refleks mata

3
REFLEK MATA Apabila mata melihat obyek yang dekat, maka akan terjadi tiga reaksi: akomodasi, konvergensi, dan konstriksi pupil, yang membawa bayangan tajam ke fokus di titik retina yang sesuai. Walaupun ketiga komponen berhubungan erat, refleks dekat tidak dapat dianggap sebagai suatu reflek murni, karena masing-masing komponen dapat dinetralisir sementara meninggalkan kedua komponen lainnya yang utuh, oleh prisma (konvergensi netralisasi), oleh lensa (akomodasi netralisasi), dan oleh obat midriatikum lemah (miosis netralisasi). Hal ini bahkan dapat terjadi pada orang buta yang diperintahkan untuk melihat hidungnya sendiri. Kerja bilateral yang berlebih refleks dekat adalah spasme akomodatif (Snell, 2006). Apabila suatu sinar dipancarkan ke salah satu mata, normalnya pupil kedua mata akan berkonstriksi. Konstriksi pupil akibat terkena sinar langsung disebut refleks cahaya langsung. Sedangkan berkontriksinya pupil kontralateral walaupun tidak ada sinar yang mengenai mata itu disebut refleks cahaya konsensual (Budiman, 2003). Otot polos yang mengecilkan pupil (pupilokonstrikor) disarafi oleh serabut parasimpatis dari nervus III. Sedangkan otot yang melebarkan pupil (pupilodilator) disarafi oleh serabut simpatis (torakolumbal) (Lumbantobing, 2008). Jalur untuk reflek cahaya seluruhnya terletak di subkorteks. Serat pupil aferen termasuk ke dalam serat optikus dan jalur

description

fisiologi refleks mata

Transcript of refleks mata

Page 1: refleks mata

REFLEK MATA

Apabila mata melihat obyek yang dekat, maka akan terjadi tiga reaksi: akomodasi, konvergensi,

dan konstriksi pupil, yang membawa bayangan tajam ke fokus di titik retina yang sesuai.

Walaupun ketiga komponen berhubungan erat, refleks dekat tidak dapat dianggap sebagai suatu

reflek murni, karena masing-masing komponen dapat dinetralisir sementara meninggalkan kedua

komponen lainnya yang utuh, oleh prisma (konvergensi netralisasi), oleh lensa (akomodasi

netralisasi), dan oleh obat midriatikum lemah (miosis netralisasi). Hal ini bahkan dapat terjadi

pada orang buta yang diperintahkan untuk melihat hidungnya sendiri. Kerja bilateral yang

berlebih refleks dekat adalah spasme akomodatif (Snell, 2006).

Apabila suatu sinar dipancarkan ke salah satu mata, normalnya pupil kedua mata

akan berkonstriksi. Konstriksi pupil akibat terkena sinar langsung disebut refleks cahaya

langsung. Sedangkan berkontriksinya pupil kontralateral walaupun tidak ada sinar yang

mengenai mata itu disebut refleks cahaya konsensual (Budiman, 2003). Otot polos yang

mengecilkan pupil (pupilokonstrikor) disarafi oleh serabut parasimpatis dari nervus III.

Sedangkan otot yang melebarkan pupil (pupilodilator) disarafi oleh serabut simpatis

(torakolumbal) (Lumbantobing, 2008).

Jalur untuk reflek cahaya seluruhnya terletak di subkorteks. Serat pupil aferen termasuk ke dalam

serat optikus dan jalur pengelihatan sampai serat tersebut keluar traktus optikus tepat sebelum

nukleus genikulatum lateralis. Serat tersebut masuk ke otak tengah melalui brakium kolikulus

superior dan bersinaps di nukleus pararektal. Masing-masing Nukleus prerektal melakukan

dekusasi neuron-neuron dorsal terhadap akuaduktus serebrum ke nukleus Edinger-Westphal

ipsilateral dan kontralateral melalui komissura posterior dan substansia grisea periakuaduktus.

Kemudian terjadi sinaps di nukleus Edinger-Westphal saraf okulomotorius. Jalur eferen adalah

melalui saraf ketiga ganglion siliaris di orbita lateralis. Serat-serat pascaganglion berjalan

melalui saraf siliaris pendek untuk mempersarafi otot sfingter iris (Snell, 2006).

BUTA WARNA

Page 2: refleks mata

Tes buta warna adalah suatu tes yang digunakan untuk mengetahui apakah seseorang mengalami

buta warna atau tidak. Hasil dari tes buta warna ada 3 macam yaitu buta warna total,buta warna

sebagian (parsial) dan normal. Hasil tes buta warna sangat penting terutama untuk melanjutkan

pendidikan dan bekerja di bidang-bidang tertentu seperti Kedokteran, Teknik Elektro, Teknik

Informatika, desain dan lain-lain. Salah satu metode tes buta warna yaitu metode Ishihara.

Metode ini dilakukan dengan cara memperlihatkan gambar-gambar berisikan berbagai warna.

Diantara warna-warna itu terbentuk angka-angka. Proses tes buta warna dengan metode ishihara

ini umumnya dilakukan secara manual, yaitu dengan memperlihatkan lembar-lembar gambar

oleh seorang petugas tes buta warna dan peserta tes diminta menyebuatkan angka-angka yang

terlihat pada gambar. Dari beberapa gambar yang diperlihatkan dan jawaban yang diberikan oleh

peserta tes butawarna, maka petugas akan menyimpulkan apakah peserta tes mengalami buta

warna total, parsial atau normal(Gunawan, 2010).

Budiman, G. 2003. Reflek Cahaya Langsung, Refleks Cahaya Konsensual, dan Refleks

Akomodasi. Dalam : Jaras-jaras Neuroanatomi (Sebuah Buku Mewarnai Dengan Penjelasan

Yang Ringkas). Jakarta : CV. Sagung Seto. hal. 55

Gunawan, Geri. 2010. Tes Buta Warna. Available from URL:

http://research.mercubuana.ac.id/proceeding/Jurnal%20Aplikasi%20Test%20Buta

%20Warna.pdf diakses pada tanggal 29 Maret 2012.

Lumbantobing, SM. Saraf otak. Dalam : Neurologi Klinik : Pemeriksaan Fisik dan Mental.

Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2008; hal. 42-3

Snell, RS. 2006. Nuklei Saraf Kranial serta hubungan-Hubungan Sentral dan Distribusinya.

Dalam : Neuroanatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran, Ed. 5. Jakarta : EGC.