REFERENSI MAKALAH TRIRATNA.docx

41
BAB 1 PENDAHULUAN Tiratana secara keseluruhan adalah Tiga Permata (Tiga Mustika) yang nilainya tidak bisa diukur; karena merupakan sesuatu yang agung, luhur, mulia, yang perlu sekali dimengerti (dipahami) dan diyakini oleh umat Buddha. Perlindungan kepada Tiratana bukanlah seperti mendapatkan perlindungan dari perisai atau benteng yang dibangun di luar diri kita. Maksud perlindungan di sini adalah bahwa Tiratana yang terdiri dari Buddha, Dhamma, dan Sangha yang bersifat simbolis. Tindakan pertama ke arah keselamatan dan kebebasan ialah dengan “berlindung” secara benar, yaitu suatu tindakan sadar daripada keyakinan, pengertian dan pengabdian. Berlindung kepada Buddha bukan berarti pasrah dan bergantung pada sosok Buddha, tapi dengan melihat dan meniru sifat-sifat positif yang dimiliki oleh Sang Buddha dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya saja kesabaran, cinta kasih, kebijaksanaan, dsb. Berlindung kepada Dhamma bukan hanya sekedar bawa atau baca paritta bisa selamat, melainkan dengan menjalankan hidup sesuai dengan Dhamma yang telah diajarkan 1

Transcript of REFERENSI MAKALAH TRIRATNA.docx

Page 1: REFERENSI MAKALAH TRIRATNA.docx

BAB 1

PENDAHULUAN

Tiratana secara keseluruhan adalah Tiga Permata (Tiga Mustika) yang nilainya tidak

bisa diukur; karena merupakan sesuatu yang agung, luhur, mulia, yang perlu sekali

dimengerti (dipahami) dan diyakini oleh umat Buddha. Perlindungan kepada Tiratana

bukanlah seperti mendapatkan perlindungan dari perisai atau benteng yang dibangun di luar

diri kita. Maksud perlindungan di sini adalah bahwa Tiratana yang terdiri dari Buddha,

Dhamma, dan Sangha yang bersifat simbolis. Tindakan pertama ke arah keselamatan dan

kebebasan ialah dengan “berlindung” secara benar, yaitu suatu tindakan sadar daripada

keyakinan, pengertian dan pengabdian.

Berlindung kepada Buddha bukan berarti pasrah dan bergantung pada sosok Buddha,

tapi dengan melihat dan meniru sifat-sifat positif yang dimiliki oleh Sang Buddha dalam

kehidupan sehari-hari. Misalnya saja kesabaran, cinta kasih, kebijaksanaan, dsb. Berlindung

kepada Dhamma bukan hanya sekedar bawa atau baca paritta bisa selamat, melainkan dengan

menjalankan hidup sesuai dengan Dhamma yang telah diajarkan oleh Sang Buddha. Misalnya

saja, berkumpul dengan orang bijaksana dan menjauhi pergaulan dengan orang yang tidak

bijaksana, jauhi kejahatan (sila), tambah kebajikan (dana), dsb. Berlindung pada Sangha

bukan berarti jika kita ada masalah meminta tolong kepada bhiksu atau bhiksuni dan

memohon pada arahat, tapi dengan meneladani kehidupan para Arahanta seperti yang dimuat

dalam Sanghanussati. Arahanta adalah siswa Sang Bhagava yang telah bertindak baik, lurus,

benar dan patut.

Oleh karena itu, seseorang yang melaksanakan ketiga perlindungan di atas, tentu saja

akan mendapatkan kebahagiaan dalam kehidupan ini maupun yang akan datang, bahkan

sangat mungkin mencapai kesucian dalam kehidupan ini pula. Jadi, perlindungan kepada

1

Page 2: REFERENSI MAKALAH TRIRATNA.docx

Tiratana bukanlah di luar diri kita, melainkan ada dalam perbuatan kita setiap saatnya. Tidak

hanya dengan membaca doa atau paritta dan pergi ke vihara.

2

Page 3: REFERENSI MAKALAH TRIRATNA.docx

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Tiratana

Tiga Permata, juga disebut Tiga Treasures, Triple Siemese,

atau tiga perlindungan. Kata Tiratana terdiri dari kata Ti, yang

artinya tiga dan Ratana, yang artinya permata/ mustika; yang

maknanya sangat berharga. Jadi, arti Tiratana secara keseluruhan adalah Tiga Permata

(Tiga Mustika) yang nilainya tidak bisa diukur, karena merupakan sesuatu yang agung,

luhur, mulia, yang perlu sekali dimengerti (dipahami) dan diyakini oleh umat Buddha.

Pali: Pali Tiratana, tisarana

Sanskrit: Sanskerta त्रि�रत्न ( triratna ), रत्न�य ( ratna-traya )

Thai: Thailand ไตรร�ตน์� (trairat) , ร�ตน์ตร�ย (rattanatrai)

Lao: Lao ໄຕແກ້�ວ (tài kɛ̂3ːu) / ໄຕລັ�ດ (tài lāt)

Sinhalese: Sinhala තෙ�රු�වන් (teruwan)

Burnese: Burma (Burma pengucapan: [jadanà θóuɴ ba] )

Chinese: Cina 三宝 , 三寶 (sānbǎo)

Vietnamese: Vietnam Tam bảo

Khmer: Khmer ព្�រតនត�យ (Preah Ratanak-trey)

Korean: Korea 삼보 (sambo)

Japanese: Jepang 三宝 (sambō, sampō)

Mongolian: Mongolia ɣ urban erdeni ɣ perkotaan erdeni

Tibetan: Tibet དཀོ� ན་མཆོ� ག་གསུམ , དཀོ� ན་མཆོ� ག་གསུམ ,

(dkon mchog gsum)

3

Page 4: REFERENSI MAKALAH TRIRATNA.docx

English: Bahasa Inggris Three Jewels, Three Refuges, Three Treasures,

Triple Gem/ Tiga Permata, tiga perlindungan,

Marathi: Marathi त्रि�शरण (trisharan)

B. Isi Tiratana

Sesuai dengan arti katanya, yaitu Tiga Mustika atau Tiga Permata, maka isi Tiratana

memang terdiri dari 3 permata atau tiga ratana, yaitu: Buddha Ratana; Dhamma Ratana;

dan Sangha Ratana. Rumusannya berbunyi:

Buddham saranam gacchâmi - Aku berlindung kepada Buddha

Dhammam saranam gacchâmi - Aku berlindung kepada Dhamma

Sangham saranam gacchâmi - Aku berlindung kepada Sangha

Versi Kamboja:

1. សូ�ម ថ្វា� យបង្គំ��ព្� សូម��ទ្ធ� ប�សើសូ�រប�ផុ�ត ក្នុ��ង្គំ សើ�កា ជា គ្� នៃន មន�សូ� ន�ង្គំ សើទ្ធវតា ទ្ធ�ង្គំ"ត�សូ" សើទ្ធសូនា

ប�សើ$ សូត�.

I go for refuge in the Buddha, the Greatest in the world, the Guru of human beings

and Devada, whom was enlightened and teaching to men. Aku pergi untuk berlindung

pada Buddha, yang terbesar di dunia, Guru manusia dan Devada, yang tercerahkan

dan mengajar manusia.

ចង្គំ&�លឲ្យ)សើ*�រផុ+�វក្នុណ្តា- ល មាគ៌ា0 ត�កាលអាចក្នុ�ចាត" ទ្ធ�ក្នុ3ភ័5យចង្គំ�សើអាយខ្ចា7 យបាត" អាចកាត"

សូង្គំ9រទ្ធ�ក្នុ3បាន។ ចង្គំ&�ល ឱ្យ) សើ*�រផុ+�វ ក្នុណ្តា- ល មាគ៌ា0 ត�កាល អាច ក្នុ�ចាត" ទ្ធ�ក្នុ3ភ័5យ ចង្គំ� សើអាយ ខ្ចា7 យ

បាត" អាច កាត" សូង្គំ9រ ទ្ធ�ក្នុ3 បាន.

4

Page 5: REFERENSI MAKALAH TRIRATNA.docx

Membimbing ke jalan benar, cara yang dapat menghilangkan semua penderitaan.

២.សាសូនាព្�អង្គំ�សើ?សូព្�ថ្� សូត�មានន�សូ�5យព្�ប�រាណ ប�ង្គំសើរCនប�ង្គំសា- ប"សើចDចា�បាន កាន"តាមល�អាន

បានក្នុ-�សូ�ខ។ 2. សាសូនា ព្�អង្គំ� សើ? សូព្�ថ្� សូត� មានន�សូ�5យ ព្�ប�រាណ ប�ង្គំ សើរCន ប�ង្គំ សា- ប" សើចDចា�

បាន កាន" តាម ល� អាន បាន ក្នុ-�សូ�ខ.

Ajaran-Nya saat ini, manusia dengan takdir dari masa lalu mencoba untuk belajar dan

mendengarkan, dan praktek untuk kebahagiaan.

ឥតមានសូ�ខណ្តាសើសូG�ក្នុ-�សូHប" បញ្ច7ប"ត�មសូ�ខឃ្លា+ តចាក្នុទ្ធ�ក្នុ3 តា�ង្គំព្�សើ�ក្នុសើនDតសើKម�ខ ក្នុ-�សូ�ខនLង្គំមានព្�

ធម0សូHប"។ ឥតមាន សូ�ខ ណ្តា សើសូG� ក្នុ-� សូHប" បញ្ច7ប" ត�ម សូ�ខ ឃ្លា+ តចាក្នុ ទ្ធ�ក្នុ3 តា�ង្គំព្� សើ�ក្នុ សើនD

តសើKម�ខ ក្នុ-�សូ�ខ នLង្គំ មាន ព្� ធម0 សូHប".

Tidak ada kebahagiaan seperti yang asli sebagai salah satu yang bebas dari

penderitaan, dari dunia ini sekarang, kebahagiaan berlaku karena Dharma.

៣.ខO��សូ�មបង្គំ��សើP� Dព្�ធម0 ព្�សូង្គំQបវរទាំ�ង្គំសូព្�គ្�ប" រ Sមជាត�រ 5ត�គ្Sរសើគ៌ារព្ ជាម+ប"ត�ជាក្នុ"នៃនសើ�កា 3. ខO��សូ�ម

បង្គំ�� សើP� D ព្�ធម0 ព្�សូង្គំQ បវរ ទាំ�ង្គំ សូព្�គ្�ប" រ Sម ជា ត� រ 5ត� គ្Sរ សើគ៌ារព្ ជា ម+ប" ត�ជាក្នុ" នៃន សើ�កា

Aku pergi untuk berlindung pada Dharma dan Sangha, semua digabungkan sebagai

Tiga Permata, naungan dingin dunia.

ព្�រ �បព្�ធាត�នៃនព្�ព្�ទ្ធ� វ Uសូ�ទ្ធ�តាង្គំអង្គំ�ព្�សាសា- សូ�មគ្�ណត�រត5�ជួSយសើខមរា ឲ្យ)បានសូ�ខ្ចាតសើរCង្គំសើK ៕ ព្� រ �ប

ព្�ធាត� នៃន ព្�ព្�ទ្ធ� វ Uសូ�ទ្ធ� តាង្គំ អង្គំ� ព្� សា សា- សូ�ម គ្�ណ ត� រ ត5 ្ន� ជួSយ សើខមរា ឱ្យ) បាន សូ�ខ្ចា

តសើរCង្គំសើK.

Semoga Tiga Permata menjadi panduan Kamboja (dan rakyatnya) menuju

kebahagiaan selamanya

.

5

Page 6: REFERENSI MAKALAH TRIRATNA.docx

Versi Cina, Korea, Jepang

自 皈依 佛, 当 愿 众生, 体 解 大道, 发 无上 心.

Aku berlindung pada Buddha, berharap semua makhluk hidup untuk memahami Jalan

terbaik dan membuat tekad terbesar.

自皈依法,當願眾生,深入經藏,智慧如海。自 皈依 法, 当 愿 众生, 深入 经

藏, 智 慧如海.

Aku berlindung pada Dharma, berharap semua makhluk hidup untuk menggali dalam

Sutra Pitaka, menyebabkan kebijaksanaan mereka seluas laut.

自皈依僧,當願眾生,統理大眾,一切無礙。自 皈依 僧, 当 愿 众生, 统 理 大

众, 一切 无碍.

Aku berlindung pada Sangha, berharap semua makhluk hidup untuk memimpin

jemaat dalam harmoni, sepenuhnya tanpa halangan.

Versi Buddhisme Tibet

Sang-Gye cho-dang tsog-Kyi cho-nam-la

Aku berlindung pada Buddha, Dharma, dan Sangha

諸佛正法眾中尊诸佛 正法 众 中 尊

Jang-chub bar-du dag-ni kyab-su-chi Jang Chub bar-du dag-ni-su kyab-chi

Sampai aku mencapai pencerahan.

直至菩提我歸依直至 菩提 我 归依

6

Page 7: REFERENSI MAKALAH TRIRATNA.docx

Dag-gi jin-sog gyi-pe so-nam-kyi Dag-gi jin-SOG Gyi-pe-nam-sehingga Kyi

Dengan prestasi yang telah saya kumpulkan dari melatih kedermawanan dan

kesempurnaan yang lainnya

我以所行施等善我 以 所 行 施 等 善

Dro-la pan-chir sang-gye drub-par-shog Dro-la pan-Chir bernyanyi-Gye mengalahkan

par-shog

Mungkin saya mencapai pencerahan, untuk kepentingan semua migrator.

為利眾生願成佛为利 众生 愿 成佛

C. Asal

Rumusan Tiratana ini disabdakan oleh Sang Buddha sendiri (bukan oleh para

siswaNya atau mahluk lain) pada suatu ketika di Taman Rusa Isipatana dekat Benares,

pada enam puluh orang arahat siswa Beliau, ketika mereka akan berangkat menyebarkan

Dhamma demi kesejahteraan dan kebahagiaan umat menusia. Sang Buddha bersabda :

"Para bhikkhu, ia (yang akan ditahbiskan menjadi sâmanera dan bhikkhu) hendaklah:

setelah mencukur kepala dan mengenakan jubah kuning . . . bersujud di kaki para

bhikkhu, lalu duduk bertumpu lutut dan merangkapkan kedua tangan di depan dada, dan

berkata: "Aku berlindung kepada Buddha", "Aku berlindung kepada Dhamma", "Aku

berlindung kaprda Sangha" (Vinaya Pitaka I, 22).

Sang Buddha menetapkan rumusan tersebut bukan hanya bagi mereka yang akan

ditahbiskan menjadi samanera dan bhikkhu, tetapi juga bagi umat awam. Setiap orang

yang memeluk agama Buddha, baik ia seorang awam ataupun seorang bhikkhu,

menyatakan keyakinannya dengan kata-kata rumusan Tisarana tersebut. Nampaklah

betapa luhurnya kedudukan Buddha, Dhamma dan Sangha. Bagi umat Buddha

7

Page 8: REFERENSI MAKALAH TRIRATNA.docx

'berlindung kepada Tiratana' merupakan ungkapan keyakinan, sama seperti 'syahadat' bagi

umat Islam dan 'credo' bagi umat Kristen.

D. Lambang Triratna

Terdiri dari:

c Sebuah teratai bunga dalam lingkaran.

Teratai (Sansekerta dan Tibet padma) adalah salah

satu dari Delapan Simbol Kejayaan dan salah satu

representasi paling pedih dari ajaran Buddha. Meskipun

ada tanaman air lain yang mekar di atas air, hanya teratai

yang karena kekuatan batangnya, teratur naik delapan sampai dua belas inci di atas

permukaan. Dalam beberapa gambar Buddha berdiri, masing-masing kaki berpijak

pada teratai terpisah. Warna teratai memiliki pengaruh penting pada simbologi yang

terkait dengan itu:

Teratai Putih: Ini merupakan keadaan kesempurnaan rohani dan kemurnian jiwa

total (bodhi). Hal ini terkait dengan Tara Putih dan menyatakan sifat yang sempurna,

kualitas yang diperkuat oleh warna tubuhnya.

Lotus merah muda (Skt. padma; Tib pad ma dmar po.): Ini teratai tertinggi,

umumnya dicadangkan untuk dewa tertinggi. Sehingga secara alami hal ini terkait

dengan Buddha Agung sendiri.

Lotus Merah: ini menandakan sifat asli dan kemurnian hati (hrdya). Ini adalah teratai

cinta, kasih sayang, semangat, dan semua kualitas lain dari jantung. Ini adalah bunga

dari Avalokiteshvara, bodhisattva yang welas asih.

8

Page 9: REFERENSI MAKALAH TRIRATNA.docx

Lotus Biru: Ini adalah simbol dari semangat kemenangan atas indra, dan menandakan

kebijaksanaan pengetahuan. Tidak mengherankan, itu adalah bunga yang disukai

Manjushri, bodhisattva yang bijaksana.

c Sebuah berlian batang atau vajra

Vajra diyakini untuk mewakili keteguhan jiwa dan kekuatan rohani.

c Sebuah ananda-chakra

c Sebuah trisula dengan tiga cabang, yang mewakili tiga permata Buddha: Buddha,

Dhamma, dan Sangha.

Para trihsula (juga dieja Trishul atau trisula, bahasa Sansekerta untuk "tombak

tiga") adalah sebuah tombak trisula yang merupakan lambang dewa Siwa. Senjata

melambangkan kekaisaran dan kekuatan yang tak

tertahankan realitas transendental.

Tiga gigi dari trishula mewakili tiga aspek Shiva, yaitu: pencipta, pemelihara, dan

perusak. Serta tiga shaktis (kekuatan), yaitu: kehendak, tindakan, dan kebijaksanaan.

Dewi Durga yang menakutkan juga mengacung-acungkan sebuah trishula di salah

satu dari tujuh tangannya.

Pada representasi dari jejak Buddha , Triratna biasanya juga berada pada roda Dharma.

Simbol triratna juga disebut nandipada, atau "kuku banteng", oleh Hindu .

Sang Buddha adalah orang yang "memutar roda dharma" dan

dengan demikian simbol roda adalah Dharmachakra, atau “roda

hukum”. Gerak roda adalah metafora untuk perubahan spiritual yang

cepat ditimbulkan oleh ajaran Buddha: wacana pertama Buddha di Taman Rusa di Sarnath

dikenal sebagai “balik pertama dari roda dharma”. Wacana selanjutnya di Rajgir dan

9

Page 10: REFERENSI MAKALAH TRIRATNA.docx

Shravasti dikenal sebagai “liku kedua dan ketiga dari roda dharma”. Delapan jari-jari roda

melambangkan Jalan Mulia Berunsur Delapan yang ditetapkan oleh Sang Buddha dalam

ajaran-ajarannya.

Roda juga merupakan siklus tak berujung dari samsara, atau kelahiran kembali, yang

hanya dapat melarikan diri dengan cara ajaran Buddha.

E. Buddha Ratana

Sang Buddha adalah guru suci junjungan kita. Yang telah memberikan ajarannya kepada

umat manusia dan para dewa. Untuk mencapai kebebasan mutlak (Nibbana).

i. Pengertian

Kata Buddha berasal dari kata Budh yang artinya bangun atau sadar. Buddha bukanlah

nama diri seperti nama seseorang, melainkan merupakan sebuah gelar kesucian bagi

mereka yang telah mencapai kesempurnaan. Jadi Buddha itu berarti orang yang telah

sadar / bangun dari kegelapan bathin atau orang yang telah mencapai atau mendapatkan

penerangan sempurna (Bodhi), yang menjadi guru manusia dan para dewa.

Sifat utama seorang Buddha adalah Maha Panna ( bijaksana), Maha Parisuddhi (suci), dan

Maha Karuna (pengasih dan penyayang). Buddha yang menjadi guru kita saat ini adalah

Buddha Sakyamuni,, memiliki sifat utama dalam hal bijaksana; karena itu beliau disebut

juga Sakyamuni, yang artinya suku Sakya yang bijaksana.

Kemampuan seorang Buddha antara lain adalah memilik 6 kekuatan gaib (Abhinna),

yaitu memiliki kekuatan gaib, telinga dewa, penembus hati orang lain, ingatan pada

kelahiran-kelahiran yang masa lalu, mata dewa, dan kemampuan untuk melenyapkan

semua ikatan Abhinna pertama hingga kelima.

10

Page 11: REFERENSI MAKALAH TRIRATNA.docx

Selain itu seorang Buddha memiliki kemampuan untuk menghadapi berbagai sifat

manusia dengan penuh bijaksana. Menguraikan kesalahan mereka yang sedang berada di

jalan kehidupan yang salah dan membimbing mereka mencapai kesucian. Seorang

Buddha juga memiliki kemampuan utnuk membimbing para dewa atau Brahma untuk

menghapuskan kegelapan bahtin mereka, dalam usahannya mencapai kesucian. Selain

manusia dan para Dewa, hewan-hewan juga tunduk dan mengasihi Sang Buddha.

ii. Arti Buddha (dalam Khuddaka Nikaya) adalah:

Dia Sang Penemu (Bujjhita) Kebenaran

Ia yang telah mencapai Pengerangan Sempurna

Ia yang memberikan penerangan (Bodhita) dari generasi ke generasi

Ia yang telah mencapai kesempurnaan melalui 'penembusan', sempurna penglihatannya,

dan mencapai kesempurnaan tanpa bantuan siapapun.

iii. Sembilan Buddhaguna

Di dalam Anguttara Nikaya Tikanipata 20/265, disebutkan tentang sifat-sifat mulia

Sang Buddha, atau disebut Buddhaguna. Ada sembilan Buddhaguna, yaitu:

Araham: manusia suci yang terbebas dari kekotoran batin.

Sammasambuddho: manusia yang mencapai penerangan sempurna dengan

usahanya sendiri.

Vijjacaranasampanno: mempunyai pengetahuan sempurna dan tindakannya juga

sempurna.

Sugato: yang terbahagia.

Lokavidu: mengetahui dengan sempurna keadaan setiap alam.

Anuttaro purisadammasarathi: pembimbing umat manusia yang tiada bandingnya.

Satta devamanussanam: guru para dewa dan manusia.

11

Page 12: REFERENSI MAKALAH TRIRATNA.docx

Buddho: yang sadar.

Bhagava: yang patut dimuliakan (dijunjung).

iv. Macam Buddha

Tingkat kebuddhaan adalah tingkat pencapaian penerangan sempurna. Menurut tingkat

pencapaiannya, Buddha dibedakan menjadi 3 macam, yaitu:

1. Sammasambuddha

Tingkat ke-Buddha-an ini dicapai dengan usaha / kekuatan sendiri tanpa bantuan

makhluk lain, dan dapat mengajarkan Dhamma kepada para dewa dan manusia. Yang

diajar tersebut bisa mencapai tingkat-tingkat kesucian seperti dirinya. Terdiri dari

Pannadhika Buddha ( Sammasambuddha sempurna dalam kebijaksanaan), Saddhadhika

Buddha (Sammasambuddha sempurna dalam keyakinan), Viriyadhika Buddha

(Sammasambuddha sempurna dalam semangat)

2. Pacceka Buddha

Tingkat ke-Buddha-an ini dicapai dengan usaha / kekuatan sendiri, tetapi tidak

menurunkan ajaran / tidak mengajarkan Dhamma kepada para Dewa dan Manusia.

3. Sutta Buddha

Tingkat ke-Buddha-an ini dicapai setelah mendengarkan Dhamma yang langsung

diberikan oleh Sammasambuddha dan melasanakannya.

4. Anu/Savaka Buddha

Tingkat ke-Buddha-an yang dicapai dengan melaksanakan Dhamma / ajaran

Sammasambuddha. Mampu mengajarkan ajaran yang ia peroleh kepada mahluk lain,

dan yang diajar bisa mencapai tingkat-tingkat kesucian seperti dirinya.

v. Prinsip dasar ajaran Buddha

Para Buddha pada dasarnya mempunyai tiga prinsip dasar ajaran, yaitu seperti yang

tercantum di dalam Dhammapada 183 sebagai berikut:

12

Page 13: REFERENSI MAKALAH TRIRATNA.docx

Sabbapapassa akaranam = tidak melakukan segala bentuk kejahatan

Kusalasupasampada = senantiasa mengembangkan kebajikan

Sacittapariyodapanam = membersihkan batin atau pikiran

Etam buddhana sasanam = inilah ajaran para Buddha

Ajaran Sang Buddha memberikan bimbingan kepada kita untuk membebaskan batin

dari kemelekatan kepada hal yang selalu berubah (anicca), yang menimbulkan

ketidakpuasan (dukkha); karena semuanya itu tidak mempunyai inti yang kekal, tanpa

kepemilikan (anatta). Usaha pembebasan ini dilakukan sesuai dengan kemampuan dan

pengertian masing-masing individu.

Jadi, ajaran Buddha bukan merupakan paksaan untuk dilaksanakan. Sang Buddha

hanya penunjuk jalan pembebasan, sedangkan untuk mencapai tujuan itu tergantung

pada upaya masing-masing. Bagi mereka yang tidak ragu-ragu lagi dan dengan

semangat yang teguh melaksanakan petunjuk-Nya itu, pasti akan lebih cepat sampai

dibandingkan dengan mereka yang masih ragu-ragu dan kurang semangat.

vi. Pedoman Buddha

Sang Buddha sebagai penunjuk jalan tidak menjanjikan sesuatu hadiah ataupun

hukuman bagi para pengikutnya, sebab Beliau mengajarkan Dhamma atas dasar cinta

kasih, tanpa pamrih apapun bagi dirinya. Beliau berpedoman kepada 3 dasar

kebijaksanaan yang bebas dari pamrih, yaitu:

Beliau tidak girang atau gembira bilamana ada orang yang mau mengikuti ajarannya.

Beliau tidak akan kecewa atau menyesal bilamana tidak ada orang yang mau mengikuti

ajarannya.

Beliau tidak merasa senang atau kecewa bilamana ada sebagian orang yang mau

mengikuti ajaran-Nya, dan ada sebagian lagi yang tidak mau mengikuti ajaran-Nya.

vii. Lambang Triratna pada telapak kaki Buddha

13

Page 14: REFERENSI MAKALAH TRIRATNA.docx

F. Dhamma Ratana

Dhamma adalah kebenaran mutlak, dan juga merupakan ajaran Buddha. Yang

menunjukkan umat manusia dan para dewa ke jalan yang benar, yaitu yang terbebas dari

kejahatan, dan Membimbing mereka mencapai kebebasan mutlak (Nibbana).

i. Pengertian

Dhamma (bahasa Pali) atau Dharma (bahasa Sansekerta) bila diterjemahkan ke dalam

bahasa Indonesia adalah berarti ajaran, agama. Falsafah, hukum, pandangan hidup, ilmu

jiwa, peraturan-peraturan dan lain lain. Dhamma yang diuraikan dalam ajaran Sang

Buddha bukanlah ciptaan Sang Buddha, tetapi adalah hukum kesunyataan, hukum-

hukum alam yang telah berlaku di alam semesta ini. Buddha adalah seorang yang telah

mencapai Penerangan Sempurna sehingga mampu melihat jalannya hukum-hukum

Kesunyataan ini. Kemudian mengajarkan kepada kita, agar kita dapat menyesuaikan

diri dalam memperoleh kebahagiaan dan ketenangan hidup serta kesucian. Untuk

penyesuaian ini Sang Buddha membuat Sila untuk ditaati umat Buddha.

Jadi, Dhamma adalah ajaran yang telah sempurna dibabarkan oleh Sang Bhagava,

berada di sekeliling / sangat dekat, tidak terkekang oleh waktu, mengundang untuk

dibuktikan, sahih, dan dapat diselami para bijaksana dalam batin masing-masing.

ii. Macam Dhamma

14

Page 15: REFERENSI MAKALAH TRIRATNA.docx

1. Pannati Dhamma: kenyataan yang bukan ada dengan sendirinya, sebutan, konsep

untuk dijadikan panggilan atau keberadaannya karena dibuat / diberikan nama sesuai

dengan keinginan manusia, misalnya: kalung, kuali, dll.

2. Paramattha Dhamma: Kenyataan tertinggi, ada 4, yaitu citta (kesadaran), cetasika

(faktor batin), rupa (materi), dan Nibbana.

a. Sankhata Dhhamma, Yang mempunyai ciri-ciri "Muncul (uppado pannayati),

berubah (thitassa annathattan pannayati), lenyap (vayo pannayati)" atau "Berawal,

berubah dan berakhir".

b. Asankhata Dhamma, Yang mempunyai ciri-ciri "Tidak muncul (na uppado

pannayati), tidak berubah (na thitassa annathattan pannayati), tidak lenyap (na vayo

pannayati)" atau "Tidak berawal, tidak berakhir".

iii. Tiga aspek Dhamma bila ditinjau dari mutu, adalah:

1. Kusala Dhamma = Keadaan baik.

2. Akusala Dhamma = Keadaan yang tidak baik.

3. Abyakata Dhamma = Keadaan yang netral, tidak baik dan tidak jahat.

iv. Tiga aspek Dhamma ditinjau dari pelaksanaan:

1. Pariyatti Dhamma Mempelajari Dhamma secara teori, dalam hal ini, yaitu

mempelajari dengan tekun Kitab Suci Tipitaka (Dhamma-Vinaya). Terdiri atas: Vinaya

pitaka, Sutta Pitaka dan Abhidhamma Pitaka.

2. Patipatti Dhamma Melaksanakan Dhamma dan Vibnaya dalam kehidupan sehari-

hari. Terdiri atas: Sila, Samadhi, Panna.

3. Pativedha Dhamma Penembusan Dhamma, yaitu hasil menganalisa dan

merealisasi kejadian-kejadian hidup melalui meditasi pandangan terang (vipassana)

hingga merealisasi Kebebasan Mutlak (Nibbana). Terdiri atas: Magga, Phala, Nibbana.

v. Enam Dhammaguna

15

Page 16: REFERENSI MAKALAH TRIRATNA.docx

Di dalam Anguttara Nikaya Tikanipata 20/266, disebutkan tentang sifat Dhamma, atau

Dhammaguna. Ada enam Dhammaguna, yaitu:

Svakkhato Bhagavata Dhammo Dhamma: Ajaran Sang Bhagava telah sempurna

dibabarkan.

Sanditthiko: Berada sangat dekat (kesunyataan yang dapat dilihat dan dilaksanakan

dengan kekuatan sendiri).

Akaliko: Tak ada jeda waktu atau tak lapuk oleh waktu

Ehipassiko: Mengundang untuk dibuktikan

Opanayiko: Menuntun ke dalam batin (dapat dipraktikkan)

Paccattam veditabbo vinnuhi: Dapat diselami oleh para bijaksana dalam batin

masing-masing.

Dhamma akan melindungi mereka yang mempraktikkan Dhamma. Praktik Dhamma

akan membawa kebahagiaan. Barang siapa mengikuti Dhamma, maka tidak akan jatuh

ke alam penderitaan.

G. Sangha Ratana

Sangha mengajarkan Dhamma kepada orang lain untuk ikut melaksanakannya sehingga

bisa mencapai kebebasan mutlak (Nibbana).

i. Pengertian

Sangha adalah kumpulan siswa Sang Bhagava yang telah bertindak baik, lurus, patut,

dan benar. Mereka merupakan empat pasang siswa mulia, terdiri dari delapan jenis

siswa mulia. Mereka disebut Ariya Sangha: mahluk-mahluk yang telah mencapai

Sotapatti Maga dan Phala, Sakadagami Magga dan Phala, Anagami Magga dan Phala

dan Arahatta Magga dan Phala sebagai pengawal dan pelindung Dhamma. Itulah

Sangha siswa Sang Bhagava. Patut menerima persembahan yang layak; tempat

16

Page 17: REFERENSI MAKALAH TRIRATNA.docx

bernaung yang layak; penghormatan yang layak, serta merupakan lapangan untuk

menanam jasa yang tiada taranya di dunia. Secara singkat, Sangha adalah persaudaraan

agung para Bhikkhu suci yang telah mencapai tingkat-tingkat kesucian dengan jumlah

minimal 5 (lima) orang Bhikkhu.

ii. Jenis Sangha

1. Sammuti Sangha (Magga-Sangha) = persaudaraan para Bhikkhu biasa, artinya yang

belum mencapai tingkat-tingkat kesucian. Umat Buddha yang melepaskan ikatan

duniawi untuk menjalankan sila-sila tertentu, sebagai suatu usaha untuk

mempercepat tercapainnya kesucian.

2. Ariya Sangha = persaudaraan para Bhikkhu suci, artinya yang telah mencapai

tingkat-tingkat kesucian.

iii. Tugas Sangha

Sangha bertugas untuk memelihara keutuhan Ajaran Sang Buddha, Sangha juga

bertugas untuk menyebarkan Dhamma / Ajaran Sang Buddha. Oleh sebab itu, Sangha

juga dapat disebut sebagai wakil Sang Buddha dari masa ke masa. Setiap orang yang

menjadi Bhikkhu atau Bhikkhuni dengan sendirinya menjadi anggota Sangha.

iv. Di dalam ajaran Agama Buddha, dikenal adanya mahluk suci, yang disebut dengan

istilah Ariya Puggala. Ariya puggala ini ada 4 tingkat, yaitu:

y Sotapanna = orang suci tingkat pertama yang terlahir paling banyak tujuh kali lagi.

y Sakadagami = orang suci tingkat kedua yang akan terlahir sekali lagi (di alam

nafsu).

y Anagami = orang suci tingkat ketiga yang tidak akan terlahir lagi (di alam nafsu).

y Arahat = orang suci tingkat keempat yang terbebas dari kelahiran dan kematian.

v. Untuk dapat mencapai tingkat-tingkat kesucian, maka mereka harus dapat mematahkan

'belenggu' (disebut Samyojana) yang mengikat mahluk pada roda kehidupan. Ada 10

17

Page 18: REFERENSI MAKALAH TRIRATNA.docx

jenis belenggu yang harus dipatahkan bertahap sehubungan dengan pencapaian tingkat-

tingkat kesucian, yaitu:

1. Sakkayaditthi = kepercayaan tentang adanya diri / kepemilikan / atta yang kekal dan

terpisah.

2. Vicikiccha = keraguan terhadap Buddha dan ajarannya.

3. Silabbataparamasa = kepercayaan tahyul, bahwa dengan upacara sembahyang saja,

dapat membebaskan manusia dari penderitaan.

4. Kamachanda / kamaraga = hawa nafsu indera

5. Byapada / patigha = kebencian, dendam, itikad jahat.

6. Ruparaga = keinginan untuk hidup di alam yang bermateri halus.

7. Aruparaga = keinginan untuk hidup di alam tanpa materi.

8. Mana = kesombongan, kecongkakan, ketinggihatian.

9 Uddhacca = kegelisahan, pikiran kacau dan tidak seimbang.

10.Avijja = kegelapan / kebodohan batin.

Mereka yang telah terbebas dari 1 - 3 adalah Sotapanna.

Mereka, yang disamping telah terbebas dari 1 - 3, dan telah dapat mengatasi /

melemahkan no. 4 dan 5, disebut Sakadagami.

Mereka yang telah sepenuhnya bebas dari no. 1 - 5, adalah Anagami.

Mereka yang telah bebas dari kesepuluh belenggu tersebut, disebut mahluk suci tingkat

keempat (Arahat), yang telah merealisasi Nibbana (Kebebasan Mutlak).

vi. Mahluk suci juga dapat ditinjau dari segi Kekotoran batin (kilesa)-nya, yang telah

berhasil mereka basmi. Ada 10 kilesa yang harus dibasmi sehubungan dengan

pencapaian tingkat-tingkat kesucian tersebut, yaitu:

1. Lobha = ketamakan

2. Dosa = kebencian

18

Page 19: REFERENSI MAKALAH TRIRATNA.docx

3. Moha = kebodohan batin

4. Mana = kesombongan

5. Ditthi = kekeliruan pandangan

6. Vicikiccha = keraguan (terhadap hukum kebenaran / Dhamma)

7. Thina-Middha = kemalasan dan kelambanan batin

8. Uddhacca = kegelisahan

9. Ahirika = tidak tahu malu (dalam berbuat jahat)

10.Anottappa = tidak takut (terhadap akibat perbuatan jahat)

Sotapanna, dapat membasmi no. 5 dan 6; Sakadagami, dapat membasmi nomor 5 dan 6

serta melemahkan kilesa yang lainnya; Anagami, dapat membasmi nomor 5, 6 dan 2

serta melemahkan kilesa yang lainnya; Arahatta, dapat membasmi kesepuluh kekotoran

batin tersebut.

vii. Sifat Sangha

Di dalam Anguttara Nikaya, Tikanipata 20/267, disebutkan tentang sifat-sifat mulia

Sangha, yang disebut Sanghaguna. Ada 9 jenis Sanghaguna, yaitu:

Supatipanno: Bertindak / berkelakuan baik.

Ujupatipanno: Bertindak jujur / lurus.

Nayapatipanno: Bertindak benar (berjalan di 'jalan' yang benar, yang mengarah pada

perealisasian Nibbana).

Samicipatipanno: Bertindak patut, penuh tanggung jawab dalam tindakannya.

Ahuneyyo: Patut menerima pemberian / persembahan.

Pahuneyyuo: Patut menerima (diberikan) tempat bernaung.

Dakkhineyyo: Patut menerima persembahan / dana.

Anjalikaraniyo: Patut menerima penghormatan (patut dihormati).

19

Page 20: REFERENSI MAKALAH TRIRATNA.docx

Anuttaram punnakhettam lokassa: Lapangan (tempat) untuk menanam jasa yang

paling luhur, yang tiada bandingnya di alam semesta.

viii. Sangha di Indonesia terdiri atas 3 kelompok, yaitu:

1. Sangha Agung Indonesia

a. Sangha Agung Sangha Theravada Indonesia

b. Sangha Agung Sangha Mahayana Indonesia

c. Sangha Agung Sangha Wanita Indonesia

d. Sangha Agung Sangha Tantrayana Indonesia

2. Sangha Theravada Indonesia

3. Sangha Mahayana Indonesia

Setelah Perwalian Umat Buddha (WALUBI) dibubarkan, maka ketiga Sangha yang ada di

Indonesia membentuk Konfrensi Agung Sangha Indonesia atau yang disebut dengan KASI

yang hingga kini merupakan pemberi fatwa tertinggi umat Buddha di Indonesia.

H. Aspek dalam kata “berlindung”

Trisarana adalah ungkapan keyakinan (saddha) bagi umat Buddha. Saddha yang

diungkapkan dengan kata 'berlindung' itu mempunyai tiga aspek :

1) Aspek kemauan : Seorang umat Buddha berlindung kepada Tiratana dengan penuh

kesadaran, bukan sekedar sebagai kepercayaan teoritis, adat kebiasaan atau tradisi belaka.

Tiratana akan benar-benar menjadi kenyataan bagi seseorang, apabila ia sungguh-

sungguh berusaha mencapainya. Karena adanya unsur kemauan inilah, maka saddha

dalam agama Buddha merupakan suatu tindakan yang aktif dan sadar yang ditujukan

untuk mencapai Pembebasan, dan bukan suatu sikap yang pasif, 'menunggu berkah dari

atas'.

20

Page 21: REFERENSI MAKALAH TRIRATNA.docx

2) Aspek Pengertian : ini mencakup pengertian akan perlunya perlindungan yang

memberi harapan dan menjadi tujuan bagi semua mahluk dalam samsara ini, dan

pengertian akan adanya hakekat dari perlindungan itu sendiri.

Adanya Tiratana sebagai Perlindungan telah diungkapkan sendiri oleh Sang Buddha.

Tetapi hakekat Tiratana sebagai Perlindungan Terakhir hanya dapat dibuktikan oleh

setiap orang dengan mencapainya dalam batinnya sendiri. Dalam diri seseorang,

Perlindungan itu akan timbul dan tumbuh bersama dengan proses untuk mencapainya. "

Dengan daya upaya, kesungguhan hati dan pengendalian diri, hendaklah orang yang

bijaksana membuat untuk dirinya pulau yang tidak akan tenggelam oleh air bah"

(Dhammapada, V : 25).

3) Aspek Perasaan (emosionil) : yang berlandaskan aspek pengertian di atas, dan

mengandung unsur-unsur keyakinan, pengabdian dan cinta kasih. Pengertian akan adanya

Perlindungan memberikan kayakinan yang kokoh dalam diri sendiri, serta menghasilkan

ketenangan dan kekuatan. Pengertian akan perlunya Perlindungan mendorong pengabdian

yang mendalam kepada-Nya; dan pengertian akan hakekat Perlindungan memenuhi batin

dengan cinta kasih kepada Yang Maha Tinggi, yang memberikan semangat, kehangatan

dan kegembiraan.

Ketiga aspek daripada 'berlindung' ini sesuai dengan aspek kemauan, aspek rasionil dan

aspek emosionil dari batin manusia. Oleh karena itu untuk mendapatkan perkembangan

batin yang harmonis, ketiga aspek ini harus dipupuk bersama-sama.

I. Tiratana dalam kehidupan sehari-hari

Kebudayaan Buddhis telah meresap ke dalam setiap aspek kehidupan kita.

Buddhisme merupakan satu agama yang membimbing kita menuju kehidupan yang lebih

baik di alam ini dan selanjutnya. Menjadi tugas kita untuk menyisati, mempelajari,

21

Page 22: REFERENSI MAKALAH TRIRATNA.docx

memahami serta melaksanakan apa yang disediakan untuk kita oleh agama ini. Kita

memerlukan bimbingan agama untuk kehidupan sehari-hari. Kemajuan batin merupakan

aspek terpenting di dalam agama. Untuk mencapai kemajuan batin, kita harus bermula

dengan memupuk asas moral yang kuat supaya kita mempunyai satu dasar yang teguh.

Dengan memahami ajaran Buddha kita akan mendapat inspirasi batin yang diperlukan.

Untuk itulah kita harus berterima-kasih dan memberi penghormatan kepada Buddha,

Ajarannya dan Sanghanya.

Pencapaian kemajuan batin dan penghormatan kepada Tiratana adalah jalan terbaik

yang dapat membimbing kita agar memiliki cara hidup yang benar menuju kedamaian,

kebahagian dan keselamatan mutlak, yang merupakan keinginan setiap Buddhis. Melalui

bimbingan Tiratana kita harus memperkaya kehidupan kita dengan melaksanakan ajaran

murni dan luhur dari pemimpin agama kita untuk hidup secara terhormat, sopan dan

berguna, berbuat kebajikan bila mungkin dan selalu menjauhkan diri dari perbuatan jahat.

Ketika kita sedang dalam berduka, banyak masalah, bingung, takut, maka kita harus

selalu mengingat ajaran Sang Buddha pada saat itu, sehingga dapat muncullah

kebijaksanaan, keyakinan serta ketegaran dalam menghadapi berbagai macam derita. Jadi,

setiap hari kita harus selalu meningkatkan keyakinan kita kepada Sang Triratna sehingga

batin kita tidak mudah tergoyahkan, menjadi lebih tenang, tentram, damai, dan bahagia.

J. Tiratana dalam Perkawinan

Pada hakikatnya, hanya sebagian kecil saja umat Buddha (upasaka/upasika) yang

dapat menyelaraskan diri mengikuti jejak langkah Sang Buddha dengan menempuh

kehidupan Pabbajja (petapa/ samana) dengan menjadi bhikkhu, bhikkhuni, samanera,

samaneri, meici, ayya, sayale, dan lain sebagainya. Sebagian besar umat Buddha,

upasaka/upasika menempuh jalur kehidupan normal sebagai perumah tangga

22

Page 23: REFERENSI MAKALAH TRIRATNA.docx

(gharāvāsa). Sang Buddha menganjurkan dan menunjukkan kepada pasangan suami-

istri yang akan menempuh kehidupan rumah tangga agar mendapat keharmonisan dan

kebahagiaan.

Dalam kehidupan sehari-hari, saddha/keyakinan suami istri yang baik tentu saja

adalah kepada Tiratana (Buddha, Dhamma, dan Saṅgha), sebagai pengejawantahan

Ketuhanan Yang Maha Esa, sehingga kita dapat mengetahui keberadaan Tuhan Yang

Maha Esa dan tentang Dhamma Niyama (Hukum Universal) yang mengatur alam

semesta di jagad raya ini beserta isinya. Untuk memperkuat saddhā/keyakinan pada

Tiratana, pasangan suami istri yang baik harus sering melakukan perenungan tentang

adanya Hukum Kamma. (Majjhima Nikāya, 135)

K. Makna Berlindung kepada Tiratana

1.Aku Berlindung kepada Buddha

Di samping kita berlindung kepada Buddha Gotama yang merupakan Buddha

yang sekarang (Paccupanna-Buddha), kita juga berlindung kepada Buddha-Buddha

yang telah lampau (Atita-Buddha) dan Buddha-Buddha yang akan datang (Anagata-

Buddha).

Aku berlindung kepada Sang Buddha, hingga tercapainya Nibbana.

Kepada para Buddha yang lampau,

Kepada para Buddha yang akan datang,

Kepada para Buddha yang sekarang ini,

Setiap hari aku menyampaikan hormatku,

Aku tidak mencari perlindungan lain,

Sang Buddha Pelindungku yang tiada bandingannya,

Semoga demi kebenaran dalam kata-kata ini,

23

Page 24: REFERENSI MAKALAH TRIRATNA.docx

Kebahagiaan dan kejayaan menjadi bagianku,

Secara hidmat dengan menundukkan kepala,

Pada kaki Yang Maha Suci, aku menghormati Beliau.

2.Aku Berlindung kepada Dhamma

Di samping kita berlindung kepada Dhamma yang sekarang (Paccuppanna-

Dhamma), kita juga berlindung kepada Dhamma yang telah lampau (Atita DhamIria)

dan Dhamma yang akan datang (Anagata-Dhamma).

Aku berlindung kepada Sang Dhamma, hingga tercapai Nibbana.

Kepada Dhamma yang lampau,

Kepada Dhamma yang akan datang,

Kepada Dhamma yang sekarang ini,

Setiap hari aku menyampaikan hormatku.

Aku tidak mencari perlindungan lain,

Sang Dhamma Pelindungku yang tiada bandingannya,

Semoga demi kebenaran dalam kata-kata ini,

Kebahagiaan dan kejayaan menjadi bagianku

Secara hidmat dengan menundukkan kepala,

Aku menghormati Dhamma Tiga Masa yang Agung.

3.Aku Berlindung kepada Sangha

Di samping kita berlindung kepada Sangha yang sekarang (Paccuppanna-

Sangha), kita juga berlindung kepada Sangha yang telah lampau (Atita-Sangha) dan

Sangha yang akan datang (Anagata-Sangha).

Aku berlindung kepada Sang Sangha, hingga tercapai Nibbana.

Kepada Sangha yang lampau,

Kepada Sangha yang akan datang,

24

Page 25: REFERENSI MAKALAH TRIRATNA.docx

Kepada Sangha yang sekarang ini,

Setiap hari aku menyampaikan hormatku.

Aku tidak mencari perlindungan lain,

Sang Sangha Pelindungku yang tiada bandingannya,

Semoga demi kebenaran dalam kata-kata ini,

Kebahagiaan dan kejayaan menjadi bagianku.

Secara hidmat dengan menundukkan kepala,

Aku menghormati Sangha Tiga Masa yang Agung.

“BERLINDUNG KEPADA SANGHA” adalah dimaksudkan kita berlindung

kepada Ariya-Sangha (Persaudaraan Bhikkhu Suci) dan kita tidak berlindung kepada

SammutiSangha (Persaudaraan Bhikkhu Biasa), hanya menghormati para beliau karena

mengemban Amanat Sang Buddha Gotama sebagai Pelindung dan Penyebar Dhamma.

25

Page 26: REFERENSI MAKALAH TRIRATNA.docx

BAB III

KESIMPULAN

Buddha, Dhamma dan Sangha dalam aspeknya sebagai Perlindungan mempunyai sifat

mengatasi keduniaan (lokuttara). Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa Buddha, Dhamma dan

Sangha merupakan manifestasi daripada Yang Mutlak, Yang Esa, yang menjadi tujuan

terakhir semua makhluk. Buddha, Dhamma dan Sangha sebagai Tiratana adalah bentuk

kesucian tertinggi yang dapat ditangkap oleh pikiran manusia biasa, dan oleh karena itu

diajarkan sebagai Perlindungan yang Tertinggi oleh Sang Buddha.

Tiratana adalah perlindungan sejati. Jadi, untuk mendapatkan perlindungan sejati

bukan hanya bertekad dan melakukan ritual penghormatan tetapi dengan mempraktikkan

ajaran-ajaran yang telah disampaikan oleh Sang Buddha.

26

Page 27: REFERENSI MAKALAH TRIRATNA.docx

DAFTAR PUSTAKA

Dhammananda, K. Sri. Religion in a multi Religious Society. 1988. Malaysia: Buddhist Missionary Society.

Dhammananda, K. Sri. Amalan Harian Seorang Buddhis. Kelantan: Persatuan Buddha Wakaf Baru.

http://www.indoforum.org

http://www.religionfacts.com

http://khemakalyani.blogspot.com

http://buddhaschool _ blogspot.com

http://www.buddhistonline.com

http://www.dhammacakka.org

27