susp. tumor rongga mulut

35
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tumor rongga mulut adalah suatu pertumbuhan jaringan abnormal yang terjadi pada rongga mulut. Jaringan tersebut dapat tumbuh pada bagian anterior, posterior rongga mulut, dan tulang rahang. Pertumbuhannya dapat digolongkan sebagai ganas (maligna) atau jinak (benigna). Perlu diperhatikan perbedaan antara keduanya, bahwa tumor jinak merupakan pembentukan jaringan baru yang abnormal dengan proses pembelahan sel yang masih terkontrol dan penyebarannya terlokalisir. Sebaliknya pada tumor ganas, pembelahan sel sudah tidak terkontrol dan penyebarannya meluas. Pada tumor ganas, sel tidak akan berhenti membelah selama masih mendapat suplai makanan. Rahang atas adalah bagian dari rongga mulut., nama lainnya adalah palatum. Diatas rahang atas ada bagian yang disebut maksila, yang letaknya agak dipinggir hidung dibawah kulit pipi. Tumor di rahang atas dapat berasal dari langit-langit atau palatum, bisa dari maksila, atau juga bisa dari gusi rahang atas , maupun kulit mukosa pipi atas. Secara umum penderita mengeluh adanya benjolan di dalam mulut di daerah rahang atas dibawah pipi (di dalam rongga mulut). Sehingga harus dibedakan antara tumor jinak ataukah tumor tersebut 1

description

susp. tumor rongga mulut

Transcript of susp. tumor rongga mulut

Page 1: susp. tumor rongga mulut

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tumor rongga mulut adalah suatu pertumbuhan jaringan abnormal yang

terjadi pada rongga mulut. Jaringan tersebut dapat tumbuh pada bagian anterior,

posterior rongga mulut, dan tulang rahang. Pertumbuhannya dapat digolongkan

sebagai ganas (maligna) atau jinak (benigna). Perlu diperhatikan perbedaan antara

keduanya, bahwa tumor jinak merupakan pembentukan jaringan baru yang

abnormal dengan proses pembelahan sel yang masih terkontrol dan

penyebarannya terlokalisir. Sebaliknya pada tumor ganas, pembelahan sel sudah

tidak terkontrol dan penyebarannya meluas. Pada tumor ganas, sel tidak akan

berhenti membelah selama masih mendapat suplai makanan.

Rahang atas adalah bagian dari rongga mulut., nama lainnya adalah

palatum. Diatas rahang atas ada bagian yang disebut maksila, yang letaknya agak

dipinggir hidung dibawah kulit pipi. Tumor di rahang atas dapat berasal dari

langit-langit atau palatum, bisa dari maksila, atau juga bisa dari gusi rahang atas ,

maupun kulit mukosa pipi atas. Secara umum penderita mengeluh adanya

benjolan di dalam mulut di daerah rahang atas dibawah pipi (di dalam rongga

mulut). Sehingga harus dibedakan antara tumor jinak ataukah tumor tersebut

termasuk dalam jenis tumor ganas sehingga harus dilakukan pemeriksaan

penunjang untuk mengetahui diagnosa pastinya.

1.2. Rumusan Masalah

Adapun permasalahan yang diangkat dalam laporan kasus ini adalah

bagaimana definisi, etiologi, gejala klinis, penegakan diagnosis, penatalaksanaan

dan komplikasi dari tumor rahang atas.

1.3. Tujuan

Tujuan dari pembahasan kasus ini adalah untuk mengetahui secara pasti

definisi, etiologi, epidemiologi, patofisiologi, gejala klinis, penegakan diagnosis,

penatalaksanaan dan komplikasi dari tumor rahang atas.

1.4. Manfaat

1

Page 2: susp. tumor rongga mulut

1. Menambah wawasan mengenai ilmu kedokteran pada umumnya, dan ilmu

gigi dan mulut pada khususnya

2. Sebagai proses pembelajaran bagi dokter muda yang sedang mengikuti

kepaniteraan klinik bagian ilmu gigi dan mulut

2

Page 3: susp. tumor rongga mulut

BAB II

STATUS PASIEN

2.1 Identitas Pasien

Nama : An. R

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Kepanjen

Umur : 2,5 tahun

Pekerjaan : -

Status : -

Suku Bangsa : Jawa - Indonesia

Tanggal Periksa : 29 Agustus 2013

Konsul dari : - Menderita : -

2.2 Anamnesis

1. Keluhan Utama : Bengkak pada rahang atas kiri

2. Riwayat Penyakit : Rahang atas kiri pasien bengkak sejak 1 minggu

yang lalu. Bengkak muncul tiba-tiba dan membesar dengan cepat, terasa

nyeri dan kadang berdarah, dan tidak demam. Oleh keluarga

diperiksakan ke puskesmas kemudian diberikan sirup anti nyeri namun

keuhan tidak kunjung membaik, sehingga keluarga berinisiatif untuk

memeriksakan ke poli gigi dan mulut RSUD Kanjuruhan Kepanjen.

3. Riwayat Perawatan

a. Gigi : Belum pernah

b. Jar.lunak rongga mulut dan sekitarnya : Belum pernah

4. Riwayat Kesehatan :

Kelainan darah : Disangkal

Tumor/keganasan : Disangkal

Kelainan endokrin : Disangkal

Kelainan Jantung : Disangkal

Gangguan nutrisi : Disangkal

Kelainan kulit/kelamin : Disangkal

Gangguan pencernaan : Disangkal

3

Page 4: susp. tumor rongga mulut

Kelainan Imunologi : Disangkal

Gangguan respiratori : Disangkal

Gangguan TMJ : Disangkal

Diabetes Melitus : Disangkal

Lain-lain : -

5. Obat-obatan yang telah/sedang dijalani : Sirup dari puskesmas

6. Keadaan sosial/kebiasaan : Pasien gosok gigi 2x sehari dan suka jajan-

jajanan seperti permen, coklat dan snack.

7. Riwayat Keluarga :

Kelainan darah : Disangkal

Kelainan endokrin : Disangkal

Diabetes melitus : Disangkal

Kelainan jantung : Disangkal

Kelainan syaraf : Disangkal

Alergi : Disangkal

Lain-lain : -

2.3 Pemeriksaan Fisik

1. Ekstra Oral

- Muka : asimetris

- Pipi kiri : dbn

- Pipi kanan : dbn

- Bibir atas : dbn

- Bibir bawah : dbn

- Sudut mulut : dbn

- Kelenjar submandibularis kiri : tidak ada pembesaran

- Kelenjar submandibularis kanan : tidak ada pembesaran

- Kelenjar submental : tidak ada pembesaran

- Kelenjar leher : tidak ada pembesaran

- Kelenjar sublingualis : tidak ada pembesaran

- Kelenjar parotis kanan : tidak ada pembesaran

- Kelenjar parotis kiri : tidak ada pembesaran

2. Intra Oral

4

Page 5: susp. tumor rongga mulut

- Mukosa labial atas : dbn

- Mukosa labial bawah : dbn

- Mukosa pipi kiri : dbn

- Mukosa pipi kanan : dbn

- Bukal fold atas : edem(+), terangkat

- Bukal fold bawah : dbn

- Labial fold atas : dbn

- Labial fold bawah : dbn

- Gingival rahang atas : bengkak(+), nyeri tekan (+)

- Gingival rahang bawah : dbn

- Lidah : dbn

- Dasar mulut : dbn

- Palatum : dbn

- Tonsil : dbn

- Pharynx : dbn

GP

-

GR KS

-

Keterangan : -

5

1 2 3 4 5 6 7 8 8 7 6 5 4 3 2 1

I II III IV V IV III II I

V IV III II I I II III IV

8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8

Page 6: susp. tumor rongga mulut

2.4 Diagnose Sementara

Susp. Tumor Rahang Atas

2.5 Rencana Perawatan

-

1. Pengobatan : -

2. Pemeriksaan Penunjang :

Lab.Rontgenologi mulut/ Radiologi : -

Lab.Patologi anatomi : -

• Sitologi : -

• Biopsi : √

Lab.Mikrobiologi : -

• Bakteriologi : -

• Jamur : -

Lab.Patologi Klinik : -

3. Rujukan :

Poli Penyakit Dalam : -

Poli THT : -

Poli Kulit & Kelamin : -

Poli Syaraf : -

Poli Bedah : +

2.7 Diagnose Akhir

Susp. Tumor Rahang Atas Sinistra

LEMBAR PERAWATAN

Tgl Elemen Diagnosa Therapi Ket

29/08

/2013

Rahang atas

sinistra

Susp. Tumor

Maksilaris Sinistra

- -

BAB III

6

Page 7: susp. tumor rongga mulut

PEMBAHASAN KASUS

3.1 Benjolan di Rongga Mulut

Benjolan pada rongga mulut adalah suatu lesi pada rongga mulut yang arah

perluasannya diatas permukaan jaringan yang ditempatinya. Secara umum jenis-

jenis benjolan ini adalah:

1. Papula, adalah suatu massa yang menonjol pada kulit/mukosa berbentuk

bulat/lonjong degan diameter < 1 cm.

2. Plaque/Plak, adalah suatu massa yang menonjol dengan atap yang rata.

Permukaannya bisa halus, kasar atau pecah-pecah. Ukurannya lebih besar dari

papula.

3. Vesikula (Vesikel, Vesicle), adalah suatu benjolan bulat dan bening,

transparan berisi cairan. Ukurannya < 1 cm.

4. Bula (Bulla), sama dengan vesikel, hanya ukurannya > 1 cm.

5. Pustula, sama seperti bula dan vesikula, tetapi pustula ini berisi pus (purulen).

6. Nodul (Nodule), suatu massa yang padat dan menonjol, juga mempunyai

dimensi perluasan ke bawah. Ukurannya +/- 1 cm.

7. Tumor, suatu massa padat yg menonjol dan juga mempunyai dimensi

perluasan kebawah. Ukurannya > 1 cm.Tumor atau (Neoplasia) adalah

pembentukan jaringan baru yang abnormal dan tidak dapat dikontrol oleh

tubuh. Tumor (neoplasia) terbagi menjadi 2 yaitu:

a. Tumor jinak (benign neoplasma)

Neoplasia jinak adalah pertumbuhan jaringan baru yang lambat, ekspansif,

terlokalisir, berkapsul, dan tidak bermetastasis (menyebar).

b. Tumor ganas (malignant neoplasma)

Neoplasma ganas adalah tumor yang tumbuhya cepat, infiltrasi ke

jaringan sekitarnya dan dapat menyebar ke organ-organ lain

(metastase).Neoplasia ganas sering disebut kanker.

Perbedaan klinis tumor jinak dan ganas:

7

Page 8: susp. tumor rongga mulut

Karakteristik Neoplasma jinak Neoplasma ganas

Kecepatan tumbuh Lambat Cepat

Batas Jelas, berkapsul Tidak berkapsul

Pergerakan Dapat digerakkan Cekat

Pertumbuhan dalam tulang Mendesak tulang/ ekspansif Menembus tulang/ infiltratif

Pemukaan lesi Menegang Ulserasi

Keterlibatan saraf Tidak ada Ada nyeri, paralise

Daerah yang terlibat Terlokalisir Luas/metastasis

Warna jaringan Normal Berubah

Efek terhadap jaringan tubuh Tidak ada/hiperfungsi Hipofungsi

3.2 Tumor Rongga Mulut

Secara umum tumor rongga mulut dapat dibedakan menjadi tumor odontogen

dan non odontogen (jaringan keras, jaringan lunak dan epitel). Menurut penelitian

di Amerika, karsinoma di rongga mulut paling banyak merupakan jenis karsinoma

sel skuamosa.

Batas-batas rongga mulut ialah :

Depan : tepi vermilion bibir atas dan bibir bawah

Atas : palatum durum dan molle

Lateral : bukal kanan dan kiri

Bawah : dasar mulut dan lidah

B e l a k a n g : a r k u s f a r i n g e u s a n t e r i o r k a n a n   k i r i d a n u v u l a ,

arkus glossopalatinus kanan kiri, tepi lateral pangkal lidah, papilla

sirkumvalata lidah.

Ruang lingkup tumor rongga mulut meliputi daerah spesifik dibawah ini:

a . B i b i r

b . Lidah 2/3 anterior

c . Mukosa bukal

d . Dasar mulut

e . Ginggiva atas dan bawah

f . Trigonum retromolar, palatum durum

8

Page 9: susp. tumor rongga mulut

g . Palatum molle

Faktor risiko:

1. Usia

Semakin tua usia manusia maka sistem imun tubuh akan menurun, terjadi

akumulasi waktu dari mutasi genetik & paparan karsinogen. Menurut

penelitian, 95% kasus terjadi pada usia lebih dari 40 tahun, rata-rata 60 tahun.

2. Keadaan immunosupresi

3. Rokok

Kebiasaan merokok merupakan faktor resiko terjadinya karsinoma rongga

mulut. Hampir lebih dari 50% perokok 80% nya didapatkan karsinoma rongga

mulut. Rokok juga berhubungan dengan kekambuhan, 18% pasien yang tidak

melanjutkan merokok kambuh, 30% yang melanjutkan merokok kambuh.

4. Alkohol

5. Trauma yang kronik

6. Riwayat keganasan sebelumnya

Rokok dan alkohol memiliki efek sinergis. Perokok yang sering

menggunakan obat kumur (alkohol dengan kadar tinggi) memiliki faktor risiko

lebih tinggi. Predileksi yang paling sering yaitu pada lidah, orofaring, dan dasar

mulut, jarang ditemukan pada bibir, gusi, lidah bagian dorsal, dan palatal.

Insidensi Terjadinya Neoplasma Pada Rongga Mulut :

1. Kanker rongga mulut menempati urutan ke-6 keganasan diseluruh dunia

dengan insiden 2% pada laki-laki dan 0,6 % pada wanita.

2. Di negara berkembang seperti asia tenggara dan india kanker rongga mulut

lebih sering ditemukan sekitar 40% dari seluruh kanker organ tubuh lainnya.

3. Berdasarkan beberapa laporan sentral patologi frekuensi kanker rongga mulut

di Indonesia sudah mencapai 3-5% dari seluruh kanker organ tubuh lainnya.

Bagian patologi badan registrasi kanker Indonesia dibawah pengawasan

Dirjen Kesehatan RI melaporkan kanker RM menempati urutan ke-4 dari

keganasan di Indonesia.

4. Berdasarkan penelitian dari 300 pasien yang menderita tumor jinak:

53,3 % fibroma

9

Page 10: susp. tumor rongga mulut

13,3 % papilloma

6,7 % periferal giant cell granuloma

14,7 % piogenic granuloma

3 % lipoma

8 % hemangioma

1 % limfangioma

5. Berdasarkan lokasi

33,3 % pada ginggiva

20,3 % pada mukosa bukal

16,7 % pada lidah

13 % pada pallatum

11,7 % pada bibir

5,3 % pada labial comisura

3 % di bawah lidah

2,7 % dasar mulut

Tingkatan/Stadium Tumor Jaringan Regio Maksilofasial

1. Tingkatan /stadium pada tumor secara histologi

a. Tingkat I (berdiferensiasi baik/well diff), yaitu dimana tingkat diferensiasi

sel normal antara 75% - 100%, ada mutiara keratin

b. Tingkat II (berdiferensiasi sedang/intermediate/moderate diff), yaitu

dimana tingkat diferensiasi sel normal antara 50 -75% variasi dalam

ukuran sel-selnya, ukuran inti sel, hiperkromatik serta aktivitas mitosis

yang lebih menonjol

c. Tingkat III (berdiferensiasi buruk/poor diff), yaitu tingkat diferensiasi sel

normal antara 25-50% memperlihatkan ketidakteraturan dan cenderung

memperlihatkan gambaran anaplasia yang sulit untuk dikenali lagi. Sel

tumor tumbuh secara liar ke semua arah, menginfiltrasi jaringan ikat

dibawahnya, dimana lapisan basal tidak terlihat dan sering menghilang.

d. Tingkat IV (anaplastik/undiff), yaitu tingkat diferensiasi sel normal antara

0-25%

2. Stadium Perjalanan Penyakit Kanker

a. Stadium Pra Klinik

10

Page 11: susp. tumor rongga mulut

Penyakit kanker belum diketahui dengan pemeriksaan klinik baik

pemeriksaan fisik dan penunjang lainnya.

b. Stadium Klinik

1) Stadium Dini(Early Stage)

Tumor masih kecil, terbatas pada organ tempat tumbuh, kerusakan

organ belum ada, kemungkinan sembuh besar

2) Stadium Lanjut (Advanced Stage)

Tumor tumbuh besar, menjalar ke jaringan sekitar atau kelenjar limfe

regional, merusak organ tempat tumbuh, kemungkinan sembuh kecil

3) Stadium Sangat lanjut (Far Advanced Stage)

Tumor sudah metastase ke seluruh tubuh

3. Menurut sistem TNM (UICC tahun 1980), derajat tumor dapat

diklasifikasikan sebagai berikut:

Stage 1

Tumor primer, tidak ada metastasis ke kelenjar getah bening regional,

tidak ada metastasis jauh dari tumor primer.

Stage 2

Ukuran tumor antara 2-4 cm, tidak ada metastasis ke kelenjar getah bening

regional, tidak ada metastasis jauh dari tumor primer.

Stage 3

Ukuran tumor lebih dari 4 cm, tidak ada metastasis ke kelenjar getah

bening regional, tidak ada metastasis jauh dari tumor primer.

Stage 4

Tumor telah melibatkan struktur di sekitarnya seperti tulang kortikal atau

otot-otot lidah, tidak ada metastasis ke kelenjar getah bening regional,

tidak ada metastasis jauh dari tumor primer.

3.3 Pembagian Tumor

Tumor Jinak

Klaisifikasi tumor jinak odontogen (WHO, 1992)

Asal sel/ jaringan tumor Nama tumor

1. Tumor yang berasal dari jaringan epitel Ameloblstoma

11

Page 12: susp. tumor rongga mulut

Calcifying ephitelial odontogenic tumor

Squamous odontogenic tumor

Clear cell odontogenic tumor

2. Tumor yang berasal dari jaringan epitel

odontogen dan melibatkan ektomesenkim

odontogen dengan atau tanpa pembentukan

jaringan kerass gigi

Ameloblastic fibroma

Ameloblastic fibro-odontoma

Tumor-tumor odontoameloblasma

Adenomatid odontgenic tumor

Complex odotoma

Compound odontoma

3. Tumor yang berasal dari ektomesnkim

odontogen dengan atau tanpa melibatkan

epitel odontogen

Odotogeic fibroma

Myxoma

Cementoblastoma

Klasifikasi tumor non odontogen

Asal sel Nama tumor

1. Tumor jinak non odontogen

yang berasal dari epithelium

mulut

Papilloma skuamosa

Veruka vulgaris

Kondiloma akuminata

Molluscum contagiosum

Keratoakantoma

2. Tumor jinak non odontogen

yang berasal dari jaringan

ikat mulut

Lesi jaringan keras (tulang)

Fibroma

Giant cell fibroma

Epulis fisuratum

Peripheral giant cell granuloma

Peripheral ossifying fibroma

Palsiaded encapsulated neuroma

neurofibroma

Neurilemoma/schawnnoma

Tumor sel granular

Lipoma

3. Tumor jinak non Pleomorphic adenoma

12

Page 13: susp. tumor rongga mulut

odonntogen yang berasal

dari kelenjar ludah

Monomorphic adenoma

Whartin’s tumor

Tumor Ganas

Asal sel Nama tumor

1. Tumor ganas odontogen yang berasal dari

ectodermKarsinoma intra-alveolar

2. Tumor ganas odontogen yang berasal dari

mesodermOdontogenik sarkoma

3. Tumor ganas odontogen yang berasal dari

ektoderm dan mesodermAmeloblastoma fibrosarkoma

4. Tumor ganas non-odontogen

1. Squamus Cell Carcinoma

2. Osteosarkoma

3. Ewing’s Sarkoma

4. Multiple Myeloma

Lesi Jaringan Lunak

a. Fibroma (fibroma akibat iritasi)

Sering terdapat pada mukosa bagian bukal (sepanjang area gigitan), mukosa

labial, lidah, dan gusi. Lesi berupa nodus warna merah muda, permukaan yang

licin, diameter beberapa milimeter sampai 1,5 cm. Fibroma akibat iritasi biasa

terdapat pada dekade ke-4 dan ke-6. Perbandingan antara pria dan wanita1:2.

Tatalaksana Fibroma adalah dengan bedah eksisi konservatif. Pemeriksaan

histopatologi terhadap hasil eksisi.

b. Giant Cell Fibroma

Tumor fibrosa dengan prevalensi 5% dari semua tumor fibrosa pada mulut.

Terdapat pada gusi (50%), lidah, palatum dan gusi mandibula 2 kali lebih

sering dari pada gusi maksila. Gambarannya berupa nodus bulat atau

bertangkai dengan permukaan berbenjol-benjol sehingga mirip dengan

papiloma. Biasa terjadi pada usia yang lebih muda daripada fibrom teriritasi.

13

Page 14: susp. tumor rongga mulut

Terjadi pada 3 dekade pertama kehidupan (60%). Wanita lebih sering daripada

pria.

c. Epulis Fisuratum

Hiperplasia fibrosa akibat pengunaan gigi palsu. Terdapat pada maksila/

mandibula pada tepi alveolar bagian fasial dan terkadang pada tepi alveolar

bagian mandibula. Tampak lipatan tunggal atau multipel dari jaringan

hiperplastik pada vestibular alveolar. Lesinya tegas dan pada sebagian lesi

dapat berupa ulserasi dan eritema menyerupai granuloma piogenik. Ukuran

bervariasi dari 1 cm hingga seluruh panjang dari vestibula. Sering terjadi pada

wanita dengan umur menengah dan dewasa tua ketika penggunaan gigi palsu.

Tatalaksananya dengan terapi bedah dan pembuatan ulang gigi palsu atau

penyesuaian kembali tepi gigi palsu.

d. Peripheral Giant Cell Granuloma

Merupakan reaksi terhadap iritasi local atau trauma. Terdapat pada gusi atau

tepi alveolar edentuolus, berupa massa nodus merah atau biru kemerahan,

berbentuk bulat/bertangkai serta dapat disertai ulserasi.Gambaran klinisnya

menyerupai granuloma piogenik. Kebanyakan lesi berukuran kurang dari 2

cm. Terdapat pada semua usia dengan puncak prevalensi pada dekade ke-5

dan ke-6 kehidupan. Sekitar 60% kasus terjadi pada wanita.Terdapat pada

regio anterior maupun posterior dari ginggiva maupun mukosa alveolar dan

mandibula > maksila. Walupun lesi ini berkembang dalam jaringan lunak,

terkadang terdapat resorpsi berbentuk mangkuk pada tulang alveolar.

Tatalaksananya dengan bedah eksisi lokal hingga kebagian tulang yang

mendasarinya. Scalling pada gigi yang berdekatan untuk menghilangkan

sumber iritasi lebih lanjut. 10% kasus alami kekambuhan.

Pada beberapa kondisi sulit dibedakan dari pasien dengan hiperparatirod

(osteoclastik ”brown tumor”).

e. Peripheral Ossifying Fibroma

Lesi ini terdapat hanya pada gusi. Predileksinya sering pada lengkung maksila

dan lebih dari 50 % terdapat pada regio antara gigi insisivus dengan kaninus.

14

Page 15: susp. tumor rongga mulut

Biasanya gigi jarang terlibat.Massa nodus bulat/bertangkai dan permukaannya

biasanya mengalami ulserasi. Warnanya bervariasi dari merah (pyogenic

granuloma) hingga merah muda (fibromaakibat iritasi). Lesi berukuran kurang

dari 2 centimeter, lesi ini biasanya mengenai usia remaja dan dewasa muda

dengan prevalensi tertinggi pada usia antara 10 dan 19 tahun. Sekitar 2/3

kasus mengenai wanita. Tatalaksananya dengan bedah eksisi lokal.

f. Palisaded Encapsulated Neuroma

Sebuah tumor saraf dengan penyebab yang belum diketahui dengan pasti

tetapi diperkirakan karena trauma. Predileksi terbatas pada wajah (90%)

terutama hidung dan pipi. Pada mulut terdapat pada palatum durum. Antara

dekade ke-5 dan ke-7. Permukaan halus, tidak nyeri, papul yang berbentuk

kubah/nodul kurang dari 1 cm. terapinya dengan bedah eksisi lokal

konservatif. Lesi jarang mengalami kekambuhan.

g. Neurofibroma

Neoplasma saraf perifer yang paling sering terjadi yang berasal dari

percampuran beberapa tipe sel meliputi sel schwan dan perineural fibroblast.

Dapat berkembang sebagai tumor soliter atau merupakan bagian dari

neurofibromatosis. Tumor soliter paling sering terdapat pada dewasa muda

dan tampil sebagai lesi yang berkembang lambat, lunak, tidak nyeri. Lesi ini

3.4 Tahap-Tahap Pemeriksaan Untuk Menegakkan Diagnosa

Anamnesis

Riwayat pasien dibutuhkan untuk menyesuaikan keadaan masing-masing

pasien tetapi terkadang sulit untuk menemukan keluhan yang pasti. Beberapa

pasien merasa gugup, sukar berbicara, dan beberapa yang lainnya merasa

bingung. Pertanyaan awal membolehkan pasien berbicara panjang lebar dan

meningkatkan kepercayaan diri. Biasanya lebih baik dimulai dengan

pertanyaan “terbuka”. Terkadang sulit dihindari interupsi pasien yang

mencoba menyusun rekaman medis. Teknik bertanya adalah yang paling

penting ketika berhubungan dengan riwayat sosial dan psikologis atau

berhubungan dengan riwayat medis yang memalukan. Teknik pengambilan

riwayat kesehatan pasien:

15

Page 16: susp. tumor rongga mulut

1. Perkenalkan diri dan sambut pasien dengan menyebut namanya

2. Dudukkan pasien

3. Mulai dengan pertanyaan terbuka misalnya bagaimana rasa sakit yang dialami

pasien

4. Setelah itu, ajukan pertanyaan tertutup misalnya bagaimana gambaran rasa

sakit yang dialami pasien

5. Hindari jargon

6. Jelaskan kebutuhan untuk pertanyaan spesifik

7. Memperkirakan status mental pasien

8. Memperkirakan harapan pasien terhadap perawatan

Riwayat medis pasien sangat membantu diagnosis dari manifestasi rongga mulut.

Jika ditemukan masalah pada riwayat kesehatan pasien maka dokter harus

memutuskan apakah pasien dapat langsung dilakukan perawatan atau tidak.

Riwayat kesehatan gigi pasien dan pemeriksaan adalah sangat penting untuk

diagnosis nyeri gigi yang disebabkan gejala pada kepala dan leher. Hubungan

gejala dan peawatan gigi harus dicatat.

Pemeriksaan Klinis

Ekstra oral

Pertama lihat pasien, sebelum melihat ke mulut pasien.Anemia dan perawatan

kortikosteroid jangka panjang, pembengkakan parotis yang bisa mempengaruhi

tampilan wajah. Glandula parotis, sendi temporomandibular, nodus limfe

submandibular dan glandula tiroid harus dipalpasi.

Intra Oral

Pemeriksaan kavitas oral hanya dapat dilihat dengan pencahayaan yang bagus,

mirro dan tekanan udara atau sesuatu yang dapat mengeringkan gigi.

1. Jaringan lunak

Jaringan pada mulut biasanya diperiksa terlebih dahulu.Periksaan dilakukan

secara sistematis meliputi semua area mulut. Area yang tidak normal pada

mukosa harus dipalpasi.

2. Gigi

16

Page 17: susp. tumor rongga mulut

Gigi yang ada harus diperiksa kesehatan jaringan mulutnya, karies, status

restorasi. Pemeriksaan gigi harus dilakukan untuk kebaikan pasien.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Radiografi

Pemeriksaan radiografi yang dapat dilakukan yaitu CT scan (computerized

tomography), magnetic resonance imaging (MRI) dan ultrasound. Radiografi

sederhana juga bisa dilakukan walau nilainya hasilnya tidak sebaik yang lain.

Histopatologi

Biopsi

Biopsi adalah pemeriksaan histopatologi utama dalam diagnosis untuk penyakit

pada mukosa jaringan lunak dan tulang. Terkadang biopsy tidak membantu

namun tetap dapat mengeliminasi etiologi yang mungkin.

Biopsi adalah operasi pengambilan jaringan sampel dari makhluk hidup untuk

pemeriksaan mikroskopik dan diagnosis akhir.

Biopsi adalah pengambilan dan pemeriksaan jaringan dari suatu lesi. Terdapat

beberapa macam teknik biopsy. Teknik yang paling penting yaitu teknik surgical

biopsy. Satu-satunya kontraindikasi yang penting dalam biopsy adalah insisi

biopsy tumor glandula parotis. Prinsip dari biopsi yang sukses:

1. Pada lesi yang mencurigakan secara klinis, biopsi harus dilakukan secepat

mungkin.

2. Pemilihan dari teknik biopsi yang akan dilakukan ditentukan dari indikasi tiap

kasus.

3. Injeksi langsung dari larutan lokal anastesi kedalam lesi harus dihindari

karena ada kemungkinan terjadinya distorsi dari lesi.

4. Penggunaan dari blade electrosurgical dilarang karena meghasilkan suhu

yang tinggi yang menyebabkan koagulasi dan destruksi dari jaringan.

5. Spesimen jaringan tidak boleh dipegang dengan pinset. Apabila

penggunaannya diperlukan maka yang dipegang adalah bagian yang normal.

6. Spesimen jaringan yang diambil harus bersifat mewakili.

17

Page 18: susp. tumor rongga mulut

7. Langsung setelah pengambilan, spesimen jaringan harus diletakkan pada

wadah dengan fixative/penahan. Jaringan specimen yang terlalu lama diluar

wadah dapat mengerigkan spesimen, yang memungkinkan ada resiko jatuh

atau salah menempatkan spesimen.

8. Larutan fixative yang digunakna adalah formalin 10% bukan air, alkohol,

atau larutan lain yang dapat merusak jaringan.

9. Dianjurkan wadah yang dikirim ke laboratorium dibungkus platik utnuk

menghindari resiko kerusakan selama pengiriman dan hilangnya spesimen.

10. Label dengan nama pasien dan tanggal harus diletakkan diluar wadah, dan

bukan diatas penutup. Cara ini untuk menghindari kemungkinan tertukarnya

spesimen di laboratorium setelah dibuka.

Alat yang dibutuhkan untuk operasi biopsi dari jaringan lunak dan jaringan keras

adalah:syringe local anastesi, scalpel handle dan blade, pinset anatomi dan

surgical dan hemostat, needle holder, gunting curved, suction, periosteal elevator,

kuret periapikal, bone file, dan rongeur.Bahan yang diperlukan untuk biopsi

adalah:cartridge local anastesi dan jarum untuk anastesi, alat menjahit, surgical

dressing, kasa, dan botol kecil yang berisi 10% larutan formalin untuk

penempatan spesimen.

Untuk biopsi aspirasi, alat dan bahan yang dibutuhkan termasuk jarum trocar atau

jarum simple low-gauge, syringe plastic disposable, kaca mikroskop, dan bahan

fixative.

3.5 Anatomi tulang Maxilla

Tulang Maksila adalah tulang wajah primitive yang akan membagi wajah

menjadi dua bagianyaitu orbita dan tulang rahan yang ada dibawahnya. tulang

maksila akan menyokong gigi padarahang atas, namun paada saat pengunyahan

berlangsung maksila tidak bergerak sepertimadibula. Tulang maxilla terdiri atas

dua buah maxilla yang menyatu di tengah yang terdiri atas4 prosesus dan

badan maxilla.

18

Page 19: susp. tumor rongga mulut

Gambar. Tulang Rahang Atas Maksila Tampak Lateral.

Badan Maksila

Badan Maksila ini biasanya berbentuk pyramid, dimana dasarnya adalah kavum

nasi dan bagian puncaknya dibatasi oleh processus zigomaticus. Badan maksila

terdiri dari 4 permukaan utamayaitu: permukaan fasial (bagian anterior),

Infratemporal (bagian posterior), nasal (bagia medial)dan permukaan superior

(orbital)

a. Permukaan anterior (fasial)

permukaan anterior maksila akan membentuk pipi. Disini terdapat 2 fosa

yaitu fosainsisivus yang merupakan lubang dangkal yang terletak antara

soket gigi insisivus dankavum nasi, dan fosa kanina yang merupakan

lubang dalam bagian belakang, yangditandai oleh foramen infraorbitalis di

bagian atas, tepi alveolaris di bagian bawah, dan prosesus zigomatikum di

bagian depan.

b. Permukaan posterior

Permukaan posterior dari badan maksila akam membentuk dinding

anterior dari fosainfratemporal. Disini juga terdapat sebuah penonjolan,

yang sering disebut tuberositasmaksilaris.

c. Permukaan medial

Permukaan ini yang akan membentuk dinding lateral kavum nasi. Ciri

penting yang adadisini adalah groove lacrimalis. yaitu groove vertikal

yang terdapat didepan sinusmaksilla

19

Page 20: susp. tumor rongga mulut

d. Permukaan Superior

Permukaan superior dari maksila akan membentuk dinding bawah orbita.

Prosesus

Tulang maksila terdiri atas 4 prosesus yaitu:

a. Prosesus frontalis

Terletak pada bagian atas maksila berada diantara tulang hidung dengan

tulanglakrimalis.

b. Prosesus zigomatikus

Terletak pada bagian lateral maksila

c. Prosesus alveolaris

Terletak pada bagian inferior badan maksila, yang akan menyokong gigi

geligi padasoketnya.

d. Prosesus palatines

Terletak pada bagian horizontal dari permukaan mesial dari maksila

dimana badanmaksila akan bertemu dengan processus alveolaris.

20

Page 21: susp. tumor rongga mulut

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Tumor di rongga mulut meupkan pertumbuhan dari berbagai jaringan di

dalam dan sekitar mulut termasuk tulang, otot dan syaraf. Pertumbuhan ini dapat

bersifat jinak (benigna) dan dapat bersifat ganas (maligna). Meskipun jarang

terjadi kanker yang ditemukan dalam mulut bisa berasal dari bagian tubuh lainnya

terutama paru-paru dan payudara.

Tumor dibagi dalam dua golongan, yaitu tumor jinak dan tumor ganas.

Kanker adalah istilah umum untuk semua jenis tumor ganas. Sel tumor pada

tumor jinak bersifat tumbuh lambat, sehingga tumor jinak pada umumnya tidak

cepat membesar. Sel kanker mendesak jaringan sehat sekitarnya secara serempak

sehingga terbentuk simpai (serabut pembungkus yang memisahkan jaringan tumor

dari jaringan sehat). Oleh karena bersimpai maka pada umumnya tumor jinak

mudah dikeluarkan dengan cara operasi.

Tumor jinak diklasifikasikan berdasarkan:

1. Berasal dari jaringan epitelTumor yang berasal dari epitel adalah: Papilloma, Adenoma, Adenoma plemorfik

2. Berasal dari jaringan ikatTumor yang berasal dari jaringan ikat adalah: Fibroma, Periperial giant cell tumor, Central giant cell tumor, Lipoma, Hemangioma, Lymphangioma, Chondroma, Osteoma

3. Berasal dari jaringan ototTumor yang berasal dari jaringan otot adalah: Leiomyoma, Granular cell myoblastoma

4. Berasal dari jaringan syarafTumor yang berasal dari jaringan syaraf adalah: Traumatic neuroma, Neurofibroma, Pigmented ameloblastoma 

5. Berasal dari kelenjar ludahTumor yang berasal dari kelenjar ludah adalah: Pleomorphic adenoma, Papillary cystadenoma lymphomatosum, Lympomatoid adenoma.

6. Tumor jinak ectodermal yang asalnya odontogenik. Termasuk didalamnya Enameloma, Ameloblastoma/ Adamantinoma.

21

Page 22: susp. tumor rongga mulut

Tumor ganas rongga mulut berbeda dengan yang jinak, karena tumor ganas bersifat menginvasi jaringan sekitar, berkembang sampai daerah endotel dan dapat bermetastase kebagian tubuh lain. Tumor ganas rongga mulut tumbuh sangat cepat, sehingga deteksi dini serta tindakan pencegahan sangat penting untuk mengatasi tumor ganas ini.

Tumor ganas rongga mulut dapat berasal dari jaringan epitel dan jaringan ikat. Tumor ganas yang berasal dari jaringan epitel adalah: Carsinoma sel squamosa dan Carsinoma sel basal, sedangkan yang berasal dari jaringan ikat adalah Fibrosarkoma.

Pada umumnya, untuk mendeteksi dini proses keganasan dalam mulut dapat dilakukan dengan melalui anamnese, pemeriksaan klinis dan diperkuat oleh pemeriksaan tambahan secara laboratorium.

4.2 Saran

Dokter gigi, dimana dalam perawatan rongga mulut dan gigi selalu melihat

bibir dan mukosa mulut mempunyai kesempatan yang luas untuk menemukan

tumor rongga mulut sedini mungkin. Penemuan dini tumor rongga mulut

merupakan faktor penting, bertujuan untuk terapi kuratif, prognosa yang makin

baik, kepentingan kosmetik dan mengurangi kecacatan serta kelangsungan hidup

yang lebih lama.

22

Page 23: susp. tumor rongga mulut

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2006. Tumors of the Mouth - Oral Cancer. http://www.

Michvet.com/library/oncology/_oral_tumors.asp [25 Oktober 2008]

---------. 2008. Cancer (Malignant Tumour).

http://www.medicinenet.com/cancer/focus.htm [30 Juli 2008].

Balaram, P; Meenattoor,G. 1996. Imunology of Oral Cancer-A Review. Singapore

Dental Journal. Vol.21. No.1. 36.

Bolden, T.E. 1982. The Prevention and Detection of Oral Cancer, dalam

Stallard,R.E. A Textbook of Preventif Dentistry. Ed. Ke.2. Philadelphia. W.B.

Sainders Company. 277-306.

Borissov I, Pascalev M, Dinev I, Valchev I. 1998. Mandibulectomy as a method of

treatment of a mandibular canine tooth retention and secondary fibrous epulis

in a dog. http://www.vef.hr/vetarhif/papers/64.2/borissov.htm[25 Oktober

2008]

Coleman, G.C; Nelson,J.F. 1993. Principles of Oral Diagnosis. St. Louis Mosby

Year Book. 211-214.

Daftari, D.K: Mukti,P.R; Bhonsle, R.B [et.al]. 1992. Oral Squamus Cell

Carcinoma, dalam Prabhu S.R. Oral Diseases in the Tropics. New York.

Oxford Medical Publications. 429 -446.

Folson, T.C; White, C.P; Broner,l. [et,al]. 1972. Oral Exfoliatif Study. Review of

the Literature and Report of Three Year Study. Oral Surgery. 33. 61-64.

Kerr, D.A; Ash,M.M; Dean,M.H.1978.Oral Diagnosis. Ed. Ke-5 St. Louis.

C.V.Mosby Company.336-338.

Kirpensteijn J. 2006. Surgery of Oral Tumors. http://www.script/main/forum. asp?

articlekey=13931 [30 Juli 2008]

Lynch, M.A.1994. Burket's Oral Medicine. Diagnosis and Treatment. Ed.Ke-9.

Philadelphia. J.B.Lippincott Company. 203-213.

23

Page 24: susp. tumor rongga mulut

McKinney,R.V; Singh,B.B; Schafmer,D.L. 1985. Biopsi Techniques for the

General

Pedersen,W.G. 1996. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut, alih bahasa drg. Purwanto

dan drg. Basoeseno. Ed.Ke-1. Penerbit Buku KeJokteran EGC. Jakarta. 147-

150

Pinborg,J.J. 1986. Oral Precancer and Cancer, dalam Levine ,N. Current

Treatment in Dental Practice. Philadelphia. W.B. Saunders Company. 8-13.

Pinborg, J.J. 1991. Kanker dan Prakanker Rongga Mulut, alih bahasa

drg.LilianYuwono.Ed.ke-1. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 21-

93,125.

Plumb DC. 2004. Veterinary Drug Handbook. 5th edition. Blackwell Publishing:

Missisipi.

Sudiono Janti dkk. 2001. Penuntun Praktikum Patologi Anatomi. EGC: Jakarta

Sudiono Janti dkk. 2003. Ilmu Patologi. EGC: Jakarta

Sudiono janti,2008. Pemeriksaan Patologi untuk Diagnosis Neoplasma Mulut.

EGC: Jakarta

Syafriadi Mei, 2008. Patologi Mulut (Tumor Neoplastik dan Non Neoplastik

Rongga Mulut). Jogjakarta: Andi

Sciubba, J.J. 1999. Improving Detection of Precancerous and Cancerous Oral

lesions. JADA. Vol.130. 1445-1457.

Scully, C. 1992. Oncogen, Onco-Supressor, Carcinogenesis and Oral Cancer.

British Dental Journal. 173. 53.

Skhlar, G.1984. Oral Cancer. The Diagnosis, Therapy, Management and

Rehabilitation of The Oral Cancer Patient. Philadelphia. W.B. Saunders

Company. 63-70.

24

Page 25: susp. tumor rongga mulut

Subita, G.P. 1997. Kemopreventif Sebagai Satu Modalitas Pengendalian Kanker

Mulut. Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Ed. Khusus KPPIKG

XI.582-585.

Tambunan, G. W. 1993. Diagnosis dan Tatalaksana Sepuluh Jenis Kanker

Terbanyak di Indonesia. Editor dr. Maylani Handoyo. Ed.Ke-2. Penerbit Buku

Kedokteran EGG. Jakarta. 185-198.

Williams, J.H. 1990. Oral Cancer and Precancer: Cliniccal Features. British

Dental Journal.168.13-17.

25