RENSTRA-RSB-RSUD-Dr-SOSODORO-2013-2018

46
Rencana Strategis Bisnis RSUD Dr. R Sosodoro Djatikoesoemo BAB I BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Perencanaan sebagai bagian dari proses manajemen (stratejik), mutlak dilakukan oleh suatu organisasi sebagai upaya mempertahankan kelangsungan hidupnya. Perencanaan yang disusun dimaksudkan untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan melalui suatu perumusan strategi tertentu. Perumusan strategi yang berupa visi, misi, tujuan dan sasaran tersebut bersifat permanen dan jangka panjang antara 5 sampai 20 tahun. Untuk menentukan bagaimana perumusan strategi dicapai diperlukan strategi yang lebih operasional berupa program dan kegiatan yang akan dilaksanakan serta jumlah alokasi sumber daya yang akan dibutuhkan. Untuk menentukan alternatif strategi opersional, harus dilakukan melalui proses sistematis yang memiliki prosedur yang jelas. Hal tersebut tidak terlepas dari faktor internal organisasi berupa kekuatan dan kelemahannya serta adanya faktor eksternal berupa ancaman dan peluang. Perlunya pembentukan RSB berkaitan dengan persiapan RSUD Dr R Sosodoro Djatikoesoemo menuju SKPD dengan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah. Hal ini berdasar pada PP 23/2005 tentang Pola Pengelolaan Keuangan BLU dalam pasal 4 (4) dan sesuai Peraturan Menteri Dalam Negeri No 61 Tahun 2007 pasal 11 diuraikan tentang Persyaratan administratif terpenuhi apabila instansi 1

description

RENSTRA RSUD DR.SOETOMO

Transcript of RENSTRA-RSB-RSUD-Dr-SOSODORO-2013-2018

BAB

Rencana Strategis Bisnis RSUD Dr. R Sosodoro Djatikoesoemo

BAB IPENDAHULUAN

1.LATAR BELAKANG

Perencanaan sebagai bagian dari proses manajemen (stratejik), mutlak dilakukan oleh suatu organisasi sebagai upaya mempertahankan kelangsungan hidupnya. Perencanaan yang disusun dimaksudkan untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan melalui suatu perumusan strategi tertentu. Perumusan strategi yang berupa visi, misi, tujuan dan sasaran tersebut bersifat permanen dan jangka panjang antara 5 sampai 20 tahun. Untuk menentukan bagaimana perumusan strategi dicapai diperlukan strategi yang lebih operasional berupa program dan kegiatan yang akan dilaksanakan serta jumlah alokasi sumber daya yang akan dibutuhkan. Untuk menentukan alternatif strategi opersional, harus dilakukan melalui proses sistematis yang memiliki prosedur yang jelas. Hal tersebut tidak terlepas dari faktor internal organisasi berupa kekuatan dan kelemahannya serta adanya faktor eksternal berupa ancaman dan peluang.

Perlunya pembentukan RSB berkaitan dengan persiapan RSUD Dr R Sosodoro Djatikoesoemo menuju SKPD dengan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah. Hal ini berdasar pada PP 23/2005 tentang Pola Pengelolaan Keuangan BLU dalam pasal 4 (4) dan sesuai Peraturan Menteri Dalam Negeri No 61 Tahun 2007 pasal 11 diuraikan tentang Persyaratan administratif terpenuhi apabila instansi pemerintah yang bersangkutan dapat menyajikan seluruh dokumen berikut:

a. pernyataan kesanggupan untuk meningkatkan kinerja pelayanan, keuangan, dan manfaat bagi masyarakat;

b. pola tata kelola;

c. rencana strategis bisnis;

d. laporan keuangan pokok;

e. standar pelayanan minimum; dan

f. laporan audit terakhir atau pernyataan bersedia untuk diaudit secara independen.

Dalam pola pengelolaan keuangan BLU sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 23 tahun 2005 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri No 61 Tahun 2007, rumah sakit diberikan beberapa keleluasaan atau fleksibilitas. Namun sebagai pengimbangnya, rumah sakit dikendalikan secara ketat dalam perencanaan, penganggaran dan pertanggungjawabannya.

Mengingat hal-hal tersebut maka RSUD Dr R Sosodoro Djatikoesoemo menyusun Rencana Strategis Bisnis untuk mencapai visi misi dan tujuannya sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 23 tahun 2005 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri No 61 Tahun 2007.

2. TujuanPenyusunan Rencana Srategis Bisnis RSUD Dr R Sosodoro Djatikoesoemo, bertujuan :

1) Untuk memenuhi salah satu persyaratan administratif Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum berdasarkan PP 23 tahun 2005 pasal 4 ayat (4) dan Peraturan Menteri Dalam Negeri No 61 Tahun 2007.

2) Mengarahkan kebijakan alokasi sumberdaya rumah sakit untuk mewujudkan visi organisasi.

3) Sebagai pedoman, landasan dan referensi dalam menetapkan skala prioritas Rencana Bisnis Anggaran tahunan. Hal tersebut berdasar pada PP 23/2005 tentang Pola Pengelolaan Keuangan BLU disebutkan dalam hal Perencanaan dan Penganggaran sesuai pasal 10:(1)BLU menyusun Rencana Strategis Bisnis lima tahunan dengan mengacu kepada Rencana Strategis Kementerian Negara/Lembaga (Renstra-KL) atau Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD).

(2)BLU menyusun RBA tahunan dengan mengacu kepada Rencana Strategis Bisnis sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Pasal ini berpengertian bahwa prinsip dasar pengusunan RSB mengacu kepada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Bojonegoro, hal tersebut tampak dalam program dan kegiatannya. 4) Sesuai Permendagri 61 Tahun 2007 pasal 11 Rencana Strategis Bisnis merupakan rencana strategi dan gambaran program lima tahunan yang harus ada di RSUD yang menerapkan PPK-BLUD; dimana:(1) Rencana strategis bisnis merupakan rencana straegis lima tahunan yang mencakup, antara lain pernyataan visi, misi,program strategis, pengukuran pencapaian kinerja, rencana pencapaian lima tahunan dan proyeksi keuangan lima tahunan RSUD,(2) Rencana pencapaian lima tahuanan sebagaimana dimaksud diatas merupakan gambaran program lima tahunan, pembiayaan lima tahunan, penanggung jawab program dan prosedur pelaksanaan program.

5) Sebagai alat pengendalian organisasi.

3. Konsepsi DasarPengertian RSB diuraikan dalam PP 23/2005 tentang Pola Pengelolaan Keuangan BLU pada Penjelasan pasal 4 ayat (4) huruf c dan Permendagri No 61 Tahun 2007 disebutkan bahwa Rencana Strategis Bisnis mencakup antara lain pernyataan visi, misi, program strategis, dan pengukuran pencapaian kinerja.Pengelolaan keuangan dan non keuangan pada entitas bisnis merupakan sebuah siklus yang terus berlangsung dalam organisasi. Siklus tersebut diawali dengan aktivitas perencanaan, pengukuran, evaluasi, dan pelaporan yang akan dijadikan umpan balik untuk perencanaan berikutnya. Pengelolaan pelayanan kesehatan pada rumah sakit menuntut kecermatan, keakuratan dan kecepatan pengambilan keputusan karena menyangkut kepentingan hidup matinya pelanggan. Oleh karena itu perencanaan Rumah Sakit memiliki fleksibilitas dan elastisitas relative tinggi yang mensyaratkan pemenuhan implementasi siklus tersebut dalam pelaksanaan pengelolaan kinerjanya. Konsepsi Dasar penyusunan Rencana Strategis Bisnis RSUD Dr R Sosodoro Djatikoesoemo dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

4. MetodologiRencana Strategis Bisnis RSUD Dr R Sosodoro Djatikoesoemo disusun dengan memanfaatkan dokumen-dokumen yang tersedia, pengamatan, wawancara dan menyebarkan formulir-formulir pengumpulan data yang dilakukan oleh Tim Fokus RSUD Dr R Sosodoro Djatikoesoemo. Tim Fokus tersebut terdiri dari seluruh komponen yang memiliki kompetensi perencanaan. Seluruh isi materi Rencana Strategis Bisnis RSUD Dr R Sosodoro Djatikoesoemo telah ditelaah dan dibahas secara transparan dengan menggunakan kaidah-kaidah profesi yang sepenuhnya menjadi tanggungjawab dari Tim Fokus. Adapun metode penyusunan Rencana Strategis Bisnis RSUD Dr R Sosodoro Djatikoesoemo dengan menggunakan Balanced Score Card. Metode ini secara komprehensif melihat seluruh perspektif dalam merumuskan strategi RSUD Dr R Sosodoro Djatikoesoemo yaitu meliputi:

1) Perspektif Pelanggan/stakeholder,2) Perspektif Proses Bisnis Internal, dan

3) Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran.4) Perspektif Keuangan,

BAB IIPROFIL RSUD Dr R SOSODORO DJATIKOESOEMO

1. Sejarah Rumah Sakit

Pada sekitar tahun 1905 Zending di Bojonegoro telah mendirikan Gereja Jawa bertempat di jalan Teuku Umar sekarang. Pada kurang lebih tahun 1924, Zending Bojonegoro mendirikan poliklinik yang tempatnya berdampingan dengan gereja Jawa tersebut. Pada waktu itu zending mengajukan ijin kepada Inspektur Kesehatan Pemerintah Kolonial Hindia Belanda di Jawa Timur untuk mendirikan rumah sakit di Bojonegoro. Permohonan tersebut ditolak oleh pemerintah kolonial dan sebagai gantinya zending diberi kuasa untuk mengurus rumah miskin (armenhuis) milik pemerintah kolonial yang letaknya di tanah yang sekarang ini berdiri bangunan RSUD Bojonegoro.

Pada tahun 1928 Poliklinik zending yang terletak di jalan Teuku Umar dipindahkan ke lokasi rumah miskin tersebut. Sejak itu poliklinik berkembang menjadi rumah sakit karena para pasien yang berobat ada yang harus dirawat tinggal. Dan pada waktu itu dibangun bilik perawatan di bagian depan.

Pada bulan Maret 1942 Jepang mulai masuk wilayah Kabupaten Bojonegoro. Semua pegawai rumah sakit diperintahkan untuk mengungsi ke luar Bojonegoro sedangkan gedung rumah sakit dijadikan markas oleh tentara Jepang. Bulan Juli 1942 rumah sakit mulai diaktifkan kembali oleh Jepang dan dinamakan Bojonegoro Ken Byein. Untuk mengaktifkan kembali Jepang memanggil pegawai-pegawai yang mengungsi untuk bekerja seperti biasanya.

Bulan Desember 1949 tentara pendudukan Belanda memasuki kota Bojonegoro. Dalam masa itu rumah sakit Bojonegoro berada di bawah penguasaan Inspektur Van Gezendleighd Oost Java Soerabaia dan Ziekenin Richting DVG Te Bojonegoro (DVG : Diens Volks Gezendleight atau Dinas Kesehatan Rakyat).

Setelah penyerahan kedaulatan dari pemerintah pendudukan Belanda ke Pemerintah Republik Indonesia maka pada tanggal 19 Desember 1949 rumah sakit secara resmi kembali ke pangkuan Pemerintah Republik Indonesia. Pada masa itu dibuat papan nama rumah sakit dengan sebutan Rumah Sakit Umum Bojonegoro.

Pada tahun 1990 dengan Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Bojonegoro nomor 203 tahun 1990 tanggal 27 Juli 1990 ditetapkan nama Dr. R. Sosodoro Djatikoesoemo sebagai nama RSUD Kabupaten Daerah Tingkat II Bojonegoro.

2. ASPEK LEGAL

RSUD Dr. R. Sosodoro Djatikoesoemo Kabupaten Bojonegoro adalah rumah sakit tipe B Non Pendidikan sesuai Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 330/Menkes/SK/V/2006 tanggal 11 Mei 2006. Sifat bisnis adalah sosio ekonomi atau not to profit dan lebih menekankan pada pelayanan sosial kepada masyarakat tidak mampu dan sekaligus sebagai pusat rujukan bagi rumah sakit di wilayah Bojonegoro.3. LOKASIRSUD Dr. R. Sosodoro Djatikoesoemo Kabupaten Bojonegoro berlokasi strategis di Jln Wahidin nomor 40 ditengah kota Bojonegoro yang mudah dijangkau dari berbagai arah baik dengan kendaraan pribadi maupun dengan kendaraan umum. Di Bojonegoro terdapat beberapa Rumah sakit Swasta, namun demikian RSUD Dr. R. Sosodoro Djatikoesoemo masih menjadi rumah rujukan bagi masyarakat bagi masyarakat Bojonegoro.

4. GAMBARAN PRODUK JASABeberapa produk jasa yang ditawarkan oleh pihak rumah sakit kepada masyarakat dalam memberikan pelayanan adalah sebagai berikut :

1. Pelayanan rawat darurat:a. Gawat darurat umum.b. Kebidanan.c. Perinatal dan neonatal.d. Ruang observasi sehari (one day care).e. Radiomedik.2. Pelayanan rawat jalan:a. Poliklinik bedah.b. Poliklinik penyakit dalam.c. Poliklinik paru.d. Poliklinik kulit kelamin.e. Poliklinik penyakit syaraf.f. Poliklinik kebidanan dan kandungan.g. Poliklinik mata.h. Poliklinik gigi dan mulut.i. Poliklinik THT.j. Poliklinik ilmu kesehatan anak.k. Poliklinik ortopedi.l. Poliklinik rehabilitasi medik.m. Poliklinik konsultasi gizi/psikologi.n. Poliklinik jiwa.o. Poliklinik urologi.3. Pelayanan rawat inap.4. Pelayanan bedah sentral.5. Pelayanan intensif.6. Pelayanan unggulan:a. Pelayanan radiologi.b. Bedah mata mikroskopis.c. Pelayanan endoskopi.7. Pelayanan laboratorium patologi klinik.8. Pelayanan farmasi.9. Pelayanan gizi.10. Pelayanan pemulasaraan jenazah.11. Pelayanan ambulans/mobil jenazah.12. Pelayanan laundry.13. Pelayanan rekam medis.14. Pengelolaan limbah.15. Pelayanan pemeliharaan sarana rumah sakit.16. Pelayanan administrasi manajemen.5. ISU-ISU STRATEGIS

1. Pengelolaan keuangan Rumah sakit yg transparan dan efisien serta berjiwa entrepreneur dengan model BLUD.2. Usaha Peningkatan Mutu Pengelolaan Rumah sakit melalui Akreditasi dan ISO 9000 : 2001.3. Usaha usaha menginternasionalisasi rumah sakit diawali dengan pembangunan gedung rumah sakit yang baru dan standar pelayanan melalui standar Internasional (ISO).4. Usaha-usaha mewujudkan sebagai pusat rujukan medik spesialistik dengan menambah jenis tenaga spesialis dan peralatannya.5. Tuntutan inovasi pelayanan untuk mendukung usaha peningkatan pendapatan fungsional dan kenyamanan pelanggan.6. Peningkatan pelayanan dan pendapatan dengan kerjasama dengan pihak ketiga melalui kerjasama operasional.7. Adanya tuntutan dalam transparansi dan keamanan yang tinggi dalam pelayanan pasien.8. Adanya tuntutan penegakan punishment and reward terkait kinerja staf.9. Adanya tuntutan penggunaan sistem elektronik dalam mendukung transparansi dan akuntabilitas pelayanan.10. Usaha pemasaran pelayanan yang inovatif tapi tetap beretika.11. Standarisasi semua sarana dan prasarana pelayanan.12. Peningkatan Ekonomi masyarakat seiring dengan perkembangan industri perminyakan.13. Globalisasi peralatan dan obat-obatan memudahkan untuk didapatkan oleh pihak rumah sakit.

14. Munculnya kompetitor rumah sakit yang semakin banyak dan komplet dalam sarana.15. Peraturan perundang-undangan yang sangat mempengaruhi kebijakan rumah sakit.16. Menurunnya loyalitas pelanggan.17. Penggunaan tenaga spesialis/ahli oleh pihak kompetitor .18. Perkembangan teknologi kedokteran yang membutuhkan biaya besar.19. Tuntutan evidence base medicine (EBM) dalam rangka peningkatan mutu pelayanan medis.BAB IIIANALISA LINGKUNGAN BISNIS

Analisa lingkungan bisnis merupakan identifikasi dan pengukuran faktor-faktor yang mempengaruhi dalam proses pengambilan keputusan perencanaan bisnis (business plan). Analisa lingkungan bisnis terdiri dari analisa internal dan analisa eksternal. Analisa internal merupakan kegiatan yang mengidentifikasi kelemahan-kelemahan (weakness) dan kekuatan-kekuatan (strength) RSUD Dr R Sosodoro Djatikoesoemo, selain itu juga harus memperhatikan analisa eksternal yang terdiri dari ancaman-ancaman (threats) para pesaing serta peluang-peluang (opportunities) yang ada di pasar.

Tujuan analisa lingkungan bisnis adalah menetapkan posisi RSUD Dr R Sosodoro Djatikoesoemo sebagai entitas usaha serta menetapkan strategi rumah sakit dalam mencapai visi dan misinya. Setelah strategi ditetapkan, selanjutnya diwujudkan dalam pelaksanaan rinci operasional, berupa program-program dan kegiatan-kegiatan.1.Evaluasi Kinerja 3 Tahun Terakhir1) Perspektif Pelanggana. Perolehan Kunjungan Baru (Customer Acquistion)Merupakan pengukuran tingkat dimana suatu unit bisnis mampu menarik pelanggan baru yang mengunakan jasa layanannya.TahunJumlah Pasien

Kunjungan baruTotal pasienProsentase

200550.88877.72165,48 %

200664.17295.79066,99 %

200771.579106.66267,11 %

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat prosentase kunjungan pasien baru dibandingkan total kunjungan cenderung mengalami peningkatan setiap tahunnya.b. Perolehan Kunjungan Lama (Customer Retention)Merupakan indikator dimana RS dapat mempertahankan hubungannya dengan konsumen (loyalitas) yaitu berupa kunjungan ulang, dengan data sebagai berikut:TahunJumlah Pasien

Kunjungan UlangTotal pasienProsentase

200526.83377.72134,52 %

200631.61895.79033,01 %

200735.083106.66232,89 %

Kesimpulan dari data tersebut adalah prosentase kunjungan pasien lama/kunjungan ulang dibandingkan total kunjungan cenderung menurun setiap tahunnya. Namun demikian jumlah kunjungan baru terus meningkat tiap tahunnya melebihi tingkat kenaikan kunjungan ulang. c. IKM (Indeks Kepuasan Masyarakat)Indeks kepuasan masyarakat (customer satisfaction) berfungsi untuk menaksir tingkat kepuasan pelanggan terkait dengan kriteria kinerja spesifik. Secara tabel dapat digambarkan sebagai berikut :TahunI K M

200520062007

SMT I81,3578,2577,73

SMT II77,7377,0077,39

Pengukuran IKM dilaksanakan mulai tahun 2005 sesuai dengan SK Menpan Nomor: KEP/25/M.PAN/2/2004 tanggal 24 Februari 2004. Selama 3 tahun tersebut kesimpulan dari data IKM relatif sama yaitu bernilai 77 81 (baik).d. Jumlah Keluhan Pasien (Number Of Complain)TAHUNJML PASIENFISIKNON FISIK

KELUHAN%KELUHAN%

200577.721170,022350,045

200695.790340,035540,056

2007106.662220,021340,032

Jumlah keluhan pada tahun 2006 meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah pasien, namun mengalami penurunan pada tahun berikutnya seiring perbaikan pelayanan rumah sakit. Keluhan tentang masalah non fisik lebih besar daripada keluhan tentang masalah fisik.2) Perspektif Proses Bisnis InternalDalam perspektif Proses Bisnis akan diukur kualitas pelayanan yang diberikan rumah sakit baik kualitas tempat maupun mutu pelayanan. Kualitas tempat diukur dari pemanfaatan tempat tidur yang juga menggambarkan tingkat efisiensi rumah sakit. Sedangkan mutu menggambarkan kualitas pelayanan/tindakan yang diberikan kepada pasien. Masing-masing tercermin pada indikator sebagai berikut: a. Efisiensi / pemanfaatan fasilitasNo.Key Performance IndicatorStandar200520062007

1B O R65 85 %65,47 %75,42 %80,79 %

2B T O40 5045,7253,3762,58

3T O I1 - 32,921

Sumber: Standar Depkes RIPengelolaan rumah sakit dari tahun ke tahun cenderung makin efisien ditandai dengan makin meningkatnya kunjungan rawat inap sehingga BOR (Bed Occupancy Ratio) meningkat yang berarti prosentase pemakaian tempat tidur naik, BTO (Bed Turn Over) cenderung meningkat yang berarti frekwensi pemakaian tempat tidur meningkat, dan TOI (Turn Over Interval) menurun yang berarti hari tempat tidur kosong semakin sedikit. b. Tingkat Kualitas Layanan (Quality Of Services)NoKPI 200520062007Standar

1Angka infeksi luka operasi0,00 %0,16 %0,00 %< 1,5 %

2Angka komplikasi pasca bedah0,00 %0,00 %0,00 %< 6 %

3Kematian ibu melahirkan0,00 %0,00 %0,00 %< 1 %

4Angka kematian ibu karena eclampsia0,44 %0,73 %0,33 %< 1 %

5Angka sectio caesaria21,64 %26,55 %21,64 %< 20 %

6Angka kematian ibu karena perdarahan0,00 %0,00 %0,33 %< 1 %

7Angka kematian ibu karena sepsis0,00 %0,00 %0,00 %< 0,2 %

8Perpanjangan masa rawat ibu melahirkan0,00 %0,00 %0,00 %< 5 %

9Neonatal death rate11,22 %12,65 %11,22 %< 25 %

10Angka kematian bayi dgn BB =