Rekayasa Pelabuhan

download Rekayasa Pelabuhan

of 14

Transcript of Rekayasa Pelabuhan

BAB I

Tugas Terstruktur Rekayasa Pelabuhan

1.1 Perhitungan Jumlah Arus PenumpangPelabuhan direncanakan untuk jangka waktu 15 tahun yang akan datang, dengan data-data arus keluar untuk barang pada tahun 2003 dengan pertumbuhan arus barang 2,5 % per tahun. Jadi pelabuhan direncanakan akan beroperasi pada tahun 2017. Untuk pelabuhan tersebut jumlah barang yang diangkut dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Dimana : Sn = Jumlah barang pada tahun n

A =Jumlah barang pada tahun 2004

i = Angka pertumbuhan

n = tahun

Analisa Perhitungan:

Jumlah Arus Penumpang yang Masuk

Diketahui jumlah arus penumpang yang masuk pada tahun 2004 sebagai berikut :

Arus penumpang = 1000 orang per mingguMaka jumlah arus penumpang per tahun : 1000 x 48 = 48.000 Orang

Pertumbuhan = 15 % = 0,15 Untuk rencana tahun 2006, maka n = 2S2 = 48.000 (1 + 0,15) = 63.480 orang

Untuk rencana tahun 2008, maka n = 4S= 48.000 (1 + 0,15) = 83.952,3 orang Untuk rencana tahun 2010, maka n = 6S= 48.000 (1+ 0,15)=111.026,917 orang Untuk rencana tahun 2012, maka n= 8S= 48.000 (1+ 0,15)=146.833,097 orang Untuk rencana tahun 2014, maka n= 10

S=48.000 (1+0,15)= 194.186,771 orang

Untuk rencana tahun 2012, maka n=12

S12=48.000 (1+0,15)12 = 256.812,005 orang Untuk rencana tahun 2019, maka n = 15

S15 = 48.000 (1 + 0,15)15 = 390.578,958 orang,Jadi arus keluar masuk penumpang 15 tahun mendatang diestimasikan sebesar 390.578,958 orang/tahun.

Grafik:

BAB II

PERENCANAAN PELABUHAN

2.1 Ukuran dan Bentuk Pelabuhan

Ukuran pelabuhan ditentukan oleh jumlah dan ukuran-ukuran kapal yang akan menggunakannya serta kondisi lapangan yang ada. Dari segi ekonomis, ukuran pelabuhan harus sekecil mungkin, tetapi harus memungkinkan pengoperasiannya mudah.

Luas minimum pelabuhan adalah ruang yang diperlukan untuk dermaga ditambah dengan kolam putar (turning basin), yang terletak di depannya. Ukuran kolam putar tergantung dengan ukuran kapal dan kemudahan gerak dan berputar kapal, yang dapat dibedakan dalam 4 macam :

1. Ukuran ruang optimum untuk dapat berputar dengan mudah memerlukan diameter 4 kali panjang kapal yang menggunakannya.

2. Ukuran menengah ruang putar dengan sedikit kesulitan dalam berputar mempunyai 2 meter 2 kali dari panjang kapal terbesar yang menggunakannya. Gerak putaran akan lebih lama dan dapat dilakukan oleh kapal dan bantuan kapal tunda.

3. Ruang putaran kecil yang mempunyai diameter kurang dari 2 kali panjang kapal. Gerakan berputar dapat dilakukan dengan menggunakan jangkar dan bantuan kapal tunda.

4. Ukuran minimum ruang putaran kapal harus mempunyai diameter 20 % lebih panjang dari panjang kapal terbesaryang menggunakannya. Dalam hal ini untuk membantu perputaran, kapal harus ditambatkan pada 1 titik tetap. Misalnya dengan pelampung, dermaga, atau jangkar.

Ciri ciri teknis khusus untuk diperhatikan agar pelabuhan yang dirancang dapat memenuhi persyaratan sebagai berikut :

Kapal dapat dengan mudah keluar masuk ke dalam pelabuhan, dan bebas dari gangguan gelombang dan cuaca, sehingga navigasi dapat dilakukan.

Tersedia ruang gerak kapal di dalam kolam dan di dalam pelabuhan, harus memungkinkan sebelum semua kapal ditambatkan.

Pengerukan awal dan pemeliharaan, pengerukan yang minim.

Kemudahan kapal untuk bertambat.

Penyediaan peralatan bongkar muat yang memadai.

Memiliki jaringan angkutan darat.

Masih memungkinkan adanya perluasan pelabuhan.

Muatan diusahakan bebas dari gangguan pencurian dan kebakaran.

Cukup mempunyai tempat penyimpanan tertutup, gudang transit atau lapangan terbuka untuk menampung muatan.

2.2 Fasilitas Bongkar Muat dan Pengangkutan

Untuk menentukan fasilitas bongkar muatan cargo dan pengangkutannya diperlukan data data tentang jumlah barang yang harus dibongkar dalam 1 hari, banyaknya barang yang akan dibongkar dibagi dengan kapasitas alat alat bongkar dan pengangkutan untuk menentukan banyaknya alat alat yang harus disediakan.

Untuk perhitungan di bawah ini pelabuhan bekerja terus menerus selama 8 jam / hari (asumsi). Dalam pembongkaran dan muatan ini dianggap krane pelabuhan yang tidak terpakai namun digunakan uang yang langsung dari kapal yang bersangkutan untuk pemindahannya digunakan forklift yang berfungsi memasukkan kargo ke dalam truk (barang padat/berisi), dan pipa untuk barang cair/curah. Data jumlah barang sangat penting dalam perencanaan bongkar muat dan pengangkutan.

2.3 Menentukan Jumlah Kapal yang Masuk di Pelabuhan

Dalam menentukan banyaknya kapal yang masuk ke pelabuhan dalam periode 1 (satu) tahun, dapat digunakan beberapa asumsi sebagai berikut :

1. Asumsi I

Grafik fluktuasi pergerakan kapal diasumsikan mengikuti pola sbb :

Dalam waktu 4 bulan (Mei, Juni , Juli dan Agustus) pelabuhan disinggahi kurang lebih 60 % dari seluruh kapal yang masuk pertahunnya.

2. Asumsi II

Untuk setiap bulannya ( 60 % kapal telah masuk ke pelabuhan dalam waktu 10 hari dari total seluruh kapal yang masuk tiap bulannya.

3. Asumsi III

Dari total DWT kapal yang bersangkutan hanya 60 % yang dilakukan bongkar muat.

Sehingga :

A. Jumlah kapal/tahun, setelah pelabuhan dibuka :

B.Jumlah kapal untuk waktu 10 hari :

C.Jika pada pelabuhan tersebut, waktu putar kapal untuk setiap pelayanan disebut sebagai waktu putar (Wp) hari, maka jumlah kapal selama periode waktu putar adalah :

D.Jumlah bongkar muat per hari :

Analisa Perhitungan:

Arus Penumpang

Jumlah arus penumpang yang masuk pada tahun 2005 = 54.000 orang untuk rencana 15 tahun mendatang dengan tingkat pertumbuhan 15 %,maka ;

S15 = 48.000 (1 + 0,15)15 = 390.578,598 orang

Digunakan kapal penumpang dengan kapasitas 20.000 DWT (dari tabel 1.1 Karakteristik Kapal oleh Bambang Triatmodjo) didapat data data sebagai berikut :

Panjang (Loa)=177 m

Lebar (B)=23.4 m

Draft (Dr)=10 m

Dengan memasukkan data data pada rumus di atas, maka didapat :

Bongkar : 20.000 x 60 % = 12.000

Jumlah penumpang pada tahun rencana : 390.578,598 orang/tahun 390.579 orang

JKT = 390.579 = 32,548 33 buah kapal 12.000

JK 10 = 33 x 60% x 60% = 2.97 3 buah kapal

4

JKwp = 3 x 3 = 0.9 1 buah kapal Pembulatan JKwp

10

JB/M = 1 x (60% x 20.000) = 4.000 orang

3

DWTJumlah PenumpangJKTJK 10JKwpPembulatan JKwpJ B/M

20.000390.57933430,914.000

Keterangan :

JKT=Jumlah kapal/tahun ( buah kapal )

JK 10=Jumlah kapal untuk waktu 10 hari ( buah kapal )

JKwp=Jumlah kapal selama periode waktu putar, dengan Wp = 3 hari ( buah kapal )

JB/M=Jumlah bongkar muat/hari ( orang )

Kesimpulan :

Total penumpang dalam 3 hari = 4.000 orang2.4 Perencanaan Jalan di Dalam Gedung

Jalan yang menghubungkan dermaga /gudang dengan jaring jalan diluar pelabuhan diatur dengan kelas jalan 1 dan minimal 2 jalur , sesuai dengan intensitas keluar masuknya muatan di pelabuhan, maka lebar minimal = 8 meter. Dalam hal ini lebar jalan = 2 x 8 = 16 meter.Dalam merencanakan dermaga atau pelabuhan, yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut:1. Letak dan kedalaman perairan dermaga yang direncanakan.2. Beban yang harus dipikul demaga, baik beban merata maupun terpusat.3. Gaya lateral yang disebabkan manufer kapal atau gaya gempa dan angina.4. Karakteristik tanah, terutama yang berhubungan dengan adanya daya dukung tanah, stabilitas bangunan dan lingkungan maupun kemungkinan turunnya bangunan akibat settlement.5. Akibat angkutan maupun system pegangan muatan.6. Pemamfaatan dari bahan bangunan yang tersedia melalui penyelidikan bahan agar dicapai biaya investasi yang cukup wajar dan kualitas konstanta yang cukup baik.7. Tenaga kerja dan peralatan yang tersedia melaksanakan rencana sedemikian sehingga pelaksanaan pekerjaan lancer dan hasil konstanta yang dianggap baik.8. Konstruksi yang digunakan adalah konstruksi tiang pancang.TIANG PANCANG

Sesuai dengan kedalaman yang diperlukan, karakteristik tanah peralatan yang tersedia dan pelaksana yang terdapat pada lokasi, maka cara pondasi tiang pancang umumnya sangat menguntungkan. Uuntuk kedalaman pondasi yang dalam biasanya digunakan tiang beton pratekan atau tiang baja. Pada beberapa hal dapat digunakan tiang bersasmbung, asal saja sambungan tiang ini dapat meneruskan gaya-gaya dan momen lentur atau levelling.

Beberapa konstruksi yang telah dilaksanakan adalah:

1. Pelabuhan Tenau (Kupang), Tanjung Periuk, Lhoksemauwe, Pontianak dll.

Kedalaman perairan -3,0 dapat digunakan tiang kayu sedang untuk kedalaman > 4,0 MLLW. Biasanya digunakan beton bertulang. Guna menjaga tanah di belakang bangunan, tiang digunaakan dinding penahan tanah sampai mencapai kedalaman yang direncanakan. Untuk melindungi kemiringan tanah digunakan batu.

2. Pelabuhan Belawan, Banjarmasin dan Semarang.

Pondasi dermaga yang digunakan adalah ting beton pratekan berbentuk pipa dengan diameter lubang 1,28 m sehingga tebal dinding pipa adalah 14 cm. Panjang tiang keseluruhan rata-rata 18,5 m dibagi atau masing-masing bagian dari unit beton pracetak antara 3-3,5 m atau 3,75 m.

Enam bagian segmen ini kemudian disatukan dengan gaya pratekan (30 T) melalui masing-masing lubang untuk 8 kabel baja berukuran 7 mm. Ujung bawah dan ujung atas diameternya membesar guna untuk tumpuan balok lantai dan menahan gaya lateral.

Sebelum pemancangan, dilakukan pengerukan lapisan lumpur sampai kedalaman 16 m di bawah MLLW untuk kemudian dikeruk dengan lapisan pasir.

Alasan mengapa digunakan tiang pancang:

1. Di lihat dari konturnya pelabuhan yang direncanakan relatif cukup aman.

2. Jenis tanah adalah lempung berpasir, jadi tidak cocok untuk jenis konstruksi yang relative berat / Casson.

3. Pekerjaan konstruksi tiang pancang relative mudah direncanakan dan dilaksanakan.

Fasilitas Perbaikan kapal (dok)

Tempat Docking dipilih berdasarkan pertimbangan:

1. Strateting

2. Dekat dengan pelabuhan

3. Ekonomis

4. Memungkinkan perluasan

5. Transportasi darat mudah

Sehingga dalam perencanaan dermaga kali ini bentuk dermaga yang dipakai adalah bentuk finger type wherf, yaitu bentuk dermaga menyerupai jari. Sesuai buku perencanaan pelabuhan Soedjono K, bahwa:

1. Untuk memperkecil ukuran break water.

2. Perluasan untuk tahun-tahun yang akan datang.

Analisa Perhitungan:

Diketahui :

Untuk Penumpang

DWT=20.000 DWT

L=177 m

B=23.4 m

Draft=10 m

Jarak ujung kapal dengan kapal lain = 15 m

Jarak ujung kapal dengan ujung dermaga = 25 m

Lebar dermaga :

C = 2(g) + 4 (a) + 3 (y) +2(e)

Dimana :

a = lebar apron

= 3 m

y = lebar jalan 2 jalur

= 8 m

g = lebar gudang

= 0 m

e = lebar tempat bongkar muat truk

= 0 m

Dalam perhitungan berikutnya, dianggap jumlah kapal yang masuk:

= jumlah kapal penumpang

= 1

Sehingga:

Panjang dermaga:

D=n.L + (n 1) x 15 + 2 x ( 25)

=1 . 177 + ( 1 1) x 15 + 2 x (25)

=227 m

Lebar dermaga:

B = 2. B + 30

= 2(23.4) + 30

= 76,8 m

C = 2(g)+ 4.(a) + 3(y) + 2(e)

= 0 + 4.(3) + 3.(8) + 0

= 36 m

Lebar total perairan pelabuhan:

S = C +2.b + f + 2.hDimana:

f = lebar perairan dok kapal diambil 30 m

h = lebar dok kapal 1,5 B = 1,5 x 23,4 = 35,1 m

N = jarak dari dok ke pelabuhan penumpang (rencana = 50 m)Sehingga:

S = 2 C + B+ 2 h + f + L + N + Loa Kapal Penumpang

= 2.36 + 76,8 +2.(35.1)+30 + 0 +50+68

= 367 m

Perbedaan pasang surut = 2,5 m

Ship Draft

= 5,2 m ( untuk kapal penumpang.

Untuk menentukan kedalaman kolam pelabuhan. Terlebih dahulu kita harus tahu tentang draft kapal besar, ketinggian air surut pada pada kolam yang akan ditambatkan kapal tersebut.

Dalamnya kolam pelabuhan ini sesuai buku perencanaan pelabuhan oleh Soedjono k. hal. 253 ditentukan :

1. Draft kapal terbesar yang akan ditambat.

2. Tinggi permukaan air surut.

3. Ditambah dengan clerence (diambil a = 1 meter, b = taraf 1 m)

Perencanaan untuk jangka waktu 15 tahun :

NoJenis KapalDWTDraftMHW - MLWClearence (a)Taraf (b)Kedalaman

1.Arus Penumpang20.0001031115

HWS b = 1

2,5 m

LWS 10 m

a = 1m

Kesimpulan :

Dalam perencanaan kolam pelabuhan diambil yang memiliki kedalaman yang terbesar, yakni 15 m .

9Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura

_1165563013.unknown

_1165665472.unknown

_1165665978.unknown

_1165666018.unknown

_1165665526.unknown

_1165563084.unknown

_1165562799.unknown

_1165562867.unknown

_1099507295.unknown

_1099507557.unknown

_1099508130.unknown

_1099507403.unknown

_1099184692.unknown