RENCANA KINERJA TAHUN 2019ikft.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/2020/05/RENKIN... · 2020. 5....
Transcript of RENCANA KINERJA TAHUN 2019ikft.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/2020/05/RENKIN... · 2020. 5....
-
1
RENCANA KINERJA TAHUN 2019
DIREKTORAT INDUSTRI TEKSTIL KULIT ALAS KAKI DAN ANEKA
DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI KIMIA TEKSTIL DAN ANEKA
TAHUN 2018
-
i
KATA PENGANTAR
Atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya kami dapat menerbitkan
dokumen Rencana Kinerja Direktorat Industri Tekstil Kulit Alas Kaki dan Aneka (Dit.
ITKAKA) Tahun 2019. Rencana Kinerja ini merupakan dokumen perencanaan
tahunan Dit. ITKAKA dalam mencapai sasaran strategis dalam rangka pembinaan
industri bahan galian non logam yang telah ditetapkan dalam Rencana Strategis untuk
pencapaian tujuan dan visi, serta pelaksanaan misi.
Diterbitkannya Rencana Kinerja ini diharapkan dapat memberikan gambaran
mengenai perencanaan kinerja Dit. ITKAKA secara transparan agar dapat
merumuskan program/kegiatan yang sejalan dengan sasaran kinerja jangka
menengah yang tertuang dalam Rencana Strategis. Disamping itu, dokumen ini juga
dimaksudkan untuk menentukan fokus perbaikan kinerja berkesinambungan sesuai
hasil-hasil pembangunan industri yang telah dicapai. Oleh karena itu, dokumen
Rencana Kinerja ini diharapkan dapat menjadi acuan perencanaan program/kegiatan
dan anggaran tahun 2019, yaitu melalui penyusunan dokumen Perjanjian Kinerja
serta Rencana Kerja dan Anggaran.
Akhir kata, kami berharap agar Rencana Kinerja Dit. ITKAKA Tahun 2019 ini
dapat dimanfaatkan sebagai media evaluasi untuk menilai kinerja bagi seluruh
anggota organisasi Dit. ITKAKA
Jakarta, Februari 2018
Direktur Industri Tekstil Kulit Alas Kaki
dan Aneka
Muhdori
-
ii
D A F T A R I S I
halaman
KATA PENGANTAR ……………………………………………………..................... i
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………. ii
BAB I. PENDAHULUAN …………………………………………………………... 1
1.1 Latar Belakang ……………………………………………………….. 1
1.2 Maksud dan Tujuan ......... …… …………………………………….. 5
1.3 Tugas Pokok dan Fungsi …………………………………………... 6
1.4 Ruang Lingkup ……………………………………………............... 10
BAB II. PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN INDUSTRI …………………….. 11
2.1 Hasil-Hasil Pelaksanaan Program/Kegiatan ................................ 11
2.2 Arah Kebijakan ............................................................................ 24
BAB III. RENCANA KINERJA ………………………………………...............…......... 30
3.1 Sasaran ……………………………………..................................... 26
3.2 Indikator Kinerja ...………………………………………………….. 30
3.3 Kegiatan ...…………………………………………………………… 33
BAB IV. PENUTUP ....................................................................... 34
4.1 Kesimpulan …………………………………………………………... 34
4.2 Tindak Lanjut ………………………………………………………… 34
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keberhasilan program pembangunan nasional tidak terlepas dari
implementasi prinsip tata kepemerintahan yang baik (good governance), yaitu
transparansi, akuntabilitas, dan visi strategis. Prinsip tersebut dituangkan dalam
manajemen pemerintahan yang mencakup kegiatan perencanaan, koordinasi,
pelaksanaan, dan evaluasi. Salah satu aspek penting yang menentukan
keberhasilan pencapaian tujuan pembangunan adalah kualitas perencanaan.
Menurut Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri
Nasional, perencanaan pembangunan industri dalam jangka panjang diarahkan
untuk :
1. Mampu memberikan sumbangan nyata dalam peningkatan kesejahteraan
masyarakat;
2. Membangun karakter budaya bangsa yang kondusif terhadap proses
industrialisasi menuju terwujudnya masyarakat modern, dengan tetap
berpegang kepada nilai-nilai luhur bangsa;
3. Menjadi wahana peningkatan kemampuan inovasi dan wirausaha bangsa
di bidang teknologi industri dan manajemen, sebagai ujung tombak
pembentukan daya saing industri nasional menghadapi era
globalisasi/liberalisasi ekonomi dunia;
4. Mampu ikut menunjang pembentukan kemampuan bangsa dalam
pertahanan diri dalam menjaga eksistensi dan keselamatan bangsa, serta
ikut menunjang penciptaan rasa aman dan tenteram bagi masyarakat.
Direktorat Industri Tekstil Kulit Alas Kaki dan Aneka (Dit. ITKAKA) adalah
salah satu unit kerja dibawah pembinaan Direktorat Jenderal Industri Kimia
Tekstil dan Aneka (Ditjen IKTA) Kementerian Perindustrian yang bertanggung
jawab terhadap pengembangan Industri Tekstil, Kulit, Alas Kaki, dan Aneka
(ITKAKA). Dit. ITKAKA membina Industri Tekstil dan Produk Tekstil (ITPT),
Industri Kulit dan Barang dari Kulit (IKBK), Industri Alas Kaki (IAK), dan Industri
Aneka (IA). Subsektor ITKAKA berkontribusi cukup signifikan pada
-
2
perindustrian nasional, yaitu sebagai industri andalan ekspor dan penyerapan
tenaga kerja (padat karya).
Tantangan internal yang dihadapi ITKAKA di masa kini diantaranya
adalah kondisi permesinan yang belum termutakhirkan sehingga kurang efisien,
produktif, dan menghasilkan produk yang belum berdaya saing unggul;
kompetensi tenaga kerja, khususnya di level manajerial, yang kurang kompeten;
ketergantungan bahan baku impor; serta masalah lingkungan. Sedangkan
tantangan eksternal yang dihadapi adalah persaingan kawasan di sektor
ITKAKA. Kawasan regional (RRC, Asia Tenggara, Asia Selatan) merupakan
kawasan padat industri tekstil, kulit, dan alas kaki. Berdasarkan data Worldbank,
pada tahun 2017 Indonesia merupakan pemain terbesar ke-5 dunia untuk
produk garmen, alas kaki, dan travel goods (koper, tas, mantel, dan sejenisnya).
Namun, meski demikian pangsa pasar ekspor yang diperoleh hanya bernilai
USD 19 Milyar dibanding RRC yang bernilai USD 364 Milyar (data Worldbank).
Bahkan Vietnam sebagai pemain baru telah meraup pasar ekspor sebesar USD
50,47 Milyar.
Oleh karena itu, ke depan, ITKAKA diharapkan menjadi sumber
pertambahan nilai melalui proses pengolahan yang mengarah ke penguatan
dan pendalaman struktur industri, serta hilirisasi industri. Dengan membawa
misi tersebut, maka diharapkan pembangunan sektor ITKAKA diselenggarakan
dengan arah kebijakan sebagai berikut :
1. Menjadi penggerak masyarakat luas untuk melaksanakan kegiatan usaha
produksi di bidang industri manufaktur/pengolahan yang bernilai tambah
ekonomi tinggi secara andal bersaing dengan sejauh mungkin
mendayagunakan potensi modal dasar dalam negeri.
2. Lebih mengutamakan pemasaran produk primer dalam negeri (yang
tergolong bahan mentah industri) untuk pemenuhan bahan baku bagi
industri pengolahan/manufaktur dalam negeri, agar mampu menciptakan
penambahan nilai tambah yang besar dan lapangan kerja yang luas bagi
ekonomi nasional.
3. Menjadi andalan pembangunan industri berkelanjutan melalui
pengembangan dan pengelolaan SDA secara optimal dan pemanfaatan
sumber bahan baku terbarukan agar lebih menjamin kehidupan generasi
yang akan datang secara mandiri.
-
3
Sedangkan, menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 5 tahun
2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
Tahun 2015-2019, arah kebijakan pembangunan industri nasional secara umum
diwujudkan melalui pengembangan lingkungan bisnis yang nyaman dan kondusif,
pengembangan klaster industri prioritas, pengembangan kemampuan inovasi
teknologi, pengembangan kompetensi inti daerah, serta antisipasi dan
penanganan permasalahan aktual perindustrian.
Dengan memerhatikan kondisi tersebut, Dit. ITKAKA berupaya untuk
mengembangkan industri binaannya melalui program kegiatan yang aspiratif,
fasilitatif, dan akomodatif sebagaimana arah kebijakan yang termuat dalam
Penyempurnaan Rencana Strategis (Renstra) Dit. ITKAKA Tahun 2017 – 2019.
Secara singkat, arah kebijakan Dit. ITKAKA dituangkan dalam tiga strategi,
yaitu:
1. Penumbuhan dan pengembangan industry prioritas yang mencakup
industry sebagaimana diamanatkan dalam dokumen Rencana Induk
Pembangunan Industri Nasional (RIPIN).
2. Pembangunan sumber daya industry yang meliputi sumber daya manusia
industry, sumber daya alam, serta pengembangan dan pemanfaatan
teknologi industry
3. Pembangunan sarana dan prasarana industry yang meliputi standarisasi
dan system informasi industry.
Meskipun tantangan yang harus dihadapi sektor ITKAKA sangat berat,
namun Dit. ITKAK melihat peluang pengembangan ITKAKA sangat besar dan
dapat diupayakan melalui penyelenggaraan program/kegiatan dalam jangka
menengah – panjang. Untuk itu, Dit. ITKAKA berpedoman pada Rencana
Strategis (Renstra) Dit. ITKAKA Perubahan Tahun 2017 – 2019. Secara ringkas
arahan Renstra Dit ITKAKA terkait penyusunan program/kegiatan dan
anggarann untuk mendorong daya saing dan produktivitas Dit. ITKAKA adalah
melalui:
1. Pendalaman struktur industri hulu – antara – hilir
Dilakukan melalui peningkatan investasi baru dan perluasan untuk
meningkatkan kapasitas produksi dan perbaikan kualitas produk.
Diantaranya dapat dilakukan dengan bantuan revitalisasi permesinan dan
upgrade teknologi industry 4.0.
-
4
2. Perbaikan rantai pasok
Dilakukan melalui harmonisasi tarif antara input – output, peningkatan
interaksi dan transaksi antar ITKAKA domestic, serta penyediaan buffer
stock bahan baku.
3. Peningkatan kompetensi tenaga kerja
Dilakukan melalui pelatihan kompetensi tenaga kerja dan peningkatan
kapasitas level manajerial.
4. Promosi kemampuan ITKAKA
Dilakukan melalui fasilitasi promosi produk unggulan ITKAKA
5. Intervensi regulasi
Melakukan advokasi terkait regulasi yang kontraproduktif terhadap
perkembangan ITKAKA
Kondisi di atas telah dirangkum oleh Dit. ITKAKA melalui perumusan visi
tahun 2017 – 2019, yaitu “Mewujudkan ITKAKA yang Berdaya Saing dengan
Struktur Industri yang Kuat Berbasiskan Sumber Daya Alam”. Untuk
mewujudkan visi tersebut di atas, diperlukan tindakan nyata dalam bentuk misi
sesuai dengan tugas dan fungsi Direktorat ITKAKA sebagai berikut:
1. Peningkatan populasi ITKAKA untuk memperkuat dan memperdalam
struktur industri nasional;
2. Peningkatan daya saing dan produktivitas ITKAKA untuk mewujudkan
industri nasional yang mandiri, berdaya saing, maju, dan berwawasan
lingkungan
Untuk mencapai visi dan misi jangka menengah tersebut, Dit. ITKAKA
menyusun kegiatan utama, yaitu Penumbuhan dan Pengembangan ITKAKA .
Untuk membangun daya saing industri yang berkelanjutan, Dit. ITKAKA
telah merumuskan kebijakan pembangunan ITKAKA yang berkeunggulan
kompetitif dengan nilai tambah tinggi yang diarahkan utamanya pada revitalisasi
industri strategis, penguatan dan pengembangan industry prioritas dan
pendukung substitusi impor, serta pengembangan kebijakan yang bersifat
fasilitasi untuk menyelesaikan masalah-masalah aktual. Selanjutnya fungsi
pelaksanaan kebijakan diimplementasikan melalui pembinaan baik langsung
maupun tidak langsung terhadap para pelaku industri melalui berbagai bantuan
dibidang manajemen, teknologi, sosialisasi kebijakan/memasyarakatkan
peraturan, memberikan perlindungan kepada pelaku pasar, mengembangkan
-
5
sistem dan jaringan informasi ekspor dan perluasan pasar. Upaya pengamanan
kebijakan, lebih ditekankan pada kegiatan monitoring terhadap pelaksanaan
kebijaksanaan yang telah ditetapkan seperti monitoring produksi, ekspor, suplai
bahan baku, pengawasan penerapan standarisasi, dan Iain-lain.
Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 150 Tahun 2011 tentang
Pedoman Penyusunan Dokumen Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah di
Lingkungan Kementerian Perindustrian mengamanatkan agar setiap Unit
Eselon I dan II menyusun dokumen Rencana Kinerja, yaitu suatu dokumen
perencanaan kinerja tertentu berdasarkan sumber daya yang dimiliki instansi.
Sedangkan perencanaan kinerja merupakan proses penyusunan rencana
kinerja sebagai penjabaran dari sasaran dan program yang telah ditetapkan
dalam Rencana Strategis yang akan dilaksanakan oleh instansi pemerintah
melalui berbagai kegiatan tahunan. Oleh karena itu, dalam rangka
meningkatkan implementasi program pengembangan ITKAKA yang lebih
berdayaguna, berhasilguna, dan untuk memantapkan akuntabilitas kinerja, Dit.
ITKAKA perlu menyusun Rencana Kinerja (Renkin) Dit. ITKAKA Tahun 2019.
Dokumen Renkin memuat informasi tentang sasaran yang ingin dicapai, hasil-
hasil pembangunan yang telah dicapai, dan indikator kinerja yang diharapkan
dapat mengarahkan perumusan program kegiatan Dit. ITKAKA Tahun 2019,
serta pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Dit. ITKAKA sehingga kinerja yang
dihasilkan pada tahun 2019 memenuhi kualitas akuntabel dan berkelanjutan.
1.2 Maksud dan Tujuan
Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) mengamanatkan agar instansi pemerintah
harus menyelenggarakan penetapan, pengukuran, pengumpulan data,
klasifikasi, ikhtisar, dan pelaporan kinerja. Hal tersebut dimaksudkan sebagai
media pertanggungjawaban dan sarana peningkatan kinerja. Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 12 Tahun
2015 tentang Pedoman Evaluasi atas Implementasi SAKIP menjelaskan bahwa
dokumen Rencana Kinerja merupakan salah satu bahan pertimbangan dalam
penyusunan dokumen Penetapan Kinerja yang merupakan dokumen
pernyataan kinerja/kontrak kinerja/perjanjian kinerja antara atasan dan
-
6
bawahan untuk mewujudkan target kinerja tertentu berdasarkan sumberdaya
tertentu pada suatu instansi.
Demikian pula dijelaskan dalam Peraturan Menteri Perindustrian Nomor
150 Tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Akuntabilitas
Instansi Pemerintah di Lingkungan Kementerian Perindustrian dan Peraturan
Menteri Perindustrian Nomor 75 Tahun 2014 tentang Petunjukan Pelaksanaan
Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah di Lingkungan Kementerian
Perindustrian, dijelaskan bahwa Rencana Kinerja adalah suatu dokumen
perencanaan kinerja tertentu berdasarkan sumber daya yang dimiliki oleh
instansi. Oleh karena itu, berdasarkan amanat tersebut, maka maksud dan
tujuan penyusunan penyusunan dokumen Rencana Kinerja Dit. ITKAKA Tahun
2019 adalah untuk menjabarkan sasaran dan program jangka menengah yang
termuat dalam Rencana Strategis Dit. ITKAKA Tahun 2017-2019 menjadi
indikator kinerja yang dapat dioperasionalkan untuk pencapaian sasaran
kegiatan Dit. ITKAKA Tahun 2019.
1.3 Tugas Pokok dan Fungsi
Berdasarkan pasal 265 Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 107/M-
IND/PER/11/2015 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Perindustrian, Dit. ITKAKA mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan
pelaksanaan rencana induk pembangunan industri nasional, kebijakan industri
nasional, penyebaran industri, pembangunan sumber daya industri,
pembangunan sarana dan prasarana industri, pemberdayaan, pengamanan
dan penyelamatan industri, perizinan industri, penanaman modal dan fasilitas
industri, serta kebijakan teknis pengembangan industri di bidang industri bahan
galian non logam.
Dalam melaksanakan tugas tersebut di atas, Dit. ITKAKA
menyelenggarakan fungsi:
1. Penyusunan rencana, program, anggaran, evaluasi, dan pelaporan
pengembangan ITKAKA ;
2. Pelaksanaan pengumpulan dan pengolahan data serta penyajian informasi
ITKAKA ;
3. Penyiapan perumusan dan pelaksanaan rencana induk pembangunan
industri nasional, kebijakan industri nasional, penyebaran industri,
-
7
pembangunan sumber daya industri, pembangunan sarana dan prasarana
industri, pemberdayaan, pengamanan dan penyelamatan industri,
penenaman modal dan fasilitas industri serta kebijakan teknis
pengembangan industri di bidang ITKAKA ;
4. Penyiapan penyusunan dan pelaksanaan norma, standar, prosedur, kriteria
di bidang perencanaan, perizinan, data dan informasi ITKAKA ;
5. Penyiapan pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi di bidang
perencanaan, perizinan, data dan informasi ITKAKA ;
6. Pelaksanaan pengawasan Standar Nasional Indonesia (SNI), standar
industri hijau, Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) pada
ITKAKA ; dan
7. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat ITKAKA .
Dalam menjalankan pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya, Dit. ITKAKA
terbagi dalam 4 (empat) subdirektorat dan 1 (satu) subbagian, yaitu:
1. Subdirektorat program pengembangan ITKAKA; mempunyai tugas
penyiapan perumusan dan penyusunan rencana, program, anggaran,
evaluasi dan pelaporan, pengumpulan dan pengolahan data, serta
penyajian informasi di bidang ITKAKA . Subdirektorat ini membawahi 2
(dua) seksi, yaitu :
a) Seksi Program yang mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
perumusan dan penyusunan rencana, program, dan anggaran di
bidang ITKAKA .
b) Seksi Evaluasi dan Pelaporan yang mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan evaluasi dan pelaporan, pengumpulan dan
pengolahan data, serta penyajian informasi di bidang ITKAKA .
2. Subdirektorat industri tekstil mempunyai tugas melaksanakan penyiapan
perumusan dan pelaksanaan penyebaran industri, pembangunan sumber
daya industri, pembangunan sarana dan prasarana industri,
pemberdayaan, pengamanan dan penyelamatan industri, perizinan industri,
penanaman modal dan fasilitas industri, serta kebijakan teknis
pengembangan industri di bidang industri tekstil, Subdirektorat ini
membawahi 2 (dua) seksi, yaitu:
a) Seksi sumber daya industri dan sarana prasarana industri mempunyai
tugas melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan
-
8
penyebaran industri ke seluruh wilayah pengembangan industri,
penyiapan bahan pembangunan sumber daya manusia (SDM) industri,
pemanfaatan sumber daya alam (SDA), pengembangan dan
pemanfaatan teknologi industri, kreativitas dan inovasi, serta sumber
pembiayaan, penyiapan bahan pelaksanaan standardisasi dan
pengolahan serta pemanfaatan sistem informasi, penyiapan bahan
penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria serta bimbingan
teknis dan supervisi perencanaan, perizinan, dan informasi industri,
serta penyiapan bahan pelaksanaan pengawasan Standar Nasional
Indonesia (SNI) dan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia
(SKKNI) di bidang industri tekstil.
b) Seksi Pemberdayaan Industri mempunyai tugas melakukan penyiapan
bahan perumusan dan pelaksanaan industri hijau, industri strategis,
peningkatan penggunaan produk dalam negeri, dan penyiapan bahan
kerja sama internasional, penyiapan bahan pengamanan dan
penyelamatan industri, penyiapan bahan pelaksanaan promosi,
penanaman modal, dan pemberian fasilitas industri, penyiapan bahan
pelaksanaan pengawasan standar industri hijau, serta penyiapan
bahan kebijakan teknis pengembangan industri di bidang industri tekstil.
3. Subdirektorat industri pakaian jadi dan produk tekstil lainnya mempunyai
tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan penyebaran
industri, pembangunan sumber daya industri, pembangunan sarana dan
prasarana industri, pemberdayaan, pengamanan dan penyelamatan
industri, perizinan industri, penanaman modal dan fasilitas industri, serta
kebijakan teknis pengembangan industri di bidang industri pakaian jadi dan
produk tekstil lainnya, Subdirektorat ini membawahi 2 (dua) seksi, yaitu:
a) Seksi sumber daya industri dan sarana prasarana industri mempunyai
tugas melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan
penyebaran industri ke seluruh wilayah pengembangan industri,
penyiapan bahan pembangunan SDM industri, pemanfaatan SDA,
pengembangan dan pemanfaatan teknologi industri, kreativitas dan
inovasi, serta sumber pembiayaan, penyiapan bahan pelaksanaan
standardisasi dan pengolahan serta pemanfaatan sistem informasi,
penyiapan bahan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria
-
9
serta bimbingan teknis dan supervisi perencanaan, perizinan, dan
informasi industri, serta penyiapan bahan pelaksanaan pengawasan
SNI dan SKKNI di bidang industri pakaian jadi dan produk tekstil
lainnya.
b) Seksi Pemberdayaan Industri mempunyai tugas melakukan penyiapan
bahan perumusan dan pelaksanaan industri hijau, industri strategis,
peningkatan penggunaan produk dalam negeri, dan penyiapan bahan
kerja sama internasional, pengamanan dan penyelamatan industri,
penyiapan bahan pelaksanaan promosi, penanaman modal, dan
pemberian fasilitas industri, penyiapan bahan pelaksanaan
pengawasan standar industri hijau, serta penyiapan bahan kebijakan
teknis pengembangan industri di bidang industri pakaian jadi dan
produk tekstil lainnya.
4. Subdirektorat industry kulit, alas kaki, dan aneka mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan penyebaran
industri, pembangunan sumber daya industri, pembangunan sarana dan
prasarana industri, pemberdayaan, pengamanan dan penyelamatan
industri, perizinan industri, penanaman modal dan fasilitas industri, serta
kebijakan teknis pengembangan industri di bidang industri kulit, alas kaki,
dan aneka. Subdirektorat ini membawahi 2 (dua) seksi, yaitu:
a) Seksi sumber daya industri dan sarana prasarana industri mempunyai
tugas melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan
penyebaran industri ke seluruh wilayah pengembangan industri,
penyiapan bahan pembangunan SDM industri, pemanfaatan SDA,
pengembangan dan pemanfaatan teknologi industri, kreativitas dan
inovasi, serta sumber pembiayaan, penyiapan bahan pelaksanaan
standardisasi dan pengolahan serta pemanfaatan sistem informasi,
penyiapan bahan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria
serta bimbingan teknis dan supervisi perencanaan, perizinan, dan
informasi industri, serta penyiapan bahan pelaksanaan pengawasan
Standar Nasional Indonesia dan Standar Kompetensi Kerja Nasional
Indonesia di bidang industri kulit, alas kaki, dan aneka.
b) Seksi Pemberdayaan Industri mempunyai tugas melakukan penyiapan
bahan perumusan dan pelaksanaan industri hijau, industri strategis,
-
10
peningkatan penggunaan produk dalam negeri, dan penyiapan bahan
kerja sama internasional, pengamanan dan penyelamatan industri,
penyiapan bahan pelaksanaan promosi, penanaman modal, dan
pemberian fasilitas industri, penyiapan bahan pelaksanaan
pengawasan standar industri hijau, serta penyiapan bahan kebijakan
teknis pengembangan industri di bidang industri kulit, alas kaki, dan
aneka.
5. Subbagian tata usaha dan manajemen kinerja; mempunyai tugas
melakukan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat.
Berdasarkan Peraturan Menteri Nomor 107 Tahun 2015 struktur
organisasi Dit. ITKAKA adalah sebagai berikut:
Gambar 1
Struktur Organisasi Direktorat ITKAKA
1.4 Ruang Lingkup
Rencana Kinerja Dit. ITKAKA Tahun 2019 merupakan bagian dari
perencanaan jangka menengah pengembangan ITKAKA . Ruang lingkupnya
meliputi pencapaian hasil pengembangan ITKAKA tahun 2010 – 2017,
penetapan sasaran dan indikator kinerja, serta perumusan program kegiatan dan
anggaran pengembangan industri tekstil, kulit, alas kaki, dan aneka tahun 2019.
Direktur Industri Tekstil Kulit Alas Kaki dan Aneka
Sub Direktorat ProgramPengemba
ngan ITKAKA
Seksi Program
Seksi Evaluasi dan Pelaporan
Sub Direktorat Industri Tekstil
Seksi Sumber Daya dan Sarana Prasarana Industri
Seksi Pemberdayaan
Industri
Sub Direktorat Industri Pakaian Jadi dan Produk Tekstil
Lainnya
Seksi Sumber Daya dan Sarana Prasarana Industri
Seksi Pemberdayaan
Industri
Sub Direktorat Industri Kulit, Alas Kaki, dan
Aneka
Seksi Sumber Daya dan Sarana Prasarana Industri
Seksi Pemberdayaan
Industri
Sub Bagian Tata usaha
-
11
BAB II
PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN INDUSTRI
2.1 Hasil-Hasil Pelaksanaan Kegiatan
Selama paruh periode jangka menengah tahun 2010-2019, sampai
dengan tahun 2017 Dit. ITKAKA telah mencapai progress sebagai berikut :
a. Pertumbuhan ITKAKA
Sejak tahun 2015, sektor ITKAKA berhasil mencatat pertumbuhan sektor
ITKAKA melebihi tingkat pertumbuhan industri pengolahan non batubara
dan migas dengan grafik sebagai berikut:
Grafik 1
Pertumbuhan Sektor ITKAKA
Sumber: Data BPS, diolah
Berdasarkan grafik diatas diketahui bahwa laju pertumbuhan ITKAKA
secara agregat membaik pada tahun 2017 dan bertumbuh sebesar
3,03 persen setelah pada tahun 2015 mengalami perlamabatan
sebesar 2,82 persen. Namun secara sektoral, subsector industry aneka
mengalami perlambatan berturut-turut dari tahun 2016 ke tahun 2017
sebesar 4,12 persen dan 1,86 persen. Subsektor industry tekstil
cenderung stagnan di angka 2,3 persen pada tahun 2016 – 2017.
Subsector industry tekstil mengalami pertumbuhan signifikan, yaitu
pada tahun 2016 mengalami perlambatan sebesar 1,12 persen menjadi
tumbuh 4,48 persen pada tahun 2017. Subsektor industry kulit dan alas
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Tekstil -6,64 -7,14 -6,75 -4,16 1,76 2,34 2,33
Pakaian Jadi 16,74 14,25 13,34 3,95 -7,32 -1,12 4,48
Kulit dan Alas Kaki 10,94 -5,43 5,23 5,62 3,97 8,36 2,22
Aneka -0,06 -1,43 -0,36 9,42 3,60 -4,12 -1,86
ITKAKA 6,51 3,51 5,76 2,82 -2,74 0,86 3,03
-10,00
-5,00
0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
Per
sen
Pertumbuhan ITKAKA Tahun 2011 - 2017
-
12
kaki mengalami kontraksi pada tahun 2016 – 2017 yaitu dari 8,36
persen menjadi 2,22 persen.
Sementara itu, kontribusi sektor ITKAKA terhadap PDB industry
pengolahan dan ekonomi nasional menunjukkan kinerja menurun yang
khususnya terjadi pada sektor industry tekstil dan aneka. Profil
kontribusi PDB tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 1
Kontribusi ITKAKA terhadap PDB (%)
Sektor 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Terhadap Industri Pengolahan
Industri Tekstil 3,40 2,23 2,02 1,85 1,78 1,76 1,74
Industri Pakaian Jadi 4,22 5,30 5,65 5,50 4,87 4,59 4,46
Industri Kulit dan Alas Kaki 1,55 1,40 1,47 1,51 1,50 1,56 1,52
Industri Aneka 0,94 0,88 0,83 0,85 0,83 0,76 0,71
ITKAKA 10,11 9,80 9,97 9,71 8,97 8,68 8,43
Terhadap Ekonomi Nasional
Industri Pengolahan 18,13 17,99 17,74 17,88 18,20 18,21 17,89
Industri Tekstil 0,62 0,40 0,36 0,33 0,32 0,32 0,31
Industri Pakaian Jadi 0,76 0,95 1,00 0,98 0,89 0,84 0,80
Industri Kulit dan Alas Kaki 0,28 0,25 0,26 0,27 0,27 0,28 0,27
Industri Aneka 0,17 0,16 0,15 0,15 0,15 0,14 0,13
ITKAKA 1,83 1,76 1,77 1,74 1,63 1,58 1,51 Sumber: Data BPS, diolah
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa kontribusi industri
pengolahan terhadap ekonomi nasional juga mengalami penurunan
dari tahun 2016 ke tahun 2017, yaitu dari 18,21 persen menjadi 17,89
persen. Hal ini juga terjadi pada seluruh subsektor ITKAKA, yaitu
kontribusi tahun 2017 sebesar 1,51 persen turun dari tahun 2016
sebesar 0,07 persen. Peurunan kontribusi terjadi pada seluruh
subsector ITKAKA dengan penurunan terbesar dialami subsector
industry pakaian jadi, yaitu turun sebesar 0,04 persen dari 0,84 persen
pada tahun 2016 menjadi 0,8 persen pada tahun 2017. Hal ini terjadi
karena struktur biaya produksi ITKAKA semakin menunjukkan utilisasi
yang menurun sehingga dapat dikatakan bahwa produk ITKAKA
mengalami penurunan daya saing. Struktur biaya ITKAKA pada tahun
2017 adalah sebagai berikut:
-
13
Tabel 2
Struktur Biaya ITKAKA Tahun 2017 (%)
Jenis Pengeluaran
Industri
Pakaian
Jadi
Industri
Tekstil
Industri
Kulit
Industri
Alas
kaki
Industri
Aneka
A. Tenaga Kerja 20.54 8.26 12.33 29.78 27.65
- Tenaga Kerja Langsung 18.29 6.83 10.33 25.75 24.08
- Tenaga Kerja Tak
Langsung
2.25 1.43 1.99 4.04 3.27
B. Bahan Baku 51.84 69.66 69.83 59.40 52.56
- Bahan Baku Impor 27.75 52.74 56.83 39.98 34.16
- Bahan Baku Lokal 24.09 16.92 13.00 19.42 18.40
C. Pengeluaran Lainnya 19.48 9.56 8.62 7.08 9.13
- Jasa 1.58 2.19 0.35 0.57 0.86
- Sewa Bangunan 2.30 0.35 0.89 0.79 0.83
- Sewa Tanah 0.04 0.01 0.03 0.01 0.1
- Biaya Hadiah 0.10 0.03 0.04 0.04 0.04
- Bunga Pinjaman 0.64 1.38 1.25 0.77 0.65
- Biaya Representasi dan
Royalti
0.03 0.03 0.01 0.00 0.01
- Pajak Tak Langsung 6.36 0.50 0.63 0.56 0.62
- Biaya Lainnya 8.44 5.07 5.43 4.35 6,02
D. Bahan Bakar 2.57 3.55 3.56 0.82 1,88
E. Tenaga Listrik 5.57 8.97 5.66 2.92 8.78
- PLN 5.51 8.10 5.66 2.87 8.78
- Non PLN 0.06 0.87 0.01 0.05 0
Total Biaya 100 100 100 100 100 Sumber: Data Survey IBS BPS, diolah
Berdasarkan struktur biaya diatas, diketahui bahwa biaya bahan baku
dan tenaga kerja mendominasi biaya produksi. Mengingat ITKAKA
adalah industri yang masih bergantung pada impor bahan baku, maka
produktivitas ITKAKA sangat terpengaruh oleh pasokan dan kurs
USD. Rasio impor bahan baku ITKAKA adalah sebagai berikut:
Tabel 3
Rasio Impor Bahan Baku Terhadap PDB (%)
Subsektor 2015 2016 2017 Prog 2018
Prog 2019
Terhadap PDB Nasional
IKAK 0,08 0,07 0,07 0,07 0,07
ITPT 0,85 0,80 0,77 0,84 0,73
IA 0,36 0,36 0,38 0,38 0,35
Terhadap PDB Subsektor
IKAK 28,92 25,42 25,65 26,39 27,73
ITPT 70,48 69,00 69,84 74,13 58,58
IA 46,12 45,02 49,88 50,07 43,70 Sumber: Data BPS, diolah
-
14
Berdasarkan data diatas diketahui bahwa rasio bahan baku ITPT
sangat tinggi, rasio bahan baku IA cukup moderat, dan rasio bahan
baku IKAK relatif rendah. Tinggi rendahnya rasio tersebut umumnya
dipengaruhi oleh kemampuan pasokan dalam negeri dan kontrak
ekspor. Rasio bahan baku ITPT sangat tinggi dikarenakan oleh tingkat
ekspor produk garmen yang tinggi. Kontrak ekspor tersebut umumnya
dibarengi dengan kontrak suplai bahan baku dari pasar dunia. Hal ini
berimbas pada kemampuan industri tekstil domestik, khususnya kain,
untuk bersaing dengan tekstil impor. Kemampuan tersebut juga akan
dipengaruhi oleh tingkat impor produk sejenis dan produktivitas dalam
negeri. Demikian pula untuk IKAK dan IA, tinggi rendahnya rasio
bahan baku juga akan berdampak pada produktivitasnya dan daya
saing karena rasio bahan baku berhubungan erat dengan
penguasaan pasar, khususnya pasar.
Berikut digambarkan suplai demand ITPT yang menunjukkan
penurunan produktivitas akibat kurangnya daya saing yang
disebabkan oleh industri hilirnya (garmen) lebih menggunakan tekstil
impor.
Tabel 4
Suplai Demand Industri Tekstil (Ton dan %)
Sumber: Data BPS, diolah
Terlihat pada tabel diatas bahwa utilisasi industri tekstil terus
menurun dari 68,9 persen pada tahun 2012 menjadi 40,1 persen
pada tahun 2017. Hal tersebut disebabkan oleh lonjakan impor yang
signifikan pada tahun 2016 – 2017. Pada tahun tersebut volume
produksi juga menurun sebesar kurang lebih 55 Ribu Ton. Tingkat
ekspor juga menurun sebesar 34 Ribu Ton. Sedangkan struktur
-
15
biaya industri garmen dan produk tekstil hilir lainnya adalah sebagai
berikut:
Tabel 5
Struktur Biaya Industri Garmen dan Produk Tekstil Lainnya
Sumber: Data BPS, diolah
Meskipun utilisasi industri garmen semakin menurun hingga
mencapai 56,7 persen serta industri produk tekstil lainnya utilisasinya
menjadi 44 persen pada tahun 2017, produktivitas industri garmen
dan produk tekstil lainnya masih terjaga mengingat industri garmen
bertumbuh sebesar 4,48 persen pada tahun 2017. Hal ini berarti
kedua subsektor ini masih bersaing dan mampu mempertahankan
permintaan. Meski demikian hal tersebut perlu diwaspadai mengingat
sektor ITPT hilir sangat bergantung pada kontrak ekspor, sehingga
produktivitasnya yang ditunjukkan melalui utilisasi juga sangat
bergantung pada daya saing di pasar dunia.
b. Penambahan unit baru dan investasi
Sektor ITKAKA mencatat kinerja investasi pada tahun dengan sangat baik
dengan grafik sebagai berikut:
-
16
Grafik 2
Perkembangan Investasi ITKAKA (Rp Trilyun)
Sumber: Data BKPM, diolah
Berdasarkan grafik diatas diketahui bahwa sektor ITKAKA yang
berkarakteristrik padat modal adalah industri tekstil. Industri pakaian jadi,
kulit dan alas kaki, serta industri aneka (pengolahan lainnya) merupakan
industri padat karya. Secara keseluruhan kontribusi ITKAKA pada investasi
industri pengolahan pada tahun 2017 adalah sebesar 8,7 persen. Pada
tahun 2017 tersebut ITKAKA berinvestasi total sebesar Rp 23,95 Trilyun dan
industri pengolahan sebesar Rp 275,36 Trilyun.
Proporsi PMA dan PMDN ITKAKA adalah sebagai berikut:
Tabel 6
Proporsi PMA PMDN Tahun 2015-2017
Sektor JENIS 2015 2016 2017
Tekstil PMA 60,75 42,91 31,13
PMDN 39,25 57,09 68,87
Pakaian Jadi PMA 92,46 84,66 75,40
PMDN 8,15 18,11 32,63
Kulit dan Alas Kaki PMA 99,75 96,53 96,19
PMDN 0,25 3,47 3,81
Pengolahan Lainnya PMA 99,36 61,14 98,68
PMDN 0,64 63,57 1,34
Industri Pengolahan PMA 64,03 67,56 63,98
PMDN 35,97 32,44 36,02 Sumber: Data BKPM, diolah
Berdasarkan tabel tersebut diatas diketahui bahwa proporsi PMA
mendominasi investasi tahun 2015 – 2017. Hanya industri tekstil yang relatif
6,55
4,94
10,62
5,95
2,01 2,56 2,23 2,00 2,18 1,99
5,14
3,75
0,77 0,85
5,96
1,59
2015 2016 2017 Prog2018
Tekstil Pakaian Jadi Kulit dan Alas Kaki Pengolahan Lainnya
-
17
seimbang proporsi PMA – PMDN pada periode tahun 2017 – 2019. Investasi
tersebut diatas meningkatkan kapasitas terpasang industri tekstil sebesar
1,044 Juta Ton pada tahun 2017. Industri pakaian jadi bertambah
kapasitasnya sebesar 64,8 Ribu Ton.
c. Meningkatnya populasi perusahaan ITKAKA
Jumlah unit ITKAKA merupakan penambahan unit ekspansi atau investasi
baru di sektor ITKAKA berdasarkan data IUI dan LKPM dari Badan
Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Pada tahun 2017, unit investasi baru
sektor ITKAKA tercapai sesuai target, yaitu sebanyak 214 unit baru.
Capaian jumlah unit baru ITKAKA Tahun 2015-2017 adalah sebagai berikut:
Tabel 7
Penambahan Unit ITKAKA Tahun 2015 - 2017
Industri Realisasi Target Atas
2015 2016 2017 2018 2019
Penambahan Populasi industri (unit atau pabrik)
Non Migas 1464 1746 1703 1931 2156
IKTA 591 677 753 768 857
ITKAKA 221 219 214 294 328
Sumber: Data BKPM, diolah
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa sektor ITKAKA mengalami
peningkatan penambahan unit baru ITKAKA dimana penambahan unit baru
dari tahun 2016 ke tahun 2017 bertambah 214 unit atau tumbuh sebanyak
2,28 persen. Penambahan unit baru tersebut mayoritas berasal dari investasi
industri garmen. Pada tahun 2019, target akumulatif penambahan unit baru
adalah sebanyak 1276 unit baru. Mengingat jumlah pengajuan Izin Prinsip
(IP) dan Izin Usaha Industri (IUI) di BKPM cukup banyak, maka target
tersebut diharapkan dapat tercapai pada tahun 2019. Untuk mencapai target
tersebut, upaya penumbuhan populasi baru di sektor ITKAKA membutuhkan
upaya serius meliputi jaminan pasokan bahan baku, energi (listrik dan
batubara), dan infrastruktur logistik. Oleh karena itu, sejauh ini Dit. ITKAKA
telah berupaya menyelenggarakan kegiatan fasilitasi mengenai jaminan
pasokan bahan baku dan energi melalui koordinasi dengan instansi terkait
(Kementerian ESDM, serta Pemerintah Daerah). ITKAKA juga masih
membutuhkan dukungan akses infrastruktur logistik yang memadai agar
distribusi bahan baku, energi, dan produk jadi dapat berjalan lancar.
-
18
d. Meningkatnya produktivitas tenaga kerja
Produktivitas SDM ITKAKA dihitung dengan cara membagi nilai PDB harga
berlaku sektor ITKAKA dengan jumlah tenaga kerja sektor ITKAKA .
Produktivitas SDM menggambarkan kemampuan setiap tenaga kerja untuk
menghasilkan nilai produk tertentu. Pada tahun 2017 produktivitas SDM
ITKAKA adalah Rp. 150,1 Juta per orang per tahun. Angka tersebut sesuai
dengan target produktivitas yang dituju. Target jangka menengah pada tahun
2019 adalah sebesar Rp. 178,3 Juta per orang per tahun. Hal ini berarti
kenaikan produktivitas yang diharapkan adalah sebesar 18,79 persen.
Tabel 8
Produktivitas Tenaga Kerja ITKAKA (Rp Juta per Orang)
Sumber: Data BPS, diolah
Capaian diatas diupayakan Dit. ITKAKA melalui kegiatan peningkatan
kompetensi tenaga kerja dalam bentuk bimbingan teknis dan penyusunan
Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (RSKKNI).
Sejauh ini RSKKNI yang telah disusun oleh Dit. ITKAKA adalah:
- RSKKNI Industri Mainan Kayu
- RSKKNI Konsensus Industri Mainan
- RSKKNI Industri Tekstil Bidang Weaving, Printing, dan Dying
- RSKKNI Industri Tekstil Bidang Manajerial
- RSKKNI Industri Garmen
- RSKKNI Industri Alas Kaki
Dengan adanya SKKNI diatas, maka kurikulim pelatihan peningkatan
kompetensi pada sektor ITKAKA dapat dilakukan secara terstruktur dan
terarah. Disamping itu, tenaga kerja yang mengikuti pelatihan memperoleh
sertifikat kompetensi berdasarkan SKKNI yang bermanfaat untuk
meningkatkan jenjang karir.
e. Meningkatnya pangsa pasar ekspor ITKAKA
Produk ITKAKA merupakan komoditas andalan ekspor. Namun karena
lonjakan impor yang menyebabkan penurunan produksi dan daya saing,
pada tahun 2017 sektor ITKAKA mengalami penurunan ekspor.
Perkembangan pangsa ekspor produk ITKAKA adalah sebagai berikut:
2015 2016 2017
Target 150 143,1 144,9
Realisasi 141,2 145,3 150,1
-
19
Grafik 3
Perkembangan Pangsa Ekspor Produk ITKAKA (%)
Sumber: Data BPS, diolah
Berdasarkan data diatas diketahui bahwa penurunan pangsa ekspor produk
ITKAKA adalah sebesar 1,05 persen. Data rinci neraca perdagangan produk
bahan galian nonlogam adalah sebagaimana tabel berikut:
Tabel 8
Neraca Nilai Perdagangan ITKAKA (USD Juta)
Sumber: Data BPS, diolah
3,32 3,23 2,76
4,87 4,99 4,70
3,22 3,47 3,18
11,42 11,6910,64
2015 2016 2017
IT IPJ IKAKA ITKAKA
Ekspor Impor Neraca Ekspor Impor Neraca Ekspor Impor Neraca
Benang Pintal 1.928 2.326 -398 1.849 2.498 -649 1.942 2.521 -579
Kain Tenunan 1.281 1.355 -74 1.131 1.398 -267 962 1.624 -662
Barang Tekstil Lainnya 682 1.366 -684 699 1.329 -631 700 1.337 -636
Serat Stapel Buatan 454 718 -264 409 677 -269 478 733 -254
Serat/Benang/Strip Filamen Buatan 429 378 51 383 425 -42 408 429 -21
Kain Rajutan 125 265 -140 98 292 -193 102 271 -169
Serat Tekstil 49 72 -23 56 4 51 54 32 22
Kain Sulaman/Bordir 52 32 19 36 25 11 13 14 -1
Sutra 0 1 -1 0 1 -1 0 4 -4
Pakaian Jadi (Konveksi) Dari Tekstil 6.411 316 6.095 6.230 332 5.898 6.756 469 6.288
Pakaian Jadi Rajutan 620 61 559 678 61 617 883 88 795
Perlengkapan Pakaian Dari Tekstil 149 30 119 151 22 128 146 28 118
Kaos Kaki Rajutan dan sejenisnya 130 11 119 145 15 131 132 23 109
Pakaian Jadi dan Perlengkapannya
dari Kulit
8 4 4 9 6 3 9 10 -1
Sepatu Olah Raga 2.446 303 2.143 2.471 358 2.113 2.686 449 2.238
Sepatu Teknik Lapangan/Keperluan
Industri
1.156 463 693 1.214 439 775 1.217 430 787
Alas Kaki Untuk Keperluan Sehari-
hari
902 157 745 951 218 733 1.004 344 660
Barang dari Kulit dan Kulit Buatan
Untuk Keperluan Pribadi
237 46 192 278 53 224 372 81 291
Kulit Disamak 113 70 43 101 79 23 85 84 1
TOTAL 17.172 7.972 9.199 16.887 2.250 14.637 17.950 8.969 8.982
Industri2015 2016 2017
-
20
Jika dirinci lebih lanjut, neraca perdagangan ITKAKA mengalami deficit
untuk subsector industry tekstil. Subsector tekstil saat ini sedang menurun
daya saingnya akibat serangan impor produk tekstil murah. Disamping itu,
industry tekstil berbahan baku basis serat alami juga tergantung pada bahan
baku impor, yaitu kapas, wool, serat lena, dan lainnya. Adapun bahan baku
tersebut memang belum tersedia di dalam negeri. Mengingat neraca
perdagangan ITKAKA mengalami penurunan surplus sebagaimana pada
table diatas, upaya Dit. ITKAKA pada tahun-tahun mendatang adalah untuk
mengupayakan pemberlakuan pemulihan daya saing industry tekstil dan
promosi pasar.
f. Menurunnya rasio impor bahan baku
Produk ITKAKA kecuali ITPT mayoritas menggunakan bahan baku lokal. Hal
ini tercermin pada rasio impor bahan baku dibandingkan dengan PDB
sebagaimana berikut:
Tabel 9
Rasio Impor ITKAKA (%)
Sumber: Data BPS, diolah
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa rasio impor subsector ITPT sangat
besar. Namun, dengan adanya peningkatan investasi di sektor hulu dan
antara rasio impor sekitar 70 persen tersebut diharapkan dapat menurun di
tahun 2019 menjadi kurang lebih 58 persen. Meski demikian, akibat lonjakan
impor pada tahun 2017 diperkirakan rasio impor pada tahun 2018 masih
akan meningkat. Rasio impor terendah berasal subsektor IKAK yang berasal
dari impor kulit samak dan aksesori sepatu dan alas kaki. Komposisi impor
berdasarkan jenis bahan dan barang ITKAKA adalah sebagai berikut:
Subsektor 2015 2016 2017 Prog 2018 Prog 2019
IKAK 0,08 0,07 0,07 0,07 0,07
ITPT 0,85 0,80 0,77 0,84 0,73
IA 0,36 0,36 0,38 0,38 0,35
IKAK 28,92 25,42 25,65 26,39 27,73
ITPT 70,48 69,00 69,84 74,13 58,58
IA 46,12 45,02 49,88 50,07 43,70
Terhadap PDB Nasional
Terhadap PDB Subsektor
-
21
Grafik 4
Komposisi Nilai Impor ITPT (%)
Sumber: Data BPS, diolah
Berdasarkan grafik diatas diketahui bahwa proporsi impor bahan baku ITPT
sangat besar meski terus menurun. Hal ini terjadi karena ITPt adalah
subsector yang terikat kontrak ekspor dengan menggunakan bahan baku
impor. Kedepan upaya pengendalian impor dan peningkatan produktivitas
ITPT diharapkan dapat menekan nilai impor bahan baku ITPT kebawah
angka 70 persen.
Grafik 5
Komposisi Nilai Impor IKAKA (%)
Sumber: Data BPS, diolah
Hampir semua sumber bahan baku IKAKA tersedia di pasar dalam negeri.
Namun, sebagian dari bahan baku tersebut justru diekspor sehingga
produsen dalam negeri kekurangan pasokan local dan harus mengimpor. Hal
91,63 91,2389,38 87,79 86,52
1,93 2,001,82
1,571,51
6,43 6,768,81
10,64 11,98
2015 2016 2017 Prog2018 Prog2019
Bahan Baku ITPT Bahan Penolong ITPT Barang Jadi ITPT
63,45 57,1349,16 45,35 43,45
0,310,36
0,350,25 0,22
36,25 42,5050,49 54,39 56,33
2015 2016 2017 Prog2018 Prog2019
Bahan Baku IKAK Bahan Penolong IKAK Barang Jadi IKAK
-
22
ini terjadi pada bahan baku kulit wet blue dan samak, serta bahan baku yang
belum tersedia substitusi impornya, yaitu aksesoris alas kaki dan bahan baku
industry aneka. Untuk menekan impor bahan baku, Dit. ITKAKA telah
menyelenggarakan kegiatan studi kelayakan mengenai potensi bahan baku
lokal, serta penyusunan roadmap ITKAKA . Kegiatan tersebut diharapkan
mampu mendorong peningkatan utilisasi domestic dan peningkatan
investasi.
g. Standarisasi produk ITKAKA untuk menekan impor
Upaya pemberlakuan standar produk ITKAKA ini dilakukan melalui
penguatan standar produk yang akan dikonsumsi didalam negeri melalui
pemberlakuan SNI yang diwajibkan dan penguatan SNI. Upaya peningkatan
standar perlu dilakukan untuk melindungi konsumen dan serta barang hasil
produksi dalam negeri dari serbuan barang impor yang tidak berkualitas. SNI
Wajib dan RSKKNI produk ITKAKA yang telah disusun pada tahun 2015 -
2017 diantaranya adalah:
1. Tekstil- Kain tenun untuk setelan (suiting),
2. Tekstil - Cara uji kandungan Perfluorooctane sulfonic acid (PFOS) dan
PFA pada bahan tekstil,
3. Tekstil- Cara uji pH ekstrak air dari bahan tekstil,
4. Tekstil- Cara uji tahan luntur warna - Bagian J03 : Perhitungan beda
warna,
5. Pakaian Jadi - Kain untuk pakaian dalam wanita,
6. Pakaian Jadi - Ukuran pakaian dalam wanita,
7. Pakaian Jadi - Pakaian dalam wanita,
8. Pakaian Jadi - Kain tahan air untuk rainwear dan segala keperluan
9. Sepatu pengaman dari kulit dengan sol karet cetak vulkanisasi,
10. Sepatu pengaman dari kulit dengan sol karet poliuretan dan
termoplastik poliuretan sistem cetak injeksi
11. Leather - Physical and mechanical tests - Determination of thickness
Kulit - Uji fisik dan kimiawi -Penentuan ketebalan
-
23
12. Leather - Chemical tests -Determination of chromium (VIj content Kulit
- Uji kimiawi - Penentuan kadar kromium (Vi)
13. Leather - Bovine wet blue –Specification Kulit - Kulit krom basah sapi –
Spesifikasi Personal protective equipment - Test methods f or footwear
Peralatan pelindung diri - Metode uji untuk alas kaki
14. Tekstil - Serat kapas
15. Pakaian jadi - Kaus kaki
16. Tekstil - Serat stapel viskosa
17. Tekstil - Serat kapas - Cara identifikasi gula madu (honey dew) metode
perendaman;
18. Tekstil - Cara uji kadar ftalat- Metode tetrahidrofuran
19. Serat tekstil - Cara uji kekuatan tarik dan mulur saat putus serat per
helai
20. Serat tekstil - Cara uji kehalusan – Metode gravimetri dan metode
vibroskop
21. Serat tekstil - Cara uji panjang dan distribusi panjang serat stapel (cara
per helai)
22. Tekstil - Cara uji tahan luntur warna - Bagian C12: Tahan luntur warna
terhadap pencucian industri
23. Tekstil - Kain tenun roving dan nir-tenun multi-axial berbahan baku serat
gelas tipe E
24. Angklung
25. Jaring tenis meja (Table tennis nets)
26. Ukuran simpai (ring) bola basket (Sizes of basketball rings);
27. Ukuran papan pantul bola basket (Sizes of reflect board for basket
balls);
28. Matras untuk olahraga pencak silat;
29. Jaring sepak bola (Football nets)
30. Jaring tenis (tennis nets)
-
24
31. Tekstil – Kain nonwoven untuk peredam suara
32. Tekstil dan produk tekstil – Persyaratan mutu tahan api adopsi identik
ISO 17881-2:2016 Textiles -- Determination of certain flame retardants
-- Part 2: Phosphorus flame retardant.
33. Revisi SNI 08-0314-1989 Cara uji kekakuan kain (ASTM D1388-08).
34. Tekstil – Kain brokat. Konseptor: Adopsi identik ISO 17881-1:2016
Textiles -- Determination of certain flame retardants --Part 1:
Brominated flame retardants
35. Keamanan Mainan – Bagian 1: aspek keamanan yang terkait dengan
sifat mekanik dan fisik
36. Keamanan Mainan – Bagian 2: Sifat mudah terbakar
37. Keamanan Mainan – Bagian 3: Migrasi unsur tertentu
38. Keamanan Mainan – Bagian 4: Ayunan, seluncuran dan mainan
aktivitas sejenis untuk pemakaian di dalam dan di luar lingkungan
tempat tinggal
39. Mainan Elektrik – Keamanan Persyaratan Mutu dan Metode Uji
Kandungan Phthalate pada mainan anak
40. Revisi Juknis dalam rangka Pemberlakuan Secara Wajib SNI Mainan
41. Revisi Juknis dalam rangka Pemberlakuan Secara Wajib SNI Pakaian
bayi
Untuk menyertai kebijakan pemberlakuan SNI Wajib, Dit. ITKAKA juga
menyelenggarakan pengawasan SNI Wajib ke perusahaan binaan.
2.2 Arah Kebijakan
Dalam rangka mendukung arah kebijakan dan strategi Kementerian
Perindustrian yang mengacu pada arah kebijakan RPJMN 2015 -2019,
sebagai unit kerja Eselon II di lingkungan Kementerian Perindustrian maka
Direktorat ITKAKA berkewajiban menyukseskan pencapaian Sasaran
Strategis dan Indikator Kinerja (IK) Kementerian Perindustrian. Arah kebijakan
dan strategi Direktorat ITKAKA adalah sebagai berikut:
-
25
a. Industri Prioritas
Industri prioritas yang menjadi Rencana Aksi Direktorat ITKAKA adalah
industri semen dan produk semen, industri keramik dan kaca, serta ITKAKA
lainnya. Pembangunan industri prioritas periode tahun 2015-2019
dilaksanakan dengan mengacu pada rencana aksi yang telah diamanatkan
oleh Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional. Rencana aksi
pembangunan untuk masing- masing industri prioritas adalah sebagai
berikut:
1. Meningkatkan penerapan dan pengawasan SNI wajib, serta penguatan
infrastruktur standardisasi.
2. Penerapan industri hijau
3. Peningkatan penggunaan produksi dalam negeri
4. Fasilitasi penyediaan lahan dan kawasan industri untuk investasi baru
5. Menyiapkan SDM lokal yang kompeten
6. Menyusun SKKNI bidang ITKAKA
Selain melaksanakan rencana aksi pembangunan industri prioritas
berdasarkan subsektor industri dibawah binaannya, Dit. ITKAKA juga
bertanggung jawab untuk mendukung melancarkan Program Prioritas
Nasional dengan melakukan koordinasi dan konsolidasi terhadap subsektor
industri binaan untuk dapat memenuhi kebutuhan akan bahan baku/bahan
penolong dalam pelaksanaan Program Prioritas Nasional serta kegiatan
penunjang lainnya yang diperlukan antara lain sebagai berikut:
Tabel 9
Dimensi Pembangunan Nasional terkait ITKAKA
No. Dimensi Pembangunan Kebutuhan
Kedaulatan Energi
1. Tata kelola industri migas
dan energi
a. Penyelesaian regulasi tata kelola sumber
daya alam untuk bahan baku, bahan
penolong dan energi industry
b. Studi pemodelan tarif listrik untuk bahan
baku, bahan penolong dan energi Industri
2. Percepatan pembangunan
pembangkit listrik
a. Melakukan koordinasi dengan
Kementerian Energi dan Sumber Daya
Mineral dalam rangka menetapkan
kebijakan harga gas
Kawasan Industri
1. Ketersedian SDA a. Pengembangan pengolahan (pre-
treatment) sumber daya alam menjadi
-
26
bahan baku, bahan penolong, dan energi
dari bahan dasar yang terkandung di
suatu wilayah potensial
2. Konektivitas a. Jalan, pelabuhan laut dan bandara, dan
jaringan komunikasi
Kemaritiman dan Kelautan
Revolusi Mental untuk Kemandirian Ekonomi
1. Peningkatan kemandirian
ekonomi dan daya saing
bangsa.
a. Program pengembangan dan
pemerataan pelatihan industri di seluruh
Indonesia dalam rangka mendukung
budaya produksi (pendidikan
vokasi/dominan praktek) di masyarakat
b. Program pengembangan dan
pemerataan pemagangan di industri
manufaktur
b. Pembangunan Sumber Daya Industri
Sesuai dengan arah kebijakan Kementerian Perindustrian maka Direktorat
ITKAKA melakukan pembangunan industri yang meliputi:
1. Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) ITKAKA
Pembangunan infrastruktur tenaga kerja ITKAKA berbasis kompetensi
dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas dan mewujudkan
kesesuaian antara sistem pengupahan dengan produktivitas kerja
guna memberikan perlindungan dan kesejahteraan bagi tenaga kerja.
Program pembangunan infrastruktur tenaga kerja industri ITKAKA
berbasis kompetensi meliputi :
- Penyusunan dan penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional
Indonesia (SKKNI)
- Pembangunan sistem sertifikasi kompetensi
2. Pemanfaatan Sumber Daya Alam
Pemanfaatan, penyediaan, dan penyaluran sumber daya alam untuk
perusahaan ITKAKA dan perusahaan kawasan ITKAKA
diselenggarakan melalui prinsip tata kelola yang baik dengan tujuan
untuk menjamin penyediaan dan penyaluran sumber daya alam yang
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku, bahan penolong,
energi dan air baku agar dapat diolah dan dimanfaatkan secara efisien,
ramah lingkungan, dan berkelanjutan guna menghasilkan produk yang
-
27
berdaya saing serta mewujudkan pendalaman dan penguatan struktur
ITKAKA .
Dalam rangka menjamin ketersediaan sumber daya alam bagi
pengembangan industri hulu terutama ITKAKA lainnya, maka
pemerintah akan melakukan beberapa hal sebagai berikut sebagai
berikut :
- Pengelolaan sumber daya alam secara efisien, ramah lingkungan
dan berkelanjutan melalui penerapan tata kelola yang baik
- Implementasi pemanfaatan sumber daya yang ramah lingkungan
dan berkelanjutan dengan prinsip pengurangan limbah (reduce),
penggunaan kembali (reuse), pengolahan kembali (recycle); dan
pemulihan (recovery).
- Audit tata kelola pemanfaatan sumber daya alam.
- Pelarangan atau pembatasan ekspor sumber daya alam yang
ditujukan untuk memenuhi rencana pemanfaatan dan kebutuhan
perusahaan industri dan perusahaan kawasan industri, antara lain
meliputi : (1) Penetapan bea keluar, (2) Penetapan kuota ekspor, (3)
Penetapan kewajiban pasokan dalam negeri, dan (4) Penetapan
batasan minimal kandungan sumber daya alam.
- Jaminan penyediaan dan penyaluran sumber daya alam diutamakan
untuk yang mendukung pemenuhan kebutuhan bahan baku,
bahan penolong dan energi, serta air baku industri dalam
- Pengembangan dan Pemanfaatan Teknologi Industri yang bertujuan
untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas, nilai tambah, daya saing,
dan kemandirian industri nasional. Penguasaan teknologi dilakukan
secara bertahap sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan kebutuhan industri dalam negeri agar dapat bersaing di pasar
dalam negeri dan global.
c. Pembangunan Sarana dan Prasarana Industri
Dalam rangka mewujudkan pembangunan industri nasional yang berdaya
saing perlu didukung melalui penyediaan sarana dan prasarana industri
yang memadai meliputi:
1. Standarisasi ITKAKA
Standarisasi industri bertujuan untuk meningkatkan daya saing industri
-
28
dalam rangka penguasaan pasar dalam negeri maupun ekspor.
Standarisasi industri juga dapat dimanfaatkan untuk melindungi
keamanan, kesehatan, dan keselamatan manusia, hewan, dan
tumbuhan, pelestarian fungsi lingkungan hidup, pengembangan produk
industri hijau serta mewujudkan persaingan usaha yang sehat.
Pengembangan standarisasi industri meliputi perencanaan, pembinaan,
pengembangan, dan pengawasan untuk Standar Nasional Indonesia
(SNI), Spesifikasi Teknis (ST), dan Pedoman Tata Cara (PTC).
Pengembangan standarisasi ITKAKA yang akan dilakukan meliputi:
- Pengembangan standarisasi ITKAKA dalam rangka peningkatan
kemampuan daya saing industri melalui perumusan, penerapan,
pengembangan, dan pemberlakuan standar
- Pengembangan infrastruktur untuk menjamin kesesuaian mutu
produk ITKAKA dengan kebutuhan dan permintaan pasar melalui
pengembangan pengawasan standar
2. Sistem Informasi ITKAKA
Pembangunan sistem informasi melalui pendataan industri dalam rangka
monitoring perkembangan ITKAKA dengan tujuan sebagai berikut:
- Tersedianya data ITKAKA yang menggambarkan kondisi industri saat
ini yang mencakup data umum perusahaan (termasuk data
manajemen perusahaan dan sumber daya manusia), data pabrik dan
utilitas yang dipergunakan, data kapasitas dan realisasi produksi, data
pemasaran, data pemakaian bahan baku dan bahan penolong, data
penggunaan energi, bahan bakar dan air, data penerapan teknologi,
data pengelolaan limbah, serta data penyerapan tenaga kerja
langsung pada proses produksi.
- Tersedianya informasi kondisi dan permasalahan terkait dengan
infrastruktur dan iklim usaha ITKAKA
- Tersedianya informasi deskriptif agregat ITKAKA berdasarkan
dimensi waktu, lokasi industri, bidang usaha, skala usaha, negara
tujuan pasar, negara asal bahan baku dan penolong dengan informasi
tentang penyerapan tenaga kerja, realisasi produksi, pemasaran
produk, serta pemakaian sumber daya seperti bahan baku, bahan
-
29
penolong, energi, bahan bakar dan air sebagai bahan analisa
perkembangan ITKAKA
- Tersedianya informasi tingkat kemampuan ITKAKA pada tingkat
perusahaan industri dan agregat yang meliputi aspek produksi,
manajemen perusahaan, pengelolaan lingkungan, teknologi, dan
pemasaran.
- Tersedianya sistem informasi pengolahan data sebagai sarana
pembaruan dan validasi data ITKAKA
- Tersedianya sistem representasi informasi industri sebagai sarana
penyajian informasi perkembangan ITKAKA
- Tersedianya infrastruktur sistem meliputi perangkat keras, perangkat
lunak serta perangkat komunikasi data.
-
30
BAB III
RENCANA KINERJA
3.1 Sasaran
Perumusan sasaran kinerja Dit. ITKAKA adalah berdasarkan penetapan visi,
misi, dan tujuan sebagaimana tercantum dalam Rencana Strategis.
Berdasarkan Rencana Strategis Dit. ITKAKA Tahun 2015-2019 versi
Perubahan Tahun 2017-2019, visi Dit. ITKAKA adalah “Mewujudkan ITKAKA
yang Berdaya Saing dengan Struktur Industri yang Kuat Berbasiskan Sumber
Daya Alam”. Sedangkan misinya adalah sebagai berikut:
1. Peningkatan populasi ITKAKA untuk memperkuat dan memperdalam
struktur industri nasional;
2. Peningkatan daya saing dan produktivitas ITKAKA untuk mewujudkan
industri nasional yang mandiri, berdaya saing, maju, dan berwawasan
lingkungan.
Untuk mewujudkan visi dan melaksanakan misi diatas, Dit. ITKAKA telah
menetapkan tujuan tahun 2017-2019 yaitu “Meningkatnya peran ITKAKA
dalam perekonomian nasional.” Selanjutnya Dit. ITKAKA merumuskan
Sasaran Strategis sebagai berikut:
1. Meningkatnya populasi ITKAKA
Indikator sasaran ini adalah peningkatan jumlah unit ITKAKA serta
penyerapan tenaga kerja industri besar sedang (IBS) pada sektor ITKAKA
khususnya.
2. Meningkatnya daya saing dan produktivitas ITKAKA
Sasaran ini dimaksudkan untuk meningkatkan penjualan produk dalam
negeri dibandingkan dengan seluruh pangsa pasar baik dalam negeri
maupun luar negeri. Sasaran ini dicapai melalui pengembangan inovasi
dan penguasaan teknologi industri untuk meningkatkan efisiensi,
produktivitas, nilai tambah, daya saing dan kemandirian industri nasional.
Keseluruhan visi, misi, tujuan, dan sasaran strategis tersebut diatas dirangkum
dalam Peta Strategis Direktorat ITKAKA sebagai berikut.
-
31
Gambar 2
Peta Strategis Direktorat ITKAKA
PERSPEKTIF
PEMANGKU
KEPENTINGAN
PERSPEKTIF
PROSES
INTERNAL
PERSPEKTIF
PEMBELAJARAN
ORGANISASI
Tujuan:
Meningkatnya peran ITKAKA dalam
perekonomian nasional
Terwujudnya peningkatan daya
saing dan produktivitas ITKAKA
2
Meningkatnya populasi
ITKAKA
1
PERUMUSAN KEBIJAKAN PELAKSANAAN KEBIJAKAN
SDM ANGGARAN
Tersedianya kebijakan
pembangunan ITKAKA yang
efektif
Terselenggaranya urusan
pemerintahan di bidang ITKAKA
yang berdaya saing dan
berkelanjutan
Terwujudnya ASN yang
profesional dan
berkepribadian
Terkelolanya anggaran
pembangunan secara efisien
dan akuntabel
3 4
5 6
-
32
3.2 Indikator Kinerja
Agar memudahkan pengukuran target dan capaian kinerja, Dit. ITKAKA
menyusun Indikator Kinerja Tujuan (IKT) dan dan Indikator Kinerja Sasaran
Strategis (IKSS). Sebagian dari indikator kinerja tersebut juga ditetapkan menjadi
Indikator Kinerja Utama Dit. ITKAKA . Berikut adalah indikator kinerja Dit. ITKAKA
sebagaimana dirumuskan dalam Rencana Strategis Direktorat ITKAKA Tahun
2015 - 2019 versi Perubahan Tahun 2017-2019:
a. Indikator Kinerja Tujuan (IKT)
Dit. ITKAKA telah menetapkan indikator kinerja tujuan tahun 2019 beserta
targetnya sebagai berikut:
Tabel 10
Tujuan dan Indikator Kinerja Tujuan Direktorat ITKAKA Tahun 2019
Tujuan Penjelasan
Tujuan
Indikator Kinerja
Tujuan (IKT) Penjelasan IKT Satuan 2019
Meningkatnya peran ITKAKA dalam perekonomian nasional
Peran ITKAKA dalam perekonomian diindikasikan dengan perkembangan laju pertumbuhan PDB ITKAKA dan Kontribusi PDB ITKAKA terhadap PDB nasional
Laju pertumbuhan PDB ITKAKA
Laju pertumbuhan PDB ITKAKA dihitung atas dasar harga konstan tahun 2010 yang dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS).
Persen 3,56 – 4,05
Kontribusi PDB ITKAKA terhadap PDB nasional
Kontribusi PDB industri kimia, tekstil dan aneka dihitung dengan membandingkan nilai PDB ITKAKA dengan nilai PDB Nasional
Persen 1,61 – 1,63
Jumlah penyerapan tenaga kerja di sektor ITKAKA
Jumlah tenaga kerja yang terserap di sektor ITKAKA
Juta
Orang
5,01 – 5,12
Dit. ITKAKA telah menetapkan indikator kinerja sasaran strategis tahun
2019 beserta targetnya sebagai berikut:
-
33
Tabel 10
Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Direktorat ITKAKA Tahun 2019
Kode Tujuan/Sasaran Program/Indikator Kinerja Satuan 2019
Perspektif Pemangku Kepentingan
S1 Meningkatnya populasi ITKAKA
- Jumlah unit ITKAKA Unit 328
- Nilai investasi PMDN dan PMA sektor ITKAKA Rp. Triliun 46,4 – 48,4
S2 Meningkatnya daya saing dan produktivitas sektor
ITKAKA
- Kontribusi ekspor ITKAKA terhadap ekspor
nasional
Persen 17,6
- Produktivitas dan kemampuan SDM ITKAKA Rp Juta
per Orang
per Tahun
178,3
Perspektif Proses Internal
S1 Terselenggaranya urusan pemerintah di bidang
ITKAKA yang berdaya saing dan berkelanjutan
- Infrastruktur kompetensi yang terbentuk RSKKNI 2
- Infrastruktur Standar yang terbentuk RSNI 12
Indikator kinerja sasaran strategis (IKSS) dalam perspektif pemangku
kepentingan merupakan Indikator Kinerja Utama (IKU) Direktorat ITKAKA.
Indikator Kinerja Sasaran Strategis (IKSS)
3.3 Kegiatan
Untuk mencapai Tujuan dan Sasaran Strategis beserta indikator kinerjanya, Dit.
ITKAKA telah menyusun kegiatan Penumbuhan dan Pengembangan ITKAKA .
Kegiatan tersebut terdiri dari 39 (tiga puluh sembilan) output. Setiap output telah
diarahkan untuk mendukung capaian indikator kinerja. Matriks kegiatan secara
rinci dilampirkan pada dokumen ini.
-
34
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Secara umum Rencana Kinerja Direktorat ITKAKA Tahun 2019 telah disusun
dengan mengacu pada dokumen Rencana Strategis Direktorat ITKAKA Tahun
2015 - 2019 versi Perubahan tahun 2017 - 2019. Rencana Kinerja ini akan
menjadi panduan perencanaan kegiatan dan anggaran untuk pencapaian target
kinerja pada tahun 2019.
4.2 Tindak Lanjut
Dengan tersusunnya dokumen Rencana Kinerja Direktorat ITKAKA Tahun 2019,
maka perlu ditindaklanjuti dengan langkah-langkah berikut:
a. Menyusun program/kegiatan dan anggaran (Rencana Kegiatan dan
Anggaran/RKA) Dit. ITKAKA tahun 2019 hingga disahkan menjadi Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran (DIPA)
b. Menyusun Perjanjian Kinerja Tahun 2019 dari Direktur ITKAKA kepada
Direktur Jenderal Industri Kimia Tekstil dan Aneka
c. Melakukan monitoring dan evaluasi atas progress pencapaian target kinerja,
baik pencapaian jangka menengah (5 tahunan) maupun jangka pendek
(tahunan) dan menyusun dokumen pelaporannya.