Refleksi Kasus Syarifa 3 (Ruptur Kornea)

31
1 REFLEKSI KASUS OD RUPTUR KORNEA Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan melengkapi Salah Satu Syarat Dalam Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Penyakit Mata Rumah Sakit Tentara Dr. Soedjono Magelang Disusun Oleh : Syarifa Tris Hidayanti 01.210.6282 Pembimbing : dr. Dwidjo Pratiknjo, Sp.M dr. Hari Trilunggono, Sp.M

Transcript of Refleksi Kasus Syarifa 3 (Ruptur Kornea)

Page 1: Refleksi Kasus Syarifa 3 (Ruptur Kornea)

1

REFLEKSI KASUS

OD RUPTUR KORNEA

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan melengkapi Salah Satu Syarat

Dalam Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter

Bagian Ilmu Penyakit Mata

Rumah Sakit Tentara Dr. Soedjono Magelang

Disusun Oleh :

Syarifa Tris Hidayanti

01.210.6282

Pembimbing :

dr. Dwidjo Pratiknjo, Sp.M

dr. Hari Trilunggono, Sp.M

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

SEMARANG

2014

Page 2: Refleksi Kasus Syarifa 3 (Ruptur Kornea)

2

HALAMAN PENGESAHAN

Nama : Syarifa Tris Hidayanti

NIM : 01.210.6282

Fakultas : Kedokteran Umum

Perguruan Tinggi : Universitas Islam Sultan Agung

Tingkat : Program Pendidikan Profesi Dokter

Judul : OD Ruptur Kornea

Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Penyakit Mata

RST Tingkat II 04.05.01 dr. Soedjono Magelang

Mengetahui dan Menyetujui,

Pembimbing,

(dr. Dwidjo Pratiknjo, Sp. M) (dr. Hari Trilunggono Sp.M)

Page 3: Refleksi Kasus Syarifa 3 (Ruptur Kornea)

3

BAB I

KASUS

A. IDENTITAS PASIEN

Nama : Sdr. DS

Usia : 15 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Suku Bangsa : Jawa

Status Perkawinan : belum menikah

Pekerjaan : pelajar

Alamat : Desa Tulung RT 04/ RW 01 Magelang

Tanggal Masuk : 10 September 2014

Nomor RM : 08-04-53

B. ANAMNESIS

Autoanamnesis dilakukan di Poliklinik Mata RST Dr. Soedjono Magelang.

Keluhan Utama :

Pasien mengeluhkan mata kanan tidak bisa melihat (buram).

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien mengeluhkan mata kanan tidak bisa melihat post-kecelakaan

sepeda motor hari sabtu (6/9/2014), dikarenakan mata sebelah kanan

terkena benturan spion ketika kecelakaan berlangsung. Pasien juga

mengeluhkan mata kanan berair (+), merah (+), penglihatan menurun (+).

Adanya kotoran, perih pada mata dan terasa ada benda asing seperti

serpihan kaca di mata kanan disangkal. Sebelumnya belum pernah berobat

ke pelayanan kesehatan, hanya membeli obat tetes mata di apotik dan

keluhan mata berair dan merah sedikit berkurang, tetapi mata kanan tetap

tidak bisa melihat. Pasien tidak memiliki riwayat menggunakan kacamata

dan lensa kontak. Pusing, cekot-cekot, mual/muntah, melihat pelangi

(halo) di sekitar lampu di sangkal oleh pasien.

Riwayat Penyakit Dahulu :

Page 4: Refleksi Kasus Syarifa 3 (Ruptur Kornea)

4

Riwayat DM dan hipertensi disangkal. Riwayat operasi yang berhubungan

dengan mata disangkal. Riwayat kelainan mata sejak lahir disangkal.

Riwayat mengkonsumsi obat-obatan tertentu dalam waktu lama disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga :

Di keluarga pasien tidak ada yang memiliki keluhan yang sama. Riwayat

keluarga menderita penyakit pada mata disangkal.

Riwayat Sosial Ekonomi :

Kesan sosial ekonomi pasien cukup. Pasien berobat sebagai pasien umum.

C. PEMERIKSAAN FISIK

Status Umum

Kesadaran : Compos mentis

Aktivitas : Normoaktif

Kooperatif : Kooperatif

Status gizi : Baik

Vital Sign

TD : 140/80 mmHg

Nadi : 76 x/menit

RR : 24 x/menit

Suhu : 36,10 C

Status Lokalis :

No Pemeriksaan Oculus Dexter Oculus Sinister

1 Visus 1/300 6/6

2 Koreksi - -

3 Bulbus okuli

• Gerak bola mata

• Enoftalmus

Baik ke segala arah

-

Baik ke segala arah

-

Page 5: Refleksi Kasus Syarifa 3 (Ruptur Kornea)

5

• Eksoftalmus

• Strabismus -

-

-

4 Palpebra Superior :

• Vulnus laceratum

• Edema

• Hematom

• Hiperemia

• Entropion

• Ektropion

• Silia

• Ptosis

-

-

-

-

-

-

Trikiasis ( - )

-

-

-

-

-

-

-

Trikiasis ( - )

-

5 Palpebra Inferior :

• Edema

• Hematom

• Hiperemia

• Entropion

• Ektropion

• Silia

-

-

-

-

-

Trikiasis ( - )

-

-

-

-

-

Trikiasis ( - )

6 Konjungtiva :

• Hiperemi

• Injeksi konjungtiva

• Injeksi siliar

• Sekret

+

+

+

-

-

-

-

-

7 Kornea :

• Kejernihan

• Mengkilat

• Edema

• Lakrimasi

• Infiltrat

• Keratik presipitat

• Ulkus

+

- (edem)

+

+

+

-

- (robekan pada

kornea)

+

+

-

-

-

-

-

Page 6: Refleksi Kasus Syarifa 3 (Ruptur Kornea)

6

• Sikatrik

• Flouresin Test

• Fistel Test

-

Tidak dilakukan

Pemeriksaan

Tidak dilakukan

Pemeriksaan

-

Tidak dilakukan

pemeriksaan

Tidak dilakukan

pemeriksaan

8 COA :

• Kedalaman

• Hifema

• Hipopion

• Efek tyndall

dangkal (pada bagian

prolaps iris)

-

-

+ (infiltrtat)

Cukup

-

-

-

9 Iris :

• Kripta

• Edema

• Sinekia

• Atrofi

• prolaps

Normal (sobek pada

bagian yang prolaps)

-

-

-

+ ( arah jam 9 dan

11)

Normal

-

-

-

-

10 Pupil :

• Bentuk

• Diameter

• Reflek pupil

• Sinekia

• Isokoris

Tidak beraturan

±2-5 mm (diameter

terlebar arah jam 9

ke jam 11)

+

-

-

Bulat

±2 mm

+

-

-

11 Lensa:

• Kejernihan

• ris shadow

keruh

-

jernih

-

12 Fundus Refleks - + cemerlang

Page 7: Refleksi Kasus Syarifa 3 (Ruptur Kornea)

7

13 Funduskopi Sulit dinilai Normal

14 TIO Normal Normal

Oculus Dexter Oculus Sinister

D. USULAN PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan Darah Lengkap

E. DIAGNOSIS BANDING

Oculus dextra

a. OD Ulkus Kornea disingkirkan karena adanya penurunan tajam

penglihatan disertai dengan mata yang merah dan berair. Tetapi tidak

didapatkan fotofobia dan pengeluaran sekret. Selain itu, pada pemeriksaan

oftalmologis, kekeruhan berwarna putih pada kornea berasal dari lensa dan

edem pada kornea.

injeksi konjungtiva

injeksi siliar

Prolaps iris

Page 8: Refleksi Kasus Syarifa 3 (Ruptur Kornea)

8

b. OD Ruptur kornea ditegakan karena didapatkan riwayat trauma, disertai

robekan kornea dan prolaps iris.

c. OD Katarak traumatika ditegakan karena terdapat kesuraman pada lensa

akibat perforasi langsung melalui kornea tanpa ataupun langsung

mengenai lensa.

d. OD Makula kornea disingkirkan karena bercak putih yang ditemukan

bukan berasal sikatrik uklus tetapi ditemukan dari edem kornea

dankekeruhan lensa.

e. OD Leukoma kornea disingkirkan karena bercak putih yang ditemukan

bukan berasal sikatrik uklus dan tidak tampak mengkilat tetapi ditemukan

dari edem kornea dankekeruhan lensa.

F. DIAGNOSIS KERJA

OD Ruptur Kornea dengan Prolaps Iris dan Katarak traumatika

G. PENATALAKSANAAN

1. Medikamentosa:

a. Topical :

- Bacitracin ED BT I

∫ 6 dd gtt I OD

- Gentamycin ED BT I

∫ 6 dd gtt I OD

b. Oral :

- Ciprofloksasin 500 mg No. X

∫ 3 dd tab I

- Na diklofenac 50 mg No. XV

∫ 2 dd tab I

- Dexamethason No. XV

∫ 3 dd tab 1

2. Non medikamentosa :

- Operatif : Reposisi iris dan Jahit Kornea

Page 9: Refleksi Kasus Syarifa 3 (Ruptur Kornea)

9

- Pemberian Kacamata : -

- Edukasi :

a. Pasien harus segera di lakukan tindakan operatif karena

penanganan secara konservatif (obat) saja tidak bisa untuk

menangani kasus ruptur kornea dan prolaps iris, karena luka

terbuka ditakutkan bisa terjadi infeksi di mata sebelah kanan.

b. Bila sudah dilakukan tindakan operasi diatas dianjurkan untuk

kontrol teratur dan mengkonsumsi obat yang diberikan agar

proses penyembuhanya cepat.

c. Bila kondisi penyembuhan kornea dan iris sudah baik

dianjurkan untuk dilakukan operasi untuk menangani katarak

traumatika untuk memperbaiki penglihatan yang kabur pada

mata kanan.

H. PROGNOSIS

Quo Ad Visam : Dubia ad malam

Quo Ad Sanam : Bonam

Quo Ad Functionam : Dubia ad malam

Quo Ad Kosmetikam : Dubia ad malam

Quo Ad Vitam : Bonam

I. KOMPLIKASI

Komplikasi yang dapat terjadi adalah endoftalmitis, panoftalmitis,

ablasio retina, perdarahan intraocular,dan ptisis bulbi dan Katarak traumatika.

Koplikasi setelah penatalaksanaan dapat terjadi adanya jaringan sikatrik pada

kornea, Glaukoma sekunder karena sinekia anterior, Kerusakan epitel okular

permanen

Page 10: Refleksi Kasus Syarifa 3 (Ruptur Kornea)

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. TRAUMA OKULI

2.1.1. Definisi

Trauma okuli adalah trauma atau cedera yang terjadi pada mata yang

dapat mengakibatkan kerusakan pada bola mata, kelopak mata, saraf mata

dan rongga orbita, kerusakan ini akan memberikan penyulit sehingga

mengganggu fungsi mata sebagai indra penglihatan.

2.2.2. Klasifikasi

Menurut Birmingham Eye Trauma Terminology (BETT), trauma mata

dibagi menjadi:

Tertutup

- Kontusio: tidak ada luka pada bola mata

- Laserasi lamellar: hanya mengenai setengah dari ketebalan dinding

bola mata. 

Terbuka

- Laserasi: mengenai seluruh ketebalan dinding bola mata yang

disebabkan benda tajam

- Penetrasi: satu agen menyebabkan satu luka masuk

- Benda asing dalam mata: sama dengan penetrasi tetapi

dikelompokan sendiri karena memerlukan penanganan berbeda.

- Perforasi: terdapat luka masuk dan luka keluar

- Ruptur: mengenai seluruh ketebalan dinding bola mata yang

disebabkan benda tumpul

2.1.3. Etio-Patogenesis

Beratnya trauma yang terjadi ditentukan oleh ukuran benda,

komposisi dan kecepatan pada saat bertumbukan. Benda tajam seperti

pisau akan menimbulkan luka laserasi yang jelas pada bola mata. Berbeda

dengan kerusakan akibat benda asing yang terbang beratnya kerusakan

ditentukan oleh energi kinetik yang dimiliki.  Contohnya pada peluru

pistol angin yang besar dan memiliki kecepatan yang tidak terlalu besar

memiliki energi kinetik yang tinggi dan menyebabkan kerusakan mata

Page 11: Refleksi Kasus Syarifa 3 (Ruptur Kornea)

11

yang cukup parah. Kontras dengan pecahan benda tajam yang memiliki

massa yang kecil dengan kecepatan tinggi akan menimbulkan laserasi

dengan batas yang jelas dan beratnya kerusakan lebih ringan dibandingkan

kerusakan akibat peluru pistol angin.

Terdapat empat mekanisme yang menyebabkan terjadi trauma

okuli yaitu coup, countercoup, equatorial, dan global repositioning. Cuop

adalah kekuatan yang disebabkan langsung oleh trauma. Countercoup

merupakan gelombang getaran yang diberikan oleh cuop, dan diteruskan

melalui okuler dan struktur orbita. Akibat dari trauma ini, bagian equator

dari bola mata cenderung mengambang dan merubah arsitektur dari okuli

normal. Pada akhirnya, bola mata akan kembali ke bentuk normalnya,

akan tetapi hal ini tidak selalu seperti yang diharapkan.

Trauma pada mata dapat mengenai organ mata dari yang terdepan

sampai yang terdalam. Trauma tembus bola mata bisa mengenai :

1. Palpebra mengenai sebagian atau seluruhnya jika mengenai levator

apaneurosis dapat menyebabkan suatu ptosis yang permanen.

2. Saluran Lakrimalis dapat merusak sistem pengaliran air mata dari

pungtum lakrimalis sampai ke rongga hidung. Hal ini dapat

menyebabkan kekurangan air mata.

3. Congjungtiva dapat merusak dan ruptur pembuluh darah menyebabkan

perdarahan sub konjungtiva.

4. Sklera bila ada luka tembus pada sklera dapat menyebabkan penurunan

tekanan bola mata dan kamera okuli jadi dangkal (obliteni), luka sklera

yang lebar dapat disertai prolap jaringan bola mata, bola mata menjadi

injury.

5. Kornea, bila ada tembus kornea dapat mengganggu fungsi penglihatan

karena fungsi corneas ebagai media refraksi. Bisa juga trauma tembus

kornea menyebabkan iris prolaps, korpus vitreum dan korpus ciliaris

prolaps, hal ini dapat menurunkan visus.

6. Lensa bila ada trauma akan mengganggu daya fokus sinar pada retina

sehingga menurunkan daya refraksi dan sefris sebagai penglihatan

menurun karena daya akomodasi tisak adekuat.

Page 12: Refleksi Kasus Syarifa 3 (Ruptur Kornea)

12

7. Iris bila ada trauma akan robekan pada akar iris (iridodialisis),

sehingga pupil agak kepinggir letaknya, pada pemeriksaan biasa

terdapat warna gelap selain pada pupil, tetapi juga pada dasar iris

tempat iridodialisis.

8.    Pupil, bila ada trauma akan menyebabkan melemahnya otot-otot sfinter

pupil sehingga pupil menjadi midriasis

2.1.4. Manifestasi Klinis

Trauma tajam selain menimbulkan perlukaan dapat juga disertai

tertinggalnya benda asing di dalam mata. Benda asing yang tertinggal

dapat bersifat tidak beracun (seperti pasir, kaca) dan beracun (contohnya

logam besi, tembaga serta bahan dari tumbuhan misalnya potongan kayu).

Bahan tidak beracun dapat pula menimbulkan infeksi jika tercemar oleh

kuman.

Bila trauma yang disebabkan benda tajam atau benda asing lainya

masuk kedalam bola mata maka akan mengakibatkan tanda-tanda bola

mata tembus seperti :

- Tajam penglihatan yang menurun akibat terdapatnya kekeruhan media

refrakta secara langsung atau tidak langsung akibat trauma tembus

tersebut

- Bentuk dan letak pupil yang berubah

- Terlihat adanya ruptur pada kornea atau sclera

- Terdapat jaringan yang prolaps, seperti cairan mata, iris, lensa, badan

kaca atau retina

- Konjungtivis kemotis

- Mata merah, nyeri, fotofobia, blefarospasme dan lakrimasi

- Tekanan bola mata rendah akibat keluarnya cairan bola mata

- Bilik mata dangkal akibat perforasi kornea

- Adanya hifema pada bilik mata depan

2.1.5. Diagnosis

Anamnesis

- Mekanisme trauma harus ditanyakan dengan detail dan lengkap

- Bentuk dan ukuran benda penyebab trauma.

Page 13: Refleksi Kasus Syarifa 3 (Ruptur Kornea)

13

- Asal dari objek penyebab trauma.

- Kemungkinan adanya benda asing pada bola mata dan atau pada orbita.

- Keadaan saat terjadinya trauma

- Waktu dan lokasi terjadinya trauma.

- Aksesoris mata yang dapat melindungi atau berkontribusi pada trauma

akut.

- Keadaan miopia berat menyebabkan mata lebih rentan terhadap trauna

kompresi anterior-posterior.

- Riwayat medis

- Riwayat mata

- Operasi mata sebelumnya, dapat membuat jaringan lebih mudah ruptur.

- Penglihatan sebelum terjadinya trauma pada kedua mata.

- Penyakit mata yang ada.

- Medikasi yang sedang dijalani termasuk obat tetes mata dan alergi.

Pemeriksaan fisik

Orbita 

Periksa adanya deformitas tulang, benda asing, dan dislokasi bola

mata. Benda asing pada mata yang tertanam atau bila terjadi perforasi

harus dijaga hingga dilakukan pembedahan.8

Palpebra 

Pelpebra dan trauma kelenjar lakrimal dapat menunjukan adanya

trauma yang dalam pada mata. Laserasi pada palpebra dapat

menyebabkan perforasi bola mata. Perbaikan palpebra ditunda hingga

trauma bola mata ditentukan penyebabnya.2,4,8

Konjungtiva 

Laserasi konjungtiva dapat terjadi pada kerusakan sklera yang serius.

Perdarahan konjungtiva yang berat dapat mengindikasikan ruptur bola

mata.

Kornea dan sclera

Laserasi kornea penuh atau yang melibatkan sklera merupakan bagian

dari ruptur bola mata dan harus diperbaiki di kamar operasi. Dapat

terjadi prolapse iris pada laserasi kornea penuh. Tekanan bola mata

Page 14: Refleksi Kasus Syarifa 3 (Ruptur Kornea)

14

umumnya rendah, namun pengukuran merupakan kontraindikasi untuk

menghindari penekanan pada bola mata.4

Pupil 

Periksa bentuk, ukuran, refleks cahaya, dan afferent pupillary defect

(APD). Bentuk lancip, tetesan air, atau ireguler bisa terjadi pada ruptur

bola mata.

Segmen anterior

Pada pemeriksaan dengan lampu sliIt, bisa ditemukan defek pada iris,

laserasi kornea, prolaps iris, hifema, dan kerusakan lensa. Bilik mata

depan dangkal dapat menjadi tanda ruptur bola mata dengan prognosis

yang buruk. Pada ruptur posterior dapat ditemukan bilik mata depan

dalam pada ekstrusi vitreous pada segmen posterior.8

Temuan lain

Perdarahan viteous setelah trauma menunjukan adanya robekan retina

atau koroid, avulsi saraf optikus, atau adanya benda asing. Robekan

retina, edema, ablasio, dan hemoragi dapat terjadi pada ruptur bola

mata.2,7

Pemeriksaan penunjang

Foto polos orbita untuk mencari benda asing radioopak.

USG orbita pada keadaan media refraksi keruh untuk mendapatkan

informasi tentang status dari struktur intraokuler, lokalisasi dari benda

asing intraokuler, deteksi benda asing non metalik, deteksi perdarahan

koroid, ruptur sklera posterior, ablasio retina, dan perdarahan sub

retina.

CT Scan untuk evaluasi struktur intraokuler dan periorbita, deteksi

adanya benda asing intraokuler metalik dan menentukan terdapatnya

atau derajat kerusakan periokuler, keikutsertaan trauma intrakranial

misalnya perdarahan subdural.2,7 

MRI sangat baik untuk menilai jaringan lunak tetapi kontraindikasi

pada benda asing yang terbuat dari metal.7

Pengukuran tekanan IOL dengan tonography: mengkaji nilai normal

tekanan bola mata (normal 12-25 mmHg). Pengkajian dengan

Page 15: Refleksi Kasus Syarifa 3 (Ruptur Kornea)

15

menggunakan optalmoskop: mengkaji struktur internal dari okuler,

papiledema, retina hemoragi. Pemeriksaan Laboratorium, seperti :

SDP, leukosit, kemungkinan adanya infeksi sekunder. Pemeriksaan

kultur untuk mengetahui jenis kumannya. Perlu pemeriksaan tonometri

Schiotz, perimetri, gonioskopi, tonografi, maupun funduskopi.8

2.1.6. Penatalaksanaan

Teknik yang digunakan tergantung dari beratnya luka dan adanya

komplikasi seperti inkarserasi iris, COA yang datar, dan kerusakan

intraokular. 

Laserasi kornea kecil

Tidak membutuhkan penjahitan karena bisa menyembuh sempurna

atau dengan bantuan lensa kontak yang seperti perban lembut.

Laserasi kornea ukuran medium

Biasanya membutuhkan jahitan terutama jika COA datar. COA yang

datar dapat kembali berubah semula secara spontan jika kornea telah

dijahit, jika tidak, harus dikembalikan dengan solusio garam seimbang.

Bandage contanct lens post operatif juga berguna selama beberapa hari

untuk meyakinkan bahwa COA tetap dalam.

Laserasi kornea dengan inkarserasi iris

Manajemen tergantung dari durasi dan luasnya inkarserasi. Kebocoran

kecil dari inkarserasi yang baru terjadi dapat digantikan oleh konstriksi

pupil. Inkarserasi iris yang besar harus di absisi terutama jika iris

terlihat non-viabel. 

Laserasi kornea dengan kerusakan lensa

Diterapi dengan menjahit laserasi dan memindahkan lensa dengan

phacoemulsification atau dengan vitreus cutter jika vitreus terlibat.

Luka pada sklera anterior dapat berhubungan dengan komplikasi serius

seperti prolaps uvea dan inkarserasi vitreus. Inkarserasi vitreus

meskipun dengan manajemen yang tepat, dapat menimbulkan traksi

vitreoretina dan ablasio retina.

Page 16: Refleksi Kasus Syarifa 3 (Ruptur Kornea)

16

2.1. KOMPLIKASI

Komplikasi yang ditentukan setelah trauma okuli perforans :

Infeksi : endoftalmitis, panoftalmitis

Katarak traumatic

Galukoma sekunder

Oftalmika simpatika

Ablasi retina

Perdarahan intraokuler

Ptisis bulbi

Endoftalmitis dapat terjadi dalam beberapa jam hingga dalam

beberapa minggu tergantung pada jenis mikroorganisme yang terlibat.

Endoftalmitis dapat berlanjut menjadi panoftalmitis.7 

Simpatetik oftalmika adalah inflamasi yang terjadi pada mata yang

tidak cedera dalam jangka waktu 5 hari sampai 60 tahun dan biasanya 90%

terjadi dalam 1 tahun.8 Diduga akibat respon autoimun akibat terekposnya

uvea karena cedera, keadaan ini menimbulkan nyeri, penurunan ketajaman

penglihatan mendadak, dan fotofobia yang dapat membaik dengan enukleasi

mata yang cedera.5

2.2. PROGNOSIS

Prognosis berhubungan dengan sejumlah faktor seperti visus awal,

tipe dan luasnya luka, adanya atau tidak adanya ablasio retina, atau benda

asing. Secara umum, semakin posterior penetrasi dan semakin besar laserasi

atau ruptur, prognosis semakin buruk. Trauma yang disebabkan oleh objek

besar yang menyebabkan laserasi kornea tapi menyisakan badan vitreus,

sklera dan retina yang tidak luka mempunyai prognosis penglihatan yang

baik dibandingkan laserasi kecil yang melibatkan bagian posteror. Trauma

tembus akibat benda asing yg bersifat inert pun mempunyai prognosis yang

baik. Trauma tembus akibat benda asing yang sifatnya reaktif magnetik

lebih mudah dikeluarka dan prognosisnya lebih baik. Pada luka penetrasi,

50-75% mata akan mencapai visus akhir 5/200 atau lebih baik.

Page 17: Refleksi Kasus Syarifa 3 (Ruptur Kornea)

17

2.2. RUPTUR KORNEA

2.1.1. Definisi

Ruptur kornea merupakan trauma pada kornea baik partial- maupun full-

thickness.

Luka partial-thickness tidak mengganggu bola mata (abrasi)

Luka full-thickness penetrasi penuh pada kornea, menyebabkan ruptur dari

bola mata

2.2.2. Etiologi

Ruptur kornea (luka terbuka atau open globe) diakibatkan oleh trauma

yang bersifat tumpul. Luka terjadi akibat peningkatan tiba-tiba melalui

mekanisme inside-out (dalam ke luar) sebagai mekanisme cedera.

Laserasi adalah luka full thickness pada dinding mata akibat objek yang

tajam. Mekanisme adalah outside in (luar ke dalam). Termasuk di

bawah laserasi adalah luka perforasi, luka penetrasi, dan akibat benda

asing.

2.2.3. Penatalaksaan

Penyembuhan Luka Kornea

Dalam waktu satu jam setelah trauma, sel epitel parabasilar mulai

membelah dan bermigrasi ke seluruh denudation area secara terus

menerus untuk menutup defek. Penyembuhan yang lengkap, termasuk

restorasi ketebalan epitel (4-6 lapis) dan reformasi fibril, membutuhkan

waktu 4-6 minggu.

Penyembuhan stroma kornea avascular. Tidak sepeti jaringan

lainnya, penyembuhan pada stroma kornea terjadi karena fibrosis daripada

proliferasi fibrovaskular.

Epitelium dan endothelium merupakan bagian yang penting untuk

penyembuhan luka. Jika epitelium tidak menutupi luka dalam waktu

beberapa hari, penyembuhan stroma di bawahnya akan terbatas dan luka

akan rapuh. Factor pertumbuhan dari epitelium merangsang dan

meneruskan penyembuhan. Sel endotel di atas luka menyebrang ke

posterior kornea, beberapa sel diganti melalui aktivitas mitosis.

Endothelium membentang di bawah lapisan tipis yang baru dari membrane

Page 18: Refleksi Kasus Syarifa 3 (Ruptur Kornea)

18

Descemet. Jika batas interna luka tidak ditutupi oleh membrane Descemet,

fibroblast stroma berproliferasi terus-menerus ke ruang anterior sebagai

fibrous ingrowth, atau posterior luka mungkin terbuka permanen. Kolagen

fibrillar pertama diganti oleh kolagen yang lebih kuat pada pada akhir

bulan-bulan penyembuhan. Lapisan Bowman tidak berdegenerasi ketika

luka ataupun hancur.

Pada partial-thickness corneal laceration luka biasanya akan

menutup sendiri. Terapi yang dibutuhkan berupa antibiotik topikal dan

siklopegik topikal untuk mengurangi spasme siliar sehingga nyeri

berkurang. Dapat juga digunakan lensa kontak sebagai pelindung luka.

Pada simple full-thickness lacerations, tatalaksana dilakukan

berdasarkan ukuran luka, kebocoran luka, dan keterlibatan organ okular

lain. Jika ukuran kecil (<2mm), maka luka bisa menutup sendiri dengan

baik. Terapi yang diberikan ssama seperti pada laserasi partial-thickness,

yaitu antibiotik, siklopegik dan lensa kontak perban. Jika COA tidak

bertambah dalam atau kebocoran luka tidak menutup dalam 48 jam, maka

dilakukan penutupan luka dengan jahitan atau lem jaringan

(cyanoacrylate).

Pasien dengan ukuran luka lebih dari 3 mm, terdapat lepasnya

jaringan korneal, laserasi yang sampai ke iris atau kornea harus di

tatalaksana bedah. Intervensi pada trauma tembus bola mata idealnya

dilakukan secepat mungkin, meskipun dari berbagai penelitian menyatakan

bahwa tidak ada kerugian yang ditimbulkan jika operasi ditunda hingga 36

jam.

Laserasi kornea dapat menyebabkan tissue loss pada mata. Defek

yang sangat kecil dapat ditutup dengan cara dijahit atau menggunakan lem

jaringan cyanoacrylate. Untuk defek yang lebih besar membutuh terapi

autograf. Jika ukuran defek <5 mm dapat dilakukan autograf lamelar.

Defek yang lebih besar dari itu dapat diberikan graf full-thickness patch.

Kedua teknik ini membutuhkan donor kornea.

Page 19: Refleksi Kasus Syarifa 3 (Ruptur Kornea)

19

Laserasi pada kornea juga bisa menyebabkan terjadinya prolaps

uvea. Jika luka di kornea itu disertai prolaps iris, iris yang keluar harus

dipotong dan sisanya di repossisi, Jika jaringan uvea prolaps lebih dari 24

jam jangan direposisi karena beresiko terjadi infeksi atau epithelial

seeding ke COA. Prolap jaringan uveal yang lama atau prolap jaringan

yang sudah tidak vial lagi harus dieksisi.

Kalau luka telah berlangsung beberapa jam, sebaiknya bilik mata

depan dibilas terlebih dahulu dengan larutan penisilin 10.000 U/cc,

sebelum kornea dijahit. Sesudah selesai seluruhnya, berikan antibiotika

dengan spektrum luas dan sistemik, juga subkonjungtiva

Untuk terapi konservatif dapat diberikan Antibiotik agar tidak terjadi

endoftalmitis postraumatika. Sebaiknya diberikan antibiotika spektrum

luas untuk Gram positif dan Gram negatif. Obat yang dapat digunakan

adalah Vankomisin intravitreal 1 mg atau intravena 1 gram tiap 12 jam,

Ofloksasin 1 tetes 4 kali sehari, atau Seftazidim 250 mg-2 g IV/IM tiap 8-

12 jam atau 2,25 mg intravitreal.

2.2.6. Komplikasi

Komplikasi sebelum penatalaksanaan, dapat berupa :

1. Terdapatnya benda asing intraokuler bisa memperberat keadaan

menjadi endoftalmitis, panoftalmitis, ablasio retina, perdarahan

intraocular,dan ptisis bulbi

2. Katarak traumatika. Lensa menjadi putih segera setelah masuk benda

asing karena lubang pada kapsul lensa menyebabkan aquous humour 

dan kadang-kadang viterus masuk ke dalam struktur lensa.

Komplikasi setelah penatalaksanaan, dapat berupa :

1. Jaringan sikatrik pada kornea

2. Glaukoma sekunder karena sinekia anterior, atau inflamasi yang

diinduksi oleh lensa

3. Pembentukan membran pada pupil

4. Kerusakan epitel okular permanen, timbul ulserasi stromal steril.

Page 20: Refleksi Kasus Syarifa 3 (Ruptur Kornea)

20

5. Downgrowth epitelial

Epitelium bisa tumbuh melewati luka dan terus ke bagian belakang

kornea. Lebih jarang ditemukan sekarang karena adanya teknologi

mikrosurgeri. Walaupun ditemukan, pengobatan yang efektif adalah

sukar. Downgrowth tersebut harus dieksisi dan kawasan sekeliling

downgrowth tersebut dikrioterapi.

6. Astigmatisme

Komplikasi yang sangat sering setelah luka kornea walau sekecil

manapun luka tersebut. Pertama, ini karena jaringan korneal lebih

berkompresi daripada elastis. Karena sifat tidak elastisnya, sutura yang

diikat keras bisa mendistorsi bentuk kornea dan mengakibatkan

astigmatisme. Keduanya, fibrosis pada penyembuhan luka adalah

sangat bervariasi.

2.2.7. Prognosis

Pada trauma kornea sederhana yang tidak melibatkan struktur

okular lain atau tissue loss, memperlihatkan hasil yang baik. Laserasi

kornea kompleks, yang melibatkan struktur okular lain seperti uvea atau

vitreu ataupun adanya tissue loss, tidak hanya sulit pada

penatalaksanaannya, tetapi lebih sulit lagi untuk memperbaiki komplikasi

yang ditimbulkan setelah penanganan. Semakin tinggi derajat komplikasi

makin buruk prognosis visualnya.

Page 21: Refleksi Kasus Syarifa 3 (Ruptur Kornea)

21

DAFTAR PUSTAKA

1. Bruce, Chris, dan Anthony. 2006. Lecture Notes : Oftalmologi. Edisi 9.

Jakarta :Penerbit Erlangga.

2. Mansjoer, Arif, Kuspuji Triyanti et al. 2005.Kapita Selekta Kedokteran

edisi ketiga.Jakarta: Media Aesculapius

3. Sidarta, Ilyas. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Cet. 5. Jakarta : Balai

Penerbit FKUI ;

4. Wijana,Nana S,Ilmu Penyakit Mata. Cetakan ke VI 1993

5. Prihatno AS. Cedera Mata. 2007 (Diakses dari website

www.medicastore.com, padatanggal 8 Desember 2010)