refrat

47
REFERAT MIKOSIS Disusun Oleh : Nurtika G4A013017 Apsopela Sandivera G4A013018 Pembimbing : dr. Ismiralda Oke, Sp.KK FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

description

xvcxv

Transcript of refrat

REFERAT

MIKOSIS

Disusun Oleh :NurtikaG4A013017Apsopela Sandivera G4A013018

Pembimbing :dr. Ismiralda Oke, Sp.KK

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMANSMF ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMINRSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJOPURWOKERTO

2015HALAMAN PENGESAHAN

MIKOSIS

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Tugas MengikutiKepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Kulit Dan KelaminRSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto

Disusun oleh :NurtikaG4A013017Apsopela Sandivera G4A013018

Telah dipresentasikanPada Tanggal : Februari 2015

Menyetujui

dr. Ismiralda Oke, Sp.KK

BAB 1

A. PendahuluanMikosis adalah penyakit yang disebabkan oleh jamur. Penyakit yang disebabkan oleh jamur dapat dibagi berdasarkan penyerangannya, yaitu mikosis profunda, mikosis intermediate dan mikosis superfisialis. Mikosis profunda menunjukkan gejala klinis tertentu di bawah kulit misalnya traktus intestinalis, traktus respiratorius, traktus urogenital, susunan kardiovaskular, susunan saraf sentral, otot, tulang, dan kadang kulit. Mikosis jenis ini jarang ditemukan karena biasanya terlihat dalam klinik sebagai penyakit kronik dan residif. Manisfestasi klinis morfologik dapat berupa tumor, infiltrasi peradangan vegetatif, fistel, ulkus, atau sinus, tersendiri maupun bersamaan (Siregar, 2004).Mikosis intermediate adalah penyakit jamur yang mengenai lapisan kulit (stratum korneum, rambut, dan kuku ), dan alat-alat dalam seperti vagina, kulit, kuku, bronkus, atau paru yang disebabkan oleh jamur golongan Candida sp. (Budimulja, 2013).Sedangkan mikosis superfisialis merupakan infeksi yang disebakan oleh jamur yang menyerang pada daerah superfisial, yaitukulit, rambut, kuku. Insidens mikosis superficialis cukup tinggi di Indonesia karena menyerang masyarakat luas. Hal tersebut disebabkan Indonesia merupakan negara tropis beriklim panas dan lembab, hygiene sebagian masyarakat masih kurang, adanya sumber penularan di sekitarnya, penggunaan obat-obatan antibiotik, steroid, dan sitostatika yang meningkat, adanya penyakit kronis dan penyakit sistemik lainnya (Adiguna, 2001).Mikosis superfisialis dapat dibagi menjadi dua menurut penyebabnya, yaitu dermatofitosis dan non dermatofitosis. Dermatofitosis adalah mikosis superfisialis yang disebabkan oleh jamur dermatofita (Budimulja, 2013). Golongan jamur ini dapat mencerna keratin kulit oleh karena mempunyai daya tarik kepada keratin (keratinofilik) sehingga infeksi jamur ini dapat menyerang lapisan-lapisan kulit mulai dari stratum korneurm sampai dengan stratum basalis. Ada pula beberapa golongan jamur ini yang dapat menyebabkan perjalanan penyakit menjadi menahun dan residif seperti Mikrosporon audoinii dan Trikofiton rubrum (Jawetz, Melnick & Adelberg, 1996). Manifestasi klinis dermatofitosis bervariasi dapat menyerupai penyakit kulit lain sehingga selalu menimbulkan diagnosis yang keliru dan kegagalan dalam penatalaksanaannya. Oleh karena itu pada referat ini akan dipaparkan dari gambaran klinis hingga penatalaksanaannya.

B. Tujuan PenulisanTujuan dari pembuatan referat ini, yaitu :1. Mengetahui jenis-jenis penyakit dermatomikosis2. Mengetahui gambaran klinis dari masing-masing penyakit dermatomikosis3. Mengetahui pencegahan dan penatalaksanaan dari penyakit dermatomikosis.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. DefinisiMikosis adalah penyakit yang disebabkan oleh jamurB. Klasifikasi mikosisPenyakit jamur atau mikosis dibagi menjaid dua yakni:1. Mikosis intermediateMikosis intermediate adalah penyakit jamur yang mengenai lapisan kulit(stratum korneum, rambut, dan kuku), dan alat-alat dalam.Kandidosis adalah penyakit jamur yang bersifat akut, subakut disebabkan oleh spesies candida yang menyerang mulut, vagina, kulit, kuku, bronkus, atau paru.2. Mikosis ProfundaMikosis Profunda terdiri atas beberapa penyakit yang disebabkan oleh jamur dengan gejala klinis tertentu di bawah kulit misalnya traktus intestinalis, traktus respiratorius, traktus urogenital, susunan kardiovaskular, susunan saraf sentral, otot, tulang, dan kadang kulit (Djuanda et al., 2008).Mikosis profunda biasanya terlihat dalam klinik sebagai penyakit kronik dan residif. Manifestasi klinis morfologik dapat berupa tumor, infiltrasi, peradangan vegetative, fistel, ulkus, sinus, tersendiri maupun bersamaan (Djuanda et al., 2008).Pemeriksaan dalam mikosis profunda antara lain sediaan langsung KOH, biakan jamur, pemeriksaan histopatologik, dan pemeriksaan imunologik, termasuk tes kulit, maupun serologik, dan pemeriksaan imunologik lainnya (Djuanda et al., 2008).Beberapa penyakit jamur subkutan yang kadang dijumpai di Indonesia:a) MisetomaMisetoma adalah penyakit kronik, supuratif, dan granulomatosa yang dapat disebabkan bakteri Actinomyces dan Nocardiayang termasuk Schizomycetes dan Eumycetes atau jamur berfilamen. Gejala klinis biasanya terdiri atas pembengkakan, abses, sinus, dan fistel multiple. Di dalam sinus ditemukan butir-butir (granules) yang berpigmen yang kemudian dikeluarkan melalui eksudat. Berhubungan dengan penyebabnya, misetoma yang disebabkan Actinomyces disebut Actinomycotic mycetoma yang disebabkan bakteri botryomycosis dan yang disebabkan jamur berfilamen dinamakan maduromycosis.Gejala klinis biasanya merupakan lesi kulit yang sirkumskrip dengan pembengkakan seperti tumor jinak dan harus disertai butir-butir. Inflamasi dapat menjalar dari permukaan sampai ke bagian dalam dapat menyerang subkutis, fasia, otot, dan tulang. Sering berbentuk fistel yang mengeluarkan eksudat. Diagnosis dibuat berdasarkan klinis morfologik sesuai dengan urain di atas. Namun bila disokong dengan gambaran histologik dan hasil biakan, diagnosis akan lebih mantap. Lagi pula penentuan spesies penyebab sangat penting artinya untuk terapi dan prognosis.Pengobatan misetoma biasanya harus disertai reseksi radikal, bahkan amputasi kadang-kadang perlu dipertimbangkan. Obat-obat misalnya kombinasi kotrimoksazol dengan streptomisin dapat bermanfaat, bila penyakit yang dihadapi adalah misetoma aktinomikotik, tetapi pengobatan memerlukan waktu lama (9 bulan- 1tahun) dan bila kelainan belum meluas benar. Obat-obat baru antifungal misalnya itrakonazol dapat dipertimbangkan untuk misetoma maduromikotik.Prognosis quo ad vitam umumnya baik. Pada maduromikosis prognosis quo ad sanationam tidak begitu baik tidak begitu baik bila dibandingkan aktinomikosis atau botriomikosis. Diseminasi limfogen atau hematogen dengan lesi pada alat-alat dalam merupakan pengecualian.b) SporotrikosisSporotrikosis adalah infeksi kronis yang disebabkan oleh Sporotrichium schenkii dan ditandai dengan pembesaran kelenjar getah bening. Kulit dan jaringan subkutis di atas nodus bening sering melunak dan pecah membentuk ulkus yang indolen. Diagnosa klinis umumnya mudah dibuat berdasarkan kelainan kulit yang multiple yang umunya khas. Penyakit ini umumnya ditemukan pada pekjerja hutan maupun petani. Selain gejala klinis, yang dapat menyokong diagnosis adalah pembiakan terutama pada mencit atau tikus dan pemeriksaan histopatologik. Pengobatan yang memuaskan biasanya dicapai dengan pemberian larutan kalium Iodida jenuh oral. Dalam hal yang rekalsitran pengobatan dengan amfoterisin B atau itrakonazol dapat diberikan.c) KromomikosisKromikosis atau Kromoblastomikosis atau dermatitis verukosa adalah penyakit jamur yang disebabkan bermacam-macam jamur berwarna (dematiaceous). Penyakit ini ditandai dengan pembentukan nodus verukosa kutan yang perlahan-lahan sehingga akhirnya membentuk vegetasi papilomatosa yang besar. Pertumbuhan ini dapat menjadi ulkus atau tidak, biasanya ada di kaki dan tungkai, namun lokalisasi di tempat lain pernah ditemukan, misalnya pada tangan, muka, leher, dada, dan bokong. Sumber penyakit berasal dari alam dan terjadi infeksi melalui trauma.Penyakit tidak ditularkan dari manusia ke manusia dan belum pernah dilaporkan terjadi pada binatang. Diseminasi dapat terjadi melalui autoinokulasi, ada juga kemungkinan penyebaran melalui saluran getah bening. Penyebaran melalui darah dengan terserangnya susunan saraf sentral pernah dilaporkan. Pengobatannya sulit. Terapi X pernah dilakukan dengan hasil yang berbeda-beda. Kadang-kadang dapat diperlukan amputasi. Pada kasus lain reseksi leso mikotik disusul dengan skin graft member hasil yang memuaskan. Obat-obatan biasanya memberikan hasil yang kurang memuaskan dan harus diberikan dalam waktu yang lama.Hasil pengobatan yang memuaskan dicapai dengan kombinasi amfoterisin B dan 5-fluorositosin. Itrakonazol pada akhir-akhir ini memberikan harapan baru pada penyakit ini terutama bila penyebabnya adalah Cladosporium carrionii.

d) Zigomikosis, Fikomikosis, MukormikosisPenyakit jamur ini terdiri atas berbagai infeksi yang disebabkan oleh bermacam-macam jamur pula yang taksonominya dan peranannya masih didiskusikan. Zygomycetes meliputi banyak genera yaitu: Mucor, Rhizopus, Absidia, Mortierella, dan Cunning-hamella. Penyakit ini disebabkan oleh jamur yang pada dasarnya oportunistik, maka pada orang sehat jarang ditemukan.Fikomikosis subkutan. Kelainan timbul di jaringan subkutan antara lain: di dada, perut, atau lengan ke atas sebagai nodus subkutan yang perlahan-lahan membesar setelah sekian waktu. Nodus itu konsistennya keras kadang dapat terjadi infeksi sekunder. Penderita pada umumnya tidak demam dan tidak disertai pembesaran kelenjar getah bening regional.Diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan histopatologik dan biakan. Jamur agak khas hifa lebar 6-50 m seperti pita, tidak bersepta, dan coenocytic.Sebagai terapi fikomikosis subkutan dapat diberikan larutan jenuh kalium Iodida. Mulai dari 10-15 tetes 3 kali sehari dan perlahan-lahan dinaikkan sampai timbul gejala intoksikasi, penderita mual dan muntah. Kemudian dosis diturunkan 1-2 tetes dan dipertahankan terus menerus sampai tumor menghilang. Itrakonazol berhasil mengatasi fikomikosis subkutan dengan baik. Prognosis bentuk klinis ini umumnya baik.a. Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan mikologik untuk membantu menegakkan diagnosis terdiri atas pemeriksaan langsung sediaan basah dan biakan. Pemeriksaan lain, misalnya pemeriksaan histopatologik, percobaan binatang, dan imunologik tidak diperlukan. Pada pemeriksaan mikologik untuk mendapatkan jamur diperlukan bahan klinis, yang dapat berupa kerokan kulit, rambut, dan kuku. Bahan unuk pemeriksaan mikologik diambil dan dikumpulkan sebagai berikut: terlebih dahulu tempat kelainan dibersihkan dengan spiritus 70%, kemudian untuk:1) Kulit tidak berambut (glaborous skin): dari bagian tepi kelainan sampai dengan bagian sedikit di luar kelainan sisik kulit dan kulit dikerok dengan pisau tumpul steril.2) Kulit berambut: rambut dicabut pada bagian kulit yang mengalami kelainan; kulit di daerah terserbut dikerok untuk mengumpulkan sisik kelit, pemeriksaan dengan lampu Wood dilakukan sebelum pengumpulan bahan untuk mengetahui lebih jelas daerah yang terkena infeksi dengan kemungkinan adanya fluoresensi pada kasus-kasus tinea kapitis tertentu.3) Kuku: bahan diambil dari permukaan kuku yang sakit dan dipotong sedalam-dalamnya sehingga mengenai seluruh tebal kuku, bahan di bawah kuku diambil pula.Pemeriksaan langsung sediaan basah dilakukan dengan mikroskop, mula-mula dengan pembesaran 10x10, kemudian dengan pembesaran 10x45. Pemeriksaan dengan pembesaran 10x100 biasanya tidak diperlukan (Madani, 2000; Radiono, 2001).Sediaan basah dibuat dengan meletakkan bahan di atas gelas alas, kemudian ditambah 1 2 tetes larutan KOH. Konsentrasi larutan KOH untuk sediaan rambut adalah 10% dan untuk kulit dan kuku 20%. Setelah sediaan dicampur dengan larutan KOH, ditunggu 15-20 menit hal ini diperlukan untuk melarutkan jaringan. Untuk mempercepat proses pelarutan dapat dilakukan pemanasan sediaan basah di atas api kecil. Pada saat mulai keluar uap dari sediaan tersebut, pemanasansudah cukup. Bila terjadi penguapan, maka akan terbentuk Kristal KOH, sehingga tujuan yang diinginkan tidak tercapai. Untuk melihat elemen jamur lebih nyata dapat ditambahkan zat warna pada sediaan KOH, misalnya tinta Parker superchroom blue black (Siregar, 2004; Siregar, 2005).Pada sediaan kulit dan kuku yang terlihat adalah hifa, sebagai dua garis sejajar, terbagi oleh sekat, dan bercabang, maupun spora berderet (artrospora) pada kelainan kulit lama dan/atau sudah diobati. Pada sediaan rambut yang dilihat adalah spora kecil (mikrospora) atau besar (makrospora). Spora dapat tersusun di luar rambut (ekrotriks) atau di dalam rambut (endotriks). Kadang-kadang dapat terlihat juga hifa pada sediaan rambut (Djuanda et al., 2008).Pemeriksaan dengan pembiakan diperlukan untuk menyokong pemeriksaan langsung sediaan basah dan untuk menentukan spesies jamur. Pemeriksaan ini dilakukan dengan menanamkan bahan klinis pada media buatan. Yang dianggap paling baik pada waktu ini adalah medium agar dekstrosa Saboraoud (Siregar, 2004; Siregar, 2005).

b. PengobatanDermatofitosis umumnya dapat diatasi dengan pemberian griseofulvin yang bersifat fungistatik. Secara umum, griseofulvin dalam bentuk fine particle dapat diberikan dengan dosis 0,5 1 gram untuk orang dewasa dan 0,25 0,5 gram untuk anak-anak sehari atau 10 25 mg per kg BB. Lama pengobatan bergantung pada lokasi penyakit, penyebab penyakit, dan keadaan imunitas penderita. Setelah sembuh klinis dilanjutkan 2 minggu agar tidak residif. Untuk mempertinggi absorpsi obat dalam usus, sebaiknya obat dimakan bersama-sama makanan yang banyak mengandung lemak. Untuk mempercepat waktu penyembuhan, kadang-kadang diperlukan tindakan khusus atau pemberian obat topikal tambahan (Siregar, 2005; Budimulja, 2013).Pada pengobatan kerion stadium dini, diberikan kortikosteroid sistemik sebagai anti-inflamasi, yakni prednisone 3x5mg atau prednisolon 3 x 4mg sehari selama 2 minggu. Obat tersebut diberikan bersama-sama dengan griseofulvin. Griseofulvin diteruskan selama 2 minggu setelah sembuh klinis. Terbinafin yang bersifat fungisidal juga dapat diberikan sebagai pengganti griseofulvin selama 2-3 minggu, dosisnya 62,5mg 250mg sehari bergantung pada berat badan. Efek samping griseofulvin jarang dijumpai, yang merupakan keluhan utama ialah sefalgia yang didapati pada 15% penderita. Efek samping yang lain dapat berupa gangguan traktus digestivus yaitu nausea, vomitus dan diare. Obat tersebut juga bersifat fotosensitif dan dapat mengganggu fungsi hepar (Siregar, 2005; Budimulja, 2013).Efek samping terbinafin ditemukan pada kira-kira 10% penderita, yang tersering adalah gangguan gastrointestinal diantaranya nausea, vomitus, nyeri lambung, diare, konstipasi, umumnya ringan. Efek samping lain dapat berupa gangguan pengecapan yang bersifat sementara. Sefalgia ringan juga dapat terjadi. Gangguan fungsi hepar dilaporkan pada 3,3 7% (Siregar, 2005; Budimulja, 2013).Obat per oral, yang juga efektif untuk dermatofitosis yaitu ketokonazol yang bersifat fungistatik. Pada kasus resisten griseofulvin dapat diberikan obat tersebut sebanyak 200mg per hari selama 10 hari 2 minggu pada pagi hari setelah makan. Obst tersebut kontraindikasi untuk penderita kelainan hepar (Siregar, 2005; Budimulja, 2013).Pada masa kini, selain obat-obat topikal konvensional, misalnya asam salisil 2-4%, asam benzoate 6-12%, sulfur 4-6%, vioform 3%, asam undesilenat 2-5%, dan zat warna (hijau brilian1% dalam cat castellani) dikenal banyak obat topikal baru. Obat-obat baru ini diantaranya tolnaftat 2%, tolsiklat, haloprogin, derivate-derivat imidazol, siklopiroksamin, dan naftiline masing-masing 1% (Siregar, 2005; Budimulja, 2013).3. Non- dermatofitosis1) Pityriasis versicolora) DefinisiTinea versikolor/Pityriasis versikolor adalah infeksi ringan yang sering terjadi disebabkan oleh Malasezia furfur. Penyakit jamur kulit ini adalah penyakit yang kronik dan asimtomatik ditandai oleh bercak putih sampai coklat yang bersisik. Kelainan ini umumnya menyerang badan dan kadang- kadang terlihat di ketiak, sela paha,tungkai atas, leher, muka dan kulit kepala.b) MorfologiPertumbuhannya pada kulit (stratum korneum) berupa kelompok sel-sel bulat, bertunas, berdinding tebal dan memiliki hifa yang berbatang pendek dan bengkok, biasanya tidak menyebabkan tanda-tanda patologik selain sisik halus sampai kasar. Bentuk lesi tidak teratur, berbatas tegas sampai difus dan ukuran lesi dapat milier,lentikuler, numuler sampai plakat. Ada dua bentuk yang sering dijumpai: Bentuk makuler : Berupa bercak-bercak yang agak lebar, dengan sguama halus diatasnya dan tepi tidak meninggi. Bentuk folikuler : Seperti tetesan air, sering timbul disekitar rambutc) PatogenesisMallasezia furfur, merupakan organisme saprofit pada kulit normal. Bagaimana perubahan dari i saprofit menjadi patogen belum diketahui. Organisme ini merupakan "lipid dependent yeast". Timbulnya penyakit ini juga dipengaruhi oleh faktor hormonal, ras, matahari,peradangan kulit dan efek primer pytorosporum terhadap melanosit.d) Gambaran Klinis Timbul bercak putih atau kecoklatan yang kadang-kadang gatal bila,berkeringat. Bisa pula tanpa keluhan gatal sama sekali, tetapi penderita mengeluh karena malu oleh adanya bercak tersebut. Pada orang kulit berwarna, lesi yang terjadi tampak sebagai bercak hipopigmentasi, tetapi pada orang yang berkulit pucat maka lesi bisa berwarna kecoklatan ataupun kemerahan. Di atas lesi terdapat sisik halus. Folikulitis merupakan bentuk klinis yang lebih berat, Malasezia furfur dapat tumbuh dalam jumlah banyak pada folikel rambut dan kelenjar sebasea. Pada pemeriksaan histologis organisme tersebut terlihat dilobang folikel bagian infudibulum saluran sebasea dan sering disekitar dermis. Folikel berdilatasi akibat sumbatan dan terdiri dari debris keratin Secara klinis lesi terlihat eritem, papula folikular atau pustula dengan ukuran 2-4 mm, distribusinya dipunggung, dada kadang-kadang dibahu, dengan leher dan rusuk. Bentuknya yang lebih berat disebut Acneifonn folliculitis Dacriosis obstructif Malasezia furfur dapat membentuk koloni pada kelenjar lakrimalis, menyebabkan pembengkakan dan obstruksi. Pada beberapa kasus terbentuk dakriolit, terjadi inflamasi dan mengganggu produksi air mata. e) Diagnosa Banding Penyakit ini harus dibedakan dari dermatitis seboroik, sifilis stadium tua, pitiriasis rosea vitiligo, morbus hansen dan hipopigmentasi pasca peradangan.f) Cara Menegakkan Diagnose Selain mengenal kelainan-kelainan yang khas yang disebabkan oleh Melasezi fulfur diagnosa pitiriasis versikolor harus dibantu dengan pemeriksaan-pemeriksaan sebagai berikut :Pemeriksaan langsung dengan KOH 10%. Bahan-bahan kerokan kulit di ambil dengan cara mengerok bagian kulit yang mengalami lesi. Sebelumnya kulit dibersihkan dengan kapas alkohol 70%, lalu dikerok dengan skalpel steril dan jatuhannya ditampung dalam lempeng-lempeng steril pula. Sebagian dari bahan tersebut diperiksa langsung dengan KOH% yang diberi tinta Parker Biru Hitam, Dipanaskan sebentar, ditutup dengan gelas penutup dan diperiksa di bawah mikroskop. Bila penyebabnya memang jamur, maka kelihatan garis yang memiliki indeks bias lain dari sekitarnya dan jarakjarak tertentu dipisahkan oleh sekat-sekat atau seperti butir-butiir yang bersambung seperti kalung. Pada pitiriasis versikolor hifa tampak pendekpendek, lurus atau bengkok dengan disana sini banyak butiran-butiran kecil bergerombol.Pembiakan. Organisme penyebab Tinea versikolor belum dapat dibiakkan pada media buatan. Pemeriksaan dengan sinar wood,dapat memberikan perubahan warna pada seluruh daerah lesi sehingga batas lesi lebih mudah dilihat. Daerah yang terkena infeksi akan memperlihatkan fluoresensi warna emas sampai orange.g) PengobatanTinea versikolor dapat diobati dengan berbagai obat yang manjur pakaian, kain sprei, handuk harus dicuci dengan air panas. Kebanyakan pengobatan akan menghilangkan bukti infeksi aktif (skuama) dalam waktu beberapa hari, tetapi untuk menjamin pengobatan yang tuntas pengobatan ketat ini harus dilanjutkan beberapa minggu. Perubahan pigmen lebih lambat hilangnya. Daerah hipopigmentasi belum akan tampak normal sampai daerah itu menjadi coklat kembali. Sesudah terkena sinar matahari lebih lama daerah-daerah yang hipopigmentasi akan coklat kembali. Meskipun terapi nampak sudah cukup, bila kambuh atau kena infeksi lagi merupakan hal biasa, tetapi selalu ada respon terhadap pengobatan kembali. Tinea versikolor tidak memberi respon yang baikterhadap pengobatan dengan griseofulvin. Obat-obat anti jamur yang dapat menolong misalnya salep whitfield, salep salisil sulfur (salep 2/4), salisil spiritus, tiosulfatnatrikus (25%). Obat-obat baru seperti selenium sulfida 2% dalam shampo, derivatimidasol seperti ketokonasol, isokonasol, toksilat dalam bentuk krim atau larutan dengan konsentrasi 1-2% sangat berkhasiat baik.h) PrognosisUmumnya baik bila faktor-faktor predisposisi dapat dieliminer dengan baik.2) PiedraMerupakan infeksi jamur pada rambut sepanjang corong rambut yang memberikan benjolan-benjolan di luar permukaan rambut tersebut. Ada dua macam : Piedra putih : penyebabnya Piedraia beigeli, Piedra hitam : penyebabnya Piedraia horlala) Piedra BeigellMerupakan penyebab piedra putih, terdapat pada rambut. Jamur ini dapat ditemukan ditanah, udara,dan permukaan tubuh. (1) EtiologiPiedra Beigeli (Trikosporon beigeli) terutama terdapat didaerah subtropis, daerah dingin, (di Indonesia belum ditemukan)(2) MorfologiJamur ini mempunyai hifa yang tidak berwarna termasuk moniliaceae. Secara mikroskopis jamur ini menghasilkan arthrokonidia dan blastoconidia(3) PatogenesisBiasanya penyakit ini dapat timbul karena adanya kontak langsung dari orang yang sudah terkena infeksi.(4) Gambaran KlinisAdanya benjolan warna tengguli pada rambut, kumis, jenggot, kepala, umumnya tidak memberikan gejala-gejala keluhan. (5) Diagnosa LaboratoriumDiagnosa ditegakkan atas dasar gejala kllinis dan pemeriksaan laboratorium dengan KOH dan kultur pada agar Sabauroud.(6) Pengobatan Rambut dicukur atau dikeramas dengan sublimat 1/2000 (5 %0) dalam spiritus dilutus.b) Piedra HortalMerupakan jamur penyebab piedra hitam (infeksi pada rambut berupa benjolan yang melekat erat pada rambut, berwarna hitam). Penyakit ini umumnya terdapat di daerah-daerah tropis dan subtropis. Terutama terdapat pada rambut kepala, kumis atau jambang, dan dagu.(1) MorfologiAskospora berbentuk seperti pisang. Askospora tersebut dibentuk dalam suatu kantung yang disebut askus. Askus-askus bersama dengan anyaman hifa yang padat membentuk benjolan hitam yang keras dibagian luar rambut. Dari rambut yang ada benjolan, tampak hifa endotrik (dalam rambut) sampai ektotrik (diluar rambut) yang besarnya 4-8 um berwarna tengguli dan ditemukan spora yang besarnya 1-2 um. (2) Gambaran KlinisPada rambut kepala, janggut, kumis akan tampak benjolan atau penebalan yang keras warna hitam. Penebalan ini sukar dilepaskan dari corong rambut tersebut. Umumnya rambut lebih suram, bila disisir sering memberikan bunyi seperti logam. Biasanya penyakit ini mengenai rambut dengan kontak langsung atau tidak langsung. (3) DiagnosisDiagnosis ditegakkan atas dasar :Gejala klinis: Objektif rambut lebih suram, benjolan bila disisir terasa seperti logam kasar.Laboratorium: Langsung dengan KOH 10-20% dari rambut yang ada benjolan tampak hifa endotrik (dalam rambut pada lapisan kortek) sampai ektotrik (di luar rambut) yang besar 4-8 mu berwarna tengguli dan ditemukan spora yang besarnya 1-2 u. Kultur rambut dalam media Saboutound tampak koloni mula-mula tumbuh sebagai ragi yang berwarna kilning, kemudian dalam 2-4 hari akan berubah menjadi koloni filamen.(4) PengobatanSebaiknya rambut dicukur, dapat juga dikeramas dalam larutan sublimat : 1/2000 dalam alkohol dilutus (spiritus 70%) hasil pengobatan akan tampak dalam 1 minggu3) OtomikosisOtomikosis adalah infeksi jamur pada liang telinga bagian luar. Jamur dapat masuk ke dalam liang telinga melalui alat-alat yang dipakai untuk mengorek-ngorek telinga yang terkontaminasi atau melalui udara atau air. Penderita akan mengeluh merasa gatal atau sakit di dalam liang telinga. Pada liang telinga akan tampak berwarna merah, ditutupi oleh skuama, dan kelainan ini ke bagian luar akan dapat meluas sampai muara liang telinga dan daun telinga sebelah dalam. Tempat yang terinfeksi menjadi merah dan ditutupi skuama halus. Bila meluas sampai ke dalam, sampai ke membrana timpani, maka daerah ini menjadi merah, berskuama, mengeluarkan cairan srousanguinos. Penderita akan mengalami gangguan pendengaran. Bila ada infeksi sekunder dapat terjadi otitis ekstema. Penyebab biasanya jamur kontaminasi yaitu Aspergillus, sp Mukor dan Penisilium.a) DiagnosaDiagnosa didasarkan pada gejala klinik yang khas, terasa gatal atau sakit diliang telinga dan daun telinga menjadi merah, skuamous dan dapat meluas ke dalam liang telinga sampai 2/3 bagian luar.b) Pemeriksaan LaboratoriumPreparat langsung: Skuama dari kerokan kulit Jiang telinga diperiksa dengan KOH 10% akan tampak hifa-hifa lebar, berseptum dan kadang-kadang dapat ditemukan spora-spora kecil dengan diameter 2-3 u. Pembiakan: Skuama dibiak pada media Sabauroud dekst ditemukan dekstrosa agar dan dikeram pada temperatur kamar. Koloni akan tumbuh dalam satu minggu berupa koloni filamen berwarna putih. Dengan mikroskop tampak hifa-hifa lebar dan pada ujung-ujung hifa dapat ditemukan sterigma dan spora berjejer melekat pada permukaannya. c) Diferensial DiagnosaOtitis eksterna atau kontak dermatitis pada liang telinga sering memberi gejalagejala yang sama. d) PrognosisUmumnya baik bila diobati dengan pengobatan yang adekuat. e) PengobatanPengobatan ditujukan menjaga agar liang telinga tetap kering jangan lembab dan jangan mengorek-ngorek telinga dengan barang-barang yang kotor seperti korek api, garukan telinga atau kapas. Kotoran- kotoran telinga harus selalu dibersihkan. Larutan timol 2% dalam spiritus dilutus (alkohol 70%) atau meneteskan larutan burowi 5% satu atau dua tetes dan selanjutnya dibersihkan dengan desinfektan biasanya memberi hasil pengobatan yang memuaskan. Neosporin dan larutan gentien violet 1-2% juga dapat menolong.4) Tinea NigraTinea nigra ialah infeksi jamur superfisialis yang biasanya menyerang kulit telapak kaki dan tangan dengan memberikan warna hitam sampai coklat pada kulit yang terserang. Makula yang terjadi tidak menonjol pada permukaan kulit, tidak terasa sakit dan tidak ada tanda-tanda radang. Kadang-kadang makula ini dapat meluas sampai ke punggung, kaki dan punggung tangan, bahkan dapat menyebar sampai dileher, dada dan muka.Gambaran efloresensi ini dapat berupa polosiklis, arsiner dengan warna hitam atau coklat hampir sama seperti setetes nitras argenti yang diteteskan pada kulit. Penyebabnya adalah Kladosporium wemeki dan jamur ini banyak menyerang anakanak dengan higiene kurang baik dan orang-orang yang banyak berkeringat.a) DiagnosisDiagnosis ditegakkan berdasarkan: Gejala klinis yang khasPemeriksaan laboratorium: Preparat langsung : kerokan kulit dengan KOH 10% akan menunjukkan adanya hifa dan spora yang tersebar di dalam gel-gel epitel, besar hifa berkisar 3-5 u dan spora berkisar 1-2u.Pembiakan : Pembiakan skuama pada media Sabauroud glukosa agar (SGA), dikeram pada temperatur kamar. Dalam 1-2 minggu akan tumbuh koloni menyerupai ragi, berwarna hijau dan pada bagian tepinya tumbuh daerah yang filamentous berwarna coklat. Pada pemerikasaan mikroskopis tampak hifa halus bercabang, mengkilat dan spora-spora yang lonjong.b) Diferensial DiagnosaLesi-lesi hitam pada kulit seperti pada sifilis stadium kedua pada telapak tangan, harus dipikirkan. Melanoma memberikan gambaran klinis yang rnirip. Tinea versikolorpun memberikan gambaran yang hampir sama. c) PengobatanPengobatan dengan obat-obat anti jamur banyak menolong. Salep whitfield I dan II atau salep sulfursalisil juga dapat menolong. Obat-obat anti jamur, preparatpreparat imidazol seperti isokotonasol, bifonasol, klotrirnasol juga berkhasiat baik. 4. DermatofitosisPenyakit yang disebabkan oleh golongan jamur dermatofit disebut " Dermatofitosis ". Golongan jamur ini dapat mencerna keratin kulit oleh karena mempunyai daya tarik kepada keratin (keratinofilik) sehingga infeksi jamur ini dapat menyerang lapisanlapisan kulit mulai dari stratum korneurm sampai dengan stratum basalis.1) EtiologiDermatofitosis disebabkan jamur golongan dermatofita yang terdiri dari tiga genus yaitu genus: Mikrosporon, Trikofiton dan Epidermofiton. Dari 41 spesies dermafito yang sudah dikenal hanya 23 spesies yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia dan binatang yang terdiri dari 15 spesies Trikofiton, 7 spesies Mikrosporon dan 1 spesies Epidermafiton.Cara penentuan dermatofitosis terlihat pada bagan dan garnbar (dibawah ini). Selain sifat keratinofilik ini, setiap spesies dermatofita m empunyai afinitas terhadap hospes tertentu. Dermatofita yang zoofilik terutama menyerang binatang, dan kadang-kadang menyerang manusia. Misalnya : Mirosporon canis dan Trikofiton verukosum. Dermatofita yang geofilik adalah jamur yang hidup di tanah dan dapat menimbulkan radang yang moderat pada manusia, misalnya Mikrosporon gipsium. 2) Gambaran KlinisUmumnya gejala-gejala klinik yang ditimbulkan oleh golongan geofilik pada mausia bersifat akut dan sedang dan lebih mudah sembuh. Dermatofita yang antropofilik terutama menyerang manusia, karena memilih manusia sebagai hospes tetapnya. Golongan jamur ini dapat menyebabkan perjalanan penyakit menjadi menahun dan residif , karena reaksi penolakan tubuh yang sangat ringan. Contoh jamur yang antropofilik ialah: Mikrosporon audoinii Trikofiton rubrum.3) Cara PenularanCara penularan jamur dapat secara langsung dan secara tidak langsung. Penularan langsung dapat secara fomitis, epitel, rambut-rambut yang mengandung jamur baik dari manusia, binatang atau dari tanah. Penularan tak langsung dapat melalui tanaman, kayu yang dihinggapi jamur, barang-barang atau pakaian, debu atau air. Disamping cara penularan tersebut diatas, untuk timbulnya kelainan-kelainan di kulit tergantung dari beberapa faktor : Faktor virulensi dari dermatofita Virulensi ini tergantung pada afinitas jamur itu, apakah jamur Antropofilik, Zoofilik atau Geofilik. Selain afinitas ini masing-masing jenis jamur ini berbeda pula satu dengan yang lain dalam afinitas terhadap manusia maupun bagian-bagian dari tubuh Misalnya : Trikofiton rubrum jarang menyerang rambut, Epidermatofiton flokosum paling sering menyerang lipat pada bagian dalam.Faktor trauma Kulit yang utuh tanpa lesi-lesi kecil, lebih susah untuk terserang jamur.Faktor-suhu dan kelembaban Kedua faktor ini sangat jelas berpengaruh terhadap infeksi jamur, tampak pada lokalisasi atau lokal, di mana banyak keringat seperti lipat paha dan sela-sela jari paling sering terserang penyakit jamur ini. Keadaan sosial serta kurangnya kebersihan Faktor ini memegang peranan penting pada infeksi jamur di mana terlihat insiden penyakit jamur pada golongan sosial dan ekonomi yang lebih rendah, penyakit ini lebih sering ditemukan dibanding golongan sosial dan ekonomi yang lebih baik. Faktor umur dan jenis kelaminPenyakit Tinea kapitis lebih sering ditemukan pada anak-anak dibandingkan orang dewasa, dan pada wanita lebih sering ditemukan infeksi jamur di sela-sela jari dibanding pria dan hal ini banyak berhubungan dengan pekerjaan. Di samping faktor-faktor tadi masih ada faktor-faktor lain seperti faktor perlindungan tubuh (topi, sepatu dan sebagainya) , faktor transpirasi serta pemakaian pakaian yang serba nilan, dapat mempermudah penyakit jamur ini.4) Pembagian / Lokasi Jamur Secara etiologis dermatofitosis disebabkan oleh tiga genus dan penyakit yang ditimbulkan sesuai dengan penyebabnya. Diagnosis etiologi ini sangat sukar oleh karena harus menunggu hasil biakan jamur dan ini memerlukan waktu yang agak lama dan tidak praktis. Disamping itu sering satu gambaran klinik dapat disebabkan oleh beberapa jenis spesies jamur, dan kadang-kadang satu gambaran klinis dapat disebabkan oleh beberapa spesies dematofita sesuai dengan lokalisasi tubuh yang diserang. Istilah Tinea dipakai untuk semua infeksi oleh dermatofita dengan dibubuhi tempat bagian tubuh yang terkena infeksi, sehingga diperoleh pembagian dermatofitosis sebagai berikut :a) Tinea kapitis : bila menyerang kulit kepala clan rambutb) Tinea korporis : bila menyerang kulit tubuh yang berambut (globrous skin)c) Tinea kruris : bila menyerang kulit lipat paha, perineum, sekitar anus dapat meluas sampai ke daerah gluteus, perot bagian bawah dan ketiak atau aksilad) Tinea manus dan tinea pedis :Bila menyerang daerah kaki dan tangan, terutama telapak tangan dan kaki serta sela-selajari.e) Tinea Unguium : bila menyerang kukuf) Tinea Barbae : bila menyerang daerah dagu, jenggot, jambang dan kumis.g) Tinea Imbrikata : bila menyerang seluruh tubuh dengan memberi gambaran klinik yang khas.5) Gejala -Gejala Klinik Umumnya dermatofitosis pada kulit memberikan morfologi yang khas yaitu bercakbercak yang berbatas tegas disertai efloresensi-efloresensi yang lain, sehingga memberikan kelainan-kelainan yang polimorf, dengan bagian tepi yang aktif serta berbatas tegas sedang bagian tengah tampak tenang .Gejala objektif ini selalu disertai dengan perasaan gatal, bila kulit yang gatal ini digaruk maka papel-papel atau vesikel-vesikel akan pecah sehingga menimbulkan daerah yang erosit dan bila mengering jadi krusta dan skuama. Kadang-kadang bentuknya menyerupai dermatitis (ekzema marginatum) , tetapi kadang-kadang hanya berupa makula yang berpigmentasi saja (Tinea korporis) dan bila ada infeksi sekunder menyerupai gejala-gejala pioderma (impetigenisasi).(1) Tinea Kapitis (Scalp ring worm ;Tinea Tonsurans) Biasanya penyakit ini banyak menyerang anak-anak dan sering ditularkan melalui binatang- binatang peliharaan seperti kucing, anjing dan sebagainya. Berdasarkan bentuk yangkhas Tinea Kapitis dibagi dalam 4 bentuk :(a) Gray pacth ring wormPenyakit ini dimulai dengan papel merah kecil yang melebar ke sekitarnya dan membentuk bercak yang berwarna pucat dan bersisik. Warna rambut jadi abu-abu dan tidak mengkilat lagi, serta mudah patah dan terlepas dari akarnya, sehingga menimbulkan alopesia setempat. Dengan pemeriksaan sinar wood tampak flourisensi kekuning-kuningan pada rambut yang sakit melalui batas "Grey pacth" tersebut. Jenis ini biasanya disebabkan spesies mikrosporon dan trikofiton.(2) Black dot ring wormTerutama disebabkan oleh Trikofiton Tonsurans, T. violaseum, mentagrofites. infeksi jamur terjadi di dalam rambut (endotrik) atau luar rambut (ektotrik) yang menyebabkan rambut putus tepat pada permukaan kulit kepala. Ujung rambut tampak sebagai titik-titik hitam diatas permukaan ulit, yang berwarna kelabu sehingga tarnpak sebagai gambaran back dot". Biasanya bentuk ini terdapat pada orang dewasa dan lebih sering pada wanita. Rambut sekitar lesi juga jadi tidak bercahaya lagi disebabkan kemungkinan sudah terkena infeksi penyebab utama adalah Trikofiton tonsusuran(3) Kerion Bentuk ini adalah yang serius, karena disertai dengan radang yang hebat yang bersifat lokal, sehingga pada kulit kepala tampak bisul-bisul kecil yang berkelompok dan kadang-kadang ditutupi sisik-sisik tebal. Rambut di daerah ini putus-putus dan mudah dicabut. Bila kerion ini pecah akan meninggalkan suatu daerah yang botak permanen oleh karena terjadi sikatrik. Bentuk ini terutama disebabkan oleh Mikosporon kanis, M.gipseum , T.tonsurans dan T. Violaseum. (4) Tinea favosaKelainan di kepala dimulai dengan bintik-bintik kecil di bawah kulit yang berwarna merah kekuningan dan berkembang menjadi krusta yang berbentuk cawan (skutula), serta memberi bau busuk seperti bau tikus "moussy odor". Rambut di atas skutula putus-putus dan mudah lepas dan tidak mengkilat lagi. Bila menyembuh akan meninggalkan jaringan parut dan alopesia yang permanen. Penyebab utamanya adalah Trikofiton schoenleini, T. violasum dan T. gipsum. Oleh karena Tinea kapitis ini sering menyerupai penyakit-penyakit kulit yang menyerang daerah kepala, maka penyakit ini harus dibedakan dengan penyakitpenyakit bukan oleh jamur seperti: Psoriasis vulgaris dan Dermatitis seboroika.5. Tinea KorporisPenyakit ini banyak diderita oleh orang-orang yang kurang mengerti kebersihan dan banyak bekerja ditempat panas, yang banyak berkeringat serta kelembaban kulit yang lebih tinggi. Predileksi biasanya terdapat dimuka, anggota gerak atas, dada, punggung dan anggota gerak bawah. Bentuk yang klasik dimulai dengan lesi-lesi yang bulat atau lonjong dengan tepi yang aktif. Dengan perkembangan ke arah luar maka bercak-bercak bisa melebar dan akhirnya dapat memberi gambaran yang polisiklis, arsiner, atau sinsiner. Pada bagian tepi tampak aktif dengan tanda-tanda eritema, adanya papel-papel dan vesikel, sedangkan pada bagian tengah lesi relatif lebih tenang. Bila tinea korporis ini menahun tanda-tanda aktif jadi menghilang selanjutnya hanya meningggalkan daerah-daerah yang hiperpigmentasi saja. Kelainan-kelainan ini dapat teIjadi bersama-sama dengan Tinea kruris. Penyebab utamanya adalah : T.violaseum, T.rubrum, T.metagrofites. Mikrosporon gipseum, M.kanis, M.audolini. penyakit ini sering menyerupai : 1. Pitiriasis rosea 2. Psoriasis vulgaris 3. Morbus hansen tipe tuberkuloid 4. Lues stadium II bentuk makulo-papular. 6. Tinea KrurisPenyakit ini memberikan keluhan perasaan gatal yang menahun, bertambah hebat bila disertai dengan keluarnya keringat. Kelainan yang timbul dapat bersifat akut atau menahun. Kelainan yang akut memberikan gambaran yang berupa makula yang eritematous dengan erosi dan kadang-kadang terjadi ekskoriasis. Pinggir kelainan kulit tampak tegas dan aktif.Apabila kelainan menjadi menahun maka efloresensi yang nampak hanya makula yang hiperpigmentasi disertai skuamasi dan likenifikasi. Gambaran yang khas adalah lokalisasi kelainan, yakni daerah lipat paha sebelah dalam, daerah perineum dan sekitar anus. Kadang-kadang dapat meluas sampai ke gluteus, perot bagian bawah dan bahkan dapat sampai ke aksila. Penyebab utama adalah Epidermofiton flokkosum, Trikofiton rubrum dan T.mentografites. Diferensial Diagnosa : 1. Kandidiasis inguinalis 2. Eritrasma 3. Psoriasis vulgaris 4. Pitiriasis rosea

7. Tinea Manus Dan Tinea PedisTinea pedis disebut juga Athlete's foot = "Ring worm of the foot". Penyakit ini sering menyerang orang-orang dewasa yang banyak bekerja di tempat basah seperti tukang cuci, pekerja-pekerja di sawah atau orang-orang yang setiap hari harus memakai sepatu yang tertutup seperti anggota tentara. Keluhan subjektif bervariasi mulai dari tanpa keluhan sampai rasa gatal yang hebat dan nyeri bila ada infeksi sekunder.Ada 3 bentuk Tinea pedis 1. Bentuk intertriginosa keluhan yang tampak berupa maserasi, skuamasi serta erosi, di celah-celah jari terutama jari IV dan jari V. Hal ini terjadi disebabkan kelembaban di celah-ceIah jari tersebut membuat jamur-jamur hidup lebih subur. Bila menahun dapat terjadi fisura yang nyeri bila kena sentuh. Bila terjadi infeksi dapat menimbulkan selulitis atau erisipelas disertai gejala-gejala umum. 2. Bentuk hiperkeratosis Disini lebih jelas tampak ialah terjadi penebalan kulit disertai sisik terutama ditelapak kaki, tepi kaki dan punggung kaki. Bila hiperkeratosisnya hebat dapat terjadi fisurafisura yang dalam pada bagian lateral telapak kaki. 4. Bentuk vesikuler subakut Kelainan-kelainan yang timbul di mulai pada daerah sekitar antar jari, kemudian meluas ke punggung kaki atau telapak kaki. Tampak ada vesikel dan bula yang terletak agak dalam di bawah kulit, diserta perasaan gatal yang hebat. Bila vesikelvesikel ini memecah akan meninggalkan skuama melingkar yang disebut Collorette. Bila terjadi infeksi akan memperhebat dan memperberat keadaan sehingga dapat terjadi erisipelas. Semua bentuk yang terdapat pada Tinea pedis, dapat terjadi pada Tinea manus, yaitu dermatofitosis yang menyerang tangan. Penyebab utamanya ialah : T .rubrum, T .mentagrofites, dan Epidermofiton flokosum. Tinea manus dan Tinea pedis harus dibedakan dengan : 1. Dermatitis kontak akut alergis 2. Skabiasis 3. Psoriasispustulosa5. Tinea UnguiumPenyakit ini dapat dibedakan dalam 3 bentuk tergantung jamur penyebab dan permulaan dari dekstruksi kuku. Subinguinal proksimal bila dimulai dari pangkal kuku, Subinguinal distal bila di mulai dari tepi ujung dan Leukonikia trikofita bila di mulai dari bawah kuku. Permukaan kuku tampak suram tidak mengkilat lagi, rapuh dan disertai oleh subungual hiperkeratosis. Dibawah kuku tampak adanya detritus yang banyak mengandung elemen jamur.6. Tinea BarbaePenderita Tinea barbae ini biasanya mengeluh rasa gatal di daerah jenggot, jambang dan kumis, disertai rambut-rambut di daerah itu menjadi putus. Ada 2 bentuk yaitu superfisialis dan kerion 7. TINEA IMBRIKATA Penyakit ini adalah bentuk yang khas dari Tinea korporis yang disebabkan oleh Trikofiton konsentrikum. Gambaran klinik berupa makula yang eritematous dengan skuama yang melingkar. Apabila diraba terasa jelas skuamanya menghadap ke dalam. Pada umumnya pada bagian tengah dari lesi tidak menunjukkan daerah yang lebih tenang, tetapi seluruh makula ditutupi oleh skuama yang melingkar. Penyakit ini sering menyerang seluruh permukaan tubuh sehingga menyerupai : 1. Eritrodemia 2. Pempigus foliaseus 3. Iktiosis yang sudah menahun

C. PENGOBATAN Pengobatan Pencegahan :1. Perkembangan infeksi jamur diperberat oleh panas, basah dan maserasi. Jika faktor-faktor lingkungan ini tidak diobati, kemungkinan penyembuhan akan lambat. Daerah intertrigo atau daerah antara jari-jari sesudah mandi harus dikeringkan betul dan diberi bedak pengering atau bedak anti jamur2. Alas kaki harus pas betul dan tidak terlalu ketat. 3. Pasien dengan hiperhidrosis dianjurkan agar memakai kaos dari bahan katun yang menyerap keringat, jangan memakai bahan yang terbuat dari wool atau bahan sintetis. 4. Pakaian dan handuk agar sering diganti dan dicuci bersih-bersih dengan air panas.Terapi lokal :Infeksi pada badan dan lipat paha dan lesi-lesi superfisialis, di daera jenggot, telapak tangan dan kaki, biasanya dapat diobati dengan pengobatan topikal saja. Lesi-lesi yang meradang akut yang acta vesikula dan acta eksudat harus dirawat dengan kompres basah secara terbuka, dengan berselang-selang atau terus menerus. Vesikel harus dikempeskan tetapi kulitnya harus tetap utuh. Toksilat, haloprogin, tolnaftate dan derivat imidazol seperti mikonasol, ekonasol, bifonasol, kotrimasol dalam bentuk larutan atau krem dengan konsentrasi 1-2% dioleskan 2 x sehari akan menghasilkan penyembuhan dalam waktu 1-3 minggu.Lesi hiperkeratosis yang tebal, seperti pada telapak tangan atau kaki memerlukan terapi lokal dengan obat-obatan yang mengandung bahan keratolitik seperti asam salisilat 3-6%. Obat ini akan menyebabkan kulit menjadi lunak dan mengelupas.Obat-obat keratolotik dapat mengadakan sensitasi kulit sehingga perlu hati-hati kalau menggunakannya.Pengobatan infeksi jamur pada kuku, jarang atau sukar untuk mencapai kesembuhan total. Kuku yang menebal dapat ditipiskan secara mekanis misalnya dengan kertas amplas, untuk mengurangi keluhan-keluhan kosmetika. Pemakaian haloprogin lokal atau larutan derivat asol bisa menolong. Pencabutan kuku jari kaki dengan operasi, bersamaan dengan terapi griseofulvin sistemik, merupakan satu-satunya pengobatan yang bisa diandalkan terhadap onikomikosis jari kaki.Terapi sistemik Pengobatan sistemik pada umumnya mempergunakan griseofulvin. Griseofulvin adalah suatu antibiotika fungisidal yang dibuat dari biakan spesies penisillium. Obat ini sangat manjur terhadap segala jamur dermatofitosis. Griseofulvin diserap lebih cepat oleh saluran pencernaan apabila diberi bersama-sama dengan makanan yang banyak mengandung lemak, tetapi absorpsi total setelah 24 jam tetap dan tidak dipengaruhi apakah griseofulvin diminum bersamaan waktu makan atau diantara waktu makan. Dosis rata-rata orang dewasa 500 mg per hari. Pemberian pengobatan dilakukan 4 x sehari , 2 x sehari atau sekali sehari. Untuk anak-anak dianjurkan 5 mg per kg berat badan dan lamanya pemberian adalah 10 hari. Salep ketokonasol dapat diberikan 2 x sehari dalam waktu 14 hari.

D.PROGNOSISPerkembangan penyakit dermatofitosis dipengaruhi oleh bentuk klinik dan penyebab penyakitnya disamping faktor-faktor yang memperberat atau memperingan penyakit. Apabila faktor-faktor yang memperberat penyakit dapat dihilangkan, umumnya penyakit ini dapat hilang sempurna.

BAB IIIKESIMPULAN

1. Mikosis terdiri dari mikosis superfisialis, mikosis intermediet, dan mikosis profunda. Insiden mikosis superfisialis cukup tinggi di Indonesia karena menyerang masyarakat luas. 2. Mikosis superfisialis terdiri dari dermatofitosis dan non dermatofitosis. Dermatofitosis terbagi lagi atas tinea kapitis, tinea fasialis, tinea barbem tinea korporis, tinea manus, tinea pedis, tinea kruris, dan tinea unguium. Sementara untuk non-dermatofitosis terdiri atas pitiriasis versikolor, piedra (itam/putih), dan tinea nigra palmaris.3. Perbedaan antara dermatofitosis dan nondermatofitosis adalah disebabkan karena letak infeksinya pada kulit. Golongan dermatofitosis menyerang atau menimbulkan kelainan di dalam epidermidis mulai dari stratum komeum sampai stratum basalis, sedangkan golongan non-dermatofitosis hanya bagian superfisialis dari epidermidis. Hal ini disebabkan karena dermatofitosis mempunyai afinitas tehadap keratin yang terdapat pada epidermidis, rambut, kuku, sehingga infeksinya lebih dalam.4. Pada beberapa penyakit pada mikosis superfisialis didapatkan keluhan yang asimtomatik sehingga harus teliti dalam penanganan. Karena, bila tidak ditangani dengan baik makan akan menjadi kronik.

DAFTAR PUSTAKA

Adiguna, MS. 2001. Epidemiologi dermatomikosis di Indonesia. Dermatomikosis superfisialis. Jakarta: Balai Pustaka FKUI. Audring, et.al., 2006. Fungal Diseases. In: Sterry, W, Paus, R, and Burgdorf, W.(eds). Dermatologi. New York : Thieme Medical Pub.Budimulja, U. 2013. Mikosis dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.Djuanda, A.,et al. 2008. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 5 . Jakarta: FK UI.Jawetz, Melnick & Adelberg. 1996. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi 20. EGC : Jakarta.Madani, A.F., 2000. Infeksi Jamur Kulit. Dalam: Harahap, M., 2000. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Hipokrates.Radiono, S., 2001. Dermatomikosis Superfisialis Pedoman untuk Dokter dan Mahasiswa Kedokteran. Jakarta: FK UI.Siregar, 2005. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit Edisi 2. Jakarta: EGC.Siregar, R.S., 2004. Penyakit Jamur Kulit. Edisi 2. Jakarta: EGC.

2