Referat TB Rongga Mulut
-
Upload
fitrianugraha -
Category
Documents
-
view
416 -
download
43
description
Transcript of Referat TB Rongga Mulut
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tuberculosis (TB) merupakan masalah kesehatan utama yang disebabkan oleh infeksi
dan penularan organisme dari Mycobacterium tubeculosis. Penyakit ini menyebar dengan cara
inhalasi dari droplet yang terinfeksi dan biasanya menunjukkan jangka waktu yang
berkepanjangan. Penyakit TB telah menginfeksi 1/3 penduduk dunia, dan sekitar 8 juta
penduduk dunia diserang TB dengan kematian 3 juta orang per tahun (WHO, 2000). Di
Indonesia tuberkulosis adalah pembunuh nomor satu diantara penyakit menular dan
merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit jantung danpenyakit pernapasan
akut pada seluruh kalangan usia. Di Indonesia tuberkulosis adalah pembunuh nomor satu
diantara penyakit menular dan merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit
jantung danpenyakit pernapasan akut pada seluruh kalangan usia.
Penyebab utama tuberkulosis pada manusia adalah Mycobacterium tuberculosis,
bakteri berbentuk batang yang bersifat tahan asam, non-motil dan obligat aerob. Karena
bersifat aerob, Mycobacterium tuberculosis dapat hidup dengan baik pada keadaan dengan
tekanan oksigen tinggi. Oleh karena itu, bakteri ini pada umumnya menginfeksi paru-paru.
Tuberculosis juga merupakan suatu penyakit infeksi granulomatous yang dapat
mengenai beberapa bagian tubuh termasuk rongga mulut. Penderita TB dapat menunjukkan
gejala klinis di rongga mulut, walaupun sangat jarang dan pada umumnya merupakan
manifestasi sekunder dari TB paru.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi TB rongga mulut ?
2. Apa etiologi TB rongga mulut ?
3. Apa faktor predesposisi TB rongga mulut ?
4. Bagaimana patogenesa TB rongga mulut ?
5. Bagaimana gambaran klinis TB rongga mulut ?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang TB rongga mulut ?
7. Bagaimana penegakan diagnosis TB rongga mulut ?
8. Apa diagnosa banding TB rongga mulut ?
9. Bagaimana penatalaksanaan TB rongga mulut ?
1
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi TB rongga mulut
2. Untuk mengetahui etiologi TB rongga mulut
3. Untuk mengetahui faktor predesposisi TB rongga mulut
4. Untuk mengetahui patogenesa TB rongga mulut
5. Untuk mengetahui gambaran klinis TB rongga mulut
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang TB rongga mulut
7. Untuk mengetahui penegakan diagnosis TB rongga mulut
8. Untuk diagnosa banding TB rongga mulut
9. Untuk mengetahui penatalaksanaan TB rongga mulut
1.4 Manfaat
1. Menambah wawasan mengenai ilmu kedokteran pada umumnya, dan ilmu gigi dan
mulut pada khususnya
2. Sebagai proses pembelajaran bagi dokter muda yang sedang mengikuti kepaniteraan
klinik bagian ilmu gigi dan mulut
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi TB Rongga Mulut
Tuberkulosis rongga mulut (oral tuberculosis) dapat primer, tetapi umumnya
merupakan manifestasi sekunder tuberkulosis paru, (Eng, et al., 1996, cit Von Arx, Husain,
2001).
Lesi TB pada rongga mulut sebenarnya jarang ditemukan, namun dapat terjadi lesi
primer maupun lesi sekunder. TB oral sekunder terlihat pada sekitar 0,05%-1,5% kasus dan
biasanya terjadi pada orang dewasa. TB di rongga mulut paling sering adalah fase sekunder
dari TB paru dengan lokasi yang paling sering terkena adalah lidah, lokasi lainnya termasuk
bibir, pipi, palatum lunak, uvula, gingiva, dan mukosa alveolar (Husain, 2001).
2.2 Etiologi TB Rongga Mulut
Penyebab utama tuberkulosis pada manusia adalah Mycobacterium tuberculosis,
bakteri berbentuk batang yang bersifat tahan asam, non-motil dan obligat aerob.
Gambar 1. Bakteri Mycobacterium tuberculosis
Penyebaran lesi TB yang juga dapat terjadi secara langsung pada rongga mulut oleh lesi TB lain yang berdekatan seperti faring kemungkinan dapat menjadi sumber tuberculosis oral sekunder. Penyebab hematogenous sendiri karena adanya penumpukan basil TB di submukosa yang selanjutnya berproliferasi dan menyebabkan ulser pada mukosa di atasnya (Hercline, 2009).
2.3 Faktor Predisposisi TB Rongga Mulut
Pembentukan infeksi oral TB disebabkan oleh beberapa faktor sistemik dan faktor
local. Faktor-faktor sistemik yang mendukung kemungkinan terjadinya infeksi TB meliputi
resistensi host yang menurun dan meningkatnya virulensi organisme. Sedangkan untuk faktor
3
predisposisi lokal seperti oral hygiene yang jelek, adanya trauma lokal, adanya lesi seperti
leukoplakia, granuloma periapikal, kista gigi, abses gigi, dan periodontitis (Hercline, 2009).
2.4 Patogenesa TB Rongga Mulut
Patogenesa organisme ke mulut melalui saliva yang terinfeksi akhirnya akan
mengakibatkan timbulnya infeksi mulut. Terdapat 2 jenis infeksi TB oral pada jaringan
mukosa yaitu yang dikenal sebagai infeksi primer dan infeksi sekunder.
Lesi primer terbentuk apabila basil langsung masuk ke mukosa seseorang yang belum
pernah terinfeksi penyakit TB dan juga pada seseorang yang belum pernah mendapatkan
imunisasi TB. Meskipun infeksi primer jarang terjadi, namun sering mempengaruhi gingiva,
soket bekas pencabutan, dan lipatan bukal (bukal folds). Sedangkan untuk infeksi sekunder
pada jaringan mukosa terjadi karena hematogeneus, penyebaran limfatik atau autoinokulasi
oleh infeksi sputum. Hematogeneus atau penyebaran limfatik yang mengalami infeksi pada
jaringan mukosa lebih sering terjadi pada kasus ekstrapulmonari tuberculosis.
Biasanya lesi tuberculosis berupa ulser yang tidak teratur, superfisial atau dalam, sakit
dan cenderung bertambah besar secara perlahan-lahan. Selain itu kelenjar saliva dapat juga
terinfeksi oleh TB.
Terdapat dua jenis infeksi yaitu, pertama berkembang lebih lambat dalam beberapa
tahun dan membentuk kapsul secara kronis dan kedua secara akut, kemudian inflamasi
berkembang dalam beberapa hari sampai beberapa minggu. Secara klinis infeksi ini pertama
kali muncul dengan pembengkakan kecil yang dapat digerakkan, yang biasanya lebih sering
mengenai kelenjar parotis dibandingkan kelenjar sublingualis. Lesi pada lidah yang biasanya
berbentuk ulser dengan batas lateral, ujung, dorsum anterior dan dasar lidah merupakan
daerah yang paling sering terlibat tuberculosis. Tuberculosis juga sering mengenai palatum
lunak dengan bentukan lesi yang kecil (Hood & Abdul, 2002).
Lesi gingiva biasanya berasal dari infeksi primer yang sering berupa lesi granulasi
meskipun sering juga dilaporkan adanya ulser atau erosi mukosa. Untuk TB pada bibir
biasanya berbentuk ulser granulasi yang dangkal.
Tuberculosis pada maksila dan mandibular biasanya menghasilkan infeksi tulang
(osteomyelitis) yang umumnya muncul pada TB sekunder. Keterlibatan tulang rahang
berkaitan dengan perluasan atau penyebaran yang dalam pada lesi gingiva, tuberkulosa
granuloma pada apeks gigi, atau penyebaran infeksi hematogenus.Lesi oral pada penderita TB
diantaranya adalah terbentuknya ulser, osteomyelitis, gingival enlargement, dan glossitis
tuberkulosa (Amin, 2007).
4
Ulser merupakan suatu luka terbuka pada kulit atau jaringan mukosa yang
memperlihatkan disintegrasi dan nekrosis jaringan sedikit demi sedikit. Lesi ulseratif di
mukosa penderita TB berupa ulkus irregular, tepi tidak teratur, dengan sedikit indurasi, sering
disertai lesi berwarna kuning, dan disekeliling ulkus juga dijumpai satu atau dua nodula kecil.
Lesi pada TB primer jarang ditemukan, apabila ditemukan maka ulser yang timbul
hanya tunggal namun sakit dan terjadi pembesaran kelenjar limfa.Lesi pada TB sekunder
lebih sering ditemui dengan lesi berupa ulser tunggal kronis, irregular, dikelilingi oleh
eksudat, dan sangat menyakitkan.
Secara klinis osteomyelitis TB dimulai dengan pembengkakan yang berkembang
lambat, menyababkan nekrosis tulang yang lambat dan dapat melibatkan seluruh mandibular.
Radiografi menunjukkan daerah radiolusen yang irregular dan tulang trabecular yang
mengabur, destruksi tulang dimulai dengan erupsi pada korteks dengan adanya
kecenderungan perbaikan berkala dan digantikan oleh jaringan granulasi.
Tuberculosis pada gingiva dapat ditemukan berupa gingival enlargement. Proses
inflamasi bermula dari papil-papil interdental dan meluas ke gingiva sampai ke jaringan
eriodontal. Gingival enlargement ini tampak berupa petechiae dan bergranul serta mudah
sekali berdarah.Pada umumnya gingival enlargement pada penderita TB tidak sakit, meluas
secara progresif dan berkelanjutan dari margin gingiva ke daerah vestibular yang rendah dan
berhubungan dengan pembesaran kelenjar limfa.
Penyebab terjadinya gingival enlargement pada penyakit TB berhubungan dengan efek
proteksi dari rongga mulut yaitu karena adanya efek proteksi dari sel skuamosa yang dapat
melawan masuknya basil bakteri secara langsung.Perlawanan ini mengakibatkan semakin
bertambah tebalnya epitel mukosa oral dan bertambah tebalnya gingiva.
Salah satu manifestasi TB pada lidah selain ulser adalah adanya peradangan lidah atau
glossitis. Glossitis disebabkan karena infeksi bakteri TB yang banyak pada saiva rongga
mulut terutama pada sputum sehingga mnyebabkan suatu peradangan yang sering terlihat
sebagai granuloma. Tuberkuloma atau granuloma tuberkulosa dapat terjadi pada penderita TB
karena penumpukan basil TB pada lidah melalui proses yang lambat yang mengani lidah,
selain itu terkadang juga dijumpai tuberkuloma yang terlihat sebagai suatu glossitis yang
sering didiagnosa sebagai makroglossia.
5
2.5 Gambaran Klinis TB Rongga Mulut
Pada umumnya lesi tuberkulosis terletak di lidah, kadang-kadang juga di gusi, dasar
mulut, palatum, bibir. Di lidah dapat menyebabkan makroglosia dan memberi kesan glossitis
(Arx, Von, 2001).
Pada TB rongga mulut dijumpai pembesaran kelenjar limfe daerah preaurikular,
trismus, trakheitis, dan laringitis. Tipe lesi tuberkulosis rongga mulut adalah granuloma,
fissure, glossitis dan, ulkus (Arx, Von, 2001).
Gambaran klinis lesi ulkus TB rongga mulut bervariasi (Gambar. 2) ; umumnya :
1. Tidak berbatas jelas
2. Terdapat granulasi pada dasar lesi.
3. Tidak selalu nyeri mukosa bukal.
Gambar 2. Lesi Oral pada Lidah dan Mukosa Bukal
2.6 Pemeriksaan Penunjang TB Rongga Mulut
Untuk menegakkan diagnose perlu dilakukan biopsy, apusan saliva dapat
menunjukkan adanya bakteri TB bila diwarnai dengan pewarnaan Ziehl-Neelsen (Hood &
Abdul, 2002)
2.7 Penegakan Diagnosa TB Rongga Mulut
Anamnesa, pemeriksaan klinis dan radiologis merupakan peranan penting dalam
mendiagnosis penyakit tuberkulosis. Namun, pemeriksaan laboratorium yang paling penting
untuk diagnosis, dengan diambilnya kultur dari mikroorganisme sebagai penegakan dari
penyakit tuberkulosis.
Biopsi lesi oral juga dilakukan tetapi dalam sebagian besar kasus, biopsi tunggal
mungkin tidak cukup karena perubahan granulomatosa mungkin tidak jelas pada lesi awal.
Lesi ini akhirnya diungkapkan dengan biopsi ulang.
6
2.8 Diagnosa Banding TB Rongga Mulut
Ulser di rongga mulut yang disebabkan oleh bakteri TB tidak dapat dibedakan secara
klinis dengan lesi oral yang bersifat malignan/ ganas. Adanya ulser kronis pada rongga mulut
dapat didiagnosa banding dengan suatu keganasan, sarkoidosis, ulser sifilis, lesi ulser aftosa,
infeksi jamur, traumatic injury, karsinoma sel squamosa, dan limfoma (Hood & Abdul, 2002).
2.9 Penatalaksanaan TB Rongga Mulut
Penatalaksanaan tuberculosis dapat dilakukan dengan pemberian obat anti-
tuberkulosis seperti streptomisin, isoniazid, rifampisin, pirazinamid, etambutol, etionamid,
dan PAS (para amino salisik acid) yang mempunyai 3 (tiga) efek, yaitu: aktivitas bakterisidal,
aktivitas sterilisasi, dan aktivitas bakteriostatis.
Sedangkan untuk pencegahannya ada 3 (tiga) hal, yaitu:
1. Terhadap infeksi tuberculosis, maka harus dilakukan pencegahan terhadap sputum yang
infeksius dan isolasi serta mengobati penderita.
2. Meningkatkan daya tahan tubuh dengan cara memperbaiki standar hidup dan usaha
melakukan peningkatan kekebalan tubuh dengan melakukan vaksinasi BCG.
3. Pencegahan dengan mengobati penderita yang sakit dengan obat anti-tuberkulosis seperti
yang telah disebutkan di atas.
7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
a. Tuberkulosis (TB) adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri yang disebut
Mycobacterium tuberculosis.
b. Lesi ulseratif tuberkulosis di rongga mulut sering mengenai mukosa, lidah, palatum,
gingival, dan bibir. Biasanya lesi tuberkulosis berupa ulser yang tidak
teratur,superfisial dan dalam,sakit dan cenderung bertambah besar perlahan-lahan.
c. Bentuk yang paling sering dari tuberkulosis rongga mulut adalah ulseratif pada
mukosa.
d. Tanda spesifik dari ulser tubekulosis adalah tidak teratur, kasar, indurasi dan sering
sebagai ”sentikel tuberkel” yang juga terlihat mengelilingi ulser.
e. Pada lidah ulser tuberkulosis menunjukkan fisur yang dalam dan batas mukokutan
ulser terlihat dangkal dengan dasar granulasi, sakit, kuning keabu-abuan, keras dan
berbatas jelas.
f. Pada palatum,gingival dan bibir sering berupa lesi granulasi.
g. Pengobatan lesi ulseratif secara umum sama dengan pengobatan tuberkulosis umum
yang terdiri dari INH, Rifampisin, Pirazinamid, Etambutol dan Streptomicin.Ditambah
perawatan local untuk menyembuhkan dan meredakan lesi.
h. Pembentukan hygiene oral yang baik dan penyingkiran eliminasi seluruh sumber
iritasi merupakan fase perawatan yang pertama. Penyingkiran iritasi traumatik pada
mukosa dan lidah meminimalkan kemungkinan berkembangnya lesi mukosa mulut.
3.2 Saran
- Dalam pengobatan harus memperhatikan faktor predisposisi untuk keberhasilan
pengobatan tersebut.
8
DAFTAR PUSTAKA
Aditama, T. Y. 2002. Tuberkulosis: Diagnosis, Terapi, & masalahnya. Edisi 4. Jakarta: Yayasan Penerbit Ikatan Dokter Indonesia.
Alsagaff Hood, Mukty Abdul. 2002. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya: Airlangga University Press.
Amin Z, Bahar A. 2007. Tuberkulosis Paru. Dalam: Sudoyo, Aru W et al, ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV. Jakarta: Balai Penerbit FK UI, 998-993.
Crofton, J, Home N, Miller F. 2002. Clinical Tuberculosis. England: TALCIUATLD.
Hercline T, Amorosa JK., 2009. Tuberculosis, Emedicine, WHO News, Bull.WHO 2000;78: 945-6.
Von Arx DP, Husain A., 2001. Oral Tuberculosis, Br. Dental J;198:420-22.
Kumar, V. 2007. Tuberculosis Dalam: Robbins, Contran, Kumar, ed. Buku Ajar Patologi. Edisi 7.Volemu 2. Jakarta: EGC, 544-551.
Mandal B, dkk., 2006. Penyakit Infeksi Terjemahan oleh Juwalita Surapsari. Jakarta: Erlangga.
9