuk mengambil seorang istri untuk anaknya. (Kejadian

24:1-10). Eliezer berhenti di kota Nahor pada sore hari, dan meminta minum pada sekelompok

anak perempuan yang sedang berada disana untuk menimba air. Adalah Ribka yang memberi

respon positif terhadap seorang asing yang tidak dikenalnya. Bukan hanya memberikan minum

pada Eliezer, tapi juga kesepuluh unta yang dibawa Eliezer. Bukan hanya sekedar memberi

sedikit air, tapi juga menyediakan minum untuk semuanya sampai puas. Ini bentuk service

excellence yang luar biasa. Apa yang terjadi kemudian? Ribka diberi upah berlimpah berupa

anting-anting emas setengah syikal plus gelang emas 10 syikal (Kejadian 24:22). Tapi bukan itu

saja. Lebih dari itu, hidup Ribka diubahkan. Ribka dipinang menjadi istri Ishak. Dan kemudian

kita melihat bahwa dari garis keturunannya lahirlah Yesus. Semua ini berawal dari sebuah sikap

positif yang selalu siap untuk memberi pelayanan terbaik.

Belajar dari kisah Ribka, hendaklah kita semua fokus kepada bagaimana memberi pelayanan

terbaik bagi orang-orang disekeliling kita, baik dalam pekerjaan maupun pelayanan. Lihatlah

bagaimana Tuhan Yesus sendiri datang melayani dan memberikan nyawaNya untuk menebus

manusia (Matius 20:28). Kita harus mampu meneladaninya. Tuhan ingin kita siap melayani

sesama, bukan hanya sekedar pelayanan tapi jauh lebih banyak dari yang mereka harapkan.

Seperti yang pernah saya tulis dalam renungan berjudul Mil Kedua, kita harus selalu siap untuk

memberikan yang terbaik dan jangan berhenti hanya pada kata “sekedar” saja. Alami hidup yang

diubahkan penuh dengan sukacita dan berkat lewat kerinduan kita untuk memberi pelayanan

terbaik bagi sesama.

Tidak hanya satu, tapi berikan dua. Memberi excellent service dapat mengubah hidup

anda

Judgment Night : Awas Salah Jalan

Posted: 20 Sep 2008 11:00 AM CDT

Ayat bacaan: Amsal 14:12

====================

Ada jalan yang disangka orang lurus, tetapi ujungnya menuju

maut.Suatu kali di tahun 1993 keluarga saya berlibur ke Pantai

Parangtritis. Ketika berjalan-jalan di pantai pada suatu malam, seorang

sepupu saya mengamati dari bawah bahwa ada beberapa mobil yang

Page 27: Kumpulan Renungan

melintas di balik pepohonan di atas pantai. Di ujung jalan yang dituju mobil-mobil itu kami

melihat sebuah bangunan bercahaya, yang saat itu kami duga adalah hotel. Kami merasa

penasaran akan bangunan itu, dan memutuskan untuk mengikuti jalur yang dilalui mobil-mobil

tadi dengan mengendarai mobil juga. Jalannya sangat gelap, kiri kanannya hutan dan hanya muat

dilalui satu mobil. 15 menit dalam perjalanan kami tidak kunjung mencapai bangunan itu, yang

tadinya terlihat sangat dekat. Sepanjang perjalanan kami tidak bertemu mobil lain, malah jalan

semakin lama semakin sempit dan hutan semakin rimbun. Kami pun dicekam rasa takut tersesat

di hutan itu. Puji Tuhan kami berhasil kembali dengan selamat. Itu pengalaman menakutkan

yang tidak bisa saya lupakan.

Ketika menulis pengalaman di atas saya tiba-tiba teringat akan sebuah film dari tahun yang sama

berjudul Judgment Night. Film yang dibintangi Emilio Estevezini bercerita tentang empat

sahabat yang hendak menonton pertandingan tinju. Ketika terjebak macet di jalan, mereka

memutuskan untuk memotong jalan yang diyakini bisa mempersingkat perjalanan mereka, tapi

keputusan itu ternyata salah total. Di jalan itu mereka melihat peristiwa pembunuhan dan

akibatnya mereka pun harus menyelamatkan diri karena sang pembunuh ingin menghilangkan

nyawa mereka sebagai saksi pembunuhan. Kalau saja mereka sabar di jalan macet, mereka

mungkin terlambat, tapi akan dapat menyaksikan pertandingan dengan selamat. Kini, mereka

harus berjuang untuk selamat dari kejaran pembunuh.

Demikianlah kehidupan rohani kita dalam mengarungi perjalanan panjang di dunia. Setiap saat

ada berbagai pilihan yang seakan-akan lurus, tapi bisa membuat kita tersesat atau bahkan

berujung pada maut. Ada banyak ajaran yang seolah-olah terlihat benar, tapi sebenarnya

menyesatkan. Salah satu aliran baru menyatakan kita akan mendapatkan hasil sejauh perbuatan

kita. Ini seolah-olah terlihat benar, tapi keyakinan itu bertumpu pada pernyataan bahwa manusia-

lah pusat dari segala sesuatu, bukan Tuhan. It’s all about nature, not God. Tidakkah mereka

mempertimbangkan bahwa manusia dan segala yang ada di jagat raya ini punya Pencipta?

Sesuatu yang terlihat benar sekalipun belum tentu lurus, itu kenyataannya.

Bagaimana kita bisa membedakan apa yang benar dan apa yang menyesatkan, apa yang lurus

dan mana yang bengkok? Tuhan tidaklah melepaskan kita ke dunia yang buas ini tanpa bekal.

Tuhan melengkapi kita dengan “peta” dan “kompas” yang akan menghindarkan kita untuk

tersesat dalam hidup. “Peta” tidak lain adalah Alkitab. Alkitab sangat lengkap berisi segala

petunjuk jalan yang akan menunjukkan kemana dan bagaimana kita harus

Page 28: Kumpulan Renungan

melangkah. “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar,

untukmenyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untukmendidik orang dalam

kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap

perbuatan baik.” (1 Tim 3:16-17). Sedangkan “kompas” adalah Roh Kudus yang selalu

membimbing dan mengarahkan kita ke arah yang benar. “Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh

Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-

kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-

Nya dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang.” (Yohanes 16:13).

Jika kita menyampingkan Alkitab dan menolak kehadiran Roh Kudus di dalam diri kita, kita

tidak akan bisa melihat dengan jelas dan dapat tersesat pada jalan bengkok yang menuju maut.

Hidup kita akan selalu disibuki keraguan, ketakutan dan ketidakpastian dalam segala hal. Ketika

dalam perjalanan kita butuh peta dan kompas, demikian pula dalam mengarungi hidup kita butuh

tuntunan Alkitab dan Roh Kudus agar kita tidak sampai salah langkah. Berikan diri anda

sepenuhnya untuk dibimbing oleh Roh Kudus, tetaplah bertekun dalam mempelajari setiap

firman Tuhan sehingga kita tidak dapat lagi disesatkan.

Jalan yang terlihat lurus belum tentu benar. Kita butuh firman Tuhan dan tuntunan Roh

Kudus agar tidak tersesat

Serangan Teroris di Hotel Marriott, Pakistan : Who’s Side Is God On?

Posted: 21 Sep 2008 02:27 PM CDT

Ayat bacaan: 2 Tawarikh 15:2

============================

“Ia pergi menemui Asa dan berkata kepadanya: “Dengarlah kepadaku, Asa dan seluruh Yehuda

dan Benyamin! TUHAN beserta dengan kamu bilamana kamu beserta dengan Dia. Bilamana

kamu mencari-Nya, Ia berkenan ditemui olehmu, tetapi bilamana kamu meninggalkan-Nya,

kamu akan ditinggalkan-Nya.”Renungan tentang Lord Of War baru

saja tampil 2 hari yang lalu. Renungan itu sudah saya tulis sekitar 3

minggu yang lalu, tapi saya pending postingannya dan dijadwal

untuk tampil malam sabtu kemarin sesuai dengan apa yang saya

dengar pada hati saya. Ternyata tepat di hari postingan terjadi

sebuah serangan teroris lewat bom bunuh diri di Pakistan,

tepatnya di hotel Marriott yang hingga saat ini sudah menewaskan lebih dari 50 orang.

Page 29: Kumpulan Renungan

Sebuah serangan terorisme yang mengerikan kembali mengguncang dunia, kali ini terjadi di

Pakistan. Ledakan dahsyat itu berasal dari bom bunuh diri menggunakan truk berisi bom dengan

daya ledak tinggi langsung meluluh lantakkan hotel Marriott di Islamabad Pakistan pada Sabtu

malam kemarin. Diperkirakan korban tewas akan terus bertambah karena masih ada lusinan

korban berada dalam hotel yang terbakar. Darah dan pecahan daging kembali berserakan di

bumi. Aksi-aksi terorisme mengancam siapa saja, tidak pandang bulu, tanpa memandang latar

belakang suku, budaya dan agama. Dunia kembali dicekam kengerian, trauma dan kepedihan

terutama bagi korban cedera dan keluarga yang kehilangan akan membekas untuk waktu lama.

Dunia masih dan akan terus berisi kekerasan, perselisihan, perkelahian dan peperangan. Dunia

masih akan penuh dengan orang-orang yang tersesat dalam ego, adu kekuasaan dan arogansi.

Dunia akan tetap terdiri dari orang-orang yang tersesat dalam paradigma dan dogma sesat

dimana pembunuhan-pembunuhan keji mereka anggap mendapat pembenaran dari kepercayaan

mereka. Inilah bentuk dunia hari ini, dan dalam renungan tentang Lord Of War kemarin kita

telah mendapat gambaran tentang dunia yang penuh kekejaman dan kekerasan tersebut.

Bagaimana komentar dari presiden Pakistan yang baru saja terpilih, Asif Ali Zardari sehari

setelah kejadian? “Terrorism is a cancer in Pakistan, we are determined, God willing, we will

rid the country of this cancer.” Tidak salah memang jika Asif berharap bahwa jika Tuhan

menginjinkan, mereka akan mampu membersihkan kanker teroris dari tubuh negara Pakistan.

Masalahnya adalah, seringkali para pelaku teror bom bunuh diri juga mengatas-namakan

justifikasi dari Tuhan. Lantas Tuhan ada di pihak mana?

Hal ini mengingatkan saya pada apa yang dikatakan Abraham Lincoln. Pada suatu ketika

seorang pemimpin rohani berkata pada Lincoln, semoga dalam kepemimpinan Lincoln, “Tuhan

akan berada di pihak kita.” Tapi apa jawaban Lincoln?

“for I know that the Lord is always on the side of the right. But it is my constant anxiety and

prayer that I and this nation should be on the Lord’s side.“

Kutipan komentar Lincoln ini sejalan dengan apa yang tertulis dalam 2 Tawarikh 15. Ketika

Azarya dihinggapi Roh Allah, ia pergi menemui raja Asa dan berkata:“TUHAN beserta dengan

kamu bilamana kamu beserta dengan Dia.” (2 Tawarikh 15:2). Lihatlah dalam perjalanan

panjang sejarah manusia, begitu banyak orang yang melakukan segala sesuatu dengan

mengklaim bahwa Tuhan ada di pihak mereka. Mereka melakukan pembenaran-pembenaran

sendiri atas tindakan mereka dengan mengatasnamakan Tuhan. Ayat bacaan hari ini

Page 30: Kumpulan Renungan

menunjukkan bahwa Tuhan berada di pihak orang yang berpihak padaNya ; orang yang

mengenal hati Tuhan, mengetahui kehendak Tuhan dan melakukan apa yang Dia kehendaki ;

bukan orang yang berusaha meyakinkan diri sendiri, orang lain bahkan berusaha meyakinkan

Tuhan bahwa apa yang mereka lakukan adalah benar. Ini bentuk justifikasi yang terbalik.

Kita bisa melihat lebih lanjut dalam Yesaya 58:1-12 mengenai kesalehan yang palsu dan sejati.

Bentuk ibadah pada Tuhan, yang digambarkan sebagai berpuasa seharusnya bertujuan untuk

membuka belenggu-belenggu kelaliman, melepaskan tali-tali kuk, memerdekakan orang yang

teraniaya, selanjutnya untuk membagi makanan kepada orang lapar, memberi tumpangan bagi

orang miskin, memberi pakaian pada yang telanjang dan tidak menutup mata terhadap saudara-

saudara yang perlu ditolong. (ay 6-7). Ketika itulah kebenaran akan menjadi barisan

depan,kemuliaan Tuhan hadir melindungi dari barisan belakang. (ay 8). Pada saat itulah kita

memanggil, Tuhan akan menjawab. (ay 9). “TUHAN akan menuntun engkau senantiasa dan

akan memuaskan hatimu di tanah yang kering, dan akan membaharui kekuatanmu; engkau akan

seperti taman yang diairi dengan baik dan seperti mata air yang tidak pernah

mengecewakan.” (ay 11). Tuhan Yesus juga mengingatkan hal yang sama. “sesungguhnya

segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini,

kamu telah melakukannya untuk Aku.” (Matius 25:40). Ini menunjukkan keberpihakan Tuhan

pada mereka yang tertindas dan butuh pertolongan. Ketika kita menunjukkan iman kita lewat

perbuatan untuk menolong mereka, artinya kita berada di pihak Tuhan, dan Tuhan pun akan

berada di pihak kita.

Adalah penting bagi kita untuk menjauhi segala jenis kejahatan, kemudian menjadi terang dan

garam di dunia ini. Berbagai tragedi dan ancaman teror seharusnya menjadi “wake up call” bagi

kita untuk mewartakan kasih lebih lagi. Tuhan akan selalu ada di pihak orang yang berpihak

padaNya, mendengar firmanNya, menjalankan perintahNya, menjauhi laranganNya. Dalam

renungan kemarin kita melihat bahwa ada “peta” dan “kompas” yang telah disediakan Tuhan

sebagai penuntun agar kita tidak salah jalan dan tetap berada di pihakNya. Hindarilah mengambil

keputusan dan melakukan tindakan dengan pembenaran-pembenaran sendiri dan memaksakan

kondisi bahwa Tuhan berada di pihak kita, tapi fokuslah pada usaha sungguh-sungguh untuk

selalu ada dan taat di pihak Tuhan.

Jangan memaksakan kehendak kita dengan mengatasnamakan Tuhan, tapi lakukanlah

segala sesuatu menurut kehendakNya

Page 31: Kumpulan Renungan

Lord Of War

Posted: 19 Sep 2008 11:00 AM CDT

Ayat bacaan: Habakuk 2:9

=====================

“Celakalah orang yang mengambil laba yang tidak halal untuk keperluan rumahnya, untuk

menempatkan sarangnya di tempat yang tinggi, dengan maksud melepaskan dirinya dari

genggaman malapetaka!”“There are 555 million firearms in

worldwide circulation, one for every 12 people. The only question

is, how do we arm the other 11?” Ini pertanyaan yang mengawali

kisah film Lord Of War. Yuri Orlov (Nicolas Cage) melihat

peluang dari berbagai kekerasan yang terus terjadi di dunia, baik

dari premanisme, gang, pertikaian kelompok separatis hingga perang. Kebutuhan akan senjata di

dunia ini tidak ada habisnya, setiap hari ada orang yang bertikai, setiap hari ada yang saling

bunuh. Hidup manusia dan kekerasan seolah menjadi sesuatu yang tak terpisahkan, dan untuk itu

semua mereka butuh senjata. Peluang itu dicium oleh Yuri  yang kemudian berkarir menjadi

pemasok senjata terbesar di dunia.

Lord of War menggambarkan sisi kekerasan manusia secara nyata. Berbagai adegan

pembunuhan baik pria, wanita bahkan anak-anak akan membuat penonton tercekam. Anak-anak

di bawah umur memanggul senjata dan diajar berperang. Mengerikan, tapi semua itu memang

terjadi di berbagai belahan dunia. Bagi Yuri, semua yang ia lakukan hanyalah bisnis semata. Dia

tidak peduli apa yang orang akan lakukan dengan senjata jualannya, yang penting dagangannya

laku. Dia tidak ingin ada yang terbunuh, tapi lebih dari segalanya, ia hanyalah menjual produk.

Dalam film ini kita akan melihat bahwa Yuri kehilangan semua orang yang ia cintai satu persatu.

Ia menyembunyikan segala kejahatannya dengan rapi dari keluarganya, ia pintar berkelit, ia

sukses dan kaya, tapi damai dan sukacita hilang dari hidupnya. Kita akan melihat juga ada

banyak kesempatan untuk bertobat, Tuhan berkali-kali mengetuk pintu hatinya, tapi Yuri tetap

mengeraskan hati dan meneruskan apa yang ia bisa lakukan meskipun harga dan konsekuensi

yang harus ia bayar sungguh mahal. Ia ditinggalkan anak dan istrinya, saudaranya terbunuh,

orangtuanya tidak lagi mengakuinya sebagai anak, ia terus hidup dalam dosa yang terus

mendapat pembenaran menurut dirinya sendiri.

Page 32: Kumpulan Renungan

Dalam hidup kita akan bertemu dengan berbagai peluang untuk memperkaya diri lewat jalan

sesat. Selalu ada banyak godaan yang jika tidak hati-hati akan membuat kita bergelimang dosa

dan kekejian di mata Allah meskipun hal tersebut bisa mendatangkan keuntungan yang tidak

sedikit. Ada banyak anak-anak Tuhan akhirnya terjerumus dalam dosa, mulai dari korupsi,

konspirasi dan lain-lain hanya karena tidak kuasa melawan arus sesat dalam pekerjaan atau

pertemanannya. Ayat bacaan hari ini menegur dengan tegas orang-orang yang mendapatkan

keuntungan lewat cara yang tidak halal. Disembunyikan seperti apapun, Tuhan akan tetap

mengetahui segala perbuatan kita. Paulus berulang kali mengingatkan untuk menjauhi segala

jenis kejahatan. “Jauhkanlah dirimu dari segala jenis kejahatan.” (1 Tes 5:22) , “Janganlah

kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik.”(1 Kor 15:33),“Hati-

hatilah, supaya jangan ada yang menawan kamu dengan filsafatnya yang kosong dan palsu

menurut ajaran turun-temurun dan roh-roh dunia, tetapi tidak menurut Kristus.”(Kol 2:8) dan

masih banyak lagi. Semua peringatan ini penting untuk terus kita ingat, karena peluang,

kesempatan dan godaan untuk jatuh ke dalam dosa yang dibenci Tuhan akan terus ada disekitar

kita. “Orang-orang fasik berjalan ke mana-mana, sementara kebusukan muncul di antara anak-

anak manusia.” (Mazmur 12:8)

Ketika kita tahu bahwa dunia ini penuh dengan kekejaman dan kekerasan, kita seharusnya

semakin aktif mengenalkan kasih sejati Kristus yang menyelamatkan. Kita seharusnya menjadi

saluran kasih kepada sesama kita, bukan malah menjadi ikut-ikutan arus sesat atau bahkan

menjadi penyedia sarana untuk itu atas dasar bisnis atau apapun. Perbedaan nyata antara anak-

anak Allah dan anak-anak iblis adalah nyata. “Inilah tandanya anak-anak Allah dan anak-anak

Iblis: setiap orang yang tidak berbuat kebenaran, tidak berasal dari Allah, demikian juga

barangsiapa yang tidak mengasihi saudaranya.” (1 Yohanes 3:10). Seperti dalam film, kita lihat

Yuri tidak bertobat, tidak dihukum dan terus melanjutkan pekerjaan jahatnya hingga di akhir

film, terkadang kita melihat pula bahwa banyak orang-orang berperilaku jahat terus merajalela di

dunia ini. Salomo menulis “Oleh karena hukuman terhadap perbuatan jahat tidak segera

dilaksanakan, maka hati manusia penuh niat untuk berbuat jahat.” (Pkh 8:11). Tapi itu tidak

berarti bahwa Tuhan mentolerir kejahatan. Lewat kejahatan dan kesesatan kekayaan bisa datang,

umur bisa panjang, tapi tetap akan ada banyak yang harus dikorbankan, akan ada konsekuensi

yang harus dibayar dengan harga mahal. “Walaupun orang yang berdosa dan yang berbuat jahat

seratus kali hidup lama, namun aku tahu, bahwa orang yang takut akan Allah akan beroleh

Page 33: Kumpulan Renungan

kebahagiaan, sebab mereka takut terhadap hadirat-Nya.”(Pkh 8:12). Kita harus hidup menurut

Kristus dan menjauhi dosa, apapun alasannya. Kejahatan akan terus ada di sekitar kita. Orang

jahat dan penipu akan terus bertambah jahat, mereka akan terus menyesatkan dan disesatkan, tapi

kita harus terus berpegang teguh pada kebenaran yang berasal dari Tuhan agar terhindar dari

segala kesesatan (2 Tim 3:13-14).  Hidup damai sejahtera, kebahagiaan, damai sukacita dan cinta

kasih akan selalu beserta orang yang selalu hidup di jalan Tuhan.

Tidak ada toleransi untuk dosa. Teruslah berpegang pada tangan Tuhan agar kita tidak

terseret arus sesat yang deras

Orang Asing

Posted: 22 Sep 2008 11:00 AM CDT

Ayat bacaan: Keluaran 23:9

====================

“Orang asing janganlah kamu tekan, karena kamu sendiri telah mengenal keadaan jiwa orang

asing, sebab kamupun dahulu adalah orang asing di tanah Mesir.”

Salah satu pekerjaan saya adalah mengajar di sebuah kursus desain. Ada

yang jangka waktu belajarnya 6 bulan, ada yang hanya sebulan, dan ada

pula yang intensif dalam seminggu. Dalam waktu sesingkat itu, saya pun

harus membuat siswa siswi dapat beradaptasi dengan cepat. Kenapa

demikian? Karena saya akan lebih mudah mentransfer ilmu jika mereka sudah benar-

benar “in” dan merasa nyaman. Umumnya kursus, tingkatan usia pun beragam, mulai dari

remaja sampai orang yang sudah tua. Latar belakang pendidikan mereka juga beragam, ada yang

dari SMU, ada yang sedang atau baru lulus kuliah, ada yang sudah bekerja dengan berbagai

profesi. Sebut saja dokter, pegawai kantoran sampai penyanyi dangdut. Latar belakang yang

berbeda-beda ini tentunya memerlukan pendekatan yang berbeda pula. Semua itu harus cepat

saya lakukan, karena masa belajar mereka sangat singkat. Selama beberapa tahun berada dalam

kondisi seperti itu, saya terbiasa untuk melakukan proses adaptasi dalam waktu sangat singkat.

Karenanya untuk masa matrikulasi atau penyesuaian dasar untuk mengikuti pendidikan pun

seringkali ditugaskan pada saya, meskipun pada kelas yang bukan bidang saya. Intinya,

bagaimana saya bisa membuat mereka tidak lagi merasa asing dengan lingkungan pendidikan

mereka yang baru, dan bagaimana memotivasi mereka agar mereka dapat mengikuti pelajaran

Page 34: Kumpulan Renungan

dengan lebih bersemangat. Ada yang mudah karena orangnya nyantai atau humoris, ada pula

yang susah karena orangnya tertutup, merasa rendah diri, segan dan lain-lain. Salah satu metode

awal yang saya lakukan adalah menghafal nama mereka satu persatu, dan umumnya mereka akan

lebih cepat akrab dan merasa nyaman jika mereka mengetahui bahwa pengajar mereka mengenal

nama mereka. Pola pendekatan lain tergantung apa yang saya baca dari pribadi masing-masing,

dan semuanya harus cepat saya lakukan agar tidak ada waktu terbuang.

Dalam dunia pekerjaan, pendidikan dan lingkungan tempat tinggal kita akan selalu berhadapan

dengan pendatang baru. Banyak di antara pendatang baru mendapatkan bentuk diskriminasi

sampai intimidasi. Salah seorang teman saya pernah hanya bertahan seminggu di sebuah

perusahaan karena menurutnya dia tidak dipedulikan teman-teman sekerjanya. Tidak pernah

membalas sapa, membuang muka, dan memprotes apapun yang ia kerjakan. Bentuk-bentuk

perlakuan seperti ini akan terus terjadi di berbagai tempat pada pendatang baru. Kita sebagai

anak-anak Tuhan jangan sampai ikut-ikutan seperti itu. Ketika orang masih merasa asing pada

sebuah lingkungan, kita seharusnya mengulurkan tangan menyambut dan membuat mereka

merasa nyaman. Musa dalam beberapa kesempatan mengingatkan kita akan hal tersebut, seperti

yang bisa kita baca dalam Keluaran 23:9 mengenai peraturan hak manusia, dalam Keluaran

22:21 mengenaiperaturan menghadapi orang yang tidak mampu, juga dalam Imamat 19:33-34.

Musa mengingatkan umat Israel pada waktu itu untuk tidak menindas, justru harus mengasihi

orang asing karena mereka pernah merasakan bagaimana rasanya menjadi orang asing di Mesir.

Dalam Imamat 19:33-34 tertulis “Apabila seorang asing tinggal padamu di negerimu, janganlah

kamu menindas dia.Orang asing yang tinggal padamu harus sama bagimu seperti orang Israel

asli dari antaramu, kasihilah dia seperti dirimu sendiri, karena kamu juga orang asing dahulu di

tanah Mesir; Akulah TUHAN, Allahmu.” Ini sebuah peraturan yang mengharuskan kita untuk

mengasihi dan memperlakukan orang asing sama seperti yang kita buat terhadap diri sendiri.

Sebagaimana dua hukum terutama yang diajarkan Yesus, kita harus mengasihi orang lain seperti

kita mengasihi diri kita sendiri, termasuk pada orang asing. Hindari pemikiran kaum mayoritas

vs kaum minoritas, hindari bentuk-bentuk diskriminasi, hindari pemikiran bahwa kita berkuasa

lebih atas mereka hanya karena mereka masih asing dalam lingkungan kita. Sebagaimana Yesus

mengasihi kita, seperti itu pula kita harus mengasihi orang lain. “Dan hiduplah di dalam kasih,

sebagaimana Kristus Yesus juga telah mengasihi kamu dan telah menyerahkan diri-Nya untuk

kita sebagai persembahan dan korban yang harum bagi Allah.” (Efesus 5:2). Tuhan ingin anak-

Page 35: Kumpulan Renungan

anakNya tampil beda,tidak serupa dengan dunia ini, dan hidup dengan kemampuan mengetahui

apa yang baik dan berkenan di hadapan Allah. (Roma 12:2). Ketika ada orang asing atau

pendatang baru yang masuk ke dalam kehidupan kita, sapalah mereka, ucapkan selamat datang

dan bantu mereka untuk bisa merasa nyaman.

Hindari bentuk penindasan dan bagikan kasih kepada orang lain, seperti kita dipenuhi

kasih Kristus

Jangan Menghakimi

Posted: 23 Sep 2008 11:00 AM CDT

Ayat bacaan: Roma 14:4

==================

“Siapakah kamu, sehingga kamu menghakimi hamba orang lain? Entahkah ia berdiri, entahkah

ia jatuh, itu adalah urusan tuannya sendiri. Tetapi ia akan tetap berdiri, karena Tuhan berkuasa

menjaga dia terus berdiri.”

Bagi penggemar band kristen tentu sudah tidak asing lagi dengan

band GMB (Giving My Best). Mereka sudah memberkati begitu

banyak orang dalam perjalanan mereka. Beberapa bulan yang lalu

penggemar mereka dikejutkan dengan mundurnya Sidney Mohede

sang vokalis. Dan yang lebih mengejutkan lagi, ternyata posisinya

digantikanBams, vokalis band Samsons. Munculnya suara pro dan kontra tidak terelakkan.

Sebagian orang menganggap reputasi Bams selama ini tidaklah cukup untuk menduduki posisi

dalam sebuah band sekelas GMB. Mereka melihat Bams sebagai sosok selebritis yang

kehidupannya tidak mencerminkan seorang anak Tuhan yang baik. Sulit dibantah memang,

karena saya pernah beberapa kali melihat gaya hidup dan wawancara Bams di infotainment yang

membuat saya pun sempat ragu.

Tapi Tuhan mengingatkan saya akan hal ini. Ayat bacaan berbicara pada kita semua bahwa kita

tidak dalam kapasitas untuk menghakimi siapapun. Siapakah kita ini yang merasa diri kita

berhak menilai negatif orang lain? Urusan penghakiman adalah hak Tuhan, bukan kita.(Roma

12:19). Dalam Matius 7:1-3 kita diingatkan agar kita tidak menghakimi supaya kita tidak

dihakimi. Apa yang kita pakai untuk mengukur orang lain akan dipakai pula kepada diri kita

sendiri. Dalam kisah perempuan yang berzinah, Yesus berkata: “Barangsiapa di antara kamu

tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu.”(Yoh 8:7)

Page 36: Kumpulan Renungan

Ini sebuah peringatan bahwa kita semua juga masih banyak berbuat dosa, dan karenanya kita

tidak bisa menghakimi orang lain seolah-olah kita lah yang paling bersih.

Saya rasa tidak ada orang yang tidak pernah terjerumus dalam dosa. Banyak diantara kita,

termasuk saya sendiri yang masa lalunya juga penuh dengan kekelaman. Betapa luar biasanya

Tuhan yang memberi pengampunan ketika kita bertobat. Bayangkan dalam posisi manusia yang

pantas dihukum semua dosa-dosanya, Tuhan malah mengirim Yesus Kristus ke dunia untuk

membayar lunas semua dosa kita. Dia mati di atas kayu salib untuk kita semua, menggantikan

tempat yang seharusnya kita tanggung. Kemudian Tuhan memberikan kita berkat melimpah,

diantaranya kehidupan kekal, pengampunan, sukacita, damai sejahtera dan pengharapan – yang

semuanya diberikan lewat Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat kita. Jika kita benar-benar

menyadari hal ini, kita pun akan semakin mengurangi kecenderungan untuk menilai dan

menghakimi orang lain. Jika kita bersyukur atas segala pengampunan dan kesempatan yang

diberikan Tuhan pada kita, sudah selayaknya kita pun memberikan kesempatan bagi siapapun

untuk berbalik dari kejahatan dan dosa. Mungkin panggilan buat Bams adalah awal yang baik

untuk memulai kehidupannya yang baru. Dia mendengar panggilan Tuhan dan memilih untuk

melakukannya. Ini adalah sesuatu yang seharusnya kita dukung, bukan sebaliknya dicurigai dan

dihakimi. Melayani dalam sebuah band rohani kristen bukanlah tempat untuk ajang popularitas,

menumpuk harta atau menjual suara, bukan juga sebuah entertainment semata, tapi menawarkan

sebuah pelayanan lewat pujian dan penyembahan, yang bisa menawarkan kehidupan buat

generasi kita. Dan semua itu adalah demi kemuliaan Tuhan. Seperti yang tertulis pada Filipi 4:8,

marilah kita mendasarkan pikiran kita kepada hal-hal yang positif dan menjauhkan bentuk-

bentuk penghakiman dan penilaian negatif terhadap orang lain.

Ketika saudara kita sadar dan bertobat, berilah mereka kesempatan, karena Tuhan pun

selalu memberi kesempatan dan pengampunan buat kita semua

Mengasihi Musuh

Posted: 24 Sep 2008 11:00 AM CDT

Ayat bacaan: Amsal 24:17

=========================

“Jangan bersukacita kalau musuhmu jatuh, jangan hatimu beria-ria kalau ia terperosok”

Bagaimana defenisi musuh bagi anda? Bagi sebagian besar orang, musuh

berarti seseorang yang dibenci, mungkin karena menyebabkan kerugian,

Page 37: Kumpulan Renungan

sakit hati, kekecewaan dan lain-lain. dan karenanya mereka ini tidak pada tempatnya diampuni,

apalagi dikasihi. Dalam sebuah acara siraman rohani saudara kita yang berlainan keyakinan di

radio, seorang guru agama menjelaskan perbedaan antara lawan dan musuh. Lawan adalah

kompetitor yang dibutuhkan, seseorang yang berbeda pendapat dengan anda dan sebagainya.

Sedang musuh adalah seseorang yang harus diperangi, dihancurkan, dimusnahkan. Mungkin pola

pikir duniawi pun demikian, karena seorang musuh telah menyebabkan kerugian atau

kekecewaan yang tidak sedikit. Mengasihi orang yang memang kita kasihi, membalas kebaikan

dengan kebaikan tidaklah sulit. Tapi ajakan mengasihi musuh, ini sebuah ajakan yang bisa kita

anggap aneh dan umumnya sangat sulit untuk dilakukan.

Coba bayangkan jika musuh yang anda benci mengalami masalah, malapetaka atau setidaknya

problema, tidakkah hal itu bisa memuaskan hati kita? Banyak orang yang akan sangat menikmati

hal tersebut, malah ironisnya banyak yang memanjatkan syukur pada Tuhan ketika si musuh

sedang menderita. Ayat bacaan hari ini menegaskan janganlah kita bersukacita dan bergembira

ria ketika musuh kita jatuh. Dalam kesempatan lain Yesus pun dengan tegas

mengajarkan: “Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka

yang menganiaya kamu.” (Mat 5:44). Mengapa harus demikian? ayat selanjutnya menjelaskan

alasannya. “Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga,

yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan

bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar.”(Mat 5:45) Alasannya adalah, karena

dengan mengasihi musuh dan berdoa bagi mereka yang menyakiti kita-lah kita menjadi anak-

anak Bapa. Ini sebuah ajaran luar biasa yang membedakan kita yang percaya pada Yesus dengan

orang-orang duniawi. Meskipun demikian, ajaran ini tidaklah mudah untuk dilakukan, dan bisa

jadi makan waktu yang tidak singkat untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan.

Seorang penulis Kristen bernama Alfred Plummer (1841–1926) pernah menulis:“To return evil

for good is devilish; to return good for good is human; to return good for evil is divine. To love

as God loves is moral perfection.” Plummer benar, membalas kebaikan dengan kejahatan berarti

membiarkan iblis mempengaruhi kita dengan kebencian,iri dan dengki. Membalas kebaikan

dengan kebaikan adalah sesuatu yang manusiawi, sedang membalas kejahatan dengan kebaikan

adalah sifat Ilahi. Untuk kehidupan kita pun, sebuah rasa sakit hati dan kebencian akan musuh

tidaklah sehat. Kita tidak akan pernah bisa hidup bahagia dalam damai dan sukacita jika kita

masih menyimpan dendam dan kebencian. Lihatlah bagaimana tindakan Yesus di atas kayu salib.

Page 38: Kumpulan Renungan

Dalam Lukas 23:34 Yesus berkata: “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa

yang mereka perbuat.”Bukankah luar biasa, ketika Yesus tengah mengalami penderitaan di luar

batas kemanusiaan, Dia masih bisa berdoa bagi mereka yang menyalibkan dan menyiksa-Nya.

Jika mengasihi musuh dan berdoa bagi mereka masih terasa sulit bagi anda, biarkanlah diri anda

dituntun oleh Roh Kudus untuk hal itu. Jangan keraskan hati, berdoalah dan minta agar Roh

Kudus menerangi diri anda. Terang cahaya dari Roh Kudus akan mampu menembus kegelapan

yang paling dalam sekalipun di hati kita, dan itu akan membuat kita sanggup untuk memaafkan

musuh kita. Sulit memang, tapi kita harus sanggup mencapai tingkat tersebut. “Karena itu

haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.” (Matius 5:48)

Roh Kudus mampu memberikan kelegaan sehingga kita sanggup memberikan

pengampunan dan mendoakan musuh kita

Gembalakanlah Domba-Ku

Posted: 25 Sep 2008 11:00 AM CDT

Ayat bacaan: Yohanes 21:17

=========================

“Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: “Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi

Aku?” Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: “Apakah engkau

mengasihi Aku?” Dan ia berkata kepada-Nya: “Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau

tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.” Kata Yesus kepadanya: “Gembalakanlah domba-domba-

Ku.”

Jika anda ditanyakan sebuah pertanyaan yang sama sebanyak tiga kali

berturut-turut apa yang anda rasakan? Ada yang mungkin kesal, ada yang

sedih karena merasa apa yang ia jawab tidak cukup meyakinkan untuk

dapat dipercaya dan sebagainya. Umumnya sebuah pertanyaan yang

diulang-ulang bermaksud untuk meyakinkan si penanya terhadap jawaban yang ia terima. Saya

membayangkan seandainya saya ditanya oleh istri saya tiga kali berturut-turut, saya mungkin

menduga bahwa ada yang ia curigai dari saya. Sebuah kejadian yang mirip terjadi beberapa saat

sebelum Yesus naik ke surga. Yesus menanyakan apakah Petrus mengasihiNya sebanyak tiga

kali, dan tiga kali pula Petrus menjawab, Engkau tahu, aku mengasihi Engkau. Respon Yesus

selanjutnya pada semua jawaban Petrus adalah, “gembalakanlah domba-dombaKu”. Apakah

Yesus meragukan Petrus mengasihi diriNya? tidak. Pertanyaan yang diulang-ulang itu bukanlah

Page 39: Kumpulan Renungan

untuk diriNya, melainkan untuk Petrus. Yesus tidak menanyakan apakah Petrus mengasihi

domba-dombaNya, tapi apakah Petrus mengasihi Yesus. Dia melakukannya untuk

menggarisbawahi bahwa kasih kepada Kristus yang sungguh-sungguh lah yang memampukan

Petrus untuk terus melayani dan menyelamatkan banyak jiwa, yang sesungguhnya bukan

pekerjaan yang mudah.

Kristus adalah gembala yang baik, yang memberikan nyawa bagi domba-dombaNya (Yohanes

10:11). Domba-domba Yesus berbicara bukan hanya kita yang sudah percaya, tapi juga domba-

domba yang tersesat yang butuh diselamatkan. “Ada lagi pada-Ku domba-domba lain, yang

bukan dari kandang ini; domba-domba itu harus Kutuntun juga dan mereka akan mendengarkan

suara-Ku dan mereka akan menjadi satu kawanan dengan satu gembala.”(Yohanes 10:16).

Semua ini sama pentingnya, dan Yesus memberikan nyawaNya termasuk juga untuk

menyelamatkan mereka.(Yohanes 10:17).

Sebelum Yesus naik ke surga, Dia berpesan pada Petrus untuk peduli pada domba-dombaNya

yang Dia kasihi dengan sepenuh hati. Bagaimana kita bisa mengasihi domba-domba seperti

halnya Kristus mengasihi mereka? Tidak ada cara lain selain dengan cara mengasihi Kristus

dengan sungguh-sungguh.Menggembalakan domba bukanlah pekerjaan gampang. Terkadang

domba-domba yang kita layani bisa bersikap tidak menyenangkan, kita terkadang merasa bahwa

apa yang kita buat bagi mereka seolah-olah tidak dihargai, bisa jadi bukannya terimakasih yang

kita dapat tapi malah komplain dan kritikan, dan itu semua bisa membuat kita kehilangan

motivasi dan semangat. Tapi kasih kita kepada Kristus bisa menjadi dasar motivasi yang cukup

untuk memampukan kita untuk terus berada pada jalur yang sama, terus setia untuk melayani,

terus menggembalakan domba-domba Kristus. Petrus kemudian kembali mengingatkan kita

tentang hal ini dalam pelayanannya. “Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu,

jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan karena

mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri.” (1 Petrus 5:2). Apakah anda

mengasihi Kristus lebih dari apapun? Jika ya, gembalakanlah dombaNya.

Hanya dengan mengasihi Kristus kita mampu melayani dan mengasihi domba-dombaNya

Koruptor

Ayat bacaan: 1 Timotius 6:10

============================

Page 40: Kumpulan Renungan

“Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang

telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.”

Seorang jaksa yang terlibat kasus korupsi baru-baru ini menangis di persidangan ketika tengah

membacakan pledoi di hadapan majelis hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi. Dia dituntut

hukuman 15 tahun, tuntutan yang membuatnya syok hingga tidak bisa makan dan tidur. Dia pun

menangis membayangkan bagaimana nasib istri dan anak-anaknya jika ia harus dipenjara selama

15 tahun. Baginya hukuman 15 tahun itu sama saja denganhukuman mati bagi anak-anak, istri,

orang tua dan mertuanya. “Bagaimana nasib kedua anak saya yang masih balita, dan yang akan

lahir..” katanya. Istri sang jaksa memang tengah hamil tua. Anehnya, walaupun jelas-jelas

terbukti korupsi, ia masih menganggap hukumannya tidak adil. Lho, apakah ketika melakukan

korupsi dia tidak memikirkan bahwa hal tersebut tidaklah adil bagi masyarakat umum?

Mendapatkan uang dengan cara kotor kini membawa konsekuensi serius tidak saja bagi dirinya

sendiri, tapi bagi keluarganya. Vonis sudah dijatuhkan bagi dirinya, yang ternyata lebih berat

dari tuntutan diatas. Dia akhirnya mendapat vonis 20 tahun penjara. Saya membayangkan

keluarganya akan sulit hidup normal sebagai keluarga koruptor. Bentuk hukuman dari penilaian

masyarakat dalam gerak gerik mereka sehari-hari akan sangat menyakitkan. Ketika mungkin

tadinya ia membayangkan bahwa uang yang ia peroleh dapat membuat dia tertawa terbahak-

bahak kini berubah menjadi syok, ratapan kesedihan yang tak kunjung usai.

Harta kekayaan tentu menjadi keinginan hampir semua orang. Saya rasa tidak akan ada yang

mau hidup miskin dan kekurangan. Orang bekerja keras agar mampu membiayai hidupnya

beserta keluarga dan meningkatkan taraf hidup mereka. Tapi rasa cinta berlebihan terhadap uang

akan membuat orang tergoda untuk mengambil jalan pintas yang salah, lewat cara-cara jahat,

penipuan, penggelapan, suap dan sebagainya. Dan lihatlah akibatnya.

Berusaha untuk mendapatkan penghasilan tidaklah salah jika dilakukan lewat cara-cara benar

atas hasil jerih payah kita. Banyak orang yang salah mengartikan ayat bacaan hari ini sebagai

larangan untuk mengumpulkan uang. Yang menjadi akar kejahatan bukanlah “uang”, tapi “cinta

uang”, menjadikan uang sebagai yang paling utama di dalam hidup. Hal ini sama artinya dengan

menomor duakan Tuhan. Yesus mengatakan, “Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua

tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia

akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi

kepada Allah dan kepada Mamon (dewa uang).”(Matius 6:24). Selanjutnya kita lihat firman

Page 41: Kumpulan Renungan

Tuhan mengenai orang yang memperkaya dirinya dengan apa yang bukan menjadi

haknya. “Celakalah orang yang menggaruk bagi dirinya apa yang bukan miliknya…”(Habakuk

2:6). Kejahatan cinta uang, mencari keuntungan lewat jalan pintas dan menguasai apa yang

bukan menjadi hak adalah sebuah kejahatan serius di mata Tuhan. Daud pun mengingatkan

bahwa “lebih baik yang sedikit pada orang benar dari pada yang berlimpah-limpah pada orang

fasik, sebab lengan orang-orang fasik dipatahkan, tetapi TUHAN menopang orang-orang

benar.” (Mazmur 37:16-17).

Tuhan adalah Allah yang peduli pada kita, yang tidak akan membiarkan siapapun yang terus

dekat padaNya menderita sendirian. Tuhan Yesus pun menjabarkan dengan jelas dalam Matius

6:25-34 bahwa kita tidak perlu khawatir akan kesusahan hidup, karena Allah mengetahui

segalanya yang kita butuhkan. Menggaruk uang lewat jalan salah memang sepintas terlihat

nikmat, korupsi memang bisa mendatangkan kekayaan dengan instan, tapi semua itu adalah

kejahatan di mata Allah. Dengan alasan apapun, kita tidak dibenarkan untuk mengambil jalan

pintas demi mengumpulkan harta. Doakan setiap pekerjaan anda agar diberkati Tuhan. Biarkan

Tuhan bertahta di atas segala usaha anda, tetaplah mengucap syukur dan jangan lupa kewajiban

untuk membayar apa yang menjadi hak Tuhan lewat persembahan persepuluhan, maka lihatlah

Tuhan mencukupkan segala sesuatu dalam hidup anda.

Bukan tawa bahagia, tapi ratapan tak kunjung akhir-lah yang dituai orang yang

mengeruk keuntungan dengan cara kotor

Kasih Sejati

Posted: 27 Sep 2008 11:00 AM CDT

Ayat bacaan:1 Kor 13:5

Ia (Kasih) tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak

pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain.

A baru saja naik jabatan. Dia pun mendapatkan banyak hadiah. B, teman A, juga memberi

hadiah. Karena kesibukannya,A lupa mengirimkan kartu ucapan terima kasih kepada B, atau

sekedar telepon. B terus menunggu tanggapan dari A, tapi tanggapan itu tidak pernah datang,

meskipun mereka berulang kali bertemu setelahnya. Seiring waktu berjalan, ternyata B merasa

tersinggung karena pemberiannya seolah-olah tidak mendapat tanggapan dan merasa tidak

dihargai. B merasa disisihkan, karena hadiah pemberiannya tidak mendapat balasan sesuai yang

ia harapkan.

Page 42: Kumpulan Renungan

Dalam banyak bentuk lain hal seperti ini sering terjadi. Banyak orang yang memberi

mengharapkan ucapan terima kasih, atau mengharapkan imbalan, atau mengharapkan hadiah

kembali sebagai bentuk balasan. Bahkan banyak Pemberian kerap kali bukanlah sebagai

ungkapan kasih, melainkan mengharapkan bentuk-bentuk keuntungan seperti mendapat promosi

kenaikan jabatan, lulus ujian dan lain-lain. Ini sesungguhnya tidak sejalan dengan gambaran

kasih menurut alkitab. Di dalam ayat bacaan hari ini kita melihat bahwa kasih sejati adalah kasih

yang tidak mencari keuntungan diri sendiri, tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan

orang lain. Kasih sejati tidak mengharapkan balasan, tidak pamrih, dan keluar dari hati sebagai

ungkapan kasih kita terhadap orang lain. Ketika kita memberi sesuatu dengan motif lain dan

bukan berdasarkan kasih, hal-hal seperti di atas pun mungkin terjadi. Itu karena kita berharap

orang yang kita beri seharusnya mengembalikan lagi dalam bentuk lain sesuai keinginan kita.

Kasih sejati akan membuat kita memberi dengan sukacita, tanpa menyimpan apapun dibalik

pemberian, dan tidak mengharapkan apapun, bahkan ucapan terima kasih sekalipun. Seperti

Tuhan mengasihi kita tanpa henti, ketika Tuhan selalu mengampuni kita setiap kali kita, ketika

kita sadar bahwa Yesus rela mengorbankan diriNya demi menebus kita, kita merasakan kasih tak

terbatas Tuhan atas diri kita. Sebagai anak-anak Tuhan, kita pun seharusnya bisa merefleksikan

kasih tak terbatas Tuhan kepada orang lain.

Kasih sejati tidak menuntut imbalan

Diam Di Kaki Tuhan

Posted: 28 Sep 2008 11:00 AM CDT

Ayat bacaan: Lukas 10:39

========================

“Perempuan itu mempunyai seorang saudara yang bernama Maria. Maria ini duduk dekat kaki

Tuhan dan terus mendengarkan perkataan-Nya”

Dalam salah satu episode Kick Andy! yang saya tonton, Nugie mendapat kejutan dengan

hadirnya sang ibu tanpa ia ketahui. Dia bergegas menyongsong sang ibu yang kelihatan agak

sulit berjalan, tangannya lalu menopang dan membimbing ibunya ke bawah. Kemudian terdengar

suara Nugie yang bertanya,“tadi kan kita teleponan, kok nggak cerita sih mau kesini..?”sambil

diselingi tawa gembira. Kemudian si ibu diwawancarai singkat, apakah ia bangga punya anak

seperti Nugie, dan si ibu menjawab, “sangat bangga..”. Nugie kemudian memeluk dan mencium

ibunya. Ibu Nugie layak bangga, sangat layak. Di saat begitu banyak selebritis yang terjatuh

Page 43: Kumpulan Renungan

akibat obat-obatan dan dosa lain, anaknya tidak ikut terjebak dan malah tampil sebagai sosok

pecinta lingkungan hidup. Di saat banyak selebritis yang terlalu sibuk bekerja hingga melupakan

orang tuanya, anaknya tetap dekat padanya. Saya berpikir, ada berapa banyak orang tua saat ini

yang merasa kesepian karena anak-anak mereka semua terlalu sibuk bekerja dan tidak punya

waktu mengunjungi mereka, meluangkan waktu untuk bersama-sama dengan mereka. Orang tua

membesarkan anak-anak mereka, dan berjuang habis-habisan agar anak mereka bisa berhasil

membangun karir, tapi kemudian karena karir pula mereka tidak lagi punya waktu luang. Coba

tanyakan kepada para orang tua yang kesepian, apakah yang mereka butuh, kemewahan harta

benda dari sang anak, atau waktu-waktu indah bersama anak-anaknya. Mungkin, dan saya yakin,

orang tua akan sangat rindu memeluk anaknya seperti dulu ketika mereka kecil.

Tuhan pun demikian. Kita begitu sibuk bekerja, berjuang hidup, sehingga kita sering melewatkan

waktu-waktu kita untuk mendatangi dan berdiam di hadiratNya. Ada yang bahkan sering terlalu

sibuk melayani, tetapi melupakan saat dimana kita duduk berdiam di kakiNya dan merasakan

betapa Tuhan begitu dekat dan begitu mengasihi kita. Ayat bacaan hari ini mengambil kisah

ketika Yesus berkunjung ke rumah Marta dan Maria. Mendapat kunjungan dari Kristus, Marta

pun sibuk melayani. Tapi Maria memilih untuk terus duduk diam di dekat kaki Tuhan dan terus

mendengarkan perkataanNya. Marta kemudian mengeluh karena ia melayani sendirian dan

meminta Yesus mengingatkan Maria untuk membantunya. Tapi Yesus menjawab: “Marta,

Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara,tetapi hanya satu saja yang

perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya.”  (Lukas

10:41-42).

Ada kalanya kita harus menarik rem dari kesibukan kita, baik pekerjaan ataupun pelayanan. Ada

saatnya kita harus berhenti berkeluh kesah dan meminta tolong atas segala permasalahan kita.

Dan pergunakanlah waktu tersebut untuk duduk diam di kaki Tuhan, merasakan kasihNya

yang begitu damai, mendengar suaraNya menyampaikan hal-hal yang ingin Dia katakan pada

kita, menikmati persekutuan pribadi yang indah dengan Bapa. Inilah bagian yang terbaik, yang

tidak akan diambil dari kita. Tuhan rindu menikmati saat-saat teduh bersama anak-anakNya,

Tuhan rindu memeluk anak-anakNya, dan itu tidak akan terjadi jika kita tidak tahu kapan saatnya

menghentikan ritme kesibukan kita sehari-hari. Kita memang tidak dilarang untuk memohon

bantuan dari Tuhan lewat doa-doa kita, tapi ada waktu dimana kita diminta untuk diam dan

mengetahui bahwa Allah berkuasa di atas segalanya. “Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah

Page 44: Kumpulan Renungan

Allah! Aku ditinggikan di antara bangsa-bangsa, ditinggikan di bumi!” (Mazmur 46:11).

Ketahuilah bahwa Tuhan tidak pernah terlelap, tidak pernah lengah menjaga kita, dan Dia lah

sumber pertolongan yang selalu mendengar. Saatnya bagi kita untuk duduk diam dan ganti

mendengar apa yang hendak Ia nyatakan dalam hidup kita.

Berikan waktu terbaik anda untuk diam di kakiNya, dan mendengar suaraNya

Sela

Ayat bacaan: Mazmur 3:9

=======================

“Dari TUHAN datang pertolongan. Berkat-Mu atas umat-Mu! S e l a”

Ayat bacaan di atas adalah salah satu dari sekian banyak ayat kitab Mazmur yang diakhiri

dengan kata Sela. Sela banyak diartikan orang sebagai selingan musik, namun tidak menutup

kemungkinan lain berdasarkan para ahli alkitab merujuk pada waktu jeda, istirahat, diam

sejenak, menekankan atau menutup bagian lagu. Dalam versi bahasa Inggris (amplified)

diterjemahkan sebagai“pause and calmly think of that”, dan ada pula yang menyebutnya

sebagai “stop and listen”. Selain pada Mazmur, Sela juga beberapa kali kita jumpai dalam

Habakuk 3. Mungkin kata Sela ini sering dianggap kurang penting sehingga sering dilewatkan,

padahal melihat jumlahnya yang banyak diulang, Sela pasti memiliki makna yang penting.

Sebuah lagu dari GMB di album terbaru mereka mengambil judul Sela. Demikian liriknya:

Saat ku berteduh

kuuntai doaku

dalam kesunyian ku merindu suaraMu

Kau peluk hatiku

dalam hadiratMu

di relung jiwaku, kumendengar suaraMu

Haleluya.. haleluya..haleluya.. amin (2x)

Menyambung renungan kemarin tentang duduk diam mendengar apa yang ingin dinyatakan

Tuhan bagi kita, kata Sela mempertegas hal itu. Rutinitas dari segala aktivitas kita sehari-hari,

semua kesibukan kita juga memerlukan waktu Sela. Demikian pula dengan pelayanan. Ada

banyak anak-anak Tuhan yang begitu sibuk dengan pelayananNya hingga tidak sempat lagi

mengambil saat teduh untuk menikmati kasih Tuhan dalam hadiratNya. Apapun yang kita

Page 45: Kumpulan Renungan

kerjakan dan menyita waktu kita selalu butuh jeda, butuh sela. Dan di saat itulah jiwa kita

beristirahat, menikmati keintiman hanya bersama Bapa. “Seperti rusa yang merindukan sungai

yang berair, demikianlah jiwaku merindukan Engkau, ya Allah. Jiwaku haus kepada Allah,

kepada Allah yang hidup. Bilakah aku boleh datang melihat Allah? (Mazmur 42:2-3) Bagi saya,

waktu sela adalah waktu yang kita pakai dimana kita melepaskan segala atribut dunia dengan

segala permasalahannya, dan datang menghampiri tahta kudus Tuhan dengan tangan

menyembah, berserah sepenuhnya dan membawa pujian yang terbaik hanya untuk Allah. Ini saat

yang indah untuk introspeksi, merenung, mengkaji ulang hal-hal yang telah kita lakukan sehari

penuh, apakah semua yang kita lakukan adalah sesuai dengan kehendakNya atau belum, saat

yang indah dimana Tuhan bisa terasa begitu dekat. Waktu sela bukanlah waktu dimana kita

masih memenuhi doa kita dengan permintaan tolong akan ini dan itu, tapi merupakan waktu

dimana kita diam, merasakan pelukan Tuhan dan mendengar suaraNya.

Perenungan Daud tentang Allah dalam kitab Mazmur demikian panjang, termasuk di dalamnya

waktu Sela. Jangan lewatkan waktu-waktu Sela agar jiwa kita disegarkan kembali, merasakan

kedamaian ketika Allah hadir di dekat kita, dimana tidak ada kekhawatiran, ketakutan dan

masalah.

Beri waktu Sela dalam kehidupan sehari-hari untuk kembali fokus kepada apa yang

diinginkan Tuhan dalam hidup kita